• Tidak ada hasil yang ditemukan

KICK-OFF-MEETING GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KICK-OFF-MEETING GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KEDEPUTIAN BIDANG PENCEGAHAN

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

17 FEBRUARI, 2015

KOORDINASI & SUPERVISI

ATAS PENGELOLAAN RUANG LAUT

DAN SUMBERDAYA KELAUTAN INDONESIA

DI 34 PROVINSI

1

KICK-OFF-MEETING

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN

SUMBERDAYA ALAM INDONESIA

(2)

1. LATAR BELAKANG KEGIATAN

Agenda

2. PERMASALAHAN

4. DISKUSI & TANYA JAWAB

3. PENJELASAN KORSUP KELAUTAN

(3)

Bumi, air dan

kekayaan alam

yang terkandung

didalamnya

dikuasai oleh

Negara dan

dipergunakan

untuk

sebesar-besarnya

kemakmuran

rakyat. (Ps. 33 (3)

UUD 1945.

Penjelasan UU 30/2002 tentang KOMISI PEBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Tindak pidana korupsi:

1. Membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga

pada kehidupan berbangsa dan bernegara;

2. Pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat;

3. Tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu

kejahatan luar biasa;

4. Upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut

cara-cara yang luar biasa;

5. Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, dilakukan secara optimal, intensif,

efektif, profesional serta berkesinambungan.

KPK:

1. Dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat;

2. Memperlakukan institusi yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif

sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif;

3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam

pemberantasan korupsi (trigger mechanism);

4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada;

5. Memungkinkan masyarakat luas ikut berpartisipasi dalam aktivitas KPK;

6. Kinerja KPK dapat diawasi oleh masyarakat luas.

Hak Menguasai

Negara

PENYELAMATAN SDA INDONESIA DAN

PEMBERANTASAN KORUPSI

(4)

PENYELAMATAN SDA INDONESIA

Sebesar-besarnya

Kemakmuran Rakyat

Hak Menguasai Negara

Atas Sumber Daya Alam

Bumi

Kehutanan

Perkebunan

Pertambangan

Laut

Pelayaran

Perikanan

Pesisir dan

Pulau Kecil

Hadirnya negara untuk menjamin

kesejahteraan melalui SDA

Perlindungan hak rakyat atas SDA baik

secara individu maupun kolektif

(5)

PENCEGAHAN KORUPSI

Perikanan, Kelautan dan Pelayaran

Hak Menguasai Negara Dalam

Penyelenggaraan Kelautan,

Pesisir, dan Perikanan

Pembangunan

wilayah laut

Pembangunan

kelautan

Pengelolaan dan

pengembangan kelautan

dan perikanan

Perlindungan

lingkungan laut

Pertahanan dan

penegakan hukum

Batas wilayah laut

Indonesia tidak pasti

karena adanya

perbedaan garis

pangkal

Belum tersedia informasi

yang memadai terkait

kondisi laut yang diperlukan

untuk penyusunan tata

ruang laut;

Lemahnya pengendalian dalam tata laksana perizinan: (1)

Terdapat indikasi tindak pidana korupsi dan tindak pidana

lainnya dalam proses pengurusan SIUP/SIPI/SIKPI (2)

Terdapat perusahaan Kapal Ikan Asing yang memperoleh

SIUP/SIPI/SIKPI, tercatat bukan sebagai perusahaan

penangkapan ikan atau pengangkutan ikan

(6)

Hasil Kegiatan Koordinasi dan Supervisi Minerba di 12 Provinsi,

KPK - Kementerian ESDM (Status Desember 2014)

Januari s.d Desember 2014

Rp 35.5 T

Januari s.d Desember 2013

Rp 26,5 T

Dengan rincian:

− Batubara : 24,1 T

− Mineral : 2.3 T

Dengan situasi harga batubara menurun 30% dari tahun sebelumnya

dan tidak ada ekspor mineral mentah

Kenaikan PNBP

Batubara sebesar ± Rp

10 T

Sumber : Ditjen Minerba, 2015

810 IUP

dicabut/dikembalikan/

berakhir di 12 Provinsi

(7)

KEWENANGAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

TUGAS KPK

(ps.6)

Koordinasi

(ps.7)

Supervisi

(ps.8)

Penyelidikan, Penyidikan

dan Penuntutan

(ps.11)

Pencegahan

(ps.13)

Monitor

(ps.14)3

Melakukan

pengkajian

terhadap sistem

pengelolaan administrasi

Memberi saran perubahan

jika berdasarkan

hasil pengkajian, sistem pengelolaan

administrasi tersebut berpotensi korupsi

Melaporkan jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut

tidak diindahkan kepada Presiden, DPR, & BPK

(8)

Rencana Strategis KPK 2011-2015 dan Tugas KPK

Fokus pelaksanaan tugas antara lain

perbaikan sektor

strategis terkait kepentingan nasional (national

interest)

meliputi:

1) Ketahanan energi dan lingkungan (energi, migas, pertambangan

dan kehutanan)

2) Ketahanan Pangan plus (pertanian, perikanan, peternakan)

3) Pendidikan & kesehatan,

4) Penerimaan negara (pajak, bea dan cukai, serta PNBP)

5) Infrastruktur

(9)

Pencegahan Korupsi Sektor

Sumber Daya Alam - KPK

Kelautan

Minerba

Kehutanan & Perkebunan

Kajian Sistem

Pengelolaan Ruang

Laut & Sumberdaya

Kelautan (2014)

Kajian Kebijakan Pengusahaan

Batubara di Indonesia (2011)

Kajian Sistem Perencanaan dan Pengawasan

Kawasan Hutan (2010)

Kajian Sistem Pengelolaaan PNBP

Minerba (2013)

NKB 12 K/L Percepatan Pengukuhan

Kawasan Hutan Indonesia

(2013)

Kajian Perizinan di Sektor

Pertambangan (2013)

Kajian Perizinan di Sektor: Kehutanan,

Pertanahan (2013)

Kajian Sistem Pengelolaan Pajak

Sektor Batubara (2014)

Kajian Sistem Pengelolaan Hutan-Perum

Perhutani (2014)

Koordinasi Supervisi atas

Pengelolaan Pertambangan

Minerba di 12 Provinsi (2014)

Korsup Kelautan

di 34 Provinsi

(2105) – lokus 9

Kota

Korsup Minerba di 19 Provinsi

(2015) – lokus 6 Kota

Korsup Kehutanan dan Perkebunan di 24

Provinsi (2015) – lokus 7 Kota

9

9

(10)

HASIL KAJIAN KELAUTAN – KPK 2014

No.

Permasalahan

Jumlah Temuan

1

Permasalahan Terkait Batas Wilayah Laut Indonesia

5

2

Permasalahan Terkait Tata Ruang Wilayah Laut Indonesia

11

3

Permasalahan terkait Ketatalaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

25

4

Permasalahan Kelembagaan

7

5

Permasalahan Regulasi

8

TOTAL

56

1

• Rekomendasi/Saran Perbaikan

2

• Rencana Aksi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Kelautan Indonesia

3

• Pelaporan Rencana Aksi

• Monitoring dan Evaluasi

(11)

8 Permasalahan Utama di Sektor Kelautan

1) Tata batas wilayah laut Indonesia yang belum jelas.

2) Penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih bersifat parsial.

3) Peraturan perundang-undangan yang belum lengkap dan masih tumpang tindih

satu sama lain.

4) Tidak terkendalinya pencemaran dan kerusakan di laut.

5) Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut.

6) Sistem data dan informasi terkait wilayah laut, penggunaan ruang laut, dan

pemanfaatan sumberdaya yang ada didalamnya, belum lengkap dan tidak

terintegrasi

7) Belum optimalnya program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut.

8) Belum optimalnya penerimaan negara dari pemanfaatan ruang laut dan

sumberdaya yang ada di dalamnya.

(12)

Perbedaan luas wilayah daratan menurut

BIG, DISHIDROS TNI AL dan Kemdagri

Luas Wilayah

Data BIG

(tahun 2013)

Surat Edaran Kepala Dinas

Hidro-Oseanografi No. SE/1241/IV/2012

tanggal 10 April 2012 tentang

Data Wilayah NKRI

Permendagri No. 18

tahun 2013

Jumlah Pulau

13.466 pulau

17.480 Pulau

Panjang Garis Pantai

99.093 km

80,791 km

Luas Wilayah Daratan

1,9 juta km

2

2,01 juta km

2

1.913 578.68 km2.

Luas Wilayah Lautan

Data Tidak

Tersedia

Perairan Pedalaman &

Kepulauan

3,1 juta km2

3,25 juta km

2

N/A

Laut Teritorial

0,3 juta km

2

0,30 juta km2

N/A

Zona Ekonomi Eksklusif

2,9 juta km2

2,55 juta km2

N/A

(13)

Rendahnya Kontribusi PNBP Sektor Perikanan Laut dibandingkan

Nilai Produksi Sektor Perikanan Laut (2008 sampai dengan 2013)

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Nilai Produksi Perikanan Laut

46,598,552,733,000 49,527,135,768,000 59,580,474,171,000 64,452,537,439,000 72,016,210,109,000 77,334,050,000,000

PNBP SDA Perikanan

77,404,162,800 92,039,435,895 91,785,569,110 183,802,161,080 215,766,602,000 229,350,562,720

% PNBP vs Nilai Produksi

0.17%

0.19%

0.15%

0.29%

0.30%

0.30%

Rincian

Tahun

13

Sumber : diolah dari data KKP, 2008-2013

Sebagai perbandingan, jika menggunakan formula perhitungan royalti batubara minimum sebesar 3% dari

nilai penjualan, maka PNBP dari penangkapan ikan akan mencapai sebesar Rp 2,3 Triliun, yang nilainya

masih jauh lebih besar dari realisasi PNBP perikanan laut yang sebesar Rp 229,3 Miliar di tahun 2013

(14)

1. Penerimaan Minyak Bumi

2. Penerimaan Gas Bumi

1. Penerimaan Pertambangan Umum

2. Penerimaan Kehutanan

3. Penerimaan Perikanan

4. Penerimaan Pertambangan Panas Bumi

a.

Pene

ri

maan

SDA

Migas

b.

Pener

imaan

SDA

Non

Migas

I.

PNB

P Sum

ber

da

ya Al

am

(S

DA)

50,000.0 100,000.0 150,000.0 200,000.0 250,000.0

213,636.9

193,426.2

141,239.1

52,187.1

20,210.7

16,247.3

3,216.9

183.8

562.7

PNPB SDA – 2011

(x Rp. Milyar)

(15)

Rumusan Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP)

dan Pungutan Hasil Perikanan (PHP)

Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014

15

HPI menurut

Permendag No.

13 tahun 2011

(16)

Jenis Izin/dokumen dalam pengurusan SIPI/SIKPI/SIUP

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

• Tidak semua data SIPI/SIKPI/SIUP/Surat Tanda

Kapal Nelayan Kecil yang diterbitkan oleh

Pemerintah Daerah tercatat di Pemerintah

Pusat

• Tidak ada sistem data yang dapat melakukan

pengecekan silang (crosscheck) antara data izin

penangkapan dan izin budidaya dengan kondisi

daya dukung lingkungan dalam satu

wilayah/lokasi penangkapan/budidaya

• Tidak adanya mekanisme kontrol

(pengendalian) terhadap pemberian izin di

bidang perikanan oleh pemerintah daerah

dalam rangka pembatasan tangkapan sesuai

dengan tangkapan maksimum berkelanjutan

(MSY) dan daya dukung lingkungan;

• Tidak dijadikannya siklus kehidupan ikan/biota

laut (fish life cycle) sebagai dasar pemberian

masa izin operasi untuk kapal dan alat tangkap

tertentu.

(17)

Jumlah dan Ukuran Kapal

Sumber : Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2013; Pusat Data, Statistik, dan

Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan

17

20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 200,000 2013

Jumlah Kapal Per Ukuran Kapal Tahun 2008 -

2013

< 5 GT 5 - 10 GT 10 - 20 GT 20 - 30 GT 30 - 50 GT 50 - 100 GT 100 - 200 GT > 200 GT TOTAL

Ukuran Kapal Motor

Tahun

%

2013

< 5 GT

137,620

68.9%

5 - 10 GT

38,740

19.4%

10 - 20 GT

11,650

5.8%

20 - 30 GT

7,620

3.8%

30 - 50 GT

920

0.5%

50 - 100 GT

1,670

0.8%

100 - 200 GT

1,180

0.6%

> 200 GT

340

0.2%

TOTAL

199,740

100.0%

Ukuran Kapal Motor

2013

Kab/Kota

Provinsi

Pusat

176,360

19,270

4,110

88.3%

9.6%

2.1%

< 5 GT

137,620

5 - 10 GT

38,740

10 - 20 GT

11,650

20 - 30 GT

7,620

30 - 50 GT

920

50 - 100 GT

1,670

100 - 200 GT

1,180

> 200 GT

340

TOTAL

199,740

(18)

Daftar Status Perusahaan Kapal Ikan Eks Asing Berdasarkan Hasil

Penelusuran Database Perusahaan Pada Kemkumham

Sumber : Diolah dari Data KKP dan Database Perusahaan pada KemenkumHAM, 2014

NO NAMA PEMILIK AKTE PERUSAHAAN JENIS KEGIATAN/USAHA

Pertama Terakhir

10 ARAFURA MINA MULYA MARITIM, PT Salinan Akta Nomor : 49, Tanggal 21

September 2006 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Bonar Sihombing, SH

Salinan Akta Nomor : 125, Tanggal 23 Desember 2013 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris RM. Soediarto Soenarto, SH

PERTAMBANGAN BATUBARA PEMBANGUNAN

BERTI NDAK SEBAGAI PENGEMBANG PERTAMBANGAN

BI JI H URANI UM DAN THORI UM PERDAGANGAN

DI STRI BUTOR,AGENT DAN SEBAGAI PERWAKI LAN DARI BADAN-BADAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DARAT

EKSPEDI SI DAN PERGUDANGAN.

16 ASROBEN, PT. tidak ditemukan tidak ditemukan

21 BALI OCEAN ANUGRAH LINGER INDONESIA, PT tidak ditemukan tidak ditemukan

22 BALI PACIFIC NUSANTARA, PT. tidak ditemukan tidak ditemukan

49 EMPAT BINTANG KAWANUA, PT tidak ditemukan tidak ditemukan

54 FISCHO MARINDO UTAMA, PT tidak ditemukan tidak ditemukan

77 INDUSTRI PERIKANAN TERPADU CHIU SHIH. PT tidak ditemukan tidak ditemukan

78 ING ING tidak ditemukan tidak ditemukan

88 JASA MORINDO MANDIRI, PT. Salinan Akta Nomor : 125, Tanggal 29

Desember 1995 yang dibuat oleh Notaris RIA ADJI HENDARTO, SH dan Salinan Akta Nomor : 83, Tanggal 6 Mei 2002 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Hatma Wigati Kartono, SH

Salinan Akta Nomor : 49, Tanggal 21 Januari 2014 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Justitia Ferryanto, SH

JASA

EKSPEDI SI , PENGEPAKAN DAN PERGUDANGAN (BUKAN VEEM) JASA KEBERSI HAN

JASA PERI KLANAN DAN REKLAME SERTA PROMOSI DAN PEMASARAN JASA TELEKOMUNI KASI UMUM

JASABOGA

KONSULTAN BI DANG LAPANGAN MI NYAK, GAS DAN PANAS BUMI KONSULTASI

90 JAYA KOTA, CV. tidak ditemukan tidak ditemukan

124 OCEAN INDO STAR PRATAMA, PT. tidak ditemukan tidak ditemukan

164 SUDITA PRIMA, PT. tidak ditemukan tidak ditemukan

181 WAILAN PRATAMA, CV.

182 WAILAN PRATAMA, PT Salinan Akta Nomor : 201, Tanggal 17

April 2008 dan Salinan Akta Nomor : 323, Tanggal 30 April 2008 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH., MSi.

Salinan Akta Nomor : 8, Tanggal 2 Juli 2013 yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris Mintje Waani, SH

PERTANI AN AGROI NDUSTRI PERTAMBANGAN BATUBARA PEMBANGUNAN

BERTI NDAK SEBAGAI PENGEMBANG PERTAMBANGAN

BI JI H URANI UM DAN THORI UM PERCETAKAN

DESAI N DAN CETAK GRAFI S PERDAGANGAN

DI STRI BUTOR,AGENT DAN SEBAGAI PERWAKI LAN DARI BADAN-BA

• Sejumlah perusahaan tercatat

bergerak dibidang non-perikanan

seperti pertanian, agrobisnis,

pengangkutan darat, pertambangan

batubara, percetakan, dan

sebagainya.

• Terdapat perusahaan yang tidak

tercatat dalam database perusahaan

pada Ditjen AHU Kementerian

(19)

Daftar status perusahaan yang mengoperasikan Kapal Ikan eks Asing

berdasarkan hasil penelusuran database NPWP pada DJP

No. NAMA PEMILIK KETERANGAN No. NAMA PEMILIK KETERANGAN

1 ARIFIN WIJAYA NPWP Tidak Teridentifikasi 28 PHANG CIAT LIE NPWP Tidak Teridentifikasi

2 BUYUNG KUSNADI NPWP Tidak Teridentifikasi 29 PUSAKA BENJINA ARMADA , PT NPWP Tidak Teridentifikasi 3 ERVINA TANGKULUNG NPWP Tidak Teridentifikasi 30 PUSAKA BENJINA RESOURCES, PT NPWP Tidak Teridentifikasi

4 GUNAWAN NPWP Tidak Teridentifikasi 31 PUTU ARTA NPWP Tidak Teridentifikasi

5 HALIM Als TIUA TJEN NPWP Tidak Teridentifikasi 32 RAMLI NPWP Tidak Teridentifikasi

6 I GUSTI ARYA DAMARYANTA NPWP Tidak Teridentifikasi 33 RANI NPWP Tidak Teridentifikasi

7 I GUSTI NGURAH KETUT EKA PUTRA NPWP Tidak Teridentifikasi 34 RICHI RICHADO NPWP Tidak Teridentifikasi 8 I KOMANG REDANA NPWP Tidak Teridentifikasi 35 RICO DIAN JAYATAMA, PT NPWP Tidak Teridentifikasi

9 IWAN WANAPUTRA NPWP Tidak Teridentifikasi 36 RIYANTO NPWP Tidak Teridentifikasi

10 JUMI ERMIYATI NPWP Tidak Teridentifikasi 37 RUSLI NPWP Tidak Teridentifikasi

11 KADIRAN NPWP Tidak Teridentifikasi 38 RUSTAM NPWP Tidak Teridentifikasi

12 KARYA CIPTA BUANA SENTOSA, PT NPWP Tidak Teridentifikasi 39 SALIKIN,SE NPWP Tidak Teridentifikasi

13 KASAN NPWP Tidak Teridentifikasi 40 SIANTI MALA NPWP Tidak Teridentifikasi

14 KRISTALIN DWILESTARI .PT NPWP Tidak Teridentifikasi 41 SINARINDO TIRTA SEJAHTERA , PT. NPWP Tidak Teridentifikasi 15 KUB. MINA TUNA SEGAR NPWP Tidak Teridentifikasi 42 SUCANDRA NPWP Tidak Teridentifikasi

16 KUNCORO HANDAYA NPWP Tidak Teridentifikasi 43 SUDIANTO NPWP Tidak Teridentifikasi

17 LO AI SIEN NPWP Tidak Teridentifikasi 44 SURYANTO NPWP Tidak Teridentifikasi

18 LOE TIONG PENG NPWP Tidak Teridentifikasi 45 TAIB NPWP Tidak Teridentifikasi

19 MASLIM NPWP Tidak Teridentifikasi 46 TANG TUA TIE NPWP Tidak Teridentifikasi

20 MEITTY SULAMANDA NPWP Tidak Teridentifikasi 47 TJIN LEI NPWP Tidak Teridentifikasi

21 MINA NPWP Tidak Teridentifikasi 48 TRI KUSUMA GRAHA, PT. NPWP Tidak Teridentifikasi

22 MINATAMA MUTIARA , PT NPWP Tidak Teridentifikasi 49 WAHID / AL TJINTIK NPWP Tidak Teridentifikasi

23 MUHDI NPWP Tidak Teridentifikasi 50 WARSONO NPWP Tidak Teridentifikasi

24 NOMEN NPWP Tidak Teridentifikasi 51 WENY YUHADI NPWP Tidak Teridentifikasi

25 NURWAHID NPWP Tidak Teridentifikasi 52 WILLIAM SUTIOSO NPWP Tidak Teridentifikasi

26 NYOMAN SARYA, BSC NPWP Tidak Teridentifikasi 53 YUNGIN PRIMA SENTOSA, PT NPWP Tidak Teridentifikasi 27 OCEAN INDO STAR PRATAMA, PT. NPWP Tidak Teridentifikasi

Sumber : Ditjen Pajak Kemenkeu diolah dari data KKP, 2014

53 perusahaan/pemilik kapal (28,3%) tidak memiliki/tidak

teridentifikasi NPWPnya dari 187 perusahaan/pemilik kapal

eks asing yang di telusuri

(20)

Daftar Status Perusahaan yang Mengoperasikan Kapal Ikan > 30 Gt Berdasarkan Hasil

Penelusuran Database NPWP Perusahaan Pada Ditjen Pajak, Kemenkeu

No. NAMA PEMILIK ALAMAT PEMILIK KETERANGAN

1 A GUAT J. KAV POLRI BLOK A 8/199 A RT/RW.006/009, KEL JELAMBAR, KEC GROGOL

PETAMBURAN, JAKARTA BARAT NPWP Tidak Teridentifikasi

2 A MOI JL. KPT. Pa ti mura Gg.XI I RT. 008 RW. 008, Ke l . Ma ngunha rjo, Ke c.

Ma ya nga n, Probol i nggo - Ja wa Ti mur NPWP Tidak Teridentifikasi

3 A TIO Pl t. Muti a ra I I No. 23 RT/RW. 03/I X, Ke l . Ke mboja , Ke c.Tpi .Ba ra t,Kota

Ta njung Pi na ng NPWP Tidak Teridentifikasi

4 ABDOLI, H. Bl ok Ma dra s a h RT. 02 RW. 10, De s a Pa be a n Udi k, Ke c. I ndra ma yu, Ka b.

I ndra ma yu, Ja wa Ba ra t. NPWP Tidak Teridentifikasi

5 ABDUL SAMIT TAMPUBOLON Jl . M.H. Sa mos i r No. 29, Si bol ga s e l a ta n, Si bol ga NPWP Tidak Teridentifikasi

6 ACHMAD MOKOA GOW Jl . Poncowa ti / KPR BNI RT.03 RW.VI I , Ke l ura ha n Kl a wuyuk, Di s tri k Sorong

Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

7 ADI JL. KH. Ma ns yur Probol i nggo NPWP Tidak Teridentifikasi

8 AGUS Jl . Te ga l Wa ngi , Gg. Me l a ti I nda h No. 1, Se s e ta n, De npa s a r Ba l i NPWP Tidak Teridentifikasi

9 AGUS GUIDIANTO RSB BLOK CEMPAKA LT.I V/5 RT.014/ RW. 006 Ke c. Pe nja ri nga n Kota Ja ka rta

Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

10 AGUS SUSANTO Ta ma n Wa hi di n, Ka v.35, Rt/Rw.005/001, De s a Suka pura , Ke c.Ke ja ks a a n,

Kota Ci re bon. NPWP Tidak Teridentifikasi

11 AI TJU Ka mpung Ba ru Ka ri mun RT. 03/RW. 11 Ta njung Ba l a i Ka ri mun NPWP Tidak Teridentifikasi

12 ALADIN Jl . Te l uk Gong Je l a mba r RT. 012 RW.006 Ke l . Pe ja ga l a n Ke c. Pe nja ri nga n -

Ja ka rta Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

13 ALAN JL. A. Ya ni RT.05 RW 06 Ke l . Me ra l Kota , Ke c. Me ra l , Ka b. Ka ri mun,

Ke pul a ua n Ri a u NPWP Tidak Teridentifikasi

14 ALIMIN, SE,H JL. Ra ya Sa pu Ga rut No.393.A NPWP Tidak Teridentifikasi

15 AMAN INDAYANG Jl . Me s ji d No 32, Ke l . Pa s a r Ba ru, Ke c. Si bol ga Kota . Kota Si bol ga

Provi ns i Suma te ra Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

16 AMAN SAHLAN Jl . Te l uk Uma r No. 170 A, Li ngkunga n I V NPWP Tidak Teridentifikasi

17 AMIR Jl . Ce ni nga n Sa ri I V Gg. Ma wa r 10, De npa s a r, Ba l i NPWP Tidak Teridentifikasi

18 AMIRULLAH Jl Sul ta n Ma chmud RT 01/RW XI I Tg Pi na ng Ti mur

Ke pul a ua n Ri a u NPWP Tidak Teridentifikasi

19 ANDI APT. MTR Ba ha ri Towe r B. 11.05, RT 05/RW 008, Ja ka rta Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

20 ANDI Je l a mba r Al a di n Jl .K No.62 RT.007/RW006 Pe ja ga l a n,Ke c.Pe nja ri nga n

Kodya .Ja ka rta Uta ra NPWP Tidak Teridentifikasi

Sumber : Ditjen Pajak Kemenkeu diolah dari data KKP, 2014

1444 perusahaan/pemilik kapal

(70,9%) yang tidak

memiliki/tidak teridentifikasi

NPWPnya dari 2036

perusahaan/pemilik kapal yang

di telusuri

(21)

A1

A2

A2

A1

A1

A1

A2

A2

A

B

(B) Visualisasi penetapan batas

laut wilayah provinsi dan

kabupaten/kota yang

dilakukan di dalam

penelitian.

Kekeliruan Teknis Penetapan Batas Laut

Wilayah Provinsi Jatim

(A) Peta Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Provinsi Jawa Timur 2010-2030

1 MIL Laut = 1852 meter

1 MIL= 1609,344 meter.

(22)

Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur

(Lampiran Perda Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031)

Permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di Selat Madura

(23)

Ratusan Nelayan Pamekasan

Kepung Pengeboran Minyak di Laut

Salah satu platform yang beroperasi di Blok Sampang-Madura dijadikan sebagai objek masalah oleh nelayan Pamekasan (Google Earth, 2014)

Ratusan nelayan dari dari Desa Ambat, Desa Kramat dan Desa Bandaran di Kecamatan Tlanakan, Kabupaten

Pamekasan, Jawa Timur, mengepung lokasi eksplorasi minyak dan gas (Migas) PT. Santos di perairan Kecamatan

Camplong, Kabupaten Sampang. Aksi para nelayan itu sebagai bentuk protes kepada PT. Santos karena

perusahaan ini tidak pernah memberikan kompensasi ganti rugi atas dilarangnya mencari ikan di area eksplorasi, tidak

pernah melaksanakan program pemberdayaan kepada nelayan di tiga desa tersebut. Dibandingkan dengan desa-desa lain

di Kabupaten Sampang yang berada di wilayah eksplorasi migas PT. Santos, mendapat kompensasi dan program dari

dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) setiap tahun.

(24)

Konflik penambangan pasir di Selat Madura

untuk reklamasi Pelabuhan Teluk Lamong

Nelayan menyandera kapal keruk pasir di Selat Madura-Oktober 2012

(Foto: Munir, 2012)

Pada tahun 2012 konflik ini muncul karena telah terjadi penambangan pasir laut di kawasan Selat Madura

dengan kedalaman 12 meter seluas 540 hektar di sekitar jembatan Suramadu yang dilakukan PT Gora Gohana,

kontraktor PT Pelindo III dalam rangka reklamasi Teluk Lamong dekat Surabaya.

Nelayan dan Tim Advokasi Nelayan

Tradisional Selat Madura:

“ PT Gora Gahana dianggap telah

melanggar hak-hak konstitusional

nelayan dan Pasal 35 huruf (i) UU

No.27 Tahun 2007.”

PT Gora Gahana:

“tindak pidana setiap orang yang

merintangi atau menggangu kegiatan

usaha pertambangan dan pemegang

IUP atau IUPK yang telah memenuhi

syarat-syarat dalam Pasal 142 UU No 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara. “

24

(25)

Daftar Kabupaten/kota yang Sudah Memiliki Perda RZWP-3-K

No.

PROVINSI

KABUPATEN / KOTA PESISIR

NOMOR PERDA

1

Banten

1 Serang

No. 2 Tahun 2013

2

Jawa Tengah

2 Pekalongan

No. 17 Tahun 2009

3 Kota Pekalongan

No. 4 Tahun 2010

3

Jawa Timur

4 Gresik

No. 8 Tahun 2011

4

Sulawesi Selatan

5 Sinjai

No. 30 Tahun 2012

5

Sulawesi Tenggara

6 Kota Kendari

No. 5 Tahun 2013

6

Sulawesi Utara

7 Bolaang Mongondow

No. 5 Tahun 2013

8 Kota Bitung

7

Kalimantan Selatan

9 Banjar

No. 3 Tahun 2013

8

Kalimantan Timur

10 Berau

No. 8 Tahun 2014

9

Papua

11 Sorong

No. 26 Tahun 2013

10

Maluku Utara

12 Kota Ternate

No. 36 Tahun 2011

Hingga September

2014:

• 12 Pemerintah

Kabupaten/Kota

yang telah

menyelesaikan

• 122 Pemda sedang

dalam proses

penyusunan

• 184 Pemda belum

menyusun RZWP3K

25

(26)

Peraturan Perundang-Undangan Terkait Kelautan

yang Harus Dipersiapkan

Perlu dibentuk 1 (satu) UU baru, 1 (satu) revisi UU, 9 (sembilan) PP baru, dan 2 (dua) Keppres baru

1.

Pembentukan UU tentang Zona Tambahan Indonesia (Hal 6, pasal 8, ayat 3).

2.

Revisi UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia (Hal 6, pasal 9, ayat 3).

3.

Pembentukan PP tentang Kebijakan Pembangunan Kelautan (Hal 8, pasal 13, ayat 4).

4.

Pembentukan PP tentang Industri Maritim dan Jasa Maritim (Hal 12, pasal 27, ayat 5).

5.

Pembentukan PP tentang Pendirian Bangunan Laut (Hal 14, pasal 32, ayat 5).

6.

Pembentukan PP tentang Kebijakan Budaya Bahari (Hal 15, pasal 36, ayat 4).

7.

Pembentukan PP tentang Pusat Fasilitas Kelautan (Hal 16, pasal 38, ayat 2).

8.

Pembentukan PP tentang Perencanaan Ruang Laut (Hal 18, pasal 43, ayat 5).

9.

Pembentukan PP tentang Izin Lokasi di Laut dan Tata Cara Sanksi Administratif (Hal 19, pasal 47, ayat 4).

10.

Pembentukan Keppres tentang BAKAMLA (Badan Keamanan Laut), badan tunggal yang menangani masalah

pertahanan-keamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut. (Hal 22, pasal 59, ayat 3).

11.

Pembentukan Keppres tentang Kebijakan Nasional di Bidang Keamanan dan Keselamatan di wilayah perairan (Hal 23, pasal

64).

12.

Pembentukan PP tentang Kebijakan Tata Kelola dan Kelembagaan Laut (Hal 24, pasal 69, ayat 4).

(27)

Permasalahan Terkait UU Kelautan

1)

Terdapat sejumlah aturan perundang-undangan sebagai pelaksana UU Kelautan yang harus diselesaikan seperti

PP terkait dengan kebijakan pembangunan kelautan, industri maritim dan jasa maritim, pendirian bangunan

laut, budaya bahari, pusat fasilitasi kelautan, dan perencanaan ruang laut, kebijakan tata kelola dan

kelembagaan, dan izin lokasi di laut.

2)

Undang-undang tetang Zona Tambahan untuk disusun dan Undang-Undang tentang Landas Kontinen untuk

disesuaikan.

3)

Definisi negara kepulauan yang belum sesuai dengan UNCLOS dan belum menambahkan ruang udara di atasnya

(pasal 1)

4)

Penggunaan hanya garis pangkal kepulauan saja (pasal 5) pasal 8 ayat (3) yang merujuk pada undang-undang

zona tambahan sementara undang-undang tersebut belum tersedia

5)

Pasal 9 ayat (3) yang merujuk pada Undang-undang landas kontinen yang masih mengacu pada Konvensi Jenewa

tahun 1958 dan bukan didasarkan pada UNCLOS tahun 1982.

6)

Harus disusun paling lambat dua tahun sejak UU Kelautan ditandatangani (September 2016).

7)

Hasil kajian 2014 Tim Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Sektor Sumberdaya Alam KPK dengan

menggunakan lima prinsip pengelolaan sumberdaya alam yakni konteks kepentingan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, keberlanjutan sumberdaya, pengelolaan yang berkeadilan, proses pengelolaan yang demokratis, dan

pengelolaan yang berkepastian hukum, menunjukkan adanya sejumlah kekurangan. Hasil kajian tersebut

menyebutkan antara lain bahwa UU Kelautan belum mencakup pembatasan atas keikutsertaan asing,

pembatasan kepemilikan individu atau korporasi, kewajiban menghitung dampak negatif dari pemanfaatan

sumberdaya, dan keterlibatan masyarakat adat.

(28)

Pengurangan Wilayah Perairan

Akibat UU Kelautan

Dalam UU Kelautan (Pasal 5 Ayat 1): “Indonesia ... yang batas-batas

wilayahnya ditarik dari Garis Pangkal Kepulauan”

Dalam PP 38/2002 tidak hanya menggunakan Garis Pangkal Kepulauan

tetapi juga menggunakan Garis Pangkal Biasa (Normal) sebanyak 31 segmen

dengan panjang 226,374 km (diambil pendekatan lurus)

Apabila dihitung sejauh 12 mil laut, maka luas Laut Teritorial yang

berpotensi hilang lebih dari 5.030 km

2

Bandingkan dengan penambahan Landas Kontinen Ekstensi Barat Laut Aceh

yang dengan susah payah diperjuangkan di PBB sebesar 3.915 km

2

(29)

Pengurangan Wilayah Perairan Akibat

Perubahan Titik-Titik Dasar (PP 37/2008) - (Tg Ngeres Langu dan Batu Tugur)

1.214 km

2

1.214 km

2

Sumber: Kajian Sistem Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan, KPK & PPKPL ITB, 2014

Luasan Laut Teritorial yang Berkurang

(30)

Permasalahan Terkait UU Perikanan

1) UU Perikanan mengamanatkan setidaknya 54 aturan pelaksana yang harus disusun,

yang terdiri dari 18 peraturan pemerintah, 22 peraturan menteri, 1 keputusan

presiden, dan 13 keputusan menteri.

2) Sampai dengan September 2014, masih ada 11 Peraturan Pemerintah, dan 4

Peraturan Menteri yang belum ditetapkan.

3) Semua peraturan yang diamanatkan untuk melaksanakan UU Perikanan ditetapkan

paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkan 29 Oktober 2009.

4) Perubahan seperti:

– persyaratan total kumulatif kapal penangkap ikan dan atau pengangkut ikan yang dapat

dilakukan oleh perusahaan perikanan dari 200 GT menjadi 300 GT,

– skala prioritas insentif tambahan untuk perusahaan perikanan yang telah memiliki dan

mengoperasikan UPI, membangun UPI, dan bermitra dengan UPI yang telah memiliki

Sertifikat Kelayakan Pengolahan.

– hal lainnya terkait dengan perubahan seperti tidak dicantumkan lagi surat keterangan

pemasangan TVMS sebagai syarat pengurusan SIPI, penghapusan surat keterangan dari

Dirjen P2HP terkait realisasi pembangunan untuk persyaratan pengurusan SIKPI, dan

beberapa hal penting lainnya

(31)

Permasalahan Terkait UU Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K)

1) UU WP3K pertamakali ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 dan perubahannya

ditetapkan tanggal 15 Januari 2014.

2) UU WP3K menyatakan setidaknya ada 24 aturan pelaksana yang harus

disusun, terdiri dari 5 peraturan pemerintah, 7 peraturan presiden, dan

11 peraturan menteri. Hingga September 2014, baru 2 peraturan

pemerintan yang telah disusun, 2 peraturan presiden dan 9 peraturan

menteri yang telah disusun.

3) UU WP3K mewajibkan PP pelaksana undang-undang diselesaikan paling

lambat 12 bulan, Perpres diselesaikan paling lambat 6 bulan, dan Permen

paling lambat 3 bulan, sejak UU WP3K diberlakukan.

(32)

Ruang lingkup UU WP3K

• Undang-Undang No. 26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang: pengelolaan

ruang laut dan ruang udara diatur

dengan undang-undang tersendiri.

• Indonesia mengakui adanya Zona

Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia dan Landas Kontinen

• Zona tambahan diukur sejauh 24 mil

laut dari garis pangkal (belum ada

peraturan Zona Tambahan)

• UU WP3K hanya membatasi

pengaturan ruang laut sampai pada

12 mil laut.

(33)

Permasalahan Terkait UU Pelayaran

1) UU Pelayaran mengamanatkan sejumlah peraturan pelaksana

yang harus disusun. Aturan pelaksana tersebut setidaknya

terdiri dari 52 PP dan 18 Permen.

2) Beberapa hal lainnya yang juga harus ditetapkan sesuai dengan

amanat UU pelayaran seperti otoritas pelabuhan, unit

penyelenggara pelabuhan, syahbandar pelabuhan, dan rencana

induk pelabuhan nasional.

3) Sesuai pasal 347 UU Pelayaran, peraturan pemerintah dan

peraturan pelaksana UU Pelayaran ditetapkan paling lambat 7

Mei 2009.

(34)

Progres Penetapan Rencana Induk Pelabuhan

(35)

SOS “Save our Sea”

KOORDINASI & SUPERVISI

ATAS PENGELOLAAN RUANG LAUT

DAN SUMBERDAYA KELAUTAN INDONESIA

DI 34 PROVINSI

(36)

Sifat Kegiatan

1. Penyelamatan sumberdaya kelautan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa.

2. KPK menjalankan fungsi trigger mechanism dengan menggunakan peran koordinasi dan

supervisi pemberantasan korupsi.

3. Akselerasi berbagai bentuk upaya yang dapat membantu penyelamatan sumberdaya

kelautan Indonesia.

4. Menggunakan pendekatan pencegahan yang lebih ofensif dengan mengedepankan

perbaikan sistem dan pembangunan budaya anti korupsi.

5. Kegiatan ini juga merupakan gabungan dari berbagai pola perbaikan sistem yang telah

dilakukan KPK selama ini yakni kegiatan pemantauan terhadap tindak lanjut atas hasil

kajian dan kegiatan koordinasi dan supervisi atas pengelolaan berbagai sektor sumberdaya

alam.

6. Upaya perbaikan di sektor kelautan merupakan satu kesatuan dengan upaya penyelamatan

sumberdaya alam yang ada di darat.

(37)

Tujuan Kegiatan

1. Penegasan dan penegakan kedaulatan serta hak berdaulat Negara

Kesatuan Republik Indonesia atas wilayah laut

2. Mendorong perbaikan tata kelola sektor kelautan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek

keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum,

kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan,

desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan.

3. Perbaikan sistem pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan

untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan

kehilangan kekayaan negara.

(38)

6 Sasaran Kegiatan

1. Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk

database, perizinan, monitoring dan evaluasi.

2. Mendorong perbaikan tatakelola di sektor kelautan

3. Mendorong kepatuhan para pihak dalam melaksanakan kewajibannya.

4. Melakukan harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan yang

terkait.

5. Meningkatkan kapasistas kelembagaan terutama kelembagaan yang

berhubungan langsung dengan pengelolaan sumberdaya kelautan.

6. Menjamin perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam

pengelolaan sumberdaya kelautan seusai dengan yang ditetapkan oleh

UUD 1945 dan aturan perundang-undangan lainnya.

(39)

Lokus dan Fokus Area Kegiatan

I. PUSAT

1. Penetapan dan penegasan batas wilayah laut

Indonesia

2. Pengintegrasi sistem perencanaan nasional

terkait dengan penggunanaan ruang laut dan

sumberdaya kelautan.

3. Penyempurnaan dan pelengkapan aturan

perundang-undangan

4. Pengembangan kapasitas kelembagaan

5. Pengembangan sistem data dan informasi

6. Perbaikan sistem ketatalaksanaan perizinan,

pengelolaan penerimaan negara dan

pemberian bantuan sosial/hibah/subsidi.

7. Pelaksanaan kewajiban para pihak

II. PEMPROV

1. Penyusunan tata ruang wilayah

laut

2. Penataan Perizinan

3. Pelaksanaan kewajiban para

pihak

4. Pemberian dan perlindungan

hak-hak masyarakat

(40)

Instrumen Pelaksanaan Kegiatan

1.Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah

Pusat.

2.Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah

Provinsi

3.Format pelaksanaan kegiatan untuk

Pelaku Usaha.

4.Format pelaksanaan kegiatan untuk CSO

5.Format pelaksanaan kegiatan untuk

(41)

Peranan Para Pihak (1)

Pemerintah Pusat

1. Menyiapkan data dan informasi yang mendukung

terlaksananya kegiatan

2. Melaksanakan rencana aksi pemerintah pusat

3. Melakukan pelaporan pelaksanaan rencana aksi

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan rencana aksi pemerintah provinsi

5. Melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi

pelaksanaan rencana aksi pemerintah pusat, dan

rencana aksi pemerintah provinsi yang menjadi

kewenangan pemerintah pusat.

6. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak

lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha sesuai

dengan kewenangan pemberian izin

Pemerintah Provinsi

1. Menyiapkan data dan informasi yang

mendukung terlaksananya kegiatan

2. Melaksanakan rencana aksi pemerintah provinsi

3. Melakukan pelaporan rencana aksi pemerintah

provinsi

4. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak

lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha sesuai

dengan kewenangan pemberian izin

(42)

Pelaku Usaha

• Melakukan pelaporan pelaksanaan kewajiban kepada

pemberi izin

Civil Society Organization (CSO)

• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi

dan kewajiban para pihak

• Melaporkan kepada aparat penegak hukum jika terjadi

pelanggaran hukum dalam pelaksanaan rencana aksi dan

kewajiban para pihak

Aparat Penegak Hukum

• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi

dan kewajiban para pihak terutama untuk mendeteksi

tindakan-tindakan yang melanggar hukum.

• Melakukan upaya hukum terhadap setiap bentuk

pelanggaran hukum berkenaan dengan penggunaan ruang

laut dan pengelolaan sumberdaya di dalamnya

KPK

1. Melakukan koordinasi dan supervisi terhadap

pelaksanaan rencana aksi dan rencana

kegiatan oleh para pihak terkait.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi atas

implementasi rencana aksi.

3. Fasilitasi untuk pengembangan integritas dan

sistem pencegahan korupsi pada lembaga

terkait.

4. Kampanye, sosialisasi, dan edukasi untuk

hal-hal yang mendukung kegiatan.

5. Deteksi dan profiling terhadap aktor dan

faktor yang menghambat proses pelaksanaan

kegiatan.

6. Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk

mendorong akselerasi pelaksanaan kegiatan.

7. Pengembangan sistem pelaporan progress

kegiatan berbasis teknologi informasi

(43)

Tahapan Pelaksanaan

Kegiatan Rencana Kegiatan

1. Membangun kesepahaman dengan para pihak termasuk penyepakatan rencana aksi

(Desember 2014 s.d. Januari 2015)

2. Pengembangan/penyempurnaan instrumen dan rencana kegiatan (Januari s.d.

Februari 2015)

3. Kick of Meeting (17 Februari 2015) : 23 K/L dan 34 Provinsi

4. Implementasi rencana aksi dan format pelaksanaan kegiatan (Maret 2015 s.d

November 2016)

5. Pelaporan implementasi rencana aksi setiap semester

a. K/L Pusat (10 Juni dan 10 Desember)

b. Pemerintah Daerah (10 Maret, 10 Juni dan 10 Desember)

6. Monitoring implementasi rencana aksi (Maret 2015 s.d. November 2016)

7. Evaluasi implementasi rencana aksi (Agustus 2015, Desember 2015, Agustus 2016,

Desember 2016)

8. Tindak Lanjut atas hasil monitoring dan evaluasi (Maret 2015 s.d Desember 2016)

(44)

REKAP RENAKSI PUSAT

NO.

FOKUS AREA

REKOMEN

DASI

RENCANA

AKSI

PUSAT

INDIKATOR

OUTPUT

PELAPORAN

1

Penetapan dan penegasan batas wilayah laut Indonesia

4

13

13

Laporan I:

10 Juni 2015;

Laporan III :

10 Des 2015

2

Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional Terkait

dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumberdaya

Kelautan

8

14

17

3

Penyempurnaan dan pelengkapan aturan

perundang-undangan

3

35

38

4

Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

4

12

14

5

Pengembangan Sistem Data dan Informasi

3

3

5

6

Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan,

Pengelolaan Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan

Sosial/Hibah/Subsidi

4

6

17

7

Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak

6

6

6

(45)

Matriks Rencana Aksi Atas Pengelolaan Ruang Laut

dan Sumberdaya Kelautan (Pemerintah Pusat)

Fokus Area Rekomendasi & Target Penanggung jawab Instansi Terkait Rencana Aksi Indikator Output Keterangan 1 2 3 4 5 6 STAT

US

7 Deskripsi No Deskripsi Instansi Unit Instansi Unit No Deskripsi No. Deskripsi Tenggat Waktu Pendukung Bukti Penjelasan

Ve rif ik asi O PE N CL OS E D 1. Penetapan dan penegasan batas wilayah laut Indonesia

Penjelasan Kemlu Feb. 2015: Indonesia memiliki batas maritim dengan 10 negara yakni India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia serta batas darat dengan 3 negara yakni Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste

Terkait batas maritim, telah disepakati sebagian segmen batas laut dengan Malaysia, Singapura & Papua Nugini; ZEE dengan Filipina, Australia & Papua Nugini; Landas Kontines dengan India, Thailand, Malaysia, Vietnam, Australia & Papua Nugini --> dituangkan dalam 18 Perjanjian Batas. Masih perlu dirundingkan delimitasi maritim di sejumlah segmen batas Laut Wilayah dengan Malaysia & Timor Leste; ZEE dengan India, Thailand, Malaysia, Vietnam, Palau & Timor Leste; Landas Kontines dengan Malaysia, Filipina, Palau & TImor Leste. Malaysia:taget Feb 2015; Palau Feb 2015; Thailand Sem1 2015; Timor Leste: Feb 2015; FIlipina: 2015 1 Pemerintah menetapkan wilayah laut Indonesia Kemen lu dan KKP Eselon 1 Instansi Penaang gungjaw ab; KP3K (Dit. TRLP3K +Dit. PPK) dan Setjen (BHO), Kemenk o Polhuka m , KKP, BIG, Kemdagr i, TNI AL, Kemena graria dan Tata Ruang, DPR-RI, Kemenk o Bidang Kemariti man. Komisi DPR, Eselon 1 Instan si Terkai t

1 Melakukan kajian bersama terhadap garis pangkal berdasarkan UU 6/1996 ttg Perairan Indonesia dan UU 32/2014 ttg Kelautan

1 Hasil Kajian terhadap

penggunaan garis pangkal

Jul 2015 Laporan dan rekomendasi hasil kajian Laporan I: 10 Juni 2015; Laporan II : 10 Desember 2015 2 Memetakan titik pangkal dan

garis pangkal yang menjadi acuan penetapan wilayah laut Indonesia

2 Peta Koordinat Titik dan Garis Pangkal

Des

2015 Peta titik-titik dan garis pangkal

3 Menetapkan batas wilayah laut Indonesia dan mengumumkannya ke publik 3 Ketetapan hukum batas wilayah NKRI Des 2015 Kesepakatan batas wilayah laut antar negara 4 Mengelola lingkungan PPKT disekitar Titik Dasar dan Titik Referensi, dari ancaman abrasi & kerusakan. 4 Pulau-pulau Kecil terluar yang Terkelola dengan Baik Des

2016 Laporan hasil kegiatan

2 Pemerintah menetapkan jumlah pulau-pulau kecil Kemen dagri dan KKP Dit. PPK - DJKP3K - KKP Kemenk o Polhuka m, KKP, BIG, Kemdagr i, TNI AL, Kemena graria dan Tata Ruang, Kemenk o Bidang Kemariti man Eselon 1 Instan si Terkai t

5 Melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap jumlah pulau yang belum dibakukan.

5 Potensi dan peta pulau Des 2015 Laporan hasil identifikasi

6 Menetapkan data pulau-pulau kecil Indonesia dan

mengumumkannya ke publik

6 Gasetir pulau Mar 2016

PP ttg Gesetir Pulau

7 Melaksanakan survei toponim untuk pulau-pulau kecil yang baru muncul/belum terdaftar.

7 Toponimi pulau Agus 2016 Laporan survei 8 Mendaftarkan Pulau-pulau Kecil Indonesia ke PBB

8 Deposit pulau Des 2016 Bukti pelaporan dan penetapan 3 Pemerintah menetapkan luas wilayah laut dan daratan Indonesia BIG dan KKP Dit. TRLP3K dan PPK - DJKP3K - KKP Kemenk o Polhuka m, KKP, BIG, Kemdagr i, TNI AL, Kemena graria dan Tata Ruang, Kemenk o Bidang Kemariti man Eselon 1 Instan si Terkai t

9 Mengidentifikasi ulang luas laut dan daratan Indonesia

9 Data luas laut dan daratan Indonesia

Jul 2015 Data luas laut dan daratan Indonesia Keme nlu, Keme ndagr i dan KKP

10 Menetapkan luas laut dan luas daratan Indonesia dan

mengumumkannya ke publik

10 Dokumen

publikasi luas laut dan daratan Indonesia Okt 2015 Dokumen publikasi luas laut dan daratan Indonesia 4 Pemerintah menyelesaikan penetapan batas wilayah laut dengan negara tetangga Keme nlu dan KKP Dit. TRLP3K dan PPK - DJKP3K - KKP Kemenk o Polhuka m , TNI AL, Kemend agri, BIG, Kemenk o Bidang Kemariti man, Kemhan, KemenE SDM, Kemhub, Mabes TNI Eselon 1 Instan si Terkai t

11 Mengidentifikasi semua segmen perbatasan laut dengan negara tetangga 11 Dokumen identifikasi segmen perbatasan laut dengan negara tetangga Mar 2015 Laporan Identifikasi 12 Melakukan upaya-upaya diplomasi dengan negara tetangga untuk menetapkan batas wilayah laut dengan negara tetangga 12 Perjanjian batas wilayah laut dengan negara tetangga Des 2016 Laporan

13 Menetapkan batas wilayah laut Indonesia dengan negara tetangga dan mengumumkannya ke publik 13 Perpres ttg ratifikasi batas wilayah laut dengan negara tetangga Mar 2017 Perpres

45

(46)

REKAP RENAKSI PROVINSI

NO.

FOKUS AREA

REKOMENDASI

RENCANA

AKSI

PEMDA

INDIKATOR

OUTPUT

PELAPORAN

1 Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut

4

6

6

Laporan Berkala

10 Mar 2015

10 Jun 2015

10 Des 2015

(Dari Gubernur

ditujukan kepada

KPK tembusan

KKP

)

2 Penataan Izin

4

4

4

3 Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak

6

6

6

4

Pemberian dan Perlindungan Hak-hak

Masyarakat

5

5

5

(47)

Matriks Rencana Aksi Atas Pengelolaan Ruang Laut

dan Sumberdaya Kelautan (Pemerintah Provinsi) - 1

Fokus Area Rekomendasi & Target Penanggungja wab

Instansi

Terkait Renaksi Indikator Output

Keter anga n 1 2 3 4 5 6 STAT

US 7 No Deskripsi No Deskripsi Insta

nsi Unit Instansi Unit No Deskripsi

No . Deskripsi Tenggat Waktu Bukt i Pen duku ng Penj elas an -PEM DA Veri fika si KP K O PE N CL OS ED 1. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut

1 Penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk penyusunan tata ruang laut Gube rnur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubung an 1 Mengidentifikasi kebutuhan informasi tematik untuk kepentingan perencanaan lintas sektor

1 Laporan identifikasi

kebutuhan informasi tematik untuk kepentingan

perencanaan tata ruang laut disertai dengan spesifikasi data dan informasi yang dibutuhkan. Laporan Berkala 10 Maret 2015 10 Juni 2015 10 Desembe r 2015 (Dari Gubernur ditujukan kepada KPK tembusan KKP)

2 Menyusun informasi tematik untuk kepentingan

perencanaan lintas sektor

2 Database informasi tematik terkait dengan kelautan

2 Penyusunan rencana tata ruang laut

Gube rnur KaDinas KKP Bappeda, Dinas Tata Ruang 3 Menyelesaikan rencana tata ruang wilayah laut

3 Laporan rencana tata ruang wilayah laut

3 Penyusunan rencana penggunaan ruang laut untuk berbagai kepentingan sektor Gube rnur KaDinas KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubung an 4 Menyelesaikan rencana penggunaan ruang laut lintas sektor

4 Laporan rencana penggunaan ruang laut untuk lintas sektor seperti (Wilayah Usaha

Pertambangan di Pesisir dan Laut; Alur Laut; Daerah Lingkungan Kerja

Pelabuhan; dll)

4 Pengintegrasian rencana tata ruang laut (RSWPK/RZWP3K/RP WP3K/RAPWP3K) dengan rencana penggunaan ruang laut oleh berbagai sektor, rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan (RPJM/RPJP), dan perencanaan anggaran Gube rnur KaDinas KKP Bappeda, DPPKD, Dinas Tata Ruang 5 Mengdentifikasi semua rencana yang disusun oleh setiap sektor

5 Laporan rencana

penggunaan ruang laut oleh lintas sektor dalam bentuk spasial

6 MengIntegrasikan

perencanaan lintas sektor

(Wilayah-Program-Anggaran)

6 Laporan penggunaan ruang laut berbasis spasial yang dilengkapi dengan rencana program dan pengalokasian anggaran

(48)

Matriks Rencana Aksi Atas Pengelolaan Ruang Laut

dan Sumberdaya Kelautan (Pemerintah Provinsi) - 2

Fokus

Area Rekomendasi & Target

Penanggungj

awab Instansi Terkait Renaksi Indikator Output

Ke ter an ga n 1 2 3 4 5 6 STATU S 7 No De skr ips i No Deskripsi Insta

nsi Unit Instansi Unit No Deskripsi No. Deskripsi Tenggat Waktu

Bukti Pend ukun g Penjel asan -PEMD A Verifikas i KPK & KKP OPE N CL OS ED 3. Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak

9 Identifikasi setiap jenis kewajiban para pihak

Gube rnur KaDina s KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Pajak

11 Mengidentifikasi setiap jenis kewajiban para pihak

11 Laporan daftar setiap kewajiban para pihak (pemerintah dan pelaku usaha) yang antara lain mencakup kewajiban

administrasi; keuangan; teknis; lingkungan; dll yang juga mencakup besar/jenis kewajiban; jangka waktu pelaksanaan kewajiban; dan sanksi yang diberikan jika kewajiban tidak terpenuhi.

Laporan Berkala 10 Maret 2015 10 Juni 2015 10 Desember 2015 (Dari Gubernur ditujukan kepada KPK tembusan KKP) 10 Identifikasi tingkat

pelaksanaan kewajiban para pihak Gube rnur KaDina s KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Pajak 12 Mengidentifikasi tingkat pelaksanaan kewajiban para pihak (kepatuhan)

12 Laporan hasil evaluasi pelaksanaan kewajiban oleh para pihak

11 Mendorong pelaksanaan kewajiban para pihak yang belum dipenuhi Gube rnur KaDina s KKP Bappeda,Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Pajak 13 Mendorong pelaksanaan kewajiban para pihak yang belum dipenuhi

13 Laporan langkah-langkah untuk mendorong pelaksanaan kewajiban para pihak

12 Memantau pelaksanaan kewajiaban para pihak

Gube rnur KaDina s KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Pajak 14 Memantau pelaksanaan kewajiban para pihak

14 Laporan hasil monitoring pelaksanaan kewajiban para pihak

13 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban para pihak Gube rnur KaDina s KKP Bappeda,Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil Pajak

15 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kewajiban para pihak

15 Laporan hasil evaluasi pelaksanaan kewajiban oleh para pihak

14 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut atas evaluasi pelaksanaan kewajiban para pihak

Gube rnur KaDina s KKP Bappeda, Dinas ESDM, Dinas Tata Ruang , Dinas Perhubungan, Dinas LH, Kanwil 16 Mengambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut atas evaluasi pelaksanaan kewajiban para pihak

(termasuk pemberian sanksi seuai aturan yang berlaku)

16 Laporan tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan kewajiban oleh para pihak

(49)

PELAPORAN KEWAJIBAN PERIZINAN

A. KEWAJIBAN PERIZINAN DI BIDANG PERIKANAN TANGKAP

1 SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan)

2 SIPI ( Surat Izin Penangkapan Ikan)

3 SIKPI (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan)

B.

KEWAJIBAN PERIZINAN REKLAMASI

DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

1 Izin Lokasi Reklamasi

2 Izin Pelaksanaan Reklamasi

C.

KEWAJIBAN PERIZINAN PEMANFAATAN

PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DI SEKITARNYA

1 Izin Lokasi Pemanfaatan

2 Izin Pelaksanaan Pemanfaatan

D. KEWAJIBAN PERIZINAN BUDIDAYA PERIKANAN

1 Surat Izin Usaha Perikanan Budidaya

2 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Budidaya

E. KEWAJIBAN PERIZINAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

1 Surat Izin Pemasukan Hasil Perikanan

2 Surat Izin Ekspor Hasil Perikanan

F. KEWAJIBAN PERIZINAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

1 Surat Izin Usaha Pengolahan Hasil Perikanan

49

CATATAN:

• Kewajiban setiap pelaku usaha dirinci

berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan dan

persyaratan/kewajiban yang harus dimiliki oleh

setiap pelaku usaha.

• Pelaksanaan kewajiban oleh setiap pelaku

usaha disampaikan ke pemberi

izin/pemerintah/instansi (self assessment)

yang melakukan pembinaan terhadap pelaku

usaha disertai dengan bukti-bukti pelaksanaan

kewajiban tersebut.

• Pemberi Izin/Pemerintah melakukan verifikasi

terhadap pelaksanaan kewajiban pelaku usaha

dan menetapkan status kepatuhan

pelaksanaan kewajiban pelaku usaha serta

tindak lanjut atas pelaksanaan kewajiban

tersebut.

• Peranan pelaku usaha : usulan kebijakan,

pendidikan/kampanye ke masyarakat,

corporate social responsibility, dll.

(50)

TABEL MONITORING PELAKSANAAN KEWAJIBAN

PERIZINAN DI BIDANG PERIKANAN TANGKAP

No.

Identitas

Perusahaan/Perorangan Identitas Pemilik Identitas Kapal 1) SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan)

Nama Perusah aan/Per orangan No. Akta Perus ahaan Alamat Perus ahaan NPWP Perusa haan/P eroran gan Nama Pemilik No. KTP Pemilik Alamat Pemilik Nama Kapal Nama Kapal Sebelu mnya (Jika Ada) Jenis Kapal (Penan gkap/P engang kut) Tempat/ Nomor Buku Kapal Tempat/ Nomor Grosse Akta Keban gsaan Kapal Tanda Selar Tanda Penge nal Kapal Panja ng/LO A (Meter ) Panj ang (Met er) Leba r/B (Met er) Dala m/D (Met er) Tonna ge Kotor (GT) Tonnag e Bersih (NT) Tempat /Tahun Pemba ngunan Call Sign Bah an Kap al Juml ah Palka (Unit) Kapas itas Palka (m3) Temp eratur Kapal (oC) Jenis Alat Penag kapan Ikan Mesin dan Alat Bantu Merk Mesin Nomor Mesin Kekuata n Mesin (HP) RPM Pelab uhan Pangk alan Pelab uhan Singg ah No. SIUP Jenis SIUP Renc ana Usah a Surat Ketera ngan Domisi li Usaha Surat Pernyat aan Kesang gupan Memba ngun, Memiliki , atau Bermitr a dengan UPI Surat pernyat aan kesedia an mematu hi dan melaks anakan semua ketentu an peratur an perunda ng-undang an Surat pernyataa n kebenaran data dan informasi yang disampaik an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 1. PT A .... 3. PT C

50

PELAKSANAAN KEWAJIBAN 2) SIPI ( Surat Izin Penangkapan Ikan) 3) SIKPI (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan) Lapora

n

Pelaksanaan Kewajiban

Keuangan Pelaksanaan Kewajiban Terkait Operasional

Pelaksanaan Kewajiban Pelaporan Pelaksanaan Kewajiban Lingkungan N o. SI PI Jeni s SIPI Masa Berla ku SIPI Spesifi kasi Teknis Alat penan gkapa n Ikan Gamb ar Renc ana Umu m Kapal Data Kapa l Recan a Target Spesi es Penan gkapa n Ikan Surat Pernyata an Kesangg upan Menerim a, Memban tu Kelancar an Tugas, dan Menjaga Keselam atan Petugas Pemanta u Surat Pernyat aan Kesang gupan Untuk Menjaga Kelestar ian Sumber daya Ikan dan Lingkun gannya Surat Pernyat aan Kesang gupan Mengisi Log Book Sesuai Ketentu an Peratur an Perund ang-undang an Surat Pernyata an Kesangg upan Menggun akan Nakhoda dan ABK Berkewar ganegara an Indonesia sesuai Ketentua n Peratura n Perundan g-undanga n Surat Pernya taan Kesan ggupa n Memas ang dan Menga ktifkan Trans mitter SPKP Surat Pernya taan Kapal yang Diguna kan Tidak Tercan tum Dalam Daftar Kapal yang Melaku kan IUU Fishing Pelabu han Singga h/Pang kalan WPP No. SIK PI Jeni s SIKP I Mas a Berl aku SIK PI Surat Pernya taan Kesan ggupan Meneri ma, Memba ntu Kelanc aran Tugas, dan Menjag a Kesela matan Petuga s Peman tau Surat Pernyat aan Kesang gupan mengg unakan satu orang tenaga kualiti kontrol yang memilik i SKPI Surat Pernyat aan Kesang gupan Untuk Menjag a Kelesta rian Sumber daya Ikan dan Lingkun gannya Surat Pernyata an Kesangg upan Menggu nakan Nakhoda dan ABK Berkewa rganegar aan Indonesi a sesuai Ketentua n Peratura n Perunda ng-undanga n Surat Pernya taan Kesan ggupa n Memas ang dan Menga ktifkan Trans mitter SPKP Surat Pernyat aan Kapal yang Diguna kan Tidak Tercant um Dalam Daftar Kapal yang Melaku kan IUU Fishing Pelabu han Singga h/Pang kalan Lapora n Produk si/Pena ngkapa n/Peng angkuta n Pemb ayara n Kewaj iban PPP Pemba yaran Kewaji ban PHP Pemb ayara n Kewaji ban Perpaj akan Pemba yaran Kewajib an Retribu si Daerah Memba ngun, Memiliki , atau Bermitra dengan UPI yang telah memiliki Sertifika t Kelayak an Pengola han (SKP) Meneri ma, Memb antu Kelanc aran Tugas, dan Menja ga Kesela matan Petug as Pema ntau Mengi si Log Book Sesua i Keten tuan Perat uran Perun dang-undan gan Mengg unakan Nakho da dan ABK Berkew argane garaan Indone sia sesuai Ketent uan Peratur an Perund ang-undan gan Mema sang dan Meng aktifka n Trans mitter SPKP Kapal yang Digun akan Tidak Terca ntum Dalam Daftar Kapal yang Melak ukan IUU Fishin g Mengg unaka n Alat Tangk ap Sesuai denga n yang Tertera dalam SIPI Berop erasi dala m WPP-NRI yang suda h diteta pkan Kepe milika n Doku men Untuk Setiap Trip Penan gkapa n (SLO; SPB; SIPI/S IKPI; dll) Pend aratan Pada Pelab uhan Pangk alan Sesua i SIPI dan SIKPI Pela pora n Hasil Tang kapa n Penyam paian LKU setiap enam bulan yang dilengka pi dengan realisasi investas idan permod alan Penya mpaia n LKP Setiap 3 Bulan Penya mpaia n inform asi terkait perbai kan/do cking ke luar negeri kepad a syahb andar di pelabu han perika nan Melakuk an tindaka n konserv asi terhada p jenis spesies tertentu yang terkait secara ekologi dengan tuna, yang ditetapk an oleh RFMO Melaku kan Tindak an Konser vasi Terhad ap ikan hasil tangka pan sampin gan (bycatc h) Melak ukan tindak an konse rvasi terhad ap non ikan yang tertan gkap secar a tidak senga ja (incid ental catch) Penghe ntian Penang kapan ikan pada waktu penangk apan ikan ditutup dan atau wilayah penangk apan ikan yang ditutup 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

50

Gambar

TABEL MONITORING PELAKSANAAN KEWAJIBAN   PERIZINAN DI BIDANG PERIKANAN TANGKAP
TABEL MONITORING PELAKSANAAN KEWAJIBAN
TABEL MONITORING PELAKSANAAN KEWAJIBAN PERIZINAN
TABEL MONITORING PELAKSANAAN KEWAJIBAN   PERIZINAN BUDIDAYA PERIKANAN
+3

Referensi

Dokumen terkait

5.1 Peningkatan  ketersediaan dan  kualitas  infrastruktur  sebagai penunjang  kesejahteraan  masyarakat 5.1.1 Meningkatnya sarana  dan prasarana  infrastruktur daerah

Dan pada percobaan ke empat, yaitu pencampuran warna merah,dan biru ,dan warna hijau mengguakan filter warna.pencampuran ketiga warna tersebut menghasilkan warna putih,

Identitas Using yang secara simbolik terepresentasikan dalam berbagai seni- tradisi Using (Gandrung, Barong, Seblang, Keboan, dan Kundaran) menjadi iklan resmi

interselular yang terkalsifikasi, matriks tulang, dan tiga tipe sel tulang yaitu osteosit yang dapat ditemukan di ruang (lakuna) diantara matriks; osteoblas yang merupakan

RBP (Reformasi birokrasi polri) secara umum adalah suatu program yang dibuat guna membenahi dari tubuh structural dari kepolisian itu sendiri, hal ini tentu bertujuan untuk

Proporsi menurut pencipta adalah ukuran yang digunakan dalam penciptaan suatu karya seni baik dari segi bentuk, garis, warna dan lain sebagainya dengan

Bentuk kelembagaan LPP diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UU Penyiaran yang mengatakan bahwa LPP merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang

murid di sekolah. Pengajaran merupakan suatu proses penyampaian. Cara yang paling mudah yakni dengan menuangkan ilmu kepada siswa. Cara yang biasa digunakan