21 3.1 Objek Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Hotel Pullman Jakarta Central Park yang berlokasi di Podomoro City Super Block, Jl. Let. Jend. S. Parman Kav. 28 Jakarta, 11470, Indonesia, sedangkan jadwal penelitian dilaksanakan pada Januari 2013 sampai dengan Maret 2013.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum objek penelitian, penjelasan mengenai Hotel Pullman Jakarta Central Park akan dipaparkan lebih lanjut.
Hotel Pullman Jakarta Central Park berdampingan dengan Central Park Shopping Mall dan merupakan commercial hotel karena berlokasi di kawasan bisnis kota Jakarta. Hotel ini merupakan world-class service hotel karena memiliki fasilitas lengkap dan mewah.
Hotel Pullman Jakarta Central Park termasuk ke dalam chain hotel karena merupakan bagian dari group hotel Accor (Accor merupakan pemimpin hotel operator dan market leader yang terkemuka di dunia yang hadir di 90 negara dengan 4.200 hotel dan lebih dari 500.000 kamar).
Pullman merupakan salah satu merek Accor yang berada di segmen kelas atas.
Gambar 3.1. Logo Pullman (http://www.pullmanhotels.com/gb/home/index.shtml, diakses 6 April 2013)
Pullman Jakarta Central Park resmi dibuka pada tanggal 16 November 2011. Pembukaan hotel ini juga bertujuan memperkuat kepemimpinan Accor sebagai operator hotel terbesar di Indonesia dan menunjukkan ekspansi yang agresif untuk merek mereka baik di regional dan di Indonesia.
Pullman Jakarta Central Park menawarkan kenyamanan dunia pada urat nadi kota Jakarta, baik untuk tempat singgah saat bepergian, melakukan bisnis, atau hanya untuk kesenangan.
Gambar 3.2 Hotel Pullman Jakarta Central Park
Hotel ini merupakan hotel di kota Jakarta yang menawarkan suasana segar dengan tampilan berbeda serta didukung teknologi yang tinggi, keramah-tamahan dan kondisi hidup perkotaan yang mewah.
Pullman Jakarta Central Park memiliki 317 kamar, semuanya memiliki desain dengan gaya kontemporer, kombinasi dari grey stone dan reach woods, menggunakan furniture dengan tampilan dan gaya yang berbeda, gratis high-speed internet access/wi-fi di dalam kamar, shower, LCD TV, private bar, pengatur suhu ruangan, serta menawarkan pemandangan kota Jakarta. Untuk deluxe rooms sampai dengan kamar dengan harga kamar di atasmya sudah disediakan ipod docking, sedangkan untuk suite rooms sudah dilengkapi DVD player, home theatre dan mesin expresso.
Gambar 3.3. Jenis Kamar Hotel Pullman Jakarta Central Park (http://www.pullmanjakartacentralpark.com/, diakses 6 April 2013)
Dengan fasilitas dan lokasi yang baik, Hotel Pullman Jakarta Central Park selalu mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan kepada tamu sehingga selalu memberikan pelatihan kepada para karyawannya agar tujuan tersebut tercapai dengan baik.
3.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey.
Menurut Sugiyono (2002), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.”
Kerlinger dalam Sugiyono (2002) mengatakan bahwa, “... penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.”
3.3 Variabel dan Skala Pengukuran 3.3.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel – variabel kepuasan peserta pelatihan menurut Kirkpatrick dalam Murdoko dan Hindiarto (2011), yaitu manfaat materi bagi peserta, kejelasan penyampaian materi, metode yang digunakan, kinerja trainer, serta fasilitas atau sarana pendukung.
Penjelasan variabel – variabel kepuasan peserta pelatihan adalah sebagai berikut:
a. Variabel manfaat materi bagi peserta.
Menurut Kaswan (2011), “Para karyawan lebih cenderung belajar ketika pelatihan itu terkait dengan pengalaman kerja dan tugas saat ini, yaitu ketika materi pelatihan itu bermakna bagi mereka.”
Siagian (2009) mengatakan bahwa, “Menurut teori proses belajar mengajar, kegiatan belajar berlangsung dengan lebih efektif apabila bahan yang dipelajari mempunyai relevansi tertentu dan mempunyai makna kongkret apabila yang dipelajari itu relevan dengan kebutuhan seseorang. Misalnya, suatu program pelatihan akan diikuti dengan lebih tekun oleh para peserta apabila penjelasan yang diberikan oleh pelatih menimbulkan keyakinan dalam diri para peserta
bahwa pengetahuan atau keterampilan yang akan diperoleh relevan dengan tugas mereka, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan.”
b. Variabel kejelasan penyampaian materi.
Menurut Blanchard dan Thacker (2010), “Material is presented in a logical and understandable format.”
Dengan demikian, materi harus disampaikan secara jelas dan mudah dimengerti oleh peserta.
c. Variabel metode yang digunakan.
Dalam penelitian ini, metode pelatihan yang digunakan adalah metode presentasi informasi dengan menggunakan media audio visual khususnya media statis.
Kaswan (2011) menyatakan bahwa, “Metode media audio visual memanfaatkan aneka media untuk melukiskan atau memperlihatkan bahan pelatihan. Media audio visual dapat menyajikan kejadian-kejadian kompleks lebih hidup dengan menunjukkan dan menggambarkan detail-detail yang sering sulit dikomunikasikan dengan cara lain. Dalam hal ini metode audio visual dikelompokkan menjadi tiga: media statis, media dinamis dan telekomunikasi. Media statis secara khusus meliputi ilustrasi yang sudah tetap yang menggunakan baik kata-kata maupun gambar. Hal ini meliputi bahan cetak, slide, transparansi overhead.”
d. Variabel kinerja trainer.
Menurut Murdoko dan Hindiarto (2011), “Tuntutan peserta terhadap pelaksanaan pelatihan tidak sekadar bagaimana trainer menguasai materi dengan baik, tetapi lebih jauh dari itu bagaimana seorang trainer dapat menyampaikan materi dengan menarik sehingga tidak membosankan.”
Lebih lanjut Murdoko dan Hindiarto (2011) menjelaskan bahwa, “Seorang trainer harus mempunyai kemampuan dalam membuat desain evaluasi yang sesuai dan mampu memaknai evaluasi yang dilakukan sehingga dapat digunakan oleh organisasi dalam membuat kebijakan.”
e. Variabel fasilitas atau sarana pendukung.
Murdoko dan Hindiarto (2011) mengatakan bahwa, “Banyak kejadian, sebuah pelatihan menjadi tidak efektif karena sarana pendukung yang ada tidak dipersiapkan dengan baik.”
Lebih lanjut Murdoko dan Hindiarto (2011) menyatakan bahwa, “...agar proses belajar berjalan maksimal, suatu training harus dilakukan di ruang belajar yang memenuhi kriteria ideal.”
Variabel – Variabel tersebut dijelaskan seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Variabel – Variabel Kepuasan Peserta Pelatihan
Variabel Indikator Pernyataan Ukuran
Manfaat materi bagi peserta
Memiliki tujuan
Tujuan program jelas dan mudah dimengerti
Skala ordinal Program memenuhi tujuan yang sudah
ditetapkan
Memiliki manfaat
Pelatihan secara keseluruhan adalah bermanfaat
Pengetahuan yang saya dapat akan bermanfaat di dalam pekerjaan saya Memenuhi harapan Pelatihan secara keseluruhan
memenuhi harapan saya
Kejelasan penyampaian
materi
Materi disampaikan secara jelas
Trainer mampu berkomunikasi secara
baik dalam menyampaikan materi dan membantu kebutuhan peserta
Memastikan materi dimengerti
Pendekatan dilakukan pada masing-masing individu partisipan yang berbeda
Kemajuan dari peserta diperiksa secara rutin dan umpan balik positif diberikan
Metode yang digunakan
Metode media audio
visual memiliki kualitas
sangat baik
Kualitas dan efektivitas alat bantu
visual sangat baik (overhead/power point)
Kualitas workbooks dan handouts sangat baik
Workbooks dan handouts mudah
dibaca dan dimengerti
Kinerja trainer
Menguasai materi Trainer menguasai materi
Mengajarkan materi sesuai dengan kondisi peserta
Materi diajarkan dalam tingkatan dan kecepatan yang sesuai
Melakukan evaluasi Evaluasi dilakukan secara adil dan sesuai
Fasilitas atau sarana pendukung
Tempat pelatihan dan fasilitas umum
Tempat pelatihan dan fasilitas umum memenuhi standar tinggi dan sesuai dengan kebutuhan pelatihan
Makanan dan minuman Makanan dan minuman yang disediakan memenuhi standar tinggi
3.3.2 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang dipakai adalah skala pengukuran ordinal dimana data diurutkan sebagai tingkatan dari paling tinggi ke tingkat paling rendah.
Menurut Sarwono (2012), “Skala ordinal umumnya digunakan untuk mengukur karakteristik yang menunjukkan peringkat seperti dalam sikap yang menunjukkan adanya tingkatan seperti kurang setuju, setuju dan setuju sekali.”
Skala pengukuran sikap juga dilakukan. Dalam hal ini, skala pengukuran sikap yang digunakan adalah Skala Likert.
Menurut Neuman (2013), “... skala yang sering digunakan dalam penelitian survey dengan orang menyatakan sikap atau tanggapan lain sehubungan dengan kategori tingkat ordinal (misal, setuju, tidak setuju) yang diperingkatkan sepanjang kontinum.”
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel kepuasan peserta. Variabel tersebut dibagi menjadi lima sub variabel. Kelima sub variabel kepuasan peserta tersebut dijabarkan menjadi 16 (enam belas) pernyataan dan tanggapan responden disusun dalam Skala Likert, yaitu:
1 = Sangat Setuju. 2 = Setuju.
3 = Tidak Setuju. 4 = Sangat Tidak Setuju.
Di dalam penghitungan skor, Skala Likert kemudian diberi bobot (nilai) sebagai berikut:
“1 = Sangat Setuju” diberi nilai 4. “2 = Setuju” diberi nilai 3.
“3 = Tidak Setuju” diberi nilai 2.
“4 = Sangat Tidak Setuju” diberi nilai 1.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Cara mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
a. Library research (studi kepustakaan) yaitu metode pengumpulan data dari literature berasal dari text book, jurnal, dan karya ilmiah.
b. Field research (studi lapangan) yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti secara langsung pada objek yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner (angket).
Menurut Sugiyono (2002), “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.”
3.5 Jenis Data
Data yang ada di dalam penelitian ini adalah: a. Data primer.
Data primer adalah data yang peneliti peroleh atau kumpulkan langsung dari lapangan atau objek penelitian dan belum diolah oleh pihak lain. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner pelatihan.
b. Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang telah diperoleh atau dikumpulkan oleh orang atau sumber lain yang telah ada atau data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder berupa buku – buku referensi dan dokumen.
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yang dijadikan sasaran penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu.
Dalam hal ini, yang dijadikan populasi adalah keseluruhan peserta pelatihan di Hotel Pullman Jakarta Central Park pada periode kuartal pertama 2013 (Januari – Maret 2013). Populasi sejumlah 58 orang.
3.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diteliti. Dalam hal ini, penulis mengambil sampel dengan teknik sensus. Dengan demikian, sampel adalah keseluruhan populasi yaitu berjumlah 58 orang.
Menurut Sarwono (2012), “Teknik sensus mempunyai kelebihan yaitu dapat menghilangkan kesalahan dalam penarikan sampel serta menyediakan data tentang semua individu dalam suatu populasi tertentu.”
3.7 Metode Analisis Data
Di dalam metode analisis data, dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut:
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Sarwono (2012), “Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang akurat yang sesuai dengan kebutuhan dalam riset kita.”
Lebih lanjut, Sarwono (2012) mengatakan bahwa, “... suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran.”
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Spearman – Brown dengan menggunakan IBM SPSS Statistics Versi 20, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai koefisien korelasi (ri) hasil penghitungan harus positif. Jika hasilnya negatif, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dihilangkan untuk analisis selanjutnya.
b. Nilai koefisien korelasi (ri) hasil penghitungan harus lebih besar dari nilai koefisien dari tabel.Tingkat kesalahan yang ditoleransi sebesar 5%, maka nilai ri tabel harus lebih besar dari 0,306.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Apabila alat ukur telah dinyatakan valid, maka selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas.
Menurut Sarwono (2012), “.. reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Oleh karena itu reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya.”
Dalam hal ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha yang dihitung melalui program IBM SPSS Statistics Versi 20, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai Cronbach’s Alpha positif dan tidak boleh negatif
b. Nilai Cronbach’s Alpha hasil penghitungan sama atau lebih besar dari 0,8.
3.7.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif menggunakan distribusi frekuensi dan analisis faktor.
a. Distribusi frekuensi.
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan penjelasan kelompok melalui nilai rata – rata (mean).
b. Analisis faktor.
Selanjutnya, nilai rata-rata pada masing-masing variabel bebas diteliti dengan menggunakan analisis faktor, untuk menemukan faktor–faktor dominan untuk dianalisis lebih lanjut.
Menurut Sarwono (2012), “Kegunaan utama analisis faktor ialah untuk melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut dengan faktor sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut.”
Dalam hal ini, analisis faktor dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics Versi 20. Berikut adalah beberapa analisis yang dilakukan: 1) Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett’s test.
Untuk dapat dilakukan analisis faktor, persyaratan pokok yang harus dipenuhi adalah angka Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus di atas 0,5 dan probabilitas (sig) < 0,05. Apabila terdapat variabel yang tidak memenuhi syarat, maka disingkirkan dan variabel yang memenuhi syarat kemudian diuji kembali dengan cara yang sama.
2) Anti-image correlation test.
Dilakukan dengan melihat data masing-masing variabel. Variabel - Variabel yang mempunyai MSA > 0,5 adalah variabel yang layak dijadikan variabel kepuasan peserta.
3) Total variance explained test.
Dilakukan untuk melihat berapa faktor yang terbentuk dari sub variabel penyusunnya dan melihat varian yang terjadi.
4) Communalities atau peran faktor.
Data communalities atau peran faktor menunjukkan peran masing-masing variabel terhadap faktornya.
5) Component matrix (dimensi penyusun faktor).
Dilakukan untuk melihat nilai komponen faktor. Apabila nilai komponen faktor ≥ 0,5, maka variabel tersebut merupakan pembentuk variabel kepuasan peserta.