• Tidak ada hasil yang ditemukan

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

584

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis)

Histophatological Finding of The Vulnus Incisivum Healing in Mice (Mus musculus) using Anredera cordifolia Leaf Extract

Kemala Amita1, Ummu Balqis2, Cut Dahlia Iskandar3

1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

3Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

kemala06_amita@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat gambaran histopatologi penyembuhan luka sayat pada mencit menggunakan ekstrak daun binahong. Hewan yang digunakan adalah mencit (Mus

musculus) dengan berat 20-50 gram berumur 2-3 bulan dan berjenis kelamin jantan sebanyak

12 ekor. Mencit dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Kelompok pertama (K1) sebagai kontrol hanya diberikan akuades. Kelompok dua (K2) yaitu diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 5%. Kelompok tiga (K3) diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 10%. Kelompok empat (K4) yaitu diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 15% selama 14 hari.Pengambilan sampel jaringan kulit dilakukan setelah 14 hari, mencit di euthanasi dengan larutan eter. Bagian kulit yang dibuat luka sayat diinsisi, lalu difiksasi dengan larutan NBF 10% selama 2x24 jam. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji statistik menunjukkan jumlah proliferasi sel fibroblas pada K1; K2; K3; K4 masing-masing 8,11 ± 7,23; 12,89 ± 4,04; 6,89 ± 2,89; 6,78 ± 5,77 berbeda sangat nyata (P<0,01). Hasil uji skoring kerapatan kolagen pada K1; K2; K3; K4 masing-masing 1,86 ± 0,27; 1,77 ± 0,17; 2,03 ± 0,14; 2,12 ± 0,00 tidak berbeda nyata (P<0,05) pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan pemberian ekstrak daun binahong 15% lebih baik dibandingkan pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5%, dan 10% penyembuhan luka sayat pada mencit.

Kata kunci : luka Sayat, Daun Binahong.

ABSTRACT

This research was aimed to determine histopathology finding of the Vulnus Incisivum healing in mice using Anredera cordifolia leaf extract. Animals used were mice (Mus musculus) weighing 20-50 grams aged 2-3 months and 12 male. Mice were divided into 4 treatment groups with 3 repetitions. Group one (K1) as control is given aquadest. Group two (K2) is only given Anredera cordifolia leaf extract 5%. Group of three (K3) given Anredera cordifolia leaf extract 10%. Group of four (K4) that is given Anredera cordifolia leaf extract 15%. Skin tissue sampling was performed after 14 days, mice in euthanation with eter solution. The skin part of the Vulnus incisivum is cut, then fixed with 10% NBF solution for 2x24 hours. The data of the research were analyzed by using Variant Analysis (ANAVA) followed by Duncan test. Statistical test results on increasing the number of fibroblast cell proliferation in K1; K2; K3; K4 respectively 8.11 ± 7.23; 12.89 ± 4.04; 6.89 ± 2.89; 6.78 ± 5.77 is very significant (P <0.01). Results of statistical test of collagen density scores on K1; K2; K3; K4 respectively 1.86 ± 0.27; 1.77 ± 0.17; 2.03 ± 0.14; 2.12 ± 0.00 was not significantly different (P <0.05). Based on the results of the research can be concluded giving

(2)

585

15% binahong leaf extract better than giving aquadest, binahong leaf extract 5%, and 10% of wound healing in mice.

Keywords : Vulnus Incisivum, Anredera cordifolia. PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman herbal di Indonesia telah banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satunya ialah tanaman binahong (Rimporok dkk., 2015). Akar, umbi, batang, bunga, dan daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid, saponin (Rimporok dkk., 2015) dan asam askorbat (Ariani dkk., 2013). Flavonoid berkhasiat sebagai antibakteri (Aini, 2014), kandungan flavonoid yang tinggi pada binahong berperan pada fase proliferasi sel selama proses penyembuhan luka (Ardiana dkk., 2015). Pada fase proliferasi akan terlihat peningkatan jumlah sel dan faktor-faktor penyembuhan luka, salah satunya yaitu terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka, dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses re-epitelisasi yang akan menutup luka (Sumbayak, 2015).

