• Tidak ada hasil yang ditemukan

* * * * * * * * * * DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN RAPAT PANITIA KERJA I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "* * * * * * * * * * DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN RAPAT PANITIA KERJA I"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH PANS US KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG

PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

*

*

*

*

*

*

*

*

RAPAT P A N I T I A KERJA I K E - 9

*

*

*

*

*

*

*

*

SEKRETARIAT JENDERAL DPR R I J - A K A R T A 1 9 9 4

(2)

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS

UU N0.6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DAN ATAS UU N0.12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUM! DAN BANGUNAN

---Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Jenis Rapat

s

i f a t Hari/tanggal P u k u I T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r I. ANGGOTA PANJA I F.ABRI ' 1 . OEDIYANTO, HS 2. DRS. SOETIKNO 3 . KARSONO 4. DJOKO SANTOSO 5 . HAD! SUTRISNO 6. DARYANTO I 1994-1995 Ke-13

Rapat Panitia Kerja I~ Ke-9 Tertutup

Kamis. 6 Oktober 1994 09.00 WIB

Java Ball Room I

Drs.

H.

Awang Faroek Ishak Drs. Mahmudi

Melanjutkan. pembahasan materi.

1. Drs. H. AWANO FAROEK ISHAK

2. DRS. H. ASNAWI HUSIN

3. drs. INRIA ASIKIN NATANEGARA 4. NY. SRI REJEKI SUMARYOTO. SH 5. DEWI PARAMATASARI YUNUS

6. R. ATU NARANG. SE 7. H. HUSNI THAMRIN. SH

8. DRA.NY. NANNY DADING KALBUADI 9. DRS. THOMAS SUYATNO

10. H. JUSUF TALIB. SH

(3)

1. DRS. JUSUF SYAKIR 2. ALIMARWAN HANAN~ SH

3. DRA.

H.A. CHOZIN CHUMAIDY

4. H.

BACTIAR CHAMSYAH 1. SETYADJI LAWI~ BA 2. DRS. IGN. SUWARDI 3. DRS. H. SUBAGYO 4. DJUPRI ~ SH II. _FEMERINTAH 1. DR. MANSURY 2. DRS. ABRONI NASUTION 3. DRS. IMAN SAMARYO 4. DRS. ROESDIJONO

5. DRS. NURYADI, MA~ MPA . 6. DRS. ARIE SOELENDRO~ MA 7. MACHFUD SIDIK, SE, MSc 8. MAKMUN GUMAY, SH

9. DRS. M. SOEBAKIR 10. DRS.

RUSLI TAIB

11. WIDAYATNO SASTROHARDJONO, SH, MA 12. DJAJA ZAKARIA~ SH, MSc

13. IR. SERIRAMA

BUTAR BUTAR 14. DRS. DJAZOELI SADHANI 15. DRS. SOENARI 16. DJOKO SUGIONO, SH 17. DR. M. PALAL SANTOSO 18. DRS. M. HUS!N 19. DJUNAEDI ARIEF, SH

(4)

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian, yang kami hormati. Berdasarkan catatan yang kami terima dari Sekretariat rapat panja pagi hari ini telah dihadiri oleh 18 orang dari 27 orang Anggota Panja kita, dan dengan demikian rapat panja kita ini telah memenuhi quorum sebagaimana ketentuan tata tertib dan dengan mengucapkan bismilllahiraohmanirrohim rapat panja KUP dan PBB ini segera akan kita mulai.

Bapak-bapak dan ibu-ibu saudara sekalian yang kami hormati, pada sore hari kemarin kita telah meninggalkan beberapa hal yang kita pending untuk kita bicarakan pada hari ini dan kami bermaksud menawarkan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu dan Saudara sekalian masalah inti yang lebih dahulu ki ta bicarakan satu persatu dan setelah itu nanti sisa waktu apabila semua masalah yang kita pending ini bisa selesaikan kita akan serahkan sisa waktu itu sepenuhnya kepada· Tim Perumus untuk melanjutkan tugas-tugas Tim Perumus menyelesaikan kedua RUU ini, baiklah Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian ki ta akan mulai yang pertama yai tu membicarakan KUP kemudian nanti kalau sudah selesai KUP kita akan bicarakan tentang PBB.

Dari masalah-masalah di KUP yang dalam catatan saya masih perlu kita bicarakan, yang pertama kali kita akan bicarakan lebih dulu tentang Pasal 44 b. Yang kemarin kita sepakati bahwa Pemerintah akan membuat rumusan yang akan ditawarkan kepada fraksi-fraksi untuk dimintakan persetujuannya. Kami persilakan kepada Pemerintah untuk mengemukakan rumusan baru, dari p·asal 44 b ini. kami persilakan.

PEMERINTAH (DRS. ARIE SOELENDDRO, MA)

Bapak Ketua, sesuai dengan apa yang telah disepakati kemarin maka Pemerintah telah berusaha untuk merumuskan mengenai Pasal 44 b mengenai wewenang Dirjen Pajak untuk melakukan penghentian penyidikan sebagaimana isinya kemarin sudah dibicaraka~ bersama. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut : Ini segera akan diketik dan diperbanyak Pak.

Pasal 44 b ayat ( 1) "Untuk kepentingan penerimaan negara atas permintaan Menteri keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan atau menyampingkan perkara tindak pidana dibidang perpajakan. 11

(5)

4

Pasal 44 b ayat ( 2) 11

Penghentian penyidikan atau penyampingan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dapat dilakukan dalam hal wajib pajak telah melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

Nah ini rumusan pasal 44 b. Terima kasih. KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik terima kasih Kepada Pemerintah, terlihat SE!kali bahwa rumusan yang baru ini adalah rumusan yang mencoba mengakomodir berbagai pandangan-pandangan yang telah dikemukakan oleh fraksi-fraksi didalam sidang yang lalu. Pa.da sidang yang lalu kita telah mendengar bahwa usulan Pasal 44 b ini hanya satu ayat. Dan sekarang ini kelihatan Pemerintah mengajukan rumusan baru yang rupa-rupanya menjadi dua ayat, dengan tentunya ayat

yang kedua, yang telah kita maklumi adalah pen.jelasan daripada ayat (1) yang tadi telah dikemukakan. Untuk itu kami akan memintakan pendapat dari fraksi-fraksi terhadap rumusan baru ini. Yang pertama kami persilakan kepada fraksi ABRI.

JURU BICARA F.ABRI (DRS. SOETIKNO)

Terima kasih. Memang lebih baik kalau rumusannya sudah dibagi jadi bisa kata perkata, tapi hanya untuk ayat (1) ini yang perlu ditambahka.n dibelakang kata "penyidikan" itu agar diberikan tambahan kata "penyidikan tindakan pidana11

, maksudnya supaya

tidak kabur dengan Pasal 44A, jadi biar tidak kabur, karena kalau penyidikan saja, itu bisa ditafsirkan Pasal 44A, disitu wewenangnya adalah penyidik.

Syarat-syaratnya adalah yang dua kemarin yaitu bukan tindak pidana atau kurang bukti, jadi ini sudah penyidikan tindak pidana, jadi kejahatannya sudah jelas, sudah terbukti, itu adalah tindak pidana, sehingga dari sini sudah kelihatan bahwa penghentian penyidikan tindak pidana ini disini porsinya bukan

Pasal 44A. Kemudian

dibelakang

"perkara" tadi itu

sebaiknya ditambah "perkara pidana".

Kemud~an ayat (2)-nya kami belum, nanti kalau sudah ada perumusannya barangkali lebih jelas. Terima k~sih.

(6)

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik, terima kasih pak'Tikno dari Fraksi ABRI, yang memang kami harapkan kepada Pemerintah mungkin rumusan selengkapnya dapat segera diperbanyak untuk memudahk~n bagi kita mengikuti keinginan rumusan baru ini.

Baik, kami akan persilakan yang berikutnya Fraksi PDI. JURU BICARA F.PDI (SETYADI"LAWI, BA)

Yang pertama Saudara Pimpinan, jadi kami daripada nanti salah menafsirkan ten tang kata-kata, hanya secara "cakar a yam" ini saya menu.lis lJahwa ada yang perlu ditambahkan seperti yang disampaikan oleh rekan F-ABRI, hanya oleh karena sangkut pautnya dengan Menteri Keuangan maka tindak pidana yang sedang kita garap ini adalah tindak pidana perpajakan.

Jadi ditambah perkataan "tindak pidana perpajakan", jangan sampai ada tindak pidana lain yang diluar kewenangan Menteri Keuangan.

Disamping i tu dengan 2 ayat ini kelihatan lebih man tap, dan sudah dibatasi pada ayat {2)-nya hal-hal yang dapat dimintakan permintaan menghentikan penyidikan atau menyampaikan perkara itu apabila memenuhi persyaratan ayat (2), artinya bagian yang semestinya atau syarat atau hal yang semestinya dimintakan penghentian itu. Itu lebih anu lagi, ada limitasi, tidak semua oleh Menteri Keuangan dapat dimintakan penghentian penyidikan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik, terima kasih Pak Lawi dari F.PDI. Kami persilakan F-PP. JURU BICARA F-PP (DRS. JUSUF SYAKIR)

Karena konsep tertulisnya belum disampaikan jadi kami hanya akan menanggapi apa yang mampu kita tangkap.

Di ayat (2) itu kalau dibandingkan dengan Pasal 44B auat (1) yang konsep pertama, unsur yang tidak masuk disitu adalah yang dilakukan untuk yang pertama kali itu tidak ada, artinya apa itu sengaja tidak dimasukan lalu unsur penyesalan, lalu yang ketiga, pengakuan terhadap kesalahan tindak pidana itu.

Mungkin ini dapat diatasi di ayat (1) seperti usulan dari Fraksi ABRI tadi, secara jelas harus dikatakan yang disidik adalah tindak pidana dalam bidang Perpajakan, artinya memang ada unsur-unsur yang cukup terhadap adanya tindak pidana perpajakan.

(7)

6

Jadi syukur kalau di ayat

(1)

dicantumkan ada kata-kata tindak pidana perpajakan tetapi di ayat (2) juga harus lebih j elas lagi bahwa i tu bukan penghentian penyidikan sebagairnana dirnaksud Pasal 44A, jadi supaya lebih kuat saja masalahnya,

Saya kira itu dulu Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT {DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik, terima kasih pak Yusuf, jadi mernang ada beberapa hal yang masih kurang jelas ini yang di tanyakan oleh FPP khususnya rurnusan pada ayat (2) yang tadi telah disampaikan oleh Pernerintah saya kira memang tidak lengkap untuk ayat ini dan ada baiknya kita tunda dulu untuk pembahasan rnengenai hal ini tetapi sebelumnya kami akan mempersilakan FKP mungkin ada tanggapan terhadap masalah ini. Silakan.

JURU BICARA F.KP (H. JUSUF TALIB, SH) Terima kasih Bapak Ketua.

Ayat ( 1) saya kira substansinya dengan penyempurnaan dari rekan Fraksi ABRI, dan F.PDI tadi prinsipnya bisa kami terima, hanya ayat { 2), i tu sepintas kami tangkap, i tu bisa diartikan pesryaratan, bisa diartikan penjelasan.

,J.adi sambil menunggu kelengkapan i tu F. KP akan menentukan nantinya apakah ayat (2) itu berposisi sebagai ayat ataukah b·~rposisi sebagai penjelasan, sebab bisa diartikan persyaratan dan bisa diartikan penjelasan. Kalau heavy-nya (?) penjelasan sebaiknya nanti di Penjelasan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK) Terirna kasih F.KP.

Saya kira dari semua Fraksi minta supaya kita tunggu saja dulu rumusan lengkapnya.

Jadi untuk sernentara pernbahasan Pasal 44B ini kita tunda dulu. JURU BICARA F-PP (DRS. JUSUF SYAKIR)

Atau ~ak Ketua saya usulkan, saya kira prinsipnya dulu disepakati dulu,.nanti Pemerintah itu tinggal merumuskan, inikan prinsipnya tadi itu heavynya pada Jaksa Agung ya kan.

Kemarin ada 2 konsep, heavy~ Jaksa Agung, upper heavy; M(3nter i Keuangan. Sekarang ki ta pilih, kalau yang konsep yang sekarang ini heavynya pada Jaksa Agung, soal redaksi rnasih bisa

(8)

diperbaiki, dan kemarin memang tuntutan heavy-nya harus ke Jaksa Agung, tapi karena kernarin belurn diputuskan secara bulat sebaiknya dimintakan persetujuan kalau memang betul heavy-nya harus ke Kejaksaan Agung, terima kasih.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih-Pak Yusuf. Jadi dari pendapat-pendapat yang tadi sudah saya kernukakan bahwa ayat

(1}

yang, tadi dikemukakan itu kelihatannya sudah mencoba mengakomodir keingin dari fraksi-fraksi kemarin yang memang heavy-nya adalah karena ini kewenangan Kejaksaan Agung, jadi lumrah kalau heavy-nya ke Jaksa Agung.

Kalau dapat saya simpulkan dari ayat (1) yang tadi dikemukakan, itu sudah hampir memenuhi harapan daripada Fraksi-fraksi1 hanya saja tadi ada tambahan, misalnya saja dari Fraksi ABRI ingin supaya lebih lengkap ditambahkan penyidikan tindak pi dana perpaj akan 1 sehingga makin lengkap yang dimaksud dengan ayat

(1)

ini. Sedangkan nasib ayat (2) yang diajukan, saya lebih setuju untuk kita lihat lengkapnya dulu, sebab tadi terus terang saja kami mencatatnya tidak begitu lengkap disamping terlalu cepat juga masih ada beberapa hal yang masih belum jelas.

Say a kira kalau Pak Yusuf menanyakan tentang prinsipnya 1 saya

kira dari rumusan ayat

(1),

itu sudah tertampung semua keinginan fraksi-fraksi.

Saya kira kita tunggu saja rumusan lengkapnya sekaligus nanti kita akan berikan kepadap Fraksi-fraksi, apakah memang rumusan itu sudah memenuhi harapan semua.

Baiklah Saudara-suadara sekalian, kita tunda dulu, sambil menunggu rumusan dari Pemerintah, kita akan beralih sekarang ini kepada masalah kewenangan.

Masalah kewenangan ini memang perlu dibicarakan di tingkat Panja agar supaya nanti pada saat Tim Perumus membicarakannya, tidak lagi kembali ke Panja, sebab pada dasarnya apabila tidak disepakati di Timus, itu tentu akan kembali ke Panja.

Jadi kemar in Pamer intah telah menyampaikan kepada ki ta daftar kewenangan yang ada di dalam RUU KUP yang sekaligus kalau ini kita setujui sudah dapat menyelesaikan banyak Pasal yang didalamnya ada perkataan Dirjen. Nah untuk itu kepada Pemerintah kami mohonkan untuk menjelaskan tentang ini walaupun kemarin Pak Abroni telah menjelaskan secara singkat tapi kami harapkan pagi ini secara lengkap dissampaikan dengan kita langsung membalik ke pasal yang dimaksud. Jadi kalau misalnya pasal 2 ayat (3) (4)

(9)

8

(5) itu adalah teknis administratif langsung kita ketok saja jadi tidak kita bicarakan. Sebab kami kami yakin dalam waktu satu malam ini Fraksi-fraksi telah mempelajari ini. mungkin saja Pemerintah mengatakan ini teknis administratif, bisa saja fraksi ini mengatakan ini policy, oleh karena i tu say a kira lang sung saja kita mulai Pasal 1 hurup c dan seterusnya. Kami persilakan kepada Pemerintah untuk menjelaskan ini.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Terima kasih

Pak

1 pertama kita mulai dari Pasal 1 hurup c. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Jadi penjelasannya secara umum memang satu bulan takwim, tapi karena jenis pajak banyak maka dimungkinkan tidak sama dengan satu bulan takwim misalnya pemotongan, atau bea cukai dan lain sebagainya. Pokoknya segala macam pajak ini PPN yang dipungut bea cukai umpamanya, PPN oleh badan pemungut. Jadi ini dipandang bukan rnerupakan teknis administratif di kewenangan Menteri Keuangan.

INTERUPSI DAR!

F.KP

(DRS. THOMAS SUYATNO)

Bapak Ketua, sebaiknya kita tidak lagi mengulang lagi dengan penj elasan yang panj ang-panj ang seperti i tu 1 karena toh

kita sudah membahas dna sudah dijelaskan oleh Pemerintah pada waktu pembicaraan dulu. Jadi kita langsung saja ke Pasal per pasal, Ya atau tidak, ya atau tidak. Cukup Pak1 kalau penjelasan

lagi seperti dulu ini akan memakan waktu lagi. Sebab itu adalah pr in's ip yang lama, sebab i tu adalah pengulangan. Ki ta kan sudah diberikan ceklist ini yang cukup lengkap. Demikian Pak Ketua.

Terima kasihl memang benar juga. Kalau kita kembali mengulang padahal kita sudah membahas. Jadi begini saja, Bapak

Abro~i menjelaskan Pasal 1 hurup c itu adalah policy Pemerintah, nah kalau tidak ada fraksi angkat tangan kita angkat itu setuju. Saya kira begitu saja.

Yang pertama tadi saya kira itu adalah policy Menteri Keuanngan, ini mohon timus langsung mencatat jadi tidak lagi

dipersoalkan pada waktu kerja. Silakan dilanjutkan Pak Abroni.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Pasal 1 hurup e I sur at setoran paj ak adalah sur at yang

(10)

terhutang ke kas negara atau ke tempat pembayaran lain yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Jadi bukan teknis administratif.

KETUA RAPAT {DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK}

Ya kita ketok saja. Silakan lanjut Pemerintah

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Pasal 2 ayat {3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan

tempat pendaftaran atau tempat pelaporan usaha

selain yang

ditetapkan pada ayat (1) dan ayat (2). Jadi teknis administratif.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK}

Oh ada silakan F.PDI

JURU BICARA F.PDI (STYADJI LAW!, BA)

Untuk klarifikasi dulu. Jadi setelah kita mempelajari

seluruhnya itu ada tiga hal menurut kami yang ada di Menteri

Keuangan. Yang pertama adalah waktu, yang kedua masalah tempat,

yang ketiga masalah penyesuaian.

Tadi kita mengetok untuk yang

i, disana menyebutkan tempat pembayaran itu ke kas negara. Ini

" Direktur jenderal dapat menetapkan

ternpat pendaftaran.

11

Ini

apakah tidak sebaiknya tempat pendaftaran itu ditetapkan Menteri

Keuangan. Tentang tata caranya dan lain sebagainya, proses

kesitunya itu boleh dirjen

pajak. Ini untuk konsistensinya

dengan tiga hal berhubungan dengan kewenangan Menteri Keuangan.

Terirna kasih Pak.

KETUA RAPAT (DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Silakan Pernerintah, ini ada pertanyaan dari F.PDI.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Terima kasih pak. Ayat (3) ini bukan tempat pembayaran

tetapi ternpat pendaftaran NPWP, Pelaporan Usaha, NPPKP. Jadi

bukan tempat pembayaran tetapi pendaftaran. Kemana wajib pajak

yang baru rnernperoleh NPWP. Terirna kasih.

KETUA RAPAT

~DRS.

H. AWANG FAROEK ISHAK)

Jadi jelas Pak Lawi, ini adalah berbeda. Rita setujui.

(Palu diketok). lanjutkan Pak.

(11)

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Ayat (4) 11 direktur jenderal pajak dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan apabila wajib pajak atau pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewaj ibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atau ayat (2)."

Jadi kalau wajib pajak tidak mendaftar, minta nomor atau tidak meminta nomor pengukuhan jabatan.

(Palu diketok)

Selanjutnya; Ayat (5); "jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaft~ran dan pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Paja~.

(Palu diketok)

(12)

Pasal 3 ayat ( 2) "waj ib paj ak sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) harus mengambil sendiri surat pemberitahuan· ditempat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak."

(palu diketok)

_Ayat ( 4) " Direktur Jenderal Pajak at as permohonan waj ib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) hurup

b II

(palu diketok)

JURU BICARA F.PDI (STYADJI LAWI, BA)

Sebentar Pak, hanya sedikit saja. Untuk yang ayat (2) itu memang tidak diperlukan keputusan, karena itu direktorat kantor Pak, sedangk&n yang kita bicarakan tadi adalah Direktur Jenderal, kalau direktorat mohon nanti kalau kesangkutnya sisitu dilewatkan saja karena itu mernang ke kantornya terima kasih.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Ya jadi apabila ini dirnungkinkan bisa dirobah ya direktur, dan ini Pasal memang tetap.

JURU BICARA F.PDI (STYADJI LAW!, BA)

Jadi yang kami maksudkan bukan masalah perubahan., kalau i tu rnenyangkut direktorat j enderal karena i tu kant or ya lew at i saja. Sedangkan yang kita bicarakan adalah Direktur Jenderal atau

.

Menku. Terima kasih.

PEMERINTAH (DRS. ABRONI NASUTION)

Pasal 3 ayat (7) "Dikecualikan dari kewajiban sebagairnana dimaksud pada ayat (1) hurup a adalah wajib pajak -tertentu yang ditetapkan oleh Menteri'Keuangan."

(palu diketok)

Pasal 5 itu pasal yang tidak dirobah, jadi dilewati.

.

.

Pasal 6 ayat ( 2) "Penyampaian sur at I; ember i tahuan dapat dikirimkan melalui Kantor Pos- dan Giro secara tercatat atau

(13)

12

dengan cara lain yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak" (palu diketok)

Pasal 8 ayat ( 1) " Waj ib paj ak dapat mernbetulkan sur at pernberitahuan ata kernauan sendiri dengan menyarnpaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terhutangnya pajak atau berakhirnya rnasa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak, sepanjang direktur jenderal pajak belum rnelakukan tindakan perneriksaan "

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO)

Tiap kali ada perneriksaan, jadi kita sudah bicara bahwa pemeriksaan yang rnenyangkut mengenai kok itu bukan wewenang Dirjen, jadi mohon dipertimbangkan karena kita sudah sepakat bahwa setiap pemeriksaan itu berarti akan menyangkut sernua wajib pajak. Diantara wajib pajak itu adalah bank. Mohon dipertimbangkan mengenai ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik, terima kasih kami persilakan kepada F.ABRI JURU BICARA F.ABRI (HAD! SUTRISNO)

Mengenai Pasal

8

ayat

(1)

ini kami kaitkan dengan ayat

(4)

nya, kata "sepanjang". Kata sepanjang kami harapkan diganti dengan kata "dengan syarat". Apakah disini kata "sepanjang" itu ...

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Saya kira mengenai tolong dicatat .saja untuk Tim Perumus tadi. Sekarang kita supaya kita tidak konfius, marilah bicara tentang dirjen atau Menteri. mohon dijawab Pak.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Jadi ini sebenarnya inisiatif WP sendiri membetulkan SPTnya, j adi dia boleh betulkan SPT-nya dalam tempo · dua tahun dengan syarat belurn dilakukan perneriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak, itu isinya. Ini bukan soal kewenangan sebenarnya. Ada kernauan WP untuk rnernbetulkan WP, boleh syaratnya apa ? surat

(14)

pemeriksaan belum dilakukan dirjen pajak. Hanya itu saja. Jadi ini sebenarnya yang me mer iksa i tu siapa ? dir j en paj ak, tetapi pasal ini isinya ada inisiatif wp membetulkan.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih Pak Abroni, Pak Thomas bagaimana, menerima ?

JURU BICARA F.KP(THOMAS SUYATNO)

Ya menerima.

KETUA RAPAT

DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Baik. Kalau begitu bisa kita ketok. Lanjutkan lagi Pak.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

8 a ayat ( 1) "Sekalipun telah membetulkan surat pemberitahuan atau jangka waktu pembetulan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat ( 1) telah berakhir sepanjang direktur jenderal pajak belum menerbitkan ketetapan paj ak waj ib paj ak dengan kesadaran sendir i dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran surat pemberitahuan yang telah disampaikan."

Jadi ini juga inisiatif pada waj ib pajak. Dengan syarat dirjen pajak belum menerbitkan ketetapan pajak.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Saya kira ini memang betul, adalah teknis administratif. Tidak ada keberatan.

(Palu diketok)

PEMERINTAH (DRS.ABRONI NASUTION)

Pasal 9 ayat (1) 11

Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terhutang untuk satu saat atau masa pajak bagi masing-masing janis pajak selambat-lambatnya lima belas hari setelah saat terhutangnya atau masa pajak berakhir. Ini ayat yang tetap Pak.

Pasal 10 ayat (1}. Pasal 10 itu merupakan pasal yang tetap. Pasal 11 c:'-Yat (4) "Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

(15)

14

Pasal 13 ayat (1) "dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak atau tahun pajak direktur jenderal pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar da!'am hal sebagai berikut." Jadi ini kewenangan menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar.

(palu diketok)

Pasal 14 ayat ( 1) "Direktur Jenderal pajak dapat menerbitkan surat tagihan pajak apabila: dst ..

(palu diketok)

Pasal 15 ayat ( 1) "Direktur jenderal pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat pajak terhutang, berakhirnya mas a paj ak dan selanjutnya. " Jadi ini penerbi tan SKPKBT.

JURU BICARA F.PDI (DRS. IGN SUWARDI}

Ada asumsi Pak. Pasal 15 itu Direktur Jenderal pajak itu tidak ada ·lagi, langsung surat ketetatapan pajak kurang bayar.

JURU BICARA :

Interupsi Pimpinan ; kalau tidak salah dengar kami yang dibaca Pak Abroni ini bukan yang disepakati. Sehingga berbeda antara yang sudah disepakati dengan yang belum.

PEMERINTAH (DRS. ABRONI NASUTION)

Dapat dijelaskan waktu· itu masalah dirjen pajak ini meknadi masalah, menjadi pending sehingga kalau memang ini nanti ada perobahan pada pasal 1 ini akan hapus dirjen pajaknya. Kalau ada definisi di ayat (1). Atau menteri keuangan ada definisinya di Pasal 1, rnaka kata-kata dirjen yang berulang ini akan berobah. Jadi waktu itu persyaratannya ini begitu, maka ini dimunngkinkan dirobah .

. KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK}

Yang kita pegang ini yang kuning. Ini yang sudah kita sepakati.

JURU BICARA F.ABRI (DRS. THOMAS SUYATNO)

Pokoknya yang sudah kita sepakatilah, kalau yang kuning ya yang kuning saja biar kita seragam.

(16)

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Memang begitu yang sudah disepakati itu yang kuning ini.

JURU BICARA F.PDI (DRS. IGN SUWARDI)

Kemungkinan setiap orang mencatat sendiri-sendiri~

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Jadi begini saja. Nanti timus tolong catat, kalau Pemerintah nanti ingin menambahkan rumusan itu ya tentu dibicarakan di timusnya. Silakan lanjutkan pak.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Terima kasih. Pasal 15 ayat (3) 11 Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) tidak dikenakan apabila surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan itu diterbitkan berdasarkan ]{eterangan tertulis dari wajib pajak atas kehendak sendiri dengan syarat sepanjang direktur jenderal pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan."

(palu diketok)

Selanjutnya Pasal 16 "Direktur Jenderal pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat membetulkan surat ketetapan pajak yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundangan perpajakan."

(palu diketok)

Pasal 17 "Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar apabila

jumlah kelebihan . . . dst."

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO)

Ini melakukan pemeriksaan. Untuk. masalah ini kami mohon diperetimbangkan sekali lagi yang menyangkut mengenai tok. Terima kasih. Apakah dirjen pajak mempunyai wewenang.untuk itu.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK

ISHAK) Silakan kepada Pemerintah untuk menjelaskan.

PEMERINTAH {DRS. ABRON! NASUTION)

Terirna kasih. bank sebagai wajib paJak itu rnemang ada kewenangan direktur jenderal pajak memeriksanya k,~llau termasuk

(17)

16

dalamm kriteria pemeriksaan bank sebagai wajib pajak sudah barang tentu tidak akan mempertanyakan mengenai nasabahnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Jelas Pak Thomas. Bank sebagai waj ib paj ak merahasiakan nasabah.

JURU BICARA F.KP (DRS. THOMAS SUYATNO)

Ada perbedaan persepsi disini. Mengenai bank sebagai wajib pajak itu tentu ada kemungkinan menyangkut pendapatan. Kalau pendapatan itu juga menyangkut bunga. Menyangkut bunga itu menyangkut kredi t yang diberikan dan lain sebagainya. Jadi itu saja yang perlu kita ingat. tetapi kalau kita spakat F.KP monggo saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT ( DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK)

Terima kasih, silakan Pemerintah saya kira perlu menjadi perhatian kita bersama apa yang dikatakan oleh Pak Thomas. Silakan dilanjutkan Pak.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION)

Pasal 17 a 11Direktur Jenderal pajak setelah melakukan

pemeriksaan, menerbitkan surat ketetapan pajak nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama yang jumlah pajak yang terhutang dan selanjutnya . . . "

(palu diketok)]

Pasal 17 b. " Direktur j enderal paj ak setelah melakukan pemeriksaan ataas permohonan pengembalian kelebihan pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak selambat-lamnbatnya dua belas bulan sejak surat permohonan diterima kecuali untuk kegiatan tertentu yang ditetapkan lain oleh dirjen pajak. "

(palu diketok)

Pasal 17 b Ayat ( 2) "Apabila telah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direktur jenderak pajak tidak memberi suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan Clan selanjutnya.~ ."

Pasal 18 ayat (2) " Tata cara pelaksanaan penagihan pajak di tetapkan oleh Menter i Keuangan. "·

(18)

Pasal 2 5 ayat ( 1) "waj ib paj ak dapat mengajukan keberatan hanya kepada direktur jenderal pajak atas suatu ketetapan ini ... "

(palu diketok)

Pasal 26 itu pasalnya tetap.

Pasal 27. Ini pasalnya rnasih belurn diputuskan.

Pasal 27 ayat (1) "wajib pajak dapat mengajukan banding hanya kepa~a badan peradilan pajak terhadap keputusan yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak mengenai keberatannya dan selanjutnya ... "

(palu diketok)

Pasal 28 ayat (5) itu tetap

Pasal 28 ayat { 9} ''Pembukuan dengan rnenggunakan bahasa asing dan mata uang . . . dst.

(palu diketok)

Pasal 28 ayat ( 8)

pembukuan ... dst.

(palu diketok)

It

Perubahan terhadap metoda

Pasal 28 ayat (12) "Pedoman pembukuan atau pencatatan ditetapkan oleh Direktur jenderal pajak"

(palu diketok)

Pasal 29 ayat ( 1) "Direktur j enderal paj ak berwenang melakukan pemeriksaan dst.

(palu diketok) Pasal 30 tetap

Pasal 31 "Tata cara pemeriksaan . . . dst. (Palu diketok)

Pasal 32 ayat ( 2) "wakil sebagaimana dimaksud pada ayat

( 1) bertanggung jawab secara pribadi ~an a tau secara renteng atas pembayaran pajak yang terhutang kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan direktur jenderal pajak ... dst.

(Palu diketok)

Pasal 34 ayat (2) "larangan sebagaimana dimaksud .... dst. (palu diketok)

Pasal 34 ayat (3) "Untuk kepentingan negara . . . dts. (palu diketok)

Pasal 43 ayat {4) "Untuk kepentinngan ...

dst. (palu diketok)

Pasal

35

ayat (1} masih

dipending.

(19)

dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh kewajiban merahasiakan untuk keperluan pemeriksaan atau penyidikan pajak, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan ke-cuali untuk bank, kewajiban merahasiakan tiadakan atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan.

Pasal 36 itu tetap, Pasal 37 juga tetap, Pasal 44b itu lagi dibahas.

KETUA RAPAT :

Baik, Saudara-saudara sekalian,

Jadi dengan demikian masalah kewenangan ini dapat kita tuntaskan pada tingkat Panja sehingga Timus akan lebih mudah di-dalam perumusannya, sehingga dengan demikian persoalan kewenangan dalam RUU KUP ini, apakah itu kewenangan Dirjen Pajak yang bersifat teknis administratif, dan kewenangan Menteri Keuangan yang bersifat policy, itu dapat kita tuntaskan.

Apakah ada dari Fraksi, silakan FPDI.

JURU BICARA FPDI (SETYADJI LAW!, BA) Terima kasih Pak,

Pasal 35 ayat (1} dan (2) ini, satu sudah selesai kemudian yang dipending di atasnya. Apakah tidak sebaiknya kita bicarakan sekarang ini sehingga kita tidak menggantung lagi untuk Pasal 35

ayat

(1)

ini. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Jadi kita selesaikan dahulu, masalah kewenangan tidak ada lagi. Tinggal kita membicarakan masalah-masalah yang dipending. Usul yang baik dari PDI saya kira dapat kita penuhi.

Kita sekarang bicarakan Pasal 35 ayat (1).

Dari rumusan kemarin yang dibagikan oleh Pemerintah yang tadi dibaca oleh Pak Abroni Nasution, saya kira telah sama kita lihat bahwa Pasal 35 ayat (1) ini di dalam rumusan barunya mencoba apa yang telah diajukan oleh FPP kalau tidak salah

pada beberapa hari yang lalu. Untuk itu kami berikan yang pertama kepada FPP untuk menanggapinya.

(20)

JURU BICARA FPP :{DRS. JUSUF SYAKIR) :

Pasal 35 ayat rumusan dari Pemerintah beberapa pari yang lalu kita terima berbunyi :

(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya yang mempunyai hubungan dengan waj ib pajak yang diperiksa atau disidik atas permintaan tertulis Direktorat Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.

(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh kewajiban merahasiakan untuk keperluan pemerik-saan a tau penyidikan pajak kewaj iban merahasiakan tersebut ditiadakan kecuali untuk bank kewajiban merahasiakan ditiada-kan atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan.

Kemarin sebelum dijelaskan, saya termasuk yang kurang pas terhadap rumusan-rumusan ayat (1) maupun ayat (2). Kemarin saya mengusulkan rumusan ayat ( 2) kalimat yang bawah i tu dimasukkan dalam penjelasan, tetapi setelah saya mendengarkan penjelasan-penjelasan dari Direktur Jenderal Pajak Himself kemarin datang. saya termasuk diantara Bapak-bapak yang terrnasuk diyakinkan~

sebelurnnya saya tidak yakin, tetapi setelah diyakinkan dengan penuh meyakinkan, memang diperlukan sekali bahwa ini harus dican-tumkan dalam diktum supaya kekuatan hukumnya lebih kuat.

Kemarin memang perbedaan prinsipil tidak ada lagi, hanya masalah apa di penjelasan atau di diktum, tetapi setelah· dijelaskan memang yang tepat di diktum. oleh karena itu kami sepakat rumusan ayat (1) dan ayat (2) seperti yang disampaikan ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada Pak Jusuf Syakir.

Jadi tegas bahwa FPP dapat menerima rumusan Pasala 35 ini. Fraksi lain bagaiamana, silakan FPDI.

JURU BICARA FPDI (SETYADJI LAWI, BA) Terima kasih,

(21)

20

Untuk Pasal 35 ayat (1} dengan·sudah disepakatinya ayat (2) dengan sendirinya di atas sudah dapat kami terima.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Lawi, silakan FABRI.

JURU BICARA FABRI (KARSONO) : Terima kasih Pimpinan,

Pada ayat (2) sudah dijelaskan bahwa bila satu pihak terikat oleh kewajiban merahasiakan dan ini sudah diakomodir oleh perin-tah tertulis Menteri Keuangan, Fraksi ABRI dapat menyetujuinya. Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak ·Karsono. silakan Pak Thomas.

JURU BICARA FKP (DRS. THOMAS SUYATNO) Setuju dengan perumusan ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Rumusan baru ini, dengan demikian apa dapat kita ketok.

PEMERINTAH (DRS. ABRON! NASUTION) :

Ada sedikit mengenai redaksi saja, mungkin kekeliruan menge-tik, pada alinea pertama saja : Apabila da~am menjalankan keten-tuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

JURU BICARA FABRI (HAD! SUTRISNO) :

Usul pada ayat (1) itu kami, di dalam ayat (2) kalimat terakhir itu atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan.

Analog dengan itu kami mengusulkan disitu pada ayat (1) atas permintaan tertulis dari Direktorat Jenderal Pajak.

(22)

KF1I'UA RAPAT :

Saya kira dapat kita setujui uaul ~ABRI ini

?.

Be.ik dengan demikian dapat kita sabkan PasaJ.

35.

( Palu diketok satu kali )

Kita akan lanjutkan sekarang ini, bagaimana dengan Pasal

44

tad.i aP_!

kah audah ada rumu.sannya •

••••••••••••••••••••••

Sebentar lagi Pak Ketua,

KErUA RAPAT :

Kalau begitu kita lanjutkan sekarang ke Pasal 27.

Pasal

27

saya kira sama halnya, mungkin Pemerintah lebih dahulu un

-tuk ·memberikan penjelasan tentang badan peradilan pajak. Kami perailakan.

~INTAH (DRS. ABRON!. NASUTIOJ:l} :~

Terima kasih Pale,

Kema.rin sudah dibagika.n konsep, setelah itu sudah masuk beberapa ~

da.ngan mengenai konsep yang dibagikan antara lain perlunya \ladan pert im

-bangan :pajak ltu dl'bentu1<: d.en,::a"r1 ··.tnriang-undang.

Saya ingat ini baik dari Fraksi Persatuan 1 PDI, dan FKP, sudah itu sebe

-lum badan peradllan pajak aebagai.mana dima.ksud disini dibentuk, tuga.s dan

. '

wewenangnya itu dijalankan oleh majelia pertimbangan pajak itu dimuat di batang tubuh, jangan di penjelaaan mak.a kami membua.t penyempumaan batang tubuh mengangkat sesuai dari penjelaaan aesuai usul-usul yang disampaikan

oleh beberapa Fraksi kemarin. Kalau dapat diaetujui yang disempurnakan i-ni dibagi, kami akan l;>agikan Pak.

KE'l'UA RAPAT :

Saya ,aetuju eekali Pak.

Jadi Bapak-bapak sekalian, ini eekedar intermezzo aaja, ini yang k~­ lima. Jadi saya kira demi eeriusnya kita membahas ini, saya kira kita me.n ooba mengakomodir semua aspirasi.

~aik kami

pereilakan

Pak.

(23)

22

PEMHIDNTAH (DRS. ABRONI NASUTION) Terima kas ih Pak 1

Benar ini yang kelima karena demikian banyak barangkali perhatian terhadap ini, sehingga demikian banyak saran.

Jadi saya bacakan Paaal

27

ayat ( 1) sama dengan yang lama, wajib pajak d_!

pat mengajukan banding hanya kepada badan peradilan pajak· terhadap kepu

-tuaan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatannya

dalam jangka waktu

3 bulan

sejak tanggal keputusan ditetapkan dengan di - . lampiri B?-linan surat keputusan terse but.

Ayat ( 2) . Badan pe~adilan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diben -t uk dengan undang-undang.

Ayat (

3)

Sebelum badan peradilan pajak sebagaimana dimalcsud pada S¥at ( 1) dibentuk tugas dan wewenang badan peradilan pajak dijalankan oleh maje -lis pert imba.ngan pajak.

Ayat ( 4) Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahaea Indone-aiandengan disertai alasan-alasan yang jelas.

Ayat (

5)

Putusan badan peradilan pajak at as permohonan banding mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Ayat ( 6) Pengajuan pejmohonan banding tidak menunda kewaj iban :q.embayar ~a

-jak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Selanjutnya penjelasan ayat ( 1) dalam hal wajib pajak: masih meraaa kurang puas terhadap keputusan Direktur J enderal Pajak at as keberatan yang diajukan wajib pajalc ma.sih diberikan kesempatan untuk mengajukan banding ke badan peradilsn pajak, badan peradllan pajak beraitat ib.dependen bebas dari campur tangan Pemerintah dan putusannya tidak merupakan keputusan t.! ta uaaha negara.

Ayat {2) Badan peradilan pajalc dibentulc dengan undang-undang dan untuk

d.!

pat memberikan pelayanan penyelesaian eengketa pajak dengan cepat, badan peradilan pajak dapat dibent uk di beberapa daerah.

Ayat {

3)

dan ayat (

4)

cukup jelaa.

Ayat (

5)

untulc menjamin kepaat ian hukum dan penyelesaian permohonan ban -ding dengan cara sederhana dan murah serta untuk menjamin penerimaan ne~ ra malta putusan badan peradilan pajak bersifat final, karenanya mempunyai

kekuatan hukum yang tetap.

Ayat . (

6)

ayat ini dimaksudlcan untuk mencegah ueaha peD£hindaran at au penua

daan pemb~a¥aran pajak dengan dalih mene;ajukan permohonan banding, oleh

k.!

rena 1 tu walaupun wajib pajak •engajukan permohonan banding t 1dak

mengha-langi

atau menunda

kewajiban membayar pajak dan tindakan penagihan pajak sampai dengan pelaksanaan lelang.

Demikian Pak, terima kasih.

(24)

Klill'UA RAPAT :

Baik, terima kasih Pak Abroni.

Kami persilakan kepada Fraksi-fraksi untuk menanggapi rumusan baru

i-ni yang saya kira sudah mancoba untuk mena.mpung pendapat-pendapat yang ke-marin dikemukakan Fraksi-fraksi •.

Yang pertama kami persilakan kepada1~PP, silakan.

JURU BICARA FPP (H. BACHTIAR CHAMSYAH) :

Assalamu'alaikum warokhmatullahi wabarokatuh,

Bapak Pimpinan dan Saudara-saudara yang kami hormati.

Beberapa waktu yang lalu panjang lebar kita telah membahaa Pasal

27

ini, namun demikian ada halhal yang ingin kami minta pertimbangan atau -penjelasan dari pibak Pemerintah.

Pada Paaal

27

ayat

(3)

karena badan peradilan pajak belum kita bentuk maka

wewenangnya dijalankan oleh majelis pertimbangan pajak. Andaikata keputus-an majelis pertimbkeputus-angkeputus-an pajak oleh wajib pajak dikeputus-anggap belum mencerminkkeputus-an keadilan kemana wajib pajak harus mengajukan keberatan lagi, apakah final atau boleh kasasi. Ini mohon penjelasan.

Terima kasih.

lmTUA RAPAT :

Baik terima kaaih FPP, silakan FPDI.

JURU BICARA FPP (DRS. JUSUF SYAKIR)

Kami ingin nambah aedikit,

Selain yang disampaikan oleh Pak Baohtiar mengenai masalah tidak di -mungkinkannya kaaasi me.nurut konsep ini, kami mengusulkan aupaya penjelaa-an ayat ( 1) itu lebih kat at dalam

art

ian perkataan hanya aupaya diulangi

lagi di penjelaean. Jadi dalam hal wajib pajalc maaih merasa kurang ~a

terhadap keputusan Dirjen Pajak atas keberatan yang diajukan wajib pajak masih diberikan kesempatan untuk mengajukan banding hanya, dikaaih hanya karena diktUJl1llYa pakai hanya, kalau penjelasannya tidak pakai hanya kurang

aedap rasanya, hanya kepada peradilan

(?)

pajak dan aeteruanya. ·

Kemu.dian kali:ala.t berikutnya bad.an peradilan paja.k bereifat independen be

-baa dar! oampu.r tangan Pemerintah dan putusannya tidali: merupak:an putuaan tata ueaha negara.

Kami

usulkan ditambah sebagaimana dimakaud undang-undang nomor sekian Pl'UN. Jadi dibendungnya itu betul-betul •

.b.emudia.n penjelaaan ayat (

3)

ini eupaya menunjuk MPP i tu yang dimakaudkan adalah •••••••• ·

(25)

24

adalah MPP yang dibentult atas ordonansi tahun sekian jaman Belanda, supa-ya jelas supa-yang dimakaudkan MPP itu apa, ~paya ditunjuk di penjelaaannya undang-undangnya.

Kemudian ayat { 6) Paaal 27, saya mohon penjelasan apakah ini maaih diperlukan.

Ayat {

6)

Pengajuan pe:rmohonan banding t idak me nunda kewaj iban memb~ar P.! jak dan pelalcaanaan penagihan pajak, karena untuk biaa banding harus le -wat pengajuan keberatan ke Dirjen Pajak, dan ayarat pengajuan keberatan ke Dirjen Pajak haru.s bayar pajaknya dulu. Jadi apa perlu diulang lagi.

Jadi seaeorang yang tidak setuju atau tid&k puaa terhadap surat keberat~ nya yang ditetapkan olehl Dirjen Pajak. Yang bersangkutan ini sudah bayar pajak, jad.i tidak mungkin orang 78n/& mengajukan banding pajaknya belum di

bayar, karena eebelUDl lewat pintu banding audah lewat pintunya Dirjen, B.! belum maauk pintu Dirjcn hurtlS bo~..l.~ _I)q,jaknya dulu. Jadi ayat ( 6) mungkin ini berlebih-lebihan. Salah aih tidak tapi mungkin berlebih-lebihan, ke -cuali kalau maaalah tagih~h tetapi tagihan pajak inikan tidak termasuk di dalam yang bisa diajukan keberatan. Menurut Pasal

25

ayat (

1)

itu ha -nya a, b, c, d, e yaitu SKPKB, SKPKXBT, SKPLB, SKP nihil, dan e

pemotong-an atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundangun

-dangan perpajakan.

Pemah kami tanyakan ini tagihan, surat tagihan pajak boleh tidak diajukan keberatan ke Dirjen Pajak. Kalau itu boleh lebih bagus dimasukkan ke Pasal 25 ayat ( 1 ) sehingga Paaal 27 ayat ( 6) ini nggak perlu lagi.

Jadi ayat {6) ini tidak perlu lagi sepanjang masalah tagihan pajak memang tidak biaa diajukan keberatan terhadap Dirjen Pajak.

Persepai aaya ini mungkin tidak benar yang mengenai tagihan ini, tolong dikoreksi kalau aalah.

Ini k.a.mi ajukan sehubungan dengan konsep ini, jadi art inya kalau kon-sep ini nanti kita aetujui perbedaan dengan sebelum undang-undang ini nan-t i kaluar hanya MPP ini putueannya tidak boleh diajuk:an ke PeratW1 dan

ka-rena itu juga tidak bisa kasaai, walaupun itu kami pertanyakan hak kaaasi-nya. Tetapi kemungkinan di MPP menumpuk perkara aekarang bagaimana cara ID,!

ngataainya aebelum badan peradilan pajak dibentuk yang menurut ayat (2) h~

rua dibentuk. dengan undang-undang. Apa.kah maksudnya ini undang-undang ter-sendiri a tau dengan begini yan~ eudah undang-undang, karena ini juga undan_! Wldang.

Semula kami mengu.sulkan kalau bisa badan peradilan pa.jak itu kita bentuk dengan undang-undang aekaran5 saja, tetapi kalau itu dibentuk dengan undan~ undang dalam art ian lepas aendiri dari MPP, nanti •••••••• M.PP harua die.!

but.

(26)

Jadi ini memang pilihan yailg harJ.s dipilih akhirnya, terserah kepada k£ ta semua pilih yang marla·, mungkin konsepnya Pemerintah .ini ya karena

i-ni waktu kite. nyustu1 undang-rmdang tinggal 3 - 4 hari lagi, ini sajalah kira-kirakan begitu, judi ini oari praktisnya ea.ja, kan begitu. Tapi i-ni sebetulnya belum menyelesaikan soal ya.,."lg mend~sar, sesunggubnya. ini,

Pasal 27 konsep·ini sesunggubnya belum menyelesaikan soal yang mendasar

tetapi ya lU\iih anah

(?)

untuk t.ingkat sakarang ini. Kelihatannya

Peme-rintah ini tidak ingin menyelesaikan masalah llli secara mendasar dahulu

Ini menyelesaikan hal-hal yang urgent dulu, kelihatannya begitu, yang

mendaaar· nanti, mau dipikir dahulu kalihatannya, ouma dip.ikirnya kapan eaya tidak tahu, bagaimana ini., Tapi kelihatarcy4.\ kita ini terbiasa me -nyelesaikan soal meruang kita semua:nya. bukan Pemerintah saja, biasanya

kurang konsepsional t kat a para ahlikan begitu; ini juga, penyelesaian

ini penyeleaaian tambal eulam. Pasal ini adc::lah paaal ·tambal sulam, yang sak:arang ba:tu ·1>asal ini yang mampu dikerjakan oleh Pemerintah dan DPR. Sesunggrihnya aaya tarmasuk yarJ.g t idak puas terhadap konsep ini, kami ae-betulnya ingin yang mendasar lagi tetapi kalau kemampuan kit_a seperti i-tu ya apa boleh buatlah.

Dari pada d:tpendam teru.s biaa ea.kit perut lebih baik dikeluarkan saja,

sabetulnya t i.da.lc puas, tetapi sudahlhl'l ka1au memang kalau kemampuan kit a

artinya Pemcrintah dan DPR baru tambal eu.lam seperti ini ya tidak apalah

rl'erima kasih Bapak Ketua.

K8TUA RAPAT :

Terima kasih Pak Jusuf,

Saya ya.kin tidak sakit karena sudah dikeluarkan uneg-unegnya.

Silakan FPDI.

1lJRU BICA]lA FPDI, (DJUPRI, SH) :

Tarima kasih Saudara Pimpinan,

Asaalamu' a.laikum warokh.r:aat,ullcilii wabarokatuh.

Menanggapi konsep yang diajukan oleh Pemerintah yang terakhir yaitu

konsap

setelah

memperoleh tanggapan d&l saran-saran dari Fraksi-frakai,

rupa-rupanya memang kelihatan sekali sekarang bahwa Pemerintah bertekad untuk dalam waktu. mendatang ini membentuk suat~1 badan peradilan

sebagal-mana yang dikehenda.ki oleh landasan Undang-Undang Dasar

1945

Pasal

24

dan juga Undang-utldnng Nowor ~ Tahun

1970

khuauanya Pasal 1 0. Fralcai PDI rnc-nya.mbut baik dan sangat mengharga.i keinginan itu, memang sebaiknya beglt.}! lah ueharuany::~, dan oekarang in.i t.a;r{;~ermin di dalam raneangan ini keskipun

(27)

26

perlu diluruakan.

Pertama, prinaipnya dulu kami menyatakan bahwa badan peradilan yang dike-hendaki ini prinaipnya diadakan, eementara sekarang ini aebelum badan pe:: adilan yang dimakaud itu terbentuk: dengan sendirinya dihidupkan lebih da-hulu ilajelie pertimbangan pajak1 dan itu biaa. Tetapi hal ini tidak lazim dicantumkan dalam ayat, meetinya harue ditetapkan dalam ketentuan perali~ an eepanjang undangunda.ng yang dimakaud tentang peradilan pajak itu be

-lum dib.entuk, maka majelia pertimbangan pajak: itu berfUngsi sebagai badan peradilan. Ini dalam peraturan peralihan, tidak di dalam sa.lah aatu ayat. Kedua, sebagai konaekuensi daripada ·akan dibentuk:nya badan peradilan seba

l

-££Limana d.iJnakaud Und.an.a-Undal'lB Dasar 1945 dan Und.an.tJ-undang Nomor 4 Tahun

1970, tentu ausunan kekuaaaan serta acara badan peradilan itu diatur da

-lam undang-und.arlg, maksudnya::.undang-unda.ng teraendiri bulcan disini, yang · diaini .in! hanya, diaebut badan peradilan, tetapi kalau yang dimaksud ba -dan peradilan seperti yang eqa utarakan diatur dalam undang-undang ter -eendiri tentang susunan kekuaeaan dan acaranya aekaligue, itu ditegaskan dalam 12 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1970, dan itu audah betul. Ini nanti aebaiknya ditempatkan da.lam ayat terakhir1 pokoknya maault dalam pasal ini itu sudah betul, tetapi bukan badan peradilan pajak sebagaimana dimakaud dalam ayat ( 1) dibentuk dengan undang-undang, tetapi suaunan kekua.saan dan acara badan peradllan sebagaimana dimakaud pada ayat ( 1) dibentuk de-ngan undang-undang, maksudnya dede-ngan undang-undang sendiri temasuk susun a.nnya kek:uaaaannya, meskipun tidak disebut sendiri sudah bisa, kalau le-bih tegas lag! sendiri lele-bih bagua.

KeUDldian perwnu.sa.tm¥a ini perlu diaederhanakan, ~at ( 1 ) dan ayat ( 4) ini nanti kita rwnu.akan bersama, tapi prinaipnya dahulu nanti ki.ta sepakati. Kalau dari Fraksi PDI ingin mengajukan hanya ada 4 ayat dari seluruhnya itu lalu ditambah eatu ketentuan peraliban yang ditempatkan di ketentuan peralihan.

(28)

JURU BICARA F POI (DJUFRI, SH) :

Rumusannya akan saya bacakan : Sebelum Badan Peradilan Pajak dibentuk berdasarkan Undang-undang, tugas dan wewenangnya dilakukan oleh Majelis Pertimbangan Pajak. Itu salah satu Peraturan Peralihan yang harus sebab kalau tidak Majelis itu tidak akan bisa difungsikan, artinya sekarang berjalan terus.

Kemudian ayat (1) nanti lebih lanjut akan kami sampaikan dalam Tim Perumus, tetapi kami ajukan saja terlebih dahulu, ayat

(1)

itu berbunyi : Wajib pajak hanya dapat mengajukan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak terhadap putusan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Kemudian ayat (4) ini digabung saja dengan materi ayat (1), rumusannya demikian Permohonan banding· sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai alasan yang jelas, dilarnpiri salinan yang sah dari Surat Keputusan tersebut dalam waktu 3 bulan sej ak tanggal keputusan ditetapkan.

Kemudian ayat ( 3) Putusan Majelis Penyelesaian Perpajakan merupakan putusan akhir yang bersifat tetap. Mempunyai kekuatan tetap itu dalam pengertian, sekarang ini memang terus terang saja monopoli dari Keputusan Mahkamah Agung, atau kalau memang Mahkamah Agung setuju kami tidak keberatan tetapi saya yal-::in Mahkamah Agung tidak setuju karena ini ada peluang untuk maju Kasasi. Meskipun kita membatasi perkara itu bisa dan saya setuju

supaya Majelis Pertimbangan Pajak merupakan putusan akhir.

Jadi kami setuju kalau putusan Badan Peradilan Pajak merupakan putusan akhir yang bersifat tetap tetapi supaya tidak rnenimbulkan masalah, mernpunyai kekuatan hukum yang tetap ini supaya _dihindari. Demikian pokok-pokok

yang

kami ajukan nanti karni setuju kalau rumusan itu lebih baik kita rumuskan~di dalam Tim Perumus supaya lebih jelas maksud daripada keinginan ki ta bersama.

JURU BICARA F ABRI (DRS. SOETIKNO) :

Dari

Fraksi

ABRI pada prinsipnya dapat menerima rumusan ini

hanya ada beberapa

pengertian

yang harus

lebih

dijelaskan yaitu

didalam ayat (3): Sebelum Badan PeraJilan Pajak sebagaimana

(29)

28

dimaksud pada.ayat (1) dibentuk tugas dan wewenang Badan Peradilan Pajak dijalankan oleh Majelis Pertimbangan Pajak. Inilah yang perlu direnungkan kembali. Jadi Majelis Pertimbangan Partai itu sudah mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan ordonansi. Kemudian tugas dan wewenang Badan Peradilan Pajak ini belum karena Undang-undangnya belum ada, apakah tepat : Sebelum Badan Peradilan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk tugas dan wewenang Badan Peradilan Pajak dijalankan oleh Majelis Pertimbangan Pajak.

Jadi Majelis Pertimbangan Pajak menjalankan tugas dan wewenang Badan Peradilan Pajak. Ini ki ta renungkan apakah ini benar, apakah tidak seperti yang dulu yaitu : Sebelum Badan Peradilan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk Pengajuan Banding diajukan kepada Majelis Pertimbangan Pajak, apakah tidak demikian.

Kemudian di dalam Penjelasan ayat (2), Badan Peradilan Pajak dibentuk dengan Undang-undang, memang sewaktu saya membaca konsep RUU ini memang masih timbul tanda tanya Peradilan Pajak ini yang mana. Untuk supaya lebih jelas ini kiranya dicantumkan mengenai Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, yai tu mencantumkan Pasal 13. Ini Peradilan Pajak yang mana, bisa kita lihat di dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 di Pasal 13, disitu jelas bahwa Peradilan Pajak itu merupakan Peradilan Khusus dari adanya 4 peradilan umum. Jadi disitu lebih jelas dan tidak ada keraguan lagi orang yang membaca ini.

JURU BICARA F ABRI (HADI SUTRISNO) Terima kasih Bapak Pimpinan;

Pertama-tama mengenai Batang Tubuhnya Pasal 27 ayat (1) disini Pengajuan Keberatan itu diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan. Memang kita mengharapkan dalam kondisi seperti sekarang ini' perjalanan surat menyurat itu bisa lancar, sehigga tidak sampai terlambat namun untuk mencegah seperti itu kita bisa membayangkan misalnya wajib pajak yang kedudukannya di Fak-Fak, sedangkan Direktur Jenderal Pajak membuat keputusan di Jakarta. Sehingga jangka waktu 3 bulan ini relatif singkat. Jangka waktu 3 bulan itu tidak dihitung dari tanggal keputusan ditetapkan tetapi sejak diterima.

Kemudian

(30)

Kemudian, penulisan Undang-undang itu biasanya U huruf pertama i tu di tulis dengan huruf besar. Pada bag ian Penj elasan ayat (1} pertama-tama kami sependapat dengan apa yang disampaikan Pak Jusuf Syakir,bahwasanya perlu penegasan · pengajuan banding perlu ditambahkan kata hanya kepada Peradilan, sehingga ini memang untuk penegasan saja.

Istilah masih merasa kurang ini memang kalimat maksudnya itu sama tetapi berderet-deret begitu, mungkin lebih tepat kami sarankan diganti masih merasa kurang diganti dengan belum. Sehingga kata masih tidak terulang di belakangnya i tu. Karena dalam suatu keputusan itu tinggal puas a tau bel urn, puas a tau .tidak. Jadi diganti kata belum.

Ayat (2) juga demikian kata undang-undang, kata undang pt:,rtama huruf "u '_' nya it u huruf be sar kemudian kat a diben t uk

dibeberapa daerah, ini nanti timbul pertanyaan kira-kira di berapa daerah?. Kami menyarankan kata beberapa itu dihapus ·dibentuk di daerah-daerah saja. Ini lebih pasti walaupun mungkin bisa disemua daerah, yang dimaksud apakah Daerah Tingkat.I atau Daerah Tingkat II ini juga belum jelas, tetapi yang pasti lebih fleksibel. Jadi kata beberapa dihapus dibentuk di daerah-daerah.

Ayat (6), ayat (6) ini sesuai yang kami usulkan pada bagian depan dulu di dalam mernbedakan kata usaha, usaha dalam arti usaha kegiatan untuk mencapai tujuan dan usaha dalam arti kegiatan di bidang ekonomi. Kami. mengusulkan di ayat (6) kata usaha diganti dengan upaya, karena disini jelas kegiatan untuk mencapai tujuan.

KETUA RAPAT

Terima kasih Pak Hadi Sutrisno;

Terakhir kepada FKP, dan setelah ini kita istirahat dan jawaban akan diberikan Pemerintah setelah kita beristirahat.

JURU BICARA F K P {H. JUSUF TALIB,SH):

Terima kasih Saudara Pimpinan;

Dari segi substansinya FKP dapat mensepakati1 namun ada

beberapa catatan yang

ingin

kami kemukakan <"Jtd1u saran penyempurnaan.

(31)

30

Pertama, yang berkaitan dengan ayat (3), kami setuju kata-kata MPP itu masuk dalam Batang Tubuh. Namun seperti disarankan oleh Pak Jusuf Syakir, perlu di dalam Penjelasan dimasukan dasar hukum daripada MPP dicantumkan di dalam Batang Tubuh, jadi tidak di aturan peralihan dengan pengertian menurut pendapat kami, nantinya kalau di dalam Undang-undang Badan Peradilan Pajak itu sudah tersusu tentunya untuk menghindari ke vakiman dalam proses penyelesaian persengketaan perpajakan, maka kewenangan itu tetap dilaksanakan oleh MPP sampai jangka waktu tertentu.

Sedangkan MPP ini sudah berjalan sejak tahun 1915, kemudian

disempurnakan

tahun

1927 dan

seterusnya sampai

dengan sekarang, dan di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 memang pencabutan MPP itu tidak dalam Batang Tubuh tetapi di dalam Penjelasan. Jadi karena kita sepakat di dalam pembicaraan beberapa waktu yang lalu bahwa lembaga atau institusi yang ada sekarang ini kita efektifkan, soal nanti Badan Peradilan itu bagaimana bentuknya kapa diadakan ini soal nanti. Sebab terus terang saja Badan Peradilan Pqjak yang akan dibentuk itu ada 2 kemunginan, kemungkinan pertama sepenuhnya mengacu kepada Pasal 13 seperti disarankan F ABRI tadi Pasal 13 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 itu sebagai Peradilan Khusus. Meskipun pengertian Badan Peradilan Khusus itu diantara para ahli hukum sendiri masih berbeda tafsir. Ada yang mengatakan Badan Peradilan Khusus itu hanya dalam lingkup Peradilan Hukum. Kalau mengacunya ke Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 berarti semua upaya hukum itu terbuka sampai dengan Peninjauan Kembali (PK) di Mahkamah Agung.

Kedua, kemungkinan Pemerintah menempuh mencabut dan mengganti ordonansi 27 dan jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 1959, yang itu tidak mengacu kepada Undang-undang Nomor 14 tahun 1970. Jadi kita belum tahu mana yang akan ditempuh oleh Pemerintah, karena itu kami sependapat hendaknya di dalam Penjelasan itu disebutkan bahw Majelis Pertimbangan Pajak y.ang dimaksudkan itu adalah Majelis Pertimbangan Pajak yang susunannya dan kekuasaannya dan tata caranya diatur dalam ordonanti tahun 1927 jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 1959. Jadi jelas bahwa tidak Maj elis Pertimbangan yang lain tetapi yang dimaksudkan i tu dan itu masuk di dalam Penjelasan dari ayat (3), kami setuju itu.

~ Rumusannya

(32)

Rumusannya kami sependat dengan F ABRI sebaiknya ki ta hindari kata-kata tugas ~an wewenang badan peradilan pajak tetapi

I

bisa dikatakan, sebel~m badan peradilan paj ak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)! dibentuk permohonan banding diajukan

i

kepada Majelis Pertimbahgan Pajak. Jadi lebih jelas arahnya, kemudian ayat

{5)

kami sependapat dengan rekan dari FPDI perlu ada penegasan bahwa utusan Majelis Pertimbangan Pajak itu bersifat final dalam a~ti mempunyai kekuatan hukum dan itu bersifat terakhir atau ·akhir. Awal disitu akhir disitu, namun sejauhmana kekuatannya untuk tidak diterobos, kalau ke PTUN nya kami yakin itu sudah cukup kuat membendungnya yaitu dengan kata-kata ayat (1) dengan kata-kata hanya itu bendungan pertama. Bendungan kedua diperjelas di dalam Penjelasan ayat ( 1) saran dari FPP tadi, kami setuju banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak dan ini konsisten dengan rumusan Pasal 25.

Kalau ke PTUN itu bisa tertutup, yaitu dengan 3 alasan kata-kata hanya,kemudian bahwa ini tidak merupakan keputusan tata usaha negara itu sudah terbendung dengan sendir.lnya, dan dikatakan final dalam kaitan dengan kewenangan putusan daripada MPP sebelum Badan Peradilan itu ada.

Hanya persoalannya kata-kata final dan putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap atau tadi disarankan dengan kata-kata terakhir, itu baru tidak bisa diterobos atau tidak diporgunakan upaya hukum lain baik oleh Pemerintah maupun oleh wajib pajak yang tidak puas terhadap putusah MPP. Itu baru bisa tertutup apabila Mahkamah Agung mengeluarkan Fatwa, jadi selama Fatwa itu belum dikeluarkan atau tidak dikeluarkan oleh Mahkamah Agung kemungkinan i tu masih terbuka. Meskipun di dalam Batang Tubuh ataupun di dalam Penjelasan tidak dicantumkan.

Ini yang kami istilahkan dua hari yang lalu pasal ini posisinya terbuka, tidak eksplisit menyebutkan ka.sasi tetapi tidak menutup, baru bisa tertutup kalau Mahkamah Agung mengeluarkan Fatwa, itu tergantung konsultasi atau ·kesepakatan

an tara

pihak

Pemerintah dengan Mahkamah Agung.

Tetapai kalau Pemerintah berpik~r ini akan mengacu kepada Undang-undang Nomor 14

tahun 1970,

dibuka

saja

disini

di dalam

Penjelasan. Jadi meskipun dikatakan final adalah terakhir sudah mempunyai kekuatan hukum tetap tidak menutup upaya hukum lainnya berupa· Kasasi.

(33)

32

Kalau nanti pemikiran Pemerintah bahwa Badan Peradilan dimaksud

itu akan mengacu kepada Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, sekaliagus ini merupakan embrio dari Undang-undang Pajak yang akan datang.

Terakhir ayat (6) sebetulnya kalau tidak salah ini rumusan t~tap dari ayat (3) Pasal 27 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983. Hanya kemudian ditambah kata-kata dan pelaksanaan penagihan paj ak, tetapi kalau sampai kewaj iban membayar paj ak i tu per sis rumusan Undang-undang yang sampai sekarang berlaku. Barangkali ada baikriya Pemerintah menjelaskan mengapa ditambah kata-kata pelaksanaan penagihan pajak.

KETUA RAPAT :

Ada tambahan Pak Thomas silakan; JURU BICARA

F K P

(DRS. THOMAS SUYATNO) :

Tambahan sedikit mengenai Penjelasan, dalam Batang Tubuh sudah diuraikan panj ang lebar oleh Pak Jusuf Talib. Penj elasan ayat

(1)

Badan Peradilan Pajak itu belum dibentuk dan baru akan dibentuk dengan Undang-undang. Tetapi di dalam ayat {1) ini kita sudah memberikan statemen, Badan Peradilan Pajak bersifat independen. Bebas dari campur tangan Pemerintah dan putusan tidak merupakan put us an tat a us aha negara. Apakah ini tepat, sebab badan ini belum dibentuk, mohon dipertimbangkan.

Kemudian ayat (5), disebutkan untuk menjamain kepastian hukum dan perijinan permohonan banding dengan cara sederhana dan murah serta untuk menjamin penerimaan negara dan seterusnya. Saya mengusulkan ini kalimat yang terlalu teknis dan penyelesaian permohonan banding dengan cara sederhana dan murah itu tidak begitu cocok dimasukkan di dalam Penjelasan suatu Undang-undang. Tidak perlu dicantumkan ini,jadi saya lebih cenderung untuk menjamin kepastian hukum, putusan badan peradilan pajak bersifat final dan seterusnya~ Jadi tidak usah tehnis, sederhana dan murah, terus terang belum tentu. Oleh karena ini tidak prinsip saya menyarankan dihapuskan saja.

(34)

. Lalu yang ketiga ~adi mengenai Undang-undangl kalau kita baca penjelasan dari Pu~at Pembinaan Bahasa 1 ini pada halaman 2

memang menulisnya· Und~ng-undang apakah tidak kita sesuaikan dengan petunjuk atau saran dari pusat bahasa tadi.

KETUA RAPAT :

Demikianlah Bapak dan Ibu serta Saudara-saudara sekalian, ke empat Fraksi telah memberi tanggapan terhadap konsep atau rumusan

I

baru yang diajukan oleh Pemerintah. Dari pendapat Fraksi-fraksi tadi kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa semuanya mendukung Pasal 27 ini 1 hanya saja rumusannya yang banyak dipertanyakan tadi apakah tepat itu ditaruh di Batang Tubuh atau ada juga tadi usul untuk menambah di Penjelasannya.

Untuk itu tentunya kepada Pemerintah kiranya dapat memberikan penjelasan tentang rumusan yang baru. ini, sernentara memberikan kesempatan kepada kita untuk istirahat 1/2 jam nanti setelah itu begitu dibuka kita berikan kesernpatan kepada Pemerinah untuk memberikan jawaban.

(35)

34

KETUA

PANJA

KUPT :

DRS

I

H

I AWA~G

FAROEK I SHAI(

Skorsing saya cabut kerbali

Ketua·men;Jetuk palu 1 X

Kani persilakan kepaj3 °8112rintah J1tuk m3lberikan tanggapannya ter

hadap pertanyaan-p2rtanyaan ya1g ,jisan)aikan oleh Fraksi-Fraksi

terhad~J

runJsan pasal

27

yang tadi dikellJkakan oleh Pen;rintah., ka11i persilaxan.

PEM:RINTAI-f ; DR

I Mt\~SURY

·rerim3 kasih

B~Jak

Ketua., perkena1ka1 saya

menya~)aikan

lebih

dahu-lu pokok-pokok Pikiran

°en~rintah

yan;J

m~njadi

dasar dari perunJsan ;Jasal

27

ini., mJngkin nant i Pa'< .Abronj' ada yang ingin ,ji tanbahka1 secara tehnis

saya persilakan.,

yan;~

pertan3 adalah ffi9.1l319 -=>ererintah berkeinginan untuk

meilbentuk ba:13n Peradi Ian Pajak tersendir i.,

di

luarnia badan-Badan Peradi

+

Ian .vang sudah a:ja sekarang nanJn .rn:ngenai susunan kekuasaan dan

acara

itu ln3sih

m3.~:rluka1

l)anikiran yang

~nendalall

da1 lebih-lebih lagi m9llerlll

kan pem)ahasaan teruta113 ·jengan MahkaTHh

A9J1~ ~:1an

Departe11en '<ehakim31

dan oleh karena itu dala11 ran:angan Undang-Undang ini kita tidak

q m~n:ao

tull'<an hal-hal ya1g tnjmng ':>elun m;njaji keputusan yang menyangkut susun

a1., kekuasaan da1 acara dari Ba::Ja1 Peradilan itu.

Sementara i tu jengan dib2ntuknya Peradi Ian Tata Us.aha Negara terny.a .

ta pelaksanaan·Peradilan tata Usaha Neg.ara_itu m:nyeba]kan keputusan-kep.u

tusa1

1'Y1DP

yang sela11a ini berfungsi sebagai Badan Peradilan

Perpajakan

i tu

~n;njadi

san;J.at terg3nggJ sehingga yang MPP i tu sud31 j3r i Ia1a bert in

dak sebagi peradilan banjing pertan3 dan terakhir lalu dian;Jgap · sebagai

keputusan d3ri B3dan tata Usaha Negara., paj3hal dari susunan hakimnya itu

jelas se:<al i merupakan satu b3d3n yang inde;:Jeaj:n., oleh karena i tu

Pe.112

-rinta'1 berm3ksud debgan pasal

27

ini untuk

m~ncegah

terjadinya hal·:- ·hal

yang sekarang sudah terjadi. denga1 keputusa1

tvpp

yang dibanjing lagi

pda f3eradilan Tata Usah.a Negara pdan oleh !<arena itu sa1gat diinginka1

a-gar su.Jaya keputusan

"'lPP

itu tidak dapat dibanding lagi ke Peradilan fata

Usa1a Negara .

Akhirnya m:ngenai kasasi., kalau

0

en=rintah

1n~nyatakan

dengan · terus

terang sebetulnya keinginan °e.llerintah seperti apa yaDg disebutkan oleh

Pak TnJll3S ingin suatu peradilan yang mJrah dan :epat dan oleh karena itu

Pen:rinta'1 itu berkeinginan ag3r sL.paya l<eputusa1 B3dan Peradilan Pajak

itu tidak dikasasi., na11un saya m=nda:Jat penegasan dari

B:pax

Menteri

sen-diri., kita itu jangan san)ai dinilai bertentangan dengan

~ndang-Unjang D~

sar

a~a'Ji

la se:<ira"l.va B3dan Peradilan i tu.,

Bad3n

Perad11an a:Ja:Jun harus

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip metode ELISA untuk pemeriksaan prealbumin ini adalah Protein prealbumin pada sampel akan berikatan dengan anti-prealbumin yang telah dicoating pada permukaan

Ini usul Pemerintah itu memang PAW itu kalau menyelesaikan masa jabatan sangat tidak menarik sebetulnya andai sudah mengalami 4 tahun setengah tinggal mengisi 6 bulan lagi,

Bandum geutanyoe bebah tapeumeugah bebah tasanggah, bebah tapeunyoe hana sidroe ureung jit diceugah peu-peu nyang tapeugah ban saban uroe mita, teurimong ngon peutrok informasi

Yang kelima ayat (5) saya kira sama kalau kurang dari 3 bulan ini maka tidak perlu di isi memang mungkin ini maksudnya untuk efektifitas banyak kamu lihat di

8 JADWAL PEMBELAJARAN/KULIAH MINGGU KE CAPAIAN PEMBELAJARAN (Tujuan) BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) SUB BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) METODE PEMBELAJA RAN ALOKASI WAKTU

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Negara (2011) yang berjudul “Karakteristik Diksi dalam Rubrik “Email dari Amerika” Surat Kabar Harian Surya Edisi Tahun 2009”

Wilmar Nabati Indonesia Dumai dengan judul “Gambaran Persepsi Pekerja tentang Risiko Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi dan Utility PT.. Wilmar Nabati Indonesia Dumai

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Tenaga Kerja Wanita (TKW) informal dengan tingkat pengangguran terbuka wanita di Indonesia dan menganalisis