• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN

MALANG I

SKRIPSI

Oleh :

Muhammad Din Haq 05110063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK

IBRAHIM MALANG

(2)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN

MALANG I

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

Oleh :

Muhammad Din Haq 05110063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK

IBRAHIM MALANG

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN MALANG I

SKRIPSI OLEH:

MUHAMMAD DIN HAQ NIM : 05110063

Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M.Ag NIP: 150 267 279

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pdi NIP. 150 267 235

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Din Haq (05110063) telah dipertahankan

di depan dewan penguji pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan nilai A Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal 08 Agustus 2009

Panitia Ujian Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297 Sekretaris Sidang M. Amin Nur, MA :_______________________ NIP. 150 327 263 Pembimbing, Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297 Penguji Utama Marno, M. Ag :_______________________ NIP. 150 321 639 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502

(5)

PERSEMBAHAN

Karyaku ini akan aku persembahkan pada orang - orang yang terdekat denganku

dan telah membantuku selama ini, mereka adalah :

1. Ayah dan ibuku tercinta (Abd. Manaf & Mabruroh), karena merekalah yang

telah membesarkanku sampai saat ini.

2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Saudara-saudaraq satu perjuangan dan satu atap mereka adalah temen-temen

MES: Howos, mas. Arip, mas Sunu, Samsul, Bagus, amin, syarib, dan rodhi

yang telah membantu menghitung data statistik.

4. Temen-temen kerjaan, mas Halim yang sudah membantu dan memberi

masukan, mas Idris yang selalu cooperative, obet, dll yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

5. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkanku

dalam menulis skripsi ini.

6. Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan fakultas tarbiyah.

7. M. Padil, M. Pdi selaku ketua jurusan PAI.

8. Kepala sekolah MAN Malang I, dan seluruh guru beserta karyawan dan

murid-murid kelas XI yang telah membantu dalam penggalian data.

9. Dan yang terakhir adalah mahasiswa psikologi smt VI yang telah membantu

saya dalam segala hal, dan kamu telah banyak berjasa atas semua ini, terima

(6)

Motto

ŸŸŸŸω

ω

ω

ω

ßßßß#

#

#

#

ÏÏÏÏkkkk====ssss3333ãããッƒƒ

ªªªª!

!

!

!

$$$$####

$$$$

²²²²¡¡¡¡øøøøttttΡΡΡΡ

āāāāω

ω

ω

ω

ÎÎÎÎ))))

$$$$

yyyyγγγγyyyyèèèèóóóó™™™™ããããρρρρ

(7)

Nota Dinas Pembimbing Dra. Hj. Sulalah, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Muhammad Din Haq Malang, 25 Juli 2009

Lamp : 1 (satu) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Muhammad Din Haq

NIM : 05110063

Jurusan : PAI

Judul Skripsi :

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI MAN Malang I

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk ujian.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP: 150 267 279

(8)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 25 Juli 2009

(9)

KATA PENGANTAR

U|áÅ|ÄÄt{|ÜÜt{ÅtÇ|ÜÜt{|Å

Alhamdulillah, tiada kata-kata yang pantas dan patut penulis ucapkan

selain ungkapan rasa syukur kehadirat-Mu Ya Allah, dengan taufik, hidayah dan

limpahan rahmat-Mu lah serta ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar

Siswa“

Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurah dan terlimpahkan kepada

tauladan seluruh umat manusia, pemimpin umat Islam beliaulah Nabi Muhammad

SAW. beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya, karena beliaulah sampai saat

ini kita dapat menikmati tentramnya iman dan indahnya Islam.

Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Yang Tercinta; Ayah dan Ibu yang telah mendukung baik dari segi materi

maupun moril. Beserta keluarga besarku yang dengan adanya mereka maka

aku mempunyai garis keturunan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

(10)

5. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan pikiran, guna

memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. H Zainal Mahmudi, M. Ag selaku kepala madrasah MAN Malang

I beserta para dewan guru dan karyawan dan para murid-murid kelas XI yang

telah banyak membantu dalam pengumpulan data selama ini.

7. Seluruh sahabat-sahabati PMII Rayon CHONDRODIMUKO dan

kawan-kawan IMADU (ikatan mahasiswa alumni Darul ‘Ulum) yang dengan

kebesaran hati mendoakan saya di sela-sela kegiatan mereka

Penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah semoga amal baik Bapak/Ibu

serta sahabat-sahabat akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak menutup kemungkinan masih

terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya dan semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita

semua sehingga dapat mengemban tugas untuk melaksanakan pendidikan.

Malang, 25 Juli 2009 Penulis

Muhammad Din Haq

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 VARIABEL PENELITIAN

TABEL 3.2 PEDOMAN PEMBERIAN SKOR

TABEL 3.3 BLUE PRINT SKALA POLA ASUH

ORANGTUA

TABEL 4.1 SASARAN PROGRAM

UNGGULAN

TABEL 4.2 DATA LUAS TANAH

TABEL 4.3 KEADAAN GEDUNG MADRASAH

MAN MALANG I

TABEL 4.4 KEADAAN PERSONIL SEKOLAH

TABEL 4.5 KEADAAN SISWA

TABEL 4.6 KEADAAN TIDAK NAIK KELAS,

TIDAK LULUS, DAN PUTUS SEKOLAH

TABEL 4.7 INPUT DAN OUTPUT NEM

PESERTA DIDIK

TABEL 4.8 DATA NUN LIMA TAHUN

TERAKHIR

TABEL 4.9 DATA PRESTASI NON

AKADEMIK

TABEL 4.10 KEGIATAN KEAGAMAAN

TABEL 4.11 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA

ASUH DEMOKRATIS

TABEL 4.12 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA

ASUH OTORITER

TABEL 4.13 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA

ASUH PERMISIF

TABEL 3.14 DISTRIBUSI FREKUENSI

PRESTASI SISWA

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ANGKET LAMPIRAN

LAMPIRAN 2 REKAP NILAI SISWA

LAMPIRAN 3 HASIL ANGKET

LAMPIRAN 4 RELIABILITY

LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI

FREKUENSI

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING... vii

HALAMAN PERNYATAAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

ABSTRAK... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

G. Penegasan Istilah... 8

(14)

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pola Asuh Orangtua ... 11

1. Pengertian Pola Asuh. ... 11

2. Pola Asuh Dalam Perspektif Islam ... 14

3. Macam-macam Pola Asuh... 18

4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak... 27

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua. ... 35

B. Prestai Belajar... `39

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 39

2. Macam-macam Prestasi Belajar... 42

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . 43 4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 54

B. Variabel Penelitian... 54

C. Sumber Data ... 57

D. Populasi dan Sampel ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Validitas dan Reliabilitas ... 61

G. Metode Pengumpulan Data ... 63

(15)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

1. Sejarah Obyek Penelitian ... 68

2. Visi, Misi, dan Tujuan... 70

3. Sasaran Program Unggulan ... 72

4. Sarana dan Prasarana... 75

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 78

6. Data Siswa ... 82

7. Sumber Belajar... 87

8. Kegiatan Keagamaan... 89

9. Gambaran Umum Orangtua Siswa ... 91

B. Analisis Statistik Deskriptif... 91

1. Pola Asuh Orangtua ... 91

2. Prestasi Belajar Siswa ... 95

3. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 96

BAB V PEMBAHASAN A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa Kelas XI MAN Malang I... 97

B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I... 103

(16)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

ABSTRAK

Muhammad Din Haq, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa

Kelas XI MAN Malang I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag

Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari pekerjaan, sedangkan belajar adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua siswa terhadap anaknya. Setelah diketahui bagaimana pola asuh yang diterapkan langkah selanjutnya adalah mencari pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket (kuesioner), wawancara dan metode dokumentasi. Subjek penelitiaan ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 236 dan diambil sampel sebanyak 60 siswa atau 25 % dari jumlah populasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana.

Dari hasil analisis deskriptif diperoleh: (a) pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa adalah pola asuh campuran dari ketiga tipe yaitu demokratis, otoriter, dan permisif dengan rincian sebagai berikut: demokratis 32 %, otoriter 35 %, dan permisif 47 %. (b) prestasi belajar dari 60 siswa mayoritas berada pada level prestasi tinggi dengan frekuensi sebesar 32 siswa atau 53 %. Dari hasil uji regresi linier sederhana diperoleh: angka r sebesar 0.638 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.5, jadi hipotesis nol ditoalak dan hipotesis kerja diterima. Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400 yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Disarankan bagi pihak sekolah untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis antara sekolah dengan wali murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan

sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu

terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara

perorangan maupun antara kelompok.1 Pihak-pihak yang terlibat

menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan

yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh

karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada

bersamaan dengan kehidupan manusia.

Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang

sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah

situasi dan kondisi keluarga yang negatif.2 Keluarga adalah pondasi utama

bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua

merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan

pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya.

Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi

kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe

kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi

1

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm 1

2

(19)

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam

rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan

mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.3

Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan

generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta

berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan

genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung

dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek

mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu.

Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.4

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh

setiap orang5. Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan

menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak

dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih

penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling

cocok dengan situasi kebudayaan kita.

3

Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9

4

Ibid., hlm. 23

5

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. V

(20)

Tokoh Lintang dalam sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi

karangan Andrea Hirata menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang

berasal dari keluarga yang miskin, ibunya telah meninggal dan bapaknya

adalah seorang nelayan tradisional di pulau Belitong (Bangka Belitung) yang

setiap harinya selalu berangkat pagi dan pulang menjelang malam untuk

menangkap ikan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga waktu untuk

mendampingi anak-anaknya hampir tidak ada sama sekali, akan tetapi

semangat belajar yang tinggi itu dimiliki oleh sosok seorang Lintang. Dia

tidak mudah putus asa meski harus berjalan puluhan kilometer setiap harinya

untuk bersekolah

Lintang adalah sosok yang pintar bahkan memiliki IQ diatas rata-rata

bila dibandingkan dengan teman sebaya satu kelasnya, dia menjadi contoh

bagi teman-temannya untuk selalu belajar agar bisa menyaingi kepintarannya

di kelas. Contoh yang dihadirkan dalam sosok seorang Lintang adalah sebuah

refleksi bahwasannya tidak hanya faktor pola asuh saja yang dijadikan sebagai

acuan untuk menentukan prestasi seorang anak dalam belajarnya, akan tetapi

pola asuh adalah salah satu unsur yang mendukung anak untuk memeproleh

prestasi yang gemilang dalam proses belajarnya.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan

segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan

kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku

(21)

Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui

faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya

bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar

didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.

Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern

adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah yang ada di luar individu6

Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada

siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima

pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor

lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar

siswa.

Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta

perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan

terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk

dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap

orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga

menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah

6

(22)

sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh

orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai

budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang

dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan

menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari

Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para

siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model

pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu

pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang

dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa

berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam

perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi

keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat

bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga

sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa.

Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan

yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah

menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam

mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten.

Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan

prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing

(23)

tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar

menjadi bagian dari diri secara pribadi.7

Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika ada

seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan

belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah.

Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan

termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang

mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk

mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari

keluarga mampu.

Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam

pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari

keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat

belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan

dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka

yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit

dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak

diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang

pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya.

Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara

psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan

orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis

7

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20

(24)

disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan

tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar.

Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka

ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang

yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul

“Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa terhadap

anaknya?

2. Bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar

siswa kelas XI MAN Malang I?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelititan ini adalah:

1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pola asuh yang

diterapkan orangtua terhadap anaknya.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar

siswa

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai

(25)

2. Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat

digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam

dunia penelitian

E. HIPOTESIS

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul8.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis Kerja (Ha)

Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

b. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini

dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh

peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti.

Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola

asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I

G. PENEGASAN ISTILAH

Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kerancuan dalam

memahami maksud definisi istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka

dipandang perlu penegasan istilah dalam penelitian ini. Adapaun istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71

(26)

1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama

masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau

mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik

dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis,

otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah

dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai

hasil dari aktifitas dalam belajar

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi ini, maka

penulis akan menguraikan dalam enam bab sebagai berikut:

1. Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi

tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah.

2. Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variabel

penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam

perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi

anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.

3. Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang

digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan

sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode

(27)

4. Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil temapt

penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua,

prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Bab V, dalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan yang meliputi

bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa, bagaimana

prestasi siswa di sekolah, dan bagaimana pengaruh antara pola asuh

orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I

6. Bab VI, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari

penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang

(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh

Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua

memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan,

nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam

keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang

akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk

mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan

sebagai guru, penuntun, dan pengajar.

Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah

sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah

seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah

fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode

pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk

pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari

pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi

umat yang tangguh di dalam maupun di luar.

Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab

banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam

mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang

perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa

(29)

sikap dan moral, serta kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut

merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua.

Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak,

sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya

pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun

sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe

kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua

dan alasan orangtua mempunyai anak.9

Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh

adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang

lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh

adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu

lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik

maupun psikis.10

Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua

adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai

strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan.

Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart

perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.11

Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua

adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan

perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

9

Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976), hlm. 144

10

Ibid

11

(30)

Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang

berbeda dalam sebuah keluarga.

Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak

ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia

pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang

bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits

bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya

bersabda: “Inilah jalan Allah SWT yang lurus” Kemudian beliau membuat

garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda:

“Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang

menyesatkan” Kemudian beliau membaca ayat Al-Qur’an:

¨βr&uρ

#x‹≈yδ

‘ÏÛ≡uŽÅÀ

$VϑŠÉ)tGó¡ãΒ

çνθãèÎ7¨?$$sù

(

Ÿωuρ

(#θãèÎ7−Fs?

Ÿ≅ç6¡9$#

s−§xtGsù

öΝä3Î/

tã

Ï&Î#‹Î7y™

4

öΝä3Ï9≡sŒ

Νä38¢¹uρ

ϵÎ/

öΝà6‾=yès9

tβθà)−Gs?

∩⊇∈⊂∪

Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-an’am; 153)12

Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa pengertian pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua

dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk

membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik

dalam suatu lingkungan keluarga.

12

(31)

2. Pola asuh Orangtua Perspektif Islam

Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua

sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak.

Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah,

yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun

perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik,

mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan

dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan

sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan

memiliki tanggung jawab.

Doktrin islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat

mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang,

dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam.

Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu

karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan

keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.13

Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi

anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para

orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan

orangtua dengan anak-anaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut

watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak.

Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

:

ﻪﻠﻫﺄﺑ ﻢﻬﻔﻄﻟﺍﻭ ﺎﻘﻠﺧ ﻢﻬﻨﺴﺣﺃ ﺎﻧﺎﳝﺇ ﻥﻮﻨﻣﺆﳌﺍ ﻞﻤﻛﺃ ﻦﻣ ﻥﺇ

13

Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF Indonesia, 1986), hlm. 53

(32)

)

ﺬﻣﺮﺘﻟﺍ ﻯﻭﺭ

(

Artinya: “Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya” (HR. Tirmidzi).

Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik

anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana

pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu

menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa

yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan

mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang

secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam

keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam

keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan

keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat

mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi.

Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara

keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa

anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka

akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.14

Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa

bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban

untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan

14

(33)

hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan

dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar

menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka

telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa

melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji.

Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan

dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang

terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik

dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

:

ﻪﺘﻴﻋﺭ ﻦﻋ ﻝﻮﺌﺴﻣ ﻢﻜﻠﻛﻭ ﻉﺍﺭ ﻢﻜﻠﻛ

,

ﻪﺘﻴﻋﺭ ﻦﻋ ﻝﻮﺌﺴﻣﻭ ﻪﻠﻫﺃ ﰲ ﻉﺍﻭ ﺪﻟﺍﻮﻟﺎﻓ

,

ﺔﻴﻋﺍﺭ ﺓﺃﺮﳌﺍﻭ

ﺎﻬﺟﻭﺯ ﻝﺎﻣ ﰲ

ﺯﺎﻬﺘﻴﻋﺭ ﻦﻋ ﺔﻟﻮﺌﺴﻣﻭ ﻩﺪﻟﻭﻭ

)

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﺢﻴﺤﺻ

(

Artinya: “Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya” (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)

Menurut Dharmawan, terdapat tiga macam pola asuh orangtua dalam

mendidik anak, diantaranya:15

15

Budi Dharmawan dan Yoyoh Yusroh, Metode pendidikan Rasulullah SAW dalam

Mengembangkan kepribadian anak, one-line: http//www.pks-anz.org/print.php?sid. akses: 11

(34)

1. Pola asuh koersif

a. Cara orangtua mendisiplinkan anak tanpa memberi anak

kebebasan.

b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan

keputusan orangtua.

c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak.

2. Pola asuh permisif

a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin.

b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab

orangtua.

c. Tidak memberikan dorongan kepada anak.

3. Pola asuh dialogis

a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin.

b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya

sendiri.

c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak.

Dari ketiga macam pola asuh di atas, maka landasan pola asuh yang

diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah pola asuh dialogis yaitu tertib

dengan kebebasan, karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dan

diwajibkan oleh Allah SWT terhadap para utusannya. Disamping itu,

berpijak pada dorongan dan konsekuensi dalam membagun dan

(35)

Di bawah ini merupakan tiga fase pola asuh yang diterapkan oleh

Rasulullah SAW, diantaranya:16

a. 0-7 tahun (dialogis-permisif), menjadikan anak manja-terarah

b. 7-14 tahun (dialogis-koersif), menjadikan anak disiplin-terdidik.

c. 14-21 tahun (dialogis-dialogis), menjadikan anak dapat

mandiri-bertanggung jawab.

Hal tersebut juga dapat diketahui dari contoh Rasulullah SAW yang

sangat memperhatikan dan memperlakukan anak kecil dengan sangat baik.

Beliau merawat cucu-cucunya yaitu Hasan dan Husen dengan penuh

kelembutan, kehangatan dan cinta kasih, dimana hal tersebut merupakan

wujud dari kecintaan dan perhatian beliau kepada mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

orangtua dalam prespektif Islam yaitu pola asuh koersif (tertib tanpa

kebebasan), pola asuh permisif (bebas tanpa ketertiban), dan pola asuh

dialogis (tertib dengan kebebasan). Sedangkan pola asuh yang diterapkan

Rasulullah SAW yaitu pola asuh dialogis, dimana terbagi menjadi tiga

macam yaitu permisif (menjadikan anak manja-terarah),

dialogis-koersif (menjadikan anak disiplin-terdidik) dan dialogis-dislogis

(menjadikan anak mandiri-bertanggung jawab).

3. Macam-macam Pola Asuh

Dalam menentukan aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga,

harus dipertimbangkan dengan berbagai macam aspek yang dapat

16

(36)

menjamin adanya kerukunan dan kedamaian dalam berkeluarga.

Ketentuan-ketentuan tersebut harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan.

Orangtua memang perlu memperhatikan keadaan anak-anaknya.

Dalam mengajarkan norma dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang

baik dengan anak, karena komunikasi yang baik dan terarah diharapkan

apa yang diajarkan orangtua mudah diterima oleh anak. Semua perbuatan

dan tingkah laku dari orangtua merupakan contoh yang baik untuk

diterapkan pada diri anak dalam kehidupan sehari-harinya.

Orangtua dengan segala sikap, tindakan dan kebiasaannya sehari-hari

adalah teladan bagi anak-anaknya. Tidak heran bila mereka juga

berperilaku seperti orangtuanya. Terlebih pada masa kanak-kanak sampai

masa remaja karena mereka mulai berpikir kritis. Sebagian besar waktu

anak didapat di lingkungan keluarga. Dasar kelakuan, sikap hidup serta

kebiasaannya dibangun dari lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan

luar akan kalah pengaruhnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dewantara mengatakan

bahwa setiap pemimpin (dalam hal ini adalah orangtua sebagai pemimpin

keluarga) sebaiknya menganut tiga aspek diantaranya:

a. Ing ngarso sung tulodo

Orangtua harus dapat menjadikan dirinya pola anutan melalui

tingkah laku kepada anak-anaknya dalam keluarga. Sebab jika

orangtua hanya memerintah tanpa memberikan contoh, maka akan

(37)

sementara orangtua tidak melaksanakanya. Akibatnya anak tidak mau

menuruti perintah orangtua.

b. Ing madyo mangun karso

Orangtua harus mampu memberikan semangat kepada

anak-anaknya untuk mampu berkreasi dalam kehidupannya. Dengan kata

lain orangtua harus mampu menghidupkan jiwa dan semangat yang

positif kepada anak-anak, sehingga anak mampu untuk berkreativitas

sesuai dengan potensinya.

c. Tut wuri handayani

Orangtua harus memiliki kemampuan untuk dapat memberikan

dorongan kepada anak-anaknya agar berani melangkah ke depan

menatap dunia yang kian maju dan berani bertanggung jawab atas

semua yang diperbuatnya.

Menurut Baumrind (1967), terdapat empat macam pola asuh

orangtua, diantaranya:17

a. Pola asuh demokratis

Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan

tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan

pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada

rasio atau pemikiran-pemikiran serta bersikap realistis terhadap

kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui

batas kemampuan anak. Dismping itu, orangtua juga memberikan

17

Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya, Buletin DWP PTRI Jenewa, on-line: http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11 Maret 2009

(38)

kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan

serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

b. Pola asuh otoriter

Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standart yang

mutlak harus di turuti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.

Orangtua tipe ini cenderung untuk memaksa, memerintah, dan

menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan

oleh orangtua, maka orangtua tidak segan-segan untuk menghukum

anaknya. Orangtua juga tidak mengenal kompromi, dan dalam

komunikasi biasanya bersifat satu arah. Disamping itu, orangtua tidak

memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai

keinginan anaknya.

c. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif atau biasa disebut pemanja biasanya

memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan

yang cukup dari orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe

ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

d. Pola asuh penelantar

Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orangtua tipe

ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada

(39)

pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadang kala biayapun

dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku

penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang

depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik

maupun psikis pada anak-anaknya.

Sehingga dari macam pola asuh yang diterapkan oleh orangtua,

masing-masing terdapat dampak yang terjadi pada anak.

Karakteristik-karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orangtua,

diantaranya:

a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan

teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal

baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

moody, implusive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau

mengalah, self esteem yang rendah, sering bolos, dan bermasalah

(40)

Dari karakteristik-karakteristik tersebut, sebagai orangtua dapat lebih

mawas diri, karena apabila orangtua memahami pola asuh mana yang

cenderung diterapkan, maka orangtua dapat segera merubahnya. Orangtua

dapat melihat, bahwa harga diri anak yang rendah terutama disebabkan

karena pola asuh orangtua yang penelantar.

Dalam diri anak juga perlu ditanamkan karakter-karakter positif yang

akan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam setiap

urusannya di dunia maupun di akhirat, seperti sifat jujur, optimisme,

keuletan, kemandirian, keberanian, kelembutan, kasih sayang dan

sebagainya. Karakter-karakter yang demikian sangat diperlukan bagi

setiap individu terlebih lagi dalam menghadapi zaman serba kompleks ini.

Seperti dalam syair di bawah ini, yang dapat dipahami oleh para

orangtua dalam mendidik anak, diantaranya:

Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat

Bila anak sering dikritik, ia belajar berkelahi

Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu

Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah

Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar

Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai

Bila anak mendapat haknya, ia belajar bertindak adil

Bila anak merasa aman, ia belajar percaya

Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya

(41)

(karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)18

Hal diatas juga senada dengan syair yang diungkapkan Rakhmat

dalam psikologi komunikasi, yang berbunyi:

Jika anak dibesarkan dengan celaan,

Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,

Ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,

Ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,

Ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,

Ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan,

Ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian,

Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,

Ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

Ia belajar menyenangi dirinya

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,

18

Labib, MZ, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006), hlm. 105

(42)

Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

(Karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)19

Menurut syair di atas menjelaskan bahwa orangtua dalam mendidik

anak tidak menggunakan cara yang dapat menyebabkan anak merasa tidak

disenangi, tidak dihargai, tidak diperhatikan bahkan merasa dibedakan

dengan saudara yang lain, karena akan berdampak tidak baik bagi anak.

Dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

:

ﻦﺴﺣ ﺏﺩﺍ ﻦﻣ ﻞﻀﻓﺃ ﻼﳓ ﻩﺪﻟﻭ ﺪﻟﺍﻭ ﻞﳓ ﺎﻣ

)

ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ

(

Artinya: “Tidak ada sesuatu pemberian (hadiah) dari orangtua kepada anak-anaknya yang lebih utama ketimbang mengajarkan budi pekerti yang baik kepada mereka” (HR. Turmudzi).

Menurut Bolson, pola asuh orangtua dapat digolongkan dalam tiga

tipe, diantaranya:20

a. Otoriter

Orangtua berada dalam posisi sebagai arsitek. Orangtua dengan

cermat memutuskan bagaimana individu harus berperilaku,

memberikan hadiah atau hukuman agar perintah orangtua ditaati.

Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit, tinggal menentukan apa

yang didinginkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh

dilakukan oleh anak-anak mereka.

19

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), hlm. 128-129

20

Andrie, Winarti & Utami, Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki

(43)

b. Demokratis

Tipe ini bercirikan adanya kebebasan dan ketertiban, orangtua

memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak

mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif,

perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga

orangtua dapat menyesuaikan dengan kemampuan anak.

c. Permisif

Orangtua biasanya bertindak menghindari adanya konflik ketika

orangtua merasa tidak berdaya untuk mempengaruhi anak. Akibatnya,

orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan anak.

Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing terhadap anak,

karena anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada

kontrol dari orangtua.

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis, akan

membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Anak belajar

menerima pandangan orang lain, belajar dengan bebas mengemukakan

pandangannya sendiri dan mengemukakan alasan-alasannya. Hal ini bukan

berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya. Bimbingan kepada

anak tetap diberikan. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap

sikapnya yang tidak disukai masyarakat, anak juga merasakan kehangatan

pergaulan. Hal ini sesuai dalam Al-Qur’an, yaitu:

ö‘É‹Ρr&uρ

y7s?uŽÏ±tã

šÎ/tø%F{$#

∩⊄⊇⊆∪

(44)

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. Asy-Syuraa’; 214)21

Pada keluarga yang menerapkan pola asuh bebas, sering membiarkan

tindakan anak, maka akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan

sosial, dan dapat dikatakan anak menarik dir dari kehidupan sosial mereka.

Dari ketiga jenis pola asuh itu, Baldwin mengatakan bahwa tipe

demokratis merupakan cara yang terbaik untuk diterapkan oleh orangtua

bagi anaknya untuk memberikan kemampuan menyesuaikan diri. Namun

demikian, cara susunan keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara

tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga dalam tiga tipe tersebut. Terbanyak

adalah campuran dari tiga tipe, dalam hal ini ditentukan mana yang paling

menonjol yang ada dalam susunan suatu keluarga.22

Berdasarkan beberapa uraian tentang macam-macam pola asuh

orangtua di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang

diterapkan oleh setiap orangtua sangtlah beragam, diantaranya; tipe

demokratis, otoriter, dan permisif. Tipe demokratis (orangtua bersikap

ramah terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang baik

karena dapat mengontrol diri, sedangkan tipe otoriter (orangtua tidak

mengenal kompromi terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak

yang penakut, suka melanggar norma, serta untuk tipe permisif (orangtua

memberikan pengawasan yang kurang terhadap anak) akan menghasilkan

21

Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 742

22

Notosudirjdo & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan ( Malang: UMM Press. 2005), hlm. 176.

(45)

karakteristik anak yang manja dan tidak mandiri. Penerapannya ini sesuai

dengan kesepakatan dalam suatu keluarga tersebut.

4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak

Orangtua sebagai pendidik, mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, anak pertama kali

mengenal pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dasarnya,

baik potensi agama, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, peran

orangtua dalam membimbing dan mendidik anak serta menyelamatkan

anak merupakan tujuan yang utama. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT yang berbunyi:

$pκš‰r'‾≈tƒ

tÏ%©!$#

(#θãΖtΒ#u

(#þθè%

ö/ä3|¡àΡr&

ö/ä3‹Î=÷δr&uρ

#Y‘$tΡ

$yδߊθè%uρ

â¨$¨Ζ9$#

äοu‘$yfÏtø:$#uρ

$pκöŽn=tæ

îπs3Í×‾≈n=tΒ

ÔâŸξÏî

׊#y‰Ï©

āω

tβθÝÁ÷ètƒ

©!$#

!$tΒ

öΝèδttΒr&

tβθè=yèøtƒuρ

$tΒ

tβρâ÷s∆÷σãƒ

∩∉∪

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim; 6)23

Menurut ayat tersebut diatas diketahui bahwa orangtua sebagai

pemimpin dalam keluarga, bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Sebagaimana mendidik anak tersebut menjadikan taat kepada Allah SWT

serta berbakti kepada orangtuanya. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada

orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari

23

(46)

siksaan api neraka, yaitu sikasaan Tuhan yang akan ditimpahkan kepada

orang-orang yang berbuat dosa di dunia.

Menurut pendapat Soekanto, sikap orangtua yang baik (ideal)

diterapkan kepada anak adalah:24

a. Orangtua seyogyanya bersikap tindak logis (sa’benere), artinya

orangtua dapat membuktikan apa dan mana yang benar dan salah.

Misal: mendidik anak agar dia menjadi orang mandiri dan bertanggung

jawab.

b. Orangtua seyogyanga bersikap tindak etis (sa’mestine), artinya

bersikap tindak didasarkan pada dasar tertentu, sehingga tidak asal saja

(sembrono). Misal: tidak serakah, mampu tidak berkekurangan tetapi

juga tidak serba kelebihan, dan berlarut-larut.

c. Orangtua seyogyanya bersikap tindak estetis (sa’penake), artinya

seharusnya orangtua hidup enak, tanpa menyebabkan ketidak enakan

pada pihak lain.

Selain hal diatas, menurut pendapat Kartono dan Andari, sikap

orangtua yang baik adalah:25

a. Orangtua bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan

menentukan jalan hidupnya sendiri.

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak, cet. Ketiga (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004), hlm. 6-7

25

Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 187-189.

(47)

b. Orangtua dapat bersikap toleran terhadap implus-implus dan

emosi-emosi anaknya serta bisa memberikan bimbingan penyalurannya

dengan cara yang sehat.

c. Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orangtua, guna

memperkuat kepribadian anak.

d. Orangtua mampu membimbing anak menetukan sikap dan tujuan

hidupnya sendiri agar mandiri dan mampu membangun diri sendiri.

e. Orangtua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang

baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri

yang negatif (yang tidak sehat).

Tanggung jawab keluarga (orangtua) terhadap pendidikan

anak-anaknya menurut Syam harus berdasarkan pada:26

a. Dorongan (motivasi) cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua

dengan anaknya, yang nantinya mendorong sikap dan tindakan rela

menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk anak.

b. Dorongan (motivasi) kewajiban moral, sebagai konsekuensi

kedudukan orangtua terhadap nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai

ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing.

c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada

gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan

negaranya, bahkan kemanusiaan.

26

(48)

Hal tersebut seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang berbunyi:

4’‾<uθs?uρ

öΝåκ÷]tã

tΑ$s%uρ

4’s∀y™r'‾≈tƒ

4’n?tã

y#ß™θãƒ

ôMāÒu‹ö/$#uρ

çν$uΖøŠtã

š∅ÏΒ

Èβ÷“ßsø9$#

u

θßγsù

ÒΟŠÏàx.

∩∇⊆∪

Artinya: Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf; 84)27

Pentingnya pola asuh orangtua bagi anak juga dapat dilihat dari cara

mereka melakukan pendampingan terhadap anaknya pada saat belajar,

diantaranya:28

a. Mengajarkan tanggung jawab

Anak perlu mengetahui bahwa sebagai seorang siswa memiliki

tanggung jawab seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mentaati

semua peraturan sekolah. Dengan mengetahui tanggung jawab, anak

akan menjadi percaya diri dan dapat mengorganisir pikirannya sendiri.

b. Harapan tinggi

Anak juga diajarkan bahwa mereka harus memiliki harapan dan

cita-cita yang tinggi, misalnya masuk Universitas. Dengan demikian

mereka akan giat (termotivasi) belajarnya. Hal tersebut untuk

melihatkan harapan yang tinggi dan menumbuhkan motivasi belajar.

27

Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 466

28

(49)

c. Melibatkan diri dengan sekolah si anak

Orangtua memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam

mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah. Bertemu

dengan guru-guru di sekolah secara teratur merupakan salah satu cara

keterlibatan orangtua di sekolah.

d. Belajar tidak selalu menyenangkan

Untuk membangun kepribadian anak dalam belajar, anak perlu

diberitahu bahwa belajar tidak selamanya menyenangkan. Orangtua

perlu memberi motivasi seperti penghargaan atau ciuman sayang atas

keberhasilan anak dalam pelajaran yang mereka anggap berat.

e. Memberi waktu untuk bermain dan bersantai

Orangtua dapat memberikan anak waktu untuk bermain agar

mereka bersantai, memberikan waktu untuk menonton televisi

meskipun tidak terlalu lama. Tidak memaksa anak untuk terus-menerus

mengerjakan PR, tugas-tugas sekolah, atau belajar melebihi waktu.

Anak akan bosan dan dapat menimbulkan stres padanya.

Disamping itu juga terdapat sepuluh kunci untuk membantu orangtua

menggunakan metode-metode yang telah terbukti memberikan rasa

eksistensi dan rasa keamanan pada anak-anak, diantaranya:29

a. Memanfaatkan waktu bercengkrama

Kepercayaan diri umumnya dipengaruhi oleh kualitas waktu

yang orangtua habiskan bersama anak, bukan jumlah waktu yang

29

(50)

dihabiskan orangtua. Jika kita tidak memberi anak-anak waktu

bercengkrama sepanjang hari, anak akan mulai bertingkah aneh. Anak

menganggap perhatian negatif itu lebih baik daripada merasa

diabaikan. Sehingga orangtua menggunakan tindakan, tidak hanya

sekedar kata-kata.

b. Memberi anak cara-cara yang benar untuk merasa kuat

Cara untuk membantu mereka agar merasa kuat dan bernilai

adalah meminta nasihat mereka, memberi mereka pilihan, mengizinkan

mereka membantu orangtua menyelesaikan perhitungan belanja,

meminta anak memasak (membantu) orangtua berbelanja.

c. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi alami

Jika orangtua ikut campur ketika tidak perlu melakukannya,

berarti kita merampok peluang yang dimilik anak untuk belajar dari

konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat perbuatannya.

Dengan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi-konsekuensi

ini, orangtua tidak mengganggu hubungan anak dengan terlalu banyak

mengingatkan.

d. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis

Seringkali konsekuensi-konsekuensi logis muncul jauh di masa

yang akan datang dengan memakai konsekuensi alamiah. Jika itu yang

terjadi, maka konsekuensi-konsekuensi logis memang efektif. Sebuah

konsekuensi untuk anak harus secara logis dikaitkan dengan

(51)

e. Menjauh dari konflik

Jika anak sedang menguji orangtua melalui perilaku yang

membuat marah atau berbicara tanpa hormat kepada orangtua, maka

langkah terbaik adalah meninggalkan kamar. Tidak pergi dalam

keadaaan marah atau kalah.

f. Memisahkan antara perbuatan dari yang berbuat

Menjauhkan perkataan kepada anak bahwa dia nakal, karena

akan merusak harga dirinya. Membantu anak untuk menyadarinya

bahwa yang dibenci bukan dia melainkan perbuatannya.

g. Bersikap ramah sekaligus tegas

Memastikan bahwa orangtua penuh kasih saat menjemput anak,

namun bertindak tegas dengan menjemput anak secepat mungkin jika

waktunya habis tanpa mengomel lagi.

h. Orangtua dengan tujuan di kepala

Kebanyakan dari Orangtua telah menggunakan pola pikir untuk

dapat mengendalikan situasi dengan sesegera mungkin. Namun hal ini

dapat mengakibatkan anak-anak terlalu dikekang. Sebagai Orangtua

kita berpikir bagaimana agar anak kita menjadi dewasa, maka kita akan

sering merenung dengan cara itu saat mendidik.

i. Bersikap konsisten

Anak akan belajar untuk lebih menghormati orangtua jika

orangtua tersebut serius dengan ucapannya dan lebih bersikap

konsisten pada anak. Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang

Gambar

Tabel 3.1  Variabel penelitian  Variabel
Tabel 4.2  Data luas tanah
Tabel 4.5  Keadaan siswa
Tabel 4.10  Kegiatan keagamaan

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan

Pola asuh merupakan cara orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pola asuh orangtua tunggal dalam keluarga terhadap disiplin belajar siswa di SMP Negeri 1 Cina, dapat disimpulkan (1) Pola

Penelitian yang meneliti tentang pola asuh orang tua, adapun hasil dalam penetitian yaitu pola asuh orangtua dalam mendidik anak di SLB Kedungkandang Malang sangat baik, hal

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan pola asuh otoriter orangtua adalah cara orangtua dalam membimbing dan mendidik anak yang

Menurut Singgih (dalam Kristina 2012) menyatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan perilaku orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukan kekuasaan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan mendidik,

Penelitian yang meneliti tentang pola asuh orang tua, adapun hasil dalam penetitian yaitu pola asuh orangtua dalam mendidik anak di SLB Kedungkandang Malang sangat baik, hal ini