Saponin yang dapat memacu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan (Igbinosa dkk., 2009). Kandungan asam askorbat pada binahong penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Ariani dkk., 2013).

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen sel, jaringan, yang menyebabkan secara spesifik terdapat substansi jaringan rusak atau hilang (Umar dkk., 2012). Hilang atau rusaknya integritas jaringan akan memicu reaksi tubuh pada proses penyembuhan (Pradipta, 2010). Menurut Robbins (2008) yang disitasi oleh Umar dkk. (2012), Penyembuhan luka pada kulit menggambarkan prinsip-prinsip perbaikan untuk sebagian jaringan tubuh pada luka superfisial. Epitel akan dibangun kembali dengan terjadi sedikit pembentukan luka parut.

Proses penyembuhan luka (wound healing) merupakan proses yang kompleks dan terjadi secara fisiologis didalam tubuh. Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, yaitu inflamasi, proliferasi dan maturasi. Penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali jaringan tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam mempercepat penyembuhan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan yaitu dengan cara irigasi luka menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dan penggunaan obat-obatan sintetik dan alami (Rahayu dkk., 2013).

Menurut Hartono (2011), ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) berefek dalam mempercepat durasi penyembuhan luka sayat pada mencit swiss

webster jantan dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%. Tetapi belum ada yang meneliti gambaran histopatologi luka sayat mencit.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun binahong untuk gambaran histopatologis luka sayat pada mencit.

MATERIAL DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Hewan Coba Kedokteran Hewan, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2016 - April 2017. Hewan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan berat 20-50 gram berumur 2-3 bulan

(3)

586

dan berjenis kelamin jantan sebanyak 12 ekor. Mencit dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Kelompok satu (K1) sebagai kontrol yaitu kelompok yang diberi luka sayat dan dirawat, dibersihkan lukanya menggunakan akuades. Kelompok dua (K2) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan ekstrak sebesar 5%. Kelompok tiga (K3) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan sebesar 10%. Kelompok empat (K4) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan sebesar 15%. Mencit diadaptasikan selama 7 hari dan hari ke 8 dilakukan perlakuan luka sayat. Dilakukan perawatan luka sayat selama 14 hari sampel kulit fiksasi dengan NBF 10%. Sampel yang telah difiksasi dengan NBF 10% ditrimming kemudian dimasukkan ke dalam tissue basket serta diberi label. Dehidrasi, clearing, Infiltrasi di dalam parafin I, II, III kemudian Embedding dalam parafin blok lalu cutting menggunakan mikrotom, diletakkan pada object glass dan didiamkan selama 24 jam. Pewarnaan HE diawali dengan proses deparafinisasi menggunakan xylol. Dilanjutkan dengan rehidrasi menggunakan larutan alkohol konsentrasi menurun selama 5 menit, lalu bilas dengan akuades selama 10 menit. Selanjutnya jaringan diwarnai dengan pewarnaan hemaktosilin selama 5 menit dan dibilas kembali dengan air mengalir selama 10 menit, lalu jaringan diwarnai dengan pewarnaan eosin selama 2 menit dan diikuti dengan alkohol bertingkat, clearing dengan xylol, dan akhiri dengan kaca penutup (proses mounting) menggunakan bahan perekat Entellan. Pengamatan berahi dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan data yang didapatkan diolah dengan ANAVA jika mununjukkan perbedaan antar kelompok dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyembuhan luka sayat tediri dari beberapa fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi, fibroblas berperan penting untuk menghasilkan protein untuk penyembuhan luka salah satunya adalah kolagen. Fase inflamasi ditandai dengan adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan kulit. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan menguat beberapa bulan. Tujuan fase maturasi ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan kuat dan bermutu. Adapun yang diamati pada penelitian ini yaitu proliferasi sel fibroblas dan kepadatan kolagen dimana keduanya masuk kedalam fase proliferasi yang dimulai hari ke 7-21.

