• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DIDIK PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

MATERI IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

(Studi Tindakan Kelas di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali Kelas VIII Tahun 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh

BANANI JAMZURI

073111213

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

Tindakan Kelas di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali Kelas VIII Tahun 2010). Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran aqidah akhlak materi iman kepada kitab-kitab Allah SWT melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali tahun 2010.

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan

kepercayaan kepada pengembangan kekuatan reflektif, diskusi, dan berpikir. Adapun pengumpulan datanya dengan cara: tes, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisisnya menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali tahun pelajaran 2010. Penelitian terdiri atas dua siklus, setiap siklus meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan disusun skenario pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode Jigsaw. Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan aktivitas peserta didik dan tes hasil belajar. Tahap terakhir adalah refleksi atau analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran dari awal sampai akhir. Indikator kinerja pada penelitian berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individual dan klasikal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dinilai efektif karena ada beberapa faktor penyebab yaitu: 1) peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 2) peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, 3) mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah, 4) menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan, 5) sedangkan guru dapat memahami dan mengenal peserta didik secara perorangan. Dalam hal ini berarti peserta didik menampakkan kesenangan dan keseriusan mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak yang sedang berlangsung. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Aqidah Akhlak mampu meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 82,35%, dan pada siklus II meningkat menjadi 91,18%. Disamping itu, aktivitas belajar Aqidah Akhlak peserta didik juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukkan bagi mahasiswa, tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

(3)

iii

NOTA DINAS

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik pada

Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman kepada Kitab-Kitab Allah SWT Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Studi Tindakan Kelas di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali Kelas VIII Tahun 2010)

Nama : Banani Jamzuri

NIM : 073111213

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Drs. Wahyudi, M.Pd.

(4)

iv

PENGESAHAN

Naskah Skripsi dengan:

Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik pada

Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman kepada Kitab-Kitab Allah SWT Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Studi Tindakan Kelas di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali Kelas VIII Tahun 2010)

Nama : Banani Jamzuri

NIM : 073111213

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, April 2011

Ketua, Sekretaris,

Drs. Soediyono, M.Pd. Dra. Miswari, M.Ag.

NIP. 19460715197612 1 001 NIP. 15027433 700000 2 000

Penguji I, Penguji II,

Abdul Rahman, M.Ag. Drs. Wahyudi, M.Pd.

NIP. 19691105 199403 1 003 NIP. 19680314 199503 1 001

Dosen Pembimbing,

Drs. Wahyudi, M.Pd.

(5)

v

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis, menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Maret 2011 Deklarator,

Banani Jamzuri NIM. 073111213

(6)

vi

$pkš‰r'¯»tƒ

tûïÏ%©!$#

(#þqãZtB#uä

#sŒÎ)

Ÿ@ŠÏ%

öNä3s9

(#qßs¡¡xÿs?

†Îû

ħÎ=»yfyJø9$#

(#qßs|¡øù$$sù

Ëx|¡øÿtƒ

ª!$#

öNä3s9

(

#sŒÎ)ur

Ÿ@ŠÏ%

(#râ“à±S$#

(#râ“à±S$$sù

Æìsùö•tƒ

ª!$#

tûïÏ%©!$#

(#qãZtB#uä

öNä3ZÏB

tûïÏ%©!$#ur

(#qè?ré&

zOù=Ïèø9$#

;M»y_u‘yŠ

4

ª!$#ur

$yJÎ/

tbqè=yJ÷ès?

׎•Î7yz

ÇÊÊÈ

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al Mujadalah: 11)1

1

(7)

vii

Dengan segala kerendahan hati dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku.

1. Bapak Jamjuri (alm.) dan ibunda Tmuiyah, bapak mertua Badrun Mustofa dan ibu mertua Khonisah yang amat saya hormati yang senantiasa memberikan doa restu dan dukungan baik secara moral maupun material terhadap keberhasilan studi penulis.

2. Istri Mutiatul Karimah tercinta yang selalu memberikan dukungan sepenuhnya hingga skripsi ini dapat saya selesaikan

.

3. Putri tercinta (Ulya dan Mila) yang selalu memberikan harapan dan semangat baru bagi penulis dalam menapaki dunia ini.

(8)

viii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

3. Munzayyin, S.Ag. selaku Kepala MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali beserta guru-guru dan stafnya yang telah mengizinkan penulis mengadakan penelitian di disana.

4. K.H. Habib Ihsanuddin selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Huda beserta istri yang telah memberikan pencerahan pada penulis sehingga lebih optimis dalam menjalani hidup ini

5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

(9)

ix

menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan yang tertuang dalam skripsi ini ada manfaatnya.

Semarang, Maret 2011 Penulis,

Banani Jamzuri NIM. 073111213

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Penegasan Istilah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Prestasi Belajar ... 8

1. Pengertian... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 9

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 11

1. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak ... 11

2. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah ... 12

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah ... 12

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 13

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 13

(11)

xi

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 18 D. Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Model

Pembelajaran Kooperati Tipe Jigsaw ... 20

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah ... 20

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 22

3. Rung Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 23

E. Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 23

F. Kerangka Berpikir ... 25

G. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting dan Subyek Penelitian ... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal ... 37

B. Hasil Penelitian ... 38 C. Pembahasan ... 48 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 50 B. Saran-saran ... 51 C. Penutup ... 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

1

Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi Dasar yang merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang berlaku sebelumnya pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian dan kerumitan dalam kehidupan.

Pendidikan Aqidah Akhlak perlu dilakukan bagi pembentukan keimanan dan perkembangan perilaku peserta didik, maka sekolah memasukkan unsur pendidikan agama dalam setiap kurikulumnya. Pendidikan Aqidah Akhlak sebagai domain dari pendidikan agama, diberikan kepada peserta didik mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini sebagai landasan keagamaan peserta didik, sebelum benar-benar terjun di masyarakat. Namun selama ini, pembelajaran Aqidah Akhlak masih mengalami kendala. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar atau hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Suryabrata menyatakan yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya: kecerdasan, motivasi, prestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya: guru, kurikulum, dan model pembelajaran).1

Fenomena yang digambarkan di atas, baik yang menyangkut rendahnya kualitas hasil belajar, maupun layanan pembelajaran yang belum

1

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 249

(13)

dapat mengapresiasi dan mengakomodasi aktivitas peserta didik, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Oleh karena itu, di sini akan dikemukakan tawaran tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw untuk diterapkan dan dikembangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, berupa kualitas proses (aktivitas belajar peserta didik) serta kualitas produk, yakni prestasi akademik/hasil belajar peserta didik.

Penggunaan model atau metode pembelajaran tentunya harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, baik kesesuaian waktu, juga kesesuaian penggunaan perangkat pembelajaran yang ada, yang mampu membantu menyukseskan standar kompentensi yang akan dilaksanakan dalam kurikulum, baik kurikulum untuk sekolah maupun madrasah. Termasuk dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Setiap guru perlu meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang memiliki kompetensi baik akan mampu mengelola pembelajaran dengan baik sehingga prestasi belajar peserta didik juga bisa maksimal2

Untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan awal terhadap perkembangan dan pelaksanaan pembelajaran di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali, dari beberapa peserta didik yang berhasil diwawancarai menyebutkan bahwa selama ini pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilakukan guru terdapat permasalahan dintaranya:

1. Guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional, satu arah (berpusat pada guru) dan cenderung statis/monoton, hal ini berakibat aktivitas belajar peserta didik rendah.

2. Motivasi peserta didik masih rendah tercermin dalam keengganan mengikuti pelajaran dan malas mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

2

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 9

(14)

3. Prestasi belajar rendah terlihat dari ulangan harian peserta didik, dengan ketuntasan belajar hanya 52,94%. Berarti masih sekitar 47,06% peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar dan harus diberikan remidi serta penugasan, guna memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dimaksud yaitu 6,5.

4. Pelajaran Aqidah Akhlak menuntut adanya koordinasi individual peserta didik tercermin dalam pembelajaran yang mengutamakan kebersamaan, kooperatif dan bekerjasama menyelesaikan tugas dengan kelompok-kelompok kecil.

Dengan demikian, pembelajaran yang mungkin dilakukan adalah pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu dengan mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif, dewasa ini telah banyak digunakan. Bahkan pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Di samping itu, pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini berorientasi pada kerja sama dalam tim. Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka penerapan strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang ‘fleksibel’,3 artinya dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran.

3

(15)

Demikian juga menurut Hisyam Zaini model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dipilih karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah “dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain”.4 Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran agar peserta didik belajar kedalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama untuk memahami suatu bahan pelajaran. Dengan demikian diharapkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik dibidang studi Aqidah Akhlak akan meningkat.

Jika memang model pembelajaran tipe Jigsaw tersebut adalah salah satu model yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan mampu meningkatkan prestasi dan motivasi peserta didik dalam belajarnya, bukan suatu yang berlebihan apabila model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw tersebut dapat diterapkan dan dikembangkan di MTs Al Ihsan Doglo

Cepogo Boyolali, yaitu tempat peneliti melakukan penelitian tindakan.

Dari uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang bercirikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak selama ini kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; proses pembelajaran yang lebih didominasi guru dan cenderung mengedepankan aspek kognitif dengan cara menghafal, sehingga peserta didik kurang begitu aktif dalam pembelajaran. Kemudian, metode yang dipakai guru tidak mampu mendorong meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.

4

Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 56.

(16)

Untuk mengatasi kendala tersebut maka guru perlu merubah pola pengajaran yang berpusat pada peserta didik. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui metode ini, diharapkan prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik akan meningkatkan.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud dari judul skripsi di atas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting, yaitu:

1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Kata “prestasi” artinya hasil yang telah dicapai dari suatu usaha atau pekerjaan,5 dan “belajar” menurut Clifford T. Morgan adalah “any

relatively permanen change in behaviour which occurs as result of experience.”6 (perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman). Sedangkan Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di madrasah yang berkaitan dengan keimanan dan perilaku. Jadi prestasi belajar Aqidah Akhlak adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah proses pembelajaran Aqidah Akhlak berakhir. Indikator prestasi belajar Aqidah Akhlak diketahui melalui skor atau nilai hasil evaluasi pada akhir pembelajaran.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Trianto menyebut model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai model pembelajaran “Tim Ahli”.7 Karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menekankan pada aktivitas tim ahli, yaitu tim yang menguasai (mempelajari) tiap sub materi yang diajarkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

5

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 797

6

Cliffort T. Morgan, Introduction of Psychology, (New York: The Mc. Graw Hill Book Company, 1971), hlm. 63

7

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 56.

(17)

kooperatif. Peserta didik bekerja dalam tim yang heterogen dan bekerjasama serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.8 Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan cara implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara komprehensif dan sistematis di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2010.

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini bermaksud memfokuskan pada permasalahan yang penulis diajukan dalam penelitian ini, yaitu adakah peningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran aqidah akhlak materi iman kepada kitab-kitab Allah SWT melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran aqidah akhlak materi iman kepada kitab-kitab Allah SWT melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali tahun 2010?

8

(18)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan peserta didik mampu bekerjasama menyelesaikan tugas secara aktif baik individual maupun kelompok.

2. Bagi guru

a. Sebagai bahan kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatan motivasi dan prestasi belajar

b. Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan model pembelajaran atau inovasi dalam pembelajaran.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan wawasan baru secara langsung tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

(19)

8

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Prestasi Belajar 1. Pengertian

Secara bahasa istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi yang diartikan sebagai “hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”,1 dan belajar yang berarti “berusaha supaya mendapatkan sesuatu kepandaian.2 Jadi prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan/ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

A.J. Romiszowski seperti dikutip Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Outputs tersebut berasal dari berbagai macam informasi sedangkan inputs adalah perbuatan atau kinerja (performance).3 Hakikat hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.4 Perilaku tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan berpikir, ketrampilan, penghargaan terhadap sesuatu, sikap, minat dan sebagainya.5 Jadi prestasi belajar peserta didik dicapai melalui proses yang panjang ketika mengikuti dan melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Untuk mendapatkan prestasi yang baik diperlukan usaha, baik dari peserta didik sendiri maupun dari orang lain seperti guru dan orang tua.

1

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 390

2

Ibid., hlm. 21 3

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 38.

4

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3

5

Mohammad Ali, Bimbingan Belajar (Penuntun Sukses di Perguruan Tinggi dengan Sistem SKS), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1984), hlm. 11

(20)

Prestasi belajar tersebut sebagai hasil yang telah dicapai melalui proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan pengetahuan, sikap dan nilai serta ketrampilan. Juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, latihannya yang ditunjukkan dengan nilai tes. Dengan penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi.6

Prestasi belajar peserta didik merupakan hasil dari berbagai bentuk interaksi yang disengaja. Prestasi belajar peserta didik dapat diketahui dari nilai ulangan harian, nilai ulangan mid semester, atau nilai ulangan semester. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan sebagai indikator tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran di sekolahnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar keberhasilan dan kegagalan tidak dapat dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari berbagai segi/faktor yang mempengaruhi. Menurut aliran Pieget faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri peserta didik.7 Tetapi tidak cuma faktor itu saja yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, ada fakto-faktor yang juga ikut berperan dalam menentukan prestasi belajar yaitu seperti faktor intelegensi, motivasi, kepribadian dan juga faktor lingkungan.

Nana Sudjana menyebutkan bahwa fakor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi: faktor yang berasal dari diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Faktor-faktor internal antara lain faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi,

6

Lihat Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar,op.cit., , hlm.2-3

7

Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), hlm. 1.

(21)

kematangan, dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.8

Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar merupakan aktifitas individu yang disadari oleh peserta didik. Oleh karena itu, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh faktor intern peserta didik. Sedangkan hasil belajar di sekolah dipengaruhi oleh kapasitas peserta didik dan kualitas pengajaran.9 Dalam artian, kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi dan kualitas proses pembelajaran akan menentukan baik buruknya prestasi belajar peserta didik.

Namun Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan menyebutkan bahwa prestasi belajar peserta didik merupakan hasil kerja yang keadaannya sangat kompleks.10 Pretasi belajar ini merupakan bagian dari sebuah proses pendidikan di sekolah. Sehingga banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut. Prestasi belajar di sekolah diukur melalui penilaian, dan proses penilaian ini juga dipengaruhi banyak faktor di antaranya:

1. Input yang kurang baik kualitasnya 2. Guru dan personal yang kurang tepat 3. Materi yang tidak atau kurang cocok

4. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai 5. Kurangnya sarana penunjang

6. Sistem administrasi yang kurang tepat.11

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa secara teknis, prestasi belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar, khususnya di sekolah. Teknis pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi menjadi faktor dominan yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

8

Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 6

9

Husni Rahim, dkk., Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag RI, 2001), hlm. 64-65.

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksada, 2006), 4

11

(22)

Meskipun secara personal keadaan fisik maupun psikologis peserta didik juga sangat menentukan prestasi belajar tersebut.

Selain faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik yang berpengaruh dalam belajar, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran peserta didik. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu.

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak

Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik maupun yang buruk.12 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman. Sedangkan kata akhlak adalah jama dari kata khilqun atau khulqun yang berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.13 Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu sub dari pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah yang berisi tentang materi keimanan dan perilaku manusia yang baik dan buruk.

Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dijelaskan bahwa pendidikan Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,

12

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. hlm. 30

13

Lihat Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2

(23)

hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap

al-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku

seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.14

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah memiliki karakter di antaranya adalah: aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.15

2. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs berfungsi untuk:

a. Menumbuhkembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.16

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

14

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,, hlm. 50

15

Ibid., hlm. 49. 16

(24)

Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek Aqidah terdiri atas dasar dan tujuan Aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan

pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah,

dan namiimah.17

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong, yang berdasar pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain18. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya dalam kehidupan. Dengan kerja sama diharapkan semua persoalan akan mudah terselesaikan.

Trianto menyebut model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai model pembelajaran “Tim Ahli”.19 Karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menekankan pada aktivitas tim ahli, yaitu tim yang menguasai (mempelajari) tiap sub materi yang diajarkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif. Peserta didik bekerja dalam tim yang heterogen dan

17

Ibid., hlm. 53. 18

Anita Lie, Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,( Jakarta: Grasindo, 2004), Cet. 5, hlm. 28.

19

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 56.

(25)

bekerjasama serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.20

Kunci metode Jigsaw ini adalah interdependensi yaitu tiap peserta didik bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.21

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli ”Kelompok asal, yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam, kelompok ini disebut juga “home teams”. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli atau “kelompok ahli (expert group)”, yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.22

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompok-nya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab

peserta didik secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya

20

Robert E. Slavin, op.cit., hlm. 237.

21 Ibid. 22

(26)

di akhir pembelajaran, peserta didik diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh suatu kerja sama kelompok bisa disebut pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif

Saling ketergantungan positif artinya dalam pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan/sumber dan saling ketergantungan peran.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.23

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.24

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

23

Ibid. , hlm. 58-59 24

(27)

pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan, kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.25

d. Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan peserta didik dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap peserta didik mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Adakalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya mengajar peserta didik beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang pembelajar tidak bisa diharapkan langsung

25

(28)

menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk mental dan emosional para peserta didik.26

e. Evaluasi Proses Kelompok

Evaluasi proses kelompok, artinya tiap kelompok dalam kelas diberi kesempatan untuk mengevaluasi kerja kelompoknya. Tujuan evaluasi proses kelompok ini adalah untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.27

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Format evaluasi bisa bermacam-macam bergantung pada tingkat pendidikan peserta didik. Ada dua tingkat penilaian kelompok yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.28

Dalam evaluasi peserta didik dipaksa berfikir secara kreatif untuk mencari pemecahan suatu masalah. Hal ini yang terpenting adalah timbulnya pengetahuan baru. Peserta didik harus dapat menghasilkan kreasi baru dan mampu menentukan bagian-bagian dan selanjutnya menggabungkan bagian-bagian itu menjadi suatu yang baru.

Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif di dalam kelas ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan oleh guru, di antaranya:

26

Ibid, hlm. 34 27

Agus Suprijono, Op.cit., hlm. 61

28 Ibid.

(29)

a. Perumusan tujuan belajar peserta didik harus jelas.

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh peserta didik tentang tujuan belajar. c. Ketergantungan yang positif.

d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)

i. Kepuasaan dalam belajar. 29

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, maka guru telah melaksanakan pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tingkat kerjasama dan aktifitas belajar peserta didik.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Urutan/langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Fase 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan. Fase 3:

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

29

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Model Pembelajaran IPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 7-9

(30)

Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya. Fase 6:

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di mana peserta didik di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh peserta didik dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu.

D. Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

(31)

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dengan pendidikan agama di madrasah/sekolah berarti lembaga pendidikan telah berperan dalam memikirkan arti pentingnya pendidikan Islam bagi anak didiknya.

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: al-Qur’an-Hadis, Aqidah-akhlak, Fiqih, dan Tarikh (sejarah kebudayaan Islam). Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. al-Qur’an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber aqidah-akhlak, syari’ah/fiqih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.

Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik maupun yang buruk.31 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman. Sedangkan kata akhlak adalah jama dari kata khilqun atau khulqun yang berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.32 Dari definisi tersebut diketahui bahwa pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu sub dari pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah yang berisi tentang materi keimanan dan perilaku manusia yang baik dan buruk.

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang

30

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

31

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. hlm. 30

32

Lihat Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2

(32)

telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-kitab-kitab-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari..33

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah memiliki karakter di antaranya adalah: aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.34

Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kurikulum Aqidah Akhlak madrasah secara nasional untuk tingkat Tsanawiyah yang bersifat global. Kurikulum dimaksud, kurikulum yang berisi tentang standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi

33

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, op.cit., hlm. 50

34

(33)

dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia..35

Meskipun Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetnsi Lulusan (SKL) sudah dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tsanawiyah sangat memungkinkan munculnya keragaman pemahaman terhadap standar nasional tersebut yang dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran tentang kurikulum yang berbasis pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin tercapainya kompetensi dasar nasional mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs).

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs berfungsi untuk:

a. Menumbuhkembangkan Aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.36

3. Rung Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

35

Ibid., hlm. 50 36

(34)

a. Aspek Aqidah terdiri atas dasar dan tujuan Aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan

pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah,

dan namiimah.37

E. Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative

Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model kooperatif tipe Jigsaw dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan baik.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah disesuaikan dengan tujuan dan standar kompetensi dari materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Disamping itu, berdasarkan tuntutan kurikulum KTSP bidang studi Aqidah Akhlak tahun 2007, pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran secara kelompok yang berbasis pada ketrampilan proses dan aktivitas peserta didik yang berorientasi pemecahan masalah berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan menggunakan metode ilmiah untuk memahami, menghayati serta mengamalkan materi pelajaran Aqidah Akhlak. Pembelajaran yang mungkin dilakukan adalah pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi kelompok yang identik dengan

37

(35)

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Beberapa alasan mengapa model kooperatif tipe Jigsaw digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dan upayanya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik adalah:

1. Dengan model kooperatif tipe Jigsaw, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik sendiri. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta didik membentuk makna dan bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

2. Melalui model kooperatif tipe Jigsaw, peserta didik dapat membangun pengetahuan secara aktif. Penyusunan pengetahuan yang terus menerus dan menempatkan peserta didik sebagai peserta yang aktif, terutama dalam kelompok diskusi.

3. Dengan model kooperatif tipe Jigsaw peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dan potensi dirinya.

4. Model kooperatif tipe Jigsaw sangat cocok untuk diterapkan dalam materi yang terdiri dari sub-sub pokok bahasan yang mencerminkan jumlah kelompok dalam ilustrasi Jigsaw, seperti macam-macam kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi, nama-nama nabi yang menerima kitab Allah fungsi kitab-kitab Allah dan lain sebagainya. Cerminan dari sub pokok bahasan akan diilustrasikan dan dipakai dalam kelompok ahli dan kelompok asal.

F. Kerangka Berpikir

Keberhasilan pendidikan di madrasah/sekolah sangat ditentukan oleh akademik intelektual dan penampilan moral seorang alumni madrasah. Bagaimanapun nilai raport dan hasil ujiannya, moral keagamaan yang melekat pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan lembaga pendidikan tempat ia belajar.

(36)

Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah ada maka salah satu alternatif peningkatan kualitas pembelajaran pada madrasah yang menekankan pendidikan kecerdasan akademik dan moral atau akhlak adalah penerapan teori kognitif. Teori belajar konstruktivis adalah salah satu penerapan teori kognitif.

Salah satu implikasi teori belajar konstruktivis dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana peserta didik saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas peserta didik selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran, hasil belajar/prestasi akademik meningkat dan dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan kerangka berfikir secara teoritis yang dikutip dari pendapat para ahli, dan secara empiris dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yang diantaranya meliputi motivasi belajar dan hasil belajar yang signifikan. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses (aktivitas belajar peserta didik), motivasi dan kualitas hasil/prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

(37)

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa ada peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran Aqidah Akhlak materi iman kepada kitab-kitab Allah SWT melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali tahun 2010.

(38)

27

Sesuai dengan studi yang akan penulis lakukan, bahwa penelitian ini akan dilakukan dengan menekankan pada jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang kearah kondisi yang diharapkan. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelitian tindakan kelas yang berupaya membantu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas.

Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan kelas adalah “penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran.”1

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membantu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran dengan mengenalkan salah satu model pembelajaran kepada guru. Dalam hal ini peneliti sebagai pencetus gagasan terhadap persoalan yang harus diteliti, guru bukan inovator melainkan yang mengambil posisi inovator adalah peneliti. Dalam penelitian ini peneliti bersama kolaborator meneliti praktik pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, sehingga peneliti dapat melihat bagaimana interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian tindakan dilakukan sebagai upaya untuk peningkatan pembelajaran yang berlangsung dalam beberapa tahap yang dimulai dari perencanaan, aksi/tindakan, observasi, dan refleksi yang kemudian kembali pada perencanaan semula untuk tindakan berikutnya sampai dirasa cukup dan memadai.

1

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 5, hlm. 3

(39)

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi yang penulis teliti adalah MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali. Penelitian tindakan kelas ini terfokus pada kelas VIII. Sedangkan waktu penelitian mulai pada tanggal 7 Agustus 2010 s/d 7 Oktober 2010. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut.

No Rencana Kegiatan Minggu

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Persiapan

Menyusun konsep pelaksanaan Menyepakati jadwal

Menyusun instrumen Diskusi konsep

2 Pelaksanaan

Persiapan kelas dan alat Pelaksanaan pra siklus Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II

3 Pembuatan Laporan

Menyusun Konsep Laporan

2. Subyek Penelitian

Subyek adalah sekelompok orang atau individu yang diteliti. Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu subjek penerima tindakan dan subjek yang membantu dalam penelitian. Yang menjadi subjek penerima tindakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali yang berjumlah 34 peserta didik yang terdiri dari 16 putra dan 18 putri. Sedangkan subjek yang membantu dalam penelitian tindakan ini adalah guru Aqidah Akhlak yang sekaligus sebagai mitra (kolaborator peneliti).

C. Desain Penelitian

Adapun siklus penelitian Tindakan ini, dikembangkan dari model penelitian Arikunto dkk., yaitu rangkaian empat kegiatan yang dilakukan

(40)

dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:2

Menurut Arikunto, dkk., apabila hasil refleksi siklus II masih terdapat permasalahan baru atau permasalahan lama yang belum terpecahkan, maka siklus tersebut dapat dilanjutkan dengan menambah satu siklus dan seterusnya sampai permasalahan yang ingin dipecahkan dapat terpenuhi.3

Untuk langkah-langkah pelaksanaan tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Pra Siklus

Sebelum melakukan penelitian tindakan di kelas, peneliti mengadakan kegiatan pembelajaran tanpa Jigsaw dan setelah itu peneliti mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan tanpa Jigsaw.

2

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 67

3

Suharsimi Arikunto, dkk, op.cit., hlm. 74

Pelaksanaan tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I Pelaksanaan tindakan II Pengamatan/ pengumpulan data II Permasalahan Perencanaan Tindakan I Refleksi I Siklus I Permasalahan baru hasil refleksi

I Perencanaan Tindakan II Refleksi II Siklus II Pengambilan keputusan

(41)

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini akan diketahui bagaimana hasil belajar Aqidah Akhlak peserta didik. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil belajar yang diperoleh setelah menggunakan Jigsaw pada siklus I dan II.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Urutan kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini adalah:

1) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran. Rencana pembelajaran pada pertemuan kedua dan seterusnya disusun berdasar hasil analisis terhadap metode penelitian yang digunakan.

2) Menyusun lembar kerja peserta didik (LKS) disesuaikan dengan model pembelajaran yang sedang digunakan bersama guru mitra. 3) Menyusun lembar pengamatan aktivitas peserta didik.

4) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus. b. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok yang akan diajarkan.

2) Penjelasan singkat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang akan diterapkan kepada peserta didik.

3) Melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dengan ilustrasi Jigsaw, yaitu; pembagian kelompok asal yang terdiri 4-6 orang peserta didik, penugasan anggota kelompok asal untuk mempelajari materi dalam kelompok ahli (kelompok ahli mencerminkan jumlah materi yang dipelajari).

4) Setelah anggota kelompok ahli mempelajari materi selesai, maka semua anggota kelompok ini kembali pada kelompok asal kemudian hasil dari diskusi kelompok ahli diinformasikan kepada kelompok asal.

(42)

5) Dalam kelompok asal semua anggota bekerjasama mengerjakan tugas kelompok, kemudian mempresentasikan hasil kerja di depan kelas.

6) Guru memfasilitasi kegiatan diskusi masing-masing kelompok. 7) Memberikan lembar kerja peserta didik kepada masing-masing

kelompok asal setelah kembali mempelajari materi pelajaran di kelompok ahli, selanjutnya mempersilahkan kepada masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban LKS di depan kelas dengan cara acak.

8) Guru bersama kelompok lain mengevaluasi jawaban soal latihan yang dikerjakan kelompok secara bergantian. Pada saat yang sama peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik atau kelompok untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya, memberi tanggapan atau berpendapat.

9) Pada akhir siklus guru memberikan tes akhir pembelajaran sebagai instrumen prestasi belajar peserta didik.

10) Ilustrasi pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

Kelompok Asal

Materi I Materi II Materi III Materi IV Materi V

Kelompok Ahli A 1 2 3 4 5 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 D 1 2 3 4 5 1A 1B 1C 1D 2A 2B 2C 2D 3A 3B 3C 3D 4A 4B 4C 4D 5A 5B 5C 5D

(43)

c. Observasi

Dalam tahap ini observer berperan mengumpulkan data berupa aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan lembar pengamatan/observasi. Kegiatan ini dapat dilakukan bersama-sama guru sebagai mitra peneliti. Data yang terkumpul akan dianalisis berikut dengan menilai hasil observasi menggunakan format lembar observasi.

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi; evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. 2) Melakukan pertemuan untuk membahas evaluasi tentang skenario,

LKS, dan lain-lain.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, yang dtuangkan pada rencana tindakan pada siklus berikutnya.

4) Evaluasi tindakan I, meliputi; interpretasi hasil analisis data, pengambilan keputusan terhadap jawaban permasalahan, dan lain-lain.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Lanjutan

Hasil analisis dan refleksi akan digunakan untuk memutuskan apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I telah tepat dan dapat mengatasi masalah dengan baik atau belum. Dalam hal ini apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah mencapai hasil yang optimal atau belum sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Bila hasilnya belum seperti yang diharapkan, maka dilakukan perencanaan tindakan yang berbeda dengan memperbaiki tindakan pada siklus I. Dengan prediksi bahwa hanya dengan satu siklus, pencapaian tujuan belum dapat optimal, maka penelitian tindakan harus dilanjutkan pada siklus II dengan prosedur yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

(44)

evaluasi, analisis refleksi. Secara sederhana tahap perencanaan ini meliputi:

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2) Pengembangan program tindakan siklus II, diantaranya: pembuatan

RPP, penyusunan kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus II . b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II, skenario atau ilustrasi pembelajarannya hampir sama dengan tindakan pada siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini sebagai berikut:

1) Melaksanakan skenario sebagaimana dalam RPP.

2) Menjelaskan singkat tujuan pembelajaran yang akan dijalani peserta didik, dengan memotivasi melalui model pembelajaran yang akan diterapkan.

3) Mencatat jalannya Kegiatan Belajar Mengajar dengan lembar observasi.

