KEPADATAN POPULASI APHID Aphis gossypii (Glover) (Hemiptera:
Aphididae) PADA TANAMAN KENTANG DI KAMPUNG BATU
KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK
Oleh
Ana Witra, Jasmi, dan Putri Pratiwi
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat
Ana.witra7@yahoo.com
ABSTRACT
The population of aphids (Aphis gossypii) in Kampung Batu Kembar lake district of Solok decrease the production of vegetables. One of the vegetables that there are in the areas of this Batu village is potatoes. The purpose of this study was to determine the population density of Aphis gossypii on potato in Kampung Batu Kembar Lake District of Solok. This study was conducted in September-November 2013 with a descriptive survey method by direct collection against A. gossypii existing research in the location. Field sampling conducted on potato tubers and grow new potatoes will be harvested a month. Physical environmental factors measured are temperature, pH and soil moisture. Widely used as a study area of about 30 x 20 m. The characteristics of A. gossypii were found on potato in Kampung Batu subdistrict Kembar Lake are body size from 1.1 to 3 mm , konikel one pair , there are winged and wingless and there are a variety of body colors such as black, green, and yellow. From the research that has been conducted on potato in Kampung Batu Kembar Lake District of Solok was concluded on potato tubers grown induvidu obtained 7.69 / month clumps and the potatoes will be harvested obtained 4.6 induvidu / clump. Population density of A. gossypii were found already passed the threshold of pest control. Keyword: Aphids, patato, population, density.
PENDAHULUAN
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini (Borror, 1992). Salah satu yang termasuk kedalam golongan serangga adalah Aphid, yang termasuk kedalam ordo Hemiptera, Famili Aphididea. Di Indonesia ada beberapa jenis Aphid yang ditemukan pada tanaman kentang diantaranya, Aphis fabae, Aphis
gosypii, Aphis nasturti, Myzus persicae, Myzus ornatus dan Myzus ascalonicus (Fauzana, dkk.,
2002). Tapi pada tanaman sayuran dataran rendah, kutu daun yang paling umum ditemukan adalah Aphis gosypii, karena Aphis
gosypii dapat menyerang berbagai macam
tanaman, seperti pada tanaman cabe (Herlinda,
dkk., 2009). Serangan Aphis gosypii serta hama
penghisap lainnya dapat menurunkan hasil panen sebanyak 40 – 80%, secara tidak langsung, kerugian yang ditimbulkan Apis
gosypii adalah kutu daun ini dapat menjadi
vektor lebih dari 50 virus (Hermawati, 2007).
Salah satu tanaman yang sering diserang oleh Aphid adalah kentang. Kentang merupakan tanaman sayuran yang sangat penting bagi petani dataran tinggi. Selain mendatangkan penghasilan yang lebih baik daripada sayuran lain, hasil panen kentang bisa disimpan lebih lama sampai harga jualnya meningkat (Sunarjono, 2004).
Umbi dari kentang ini juga merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Sebagai sumber karbohidrat, kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi didalam tubuh sehingga manusia dapat bergerak dan berfikir. Disamping itu, karbohidrat sangat penting untuk meningkatkan proses metabolisme tubuh, seperti proses pencernaan dan pernapasan (Agus, 2008).
Penelitian tentang populasi Aphid juga pernah dilakukan oleh Herlinda, dkk., (2009) pada tanaman cabe, yaitu perkembangan populasi Aphis gossypii Glover
(homoptera: aphididae) dan kumbang lembing pada tanaman cabai merah dan rawit di Inderalaya, populasi Aphid yang didapat pada tanaman cabai merah keriting (90,67 ekor/100 tanaman) dan pada tanaman cabai rawit 58 ekor/100 tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzana, dkk., (2002), pada pengaruh ketinggian tempat dan musim terhadap fluktuasi Aphid pada tanaman kentang, mendapatkan hasil jenis Aphid yang dominan ditemukan adalah Macrosiphum uphorpibae dan Aphis fabae.
Penelitian yang dilakukan oleh Riyanto, (2010) pada kelimpahan serangga predator kutu daun (A. gossypii) (glover) (Hemiptera: Aphididae), dipertanaman cabai Soak Palembang selama satu musim tanam berfluktuasi dan kelimpahan serangga predator
A. gossypii di dataran tinggi tidak terjadi
seiring dengan kelimpahan populasi A. gossypii di dataran rendah.
Kenagarian Kampung Batu merupakan salah satu kenagarian yang terletak di wilayah pemerintahan Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Daerah ini merupakan dataran tinggi yang bersuhu dingin. Didaerah ini banyak dibudidayakan bermacam-macam sayur-sayuran. Salah satu sayuran yang dibudidayakan adalah kentang. Produksi kentang di Kabupaten Solok pada tahun 2007 sebesar 22.980 ton, tahun 2008 sebesar 27.370 ton dan 25. 085 ton pada tahun 2009. Berdasarkan hal diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang kepadatan populasi aphid
Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae) pada
tanaman kentang (Solanum tuberosum L) di kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus yaitu dengan cara mengoleksi semua A. gossypii yang ditemukan. Kentang yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kentang yang berumur 2 bulan dan kentang berumur 3 bulan setelah tanaam. Tanaman kentang yang dijadikan untuk penelitian milik penduduk di kampung Batu Danau Kembar. Luas areal tanaman kentang yang akan dijadikan penelitian 30 × 20 m, yang jumlah tanaman ±4000 rumpun tanaman. Pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan titik pengambilan dengan cara mengambil setiap sudut dan pertengahan tanaman kentang, dengan tujuan supaya terwakili seluruh areal
pertanaman kentang. Setiap titik terdapat 50 rumpun tanaman, untuk pengambilan sampel pada tanaman kentang dilakukan secara acak pada titik yang telah dijadikan sampel dengan 20 pengambilan. Pengambilan sampel dilakukan dari pukul 08.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan di Kampung Batu Danau Kembar Kabupaten Solok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri-ciri A. gossypii yang ditemukan pada tanaman kentang di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar yaitu, ukuran tubuh 1,1 – 3 mm, konikel satu pasang, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap dan warna tubuh beragam seperti, hitam, hijau, dan kuning.
Hasil penelitian tentang kepadatan populasi A. gossypii pada tanaman kentang di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok,
pada tanaman kentang
umur 2 bulan dan tanaman kentang
umur 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 4
dan Lampiran 2. Umur Tanaman 7,69 4,6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I II K epa da ta n ind iv idu/ ru m pu nA
B
Umur TanamanGambar 4: Kepadatan populasi A. gossypii pada tanaman Kentang, A: Kentang umur 2 bulan, B: Kentang umur 3 bulan.
Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisik Faktor Fisik Pengambilan Sampel Tot al Rat a-rata Kentan g umur 2 bulan Kentan g umur 3 bulan Suhu Kelemba ban % Kelemba ban % tanah Keadaan cuaca 19 67,5 1,6 Cerah 19 67,5 1,7 Kurang Cerah 38 135 3,3 19 67,5 1,65
Kepadatan populasi A. gossypii
berbeda pada tanaman kentang umur 2 bulan dan tanaman kentang umur 3 bulan. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah populasi
A. gossypii yang paling banyak ditemukan pada
tanaman kentang umur 2 bulan yaitu 7,69 induvidu/rumpun. Menurut Fauzana, dkk. (2002), kalau dilihat dari fenologi tanaman, pada fase generatif, semakin banyak dan semakin rimbunnya daun tanaman sehingga semakin banyak tempat yang dapat diisi oleh A.
gossypii, sedangkan menjelang panen populasi A. gossypii cenderung menurun, karena
pertumbuhan daun kentang sudah berhenti, dan sebagian daunnya sudah mulai tua atau kering. Menurut Riyanto (2010), jika dihubungkan dengan daur hidup A gossypii, dimana waktu reproduksi imago A. gossypii adalah 15 hari, yaitu pada masa kentang sudah mulai tumbuh daun, pada fase nimfa yang terdiri dari 4 instar dan masing-masing instar mempunyai periode 1–3 hari, dengan total periode nimfa adalah sekitar 4–12 hari, dimana kentang sudah mulai tumbuh umbi. Pada saat ini padatnya populasi
A. gossypii, karena A. gossypii sangat
menyukai daun-daun yang masih muda dan kaya nitrogen.
Ketersedian makanan sangat mempengaruhi kepadatan populasi A. gossypii, makanan yang mencukupi yaitu tanaman kentang mulai tumbuh maksimal, dengan daun sudah rimbun dan umbi sudah mulai tumbuh. Pada A. gossypii untuk mendapatkan makanan dengan cara menghisap cairan daun muda pada tanaman. Sebaliknya, jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pada A. gossypii untuk mendapatkan makanan dengan cara menghisap cairan daun
muda pada tanaman. Menurut Jumar (2000), makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kualitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat.
Kemudian suhu, kelembaban, dan keadaan cuaca juga mempengaruhi kepadatan populasi A. gossypii. Dari pengamatan yang dilakukan pada kentang tumbuh umbi keadaaan cuaca di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok cerah dengan suhu 19 , kelembaban 67.5% dan kelembaban tanah 1,6. Keadaan ini sangat menunjang perkembangan A. gossypii.
Pada kentang yang akan panen kepadatan populasi A. gossypii sudah mulai berkurang karena dipengaruhi oleh ketersedian nutrisi yang tidak memungkinkan lagi karena daun kentang sudah mulai tua dan kering, sehingga menyebabkan A. gossypii berpindah ke tanaman lain untuk melangsungkan kehidupan, rata-rata jumlah A. gossypii pada tanaman kentang sebulan akan panen adalah 4,6 induvidu/rumpun. Menurut Soenartiningsih (2011), jika keadaan sudah mendesak dimana makanan mulai berkurang, maka terjadi rangsangan untuk menghasilkan aphid yang bersayap dan siap untuk berpindah tempat atau migrasi ke tanaman lain.
Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang kurang mendukung kepadatan populasi A. gossypii. Dari pengamatan yang dilakukan pada saat kentang sebulan akan panen keadaan cuaca kurang cerah, dengan suhu 190C, kelembaban 67,5% dan kelembaban tanah 1,7, dimana malam saat penelitian turunnya hujan sehingga menyebabkan turunnya kepadatan populasi A.
gossypii. Menurut Riyanto (2010), jika kondisi
cuaca tidak menguntungkan atau gerimis besar kemungkinan telur-telur A. gossypii akan jatuh dari daun kentang. Perkembangan populasi A.
gossypii pada kentang, lebih tinggi pada musim
kemarau daripada musim hujan, karena pada curah hujan yang tinggi menyebabkan menurunnya populasi A. gossypii akibat tercuci oleh hujan serta aktivitas hama ini akan menurun ketika hujan turun. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan populasi A. gossypii yaitu keberadaan predator. Salah satu predator yang menggangu dan mempengaruhi kepadatan populasi A. gossypii adalah kumbang lembing. Jika cuaca cerah keberadaan kumbang lembing
meningkat, sedangkan pada musim hujan keberadaan kumbang lembing berkurang, karena A. gossypii yang sebagai inangnya hilang terbawa arus air hujan, sehingga kumbang lembing menjauh dari tanaman.
Keberadaan A. gossypii pada kentang bisa merugikan petani, karena dapat mengakibatkan kerusakan langsung terhadap daun kentang tersebut. A. gossypii tidak hanya menyerang daun dan pucuk, tapi juga menyerang bunga. Pada daun terdapat bintik-bintik yang kering dan sobek, disertai adanya kotoran. Biasanya daun yang terserang menjadi pucat, kadang-kadang daun menjadi berkerut kedalam atau kriting dan terdapat kotoran (Sunarjono, 2004). Pada populasi A. gossypii tinggi, tanaman menjadi layu, daun berguguran dan seringkali tanaman menjadi kerdil. Tumbuhan layu karena kutu daun menghisap cairan daun. Kutu daun menghasilkan embun madu yang merupakan media yang cocok untuk jamur jelaga yang mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis (Suharto, 2007).
Untuk Kepadatan populasi A. gossypii yang didapat di lapangan sudah melewati ambang kendali, yaitu didapatkan kepadatan A.
gossypiip pada tanaman kentang baru tumbuh
umbi 7,69. Direktorat Jendral Hortikultura (2006), melaporkan intensitas serangan A.
gossypii pada tanaman kentang adalah 7 per
tanaman, sehingga status ekologi A. gossypii di lapangan sudah termasuk hama karena merugikan manusia.
KESIMPULAN
Ciri-ciri A. gossypii yang ditemukan pada tanaman kentang di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar yaitu, ukuran tubuh 1,1 – 3 mm, konikel satu pasang, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap dan warna tubuh beragam seperti, hitam, hijau, dan kuning. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kentang di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok didapatkan kesimpulan pada kentang tumbuh umbi didapatkan 7,69 induvidu/rumpun dan pada kentang sebulan akan panen didapatkan 4,6 induvidu/rumpun. Kepadatan populasi A. gossypii yang ditemukan sudah melewati ambang kendali hama.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2008. Sukses Budidaya Kentang dan
Jamur. Nobel Edumedia: Jakarta
Borror, T. J. 1992. Pengenalan Pembelajaran Serangga. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006.
Prosedur Operasional Standar Budidaya Kentang Varietes Granola (Solanum tuberosum L). Bandung Propinsi Jawa Barat.
Fauzana, H., S. Syafei, A. Hasyim, dan M. Kasim, 2002. Pengaruh Ketinggian
Tempat dan Musim terhadap Fluktasi Aphid pada Tanaman Kentang. Sagu.
Vol. 1 No. 1: 13 – 18. Universitas Riau: Pekan baru.
Herlinda, S., T. Irwanto, T. Adam, dan C. Irsan. 2009. Perkembangan Populasi
Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) dan Kumbang Lembing pada Tanaman Cabai Merah Dan Rawit di Inderalaya. Seminar Nasional Perlindunga Tanaman: Bogor.
Hermawati, Hei. 2007. Pengaruh Cendawan
Endofit Terhadap Biologi Dan Pertumbuhan Populasi Aphis gossypii Glo.(Homoptera: Aphididae) Tanaman Cabai. Institut Fakultas
pertanian: Bogor.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta: Jakarta.
Riyanto. 2010. Kelimpahan Serangga Predator
Kutu Daun (Aphis gossypii) (Glover) (Hemiptera: Aphididae) sebagai Sumbangan Materi Kontekstual pada Mata Kuliah Entomologi di Program Studi Pendidikan Biologi Fkip Unsri.
Universitas Sriwijaya: Sriwijaya. Soenartiningsih, M.B. Pabendon dan Syahrir
Mas’ud. 2011. Evaluasi Ketahanan
Aphid Pada Beberapa Varietas/Galur Gandum. Balai Penelitian Tanaman
Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian
Hama Tanaman Pangan. C.V Andi
Offset: Yogyakarta
Sunarjono, Hendro. 2004. Budidaya Kentang. PT Agromedia Pustaka: Jakarta.