Sel fibroblas

Uji ANAVA pola satu arah untuk melihat gambaran histopatologi sel fibroblas pada penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hasil uji statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan nilai (P<0,01) menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata dari masing-masing kelompok perlakuan. Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata (±SD) jumlah sel-sel fibroblas pada penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah sel fibroblas K1 8,11 ± 7,23a K2 12,89 ± 4,04b K3 6,89 ± 2,89a K4 6,78 ± 5,77a

(4)

587

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Hasil uji Duncan terlihat pada tabel 1. Menunjukkan jumlah sel-sel fibroblas pada pemberian ekstrak daun binahong 5% berbeda dengan sel fibroblas pada pemberian aquades, ekstrak daun binahong 10%, dan ekstrak daun binahong 15%. Penyembuhan luka sayat tediri dari beberapa fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi, fibroblas berperan penting untuk menghasilkan protein untuk penyembuhan luka salah satunya adalah kolagen.

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil gambaran histopatologi

Gambar 3. Gambaran proliferasi sel fibroblas pada hari ke 14 setelah pemberian akuades (A) , ekstrak daun binahong 5% (B), ekstrak daun binahong 10% (C), ekstrak daun binahong 15% (D). Sel fibroblas ( ) dan kolagen ( ) (perbesaran 400x)

Pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong 5% jumlah sel fibroblas lebih banyak dan rapat dibandingkan dengan akuades , ekstrak binahong 10%, dan Ekstrak binahong 15%. Pada kelompok perlakuan yang diberikan akuades, sel-sel fibroblas banyak dan agak rapat sedangkan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong 10% dan ekstrak daun binahong 15% sel-sel fibroblas sedikit dan penyebarannya jarang.

Pada fase ini akan terjadi proliferasi sel fibroblas. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur

A B

(5)

588

protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Aktivitas flavonoid dalam meningkatan jumlah fibroblas didukung oleh penelitian Sumartiningsih (2009), yang menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah fibroblas disebabkan oleh senyawa flavonoid (Napanggala dkk., 2014). Proliferasi fibroblas dalam proses penyembuhan luka secara alami distimulasi oleh interleukin-Ib (IL-Ib), platelet derived

growth factor (PDGF), dan fibroblast growth factor (FGF) (Sumbayak, 2015).

Saponin dapat meningkatkan proliferasi monosit sehingga dapat meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag akan mensekresikan growth factor seperti FGF,PDGF, TGF-β, dan EGF yang dapat menarik lebih banyak fibroblas ke daerah luka dan mensintesis kolagen serta meningkatkan proliferasipe,buluh darah kapiler (Adriana dkk., 2015).

Kanzaki dkk. (1998) yang disitasi oleh Febram dkk. (2010), mengungkapkan bahwa migrasi fibroblast pada area perlukaan distimulasi oleh transforming growth factor (TGF ), yaitu faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh jaringan granulasi yang terbentuk selama proses inflamasi. Proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh peranan migrasi dan proliferasi fibroblas pada area perlukaan. Proliferasi fibroblas pada tahap penyembuhan luka mengindikasikan adanya proses penyembuhan yang berlangsung cepat. Proses utama pertrumbuhan fibroblas akan terjadi di hari ke-7 sampai ke-14 pasca perlukaan dan setelah itu akan akan terus terjadi penyempurnaan sampai struktur kulit akan kembali normal. Kepadatan Kolagen

Berdasarkan uji ANAVA pola satu arah untuk melihat gambaran histopatologi kerapatan kolagen pada penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hasil uji statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan nilai (P<0,05) menunjukkan tidak adanya pengaruh dari masing-masing kelompok perlakuan. Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata kepadatan kolagen pada penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus

musculus).

Kelompok perlakuan

Rata-rata kepadatan kolagen

K1 1,86 ± 0,27a

K2 1,77 ± 0,17a

K3 2,03 ± 0,14a

K4 2,12 ± 0,00a

Keterangan: Huruf superscript yang sama pada pada kolom yang sama menunjukkan tidak perbedaan yang nyata (P>0,05).

