VolumeXLVI,No.1, Mei2011,pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo (Clarias gariepinusi clanPenambahan Mentega Putih Terhadap Kuaiitas Biskuit Crackers
PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU:DAGING LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DAN PENAMBAHAN MENTEGA PUTIH TERHADAP KUAlITAS BISKUIT CRACKERS
(The Influence of the Wheat Flour to Dumbo-Catfish Meat Proportion and Shortening Addition on the Quality of Crackers)
Oieh : Mustika Murni"'j
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi tep~ng terigu:daging lele
durnbo dan penambahan mentega putih terhadap kuafitas biskuit crackers yar r9 disukai konsumen.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah proporsi tepung terigu : daging lele dumbo (90:10; 80:20; 70:30) dan faktor kedua penambahan mentega putih (5%·, 15%·, 25%). HasH penelitian menunjukkan bahwa pertakuan terbaik yaitu pada kombinasi proporsi tepung terigu : daging lele
dumbo (90:10) dan penambahan mentega putih 25% (A1B3). Produk tersebut rnernpunyai kadar air 2,57%, kadar protein 10,41%, kadar !emak 16,24%) dan skor kesukaan warna 4;:10 (suka sampai
sangat suka), aroma 4,00 (suka), rasa 4,35 (suka sampai sangat suka), tekstur 4,15 (suka sarnpai
sangat suka).
Kata kunci: tepung terigu, daging lele durnbo, mentega putih
ABSTRACT
The aim of this research is to understand the effect of the wheat flour to Dumbo-Catfish meat proportion and shortening addition on the quality of crackers. The research metnod used in this research was Complete Random Design with 2 factors and 3 repetitions. The first factor was the proportion of wheat flour to Dumbo-Catfish meat (90:10; 80:20; 70:30) and the second factor was the addition of s,'7orfer;ing (59-6; t59-6; 259-6). The'results of the research showed thet the best treatment had a proportion of wheat flour to Dumbo-Catfish meat of 90:10 with a 25% shortening addition (A1B3). The product has
a
water content of 2.57%, a protein content of 10.41% anda
fatcontent of 16.24%. The hedonic scale evaluation rated the cotor at 4.10 (like to really like), aroma at 4.00 (like), taste at 4.35 (like to really like) and texture at 4. 15 (like to really like).
Keywords: whole wheet, Dumbo-catfish meat, white butter
.•) P. euelili pada Baristand lndustri Surabaya
PENDAHULUAN sekitar 18,4 kg / kapita / tahun, idealnya
masyarakat Jawa Timur bisa mencapai 28
-30 kg/kapita/tahun tetapi saat ini belum dapat
terpenuhi (Putra,20 i0). Sedangkan yang
disarankan FAO yaitu sebesar 30 kg / kapita / tahun.
Salah satu upaya untuk memperbaiki pola
konsumsi pangan khususnya protein adaiah
dengan memanfaatkan ikan. Konsumsi ikan masyarakat Indonesia khususnya di Jawa Tlmur pada tahun 2010 masih rendah yaltu
VolumeXLVI,No.1, Mei2011,pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo (Clarias gariepinusy dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers
i Konsumsi ikan masyarakat akan m, ening-kat salah satunya melalui ;Pengerobangan produk pangan dengan fortifikasi sumber gizi dari ikan yaitu pembuatan bisku[t,crackers. ",
• So.: ~ f
! [kan lele dU":1b~.me.rup~ka.n1ikal}~9,m~[~ sial yang se lama im dlgeman oleh , masya-r~kat' kareria selain mudah dibuaidaya~an, lele' dumbo memberikan rasa, yal)g' khas, gurih, warna daging putih, jaringan pengd ikatnya halus sehingga enak dimakan dari iiarganya juga relatif murah (Susanto, i994).,
Penambahan daging lele
dum
bQ
dalarn0 crackers mernilikt beberapa fungsi. !v1enu'rut Afri~mto dan Liviawaty (1989), -daging ikarrrnernpunyai beberapa fungsi, yaitu menjacfi
e
sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktlfitas kehidupan sehari-hari, m'embanfu partumbuhan darf penieliHa -raan tubuh serta mempertinggi dayartahan 'tubub'ferfiadap serangan penyakit da'A'juga'
memperlancar proses-proses )''fisiolbgis di
\-dalam tubuh.
