• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEMPA BUMI BESAR JEPANG TIMUR DAN TSUNAMI MARET 2011: UPAYA PEMERINTAH JEPANG UNTUK MEMULIHKAN PARIWISATA JEPANG PASCA BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEMPA BUMI BESAR JEPANG TIMUR DAN TSUNAMI MARET 2011: UPAYA PEMERINTAH JEPANG UNTUK MEMULIHKAN PARIWISATA JEPANG PASCA BENCANA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

GEMPA BUMI BESAR JEPANG TIMUR DAN TSUNAMI MARET 2011:

UPAYA PEMERINTAH JEPANG UNTUK MEMULIHKAN

PARIWISATA JEPANG PASCA BENCANA

Surfia Miana, Didit Dwi Subagio

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

ting.surfia.miana@gmail.com

Abstrak

Gempa Bumi Besar Jepang Timur dan Tsunami Maret 2011 telah mempengaruhi perkembangan ekonomi dan industri di Jepang. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang terkena dampak bencana tersebut. Skripsi ini membahas mengenai dampak yang diakibatkan gempa bumi dan tsunami terhadap pertumbuhan pariwisata Jepang, khususnya pada inbound dan outbound, hingga akhir tahun 2012. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Jepang melalui berbagai upaya dan kebijakannya di bidang pariwisata mampu merekonstruksi wilayah Tohoku dan memulihkan pariwisata di wilayah tersebut. Jepang bahkan berhasil meningkatkan rasio pertumbuhan pariwisata nasional secara positif.

Kata kunci: gempa bumi; pariwisata Jepang; tsunami

The Great East Japan Earthquake and Tsunami March 2011: Japanese Government’s Efforts to Recover Japanese Tourism After Disaster

Abstract

The Great East Japan Earthquake and Tsunami March 2011 has affected the economic and industry growth in Japan. Tourism industry is one of the industries affected by the disaster. The focus of this study is about the impacts of earthquake and tsunami on Japanese tourism growth, especially inbound and outbound tourism, until the end of fiscal year 2012. This study is a literature review using descriptive-analytical method. The result shows that Japanese government, through various efforts and act, was able to reconstruct Tohoku and recover Japanese tourism in the affected area. Japan even succeeded to increase the growth rate of national tourism positively.

(2)

1. Pendahuluan

Pada 11 Maret 2011 lalu, gempa besar berkekuatan 9,0 SR dan tsunami1 setinggi lebih dari 10 meter tersebut meluluhlantakkan beberapa prefektur di wilayah Tohoku terutama kota Sendai yang terletak di Prefektur Miyagi, bagian timur laut pulau Honshu, Jepang. Gempa dan tsunami Tohoku yang kemudian disebut sebagai Gempa Bumi Besar Jepang Timur (東日 本 大 震 災 /Higashi Nihon Daishinsai) ini merupakan krisis tersulit yang pernah dialami Jepang selama 65 tahun terakhir sejak Perang Dunia II.

Berdasarkan data pemerintah Jepang per Maret 2012, tercatat belasan ribu korban jiwa dan kerusakan pada berbagai fasilitas publik seperti jalan, rel kereta, serta bandara Sendai. Prefektur Miyagi dan Fukushima merupakan kedua prefektur yang menderita kerusakan terparah. Beberapa daerah tujuan wisata yang ada di kedua prefektur tersebut seperti pesisir Matsushima, pesisir Sanriku dan Spa Resort Hawaiians di Iwaki juga mengalami kerusakan dan perlu direkonstruksi. Kerugian materiil diperkirakan mencapai ¥ 16,9 trilyun.

Gelombang tsunami juga menimbulkan kerusakan pada reaktor nuklir dan memicu ancaman radiasi zat radioaktif. Akibatnya produksi industri menurun dan kontribusi industri pariwisata terhadap PDB Jepang juga mengalami penurunan. Pada tahun 2009 tercatat bahwa industri pariwisata Jepang menyumbang 9,1% dari total PDB baik secara langsung maupun tak langsung dan menciptakan 4,06 juta lapangan pekerjaan bagi penduduk Jepang. Akan tetapi, terjadinya bencana triple mengakibatkan pertumbuhan yang negatif pada industri pariwisata Jepang. Japan National Tourism Organization (JNTO) menyatakan bahwa jumlah wisatawan yang masuk ke Jepang pada Maret 2011 turun sebesar 50,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Tak hanya pada bulan Maret, persentase penurunan tersebut makin besar pada bulan-bulan berikutnya. Diperkirakan bahwa kontribusi pariwisata terhadap PDB Jepang dapat berkurang hingga ¥ 1,9 trilyun akibat dampak bencana. Dalam penelitian ini akan dibahas dampak-dampak bencana terhadap pariwisata Jepang dan upaya pemerintah Jepang dalam memulihkan industri pariwisata pasca bencana.

Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kerangka Manajemen Krisis Pariwisata akibat Bencana oleh Bill Faulkner (2001). Ia membagi tahapan respon masyarakat terhadap krisis pariwisata karena bencana menjadi enam fase yaitu sebelum terjadinya bencana (pre-event), saat bencana akan terjadi (prodromal), saat darurat bencana (emergency), pemulihan jangka menengah (intermediate), pemulihan jangka panjang

1

Tsunami (津波) adalah gelombang raksasa yang disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Saat mencapai garis pantai, air laut mendangkal dan membentuk serangkaian gelombang besar yang tingginya dapat mencapai lebih dari 30 meter.

(3)

(recovery), dan resolusi (resolution). Selama proses pemulihan, keamanan dan rekonstruksi daerah tujuan wisata adalah kunci untuk mengembalikan daya saing di pasar pariwisata global. Analisis penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.

2 Perkembangan Pariwisata Jepang 2.1 Pariwisata Jepang Sebelum Bencana

Kebijakan Dasar Pariwisata atau Tourism Basic Act yang disahkan pemerintah Jepang pada tahun 1963 direvisi dan diberlakukan kembali pada Januari 2007 dengan nama Tourism Nation Promotion Basic Law. Dalam Tourism Nation Promotion Basic Law (2007) dinyatakan bahwa “Berhadapan dengan tingkat kelahiran yang menurun, populasi usia lanjut, dan perkembangan pertukaran internasional yang telah baku, maka pendirian sebuah negara pariwisata (観光立国/kankō rikkoku) diposisikan sebagai kunci utama untuk perkembangan ekonomi negara di abad 21”. Dalam Rencana Dasar Promosi Negara Pariwisata (Tourism Nation Promotion Basic Plan), pemerintah Jepang menyusun beberapa target sebagai berikut:

a. Meningkatkan konsumsi wisata domestik menjadi ¥ 30 trilyun pada tahun 2010 (pada tahun 2009 sekitar ¥ 25,5 trilyun)

b. Meningkatkan inbound Jepang menjadi 10 juta wisatawan pada tahun 2010 (pada tahun 2010 sekitar 8,61 juta)

c. Meningkatkan jumlah konferensi internasional sebesar 50% atau lebih pada tahun 2011 (pada tahun 2010 diadakan sebanyak 309 konferensi)

d. Meningkatkan jumlah malam yang dihabiskan oleh wisatawan domestik menjadi 4 malam pada tahun 2010 (pada tahun 2010 adalah 2,12 malam)

e. Meningkatkan outbound menjadi 20 juta pada 2010 (tahun 2010 sekitar 16,64 juta) Demi merealisasikan rencana tersebut, pada 1 Oktober 2008 Kementerian Lahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang (国士交通省/Kokushi Kōtsū Shō) resmi mendirikan Badan Pariwisata Jepang atau Japan Tourism Agency (観光庁/Kankōchō), sebuah badan khusus untuk mengorganisir segala hal yang berkaitan dengan pariwisata. Kemudian pada Desember 2009, Perdana Menteri Maehara mendirikan Kantor Promosi Negara Pariwisata dalam upaya pembangunan Jepang menjadi sebuah negara pariwisata.

Berkat kampanye-kampanye yang dilakukan pemerintah seperti Ten Million Programme, Two Way Tourism 21, dan Welcome Plan 21, pertumbuhan inbound dan outbound Jepang memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Sejak tahun 1986 hingga 2002 terdata 3,15 juta wisatawan asing yang datang ke Jepang. Setelah program Visit Japan

(4)

Campaign diluncurkan pada April 2003, dalam kurun waktu empat tahun (hingga 2007) tercatat 3,14 juta wisatawan asing yang berwisata ke Jepang. Dalam gambar berikut terlihat dengan jelas peningkatan inbound Jepang yang signifikan.

Gambar 1 Jumlah Wisatawan Asing yang Berwisata ke Jepang Sumber: Japan National Tourism Organization (telah diolah kembali)

Program-program tersebut juga mempengaruhi pertumbuhan outbound Jepang dari tahun 1964 hingga tahun 1989. Outbound Jepang pun menunjukkan pertumbuhan yang positif dan terus meningkat menuju angka 10 juta wisatawan per tahun. Pada tahun 1990, untuk pertama kalinya total outbound menembus lebih dari 10 juta wisatawan. Lima tahun kemudian, wisatawan Jepang yang berlibur ke luar negeri telah mencapai angka 15 juta wisatawan. Hal tersebut dikarenakan kuatnya nilai tukar Yen terhadap mata uang asing.

Pada tahun 1997, angka outbound Jepang sempat menurun sebesar 5,9% dari tahun sebelumnya akibat nilai tukar Yen yang melemah. Akan tetapi pada tahun 2000, outbound Jepang kembali meningkat ke angka 17,8 juta wisatawan. Setahun kemudian, angka itu kembali menurun sebesar 9% menjadi 16,2 juta akibat dampak yang ditimbulkan oleh serangan teroris di Amerika Serikat. Lalu pada tahun 2003, outbound Jepang turun drastis sebanyak 19,5% akibat epidemi SARS yang melanda Asia. Pada tahun-tahun berikutnya, tingkat outbound Jepang terus bergerak secara dinamis, namun belum pernah mencapai 20 juta wisatawan per tahun. Data pada tahun 2010 mencatat bahwa jumlah wisatawan Jepang

3,15juta

3,14juta

ribu orang Jumlah Wisatawan Asing yang

(5)

yang berwisata ke luar negeri sebanyak 16,64 juta. Jumlah tersebut kurang 3,36 juta dari target yang telah direncanakan. Berikut adalah grafik pertumbuhan outbound Jepang.

Gambar 2 Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri Sumber: Japan Tourism Marketing (telah diolah kembali)

Apabila dilihat berdasarkan peringkat, Japan Tourism Agency menyatakan bahwa pada tahun 2009 tingkat outbound Jepang sebesar 15,446 juta wisatawan merupakan yang tertinggi ke-10 di dunia dan tertinggi ke-2 di Asia. Sedangkan tingkat inbound Jepang pada tahun 2010 sebesar 8,611 juta wisatawan menempati urutan 30 di dunia dan urutan 8 di Asia.

Perkembangan industri pariwisata Jepang yang demikian pesat telah menimbulkan efek positif terhadap perekonomian Jepang. Konsumsi dari berbagai industri seperti industri makanan, transportasi, akomodasi dan jasa dalam kegiatan wisata dapat mencapai hingga ¥ 22,1 trilyun. Tingkat konsumsi tersebut juga mendorong peningkatan kegiatan produksi di berbagai industri di Jepang hingga mencapai ¥ 48 trilyun. Selain itu, industri pariwisata juga telah berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi 4,06 juta penduduk Jepang.

2.2 Dampak Bencana Terhadap Pariwisata Jepang

Bencana gempa bumi dan tsunami yang menimpa Jepang pada Maret 2011 lalu menghancurkan kota, infrastruktur, serta berbagai fasilitas penunjang seperti pipa gas, listrik

Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri (1964-2010)

(6)

dan saluran air. Bahkan jalan dan bandara penghubung Tohoku dengan wilayah di luar Tohoku tak dapat berfungsi setelah diterjang gempa dan gelombang tsunami. Hal tersebut menghambat akses dari dan ke wilayah yang terkena bencana. Tak hanya gempa dan tsunami, kebocoran zat radioaktif dari reaktor nuklir Fukushima pun membuat seluruh dunia panik. Banyak wisatawan asing yang berada di Jepang segera pergi meninggalkan Jepang, bahkan tiket penerbangan menuju Jepang dan hotel yang telah direservasi oleh calon wisatawan pun dibatalkan. Hal ini tentu menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap perkembangan industri pariwisata Jepang yang sedang melangkah maju.

2.2.1 Dampak Terhadap Inbound Jepang

Sebulan pasca bencana terjadi, JNTO mencatat penurunan tajam pada inbound Jepang sebesar 62,5% dari periode yang sama tahun lalu. Angka inbound yang mencapai 710.000 (Maret 2010) dan 788.000 (April 2010) menurun drastis ke angka 353.000 (Maret 2011). Angka itu terus menurun pada April 2011 dengan total hanya 296.000 wisatawan. Pada gambar berikut dapat dilihat penurunan drastis pada inbound Jepang.

Gambar 3 Perbandingan Jumlah wisatawan Asing yang Berkunjung ke Jepang (November 2010-April 2011 dengan Periode Sebelumnya)

Sumber: Japan Tourism Agency dan Japan National Tourism Organization

2.2.2 Dampak Terhadap Outbound Jepang

Sama layaknya dengan tingkat inbound, tingkat outbound Jepang juga mengalami penurunan yang cukup besar. Pada Maret 2010, jumlah wisatawan Jepang yang berwisata ke luar negeri sebanyak 1,563 juta wisatawan. Pada bulan berikutnya angka tersebut turun menjadi 1,213 juta wisatawan. Pasca bencana Maret 2011, outbound Jepang yang menginjak

(7)

angka 1,372 juta pada bulan Maret turun ke angka 1,104 juta wisatawan. Angka tersebut menurun sebesar 9% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Gambar 4 Perbandingan Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri (November 2010-April 2011 dengan Periode Sebelumnya)

Sumber: Japan Tourism Agency dan Japan National Tourism Organization

2.2.3 Dampak Terhadap Akomodasi dan Agen Perjalanan

Bencana yang menimpa Jepang pada Maret 2011 telah merusak berbagai fasilitas penunjang kehidupan seperti pipa gas, listrik, saluran air, dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan hotel dan penginapan yang ada di wilayah Tohoku terpaksa berhenti beroperasi. Sekitar 25% dari 285 hotel dan penginapan yang terdaftar di enam prefektur di Tohoku tutup akibat kerusakan pasca bencana (World Travel and Tourism Council, 2011).

Meskipun sekitar 75% hotel dan penginapan di wilayah Tohoku masih dapat beroperasi, banyak sekali reservasi untuk bulan Maret dan April yang dibatalkan. Sebesar 48% reservasi untuk bulan Maret dibatalkan, sedangkan untuk bulan April reservasi yang dibatalkan sekitar 36% (Badan Pariwisata Jepang, 2011). Pembatalan reservasi juga terjadi pada daerah tujuan wisata di wilayah Kanto dan seluruh wilayah Jepang lainnya terutama ibukota Tokyo.

Pada bulan Maret 2011, terjadi penurunan sebesar hampir 50% pada penawaran kamar hotel di Sendai dan lebih dari 10% penurunan pada penawaran di Tohoku-Kanto. Pada bulan April hingga Juli 2011, penawaran kamar hotel di Sendai masih turun sekitar 30-40% dari periode tahun sebelumnya, sedangkan penawaran kamar hotel di Tohoku-Kanto untuk bulan April hingga Juli 2011 turun hampir 10% dari periode tahun sebelumnya. Berbeda dengan wilayah Tohoku dan Sendai, penawaran kamar hotel di ibukota Tokyo tetap berada pada angka positif dan tidak mengalami penurunan.

(8)

Dari sisi permintaan, permintaan kamar hotel di Sendai untuk bulan Maret menurun tajam hingga mencapai hampir 70% dari periode tahun sebelumnya. Permintaan kamar hotel di Tohoku-Kanto dan Tokyo pun ikut terkena dampak dan mengalami penurunan lebih dari 20%. Sementara itu, pada bulan April 2011 penurunan permintaan kamar hotel di Tokyo justru lebih besar 10-15% dibandingkan di Tohoku-Kanto dan Sendai. Tiga bulan berikutnya penurunan terbesar tetap pada permintaan kamar hotel di Sendai yang berkisar antara 25-40%, disusul Tohoku-Kanto yang menurun lebih dari 15% dan Tokyo yang mengalami penurunan permintaan kurang dari 10%. Pada bulan Juli 2011 penurunan permintaan kamar hotel di Sendai masih berkisar di atas 30% dari periode tahun sebelumnya.

2.2.4 Dampak Terhadap Konvensi dan Pertemuan Internasional

Akibat gempa bumi, tsunami dan ancaman radiasi nuklir Fukushima, banyak konvensi dan pertemuan internasional yang seharusnya diselenggarakan di Jepang terpaksa dibatalkan atau ditangguhkan. Presiden JNTO dan Komisaris Japan Patent Office (JPO) mengeluarkan surat bagi penyelenggara konvensi internasional mengenai pertimbangan pembatalan konvensi yang bertujuan untuk mencegah pembatalan tersebut. Meskipun demikian, jumlah konvensi dan pertemuan internasional yang diadakan di Jepang tetap menurun drastis.

Pada tahun 2010 Jepang berada pada peringkat kedua sebagai negara yang paling banyak menjadi tuan rumah konvensi dan pertemuan internasional. Tahun 2010 Jepang mencatat angka tertinggi, yakni 741 konvensi dan konferensi internasional, di bawah Amerika Serikat yang mencatat angka 936 konvensi dan di atas Singapura yang mencatat angka 725 konvensi internasional. Akibat bencana triple yang terjadi 11 Maret 2011 lalu, Jepang turun ke peringkat ketiga di bawah Singapura dan Amerika Serikat dengan total hanya 598 konvensi dan pertemuan internasional pada tahun 2011.

2.3 Respon Darurat Pemerintah Jepang untuk Sektor Pariwisata

Pasca bencana 11 Maret 2011, pemerintah Jepang segera mengkonfirmasi keselamatan korban bencana termasuk para wisatawan yang pada saat itu sedang berada di Jepang. Berikut langkah-langkah darurat yang diambil organisasi pemerintah Jepang untuk sektor pariwisata:

a. Menerima para wisatawan yang terkena dampak bencana di hotel dan ryokan di luar prefektur yang terkena imbas langsung dari bencana.

b. Memperpanjang masa berlaku lisensi agen perjalanan. Kebijakan ini hanya berlaku bagi agen perjalanan yang memiliki kantor pusat di area prefektur yang menerapkan Tindakan Pertolongan Bencana.

(9)

c. Merespon dan menyediakan informasi lengkap berkaitan dengan gempa bumi, kondisi infrastruktur, dan tingkat radiasi yang diperbarui setiap hari untuk para wisatawan pada situs resmi JNTO dalam beberapa bahasa.

d. Pusat Informasi Wisatawan menyediakan layanan telepon 24 jam hingga akhir April 2011 untuk menginformasikan kondisi teraktual dan pengoperasian bandara serta jalur kereta kepada wisatawan dalam berbagai bahasa.

2.4 Upaya Pemulihan Pariwisata Jepang Pasca Bencana

Direktorat Jenderal Manajemen Bencana menyatakan bahwa pemulihan daerah yang tertimpa bencana difokuskan pada pemberian dukungan baik secara mental maupun materiil untuk membangun kembali kehidupan yang normal bagi penduduk yang terkena bencana. Semakin cepat proses rekonstruksi daerah yang terkena bencana, maka semakin cepat pula pemulihan inbound dan outbound pariwisata Jepang.

2.4.1 Upaya Pemulihan Jangka Pendek dan Menengah

Pada tahap pemulihan jangka pendek dan menengah, pemerintah nasional bekerjasama dengan pemerintah daerah dan berbagai perusahaan swasta memonitori proses rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas penunjang kehidupan, infrastruktur publik, dan berbagai fasilitas lainnya. Berikut upaya-upaya yang berkaitan dengan kepentingan industri pariwisata Jepang.

a. Perbaikan pada fasilitas penunjang energi listrik

Mobil-mobil penyedia kabel bermuatan listrik didistribusikan ke daerah-daerah terjadinya bencana untuk menyuplai listrik pada prasarana transportasi, pemukiman, penginapan, pusat perbelanjaan, dan pabrik. Pada 17 Maret 2011, Furukawa Electric Group bekerjasama dengan TEPCO memperbaiki jaringan telekomunikasi yang merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang industri pariwisata. Proses perbaikan tersebut selesai dua minggu pasca terjadinya bencana. b. Rekonstruksi infrastruktur publik

Infrastruktur seperti jalan, rel kereta, pelabuhan dan bandara direkonstruksi dengan cepat dan secara teratur kembali berfungsi seperti sediakala. Rel kereta selesai diperbaiki dalam waktu satu minggu, sedangkan perbaikan jalan memakan waktu hingga tiga minggu. Pelabuhan Sendai-Shiogama dan bandara Sendai selesai direkonstruksi dalam jangka waktu satu bulan. Kecepatan proses rekonstruksi sangat mempengaruhi akses dan transferabilitas bagi perjalanan wisatawan.

(10)

Pemerintah memberikan uang santunan dan pinjaman untuk kesejahteraan korban pasca bencana. Selain itu, JNTO bersama dengan Badan Pariwisata Jepang berupaya membuat program yang memadukan atraksi wisata lokal seperti workshop pembuatan barang-barang kerajinan tangan sambil menikmati makanan tradisional yang dibuat dari hasil pertanian setempat. Hal ini bertujuan mengembalikan penghidupan dan semangat penduduk setempat dari trauma bencana.

d. Pemberian dana bantuan dan pinjaman untuk bisnis di sektor pariwisata

Kebijakan ini berlaku untuk bisnis di sektor pariwisata berskala kecil hingga menengah yang terkena dampak gempa baik secara langsung maupun tidak langsung, serta bisnis yang terpengaruh isu-isu akibat kecelakaan reaktor nuklir Fukushima (Badan Pariwisata Jepang, 2011).

e. Perbaikan dan pengembangan fasilitas hotel, penginapan, ryokan restoran, informasi-telekomunikasi, serta fasilitas terkait penunjang pariwisata

Badan Pariwisata Jepang membuat analisis mengenai kondisi hotel dan penginapan di berbagai kota di Jepang dan menggunakannya sebagai dasar kebijakan revitalisasi ryokan di masing-masing daerah. Selain itu, pemerintah juga bekerjasama dengan pelaku bisnis yang terkait meningkatkan kualitas dari pelayanan jasa informasi, jaringan telekomunikasi, transportasi, dan konsumsi. f. Pembangunan daerah tujuan wisata yang atraktif-kompetitif secara internasional

Pemerintah daerah didukung oleh organisasi swasta, para pelaku bisnis di sektor pariwisata serta penduduk lokal menciptakan suatu daerah tujuan wisata yang mengutamakan kualitas pelayanan dengan memanfaatkan karakteristik dari masing-masing daerah. Industri lokal didorong untuk berpartisipasi secara kreatif guna mendukung vitalisasi daerah dan industri pariwisata. Dalam pemulihan pariwisata Tohoku, Badan Pariwisata Jepang meluncurkan promosi Ganbaro! Nippon Campaign pada 21 April 2011 sebagai bentuk upaya kerjasama antara sektor publik, swasta, dan komunitas lokal dalam mempromosikan pariwisata Jepang.

g. Pengiriman pesan positif melalui konferensi dan media internasional

Jepang mengirimkan delegasi pada Global Travel and Tourism Summit yang diadakan di Las Vegas tanggal 17-19 Mei 2011. Pada konferensi internasional tersebut, pihak Jepang mengkomunikasikan kondisi teraktual Jepang kepada para petinggi industri pariwisata global dan media massa seluruh dunia agar dapat mengembalikan citra positif dan meningkatkan inbound Jepang.

(11)

2.4.2 Upaya Pemulihan Jangka Panjang

Pada tahap pemulihan jangka panjang untuk industri pariwisata, Badan Pariwisata Jepang bersama dengan JNTO menyusun strategi dan kebijakan untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisata Jepang di mancanegara. Adapun upaya-upaya mengembangkan industri pariwisata dilakukan dengan cara:

a. Memelihara dan mengembangkan sumber daya peninggalan budaya

Pemerintah Jepang mengupayakan usaha-usaha komprehensif untuk memelihara peninggalan budaya tiap daerah sebagai kekayaan nasional yang tak ternilai.

b. Menjaga dan mengembangkan modal kepariwisataan berupa kekayaan dan keindahan alam

Sebuah konsep dibuat dan diterapkan untuk menjaga keindahan alam, mengkonservasi dan mengatur situs-situs alami seperti taman nasional, cagar alam, serta wilayah pesisir. Contoh: Shimokita Yukai Mura (wisata yang memadukan onsen, makanan dan kesenian lokal di Prefektur Aomori).

c. Membangun sarana-prasarana tranportasi untuk mendorong pertumbuhan inbound Pemerintah nasional Jepang akan membangun lebih banyak jalan tol dan bandara internasional pusat. Selain itu, maskapai penerbangan bertarif rendah seperti Peach Aviation, AirAsia, dan Jetstar mulai masuk ke pasar dan turut mendorong peningkatan permintaan jasa penerbangan.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung industri pariwisata yang kompetitif

Badan Pariwisata Jepang terus berusaha untuk mengembangkan penelitian-penelitian gabungan antara dunia akademis dan industri, serta melakukan studi pengembangan manajemen bisnis pariwisata yang diharapkan dapat memperkuat daya saing industri pariwisata Jepang di pasar internasional.

e. Meningkatkan kualitas SDM yang bertanggungjawab dalam pengembangan dan manajemen daerah tujuan wisata

Untuk meningkatkan kualitas SDM di daerah tujuan wisata, pemerintah akan mengundang para pakar di bidang pariwisata untuk mengadakan pelatihan-pelatihan demi pelayanan dan pembentukan industri pariwisata yang kompetitif. Segala kebijakan pariwisata yang telah dibuat tidak akan memberikan hasil yang positif bila tidak ada respon dari target atau calon konsumen. Terlebih lagi sejak tersebarnya berita mengenai radiasi nuklir Fukushima, orang-orang yang semula berencana untuk datang ke Jepang menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Oleh sebab itu, Badan Pariwisata Jepang

(12)

menyusun langkah-langkah untuk meyakinkan calon wisatawan asing dan mempromosikan pariwisata Jepang di dunia internasional. Langkah-langkah tersebut:

a. Mempromosikan perjalanan wisata ke Jepang kepada wisatawan asing

JNTO dan Badan Pariwisata Jepang bekerjasama dengan pihak media massa dan agen perjalanan di negara lain menyebarkan berbagai informasi mengenai sudut pandang konsumen mancanegara dengan tujuan untuk mengembalikan citra pariwisata Jepang. Pengembangan rute wisata yang menggabungkan berbagai atraksi wisata seperti kekayaan alam, kesenian daerah, keindahan mode (fashion), dan masakan Jepang dalam rangka kampanye Cool Japan2 semakin dipromosikan. b. Mengundang personil media dan agen perjalanan

Badan Pariwisata Jepang mengundang sekitar 1000 personil media dan agen perjalanan untuk melihat kondisi aktual di Jepang setelah pemulihan pasca bencana. Undangan tersebut diharapkan dapat mendorong publikasi artikel pada berbagai media internasional yang tentunya akan mempengaruhi pandangan masyarakat internasional terhadap Jepang dan menarik calon wisatawan mengunjungi Jepang. c. Mengundang selebritis internasional untuk mempromosikan Jepang

Badan Pariwisata Jepang mengundang beberapa selebritis internasional seperti Lady Gaga dan Justin Bieber ke Jepang dalam rangka kegiatan amal yang bertujuan menggalang dana dan menyampaikan bahwa Jepang sudah berada pada kondisi aman dan terbuka bagi seluruh wisatawan internasional.

d. Meluncurkan kampanye baru bernama Japan. Thank You.

Kampanye tersebut diluncurkan pada Febuari 2012 sebagai bentuk ucapan syukur Jepang kepada dunia untuk segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan dalam memulihkan kondisi lingkungan dan pariwisata Jepang pasca bencana. e. Mengkampanyekan promosi Destination Tohoku

Pada bulan Maret 2012, Badan Pariwisata Jepang memulai kampanye Destination Tohoku yang membagi wilayah Tohoku menjadi 28 daerah tujuan wisata dengan karakteristiknya masing-masing demi mendorong pertumbuhan wisatawan. Sektor publik dan swasta bekerjasama mendukung restorasi Tohoku dan Kanto utara dengan mengadakan berbagai acara, konvensi, dan seminar di wilayah tersebut.

2

Cool Japan adalah suatu strategi pemasaran dari divisi industri kreatif Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang yang didukung kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, Badan Pariwisata Jepang, Organisasi Nasional Pariwisata Jepang, dan Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang.

(13)

f. Mempromosikan Jepang sebagai tempat ideal untuk konvensi, konferensi, dan pertemuan internasional atau MICE3

Badan Pariwisata Jepang bekerjasama dengan Badan Kongres dan Konvensi Jepang mempromosikan Jepang sebagai lokasi yang ideal untuk menjadi tuan rumah berbagai konvensi dan pertemuan internasional. Salah satu pertemuan internasional yang diadakan di Jepang adalah World Travel and Tourism Council Global Summit ke-12 pada 16-19 April 2012. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Perdana Menteri Noda, para menteri, para pemimpin industri pariwisata global seperti Ketua WTTC Dr. Michael Frenzel, serta berbagai media internasional.

g. Meningkatkan berbagai pelayanan untuk menyambut wisatawan asing

Pelayanan untuk menyambut kedatangan wisatawan asing seperti misalnya prosedur pembuatan visa dan prosedur imigrasi diupayakan agar berlangsung dengan cepat dan lancar. Penyedia jasa penerjemah juga ditingkatkan. Pemerintah Jepang juga berupaya meningkatkan standar lingkungan dan pengembangan otonomi daerah agar wisatawan asing dapat menikmati waktu dan perjalanannya. h. Memperkokoh kerja sama pariwisata antara Jepang, Cina dan Korea Selatan

Pada tahun 2011 diadakan Pertemuan Kementerian Pariwisata antara Kementerian negara Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan yang keenam kalinya diselenggarakan dengan tujuan memperkuat ikatan kerja sama dan pertukaran yang aktif dalam bidang pariwisata antara ketiga negara tersebut. i. Mempromosikan kerja sama bilateral di bidang pariwisata

Kerja sama bilateral di bidang pariwisata merupakan bagian dari Visit Japan Campaign yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan pertukaran wisatawan antara kedua negara. Contoh: maskapai All Nippon Airways, Lufthansa, dan Japan Airlines yang membuka jalur penerbangan langsung dari dan ke Frankfurt.

2.5 Perkembangan Positif Pariwisata Jepang Pasca Bencana

Berkat upaya dan kerjasama yang telah dilakukan oleh pemerintah Jepang, Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, Badan Pariwisata Jepang, para media, agen perjalanan, seluruh pihak yang terkait dengan industri pariwisata, serta masyarakat, pariwisata Jepang mulai memperlihatkan perkembangan positif.

3

(14)

2.5.1 Peningkatan pada Tingkat Hunian Hotel

Pasca bencana, tingkat hunian hotel yang secara keseluruhan sempat mengalami penurunan drastis pada bulan April 2011 mulai menunjukkan peningkatan pada Juni 2011. Pada bulan April 2011, tingkat hunian hotel di Jepang jatuh ke angka 60%. Sedangkan pada bulan Juni 2011, tingkat hunian hotel sudah kembali menyentuh 65% seperti pada bulan Febuari 2011. Memasuki kuartal ketiga tahun 2011, tepatnya pada bulan Agustus, tingkat hunian hotel sudah sepenuhnya pulih dan mencapai 75%. Beberapa bulan berikutnya persentase tersebut fluktuatif dan kembali turun sekitar 7-8% pada bulan Desember 2011.

Gambar 5 Tingkat Hunian Hotel di Jepang Sumber: Ryuhei Mori, 2012, hal. 15

2.5.2 Pemulihan Pariwisata di Wilayah Tohoku

Upaya pemerintah Jepang dibantu masyarakat untuk merekonstruksi wilayah Tohoku yang rusak parah akibat bencana gempa bumi dan bumi membuahkan hasil yang cukup positif. Tim sukarelawan dan seluruh pihak yang terkait dalam proses rekonstruksi dan pemulihan wilayah Tohoku mempengaruhi peningkatan rata-rata lama kunjungan orang-orang yang datang dan bermalam di prefektur-prefektur di wilayah ini. Sejak bulan April hingga Juni 2011, Prefektur Fukushima menempati urutan pertama sebagai prefektur di Jepang dengan rata-rata lama kunjungan tertinggi yaitu 2,28 hari. Prefektur kedua dengan rata-rata kunjungan tertinggi adalah Iwate (1,94 hari), diikuti Prefektur Miyagi (1,67 hari), Ibaraki (1,63 hari), dan Okinawa (1,63 hari). Sedangkan rata-rata lama kunjungan secara nasional adalah 1,35 hari.

Persentase jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah Tohoku pada bulan Maret dan April 2011 terjadi bahwa penurunan tajam lebih dari 60%. Memasuki bulan Mei 2011, persentase kedatangan wisatawan yang berkunjung untuk tujuan selain berbisnis perlahan-lahan mulai kembali meningkat. Pada bulan Agustus 2011, persentase kedatangan wisatawan

(15)

ke Prefektur Fukushima dan Miyagi kembali turun sekitar 40%. Sedangkan persentase perubahan jumlah wisatawan ke prefektur-prefektur lain seperti Aomori, Akita, Iwate, dan Yamagata masih mengalami perubahan yang fluktuatif. Pada Desember 2011 pertumbuhan jumlah wisatawan sudah mulai pulih seperti periode awal 2011.

Persentase kedatangan wisatawan untuk berbisnis sudah kembali meningkat mulai bulan April 2011 dan terus bergerak dinamis di bulan-bulan berikutnya. Pada bulan Desember 2011, persentase jumlah wisatawan sudah menunjukkan pertumbuhan yang kembali positif, kecuali Prefektur Aomori yang masih mengalami penurunan sekitar 25%.

2.5.3 Peningkatan pada Outbound Jepang

Meskipun sempat mengalami pertumbuhan negatif hingga 9,1% pada bulan Maret-Juni 2011 akibat bencana gempa bumi dan tsunami, secara keseluruhan jumlah wisatawan Jepang yang berwisata ke luar negeri pada tahun 2011 meningkat sedikit dibandingkan tahun 2010. Peningkatan tersebut yakni dari 16.637.224 wisatawan pada tahun 2010 menjadi 16.994.200 wisatawan pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012, pemerintah Jepang telah berhasil kembali mendorong pertumbuhan outbound Jepang hingga mencapai 18.484.447 wisatawan. Hal tersebut sangat luar biasa sebab untuk pertama kalinya outbound Jepang menembus angka 18 juta wisatawan. Gambar 6 menunjukkan perubahan jumlah outbound Jepang pada tahun 2010 hingga 2012.

Gambar 6 Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri Setiap Bulan pada Periode 2010-2012

Sumber: JNTO dan JATA

Pada tabel berikut dapat dilihat persentase penurunan dan kenaikan jumlah wisatawan Jepang yang berwisata ke luar negeri pada setiap bulan periode 2010-2012.

(16)

Tabel 1 Persentase Perubahan Jumlah Wisatawan Jepang yang ke Luar Negeri (%)

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Total 2010/11 1,4 7,9 -9,1 -8,1 -8,7 -3,5 4,3 8,8 6,2 5,6 7,2 11,7 +2,1 2011/12 3,8 13,0 22,3 26,6 24,2 16,9 9,1 9,9 -0,9 -3,1 -4,2 -2,2 +9,6

Sumber: Japan National Tourism Organization (telah diolah kembali)

2.5.4 Peningkatan pada Inbound Jepang

Dibandingkan dengan tingkat outbound, Jepang membutuhkan upaya yang lebih keras dalam mengembalikan tingkat inbound agar dapat menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pasca bencana Maret 2011, jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung ke Jepang berkurang dengan sangat drastis, yakni dari 709.684 wisatawan pada Maret 2010 menjadi 352.676 wisatawan pada Maret 2011. Penurunan tersebut sebesar 50,3%.

Pada bulan April 2011, angka inbound Jepang kembali terpuruk dan hanya mencapai 295.826 wisatawan. Pada bulan-bulan berikutnya inbound Jepang bersifat fluktuatif, tetapi tetap mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010. Total inbound Jepang pada tahun 2011 hanya sekitar 6,2 juta wisatawan, menurun sebesar 27,8% dari total inbound pada tahun 2010. Pada tahun 2012, total inbound telah kembali meningkat ke angka 8,3 juta wisatawan.

Tabel 2 Persentase Perubahan Jumlah Wisatawan Asing yang Datang ke Jepang

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Total

2010/11 11,5 2,2 -50,3 -62,5 -50,4 -36,1 -36,1 -31,9 -24,9 -15,3 -13,1 -11,8 -27,8

2011/12 -4,1 -19,3 92,5 164,2 87,0 57,8 50,8 41,6 22,1 14,6 17,6 20,6 +45,4

Sumber: Japan National Tourism Organization (telah diolah kembali)

Pada tabel 2 terlihat bahwa selama setahun sejak Maret 2011 hingga Febuari 2012, tingkat inbound Jepang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Mulai bulan Maret 2012, inbound Jepang kembali mengalami pertumbuhan positif, yakni sebesar 92,5% dari periode Maret 2011. Promosi dan berbagai upaya dari pemerintah Jepang dengan didukung sektor swasta seperti Destination Tohoku Campaign yang membagi 28 daerah tujuan wisata di wilayah Tohoku turut mendorong pergerakan dan menarik wisatawan untuk mengunjungi Tohoku. Selain itu, berbagai

(17)

pernyataan mengenai status keamanan dan radiasi nuklir yang disampaikan pemerintah melalui media dan event internasional terbukti membuahkan hasil yang positif. Pada April 2012, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang meningkat tajam dari 295.826 wisatawan (April 2011) menjadi 781.501 wisatawan. Peningkatan tersebut merupakan peningkatan yang terbesar pada periode pemulihan pasca bencana, yaitu sebesar 164,2%. Total inbound Jepang pada tahun 2012 meningkat 45,4% dari total inbound tahun 2011.

Gambar 7 Tingkat Inbound Jepang pada Tahun 2011 dan 2012 Sumber: Japan Tourism Marketing

3 Kesimpulan

Sejak dicanangkannya Tourism Basic Act pada tahun 1963, industri pariwisata telah lama diharapkan oleh pemerintah Jepang untuk menjadi motor penggerak vitalisasi ekonomi yang efektif. Jepang yakin bahwa membangun negaranya menjadi sebuah negara pariwisata merupakan komponen kunci yang mampu menghidupkan kembali perekonomian daerah, menciptakan lapangan pekerjaan, serta meningkatkan hubungan internasional dan pengertian antara Jepang dengan negara lain.

Bencana yang terjadi pada 11 Maret 2011 lalu memang memberikan dampak negatif bagi pariwisata Jepang, seperti penurunan pada inbound, outbound, tingkat hunian hotel, hingga jumlah konferensi dan pertemuan internasional yang diadakan di Jepang. Pemerintah Jepang, pihak swasta, dan komunitas lokal bersama-sama berupaya memulihkan pariwisata Jepang melalui berbagai kampanye seperti Ganbaro! Nippon, Japan – Thank You, Cool Japan, dan Destination Tohoku yang dipromosikan media massa dan agen perjalanan di dalam dan

(18)

luar negeri. Bahkan Badan Pariwisata Jepang mengkomunikasikan keamanan kondisi teraktual Jepang dengan mengundang lebih dari 1000 personil media dan agen perjalanan, serta menjadi tuan rumah World Travel and Tourism Global Summit ke-12 yang diselenggarakan pada 16-19 April 2012.

Berkat upaya-upaya tersebut, jumlah wisatawan yang berkunjung ke prefektur-prefektur di Tohoku baik untuk tujuan bisnis atau yang lainnya telah menunjukkan peningkatan dan bahkan mengalami pertumbuhan yang positif hingga 40% menjelang akhir tahun 2011. Tingkat inbound Jepang di tahun 2011 memang mengalami penurunan 27,8%, namun angka tersebut melonjak naik di tahun 2012 menjadi 8,3 juta wisatawan dengan besar peningkatan 45,4%. Hasil yang lebih positif terlihat pada tingkat outbound Jepang yang tetap meningkat sebesar 2,1%, yakni dari 16,6 juta di tahun 2010 menjadi 16,9 juta wisatawan pada tahun 2011. Bahkan pada tahun 2012, outbound Jepang berhasil memecahkan rekor dengan menembus angka 18 juta wisatawan.

Pertumbuhan positif pada inbound dan outbound membuat pemerintah Jepang yakin mampu mencapai target 30 juta wisatawan asing yang datang pada tahun 2022. Tentu jumlah tersebut akan dapat mengimbangi jumlah outbound Jepang yang pada tahun 2022 pasti telah melebihi angka 25 juta wisatawan. Segala target dan upaya diimplementasikan untuk mewujudkan Jepang sebagai negara pariwisata yang mampu menjamin kesinambungan perekonomian nasional Jepang di masa yang akan datang.

(19)

Kepustakaan

Burton, Rosemary. (1995). Travel Geography. London: Pitman Publishing.

Daiwa Institute of Research. (2011). “Provisional Analysis of the Tohoku-Kanto Earthquake Impact”. Japan’s Economy: Monthly Review. Tokyo: Daiwa Institute of Research. Faulkner, B. (2001). “Towards a framework for tourism disaster management”. Tourism

Management 22(2): 135-147.

Fukushima Prefecture and Local Products Association. Tourism Information of Fukushima Prefecture. 6 April 2013. http://www.tif.ne.jp/

Government of Japan. Road to Recovery. 11 Februari 2013. http://www.kantei.go.jp/foreign/policy/documents/2012/__icsFiles/afieldfile/2012/03/ 07/road_to_recovery.pdf

Japan Cabinet Office. (2005). Disaster Management in Japan. Tokyo: Directorate General for Disaster Management.

Japan Tourism Agency. (2011). White Paper on Tourism in Japan 2011. Tokyo: JTA.

. (2012). White Paper on Tourism in Japan 2012. Tokyo: JTA.

. (2012). Tourism Nation Promotion Basic Plan. Tokyo: JTA.

Kodansha. (1994). Japan: Profile of a Nation. Tokyo: Kodansha International Ltd.

Ministry of Health, Labour and Welfare Japan. (2012). The Damage Situation of and Measures Taken Against the great East Japan Earthquake (116th Announcement). Tokyo: MHLW.

Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism Japan. (2011). White Paper on Land, Infrastructure, Transport and Tourism in Japan 2011. Tokyo: MLIT.

Mitomo Manato. (2012). The Challenge of Japan Tourism in Response to the Earthquake. Dipresentasikan dalam Press Conference Japan Tourism: Japan Endless Discovery, 6 Maret 2012, Berlin.

Ryuhei Mori. Real Estate Market in Japan. 1 Juni 2013. http://investment- briefings.propertyeu.info/wp-content/uploads/2012/12/Japan-Real-Estate-Markets-Appendix-to-Keynote-Presentation-Ryuhei-Mori-Xymax.pdf

Wolley, Peter J. (2005). Geography and Japan's Strategic Choices: From Seclusion to Internationalization. Washington D.C.: Potomac Books.

World Travel and Tourism Council. (2011). The Tohoku Pacific Earthquake and Tsunami: Impact on Travel and Tourism, No. 1-3. London: WTTC.

Gambar

Gambar 1 Jumlah Wisatawan Asing yang Berwisata ke Jepang
Gambar 2 Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri
Gambar 3 Perbandingan Jumlah wisatawan Asing yang Berkunjung ke Jepang        (November 2010-April 2011 dengan Periode Sebelumnya)
Gambar 4 Perbandingan Jumlah Wisatawan Jepang yang Berwisata ke Luar Negeri  (November 2010-April 2011 dengan Periode Sebelumnya)
+5

Referensi

Dokumen terkait

KOND ISI PANGAN NASIONAL PASCA KRISIS MONETER (1998 – 2006.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai

Penelitian ini dibuat untuk menjawab masalah yaitu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh antara pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja

Berdasarkan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran nyanyian Kakor Lalong pada siswa

PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK 1. Penghentian Kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar. Dalam hal Kontrak dihentikan, maka PIHAK

Untuk menampilkan informasi mengenai Politeknik Kesehatan Depkes Bandung Perwakilan Jurusan Keperawatan Bogor maka dibuatlah sebuah website dengan menggunakan software

• Menerapkan perintah memodifikasi gambar dengan perangat lunak sesuai prosedur pada pembuatan

Website ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Macromedia Dreamweaver 8, Adobe Photoshop CS2 untuk memanipulasi gambar, dan MySQL untuk databasenya yang telah terintegrasi