Rata-rata skoring luka sayat setelah ekstrak daun binahong 5% (K2) paling rendah yaitu 1,77 ± 0,17a: kelompok perlakuan aquades(K1) memiliki rata-rata lebih rendah yaitu 1,86 ± 0,27a daripada kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun binahong 10% dan 15%.

Berdasarkan tabel hasil uji ANAVA terlihat pada Tabel 2 masing-masing kelompok perlakuan tidak memilliki pengaruh yang nyata karena proliferasi sel fibroblas akan menurun ketika kolagen dihasilkan sudah cukup untuk pertumbuhan. Jika kolagen yang dihasilkan masih kurang dari yang dibutuhkan, proliferasi fibroblas akan tetap terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh growth factor yang mempengaruhi proliferasi sel fibroblas (Aini, 2014) berdasarkan hasil yang didapatkan maka luka sayat setelah pemberian ekstrak daun binahong 15% memiliki kolagen yang paling rapat dan rata-rata skoring paling tinggi daripada luka sayat setelah pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5%, dan ekstrak daun binahong 10% menyebabkan fibroblas menurun karena pertentukan serabut kolagen telah sempurna.

(6)

589

Dibawah ini merupakan gambaran histopatologi dari kepadatan kolagen setelah 14 hari pemberian ekstrak daun binahong:

Gambar 4. Gambaran kepadatan kolagen pada ke-14 setelah pemberian akudes (A), ekstrak daun binahong 5% (B), ekstrak daun binahong 10% (C), dan ekstrak daun binahong 15% (D). ( ) pembentukan epitel pada tepi luka.

Pengamatan histopatologi luka sayat pada hari ke-14 setelah pemberian daun binahong 15% kepadatan serabut kolagen pada daerah luka lebih padat daripada luka sayat setelah pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5% dan ekstrak daun binahong 10%.

Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil dan disebut miofibroblas, yang akan mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan kemudian mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini menghasilkan kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan menghasilkan fibrosis padat (Napanggala dkk., 2014).

Menurut Masir dkk. (2012) yang disitasi oleh Balqis dkk. (2014) fibroblas berperan terhadap sintesis, deposisi, dan remodeling dari matriks ekstraseluler. Setelah bermigrasi ke lokasi luka, fibroblas akan mulai mensintesis matriks ekstraseluler.

Fibroblas yang berproliferasi menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen. Pada fase proliferasi, 3 sampai 5 hari muncul jenis jaringan khusus yang mencirikan terjadinya penyembuhan, yang disebut jaringan granulasi. Istilah jaringan granulasi berasal gambaran histologisnya ditandai dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di dalam matriks ekstraselular yang longgar. Jaringan granulasi kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, yang akhirnya menghasilkan fibrosis padat, yang dapat melakukan remodeling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu (Ariani dkk., 2013).

D C

B A

(7)

590

Setelah luka, paparan kolagen fibriler ke darah akan menyebabkan agregasi dan aktivasi trombosit dan melepaskan faktor-faktor kemotaksis yang memulai proses penyembuhan luka. Fragmen-fragmen kolagen melepaskan kolagenase leukositik untuk menarik fibroblas ke daerah luka. Selanjutnya kolagen menjadi pondasi untuk matrik ekstraseluler yang baru, sehingga mempercepat pembentukan jaringan granulasi, dan kandungan saponin pada daun binahong mencegah terjadinya infeksi pada luka (Ariani dkk., 2013).Menurut Prasetyo dkk. (2010) yang disitasi oleh Balqis dkk. (2014) semakin banyaknya jaringan ikat pada luka, maka semakin besar daya kontraksi luka sehingga sisi luka akan tertarik dan menyebabkan luka menjadi mengecil.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan ekstrak daun binahong 15% selama 14 hari mempercepat penyembuhan luka sayat mencit lebih baik daripada pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5% dan 10%. Gambaran histopatologi yang diamati yaitu peningkatan proliferasi jumlah sel fibroblas dan kepadatan kolagen terhadap penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus).

