• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistimatika Penyajian...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistimatika Penyajian..."

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Sistimatika Penyajian... 2

II. GAMBARAN UMUM ... 4

2.1. Luas Wilayah ... 4

2.2. Kependudukan ... 5

2.2.1 Jumlah Penduduk ... 5

2.2.2 Kepadatan Penduduk ... 6

2.2.3 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin... 7

2.3. Tingkat Pendidikan ... 8

III. PROGRAM KESEHATAN PROPINSI RIAU ... 10

3.1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat ... 10

3.2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ... 13

3.3. Program Promosi Kesehatan... 17

3.4. Program Pemberantasasan Penyakit Menular... 20

3.5. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya ... 26

3.6. Program Kebijkan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan ... 30

(3)

IV. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU RIAU –

SEHAT 2008 ... 35

I. Derajat Kesehatan ... 35

1.1 Umur Harapan Hidup (Eo)... 36

1.2 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... 36

1.3 Angka Kematian Bayi (AKB)... 37

1.4 Angka Kematian Balita (AKABA) ... 37

1.5 Angka Kematian Dasar (AKK)... 38

1.6 Angka Kesakitan Penyakit Menular ... 39

1.6.1 Malaria ... 40 1.6.2 DBD ... 42 1.6.3 Filariasis... 45 1.6.4 ISPA... 47 1.6.5 Diare... 49 1.6.6 TBC Paru ... 42 1.6.7 KUSTA ... 56 1.6.8 Frambusai... 58 1.6.9 Rabies ... 59

1.6.10 Infeksi Menular Seksual ( IMS )... 61

1.7 Pola Penyakit ... 68

1.7.1 Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas ... 68

1.7.2 Pola Penyakit Rawat Jalan Rumah Sakit ... 69

1.7.3 Pola Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit ... 70

1.74 Pola Penyakit Penyebab Kamatian di Rumah Sakit ... 71

1.8 Status Gizi... 72

1.8.1 Status Gizi Ibu Hamil... 72

1.8.2 Status Gizi Bayi ... 76

1.8.3 Status Gizi Balita ... 77

(4)

2.1 Lingkungan Sehat ... 83

2.1.1 Kepala Keluarga ( KK ) dengan Jamban Sehat ... 84

2.1.2 Sarana Air Bersih... 84

2.1.3 Sarana Pembuangan Sampah ... 84

2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 84

2.2. Keadaan Perilaku Masyarakat... 85

2.2.1 Posyandu ... 85

2.2.2 Pondok Bersalin (Polindes)... 86

III. Upaya Kesehatan ... 86

3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil ... 86

3.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin... 91

3.3 Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita... 92

IV. Promosi Kesehatan ... 100

V. Situasi Sumberdaya Kesehatan ... 100

5.1 Sarana Kesehatan ... 100

5.2 Tenaga Kesehatan ... 105

5.3 Anggaran Kesehatan ... 112

VI. Penutup ... 114

(5)

: Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas dirinci menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah dan Kematian Ibu Maternal Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kecamatan Rawan Gizi dan Status Gizi Bayi & Balita menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Rumah Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

(6)

: Jumlah dan Presentase Posyandu menurut Strata dan Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar di Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Penderita dan Kematian, CFR, KLB, menurut Jenis KLB, Kabupaten, Jumlah Kecamatan dan Desa yang Terserang menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Pelayanan Fe1, Fe3, Imunisai TT1 dan TT2 menurut Kabupaten dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Bayi yang Diberi Asi Ekslusif menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Pesebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja menurut Kabupaten /Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

(7)

: Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Kabupaten/Propinsi Riau Tahun 2005

: Anggaran Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Anggaran Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Pelayanan KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal terhadap Jumlah Penduduk diperinci Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2004

: Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

(8)

: Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, Ibu Hamil Risti dan Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi BBLR yang ditangani menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004

: Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Siswa SD dan Pelayanan Kesehatan Remaja Propinsi Riau Tahun 2005

: Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten dan Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2005

: Peserta Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kunjungan Rawat Jalan,Rawat Inap,Pelayanan Gangguan Jiwa di sarana Pelayanan Kesehatan, menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya dan Balita Bawah Garis Merah menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005

! : Cakupan Bayi ,Balita Dan bumil Yang mendapat pelayanan Kesehatan menurut Kabupaten Dan Pukesmas Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Akses Ketersedian Darah untuk Bumil Dan Neonatus yg Dirujuk Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kecamatan Dan Puskemas Kabupaten /Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Sarana Kesehatan Dengan kemampuan gawat Darurat Propinsi Riau Tahun 2005

! : Persentase Desa /Kel Dengan KLB Ditangani < 24 Jam dan Kec Bebas Rawan Gizi menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005 : AFP RATE, % TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangani

menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2004

(9)

: Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya menurut Kabupaten/kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Rumah /Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes dan Persentase Rumah Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Rumah Tangga Sehat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Bayi yang diberi Asi Ekslusif menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryudium yang Baik menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah dan Persentase Posyandu menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Penyuluhan Pencegahan, Penanggulangan dan Penyalahgunaan NAFZA menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Kebutuhan, Pengadaan, Ketersediaan Obat Esensial dan Obat Generik Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Penulisan Resep Obat Generik menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM GAKIN menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila & Usila menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

(10)

: Persentase Penderita Malaria Diobati menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Kasus Penyakit Filaria Ditangani menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Persentase Cakupan Imunisasi Bayi menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang dapat di cegah dengan Imunisasi PD3I menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

: Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

"#$% &'( ) " " *

: Indikator Pelayanan Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

"#$% &'( ) " " *

: Indikator Penilaian Pelayanan Rumah Sakit Propinsi Riau Tahun 2005

") %$&

: Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Puskesmas Untuk Semua Golongan Umur Propinsi Riau Tahun 2005

") %$&

: 10 Peringkat Utama Per DTD / Sebab-sebab Sakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Propinsi Riau Tahun 2005

") %$&

: 10 Perangkat Utama Per DTD /Sebab-sebab Sakit Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Propinsi Riau Tahun 2005

") %$&

: 10 Perangkat Utama Kematian Per DTD di Rumah Sakit di Propinsi Riau Tahun 2005

(11)

* ( " + Rumah Sakit menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

* ( " + Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling

menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

* ( " + Alamat Rumah Sakit Se Propinsi Riau Tahun 2005

* ( " + Alamat Puskesmas Propinsi Riau Tahun 2005

* ( " + Ratio Sarana Kesehatan Dasar Per 100.000 Penduduk menurut

Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

* ( " + Jumlah Dokter Praktek, Balai Pengobatan, Laboratorium Kesehatan

menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau Tahun 2005

$",% : Persentase Rumah Tangga Dengan Fasilitas Sumber Air Minum

Menurut Kabupaten/ Kota di Propinsi Riau Tahun 2005

$",% : Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Luas Lantai Rumah Menurut

Kabupaten/ Kota di Propinsi Riau Tahun 2005.

$",% : Persentase Rumah Tangga Dengan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Menurut Kabupaten/ Kota di Propinsi Riau Tahun 2005.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Tertuang dalam Renstra Propinsi Riau tahun 2004 – 2008 ada tiga strategi pembangunan antara lain Pengentasan Kemiskinan , Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Infrastruktur. Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya : peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan serta rehabilitasi , sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. Upaya pembangunan kesehatan tersebut perlu didukung dengan kesiapan prasarana dan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan sistem informasi kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan bermanfaat untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010. Indonesia Sehat akan tercapai apabila seluruh Propinsi telah mencapai Propinsi Sehat, demikian pula Propinsi Sehat akan tercapai apabila seluruh Kabupaten/ Kota di Propinsi tersebut telah mencapai Kabupaten / Kota Sehat. Perjalanan menuju Kabupaten Sehat, Propinsi Sehat dan Indonesia sehat akan dimonitor dengan menggunakan indikator yang disebut sebagai Indikator Kabupaten Sehat, Indikator Propinsi Sehat dan indikator Indonesia Sehat.

Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota maupun Profil Kesehatan Propinsi berisi berbagai data/ informasi yang terkait dengan pencapaian Indikator Kabupaten / Kota Sehat maupun Propinsi Sehat serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2005 sebagai informasi kesehatan bertujuan untuk memberikan gambaran pencapaian Indikator “Riau Sehat 2008” serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Riau Sehat digolongkan ke dalam: (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator – indikator

(13)

untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi, (2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator – indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses & mutu pelayanan kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan , yang terdiri atas indikator – indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait. Ditambah dengan indikator SPM bidang Kesehatan .

Derajat kesehatan masyarakat Riau mengalami peningkatan sampai tahun 2004.. Umur harapan hidup (Eo) tahun 2002 (67,9 tahun) meningkat dibandingkan tahun 1999 ( 67,8 tahun). Balita dengan status gizi baik tahun 2004 (85,2persen) juga meningkat bila dibandingkan tahun 2003 (81,5 persen). Tetapi tahun 2005 sedikit mengalami penurunan pada balita dengan status gizi baik yaitu dari 85,2 persen pada tahun 2004 menjadi 82,3 persen pada tahun 2005, karena angka gizi buruk meningkat dari 2,1 persen menjadi 2,7 persen dan angka gizi kurang naik dari 3,1 persen menjadi 11,5 persen. Tetapi angka tersebut masih dibawah target nasional , secara nasional penurunan gizi buruk menjadi 5 % pada tahun 2005 dan gizi kurang 20 persen. Peningkatan angka gizi buruk dan angka gizi kurang disebabkan karena penemuan masalah gizi tahun 2005 dilakukan melalui pekan penimbangan di 1405 desa se Propinsi Riau sehingga kasus gizi buruk dan gizi kurang kemungkinan besar bisa terjaring dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang menggunakan sampel sepertiga dari jumlah desa yang ada.

Dengan tersusunnya Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2005 ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung informasi dan sistem manajemen kesehatan yang lebih baik dalam rangka pencapaian Riau Sehat 2008.

1.2.SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Propinsi Riau tahun 2005 sebagai berikut : BABI. PENDAHULUAN

Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan Propinsi dan uraian secara ringkas isi dari Profil Kesehatan Propinsi Riau.

(14)

BAB II. GAMBARAN UMUM PROPINSI RIAU

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum propinsi Riau. Selain uraian tentang keadaan geografis , administratif dan informasi lainnya, bab ini juga mengulas faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor – faktor lainnya misalnya kependudukan , ekonomi, pendidikan.

BAB III. PROGRAM KESEHATAN PROPINSI RIAU

Bab ini menguraikan beberapa program yang dilakukan oleh Propinsi Riau untuk mencapai visi Riau Sehat 2008. Setiap program diuraikan tujuan, sasaran, target pada tahun 2005 dan kegiatan yang telah dilaksanakan.

BAB IV. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU RIAU SEHAT 2008

Bab ini menguraikan tentang apa saja yang telah dicapai selama satu tahun, kemudian dibandingkan dengan target indikator yang telah ditetapkan baik dalam indikator Indonesia Sehat/ Propinsi Sehat maupun indikator kinerja SPM bidang kesehatan, antara lain gambaran tentang derajat kesehatan, keadaan lingkungan dan perilaku kesehatan, Upaya kesehatan , Promosi kesehatan dan situasi sumber daya kesehatan serta manajemen kesehatan.

BAB V. KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang sajian tentang hal – hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dalam program Pembangunan Kesehatan Propinsi Riau di tahun mendatang . Selain keberhasilan juga diungkapkan hal – hal yang masih kurang dalam menuju Riau Sehat 2008.

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. LUAS WILAYAH

Pasca pengesahan pemekaran wilayah Propinsi Riau tanggal 1 Juli 2004 menjadi dua Propinsi , luas daratan Propinsi Riau berkurang dari 94.561,61 km2 menjadi 86.461,96 Km2. Sedangkan wilayah laut yang tinggal 21.470,80 Km2. Secara geografis luas wilayah Propinsi Riau, serta letak dan posisi yang strategis di lintasan perairan Selat Malaka yang cukup padat, bertetangga dengan negara – Negara yang memiliki kesamaan budaya dan tingkat perkembangan ekonomi, politik dan social budaya yang sangat pesat dan memiliki potensi besar bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi.

Batas – Batas Wilayah Propinsi Riau

- Sebelah Utara : Propinsi Kepulauan Riau

- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi dan Selat Berhala - Sebelah Timur : Propinsi Kepulauan Riau

- Sebelah Barat : Propinsi Sumatra Barat dan Propinsi Sumatra Utara Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata – rata curah hujan berkisar antara 15.000 – 3. 000 mm per tahun, yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.

Dengan terpisahnya Kota Batam , Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Riau pada 1 Juli Tahun 2004, maka Propinsi Riau hanya terdiri dari 11 Kab/Kota.

Wilayah Propinsi Riau dengan bentangan yang sedemikian luas dengan penduduk jarana dan tersebar tidak merata menyebabkan sulitnya perjangkauan pelayanan kesehatan lepada masyarakat.

(16)

2.2. KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam pembangunan, karena itu pembangunan sumber daya manusia dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar mempunyai ciri dan karateristik yang mendukung pembangunan.

2.2.1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005, penduduk Propinsi Riau berjumlah 4.614.930 jiwa naik 2,75 % dari tahun 2004 (4.491.393 jiwa ). Keadaan ini dapat dilihat dari grafik berikut :

Gambar 1

Jumlah Penduduk Propinsi Riau 2001 s.d 2005

JUMLAH PENDUDUK

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000

TAHUN 2001 TAHUN 2002 TAHUN 2003 TAHUN 2004 TAHUN 2005

(17)

aru Kam par Rohu l Inhu Kuan sing Pelal awan Inhi l Beng kalis Siak Dum ai Rohi l Kepadatan Penduduk 2.2.2. Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu ciri demografi Propinsi Riau. Hal ini menjadikan kepadatan penduduk yang berbeda di Kabupaten/Kota. Kepadatan penduduk Propinsi Riau tahun 2004 adalah 51.95 orang per Km² , terjadi sedikit kenaikan pada tahun 2005 yaitu 53,38 orang per Km². Kota Pekanbaru yang memiliki luas terkecil dari pada kabupaten/kota lainnya (446.50 Km2 ) memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 1.583,7 orang per Km² meningkat dibandingkan tahun 2004 (1.554,11 orang per Km2 ) . Hal ini disebabkan karena tingkat urban yang cukup tinggi , baik perpindahan penduduk dari Kab/ Kota di Riau ataupun dari Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di Kota Pekanbaru.

Rata-rata jiwa per rumah tangga pada tahun 2005 sebanyak 4 orang ( 3,97) per rumah tangga, menurun sedikit dibandingkan tahun 2004 (4 orang per rumah tangga ( 4,28) ). Keadaan ini dapat dilihat di tabel lampiran IIS ( tabel 1 ). Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar ini:

Gambar 2.

Rata-Rata Jiwa Per Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Propinsi Riau 2005

(18)

Penduduk Laki - laki

3,43% 6,91% 23,02% 50,52% 13,37% 2,75% <1 1 - 4 5 - 14 15 - 44 45 - 64 >=65

Penduduk Perempuan

7,04% 22,20% 53,27% 12,00% 2,39% 3,10% <1 1 - 4 5 - 14 15 - 44 45 - 64 >=65

2.2.3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk perempuan dan laki-laki menurut kelompok umur lebih banyak pada kelompok umur produktif (15-64 tahun) dari pada kelompok umur tidak produktif (0-14 thn dan 65 thn). Keadaan ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Riau 2005

(19)

Tingginya persentase penduduk usia produktif merupakan potensi sumber daya manusia bagi Propinsi Riau. Perbandingan jumlah penduduk usia produktif terhadap jumlah penduduk usia tidak produktif ini menunjukkan rasio beban tanggungan. Rasio beban tanggungan terendah di Indragiri Hulu (46,25) dan tertinggi di Siak (62,42) yang berarti di Indragiri Hulu setiap 100 orang usia produktif menanggung 46 orang usia tidak produktif sedangkan di Kab. Siak setiap 100 orang usia produktif menanggung 62 orang usia tidak produktif.

Di Propinsi Riau penduduk laki-laki berjumlah lebih banyak dari pada penduduk perempuan (sex ratio 105). Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan terdapat di 10 kabupaten/kota sedangkan 1 kabupaten/kota (Kampar) mempunyai jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.. Sex ratio dan proporsi usia produktif di Propinsi Riau tahun 2001 s.d 2005 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.

Sex Ratio dan Persentase Usia Produktif Penduduk Riau Tahun 2001 s/d 2005

Tahun Sex Rasio Persentase Usia

Produktif Tidak Produktif Pesentase Usia

2001 105 64,48 35,52 2002 101 65,55 34,45 2003 105 65,19 34,81 2004 106 63.95 36,05 2005 105 64,56 35,44 2.3. TINGKAT PENDIDIKAN

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Propinsi Riau Tahun 2005 diketahui persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang memiliki ijazah tertinggi SD/MI/Sederajat sebesar 32,77 persen, SLTP/MTs/Sederajat sebesar 21,72 persen, SMU/SMA/Kejuruan/Sederajat sebesar 20 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi (Diploma I, II, III, IV dan S2, S3) sebesar 6.85 persen, meningkat dibandingkan dengan Tahun 2004 sebesar 1,58 persen. Distribusi tingkat pendidikan

(20)

0 100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000 Tdk punya ijazah SD/MI SLTP/Mts SMU/SMA SMK DIPLI/II Dipl III/IV+ Perempuan Laki - Laki Gambar 4.

Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Propinsi Riau 2005

Tingkat pendidikan penduduk perempuan lebih rendah dari pada penduduk laki-laki. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.

Persentase Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin di Propinsi Riau Tahun 2005

Ijazah

Tertinggi yang Dimilki Perempuan Laki-laki

Tidak Punya 26,41 21,97 SD/MI/Sederajat 35,46 32,77 SLTP/MT/Sederajat 18,23 21,72 SMU/MA/Sederajat 14,24 15,72 SM Kejuruan 2,35 4,28 Diploma I/II 0,90 0,52 Diploma III/IV + 2,4 3,03

(21)

BAB III

PROGRAM KESEHATAN PROPINSI RIAU

Menyadari keterbatasan sumber daya yang tersedia serta disesuaikan dengan prioritas masalah yang ditemukan dan kecenderungan dimasa mendatang, maka disusun program pembangunan kesehatan di propinsi Riau untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting dilakukan untuk mencapai visi Riau Sehat 2008 adalah :

1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.

2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 3. Program Promosi Kesehatan.

4. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 5. Program Pengawasan Obat, Makanan, Bahan Berbahaya 6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan. 7. Program Sumber Daya Kesehatan.

3.1. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Tujuan : Meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran :

1. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 10% 2. Menurunnya Prevalensi gizi buruk pada balita 2 %

3. Menurunnya prevalensi Balita dibawah garis merah menjadi < 6

4. Meningkatnya persentase Balita yang naik berat badannya sampai 80 %. 5. Meningkatnya persentase Kecamatan bebas rawan gizi menjadi 80 %.

6. Meningkatnya persentase Balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun menjadi 90 %.

(22)

7. Meningkatnya persentase ibu hamil mendapat tablet besi menjadi 90 %.

8. Meningkatnya persentase pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah garis merah dari keluarga miskin 100 %

9. Meningkatnya persentase balita gizi buruk mendapat perawatan mjd 100 %. 10. Meningkatnya persentase wanita usia subur ( WUS ) yang mendapatkan kapsul

yodium menjadi 80 %.

11. Meningkatnya persentase desa / kelurahan mengalami KLB gizi yang ditangani < 24 jam menjadi 100 %.

12. Meningkatnya persentase bayi yang mendapat Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif menjadi 80 %.

13. Meningkatnya persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 90 %. Target Tahun 2005 :

1. Prevalensi gizi kurang pada balita menurun menjadi 10 % 2. Prevalensi gizi buruk menjadi 5 %.

3. Persentase Balita dibawah garis merah menurun menjadi < 15 % 4. Persentase Balita yang naik berat badannya sampai 80 %.

5. Persentase Kecamatan bebas rawan gizi meningkat menjadi 80 %.

6. Persentase Balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun meningkat menjadi 80 %.

7. Persentase ibu hamil mendapat tablet besi meningkat menjadi 90 %.

8. Persentase pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah garis merah dari keluarga miskin meningkat menjadi 100 %

9. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan meningkat menjadi 100 %. 10. Persentase wanita usia subur ( WUS ) yang mendapatkan kapsul yodium

meningkat menjadi 80 %.

(23)

menjadi 100 %

12. Persentase bayi yang mendapat Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif meningkat menjadi 80 %.

13. Persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 90 %. Kegiatan Tahun 2005 :

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita adalah :

1. Peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) dan pemberian makanan Pendamping SI (MP-ASI) khususnya pada bayi yang berusia 6-11 bulan pada keluarga miskin tanpa melihat status gizinya.

2. Pekan bulan penimbangan yang tujuannya untuk memperoleh gambaran masalah status gizi balita dan teridentifikasinya daerah rawan gizi . Dengan pekan bulan penimbangan diharapkan daerah rawan gizi lebih terjaring dibandingkan tahun lalu karena dilakukan di semua desa di seluruh kecamatan di Propinsi Riau, sedangkan tahun lalu Pemantauan status gizi ( PSG ) dilakukan hanya 1/3 dari jumlah desa yang ada.

3. Investigasi KLB gizi buruk yang bertujuan untuk melakukan investigasi langsung ke lokasi KLB gizi buruk agar cepat teratasi kasus tersebut.

4. Penanganan terhadap kasus gizi buruk/ gizi kurang dengan pemberian PMT pada Bumil , KEK dab Balita terutama pada balita BGM ( bawah garis merah).

5. Peningkatan SDM pada program gizi dengan melakukan kegiatan pembinaan pelayanan gizi RS , pelatihan penata laksanaan gizi buruk RS, pelatihan teknis program Gizi sesuai KW SPM, pertemuan perencanaan dan konsultasi program gizi sesuai KW SPM, pertemuan evaluasi program gizi, pembinaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan gizi dan Seminar gizi di Bali.

6. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran balita mendapat vitamin A 2 kali per tahun 80 % adalah : pengadaan kapsul vitamin A di Kab/ Kota . Sedangkan program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dilakukan dengan memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil selama hamil dengan pemberian tablet besi (Fe) paling sedikit 90 tablet selama kehamilan

(24)

7. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), untuk propinsi Riau dari hasil Pemetaan GAKY tahun 1998 dinyatakan sebagai daerah non endemik. Pemetaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Dari Hasil Pemetaan GAKY tahun 2003 diperoleh hasil bahwa Propinsi Riau masih berada pada daerah non endemik.Sehubungan dengan bukan daerah endemis GAKY, maka program yang digalakkan dalam penanggulangan GAKY tersebut adalah Pemantauan Garam Beryodium pada tingkat masyarakat.

3.2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Tujuan : Meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Sasaran :

1. Meningkatnnya persentase Kunjungan Ibu hamil ( K4 ) menjadi 95 %. 2. Meningkatnya persentase persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90 %.

3. Meningkatnya persentase Ibu hamil Risti ( Resiko tinggi ) yang dirujuk menjadi 100 %.

4. Meningkatnya persentase kunjungan neonatus menjadi 90 %. 5. Meningkatnya kunjungan Bayi menjadi 90 %.

6. Meningkatnya persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah yang ditangani menjadi 100 %.

7. Meningkatnya persentase peserta Aktif KB menjadi 70 %. 8. Meningkatnya persentase pelayanan rawat jalan menjadi 15 %. 9. Meningkatnya persentase rawat inap menjadi 1,5 %.

10. Meningkatnya persentase pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum menjadi 15 %.

11. Meningkatnya persentase akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus menjadi 80 %.

(25)

12. Meningkatnya persentase ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani menjadi 80 %.

13. Meningkatnya persentase neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani menjadi 80 %.

14. Meningkatnya persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja menjadi 80 %.

15. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut menjadi 70 %.

16. Meningkatnya persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan menjadi 100 %.

17. Meningkatnya penduduk yang memanfaatkan Puskesmas menjadi 15 %.

18. Meningkatnya persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit menjadi 1,5 %.

19. Meningkatnya persentase sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan menjadi 100 %.

20. Meningkatnya persentase RS yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesial dasar menjadi 100 %.

21. Meningkatnya persentase pelayanan yang menjamin mutu menjadi 90 %.

22. Meningkatnya persentase Puskesmas dengan manajemen yang baik dan terarah manjadi 90 %.

23. Meningkatnya persentase Puskesmas yang terakreditasi menjadi 20 %.

24. Meningkatnya persentase Puskesmas dengan program pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan spesifik menjadi 80 %.

Target Tahun 2005 :

1. Persentase Kunjungan Ibu hamil ( K4 ) menjadi 91 %. 2. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 75 %.

(26)

3. Persentase Ibu hamil Risti ( Resiko tinggi ) yang dirujuk menjadi 80 %. 4. Persentase kunjungan neonatus menjadi 75 %.

5. Kunjungan Bayi menjadi 75 %.

6. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah yang ditangani menjadi 80 %. 7. Persentase peserta Aktif KB menjadi 55 %.

8. Persentase pelayanan rawat jalan menjadi 13 %. 9. Persentase rawat inap menjadi 1,5 %.

10. Persentase pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum menjadi 10 %.

11. Persentase akses terhadp ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus menjadi 80 %.

12. Persentase ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani menjadi 65 %. 13. Persentase neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani menjadi 65 %. 14. Persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja menjadi 65 %. 15. Persentase pelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut menjadi 62 %. 16. Persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan menjadi 80%. 17. Penduduk yang memanfaatkan Puskesmas menjadi 15 %.

18. Persentase penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit menjadi 0.85 %.

19. Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan laboratorium kesehatan menjadi 85 %.

20. Persentase RS yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesial dasar menjadi 85 %.

21. Persentase pelayanan yang menjamin mutu menjadi 70 %.

22. Persentase Puskesmas dng manajemen yang baik dan terarah manjadi 70 %. 23. Persentase Puskesmas yang terakreditasi menjadi 5 %

(27)

24. Persentase Puskesmas dengan program pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan spesifik menjadi 50 %.

Kegiatan Tahun 2005 :

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat agar sesuai dengan target tahun 2005 antara lain :

1. Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dasar Puskesmas diperlukan peningkatan SDM, maka untuk mendukung hal tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Riau mengadakan Pelatihan TOT Sistem Pengembangan kinerja klinis perawat dan bidan, pelatihan kegawatdaruratan bagi dokter dan perawat Puskesmas, peningkatan kinerja staf dengan pembandingan program SIMPUS ke Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

2. Memberikan dukungan sarana prasarana Puskesmas dengan pengadaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS) agar diperoleh data yang valid dan akurat dan pengadaan peralatan Puskesmas di 11 Kab/Kota.

3. Pemantapan manajemen Puskesmas dilakukan dangan pemantapan program pengembangan yang bertujuan menyamakan persepsi dalam perencanaan, bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan pengembangan di Puskesmas dan pemantapan program Perkesmas.

4. Peningkatan kesehatan keluarga kegiatannya antara lain :

a. Peningkatan SDM program kesga dilakukan pelatihan MTBS bagi petugas Puskesmas Percontohan dan Pengelola Program Dinkes, pelatihan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), pelatihan klinis asuhan persalinan normal bagi petugas mampu Poned, pelatihan / pertemuan program kesga/ yankes dasar di pusat dan di Propinsi lain. b. Penunjang sarana dan prasarana program kesehatan keluarga dilakukan

pencetakan buku KIA, pencetakan buku Puskesmas Santun Usila , pengadaan bahan penunjang program kesga, pembuatan leaflet poster ( KMS Usila ).

c. Dalam rangka memantapkan manejemen program kesehatan keluarga telah dilakukan kegiatan pemantapan kinerja pengelola program kesga se

(28)

Propinsi Riau, sosialisasi Puskesmas santun Usila, sosialisasi deteksi dini tumbuh kembang balita dan Apras ( DDTK) , review program kesga di Kota Dumai, konseling kesehatan usila bagi petugas Kab/ Kota se Propinsi Riau, pertemuan pendamping perencanaan Tim DTPS ( Pekanbaru, Siak, Bengkalis), pertemuan bulanan program kesga, pertemuan pemantapan program kesga , penilaian pelaksanaan program KIA di Posyandu se Propinsi Riau , evaluasi Puskesmas mampu Poned dan peningkatan kinerja petugas pengelola program puskesmas.

5. Untuk meningkatkan pelayanan Rumah sakit ,kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Peningkatan SDM Rumah Sakit dengan mengadakan pelatihan penatalaksanaan

perizinan RS Kab/ Kota, pelatihan rekam medik bagi petugas RSUD & Dinkes Kab/Kota.

b. Untuk meningkatkan kinerja program Rumah sakit dilakukan kegiatan antara lain : pembuatan Profil RS Kab/Kota se Propinsi Riau, pertemuan evaluasi kinerja RSUD Kab/Kota se Propinsi Riau, pertemuan pemantapan perencanaan RSUD Kab/Kota se Propinsi Riau, pembinaan penatausahaan pemantapan program pelayanan rujukan ke 12 RS serta bimbingan teknis ke RSUD Kab/Kota.

3.3. Program Promosi Kesehatan

Tujuan : Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk memelihara , meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungan menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif.

Sasaran :

1. Meningkatnya persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan 60 %.

(29)

3. Meningkatnya persentase tempat – tempat umum sehat menjadi 50 %.

4. Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi 65 %.

5. Meningkatnya persentase institusi yang dibina pelayanan kesehatan lingkungan menjadi 70 %.

6. Meningkatnya persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menjadi 80 %. 7. Meningkatnya persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 90 %. 8. Meningkatnya persentase Posyandu Purnama dan mandiri menjadi 40 %.

9. Meningkatnya persentase upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan menjadi 15 %.

10. Meningkatnya persentase jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masyarakat rentan menjadi 100 %.

11. Meningkatnya persentase deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah menjadi 90 %.

12. Meningkatnya persentase pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru/ UKS / Dokter kecil menjadi 100%. 13. Meningkatnya persentase pelayanan kesehatan remaja menjadi 80 %.

Target Tahun 2005 :

1. Persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan , desa menjadi 65 % , kota meningkat menjadi 75 %.

2. Keluarga yang menggunakan air bersih di desa menjadi 75% dan di perkotaan menjadi 85%.

3. Persentase tempat – tempat umum sehat menjadi 65 %.

4. Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi 50 %. 5. Persentase institusi yg dibina pelayanan kesehatan lingkungan menjadi 60 %. 6. Persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menjadi 65 %.

(30)

7. Persentase desa dengan garam beryodium baik menjadi 60 %. 8. Persentase Posyandu Purnama dan mandiri menjadi 25 %.

9. Persentase upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan mjd 12 %. 10. Persentase jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masyarakat

rentan menjadi 65 %.

11. Persentase deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah mjd 60 %. 12. Persentase pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan

atau tenaga terlatih / guru/ UKS / Dokter kecil menjadi 70%. 13. Persentase pelayanan kesehatan remaja menjadi 65 %.

Kegiatan Tahun 2005 :

Untuk mencapai sasaran program promosi kesehatan yang meliputi antara lain : Peningkatan persentase Posyandu Purnama dan mandiri, peningkatan persentase jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar, peningkatan persentase pemeriksaan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/ guru UKS/ dokter kecil ,persentase upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan, kegiatan yang dilakukan meliputi 18 item kegiatan yang bersumber dari APBD dan APBN.

Kegiatan tersebut antara lain : Survei PHBS di Kab.kampar, Rohul, kuansing dan Bengkalis, analisa data penyusunan profil promosi kesehatan, analisa data penyusunan profil upaya kesehatan kerja, penatalaksanaan program JPKM di Kab/ Kota dan pertemuan tahunan di Jakarta, penilaian kinerja Posyandu dan jambore kader Posyandu, konsultasi integrasi program promosi kesehatan dan rencana kegiatan 2005, penyebarluasan informasi melalui media elektronik( RTV), penyuluhan Kadarzi di daerah rawan pangan dan gizi, penanggulangan KLB melalui kegiatan KLB, pembinaan daerah percontohan B2533 intergrasi promosi kesehatan, konsultasi program promosi kesehatan ke Depkes, pembinaan program penyuluhan gizi, monitoring dan pembinaan program promosi kesehatan, pemutaran film kesehatan, pertemuan program PKM

(31)

Program lingkungan sehat yang sasarannya adalah peningkatan persentase keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, peningkatan keluarga yang menggunakan air bersih di desa , peningkatan persentase tempat – tempat umum sehat , peningkatan persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat , peningkatan persentase institusi yang dibina pelayanan kesehatan lingkungan .

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut :

a. Peningkatan SDM dari program kesehatan lingkungan antara lain : pelatihan pengawasan kualitas udara, pelatihan pengawasan makanan dan minuman, pelatihan Amdal, pertemuan kota sehat di Mataram, pertemuan pengendalian / pengelolaan pencemaran lingkungan.

b. Kegiatan yang menunjang sarana prasarana program kesehatan ;lingkungan antara lain : bantuan stimulasi sarana air bersih serta pengawasan dan perbaikan kualitas air, bantuan sanitasi darurat dan pengendalian bahaya pencemaran, perbaikan kualitas air, pengadaan leaflet untuk penyuluhan kesehatan lingkungan, pengadaan laptop, komputer PC , printer.

c. Kegiatan dalam rangka peningkatan kinerja program kesehatan lingkungan antara lain ; pembinaan program kesehatan lingkungan di 11 Kab/ Kota, pengamatan faktor resiko lingkungan untuk pengendalian penyakit menular, surveilans kualitas air, bimbingan teknis investigasi pencemaran dan pengendalian lingkungan dan pengambilan sampel, bimbingan teknis investigasi keracunan makanan dan minuman, bimbingan teknis perbaikan kualitas air.

3.4. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Tujuan : Mencegah terjadinya dan tersebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat serta menurunkan angka kesakitan , kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.

(32)

1. Menurunnya angka kesakitan malaria per 1000 penduduk

2. Meningkatnya persentase penderita malaria yg diobati sampai dengan 100 %. 3. Menurunnya angka malaria klinis ( AMI ) diluar Barelang Binkar per 1000

penduduk menjadi 5 kasus.

4. Meningkatnya angka Malaria Positif ( API ) di Barelang Binkar per 1000 penduduk menjadi < 1

5. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+

6. Menigkatnya angka penemuan penderita baru BTA ( + ) menjadi 70 % 7. Meningkatnya angka konversi

8. Menurunnya angka kesalahan laboratorium sampai 5 %

9. Meningkatnya persentase darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS. 10. Meningkatnya angka AFP pada anak usia < 15 tahun per 100.000 penduduk. 11. Menurunnya angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk.

12. Meningkatnya persentase penderita DBD yang ditangani menjadi 80 %. 13. Meningkatnya persentase balita dengan diare yang ditangani.

14. Menurunnya angka kematian ( CFR ) di RS

15. Menurunnya prevalensi kusta < 1 per 10.000 penduduk. 16. Meningkatnya angka penemuan kasus pneumonia ( CDR ). 17. Menurunnya angka rabies pada manusia menjadi 0

18. Meningkatnya pencucian luka gigitan HPR 100 %.

19. Menurunnya prevalensi penyakit frambusia < 1 per 10.000 penduduk 20. Menurunnya microfilariasis menjadi 0

21. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji wanita Usia subur ( WUS ) menjadi 100 %.

(33)

23. Meningkatnya ETN kasus TN per 1000 kelahiran hidup sampai 1 orang. 24. Menurunnya BIAS > 90 %

25. Meningkatnya cakupan TT WUS sampai 100 %. Target Tahun 2005 :

1. Angka kesakitan malaria per 1000 penduduk , 20/ 1000

2. Persentase penderita malaria yang diobati sampai dengan 70 %.

3. Angka malaria klinis ( AMI ) diluar Barelang Binkar per 1000 penduduk menjadi 40 persen.

4. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ > 85%. 5. Angka penemuan penderita baru BTA ( + ) menjadi 60 % 6. Angka konversi > 80 %.

7. Angka kesalahan laboratorium sampai 5 %

8. Prevalensi HIV ( Persentase kasus terhadap penduduk beresiko) < 1 %. 9. Persentase darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS 100 %.

10. Angka AFP pada anak usia < 15 tahun per 100.000 penduduk , 18 orang. 11. Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk, 15 kasus.

12. Persentase penderita DBD yang ditangani menjadi 75 %. 13. Persentase balita dengan diare yang ditangani menjadi 80 %. 14. Angka kesakitan diare ( IR) per 1000 penduduk , 220 kasus. 15. Persentase rumah / bangunan bebas jentik nyamuk aedes 75 %. 16. Angka kematian ( CFR ) di RS 1 %.

17. Persentase kusta < 1 per 10.000 penduduk.

18. Angka penemuan kasus pneumonia ( CDR ) , 30 %. 19. Angka rabies pada manusia menjadi < 10 kasus.

(34)

20. Pencucian luka gigitan HPR 100 % menjadi 80 % 21. Prevalensi penyakit frambusia < 1 per 10.000 penduduk 22. Microfilariasis ( MF Rate < 1 % ) menjadi <3%.

23. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji menjadi 90 %.

24. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji wanita Usia subur (WUS) menjadi 80 %.

25. Cakupan imunisasi meningitis menigococcus, tetravalen 100 %. 26. UCI desa 85%.

27. ETN kasus TN per 1000 kelahiran hidup sampai 1 orang. 28. Menurunnya kasus campak menjadi 50 %.

29. BIAS > 90 %

30. Cakupan TT WUS sampai 85 %. Kegiatan Tahun 2005 :

1. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja program P2M baik di Propinsi maupun di Kabupaten / Kota salah satunya adalah bimbingan dan pembinaan program P2M.

2. Untuk mengetahui permasalahan program P2M di kabupaten/kota sesuai local specific area dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program tahun 2004 serta perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang, telah dilaksanakan Pertemuan Review Program P2M se Propinsi Riau. Pertemuan ini dilaksanakan guna mengevaluasi pelaksanaan program P2M tahun 2005 di kabupaten/kota dan memberikan solusi yang tepat sesuai local specific area serta mampu melakukan Sistim Kewaspadaan Dini (SKD), Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan KLB di daerah.

3. Angka kesakitan DBD di Propinsi Riau masih tinggi dan perlu diwaspadai yaitu 42,2 per 100.000 penduduk. Angka DBD tinggi karena ada KLB di kota Pekanbaru. Kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan tersebut

(35)

antara lain :

a) Penanggulangan Fokus DBD

Penanggulangan fokus dilakukan bila dari hasil penyelidikan epidemiologi ditemukan positif jentik, selanjutnya dilakukan penyemprotan rumah dengan radius 100 meter dari tempat kasus DBD dan dilakukan 2 siklus dengan jarak waktu 1 minggu. Tahun 2005 telah dilakukan penanggulangan fokus DBD sebanyak 75 fokus.

b) Peningkatan Kinerja P2DBD

Kegiatan ini antara lain melakukan pembinaan dan pemantauan program P2DBD di Kab/ Kota se Propinsi Riau.

c ) Pokjanal DBDmerupakan wadah dalam upaya menggerakkan masyarakat dalam PSN DBD serta gerakan 3 M untuk menanggulangi penyakit demam berdarah.Pertemuan pokjanal dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan peran dan fungsi Pokjanal yang ada di Tingkat Propinsi dan Kab/kota dalam penanggulangan DBD. Pertemuan Pokjanal DBD Sumbagut tahun 2005 dilaksanakan di Pekanbaru. Untuk meningkatkan peran pokjanal DBD sebagai wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam peningkatan peran serta masyarakat melaksanakan PSN DBD, pada tahun 2006 – 2007 disepakati untuk menyusun rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh pusat, Propinsi dan Kab/Kota meliputi revitalisasi Pokjanal DBD, pelatihan /orientasi bagi pengurus dan pelaksana Pokjanal DBD disemua tingkatan, sosialisasi dan advokasi serta pemberdayaan LSM dalam PSN melalui kegiatan Jum’at / Minggu bersih.

d ) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan yang paling tepat dalam pemberantasan DBD.Dinas Kesehatan Propinsi akan mengirimkan edaran-edaran yang berhubungan dengan penanggulangan DBD ke Kab/Kota (Bupati/Walikota) serta Dinas terkait.

e ). Pelatihan Penatalaksanaan Kasus DBD. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas khususnya di unit pelayanan dalam penatalaksanaan kasus DBD secara cepat dan tepat sehingga angka kematian akibat DBD dapat diturunkan.

(36)

Dalam rangka penanggulangan penyakit DBD diadakan kegiatan pengadaan bahan larvasida.

4. Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 Malaria adalah : penyemprotan untuk 1000 rumah, pengadaan bahan insektisida untuk bahan program malaria, magang bagi petugas mikroskopis malaria di laboratorium kesehatan daerha Pekanbaru.

5. Untuk menurunkan angka kesakitan ISPA, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan MTBS oleh pengelola program P2 ISPA/Diare dan pengelola program gizi.

6. Program pemberantasan penyakit Tuberculosis ( TBC) telah dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut : validasi data program TB di untuk memperoleh data data program TB yang akurat, pengadaan bahan untuk P2TB ( reagensia dan Form TB01 – TB13).

7. Untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten / Kota dan Puskesmas , serta meningkatkan kualitas data surveilans epidemiologi telah dilakukan pelatihan pengolahan data sistem surveilans terpadu.Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangka mensosialisasikan Kepmenkes RI Nomor : 1116 /

MENKES/SK/VIII/2003 tentang penyelenggaraan Sistem Surveilans

Epidemiologi Kesehatan dan Kepmenkes Nomor: 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu , serta meningkatkan SDM dalam pengolahan data STP tersebut dengan menggunakan Software STP, sehingga data yang berdasarkan dari Puskesmas dapat diolah dengan cepat dan tepat di Kabupaten / Kota dan seterusnya dikrimkan ke Propinsi.

8. Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2005 telah dapat melakukan penyelidikan dan penanggulangan terhadap 20 kejadian luar biasa ( KLB) di propinsi Riau

(37)

penemuan kasus AFP, pelacakan dan pengambilan specimen, bimtek program surveilance AFP dan konsultasi program AFP ke pusat.

10. Kegiatan sero survey tahun 2005 dilaksanakan pada 2 lokasi di lokalisasi sentinel maupun adhoc untuk memperoleh data prevalensi PMS dan HIV di lokasi tersbut.

11. Dalam proses penyelenggaraan kesehatan haji baik ditanah air dan di Arab Saudi

diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dalam menanggani

kegawatdaruratan.Untuk meningkatkan kualitas keterampilan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia dalam penanganan gawat darurat data telah dilakukan Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat darurat dan Manajemen Resiko bagi Tenaga Kesehatan Haji Indonesia.

12. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I ), hanya 7 yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi , disebabkan karena besarnya masalah yang ditimbulkan, keganasan penyakit, efektivitas vaksin, dan kemungkinan pengadaan vaksin .Pada Imunisasi Rutin Pemberian vaksinasi pada bayi terdiri dari imunisasi DPT 1,2 dan 3 ; Polio 1,2,3 dan 4 ; Campak dan Hepatitis 1,2 dan 3. Jumlah bayi yang harus diberi vaksinasi pada tahun 2005 sebanyak 111.683 bayi, sedangkan jumlah Ibu hamil sebanyak 122.991 bumil. Pekan Imunisasi Nasional ( PIN) tahun 2005 telah diadakan sampai dengan 4 putaran.

13. Dalam rangka penanggulangan bencana telah dilakukan pemetaan wilayah rawan bencana , diadakan kegaitan pelatihan penanggulangan bencana bagi petugas Kab/Kota yang dibiayai baik dari APBD maupun APBN.

3.5. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya. Tujuan :

1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, Napza dan bahan berbahaya.lainnya.

(38)

kesehatan yang tidak memenuhi persayaratan mutu dan keamanan.

3. Menjamin ketersediaan , keterjangkauanan dan pemerataan obat bermutu yang dibutuhkan masyarakat.

Sasaran :

1. Meningkatnya persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan 2. Meningkatnya persentase pengadaan obat esensial

3. Meningkatnya persentase pengadaan obat generik 4. Meningkatnya persentase penulisan resep obat generik 5. Meningkatnya persentase penggunaan obat rasional

6. Meningkatnya proporsi kasus penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA

7. Meningkatnya persentase industri terdaftar

8. Meningkatnya persentase obat generik berlogo dalam persediaan obat. Target Tahun 2005 :

1. Persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan mencapai 60 %. 2. Persentase pengadaan obat esensial menjadi 77 %.

3. Persentase pengadaan obat generik 100%. 4. Persentase penulisan resep obat generik 42%. 5. Persentase penggunaan obat rasional 30 %.

6. Proporsi kasus penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA 7. Persentase industri terdaftar

8. Persentase Obat Generik Berlogo dalam persediaan obat menjadi 42 %. Kegiatan Tahun 2005 :

(39)

kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Kegiatan dana APBD :

1. Konsultasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Kosalkes dan Makmin ke Dirjen Yanfar Depkes RI

2. Pertemuan Konsultasi Program Farmasi , Alat Kesehatan , Makanan Minuman se Propinsi Riau

3. Pelatihan Penggunaan Software Data Ketersediaan Obat untuk Pengelola Obat Kabupaten / Kota

4. Penyediaan obat pelayanan kesehatan dasar untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota.

5. Penyediaan Obat untuk pelayanan kesehatan dasar untuk Buffer stock Propinsi Riau

6. Monitoring / survey penggunaan obat rasional oleh tenaga kesehatan di Propinsi Riau

7. Monitoring kasus penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit se Prop. Riau 8. Pengadaan Peralatan Medis Puskesmas Jl. Imam Munandar Pekanbaru.

9. Pengadaan Peralatan Medis dan Non Medis Puskesmas Kampar Kiri Kabupaten Kampar

10. Pengadaan Peralatan medis RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan 11. Pengadaan Peralatan Medis RSUD Duri Kabupaten Bengkalis

12. Pengadaan Peralatan Medis dan Non Medis RSUD Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu

13. Pengadaan Peralatan Medis Puskesmas Kabupaten Indragiri Hilir 14. Pengadaan Peralatan Medis RSUD Kabupaten Rohul

15. Pengadaan Peralatan Medis RSUD Kabupaten Siak Dana APBN

1. Pelatihan Penggunaan Obat Rasional bagi Perawat Puskesmas Kabupaten/Kota 2. Pembekalan Tenaga Farmasi dalam Rangka Pelayanan Farmasi Komunitas &

(40)

3. Pelatihan Pengelola Obat Terpadu di Kabupaten / Kota 4. Sosialisasi Warung Obat Desa

5. Pelatihan Management Obat Disamping itu kegiatan rutin sbb. :

1. Melaksanakan pendataan sarana distribusi dan sarana pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan sarana pelayanan obat dan alat kesehatan , seperti PBF, PBAK , Gudang Farmasi.

2. Menelaah permohonan dan melakukan pemeriksaan setempat terhadap Cabang / Sub Penyalur Alat Kesehatan yang mengajukan permohonan Izin.

3. Mengeluarkan rekomendasi tentang Izin Industri Obat Tradisional

4. Menindaklanjuti laporan dari Balai POM terhadap hasil pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional

5. Mengevaluasi dan merekapitulasi laporan mutasi obat , OKT dan Narkotika dari Pedagang Besar Farmasi se Propinsi

6. Mengevaluasi dan merekapitulasi laporan Obat Keras Tertentu, Narkotika dari Dinas kabupaten / Kota se Propinsi Riau

7. Memantau dan memonitor ketersediaan obat dengan merekapitulasi laporan mutasi obat Gudang Farmasi Kabupaten / Kota se Propinsi Riau

8. Mengevaluasi dan merekapitulasi laporan penggunaan OGB di Apotik

9. Merekapitulasi dan mengevaluasi laporan Obat Keras tertentu (OKT) , Narkotika dari Rumah Sakit se Propinsi Riau

10. Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap sarana distribusi Obat dan alat kesehatan.

(41)

Kesehatan Kabupaten / Kota.

12. Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis serta melakukan pendataan tenaga, sarana pada Gudang Farmasi Kabupaten / Kota dalam Pengelolaan Obat Kabupaten / Kota dengan melaksanakan monitoring langsung ke Gudang Farmasi Kabupaten / Kota. (Data Profil GFK terlampir).

13. Mengadakan evaluasi dan analisa terhadap seluruh kegiatan serta melakukan langkah-langkah yang mengarah kepada peningkatan dan penyempurnaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

14. Mengelola obat buffer stock Propinsi dan obat buffer stock nasional

15. Memonitoring pelaksanaan renovasi Gudang Obat Propinsi dan Kabupaten / Kota (Kampar dan Pekanbaru) yang dananya berasal dari APBN (Tugas Perbantuan). 16. Mengikuti pertemuan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI.

17. Membuat profil Gudang Farmasi Kabupaten / Kota sehingga didapati data tentang situasi dan kondisi sarana , prasarana serta SDM pengelolaan obat di Kabupaten / Kota se Propinsi Riau.

3.6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Tujuan :

1. Mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan agar dapat mencapai visi, misi, tujuan , kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. 2. Berkembangnya sitem informasi kesehatan disemua tingkat.

3. Terwujudnya tenaga kesehatan yang profesional dan merata sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Terwujudnya manajemen tenaga kesehatan yang baik sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku

(42)

5. Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan. Sasaran :

1. Meningkatnya persentase dokumen perencanaan kesehatan.

2. Meningkatnya persentase Kab/ kota yang membuat Profil Kesehatan

3. Meningkatnya persentase Kab/ Kota yang membuat laporan evaluasi program 4. Meningkatnya persentase Kab/ Kota yang melaksanakan SP2 TP

5. Meningkatnya persentase dokumen laporan evaluasi program Target Tahun 2005 :

1. Persentase Kab/ kota yang membuat Profil Kesehatan mencapai 100%. 2. Persentase Kab/ Kota yang membuat laporan evaluasi program minimal 60%. 3. Persentase Kab/ Kota yang melaksanakan SP2 TP mencapai 85 %.

4. Persentase dokumen laporan evaluasi program menjadi 100%. Kegiatan Tahun 2005 :

Kegiatan Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan antara lain :

1. Membuat dokumen perencanaan kesehatan: RENSTRA, AKU,RASK/DASK, RKAKL, Profil Kesehatan Kab/ Kota se Propinsi Riau, dokumen laporan LAKIP dan Laporan Tahunan, laporan evaluasi program serta Sistem kesehatan Daerah (SKD).

2. Kegiatan dalam bentuk koordinasi dengan program dan Kab/ Kota antara lain : Konsultasi Anggaran dan Perencanaan ; Pemutahiran data kesehatan; Pertemuan Validasi Data; pertemuan pendataan sarana, peralatan dan pembiayaan kesehatan 3. Peningkatan Sumber daya manusia dengan Pelatihan GIS, Pelatihan KW SPM,

Pelatihan DHA/PHA.

3.7. Program Sumber Daya Kesehatan Tujuan :

1. Meningkatnya jumlah , mutu , daya saing dan penyebaran SDM Kesehatan serta meningkatnya efektifitas dan efisiensi penggunaan biaya kesehatan

(43)

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, prasarana serta dukungan logistik yang memadai.

Sasaran :

1. Meningkatnya Rasio Dokter per 100.000 penduduk.

2. Meningkatnya Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk 3. Meningkatnya Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk 4. Meningkatnya Rasio Apoteker per 100.000 penduduk 5. Meningkatnya Rasio Bidan per 100.000 penduduk 6. Meningkatnya Rasio Perawat per 100.000 penduduk 7. Meningkatnya Rasio Ahli Gizi per 100.000 penduduk 8. Meningkatnya Rasio Ahli sanitasi per 100.000 penduduk

9. Meningkatnya Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk 10. Meningkatnya Proporsi Puskesmas terhadap 30.000 penduduk.

11. Meningkatnya Jumlah RS yang terakreditasi

12. Meningkatnya Jumlah Puskesmas Percontohan di setiap Kab/ Kota. Target Tahun 2005 :

1. Rasio Dokter per 100.000 penduduk menjadi 25.

2. Rasio Dokter Spesialis per 100.000 penduduk menjadi 3. 3. Rasio Dokter Gigi, 7 orang per 100.000 penduduk

4. Rasio Apoteker , 4 orang per 100.000 penduduk 5. Rasio Bidan , 40 orang per 100.000 penduduk 6. Rasio Perawat , 55 orang per 100.000 penduduk 7. Rasio Ahli Gizi , 10 orang per 100.000 penduduk 8. Rasio Ahli sanitasi, 25 orang per 100.000 penduduk

(44)

9. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat, 25 orang per 100.000 penduduk 10. Proporsi Puskesmas, 1 buah Puskesmas terhadap 30.000 penduduk. 11. Jumlah RS yang terakreditasi

12. Jumlah Puskesmas Percontohan di setiap Kab/ Kota terdapat 2 buah Puskesmas Percontohan.

Kegiatan Tahun 2005 :

Pada tahun 2005 ini Kegiatan untuk pemenuhan tenaga dan peningkatan kualitas tenaga dilakukan oleh Subdin Prasarana dan Subbag Kepegawaian.

1. Upaya peningkatan Sumber Daya Kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi Riau dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan meliputi 14 kegiatan sarana prasarana peningkatan dan pengembangan SDM yaitu terlaksananya pengembangan SPK dan AKPER Pemerintahan Propinsi Riau di Rengat, diadakannya Pelatihan Khusus Tenaga Pengajar Diknakes Propinsi Riau untuk 1 angkatan ( Kurikulum Berbasis Kompetensi ), tercapainya pendidikan berkelanjutan gudosen dan nakes, diadakannya Pelatihan Instruktur Klinik AKPER/AKBID di Propinsi Riau, terlaksanaya akreditasi di 6 institusi diknakes, dilaksanakannya bimbingan teknis pengelolaan pendidikan kesehatan, diselenggarakannya secara operasional Poltekkes Pekanbaru jurusan Kebidanan/Keperawatan dan Gizi, Disusunnya kurikulum Standar Operasional Prosedur (SOP) Kebidanan Propinsi Riau, terselenggaranya pengadaan peralatan laboratorium dan mobileur untuk kantor/asrama AKPER Pemerintah Propinsi Riau di Rengat, terlaksanaya pengadaan laboratorium kimia dasar/gizi tahap 2 Poltekkes Pekanbaru, terselenggaranya pembangunan laboratorium kimia dasar dan praktek jurusan gizi lanjutan, terlaksanaua pembangunan ruang serba guna dan rehabilitasi ruang belajar/kantor/musholla AKPER Pemerintah ropinsi Riau di Rengat dan tersedianya buku pustaka jurusan gizi 8 paket Poltekkes Pekanbaru.

2. Kegiatan yang menunjang kepada peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan calon PNS, PNS ataupun tenaga kesehatan PTT ( Dokter, Dokter

(45)

Gigi , Bidan dsb ). Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2005 dari hasil pengukuran kinerja, terlihat beberapa kegiatan dapat direalisasi 100 % seperti Latihan Pra Tugas Dokter /Dokter Gigi PTT, Honor Tim Penilai Angka Kredit/ Sekretaris Jabatan Fungsional Tenaga Ahli dan Terampil, Konsulidasi Diklat ke Pusat, TOT Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan ke Jakarta, dan TOT Pengangkatan Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan ke Jakarta.

3. Peningkatan sarana di Balai Pelatihan Kesehatan adalah pengadaan alat penunjang Bapelkes

(46)

BAB IV

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

MENUJU RIAU SEHAT 2008

Pencapaian program pembangunan kesehatan Propinsi Riau digambarkan dengan pencapaian Indikator “Riau Sehat 2008” serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari indikator Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Riau Sehat digolongkan ke dalam: (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator – indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi, (2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator – indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses & mutu pelayanan kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan , yang terdiri atas indikator – indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

I. DERAJAT KESEHATAN

Derajat Kesehatan dipengaruhi empat faktor ; Lingkungan ( fisik, biologi, ekonomi, sosbud), Perilaku, Pelayanan Kesehatan dan Keturunan. Secara umum Derajat Kesehatan Masyarakat Riau dari tahun ke tahun terjadi peningkatan, walaupun pada tahun 2002, angka kematian bayi meningkat dari tahun 1997.

Indikator derajat kesehatan masyarakat secara kuantitatif dapat dilihat dari angka umur harapan hidup (Eo), angka kematian bayi, status gizi dan angka kesakitan. Angka-angka ini didapat dari survei-survei terbatas sehingga angka tersebut tidak dapat digambarkan keadaan per tahunnya. Keadaan ini dapat dilihat yang tertulis pada berikut ini.

(47)

1.1.. UMUR HARAPAN HIDUP (Eo)

Derajat kesehatan masyarakat Propinsi Riau pada umumnya telah meningkat pada tahun 2002 jika dibandingkan dengan tahun 1999. Dari sumber data DepKes RI dan BPS Riau, umur harapan hidup dari mereka yang dilahirkan pada tahun 1999 yaitu 67,8 tahun sedangkan mereka yang dilahirkan pada tahun 2000 umur harapan hidupnya 67,9 tahun .

Tabel 1.1

Estimasi Umur Harapan Hidup (Eo) Riau 1992-2002

Tahun Eo Sumber Data

1992 63,98 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI

1997 66,06 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI

1999 67,8 Lamp. Profil Kes Indonesia 2000, DepKes RI

2002 67,9 Indeks Pembangunan Manusia Riau 2002, BPS Riau

1.2. ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (AKI)

Angka Kematian Ibu Maternal menggambarkan status gizi dan kesehatan, tingkat pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan dan masa nifas. AKI sampai saat ini baru diperoleh dari survei-survei terbatas. Angka yang di dapat dari berbagai survei tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2.

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Per 100.000 Kelahiran Hidup Indonesia

Data AKI SKRT 1980 150 SKRT 1986 450 SKRT 1992 425 SDKI 1994 390 SKRT 1995 373 SDKI 2002-2003 307

(48)

Bila dilihat dari tabel di atas, AKI mengalami penurunan dari tahun 1980 – 2002. Keadaan ini mencerminkan status gizi ibu hamil, cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil/ibu melahirkan oleh tenaga kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan serta sosial ekonomi ibu maternal terjadi peningkatan. Meningkatnya derajat kesehatan Ibu Maternal berdampak positif terhadap menurunnya angka kematian bayi (lihat tabel 4 AKB).

1.3. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Propinsi Riau cenderung menurun dari tahun 1994 – 2002. Keadaan ini menggambarkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan terhadap perinatal semakin membaik.

Tabel 1.3.

Angka Kematian Bayi ( AKB ) Per 1.000 Kelahiran Hidup Riau 1994, 1997, dan 2002

Tahun AKB Sumber Data

1994 72 SDKI 2002 - 2003

1997 60 SDKI 2002 - 2003

2002 43 SDKI 2002 - 2003

1.4. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

AKABA adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 penduduk umur < 5 tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita di Propinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar

Tabel 1.5. Angka Kematian Kasar  Per 1.000 Penduduk Propinsi Riau
TABEL 1.9 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT DBD   DI PROPINSI RIAU
GRAFIK 4  0102030405060Cakupan (%)
Grafik  KLB  keracunan  makanan  yang  terjadi  selama  periode  tahun  2005  di  Propinsi Riau dapat dilihat pada tabel dibawah ini
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Proforma Posisi Keuangan Konsolidasian Ringkasan Perseroaan semata-mata disusun untuk mencerminkan dampak keuangan material atas informasi Laporan Keuangan

Pengumpulan jejak-jejak masa lampau dalam tahap ini, menggunakan satu sumber yaitu sumber tertulis, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi pustaka dengan

Lahir Jenis Kelamin Program Studi Status Perkawinan Asal SLTA/PT Angkatan Tanggal Lulus Pekerjaan Agama IPK No.. Lahir Jenis Kelamin Program Studi Status Perkawinan Asal

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

masih jauh dari KKM yang ditetapkan, hal ini terlihat dari nilai evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia, lebih dari 23 orang (60%) dari seluruh siswa

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Ruangan yang terdapat pada halaman Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh (.. naskah harus diisi penuh (  justified ), artinya  justified  ), artinya