Crackers merupakan produk pangan yang banyak beredar di niasyarcikat 'oan I memiliki peluang pasar cukup baik karena tingkat kesukaan rnasvarakat pada- produk' .
crackers cukup .tinggi. Narnun. crackers selarna ini yang ada dipasaran memiliki~
kualitas: gizi yang masih.'kurang bjla ditinjau;' dari segi gizi akan protein hewani.
Menurut SNI 01,.2973=1992, crackers adalah-jenls biskult yang dibuat-dari adonan
keras, meiaiui proses fermentasi atau peme-rarnan, berbennrk pfpih yang ra(ahya meng.l. arah ke asin dan renyah, serta bila di-patahkan penampanq potongannya berlapis
-lapis.
g~
p
~~
Q!~~~~huib~~w~ proporsi ~~PI:JPlg terigu dengan daging lele: dumbo dapat mempengaruhi dan meningkatkan kandung-an glzl khususnya protein- "daFi biskuit crackers. " I ,. ," '.. ,_ ,I
,I~?fv'asalah ,dalam pembuatarl' d:~islc~uit erackets.cdenqan penambahan ikan,)aQalah,
kandungan protein non _gl~ten yang ~tinggi!,
p~_t;l~ ikant menga kip'atk~.fI kerasnya,-tekstulib ~I'~okers_.,Uotuk mJeogatasimasalab.tersebut, ~
maka dilakukan variasi dalam penamoahan, lemak, karena lemak membuat., tekstur
r-crackers menjadi renyah. Berdasarkan pe ne-litian yang telah dilakukan pada pembuatan
crackers dengan menggunakan bran gandum menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
di-peroleh pada penambahan mentega putih
25% (Matzs.19f)3). Menurut Desrosier
(1988), shorteninq .dalam.,adonan crackers
akan memerangkap udara selama
pen-campuran. Gelembung udara ini terbungkus di dalam lapisan lemak, sehingga dapat mengempukkan (remah)' dan dapat menun-jang cita rasa produk.
Tujuan penelitian ini adalan untuk
mendapatkan teknQlogi proses pernbuatan biskuit crackers dengan menentukan kombi-nasi perlakuan terbaik antara proporsi tepung terigu : daging ikan lele dumbo dan penam-bahan mentega putih s-e"hingga dihasilkan biskuit crackers dengan. kua\\tas balk. dan disukai konsumen. Adap'un hipotesa dari penelitian ini adalah diduga proporsi tepung terigu : daging ikan !e!e dumbo dan penam-bahan mentega putlh.berpenqaruh terhadap kualitas biskuit crackers yang:dihasilkan .
.i ~'" J~ ~. •
BAHAN DAN METODA i , 1I
Bahan dan Peralatan ,"
Bahan yang digunakan adalah tepung terigu protein tinggi, daging lele dumbo, mentega putih, yeast, soda .kue, garam dan bahan-bahan kimia untuk analisa.
Peralatan yang digunakan adalah mixer, timbangan, roll kayu, oven, baskom, loyang dan geias ukur serta peraiatan untuk anaiisa.
fl • •_u '
Metoda Penelitian
·...-Penelitian ini diiakukan dengan r ancang-~11 p~r99t:>~ancang-~11 rll~l19g~l1~kancang-~11 R~I1~~l1gancang-~11
Acak Lengkap (RAL). polafaktorial dengan 2 faktor dan diulang sebanyak 3 kali, Faktor ,
(proporsi \e.P,J,lr;Jg,terigu:c@gin9-Je-leJe.durnbo) terdiri dari 3alev~t yaitu<.9.0:1,();~Q:20~,70:30
(%) dan Faktor 11 (penambahan mentega
putih) terdiri dari 3 level yaitu 5, 15, 25 (%). Selanjutnya dilakukan analisa [C!9~fll,J9.~9r-;
unfl,Jk..;.J __ :!1'lI,.)enQe,ta"'ui- \ ',.:'•• ~.
.
,p~
,)~,an
71~
a
perb_'le1daanl~,I 1.~(..~::1gt<i'/~'ra d~aJ?@,lafua~!ej~~nak.~1)uli..p.YDc.9aq{9M,'3-1~:. dengan trngk~t:.kepercayaan, 5% (~~.SP. ~£S1~',1991).
Prosedur pembuatan biskuit crackers seperti tersebut dibawah ini :
Volume XLVI, No.l, Mei 2011, pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu: Daging Lele Dumbo (C/arias gariepinus)
dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers Pencampuran I
Tepung Terigu : Daging lele dumbo
!
!
Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis terhadap produk crackers berdasar-kan uji kesukaan. Panelis diminta untuk
meni-lai berdasarkan tingkat kesukaan yang
meliputi wama, aroma, rasa dan tekstur. Penilaian kesukaan sesuai skala hedonik (Soekarto, 1993). Skor skala hedonik yang digunakan untuk wama, aroma, rasa dan tekstur adalah 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (cukup suka), 2 (kurang suka) dan 1 (tidak suka).
Data hasil uji organoleptik yang meliputi parameter wama, aroma, rasa dan tekstur selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Friedman (Rosl9a, 2006). Adapun tujuan dari analisis tersebut untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh perlakuan penelitian
terhadap tingkat kesukaan konsumen pada parameter wama, aroma, rasa dan tekstur produk crackers.
Pencampuran II (Gula, garam.yeast, soda kue, air)
Pencampuran ill Mentega putih (5%, 15%,25%)
1
Massa Adonan
!
Fermentasi suhu kamar(29"C), 1jam
1
Larninasi Terigu:lemak:garam
-"
1
(33:11:0,3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Lembaran Setebal5mm
1
Pemotongan ukuran 65x75 mm1
Hasil Analisa Ikan Lele Dumbo
Hasil analisa ikan lele dumbo sebagai
bahan pembuatan b\sku\t crackers dan
menurut Susanto (1994) dapat dilihat pada Tabel1.
Pemanggangan I suhu 250"C 5 menit Peruauggangan II suhu 180"C Smt:lIil
Tabel1 Hasil analisa ikan lele dumbo
Komponen
I
JumlahI
Jumlah*)I
Kadarair 74% 75% Kadar protein " 18% 17% Kadarlemak 5% 4,8% *) Susanto,1994
1
Biskuit crackersGambar 1 Diagram alir proses pembuatan biskuit crackers
Hasil analisa awal terhadap ikan lele dumbo sebagai bahan pembuatan biskuit crackers menunjukkan kadar air sebesar 74%, protein 18% dan lemak 5%. Sedangkan menurut Susanto (1994), menunjukkan kadar air sebesar 75%, protein 17% dan lemak 4,8%. Dilihat dari hasil analisa bahan awal
tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
menurut Susanto (1994).
.~ to
Analisa kimia
Analisa kimia yang dilakukan terhadap
daging lele dumbo dan produk crackers
meliputi kadar air, protein dan lemak
Volume XLVI, No.l, Mei2011,pp14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers
Hasil Analisa Biskuit Crackers
Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis ragam, me
-nunjukkan bahwa antara proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo dan penambahan
mentega putih terdapat interaksi yang nyata
(pSO,05) dan masing-masing perlakuan ber
-pengaruh nyata (psO,05) terhadap kadar air
biskuit crackers.
Niiai rata-rata kadar air blskult crackers
dari perlakuan proporsi tepung terigu : daging
lele dumbo dan penambahan mentega putih
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel2 Nilai rata-rata kadar air
biskuit crackers
Perlakuan Kadar air (%) Notasi DMRT5%
A1Bl 4,15 d 0,1608 A1B2 3,83 C 0,1541 A1B3 2,57 a
-A2B~ 4,60 d 0,1618I
A2B2 3,93 C , 0,1570I
AA:J2B3B1 2,744,76 bd 0,1426I
0,1627 A3B2 4,00 C 0,1594 A3B3 2,82 b 0,1498Ket : t'-~\ia, rata-rata yang drserta\hUf'ufyang sama
berarti berbeda tidak nyata (p:5;0,05)
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kadar air biskuit crackers berkisar antara
2,57% - 4,76%. Perlakuan proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo
=
90:10 danpe-nambahan mentega putih 25% (A1B3)
me-nunjukkan kadar air terendah (2,57%)
sedangkan perlakuan proporsi tepung terigu :
daging lele dumbo = 70:30 dan penambahan
mentega putih 5% (A3B1)menunjukkan kadar
air tertinggi (4,76%). Hal ini disebabkan
karena protein mempunyai kemampuan
menyerap air sehingga dengan meni
ng-katnya proporsi daging lele dumbo yang
tinggi akan protein, maka air yang terserap
juga akan semakin tinggi. Menurut Suhardi
(1989), protein juga mempunyai kemampuan
menyerap air.
Penambahan mentega putih berbanding
terbalik dengan kadar air biskuit crackers,
sehingga semakin besar penambahan men
-tega putih maka semakin rendah kadar
aimya. Hal ini disebabkan karena mentega
outih bersifat hidrofob sehinoaa tidak daoat
, ""..., I
mengikat air bebas.
Jadi semakin tinggi proporsi daging lele
dumbo akan meningkatkan kadar air dalam
biskuit crackers. Sedangkan semakin besar
penambahan mentega putih maka semakin
rendah kadar air dalam biskuit crackers yang
dihasilkan. Pendapat yang mendukung
me-ngatakan bahwa kandungan air pada mente-ga putih maksimum 1% (Anonim, 1992). Kadar Protein
Berdasarkan hasil analisis ragam,
me-nunjukkan bahwa antara proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo dan penambahan mentega putih terdapat interaksi yang nyata
(pSO,C5)dan masin~mas\ng per'akuan ber
-pengaruh nyata (p'::;;O,05) terhadap kadar
protein biskuit crackers.
Nilai rata-rata kadar protein biskuit
crackers dari perlakuan proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo dan penambahan
mentega putih dapat dilihat pada Tabel3.
:t
Tabel 3 Nilai rata-rata kadar protein
biskuit crackers
Per1akuan Kadar protein 'liotasi DMRT5%
(%) A1Bl
I
i'i,56I
c 0,0593 A1B2I
10,60I
b 0,0564 A1B3 10,41 a -A2B, 12,72 f 0,0631 A2B2I
12,26I
e 0,0621I
I
A2B3AJBlI
12,1613,50I
di 00.0644,0610I
AJB2 13,~?I
h 0,0640I
AJB3 13,21 9 0,0637'-'
Ket : Nilai rata-rata yang disertai huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (p s 0,05)
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kadar protein biskuit crackers berkisar
antara 10,41% - 13,50%. Perlakuan proporsi
tepung terigu : daging lele dumbo
=
90 :10dan penambahan mentega putih 25% (A183)
menunjukkan kadar protein terendah (10,41
%) sedangkan perlakuan proporsi tepung
ierigu : daging ieie dumbo
=
70 : 30 danpenambahan mentega putih 5% (A3B1)
menunjukkan kadar protein tertinggi (13,50
%). Semakin meningkatnya proporsi daging
lele dumbo dan semakin menurunnya
pe-nambahan mentega putih maka kadar protein
Volume XLVI, No.l, Mei 2011, pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers
biskuit crackers akan semakin meningkat.
Meningkatnya kadar protein tersebut
dise-babkan kadar protein pada daging lele
dumbo lebih tinggi daripada kadar protein
pada tepung terigu. Pendapat yang
mendu-kung mengungkapkan bahwa kandungan
protein pada tepung terigu sebesar 12%
(Harris dan Karmas, 1989).
Penambahan mentega putih yang
sema-kin meningkat menyebabkan kadar protein
menurun. Hal ini disebabkan karena dari hasil
analisa awal bahwa mentega putih hanya
mengandung protein sebesar 0,39%. Jadi
semakin tinggi proporsi daging lele dumbo
akan meningkatkan kadar protein dalam
biskuit crackers, sedangkan semakin besar
penambahan mentega putih maka secara
signifikan membuat semakin rendah kadar
protein dalam biskuit crackers yang
dihasilkan. Kadar Lemak
Berdasarkan hasH analisis ragam,
me-nunjukkan bahwa antara proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo dan penambahan mentega putih terdapat interaksi yang nyata
(p:!5 0,05) dan masing-masing perJakuan
berpengaruh nyata (p s 0,05) terhadap kadar lemak biskuit crackers.
Nilai rata-rata kadar lemak biskuit
crackers dari perlakuan proporsi tepung
terigu : daging lele dumbo dan mentega putih dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai rata-rata kadar lemak Perlakuan Kadarlemak Notasi DMRT
(%) 5% A1B1 14,26 a
-A1B2 15,15 d 0,120 A1B3 16,24 f 0,123 A2B1 14,51 b 0,110 AzB2 15,56 e 0,124 A2B3 16,63 h 0,125 A3B1 14,64 C 0,115 A3B2 16,50 g 0,124 A3B3 17,62 i 0,125 .:-..
biskuit crackersKet : Nilai rata-rata yang disertai huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (p s 0,05)
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kadar lemak biskuit crackers berkisar
antara 14,26% - 17,62%. Perlakuan proporsi
tepung terigu : daging lele dumbo
=
90 :10dan penambahan mentega putih 5% (A1B1)
menunjukkan kadar lemak terendah (14,26%)
sedangkan perlakuan proporsi tepung terigu :
daging lele dumbo
=
70:30 dan penambahanmentega putih 25% (A3B3) menunjukkan
ka-dar lemak tertinggi (17,62%). Dengan
sema-kin meningkatnya penambahan mentega
putih dan semakin meningkatnya proporsi
daging lele dumbo, maka kadar lemak biskuit
crackers akan semakin meningkat.
Pening-katan kadar lemak ter-sebut diduga karena
komposisi kimia kandungan lemak yang
dimiliki oleh daging lele dumbo lebih tinggi
daripada kandungan lemak pada tepung
terigu serta tingginya kandungan lemak pad a
mentega putih. ~ndungan lemak pada
mentega putih 98% (Anonim,1992). Uji Organoleptik Biskuit Crackers
Uji organoleptik terhadap biskuit crackers
digunakan uji kesukaan (hedonic test). Skala
hedonik yang dipakai terdiri dari 5 level (suka/
tidak suka). Dalam uji organoleptik ini terdiri
dari 20 orang panelis untuk menyatakan
tanggapan pribadinya tentang kesukaannya
terhadap wama, aroma, rasa dan tekstur
biskuit crackers.
Nilai rata-rata tingkat kesukaan warna,
aroma, rasa, dan tekstur biskuit crackers dari
perlakuan proporsi tepung terigu :daging lele
dumbo dan penambahan mentega putih
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel5 Nilai rata-rata skor kesukaan biskuit crackers
Perlakuan Wama Aroma Rasa Tekstur
A1B1 4,40 4,15 3,05 3,10 A1Bz 4,20 4,05 3,90 3,90 A1B3 4,10 4,00 4,35 4,15 AzB1 3,85 4,15 2,80 2,85 A2B2 3,75 4,10 3,85 3,80 A2B3 3,65 4,20 4,25 4,10 AJB1 3,35 2,90 2,70 2,70 AJBz 2,95 3,05 2,20 3,65 AJB3 2,40 3,00 3,90 4,00
Ket :Semakin besar nilai maka semakin disukai
Hasil uji Friedman terhadap warna,
aroma, rasa dan tekstur biskuit crackers
menunjukkan bahwa perlakuan proporsi
tepung terigu : daging lele dumbo dan
pe-nambahan mentega putih berpengaruh
nyata.
Volwne XLVI,No.l, Mei 2011, pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers
Wama
Berdasarkan Tabel 5. perlakuan proporsi tepung terigu : daging lele dumbo (90:10) dan penambahan mentega.putih 5%(A.181)meng
-hasilkan nilai wama tertinggi sedangkan perlakuan proporsi tepung terigu :daging lele durnbo (70:30) dan penambahan mentega putih 25% (A3B3) menghasilkan nilai wama terendah.
Biskuit crackers yang dihasilkan berwama cerah sampai kecoklatan. Panelis paling menyukai crackers dengan proporsi daging lele dumbo paling rendah, hal ini diduga karena rendahnya proporsi daging lele dumbo yang berarti juga rendahnya kadar protein sehingga tidak akan banyak menghasilkan warna coklat akibat reaksi Maillard. Dengan proporsi daging lele dumbo
yang rendah dan tepung terigu yang tinggi
akan memberikan kombinasi warna biskult crackers yang menarik yaitu warna kuning, sedangkan biskuit crackers dengan proporsi daging lele dumbo yang lebih tinggi akan berwama coklat. Menurut Winamo (1997),
suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki wama yang tidak sedap dipandang atau menyimpang dari wama yang seharusnya.
Aroma
Berdasarkan Tabel 5 perlakuan proporsi tepung terigu : daging lele dumbo (80 :20) dan penambahan mentega putih 25% (A2B3) menghasilkan nilai aroma tertinggi, seda ng-kan perlakuan proporsi tepung terigu : daging
lele dumbo (70:30) dan penambahan
mentega putih 5% (A3B1) menghasilkan nilai aroma terendah.
Penilaian pane lis terhadap aroma
cenderung mengalami peningkatan dengan meningkatnya proporsi daging lele dumbo dan padaproporsi daging lele dumbo tertentu penilaian terhadap aroma akan menurun. Hal ini diduga karena panelis menyukai aroma
ikan
pada produk, tetapi pada proporsidaging lele dumbo yang tinggi panelis tidak menyukai aroma ikan yang terlalu kuat karena akan memunculkan bau am is yang tidak diinginkan.
Rasa
Berdasarkan Tabel 5 perlakuan proporsi teouna te, ..., riau..., : daaina lele dumbo...,
-
(90\., : 1m
danpenarnbahan mentega putih 25% (A1B3)
menghasi!kan nilai rasa tertinggi sedangkan per!akuan proporsi tepung terigu :daging lele dumbo (70:30) dan penambaha.n mentega
putih 15% (A3B2) menghasilkan nilai rasa terendah.
Penambahan daging lele dumbo me-nunjukkan adanya penilaian yang lebih naik,
tetapi pada penambahan tertentu penilaian akan menurun. Hal ini diduga karena panelis menyukai rasa gurih ikan yang berasal dari
daging lele dumbo yang ditambahkan, tetapi pada penambahan daging lele dumbo yang cukup tinggi akan berpengaruh pada penam-pilan biskuit crackers yaitu wama biskuit
crackers berubah rneniadi coklat. ber-kurangnya kerenyahan dan bau ikan yang kuat sehingga akan ··;.mempengaruhi pene-rimaan panelis terttadap rasa biskuit crackers. Menurut Kartika dkk (1987), bahwa rasa yang diterima panelis berkaitan dengan penglihatan, pembauan dan perabaan. Me-nurut Winamo (1984), penyebab terjadinya peningkatan kegurihan d,~ri suatu produk
ditentukan oleh besamya pr-otein dan lemak.
Tekstur
Berdasarkan Tabel 5 perlakuan proporsi tepung terigu : daging [ele dumbo (90 : 10)
aan penam5afian mentega putifi 25% (A1B3) menghasilkan nilai tekstur tertinggi sedang-kan perlakuan proporsi tepung terigu :daging
lale dumbo (70 : 30) dan penambanan
mentega putih 5% (A3B1) menghasilkan nilai tekstur terendah.
Tekstur suatu bahan pa
n
gan sanqat
mempengaruhi rasa bahan pangan tersebut,
tekstur yang baik akan mendukung cita rasa
suatu bahan pangan. Tekstur merupakan aspek penting dari mutu makanan kadang-kadang iebih penting dari bau, rasa dan
wama (De Man, 1997).
Oaging lele dumbo mengandung protein
tinggi tetapl non giuten, bila dlcampur dengan
tepung terigu yang mengandung protein gluten maka kandungan protein gluten akan berkurang, dirnana gluten be'jJeran penting
dalam pengembangan adonan. Menurut
Suhardi (1989), protein ikan menyebabkan
terjadinya absorbs: air sehingga mengurangi
penguapan air pada produk. Hai tersebut berpengaruh terhadap kekerasan crackers. Namun dengan adanya penambahan
men-Volume XLVI, No.l, Mei 2011, pp 14-20 Pengaruh Proporsi Tepung Terigu :Daging Lele Dumbo CC/ariasgariepinus)
dan Penambahan Mentega Putih Terhadap Kualitas Biskuit Crackers
tega putih maka akan mengurangi kekerasan crackers.
Pad a saat pencampuran, lemak akan
melapisi permukaan kompleks gluten
se-hingga air tidak dapat terpenetrasi ke dalam
lemak karena lemak bersifat hidrofob dan
menolak air. Mekanisme tersebut dinamakan
sebagai nilai shortening yaitu kemampuan
mentega putih untuk melumas dan
meng-empukkan bahan pangan (Ketaren, 1986). Analisis Keputusan
Berdasarkan hasil analisa kualitas yang
meliputi rasa, warna, tekstur dan aroma
disimpulkan bahwa nilai ranking kesukaan
tertinggi pada rasa dengan perlakuan tepung
terigu dan daging lele dumbo (90: 10) dan
penambahan mentega putih 25% dimana
hasil ranking adalah153,5; pada wama
dengan perlakuan tepung terigu dan daging
lele dumbo (90: 10) dan penambahan
men-tega putih 25% dimana hasil ranking 133,5;
pad a tekstur dengan perlakuan tepung terigu dan daging lele dumbo (90:10) dan
penam-bahan mentega putih 25% dimana hasil
ranking adalah 140,5 sedangkan pada aroma dengan perlakuan tepung terigu dan daging
lele dumbo (80:20) dan penambahan
mentega putih 25% dimana hasil ranking
adalah134. Berdasarkan hasil uji organoleptik
terbaik diputuskan pada perlakuan tepung
terigu dan daging lele dumbo (90 :10) dengan
penambahan mentega putih 25% baik
meliputi rasa, wama, tekstur dan aroma.
Sedangkan hasil analisa kuantitatif meliputi
kadar air sebesar 2,57%, kadar protein
10,41% dan kadar lemak 16,24% sehingga
biscuit crackers ini dapat diterima panelis.
KESIMPULAN
Terdapat interaksi yang nyata antara
perlakuan proporsi tepung terigu : daging lele
dumbo dan penambahan mentega putih
terhadap kadar air, kadar protein dan kadar
lemak.
Hasil dari analisis keputusan
menunjuk-kan bahwa kombinasi perlakuan terbaik hasil perlakuan proporsi tepung terigu : daging lele
dumbo dan penambahan mentega putih
berdasarkan parameter kimia dan
organo-leptik adalah tepung terigu:daging lele dumbo
90:10 dan penambahan mentega putih 25%
(A1B3) mengandung kadar air 2,57%, kadar
protein 10,41% dan kadar lemak 16,24%.
Sedangkan nilai organoleptik warna (4,10),
aroma (4,00), rasa (4,35) dan tekstur (4,15).
DAFTAR PUSTAKA
'---'.
1. Anonim. 1992. Teknologi Fermentasi
Susu. Jakarta, Penebar Swadaya.
2. Anonim. 1992. Syarat Mutu Biskuii, SNI
01-2973-1992, Departemen Perindustrian
3. Anonim. 1995. Syarat Mutu Tepung
Terigu untuk Bahan Makanan, SNI 01
-3751-1995, Departemen Perindustrian
4. Anonim. 2010. Identifikasi Kerjasama
Perikanan Budidaya Propinsi Jawa Timur,
Dirjen Perikanan ''0. http://www.perikanan
•
budidaya.kkp.go.id/index .php, diakses
tangga19/12/2010.
5. Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1989.
Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta, Kanisius.
6. De Man J.M, 1997. Klmia Makanan
(terjemahan), Edisi Keciua, ITB Bandung.
7. Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Peng
-awetan Pangan (terjemahan). Jakarta, UI
Press.
8. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan
Percobaan. Bandung, CV Armico.
9. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak
Pangan. Jakarta, UI Press,.
10. Kartika, BP Hastuti dan W. Supartono,
1998. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan, UI Press, Jakarta.
11. Matz, SA 1993. Cookie and Cracker
Technology. The AVI Publishing Co
Inc. ,Westport, Connecticut.
12.Putra, 2010. Konsumsi Ikan Masyarakat
Masih 18,4 kg / tahun / kapita, Berita
Humas. http://birohumas.jatimprov.go.id/in
dex.php, diakses tangga113/10/2010.
13. Rosida, 2006. Uji Inderawi (Bag 2).
Jurusan T eknologi Pangan FTI-UPN
"Veteran" Jatim.
14.Soekarto, S.T. 1993. Penilaian Organo
leptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta, Bhrata ra Karya
Aksara.
15.Susanto, H. 1994. Budidaya Ikan Lele.
Yogyakarta, Kanisius.
16. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama