• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemandirian

1. Pengertian kemandiran

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri (Mu’tadin, 2002).

Menurut lie dan Prasasti (2004), kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.

Menurut Parker (2005) kemandirian dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh,

2. Kemandirian perilaku hidup bersih dan sehat lansia

Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau, serta mampu melakukan perilaku hidup sehat (Suratno & Rismiati, 2001). Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya,

(2)

semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004).

Menurut Kotler (2002), pola hidup sehat adalah gambaran dari aktivitas atau kegiatan seseorang yang di dukung oleh keinginan dan minat, serta bagaimana pikiran seseorang dalam menjalaninya dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat Umum (DepKes, 2009).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian PHBS lansia adalah suatu kegiatan yang telah dapat dilakukan oleh lansia sendiri tanpa bantuan orang lain dalam berperilaku hidup bersih dan sehat

3. Pola hidup bersih dan sehat lansia

Pola hidup sangat mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet muda dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan setelah

(3)

berusia 40 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang dihadapi manusia saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya. Bahkan ketajaman penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun. Kemampuan tersebut berkurang terutama untuk melihat jarak dekat sehingga memerlukan kaca mata berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun mudah diatasi dengan menggunakan kacamata. Penyebabnya bisa bermacam-macam namun lebih sering karena ketuaan itu sendiri dan akibat hipertensi (Hanata, 2010).

4. Lima Pesan Dasar Cara hidup Sehat

Pesan kesehatan yang disampaikan terutama menyangkut pola hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya yang bisa diterapkan oleh lansia sesuai usianya. Secara singkat ada 5 (lima) pesan mendasar yang perlu diupayakan dalam pembinaan hidup sehat bagi usia lanjut (DepKes, 2009):

a) Mencuci Tangan dan Menggosok Gigi dengan Bersih

Memberitahu cara mencuci tangan, sebelum dan setelah melakukan kegiatan. Menyampaikan teknik menggosok gigi yang baik dan benar, sebanyak dua kali sehari.

(4)

b) Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi

Menganjurkan agar berhati-hati mengkonsumsi makanan dan minuman. Menghimbau lansia untuk mengkomsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

c) Menjaga Kebersihan Lingkungan

Membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia. d) Melakukan Olahraga Secara Teratur

Melalui pembinaan oleh kader, lansia dapat melaksanakan senam kesegaran jasmani (SKJ).

e) Mengatur Waktu Istirahat dengan Baik

Membiasakan diri untuk istirahat dan tidur malam secara teratur

5. Tingkatan kemandirian

Lovinger dikutip oleh Yuliana (2009), tingkat kemandirian adalah sebagai berikut :

a. Tingkat impulsif dan melindungi

Adalah sikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan mencari keadaan yang mengamankan diri. Ciri-ciri tingkatan pertama ini adalah :

1) Peduli kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

2) Mengikuti aturan oportunistik (orang yang suka memanfaatkan orang lain) dan hedonistik (orang yang suka hidupnya untuk senang-senang tanpa tujuan yang jelas).

(5)

3) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu 4) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero sum game

5) Cenderung mmenyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

b. Tingkat komformistik

Ciri tingkatan kedua ini adalah :

1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial

2) Cenderung berpikir stereotif (angggapan) dan klise (tidak nyata) 3) Peduli akan komformitas (orang yang ahti-hati dalam mengambil

keputusan) terhadap aturan eksternal.

4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. 5) Menyamarkan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi 6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal

7) Takut tidak diterima kelompok 8) Tidak sensitif terhadap ke individu 9) Merasa berdosa jika melanggar aturan c. Tingkat sadar diri

Adalah merasa tahu dan ingat pada keadaan diri sebenarnya. Ciri-ciri tingkatan ketiga adalah :

1) Mampu berpikir alternatif dan memikirkan cara hidup 2) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada 3) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi 4) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah

(6)

5) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan d. Tingkat seksama (conscientious)

Seksama berarti cermat, teliti. Ciri-ciri tingkatan keempat ini adalah : 1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

2) Mampu melihat dari berbagai pembuatan pilihan dan pelaku tindakan

3) Mampu melihat keragaman emosi, motif dan perpestik diri sendiri maupun orang lain.

4) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri.

5) Peduli akan hubungan mutualistik (hubungan saling menguntungkan).

6) Memiliki tujuan jangka panjang

7) Cenderung meilhat peristiwa dalam konteks sosial 8) Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis. e. Tingkat individualistik

Adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dari orang lain. Ciri-ciri tingkatan kelima adalah :

1) Peningkatan kesadaran individualistik

2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.

(7)

4) Mengenal eksistensi perbedaan individual

5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan 6) Mampu membedakan kehidupan internal dengan eksternal dirinya. f. Tingkat mandiri

Adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. Ciri-ciri tingkatan keenam ini adalah :

1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosisal. 4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertetangan.

5) Toleran terhadap ambiguitas (keadaan yang sama atau mirip dalam seseorang)

6) Peduli terhadap pemenuhan diri.

7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. 8) Respon positif terhadap kemandirian orang lain.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian lansia adalah usia, imobilisasi dan mudah jatuh (Luechnotte, 1996).

Menurut Parker dalam Suhartini (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia adalah sebagai berikut :

(8)

a. Tanggung jawab

Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta pertanggung jawaban atas hasil kerjanya. Misalnya lansia diberi tanggung jawab yang dimulai dengan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri. Lansia yang diberi tanggung jawab sesuai dengan kondisinya akan merasa dipercaya, berkompeten dan dihargai. b. Mandiri

Percaya diri dan mandiri adalah dua hal yang saling menguatkan. Semakin lansia dapat mandiri, dia akan semakin mampu mengelola kemandirian, kemudian mengembangkan kemandirian. Keluarga harus memberikan kesempatan dan waktu agar lansia bisa memiliki tugas-tugas yang praktis, mereka harus memahami metode atau cara bagaimana cara menyelesaikannya dan bagaimana menghadapi frustasi yang tidak bisa dihindarkan.

c. Pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan

Akal yang sehat berkembang melalui pengalaman yang praktis dan relevan. Seseorang yang memiliki kemandirian akan memahami diantaranya mampu untuk:

1) Memenuhi kebutuhan makan untuk dirinya sendiri.

2) Membuat keputusan rasional bagaimana membelanjakan uang sesuai kebutuhan.

3) Menggunakan sarana transportasi umum dan menyebrang jalan 4) Kreasi secara cepat dan tepat dalam berbagai situasi darurat

(9)

d. Otonom

Merupakan kemampuan untuk menentukan arah sendiri (self

determination) yang berarti mampu mengendalikan atau mengetahui

atau mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. e. Kemampuan memecahkan masalah

Dengan adanya dukungan dan arahan yang memadai, lansia akan terdorong untuk mecari jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang mereka alami.

f. Kebutuhan akan kesehatan yang baik

Olah raga dan berbagai aktifitas fisik adalah penting untuk mengembangkan atau meningkatkan proses koordinasi yang baik dan kebugaran. Kita semua tahu bahwa latihan dapat memberi keuntungan dan berpengaruh terhadap kesehatan kita dan kebahagiaan secara umum. Latihan dapat memberi energi yang baru dan dianggap dapat meingkatkan sikap dan motivasi kita, maka jika tubuh kita bugar, kita akan memiliki stamina yang labih baik.

g. Support sosial

Support sosial bagi lansia terdiri dari tiga komponen yaitu :

1) Jaringan-jaringan informal meliputi keluarga dan kawan-kawannya. 2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat,

program-program medikasi dan kesejahteraan sosial.

3) Dukungan-dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar.

(10)

B. Lansia

1. Pengertian

Teori Genetik dan Mutasi menyebutkan bahwa menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Menua ini terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai (Sikhan, 2009).

Menurut (Nugroho 2000) menyebutkan bahwa pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih.

Keliat (1999) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

2. Perubahan-perubah pada lansia

Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL) yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008).

Menurut Hermanti (2014) bahwa memasuki usia tua berarti memasuki periode dimana organisme mengalami usia kemunduran. Lansia mengalami perubahan fisiologis fungsi panca indra berupa

(11)

gangguan pendengaran. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan keterbatasan lansia dalam melaksanakan Aktivitas Hidup Sehari-hari. Kemampuan Aktivitas Hidup Sehari-hari lansia dapat diukur dengan menggunakan indeks Barthel, meliputi pengendalian rangsang BAB, BAK, membersihkan diri, penggunaan jamban/toilet, makan, transfer, mobilitas, berpakaian, naik turun tangga dan mandi.

Menurut Nugroho (2000) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya proses degeneratif yang meliputi :

1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler.

2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya. Menurunnya kemampuan otak dalam menyerap vitamin B12, yang berperan dalam proses kerja otak. Sehingga dalam penerimaan stimulus dari luar lambar, daya ingat menurun, degenerasi sel-sel otak, menurun kognisi dan menurunnya tingkat intelektual. Hal tersebut akan menyebabkan perilaku bersih dan sehat menjadi kurang mandiri.

(12)

3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional.

4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas.

5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur

(13)

menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.

b. Perubahan mental

Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu.

c. Perubahan-perubahan psikososial

Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap

(14)

kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dan arena itu mereka kurang memikirkan kematian.

d. Perubahan psikologis

Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut

disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat

dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.

(15)

3. Batasan usia lansia

Menurut WHO dalam Efendi (2009) dalam bukunya mmengatakan organisasi kesehatan dunia batasan-batasan lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan yaitu kelompok umur 45 sampai dengan umur 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) yaitu umur antara 60 sampai dengan umur 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) yaitu umur antara 75 sampai dengan 90 tahun. d. Usia sangat tua, yaitu umur 90 tahun keatas.

4. Masalah pada lansia

Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdeba-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan menurun, mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal. (Bandiyah, 2009).

Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu: 1) gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai stroke, 2) gangguan metabolik ; DM, 3) gangguan persendian: artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh, 4) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi (Nugroho, 2000).

(16)

Secara umum tindakan-tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan adalah sebagai berikut: 1) hindari berat badan yang terlalu berat, 2) kurangi makan dan memilih makanan yang sesuai, 3) olahraga teratur, 4) menghindari penyakit jantung iskemik: merokok, 5) menghindari timbulnya kecelakaan, 6) tindakan mengisi kehidupan,7) mempersiapkan pensiun, 8) melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala ( Setiabudhi & Hardywinoto, 2005).

C. Dukungan Keluarga 1. Pengertian

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2003).

Menurut Setiawati (2008) keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari ayah, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.

Sarwono (2003) mengungkapkan dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

(17)

emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Smet, 1994).

Sehingga dapat disimpulkan pengertian dukungan keluarga adalah suatu bentuk dukungan berupa tindakan ataupun sikap yang diberikan keluarga kepada lansia untuk memotivasi lansia dalam melakukan setiap kegiatan.

2. Jenis dukungan keluarga

Caplan (1964) dalam Friedman (2003) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan berupa pemberian dukungan semangat, pengawasan terhadap pola ADL.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

(18)

validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Keluarga memberikan dukungan berupa penelitian yang tercermin dalam memberikan support, penghargaan dan perhatian pada lansia untuk dapat mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini bersifat nyata nyata yang berbentuk material bertujuan untuk meringankan beban bagi lansia dan mendukung lansia untuk dapat mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Dukungan instrumental ini dapat berupa uang, alat-alat dan waktu luang.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan ini berupa bentuk bagaimana keluarga memberikan ungkapan empati, kepedulian, perhatian pada lansia untuk dapat mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

(19)

3. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (2003) fungsi keluarga meliputi:

a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat berlatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan dan pemeliharan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keaadan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

(20)

D. Kerangka Teori

Keterangan:

: Tidak diteliti : Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Depkes (2005), Suhartini (2004) dan Yuliana (2009)

Pengalaman praktis dan akal sehat yang

relevan Tanggung jawab (Melakukan sesuatu hal) Otonom (tujuan hidup) Suport sosial (Dukungan keluarga) Mandiri

Kemandirian lansia berperilaku hidup bersih dan sehat

a) Mencuci Tangan dan Menggosok Gigi dengan Bersih

b) Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi

c) Menjaga Kebersihan Lingkungan d) Melakukan Olahraga Secara

Teratur

e) Mengatur Waktu Istirahat dengan Baik

(21)

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara.

Ha: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada lansia Di Desa Rakit Kabupaten Banjarnegara. Dukungan Penghargaan keluarga Dukungan Informasi keluarga Dukungan Instrumental keluarga Dukungan emosional keluarga Kemandirian lansia berperilaku hidup bersih dan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Yazim Yaqub, SpOG beserta seluruh staf medis dan non medis yang telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan dan

Hasil pembuktian tersebut telah dipublikasikan sebagai publikasi awal dari penelitian ini (Usman dkk.. Pada Kemajuan II ini, dilakukan simulasi lanjutan yaitu perbaikan skema yang

Hasil uji mann whitney menunjukkan nilai p=0,213 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan terapi musik

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

*$lusi dari permasalahan yang terakhir yaitu dengan )ara mengadakan kegiatan umat bersih. "al ini bertujuan agar mush$la disini kembali terawat dan dapat dimanfaatkan

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan