• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KADAR ZINK PLASMA PADA PASIEN ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Wahyu Kusuma Wadhani, Muhammad Riza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KADAR ZINK PLASMA PADA PASIEN ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Wahyu Kusuma Wadhani, Muhammad Riza"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KADAR ZINK PLASMA PADA PASIEN ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Wahyu Kusuma Wadhani, Muhammad Riza

Abstrak

Latar belakang

Zink merupakan trace element penting untuk hampir disemua sistim biologi tubuh. Beberapa penelitian telah melaporkan rendahnya kadar zink pada pasien anak thalassemia, namun sampai saat ini pemberian preparat zink belum rutin diberikan pada pasien anak thalassemia. Hingga saat ini belum ada penelitian yang meneliti tentang kadar zink pada anak dengan thalassemia. Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran kadar zink pada pasien thalassemia mayor anak di RSUD dr. Moewardi.

Metode

Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk melihat gambaran kadar zink pada pasien thalassemia mayor anak dengan mengambil data rekam medik dari pasien thalassemia mayor yang dirawat di RSUD dr. Moewardi tahun 2017.

Hasil

Selama bulan Februari hingga April 2017 sebanyak 40 anak di rawat di RS dr. Moewardi Surakarta. Pemeriksaan kadar zink dilakukan pada 40 anak dengan thlassemia dan didapatkan sebanyak 24 (60%) yaitu sebanyak 9 anak dengan pemakaian kelasi besi deferiprone dan 15 anak dengan pemakaian kelasi besi deferasirox yang menderita defisiensi zink memiliki kadar zink plasma sebesar 70-91 g/dL. Pada penelitian ini status gizi baik didapatkan pada 23 (57%) anak dan gizi kurang pada 17(43%) anak. kadar zink tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, serta jumlah transfusi. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa kadar seng plasma dalam tubuh berkisar 90-100 g/dL, sehingga penderita tersebut sangat rentan untuk mengalami defisiensi zink.

Kesimpulan

Pada semua karateristik yang diuji, sebagian besar anak thalassemia mempunyai kadar zink plasma yang rendah.

(2)

2 THE FIGURE OF PLASMA ZINC LEVEL IN CHILDREN WITH THLASSEMIA MAJOR IN MOEWARDI GENERAL HOSPITAL SURAKARTA

Wahyu Kusuma Wadhani, Muhammad Riza

Abstrac Background

Zinc is an important trace element for almost all of the biological body systems. Some studies have reported the low level of zinc in patient with thalassemia, but until nowzinc siplementation is not regulary given to children wih thalassemia. Nodays, there has not been a research yet regarding to zinc level in patient with thalassemia.

Aim

To figure out the zinc level on children with thalassemia mayor in Moewardi general hospital. Methods

This study was descriptiv to observe the zinc level on children with thalassemia mayor by taking data from hospitalized patient in moewardi general hospital in 2017.

Result

On february untyl Aprl 2017, of 40 children hospitalized in Moewardi general hospital. Zinc level examination was done in 40 children with thalassemia and there were 24 (60%), 9 with the deferiprone iron chelation and 15 with deferasirox seffured from zinc deficiency, having zinc plasma 70-91 gram/dl. This study found wllnourised status as many as 23 (57%) and undernourhised status 17 (43%) children. Zinc level was not influenced by sex as well as transfusition entity. In this study also found that plasma zinc level on the body was 90-100 gram/dl., so those patients were susceptible for zinc deficieny.

Conclution

For all studied charateristics, most of children with thalassemia had low plasma zinc level. Keywords: thalassemia mayor, plasma zinc

(3)

3 GAMBARAN KADAR ZINK PLASMA PADA PASIEN ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Wahyu Kusuma Wadhani, Muhammad Riza

A. Latar belakang

Thalassemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan secara herediter berupa autosomal resesif yang menyebabkan berkurangnya atau tidak ada sama sekali satu atau lebih dari rantai globin. Thalassemia ditandai oleh ketidakefektifan eritropoesis, peningkatan hemolisis dan anemia berat.1,2

Terapi penderita thalassemia antara lain terapi suportif, kuratif dan terapi masa depan. Terapi suportif yang diberikan kepada penderita thalassemia mayor adalah transfusi darah secara rutin, pemberian kelasi besi, splenektomi, maupun transplantasi sumsum tulang.3 Pada pasien thlassemia dengan transfusi berulang, dapat menimbulkan

penumpukan besi yang berlebihan pada tubuh. kadar besi yang tinggi dapat mempengaruhi proses penyerapan zink.4 Telah diketahui sebelumnya bahwa zink terlibat banyak aktivitas

fisiologik termasuk fungsi imun,sensasi rasa, adaptasi tubuh terhadap situasi gelap, penyembuhan luka, metabolisme zat penting bagi tubuh seperti lemak, serta sistem saraf. Defisiensi zink yang berat pada pasien thalassemia dapat berakibat pada gangguan pertumbuhan, hambatan maturasi seksual serta defisiensi imun.5-7 Mekanisme terjadinya penurunan kadar zink serum dapat melalui beberapa jalur, yaitu: intake makanan yang tidak adekuat, hemolisis kronik, tubulopati renal, gangguan absorpsi yang disebabkan karena proses inhibisi zink dan besi serta efek samping pemakaian kelasi besi.4,8

Sejumlah penelitian dilakukan untuk mempelajari defisiensi zink pada pasien thalassemia beta mayor. Sebagian besar penelitian ini menujukan kadar zink plasma yang rendah. Dehshal pada tahun 2007 didapatkan hasil bahwa desferrioxamine merupakan terapi kelasi besi yang mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mengkelasi besi, namun disisi lain desferrioxamine mempunyai efektivitas yang sama pula dalam mengkelasi mineral penting lainnya seperti zink.9 Defisiensi zink dan penyebabnya pada penderita thalassemia masih dalam perdebatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kadar zink pada anak penderita talassemia di bagian ilmu kesehatan anak RS. Dr. Moewardi Surakarta.

(4)

4 B. Metode

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk melihat gambaran kadar zink pada pasien thalassemia mayor anak dengan mengambil data rekam medik dari pasien thalassemia mayor yang dirawat di RSUD dr. Moewardi tahun februari 2017 – April 2017. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah semua penyandang thalassemia mayor yang tinggal di wilayah Surakarta. Populasi terjangkau adalah pasien anak yang dirawat di bangsal anak Thalassemia berusia hingga 18 tahun antara bulan februari dan april 2017 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Subjek penelitian yang memeuhi kriteria dimasukan dalam sampel penelitian secara konsekutif. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Anak thalassemia usia 1 hingga 18 tahun yang dirawat di bangsal anak thalassemia Rumah Sakit Dr. Moewardi antara bulan Februari 2017 sampai dengan April 2017.

b. Mengkonsumsi preparat besi

c. Orang tua atau wali menandatangani informed consent penelitian. 2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien gizi buruk b. Diare

c. Konsumsi preparat zink dalam kurun waktu 14 hari sebelum pengambilan sampel

d. Pasien atau orang tua menolak ikut penelitian

Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan kadar zink plasma. Subjek dikatakan memiliki kadar zink plasma rendah jika <70 g/dl, berdasarkan pengukuran atomic absorption spectroscope (AAS).10

C. Hasil

Selama rentang waktu peneltian yang telah ditentukan, terdapat 40 anak yang memenuhi kriteria inklusi penelitian yang terdiri dari 18 anak lelaki dan 22 anak perempuan dengan usia berkisar antara 3 tahun dan 13 tahun 9 bulan. Karateristik umum subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

(5)

5 Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia anak thalassemia(n=40)

Variabel N Orang Minimum (tahun) Maksimum (tahun) Simpang baku Usia 40 3 16 4,18

Berdasarkan tabel 1, usia minimum anak penderita thalassemia adalah 3 tahun, sedangkan usia maksimum adalah 16 tahun. Rerata usia anak talassemia adalah 9,50.

Tabel 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan status gizi anak thalassemia

Karakteristik Frekuensi Presentase

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 18 22 45% 55% Gizi Baik Kurang 23 17 57% 43%

Berdasarkan tabel 2, jenis kelamin terbanyak pada pasien thalassemia adalah perempuan yaitu sebanyak 22 subjek penelitian (55%). Status gizi terbanyak berupa gizi baik sebanyak 23 (57%).

Tabel 3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jumlah transfusi (ml) per tahun anak thalassemia

Karakteristik N Rata-rata Simpang

baku Rentang Jumlah transfusi (ml) 40 17,91 10,40 1.700-45.700

Kadar zink plasma Rendah normal

Simpang baku Rentang

Deferiprone 9 (45%) 11 (55%) 13,117 52-92

(6)

6 Kadar zink plasma didapatkan kadar yang lebih rendah pada anak dengan pemakaian deferasirox yaitu sebanyak 15 (75%).

D. Pembahasan

Tubuh memerlukan berbagai jenis mineral untuk menjaga fungsinya agar dapat berjalan dengan baik. Besi dan zinc merupakan salah satu contoh elemen esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, sehingga proses penyerapan elemen-elemen tersebut menjadi sangat penting. Penyebab perubahan kadar zink serum pada thalassemia beta mayor terdiri atas beberapa faktor. Proses transfusi darah merupakan tatalaksana suportif utama untuk mempertahankan kadar hemoglobin. Transfusi darah yang berulang, dapat mengakibatkan komplikasi berupa penimbunan zat besi dalam tubuh yang selanjutnya akan menghasilkan radikal bebas yang dapat mempengaruhi berbagai fungsi organ tubuh. Terapi kelasi besi merupakan pilihan utama dalam mengatasi timbunan NTBI dalam tubuh anak dengan thalassemia beta mayor.11

Dalam perkembangannya, diketahui bahwa selain dapat mengkelasi molekul besi, terapi kelasi besi dapat juga menyebabkan efek kelasi pada mineral penting tubuh lainnya, misalnya zink. Zink mempunyai afinitas yang hampir sama dengan besi, sehingga kemampuan terapi kelasi besi mengikat besi sama besarnya dengan kemampuan kelasi besi berikatan pada zink. Faktor lain yang menyebabkan penurunan kadar zink pada penderita thalassemia yaitu diantaranya diet yang tidak adekuat, serta proses pembuangan zink melalui urin yang disebabkan proses hemolisis.12 Mekanisme terjadinya penurunan kadar zink serum dapat melalui beberapa jalur, yaitu:

Intake makanan yang tidak adekuat pada pasien dengan thalassemia beta mayor

Pada penelitian yang dilakukan Fung EB pada tahun 2012, didapatkan hasil bahwa >30% pasien thalassemia mengkonsumsi nutrisi yang tidak adekuat sesuai dengan estimated average requirement (EAR) dengan nilai P<0,01. 6

Gangguan absorpsi

Penyerapan kadar zink sangat dipengaruhi oleh jenis asupan nutrisi serta proses penyerapan zink itu sendiri. Pada pasien thalassemia terjadi efek inihibisi antara besi dan zink yang terjadi pada konsentrasi besi tinggi (Fe: Zn, 25:1).12

Divalent metal transposters (DMT1) merupakan trasnporter yang sangat berperan penting adalam proses penyerapan besi dan zinc. Pada pasien thalassemia terjadi penumpukan

(7)

7 besi tubuh yang berlebihan sehingga DMT1 tidak banyak diproduksi, yang nantinya akan berdampak pada proses penyerapan besi dan juga zinc.13

Efek samping kelasi besi pada pasien dengan thalassemia beta mayor.

Saat ini dikenal 3 jenis kelasi besi yang masih banyak dipakai, yaitu desferrioxamine, deferiprone dan deferasirox. Deferiprone dan deferasirox merupakan agen kelasi besi yang banyak digunakan saat ini, berbeda dengan desferrioxamine yang berbentuk injeksi, deferiprone dan deferasirox lebih disukai karena mempunyai sedian oral sehingga pasien anak dengan thalassemia lebih nyaman dalam penggunaannya.1,2

Kemampuan kelasi besi menurunkan simpanan besi tubuh berbanding lurus dengan kempuan mengkelasi elemen penting tubuh lainnya, seperti zink. Studi yang dilakukan oleh Dehshal pada tahun 2007 didapatkan hasil bahwa desferrioxamine merupakan terapi kelasi besi yang mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mengkelasi besi, namun disisi lain desferrioxamine mempunyai efektivitas yang sama pula dalam mengkelasi mineral penting lainnya seperti zink.12

Pada penelitian ini status gizi baik didapatkan pada 23 (57%) anak dan gizi kurang pada 17(43%) anak. Wahidiyat 14 mendapatkan 22,7% penderita thalassemia tergolong gizi baik, 64,1% gizi kurang, dan13,2% gizi buruk. Pada penelitian ini juga ditemukan lima belas subjek (85%) yang tidak menderita defisiensi zink memiliki kadar zink plasma sebesar 70-91 g/dL. Secara fisiologis diketahui bahwa kadar seng plasma dalam tubuh berkisar 90-100 g/dL, sehingga penderita tersebut sangat rentan untuk mengalami defisiensi zink, mengingat dalam perjalanan penyakitnya akan mudah mengalami asupan nutrisi yang kurang oleh karena rendahnya nafsu makan, gangguan penggunaan nutrisi akibat hipoksia kronik, kebutuhan yang meningkat.

Arcasoy dkk. menunjukkan bahwa rendahnya kadar zink plasma mengikuti hipersenguria yang kemungkinan terjadi karena perubahan sirotik akibat hemakromatosis atau adanya peningkatan laju filtrasi seng di ginjal akibathemolisis kronik.15 Tanphaichitr dkk.16 juga mengemukakan hal yang sama dengan hemolisis sel darah merah sebagai penyebab hipersenguria dan menunjukkan adanya korelasi negatif antara kadar zink urine dan seng eritrosit (r=-0,70; p<0,001). Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan yang ditemukan oleh Bartakke dkk.17 di India, yang menunjukkanbahwa kadar zink urine penderita thalassemia mayor yang mendapat transfusi berulang dan belum mendapat kelator besi tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol. Hashemi dkk.18 Penelitian-penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dapat mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan rendahnya kadar zink plasma penderita thalassemia mayor.

(8)

8 Kesimpulan

Pada penderitathalassemia mayor anak yang mendapat transfusi darah berulang, sebaiknya diperiksakan kadar seng plasmanya secara rutin dan bila ditemukan adanya defisiensi zink dianjurkan untuk mendapat suplementasi zink. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab lain rendahnya kadar seng plasma pada penderitathalassemia mayor anak yang berobat di RS dr Moewardi Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lanzkowsky P., 2011. Thalassemias. Dalam: Manual Of Padiatric Hematology And Oncology. Fifth edition. Elsivier Academic Press. 231-245.

(9)

9 2. Permono B, Ugrasena I., 2012. Hemoglobin abnormal. Dalam: Permono B, Sutaryo, Ugrasena I, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak. Edisi keempat. Penerbit IDAI. 64-84.

3. Weatherall DJ, Akinyanju O, Fucharoen S, Olivieri NF, Musgrove P., 2006. Inherited disorder of hemoglobin. Dalam: Weatherall DJ (editor). Disease control priorities in developing countries. Newyork, Oxford University Press. P 663-80. 4. Scheers N. 2013. Regulatory effects of Cu, Zn, and Ca on Fe absorption: The

intricate play between nutrient transporter. Nutrients. 5(3) 957-970.

5. Hashemipour M, Kelishadi R, Hovsepian S, Talaei M, Houfar H, Sepahvand N, dkk. 2005. Zinc status in homozygous beta-thalassemic children. J Ped Neonat. 2(4):45-8.

6. Rink L, Haase H. 2007. Zinc omeostasis and immunity. Trends immunology. 28(1)1-4

7. Almatsier S. 2001. Mineral mikro. Prinsip dasar ilmu gizi. Edisi ke-1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

8. Arijanty L, Nassar SS. 2006. Masalah nutrisi pada thalassemia. Sari Pediatri. 5(1):21-6.

9. Dehshal MH, Hooghooghi AH, Kebryaeezadeh A, et al. 2007. Zinc deficiency aggravates abnormal glucose metabolism in thalassemia beta mayor patients. Medscin. 13(5):CR235-9

10. Hoffbrand AV. 2010. Iron Chelation Therapy: past, present and future prospects. European Journal of clinical and medical oncology. 2(3) 1-5

11. Fung EB, Xu Y, Trachtenberg F, Odame I, Kwiatkowski JL, Neufeld EJ, et al. 2012. Inadequate dietary intake in patients with thalassemia. Journal academy of nutrition. 112(7):980-990

12. Scheers N. 2013. Regulatory effects of Cu, Zn, and Ca on Fe absorption: The intricate play between nutrient transporter. Nutrients. 5(3) 957-970.

13. Dehshal MH, Hooghooghi AH, Kebryaeezadeh A, et al. 2007. Zinc deficiency aggravates abnormal glucose metabolism in thalassemia beta mayor patients. Medical science. 13(5):CR235-9

14. Kirsteen H, Maclean, John L, Cleveland, Porter JB. 2001. Cellular zinc ontent is a major determinant of iron chelator-induced apoptosis of thymocytes. Blood. 98:3831-3839.

(10)

10 15. Smith JC, Butrimovitz GP, Boeckx RL, Chu R, McIntosh ME, Prasad AS, dkk. Direct measurement of zinc in plasma by atomic absorption spectroscopy. Clin Chemistry.1979:25(8);1087-91.

16. Sohn YS, Breuer W, Munich A. Cabantchik ZI. 2008. Redsitribution of accumulated cell iron: a modality of chelation with therapeutic implications. Blood. 111:1690-1699.

17. Arredondo M, Munoz P, Mura CV, Nunez MT. 2003. DMT1 a physiologically relevant apicaL transporter of intestinal cell. American journal of physiology. 284(6):C11525-30.

18. Wahidayat I. Penelitian thalassemia di Jakarta. Tesis. Jakarta: Intermega; 1979. 19. Arcasoy A, Dogru U, Cavdar O. Zinc deficiency in beta-thalassaemia. J Royal

Society Med. 1982;75:671.

20. Tanphaichitr VS, Visuthi B, Tanphaichitr V. Causes of inadequate protein-energy status in thalassemic children. Asia Pacific J Clin Nutr. 1995;4:133-5.

21. Hashemi FS, Abolhasani M, Hakimi SM. Serum and urine level of zinc in patients with minor beta thalassemic in Ali-asghar hospital during the years 2005-2006. Iranian J Pathol.2007;2(2):54-8.

Referensi

Dokumen terkait

Ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran flipped classroom berbantuan video terlihat dari suasana saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM), dimana peserta

Dengan membaca teks pada powerpoint dan mengamati video tentang proses membuat garam, siswa dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan wujud benda dengan tepat.. Dengan

Kerukunan hidup umat beragama, yang dalam terminologi pemerintah mencakup kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal

Selain itu Sugiyono (2013:297) menyebutkan bahwa “penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

Dalam menjalankan sebuah bisnis, perijinan sangatlah penting dalam keberlangsungan bisnis. Dimana dalam suatu bisnis jika tidak memiliki perijinan, maka dapat dikatakan bahwa

- Bahwa muatan materi Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, apabila dikaitkan dengan kondisi sebagaimana pada poin 14 di atas, maka