4) Pada tahap akhir pembelajaran, peserta didik diberikan tes tertulis. c. Observasi

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru bersama peneliti untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, apakah diantara peserta didik masih terdapat ketidakpahaman dalam model pembelajaran yang diterapkan. Hasil dari observasi ini akan diidentifikasi dan pengambilan interpretasi dalam tahap refleksi pada siklus II tersebut.

d. Refleksi

Merenungkan kembali hasil pengamatan terhadap peserta didik, serta analisis data dari pelaksanaan tindakan berupa lembar pengamatan dan tes akhir siklus untuk pengambilan keputusan sebagai akhir dari siklus II.

(45)

D. Metode Pengumpulan Data

1. Tes

Metode tes adalah “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.4 Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar, yaitu tes yang dilaksanakan setelah berlangsungnya setiap akhir siklus.

Tes ini akan peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar pada tiap akhir siklus. Dengan tes hasil belajar ketercapaian ketuntasan individual dan klasikal serta peningkatan prestasi belajar Aqidah Akhlak peserta didik tiap akhir siklus tindakan.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan ”pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang diselidiki.”5 Pengamatan atau observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung oleh dua observer pada saat proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Tujuan digunakan lembar observasi ini adalah untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, baik dalam siklus I maupun siklus II dan selanjutnya sampai selesainya penelitian tindakan kelas yang ditetapkan.

3. Dokumentasi

Penggunaan metode ini diharapkan memperoleh makna yang lebih valid kebenarannya. Dan kejadian sebuah proses yang tak terbatas diharapkan mampu terungkap secara empiris dan selanjutnya mampu dijadikan sebagai bukti yang lebih akurat. Metode dokumentasi berusaha

4

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., 2006), hlm. 53

5

(46)

mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.6

Dokumentasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data sebagai pelengkap dari data-data yang didokumentasikan, diantaranya; catatan harian peserta didik, absensi kehadiran peserta didik, foto kegiatan pembelajaran, daftar nilai dan prestasi peserta didik serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

E. Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ada dua bentuk yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar sedangkan data kualitatif berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu mata materi (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas peserta didik mengikuti pelajaran, dan perhatian peserta didik dapat dianalisis secara kualitatif.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel.7 Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk menganalisis jumlah peserta didik yang mengalami peningkatan prestasi belajar Aqidah Akhlak dengan menggunakan metode Jigsaw di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali yang diperoleh dari tindakan siklus I dan II.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 206.

7

(47)

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: 1. Frekuensi aktivitas belajar peserta didik dinyatakan aktif apabila

prosentase aktivitas belajar peserta didik berjumlah 85% dari jumlah peserta didik telah aktif mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak sesuai dengan aspek aktivitas belajar dalam KBM yang diamati.

2. Penelitian akan dinyatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 85% secara klasikal peserta didik telah mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 65.

(48)

37

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al Ihsan Doglo Cepogo Boyolali. Sistem pembelajaran yang berlangsung masih satu arah, dalam arti guru cenderung berperan sebagai orang yang maha tahu dan sumber dari segala pengetahuan peserta didik. selama proses pembelajaran keterlibatan peserta didik masih kurang atau pasif, akibatnya dorongan/aktifitas belajar peserta didik rendah serta prestasi akademik atau hasil belajar belum memuaskan.

Selain kondisi proses pembelajaran, pada tahap ini juga diperoleh data mengenai rekapitulasi nilai ulangan harian Aqidah Akhlak peserta didik. Rangkuman rekapitulasi nilai tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Rangkuman Nilai Ulangan Harian Kelas VIII

No Hasil Tes Pencapaian

1 Nilai tertinggi 73

2 Nilai terendah 47

3 Nilai rata-rata 64.12

4 Jumlah Peserta didik tuntas belajar 18 5 Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar 16 6 Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal 52,94%

Berdasarkan data tabel 4.1 di atas, bahwa jumlah peserta didik yang memenuhi standar ketuntasan belajar minimal adalah sebanyak 18 orang, sedangkan yang belum memenuhi standar tersebut adalah 16 orang peserta didik. Nilai rata-rata yang dicapai juga belum mancapai standar ketuntasan secara individual 65, atau baru mencapai 64,12.

Dari hasil observasi dan prestasi belajar peserta didik di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi pada tahap pra siklus atau sebelum dilakukan tindakan masih belum maksimal. Oleh karena itu, perlu

Gambar

Ilustrasi Pembelajaran Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan

1) Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT BERSALIN DENGAN METODE WATER BIRTH.. Oleh

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Efisiensi yang diterapkan pada perancangan ini adalah penataan ruang dalam kawasan pusat kota dengan ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat parkir (parkir

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga