• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadiah dari Kejujuran. Oleh : Nahya Qisthi Buchari S1 Teknik Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hadiah dari Kejujuran. Oleh : Nahya Qisthi Buchari S1 Teknik Industri"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hadiah dari Kejujuran Oleh :

Nahya Qisthi Buchari – 1201160032 – S1 Teknik Industri

Wajah wanita setengah baya ini dengan sigap menyiapkan sarapan bagi kami. Sederhana memang, hanya nasi dengan lauk yang seadanya tapi aku dan adikku dengan lahap memakannya. Ya, beliau adalah ibuku. Dengan segala keterbatasan ekonomi yang kami alami selepas ayah meninggal tahun lalu ibu menjadi buruh pabrik dengan gaji yang tak seberapa dan menjadi buruh cuci lepas waktu bagi warga di tengah kota.

Ibu selalu mengerjakanku untuk bersyukur. Tak jarang ibu memberi contoh dalam kegiatan sehari-hari. Dengan segala kekurangan yang ada ibu mengajarkanku dan adik bahwa dengan lauk seadanya kami tetap bisa makan dan dengan uang jajan yang pas-pasan aku dan adik bisa tetap melanjutkan pendidikan kami. Beruntung, aku mendapatkan beasiswa dari kampusku sehingga aku tidak perlu menambah beban ibu dengan biaya kuliahku. Aku tau walau dengan beasiswaku itu tidak dapat menutupi semua kebutuhan perkuliahanku, di samping itu aku juga harus membantu ibu membiayai sekolah adik walaupun ibu selalu menyuruhku untuk fokus dengan studiku. Aku tau gaji ibu yang tidak seberapa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami tetapi lagi-lagi ibu tidak pernah mengeluh dan bekerja keras untuk menghidupi kami. Ada dua prinsip yang dianut oleh ibu – dan keluarga kami, yaitu bersyukur dan jujur.

Ibu dan ayah dulu selalu bilang “Bersyukurlah atas semua yang telah tuhan berikan kepadamu dan jujurlah dalam melakukan segala hal niscaya rezeki akan selalu datang kepadamu”. Itulah kalimat yang selalu dipesankan ibu dan ayah untuk aku dan adik perempuanku. Semenjak ditinggal ayah, ibu menjadi sosok wanita yang sangat luar biasa bagiku, dia menjadi sosok pemimpin yang bijaksana seperti ayah, pantang menyerah namun memiliki hati yang lembut dan perhatian kepadaku dan adikku. Tiap malam sebelum tidur ibu membacakan cerita untuk adik kadang aku samar-samar mendengarnya karena kamarku dan adik hanya terpisahkan sebuah triplek tipis.

Sekarang aku sudah tingkat akhir di kampusku. Aku sedang menjalani masa kerja praktek di sebuah perusahaan ternama, karena aku berprestasi dalam bidang akademik perusahaan ini bahkan menawarkanku untuk menjadi karyawan tetap selepas aku lulus nantinya. Direktur keuangan perusahaan tersebut bahkan menjadikanku sebagai orang kepercayaannya karena beliau menilaiku selain cerdas juga jujur.

27 April 2016. Dua hari dari sekarang adik akan berulangtahun, seperti remaja kebanyakan adik ingin memiliki ponsel keluaran terbaru tapi adik cukup dewasa untuk mengerti kondisi keluarga kami sehingga dia tidak merengek-rengek meminta dibelikan ponsel tersebut dia hanya bercerita betapa keren ponsel temannya tersebut, dari tatapan penuh binarnya aku tahu. Adik ingin memiliki ponsel keluaran terbaru itu. Aku menghela nafas panjang sambil tetap fokus mengerjakan pekerjaanku.

(2)

“Eh kamu! Anak magang! Dipanggil ke ruangan pak manager keuangan” Ujar seorang karyawan yang berjalan menuju bilik kerja di sampingku

“Baik pak, terimakasih. Saya akan kesana” Ucapku lalu bergegas menuju ke ruangan manager keuangan

Aku mengetuk pintu ruangan manager keuangan perlahan. “Ya, masuk!” Teriak suara berat dari dalam

Aku bergegas masuk

“ah kamu, silahkan duduk” Aku mengangguk lalu bergegas menarik kursi yang berada di hadapanku.

“Maaf pak katanya bapak memanggil saya, ada apa pak?” Ujarku sopan

“Hm, jadi saya harus pergi bersama nyaris 20 staff lain untuk menyebar ke perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia karena ada masalah mulai sore ini. Bisakah kamu mengurus laporan keuangan kantor ini selama saya tinggalkan? Hanya dua minggu. Paling lama satu bulan.” Ujar suara tegas tersebut

Aku berpikir sejenak.

“Apakah anda keberatan? anda adalah orang yang dengan cepat menjadi orang kepercayaan dari direktur keuangan disini lagipula anda adalah orang yang cerdas saya rasa ini bukan masalah besar” Ujarnya lagi

Akhirnya aku menganggukan kepalaku perlahan.

“Ya pak, terimakasih untuk kesempatan yang bapak percayakan. Saya akan mengerjakannya sebaik mungkin” Ujarku mencoba seyakin mungkin

“Bagus. Anda bisa kembali ke tempat anda”

Aku keluar dari ruangan tersebut dengan banyak pikiran yang menghantuiku. Tepat dua jam kemudian sekretaris manager keuangan telah membawa laporan-laporan yang belum selesai diurus. Aku tenggelam mengerjakan laporan-laporan tersebut.

Pukul lima sore ketika nyaris sebagian penghuni kantor telah pulang ke rumah masing-masing aku masih berkutat dengan laporan-laporan ini. Aku berusaha menjalankan tugas ini sebaik mungkin. Sebuah tepukan ringan mendarat ringan di bahuku. Aku menoleh.

“Belom pulang ri?” Ujar Dimas – rekan sesame staff di kantor ini. Bedanya dia telah diangkat menjadi pegawai tetap tapi aku masih magang disini, usia kami terpaut satu tahun. Dimas lebih tua satu tahun dariku.

“Belom nih dim, dapet amanah baru. Nanggung nih yang ini” Ujarku singkat sambil tetap meneliti laporan ini

(3)

“Nih gue bawa kopi lebih dari pantry. Relax lah bro, tuh laporan gabakal kabur. Ngopi dulu” Ujarnya sambil menyerahkan secangkir kopi hitam

“Thanks” Ucapku. Memang semenjak laporan ini diberikan kepadaku aku belum sempat makan bahkan untuk minum. Aku terlalu serius meneliti dan mengerjakan laporan ini. Akhirnya kami mengobrol sejenak lalu aku secara tidak sengaja menceritakan tentang adikku yang akan berulang tahun dan keinginannya untuk memiliki ponsel keluaran terbaru.

“Saya ada cara, ri” Ujarnya

“Anda kan dipercaya oleh nyaris seluruh orang keuangan dan bahkan anda yang membuat laporan keuangan bulan ini, anda juga memiliki data keuangan perusahaan ini. Bagaimana kalo anda mengambil dana perusahaan ini sedikit? Tidak akan ada yang tahu. Anda cerdas dan anda yang membuat laporan keuangan perusahaan ini, saya yakin anda pasti bisa mengelabui orang-orang di perusahaan ini.”

Aku terdiam

“Tenang saja, aku bisa melindungimu. Tapi ya jangan lupa bagianku dan orang-orangku dan soal manager keuangan dia tidak sebersih yang kamu lihat” Ujar Dimas lalu dia menyeruput kopinya hingga tetes terakhir

Aku masih terdiam. Ini jelas melawan hati nuraniku dan semua yang diajarkan oleh ibu dan almarhum ayah selama ini.

Dimas meiirik jam di pergelangan tangannya. “Aku pulang dulu, Ri. Jika kamu memang ingin melakukannya cari aku besok di ruanganku”

Aku hanya senyum dan mengangguk lalu berjabat tangan dengannya. Tepat selesai berjabat tangan dengan Dimas telpon kantorku berbunyi, aku segera mengangkatnya.

“Halo kakak! Ini adek” Suara adikku terdengar parau diseberang. Aku reflek khawatir

“Dik! Ada apa? Kenapa kamu menangis?” Ujarku panic

“Adik di rumah sakit, adik meminjam telfon disini. Ibu sakitnya kambuh” Ujar adikku dengan suara yang sudah tidak jelas lagi. Aku yakin dia sedang menangis lagi di seberang sana.

“Rumah sakit mana?!” Teriakku reflek, panik dan khawatir.

Adik lalu menyebutkan rumah sakit biasa ibu dirawat. Aku langsung menutup telepon, membereskan pekerjaanku dan barangku. Dimas yang tadinya ingin pulang duluan sepertinya tidak terlalu mengerti apa yang terjadi tetapi dia mengerti ada sesuatu buruk yang terjadi karena dia mendenger kata “Rumah Sakit”, dia pun menawarkan tumpangan padaku karena menurutnya jika aku memaksa menggunakan kendaraan umum akan membutuhkan waktu yang lama.

(4)

Sakit ibu kambuh. Aku hanya diam di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Ibu memiliki penyakit jantung. Bisa kapan saja kambuh sebenarnya ibu tidak boleh terlalu capek. Dengan aku yang telah bekerja magang seharusnya ibu tidak perlu lagi bekerja keras menjadi buruh di pabrik dan buruh cuci lepas waktu. Selama tiga bulan ini ibu bisa istirahat di rumah dan kita bisa hidup dengan gajiku saja.

Aku berlari menuju ruang UGD dan seketika menemukan sosok adik yang sedang memeluk tangan ibu sambil menangis.

“Kakak!” Adik memelukku ketika aku sampai di ranjang ibu “Bagaimana keadaan ibu?” Tanyaku

“Ibu sudah baikan, kata dokter ibu harus dirawat di rumah sakit.” Ujar adikku Aku hanya mengangguk lalu memegang tangan ibu pelan lalu aku menuju ruangan dokter yang memeriksa ibuku.

Ibu harus dirawat di rumah sakit ini hingga keadaannya benar-benar baik. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat jantung karena harganya yang mahal itu juga salah satu faktor yang membuat kondisi ibu semakin memburuk. Begitu kata dokter yang memeriksa ibu.

Aku menghela nafas panjang.

Aku kembali ke ruang UGD dan seorang suster memintaku mengurus biaya administrasi. Aku terdiam melihat nominal angka. Uang yang ku miliki ini seharusnya untuk uang sekolah adik, pendaftaran wisudaku dan uang makan kami tapi tak apa, kesehatan ibu paling utama.

**

Dua hari sudah ibu terbaring di rumah sakit. Dua hari juga aku sibuk mengerjakan laporan keuangan perusahaan. Hari ini adik berulang tahun, tidak ada perayaan yang spesial lagipula kata dokter lusa ibu sudah boleh pulang kerumah. Bagi adik dan juga bagiku itu adalah berita yang sangat membahagiakan.

Bahkan adik berkata “Aku tidak ingin kado yang lain selain ibu bisa sembuh dan pulang lagi ke rumah”

Aku tersenyum, agak sedih sebenarnya. Aku sangat menyayangi ibu dan adikku setelah ditinggal ayah aku merasa sudah tanggung jawabku mengurus dan membahagiakan mereka tapi hingga detik ini aku merasa aku belum bisa membahagiakan ibu dan adikku.

“Ohya kak, bu. Adik sudah harus bayar uang SPP kata bu guru paling lambat dua hari lagi karena minggu depan adik harus UAS” ujar adikku dengan suara pelan

Aku langsung melirik ibu. Aku takut ibu banyak pikiran lagi aku reflek menjawab dengan cepat “Iya dik, lusa ingatkan kakak ya ketika kamu mau berangkat sekolah. Kakak akan berikan uangnya” Ujarku sambil tersenyum

(5)

“Iya kak!” Ujar adikku girang

Aku bergegas mengecek total biaya rumah sakit ibu hingga hari ini. Aku lagi-lagi terdiam. Suster bertanya apakah aku ingin membayar sekarang atau nanti saja ketika akan keluar rumah sakit aku menjawab dengan singkat dan cepat aku akan membayarnya ketika aku akan keluar rumah sakit.

Tabunganku menipis. Uangku tidak akan cukup untuk membayar uang rumah sakit ibu dan SPP adik, belum lagi uang untuk makan kami sehari-hari. Di keheningan aku terdiam

“Apa aku ikuti saja saran Dimas? Mengambil sedikit dana perusahaan. Toh tidak ada yang tahu karena aku yang membuat laporan keuangannya dan direktur keuangan percaya padaku. Dimas juga bisa menolongku jika terjadi apa-apa dan ah ya kata dimas manajer keuangan tidak se’bersih’ yang terlihat”

Dalam sisa malam aku berpikir tentang apa yang harus ku lakukan. Besok adalah hari terakhir sebelum aku harus membayar biaya rumah sakit ibu dan uang SPP adik.

**

Pagi hari sebelum berangkat ke kantor aku menyempatkan diri ke rumah sakit, menjenguk ibu sejenak.

“Nak, ibu lihat kamu sibuk sekali belakangan ini” Ujar ibu sambil tersenyum “Alhamdulillah bu. Dipercaya oleh manajer keuangan untuk mengurus laporan keuangan”

“Baguslah nak. Jaga kepercayaan orang-orang yang mempercayaimu ya. Ingat pesan ibu dan ayah selalu bersyukur dan jujur”

Aku mengangguk dan tersenyum lalu pamit menuju kantor. Sepanjang perjalanan perkataan ibu terus terngiang di dalam kepalaku. Aku berpikir lama.

Tepat saat itu angkot yang kutumpangi berhenti dekat kantorku. “Ya, keputusanku sudah bulat.“ Gumamku dalam hati

**

Ini adalah keputusanku aku harus bisa mempertanggungjawabkannya. Esok harinya, dengan berbekal seluruh keberanianku, aku menghadap ke direktur keuangan yang baru saja sampai dari dinasnya lalu menyerahkan laporan.

(6)

“Ya, apa itu?” Ujarnya sambil memeriksa laporan yang ku buat

“Apakah saya bisa meminjam uang dari perusahaan ini?” Ujarku dengan suara lebih rendah

Beliau mendongak melihat ke arahku lalu menutup laporan keuangan. Beliau tertawa. Aku khawatir sekaligus kebingungan, aku hanya seorang pegawai magang yang kebetulan dipercaya dan dianggap cerdas tetapi meminta pinjaman uang ke perusahaan ini tetapi direktur keuangan malah tertawa.

“Maaf maaf” ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya Aku hanya diam

“Sudah kuduga, saya telah tau ibu kamu masuk rumah sakit dan saya juga yang menyuruh pak dimas untuk menghasutmu melakukan korupsi. Soal laporan ini juga laporan ini sebenarnya bisa saja dikerjakan oleh manajer keuangan tetapi ini semua scenario yang telah saya buat, saya ingin mengukur kejujuran kamu” Jelasnya

Aku mencoba menelaah perkataan bapak direktur keuangan ini.

“Dari awal saya tau anda adalah orang yang cerdas, saya percaya kepada anda karena dari segala pekerjaan yang saya berikan anda ulet, jujur dan teliti tapi bagi saya dan perusahaan ini itu saja tidak cukup oleh karena itu saya mempercayakan anda membuat laporan keuangan ini dan membuat Dimas menghasut anda. Saya kira Dimas akan berhasil mengahasut anda ternyata hati nurani anda masih baik-baik saja. Syukurlah, karena banyak orang cerdas di negeri ini tetapi tidak jujur. Ditambah dengan kondisi ibu anda yang sakit saya awalnya yakin anda akan melakukan penggelapan dana di perusahaan ini. Nyatanya tidak, anda patut di acungi jempol” Ujarnya lagi

Aku terdiam, masih bingung harus menjawab apa.

“Tenang saja, biaya rumah sakit ibu anda akan ditanggung perusahaan dan ini… ada sesuatu untuk anda” Direktur keuangan menarik lacinya perlahan mengeluarkan amplop coklat

“Silahkan dibuka” Ujarnya sambil tersenyum

Aku membuka amplop tersebut. Badanku bergetar melihatnya.

Surat Perjanjian Kerja Sebagai Pegawai Tetap! Dan ada cek yang bernilai ratusan juta. Nominal yang tak pernah aku bayangkan bisa aku miliki.

“Tapi pak, saya tidak bisa menerimanya. Saya tidak melakukan apapun pak” Ujarku mencoba menolak pemberian yang menurutku sangat ‘wah’ ini

(7)

“Tidak, ri. Ini semua untuk anda. Disaat anda bisa melakukan penggelapan uang yang lebih mudah anda malah memilih menghadap saya dan meminta peminjaman uang dari perusahaan. Kejujuran itu mahal, Ri. Tidak ada harganya. Terimalah semua ini” Ujar Direktur Keuangan tersebut

Tak kuasa aku pun haru. Akhirnya, aku bisa membahagiakan ibu dan adik tanpa perlu melakukan dosa dan melawan hati nuraniku. Memang benar kata ayah dan ibu selalu bersyukur dan jujur adalah kunci utama dari segala hal.

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen Soal Posttest Sebelum Validitas dan Kunci Jawaban Jawablah soal di bawah ini dengan memberikan tanda (x) pada jawaban yang benar pada lembar jawab yang telah

Software System for Educational Institute (ETAP) dinyatakan GAGAL ITEM karena tidak ada peserta yang memasukkan penawaran pada ITEM tersebut. Demikian pengumuman ini dibuat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah persistensi laba, struktur modal, ukuran perusahaan dan alokasi pajak antar periode pada perusahaan manufaktur yang

Nilai PEFR abnormal terbanyak terdapat pada kelompok responden yang dengan keluhan respirasi batuk dan nyeri dada (100%), batuk, berdahak dan sesak napas (100%), batuk, sesak

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

yang dilakukan secara terestrial. Citra IKONOS juga memiliki resolusi sosial yang sangat tinggi bila dibandingkan de- ngan produk citra penginderaan jauh la-

Dalam tahap implementasi sistem ini penulis akan memaparkan hasil penelitian ini yaitu aplikasi pengenalan merek minuman kaleng menggunakan metode K-Means dengan

Pembuatan Proyek Akhir ini bertujuan untuk : 1) mendapatkan desain tata rias panggung pada tokoh Jasmien dalam pergelaran tata rias Fairy Tales Of Fantasi, 2) mendapatkan