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Syifa Qurottu. 2014. Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Pada Luka

Bakar Tikus Spague Dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Ardiana, T., A.R..P Kusuma, dan M. D. Firdausy. 2015. Efektifitas pemberian gel binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap jumlah sel fibroblast pada soket paca pencabutan gigi marmut (Cabia cobaya). ODONTO Dental Journal Vol 2 (1)

Ariani,suci., Lily Loho., Meilany F durry. 2014. Khasiat Daun Binahong (Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi dan Reepitelisasi

Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci. Jurnal e-Biomedik volume 1(2):233-237 Febram, B.I., Wientarsih, dan B. Pontjo. 2010. Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon

Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). Majalah Obat Tradisional. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 15 (3):121.

Igbinosa, O.O., Igbinosa E.O, and O.A. Aiyegoro. 2009. Antimicrobial Activity and phytochemical Screening of Stean Bark Extracts from Jatropha curcaas (Linn). African

journal of pharmacy and pharmacology.Vol 3 (2). pp. 058-062

Kiernan, J.A. 1990. Histological and Histocemical methods: theory and Practice. 2nd ed. Pergamon Press, Oxford

Miladiyah, Isnatin dan Bayu Rizky Prabowo. 2012. Ethanolic extract of Anredera

cordifolia(Ten.) Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs.jurnal Volume

31 No 1. Universitas Islam Indonesia. Jakarta

Pradipta, I Gusti Ngurah Dwi Oka. 2010. Pengaruh Pemberian Propolis Secara Topikal Terhadap Migrasi Sel Poliformononuklear Pada Luka Sayat Tikus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jawa Timur

Rahayu, Fitri., Wiwit Ade FW., Wiwik Rahayu. 2013. Pengaruh Pemberian Topikal Gel Lidah Buaya (Aloe cinensis Baker) Terhadap Reepitelisasi Epidermis pada Luka Sayat Kulit Mencit (Mus musculus). Universitas Riau. Pekanbaru

Rimporok, Silvana., Billy J. Kepel., Krista V. Siagian. 2015. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus

(8)

591

mutans Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4(4):15-21 Fakultas

Kedokteran UNSRAT.

Sumbayak, E.M . 2015. Fibroblas: Struktur dan Peranannya dalam Penyembuhan Luka. FK Universitas Kristen Krida. Jakarta

Titis, Muhammad., Enny Fachriyah., dan Dewi Kusrini. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa Alkaloid Daun Binahong (Anredera cordifolia(Tenore) Steenis). Universitas Diponegoro. Semarang

Umar, Ani., Dwi Krihariyani dan Diah Titik Mutiarawati. 2012. Pengaruh Pemberia Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Kesembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada Mencit.Jurnal Analisis Kesehatan Vol 1 no 2

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik menggunakan (ANAVA) pola satu arah menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P&lt;0,05) dari pemberian formalin dengan dosis bertingkat sel-sel hati

formalin secara intraperitoneal dengan dosis 5 mg/Kg bb per hari, sel-sel tubulus ginjal mengalami degenerasi dan nekrosis yang lebih parah dari kelompok perlakuan 1 dan

Akan tetapi, pengaruh waktu penyimpanan susu sapi pasteurisasi terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada suhu kamar belum pernah diteliti.. Oleh

Prosedur penelitian isolasi bakteri Staphylococcus aureus adalah dengan menggunakan metode Carter (1987) yang dimodifikasi.Ikan asin talang-talang dihaluskan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah sel Goblet pada usus lele lokal berbeda sangat nyata (p&lt;0,01), dari arah proksimal ke arah distal jumlah sel Goblet

Hasil penelitian pada 20 ekor ikan patin (Pangasius spp.) yang diambil dengan teknik sampling proporsional di Tambak Budidaya Ikan desa Lampeuneurut ditemukan

Hasil penelitian terhadap 45 responden menunjukkan bahwa persentase terbesar pengetahuan pemilik rumah makan terhadap kehalalan olahan pangan asal hewan di Kota

Lebih tingginya nilai hematokrit darah ayam peranakan dan ayam bangkok dibandingkan dengan ayam kampung pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah