• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SEMENTARA

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

DANA BOPTN ITS 2015

PELATIHAN APLIKASI METODE JARING LEPAS DASAR MODEL

CIDAUN DALAM INTENSIFIKASI BUDIDAYA Euchema cottonii

(Studi Kasus: Desa Palasa, Kecamatan Talango–Pulau Poteran

Sumenep)

Tim Pengabdi:

Dr. techn. Endry Nugroho Prasetyo, MT (Biologi/FMIPA)

Maharani Pertiwi K., S.Si., M.Si. (Biologi/FMIPA)

Kristanti Indah Purwani S.Si., M.Si (Biologi/FMIPA)

Dini Ermavitalini, S.Si., M.Si (Biologi/FMIPA)

Wirdhatul Muslihatin, S. Si., M. Si (Biologi/FMIPA)

(2)
(3)

RINGKASAN

Sustainable Island Development Initiative (SIDI) didirikan pada tanggal 10

November 2012 yang ditandai dengan perjanjian kerjasama antara ITS, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bupati Berau (Kalimantan Timur) dan Wismar University of Applied Sciences (Jerman). Melalui SIDI, ITS telah diberi mandat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk "mengadopsi" dua pulau, yaitu Pulau Poteran (Kabupaten Sumenep) dan Pulau Maratua (Kabupaten Berau). Di Pulau Poteran, beberapa kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan, ekonomi, dan pelestarian lingkungan yang masih alami. Pulau Poteran merupakan salah satu pulau penghasil rumput laut Euchema cottonii dengan jumlah produksi yang mencapai 7.508,195 ton pada tahun 2003. Kondisi lingkungan perairan yang masih bersih dan bebas dari polutan industri merupakan faktor yang mendukung budidaya E. cottonii. Kendati demikian, Pulau Poteran, khususnya Desa Talango memiliki perairan yang dinamis, dasar berkarang atau berlumpur dan berombak sehingga dibutuhkan suatu metode intensifikasi yang tepat untuk budidaya E. cottonii agar produksi rumput laut dapat terus meningkat. Metode yang akan dikenalkan kepada nelayan rumput laut adalah metode jaring lepas dasar model cidaun, model ini menggunakan jaring kantong yang berguna untuk melindungi thallus agar tidak hanyut terbawa ombak. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk melatih nelayan rumput laut dalam aplikasi metode jaring lepas dasar, sehingga diharapkan dapat meningkatan produksi rumput laut dan mendorong kemajuan ekonomi nelayan.

Kata kunci: rumput laut, Euchema cottonii, metode jaring lepas dasar, model cidaun, intensifikasi

(4)

Summary

Sustainable Island Development Initiative (SIDI) was established since 10 November 2012, which was marked by a cooperation agreement between ITS, Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, a District (East Kalimantan) and Wismar University of Applied Sciences (Germany). Through SIDI, ITS has been mandated by the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries to "adopt" two islands, namely Poteran island (Sumenep) and Maratua island (Berau Regency). On Poteran island, some of the activities undertaken to improve the self-reliance in food, economic, and preservation of the natural environment. Poteran Island is one of Euchema cottonii seaweed producers with total production reaching 7508.195 tons in 2003. Waters as a a factor that supports the cultivation of E. cottonii are still clean and free of industrial pollutants. Nevertheless, Poteran Island, especially the Village Talango have a dynamic water, with rocky or muddy and choppy so it takes an intensification method appropriate for the cultivation of E. cottonii seaweed so that production can continue to increase. The method will be introduced to seaweed is a method of net bottom method off Cidaun basic models, this model uses a handy mesh pockets to protect thallus that are not carried away by the waves. The goal of this community are to train fishermen of seaweed in the application method of the net off the base, which is expected to increase production of seaweed and encourage economic progress fishermen.

Keywords: seaweed, Eucheuma cottonii, off net bottom method, Cidaun models, intensification

(5)

Prakata

Puji syukur dipajatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga tim pengabdian kepada masyarakat dapat menyelesaikan laporan kemajuan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “PELATIHAN APLIKASI METODE JARING LEPAS DASAR MODEL CIDAUN DALAM INTENSIFIKASI BUDIDAYA Euchema cottonii (Studi Kasus: Desa Palasa, Kecamatan Talango–Pulau Poteran Sumenep (Sumenep)”

Pada ksempatan ini tim pengabdi menyampaikan ucapan terimakasih kepada Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang telah mendanai pengabdian ini, tanpa bantuan sumber dana ini sangat sulit bagi kami untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pengabdian.

Tim pengabdi telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia kamu pun menyadari akan keterbatasan maupun kehilafan dan kesalahan yang tanpa kamis adari. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan laporan kemajuan ini akan sangat dinantikan.

Surabaya, 10 Oktober 2015 Tim Pengabdi

(6)

Daftar Isi Halaman Halaman Pengesahan 2 Ringkasan 3 Summary 4 Prakata 5 Daftar Isi 6 Daftar Gambar 7 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan

1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiata yang Diharapkan 1.4 Target Luaran

8 9 9 10

BAB II. STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN 11

BAB III. CAPAIAN SEMENTARA

3.1 Kemajuan pelaksana pengabdian

3.2 Hasil pengabdian dan luaran yang telah diperoleh 3.3 Tahap yang masih harus diselesaikan

3.4 Kendala yang dihadapi dan solusinya

15 16 16 17

BAB IV. KESIMPULAN SEMENTARA DAN RENCANA SELAJUTNYA 18

DAFTAR PUSTAKA 19

Lampiran 1. Daftar Capaian Sementara 20

(7)

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 1. Penampakan metode lepas jaring dasar model Cidaun 13

Gambar 2. Diskusi antara ITS, DKP, Universitas Wiraraja dan Nelayan 15

(8)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Island Development Initiative (SIDI) didirikan pada tanggal 10

November 2012 yang ditandai dengan perjanjian kerjasama antara ITS, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bupati Berau (Kalimantan Timur) dan Wismar University of Applied Sciences (Jerman). Melalui SIDI, ITS telah diberi mandat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk "mengadopsi" dua pulau, yaitu Pulau Poteran (Kabupaten Sumenep) dan Pulau Maratua (Kabupaten Berau). Di Pulau Poteran, beberapa kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan, ekonomi, dan pelestarian lingkungan yang masih alami. Kegiatan yang dilakukan merujuk pada upaya mengatasi permasalahan masyarakat Pulau Poteran, salah satunya adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas budidaya rumput laut sebagai produk terbesar di Pulau Poteran.

Pulau Poteran merupakan salah satu gugusan Pulau di Kabupaten Sumenep. Pulau ini memiliki satu kecamatan, yakni kecamatan Talango yang terdiri atas delapan desa. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumenep 2011–231, Kecamatan Talango diarahkan pada pengembangan budidaya perikanan air laut dan budidaya rumput laut. Hal ini didasarkan dari kondisi eksistingnya yang menunjukkan adanya potensi perikanan tangkap, penangkapan ikan laut, budidaya rumput laut, ikan karang dan mangrove (Romadhon, 2008).

Salah satu komoditas laut yang unggul dari Pulau Poteran adalah rumput laut yang terdiri dari jenis Euchema spinosum dan Euchema cottonii dengan jumlah produksi yang mencapai 7.508,195 ton pada tahun 2003 (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003). Keberhasilan dari budidaya rumput laut ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, baik secara fisika, kimia, maupun biologi. Pemilihan lokasi dan metode yang digunakan juga menentukan keberhasilan dalam budidaya.

Tim pengabdi telah melakukan beberapa survei di lapangan, hasilnya

menunjukkan bahwa pada tahun 2003-2014 telah terjadi penurunan produksi rumput laut di Pulau Poteran, khususnya di Desa Talango. Penurunan hasil produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi perairan di Desa Talango

(9)

yang mengalami kenaikan gelombang dan ombak. Perubahan kondisi lingkungan ini menyebabkan rumput laut yang dibudidayakan menggunakan metode jangkar dan metode apung lepas dan terhanyut ombak.

Metode jaring lepas dasar model cidaun merupakan metode budidaya

rumput laut yang menggunakan jaring kantong untuk melindungi rumput laut agar tidak rontok dan terbawa arus yang besar. Selain itu, kondisi dasar perairan di Desa Talango yang terdiri dari karang dan lumpur sangat sesuai untuk diterapkannya metode cidaun (Ariyanto, 2005). Metode ini telah diuji dibeberapa lokasi yang memiliki ombak besar, antara lain Cianjur (Jawa Barat), selat Takak Alu-alu Karimun Jawa-Jepara (Susanto, 2005) dan Bantarpanjang (Pulau Nusakambangan) (Soenardjo, 2011), serta Brebes (Jawa Tengah) (Insan dkk, 2013).

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan

Intensifikasi budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan menggunakan

sistem budidaya dengan modifikasi jaring. Modifikasi sistem jaring ditentukan berdasarkan survei yang telah dilakukan terhadap kondisi perairan di Desa Talango, yaitu perairan dinamis, dengan ombak dan gelombang besar, serta dasar perairan yang berkarang atau berlumpur. Strategi kegiatan pelatihan ini dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu: (1) Musyawarah antara nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumenep dan dosen (tim pengabdi); (2) Pembentukan panitia pengelola dari pihak nelayan; (3) Pelatihan aplikasi metode jaring dasar model cideun; (4) Pendampingan nelayan; (5) Evaluasi program.

1.3 Tujuan, Manfaat dan Dampak Kegiatan yang Diharapkan

Tujuan dari program ini adalah memperkenalkan dan melatih disertai praktik langsung aplikasi metode jaring lepas dasar model cidaun dalam budidaya rumput laut untuk mengatasi kondisi perairan di desa Talango.

Manfaat yang diharapkan dari program ini adalah menambah pengetahuan nelayan terhadap metode untuk intensifikasi budidaya rumput laut sebagai upaya meningkatkan produksinya. Selain itu, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat pesisir pantai sehingga perekonomian masyarakat tersebut dapat berkembang.

(10)

Dampak kegiatan yang diharapkan dari program ini adalah meningkatnya animo dan pemahaman masyarakat terhadap intensifikasi budidaya E.cottonii, serta membuka lapangan pekerjaan baru.

1.4 Target Luaran

Target luaran dari pengembangan masyarakat ini adalah (1) nelayan

mendapatkan metode budidaya rumput laut yang tepat sesuai dengan kondisi perairan; (2) Publikasi nasional dalam aspek pengetahuan dan teknologi intensifikasi rumput laut.

(11)

BAB II. STRATEGI, RENCANA KEGIATAN, DAN KEBERLANJUTAN

2.1 Strategi

Budidaya rumput laut berpeluang untuk dikembangkan di perairan Pulau Poteran, mengingat kualitas air, dan kondisi lingkungan yang mendukung pertubuhan rumput laut. Usaha budidaya secara intensif akan memerikan prospek cerah. Intensifikasi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya rumput laut, diantaranya faktor fisika dan biologi, serta pemilihan metode atau teknik budidaya yang digunakan. Berdasarkan ini, maka perlu dilakukan pelatihan kepada nelayan rumput laut metode budidaya yang sesuai untuk kondisi perairan di Pulau Poteran, khususnya di Desa Palasa.

Program ini disusun untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan nelaya rumput laut di Desa Palasa. Dalam program ini, dosen dan mahasiswa selaku tim pengabdi; dan warga sebagai penerima. Proses yang terjadi adalah transfer ilmu dan pengetahuan antara fasilitator dan masyarakat setempat. Kegiatan–kegiatan yang disusun antara lain:

a. Musyawarah antara nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten

Sumenep dan dosen (tim pengabdi)

Untuk mewujudkan tujuan pertama dalam program ini, yaitu melatih para nelayan rumput laut dalam aplikasi metode lepas dasar model Cidaun, maka akan dilakukan pendekatan, diskusi, dan musyawarah dengan nelayan. Inti dari musyawarah tersebut adalah untuk membantu masalah nelayan rumput laut, yaitu menurunnya produksi rumput laut ketika ombak dan arus laut besar.

Diskusi lain yang akan dilakukan adalah mengenai teknis pembuatan sarana dan prasarana budidaya. Selain itu transfer ilmu tentang pengolahan rumput laut terhadap masyarakat di Pulau Poteran.

Hal tersebut dilakukan agar membiasakan warga untuk bermsuyawarah dan menjalankan transfer ilmu dari tim pengabdi dengan nelayan rumput laut begitu pula sebaliknya. Selain itu musyawarah dilakukan untuk menghindari

(12)

b. Pembentukan panitia pengelola dari pihak nelayan

Pembentukan suatu panitia kecil untuk mengelola dan mengkoordinasi nelayan rumput laut dalam program ini. Panitia bertugas mengumpulkan 40 nelayan rumput laut dan mengkoordinasikan pelatihan kepada nelayan tersebut.

c. Pelatihan aplikasi metode jaring dasar model cideun

Pelatihan dan penyuluhan materi meliputi a. Teknik intensifikasi budidaya rumput laut

b. Praktik langsung di lapangan cara dan metode budidaya jaring lepas dasar dengan model Cidaun. Masing-masing nelayan akan diberikan bahan dan materi untuk budidaya dengan metode ini, sehingga diharapkan nelayan akan mampu mengaplikasikan metode ini secara mandiri.

Kegiatan ini akan menyertakan pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kabupaten Sumenep. Diskusi yang dilakukan secara dua arah, yakni sharing atau tukar pikiran dengan nelayan, Dinas terkait dan tim pengabdi. d. Pendampingan nelayan

Pendampingan nelayan akan dilakukan selama 2 kali, yaitu pada saat rumput laut berumur 30 hari dan pada saat berumur 60 hari (panen). Pendampingan perlu dilakukan agar nelayan rumput laut dapat memahami metode yang dilatihkan.

e. Evaluasi program

Evaluasi program dilakukan sebelum kegiatan, selama dan setelah kegiatan. Evaluasi meliputi kuisioner dan wawancara untuk mengetahui animo dan kemampuan nelayan dalam intensifikasi budidaya rumput laut melalui aplikasi jaring lepas dasar model cideun.

2.2 Rencana Kegiatan

a. Pelatihan direncakanan di Desa Palasa, Kecamatan Talango, Pulau Poteran-Sumenep, pada bulan Juli-Oktober 2015. Pemilihan waktu tersebut sesuai dengan pertimbangan bahwa pada musim timur (Juli-Agustus) kondisi cuaca diperkirakan buruk, dengan ombak besar dan badai. Pada kondisi tersebut, biasanya para nelayan tidak melakukan budidaya, sehingga pada saat itulah, metode cidaun tepat diaplikasikan. Lokasi pelatihan berada di rumah nelayan yang dekat dengan lokasi perairan, sehingga kegiatan praktik dapat

(13)

berlangsung dengan baik. Nelayan akan dikenalkan pembuatan jaring lepas dasar seperti pada Gambar 1.

Permukaan perairan 20 cm 30 cm ±10 m ±1 5 m ±42 m 1 m Pelampung jaring Pemberat Pelampung utama Tali rentang Jaring (kantong) Dasar perairan

Gambar 1. Penampakan metode lepas jaring dasar model Cidaun

Pemberdayaan / Pengembangan Masyarakat (Community Development) dalam budidaya rumput laut. Nelayan akan diberikan bahan dan materi untuk pelatihan, sehingga diharapkan memunculkan animo nelayan dalam meningkatkan kegiatan budidaya rumput laut. Pada saat musim angin, pada umumnya nelayan akan berhenti melakukan budidaya, dan memilih menjadi pekerja di luar Pulau. Adanya metode baru yang dikenalkan diharapkan mampu membuka lapangan kerja bagi nelayan dan tetap membudidayakan rumput laut di musim angin dan badai. Pendampingan akan dilakukan pasca pelatihan danketika masa panen berlangsung, yaitu pada hari ke-30 dan 60. Pendampingan dilakukan agar nelayan dapat mendiskusikan dan tim pengabdi dapat membantu permasalahan nelayan yang terjadi di lapangan.

b. Pemberdayaan / Pengembangan Masyarakat (Community Development) dalam Pembuatan Karaginan.

Bahan yang digunakan pada pembuatan karaginan adalah Euchema

cottonii, solvent (NaOH), aquadest, pengendap (Iso Propil Alkohol dan

Etanol),pemutih (H

2O2) dan HCl. Alat yang digunakan dalam pembuatan

(14)

Pembuatan Karaginan. Rumput laut (Euchema cottoni) direndam dalam air tawar selama 12 – 24 jam, kemudian dibilas dan ditiriskan. Rumput laut (Euchema cottoni) direndam kembali dalam air kapur selama ± 2 – 3 jam. Rumput laut (Euchema cottoni) dicuci kembali dan dibilas menggunakan air

sampai bersih. Euchema cottoni dikeringkan dalam oven suhu 80oC selama 4

jam. Euchema cottoni diblender menjadi butiran kecil dan dilakukan pengayakan. Euchema cottoni yang diekstraksi lolos saringan 90 mesh. Timbang Euchema cottoni 200 gr, masukkan dalam ekstraktor, Mengekstraksi

pada suhu 90 – 95 oC menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu

selama 2 jam. dengan perbandingan pelarut dan bahan baku 20 ml : 1 gr. Hasilnya disaring dan filtratnya ditambahkan HCl hingga pH–nya netral (pH 7). Proses pemutihan (bleaching) bila diperlukan. Filtrat yang pH–nya sudah netral ditambahkan pengendap dengan perbandingan tertentu dan diaduk.

Kegiatan akan dilaksanakan mulai bulan Maret–Desember 2014 di Pulau Poteran–Madura.

2.3 Keberlanjutan

Tercapainya target program pengabdian masyarakat ini belum dapat

dijadikan sebagai indikator keberhasilan program dalam kerangka yang lebih luas. Pada program jangka panjang yang dirancang oleh tim ini, diterapkan model tindak lanjut yang berkesinambungan. Setelah program ini akan dilanjutkan dengan Penelitian terkait penyakit yang menyerang rumput laut dan mengancam penurunan produksi. Fokus kegiatan masih berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir Pulau Poteran. Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat menjadi PKM–P mahasiswa dengan judul: Isolasi dan karakterisasi penyakit ice-ice pada rumput laut, serta upaya penanngulannganya.

(15)

BAB III. CAPAIAN SEMENTARA

3.1 Kemajuan pelaksanaan pengabdian

1. Musyawarah antara nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumenep dan dosen (tim pengabdi)

Musyawarah antara nelayan, DKP dan tim pengabdi dilakukan pada tanggal 17 Juli 2015, dengan hasil:

i. Sosialisasi tim pengabdi untuk melatih para nelayan rumput laut dalam aplikasi

metode lepas dasar model Cidaun, sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan nelayan rumput laut, yaitu menurunnya produksi rumput laut ketika ombak dan arus laut besar.

ii. Nelayan dan DKP akan berkoordinasi dan membantu dalam persiapan

pembuatan sarana dan prasarana budidaya.

iii. Diskusi mengenai pengolahan rumput laut oleh masyarakat di Pulau Poteran.

Gambar 2. Diskusi antara ITS, DKP, Universitas Wiraraja dan Nelayan 2. Pembentukan panitia pengelola dari pihak nelayan dan DKP

Penyusunan panitia kecil untuk mengelola dan mengkoordinasi nelayan rumput, dengan ketua kelompok Bapak Rusdi. Ketua kelompok selanjutnya membentuk tim persiapan dan menyusun pembagain tugas kelompok. Tugas kelompok meliputi:

(16)

3. Pelatihan aplikasi metode jaring dasar model cideun

i. Penyampaian materi pelatihan (Lampiran)

ii. Praktek pembuatan jaring lepas dasar model Cidaun

iii. Diskusi

Gambar 3. Pelatihan kepada nelayan rumput laut

3.2 Hasil pengabdian dan luaran yang telah diperoleh

Hasil pengabdian berupa pelatihan soft skill dan hard skill kepada nelayan di Desa Palasa-Sumenep untuk mengatasi kondisi perairan yang labil dan berombak. Untuk menunjang informasi dan metode yang diberikan kepada nelayan, maka mahasiswa Biologi akan melakukan penelitian berkaitan dengan efeisiensi dan efektivitas kedalaman jaring Cidaun terhadap hasil produksi E. cottonii. Luaran yang diperoleh dalam pengabdian masyarakat ini berupa:

i. Tugas akhir mahasiswa dalam bentuk penelitian

ii. Metode budidaya untuk wilayah Desa Palasa-Sumenep.

3.3 Tahap yang masih harus diselesaikan

1. Pendampingan nelayan

Pendampingan nelayan akan dilakukan pada saat rumput laut berumur 60 hari (panen). Pendampingan perlu dilakukan agar nelayan rumput laut dapat memahami metode yang dilatihkan.

(17)

Evaluasi program dilakukan sebelum kegiatan, selama dan setelah kegiatan. Evaluasi meliputi kuisioner dan wawancara untuk mengetahui animo dan kemampuan nelayan dalam intensifikasi budidaya rumput laut melalui aplikasi jaring lepas dasar model cideun.

3.4 Kendala yang dihadapi dan solusinya

Kendala yang dihadapi dalam Pengabdian Masyarakat ini adalah kebiasaan nelayan dalam budidaya rumput laut adalah meninggalkan saja rumput laut ketika selesai ditanam di laut tanpa memeriksa atau melihat perkembangan dan baru dilihat ketika mendekati masa panen.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, maka solusi yang diterapkan oleh tim pengabdi adalah berkoordinasi dengan DKP untuk melakukan pembinaan dan pendampingan nelayan, agar mau melihat perkembangan budidaya secara rutin.

(18)

BAB IV. KESIMPULAN SEMENTARA DAN RENCANA SELANJUTNYA

Kesimpulan sementara dalam pengabdian masyarakat ini adalah nelayan Desa Palasa-Sumenep berantusias dan meneima metode Jaring Lepas Dasar Model Cidaun sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan di Perairan Desa Palasa yang memiliki ombak tinggi dan besar. DKP, Universitas Wiraraja, dan ITS telah menjalin koordinasi dan kerjasama untuk membimbing masyarakat pesisir Pulau Poteran dalam budidaya agar produksi rumput laut E. cottonii meningkat.

Rencana selanjutnya dalam pengabdian masyarakat ini adalah Pengarahan dan sosialisasi teknologi pengolahan pascapanen rumput laut, meliputi:

1. Pelatihan pembuatan pengeringan rumput laut.

2. Pemberdayaan / Pengembangan Masyarakat (Community Development) dalam Pembuatan Karaginan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Identifikasi PPK. Diakses pada

http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-Pulau/index.php/public_c/Pulau_info/369. pada 13 Maret 2014, pukul 12.00 WIB.

Ariyanto. 2005. Survei dan Analisa Rumput Laut (Euchema cottonii). PT. Dwijaya Abadi Surya Pratama Internasional, Semarang.

Insan, A.I., Widyartini, D.S., dan Sarwanto. 2013. Posisi tanam rumput laut dengan modifikasi sistem jaring terhadap pertumbuhan dan produksi Euchema cottonii di perairan Pantura Brebes. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 11 (1): 125-133.

Rahayu, E. Y. dan Sutisna, M. 2001. Laju perutmbuhan, biomassa, dan kandungan karagenan rumput laut Kappalycus alvarezii (Doty) yang ditanam dengan variasi bagian talus dan jarak tanam yang berbeda di PErairan Pantai Sayang Heulang Pameungpeuk, garut. Majalah Ilmiah UNSOED, 27: 1-11.

Romadhon. 2008. Kajian Indeks Kepekaan Lingkungan dalam Penyusunan Arahan Pengembangan Pulau Kecil di Kabupaten Sumenep (Studi Kasus Pulau Sapudi, Poteran dan Giliyang). Embryo, 5(1): 1-13.

Soenardjo, N. 2011. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii (Weber van Bosse) dengan metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) model Cidaun. Buletin OSeanografi Marina, 1: 36-44.

(20)

Lampiran 1

Daftar Capaian Sementara

Daftar capaian sementara ini disusun berdasarkan proposal kegiatan yang diajukan, yaitu:

Kegiatan Status

Survey lokasi Sudah dilakukan

Musyawarah antara nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumenep dan dosen (tim pengabdi)

Sudah dilakukan

Pembentukan panitia pengelola dari pihak nelayan Sudah dilakukan

Pelatihan aplikasi metode jaring dasar model cideun Sudah dilakukan

Pendampingan nelayan Belum dilakukan

Evaluasi program Belum dilakukan

(21)

Lampiran 2

Gambar

Gambar 1. Penampakan metode lepas jaring dasar model Cidaun
Gambar 2. Diskusi antara ITS, DKP, Universitas Wiraraja dan Nelayan
Gambar 3. Pelatihan kepada nelayan rumput laut

Referensi

Dokumen terkait

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik bali dewasa sehat umur 3 bulan yang belum divaksinasi dengan jumlah 40 ekor yaitu 10 ekor tanpa vaksinasi (sebagai kontrol) dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh variasi konsentrasi crosslinker glutaraldehid terhadap parameter-parameter dalam kecepatan release asam

Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena dana yang telah terkumpul menjadi satu di Regional Manager nantinya langsung diolah dan dibelanjakan untuk program

membuat perencanaan pembelajaran (b) adanya semangat dari guru mengaji, (c) guru mengaji yang cukup mumpuni dalam bidangnya, (d) adanya sarana dan prasarana yang

Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai beda daya (ΔP), kemudian nilai beda daya tersebut dimasukkan ke dalam persamaan nilai regresi dari sensor serat optik pada gambar

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang dilakukan oleh pemerintah khususnya mentrian Lingkungan Hidup

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 9 Salatiga Kota Salatiga, Jawa Tengah tahun pelajaran 2011-2012 dengan jumlah 20 siswa yang dibagi

Meskipun tahapan telah dilalui, namun temuan penelitian menunjukkan bahwa Inovasi SIM perpanjangan melalui SIM BOOKING di Satlantas Polres Kudus mengalami keluasan cakupan