PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA 1. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang yang menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul Azwar : 2004 ).
Di berbagai negara, terdapat tiga model sistem pembiayaan kesehatan bagi warganya yang diberlakukan secara nasional yaitu model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance)model asuransi kesehatan komersial/privat (Commercial/Private Health Insurance) dan model terakhir yaitu Pelayanan Kesehatan Nasional (National Health Services). Model asuransi kesehatan berkembang pertama kali di beberapa negara benua Eropa pada tahun 1882 dan kemudian menyebar ke benua Asia. (Fatmah Arianty:2011)
Di saat Indonesia dipimpin dan dikuasai oleh pemimpin yang beranggapan bahwa kesehatan bukan merupakan faktor penting dalam pembangunan, kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia ( Human Development Indeks ) tahun 2010 berada pada peringkat 108 dari 169 negara dan kembali menurun menjadi peringkat 124 dari 183 negara di tahun 2011 versi UNDP. Ada beberapa alasan terkait dengan pentingnya masalah pembiayaan kesehatan: (1) Sektor Kesehatan merupakan salah satu indikator penilaian Indeks Pembangunan Manusia atau HDI ( Human Development Indeks); (2) semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang ikut berkontribusi pada semakin meningkatnya dana yang diperlukan dalam pembiayaan sektor kesehatan dalam pembangunan; (3) adanya tuntutan demokratisasi dan bertambahnya jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu mengharuskan negara membuat kebijakan pembiayaan kesehatan yang bisa dinikmati oleh seluruh warga negara tanpa terkecuali.
2. BATASAN
Batasan pembiayaan kesehatan dalam pembahasan ini dapat di liat dari dua sudut yaitu :
1 Penyedia pelayanan kesehatan
Yaitu besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan. Persoalan utamanya adalah pada pemerintah dan pihak sawasta
2 Pemakai jasa pelayanan kesehatan
Yaitu besarnya dana yang harus disediakan untuk memanfaatkan jasa pelayanan. Persoalan utamanya adalah pada pemakai jasa pelayanan, namun pemerintah juga mempersoalkannya dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pelaksana pelayanan kesehatan ( provider ) dan pengguna jasa pelayanan
kesehatan. Bagi pelaksana upaya kesehatan terkait dengan besarnya dana penyelenggaraan upaya kesehatan, sedangkan dari sisi pengguna jasa layanan berhubungan dengan besarnya dana yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat suatu pelayanan kesehatan.
3. Macam-macam Sumber Biaya Kesehatan
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lainnya. Secara umum sumber biaya kesehatan ini dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah
Tergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ditemukan negara yang sumber biaya kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.Pada negara yang seperti ini, tidak ditemukan pelayanan kesehatan swasta.Seluruh pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara cuma-cuma.
2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat
Pada beberapa negara lain, sumber biaya kesehatannya juga berasal dari masyarakat. Pada negara yang seperti ini, masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan,
Dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu negara pun yang Pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan swastanya sangat dominan pun, peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam membiayai upaya kesehatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak seperti pelayanan kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.
4. Macam Biaya Kesehatan
Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanya tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan atau yang dimanfaatkan. Dari hal tersebut, biaya pelayanan kesehatan maka dapat dibedakan menjadi dua macam :
I. Biaya Pelayanan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) / Kedokteran
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan oleh perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Jika kita membicarakan biaya pelayanan kedokteran maka perhatian utama adalah bukanlah dari sudut penyedia pelayanan, melainkan dari sudut pemakai jasa pelayanan.
a Pembayaran Tunai
Mekanisme yang diterapkan mengikuti mekanisme pasar.Setiap pasien yang membutuhkan pelayanan kedokteran diharuskan membayar tunai pelayanan yang diperolehnya. Mekanisme seperti ini dikenal dengan namafee for service.
b Pembayaran di Muka
Bentuk lain yang banyak dipergunakan adalah melalui pembayaran di muka (prepayment) yang biasanya dilakukan melalui program asuransi kesehatan (health insurance)
Biaya Pelayanan Kedokteran di Indonesia
Sistem pembiayaan di Indonesia menggunakan kedua sistem tersebut. Sistem pembayaran tunai (out of pocket), setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan kedokteran diharuskan memiliki sejumlah uang tertentu. Biaya pelayanan kedokteran secara tunai ini masih dianggap berat bagi masyarakat khusunya yang tergolong kurang mampu.
Mekanisme pembiayaan dengan sistem asuransi di Indonesia sudah dijalankan oleh pemerintah. Pemerintah menamakan sistem ini dengan Jaminan Kesehatan Nasional. Jaminan Kesehatan Nasional dimulai pada tahun 2014 dan secara bertahap menuju ke Universal Health Coverage. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional secara umum yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Sistem ini menggunakan sistem asuransi sosial. II. Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Biaya pelayanan kesehatan masyarakat adalah bagian dari biaya kesehatan yang menunjuk pada besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang dibutuhkan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Keikut sertaan masyarakat pada pembiayaan penting, namun bila ditinjau dari kompleksitas masalah kesehatan masyarakat sumber biaya yang terpenting adalah Pemerintah bisa dipahami karena masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut hidup masyarakat banyak dan karena itulah tanggung jawab umumnya berada di tangan Pemerintah.
Mekanisme Pembiayaan
Secara umum dibagi menjadi dua yaitu mekanisme pembiayaan sentralisasi yaitu segala biaya ditanggung oleh pemerintah pusat dan mekanisme pembiayaan desentralisasi ditanggung oleh pemerintah daerah namun mekanisme ini tergantung juga pada sistem pemerintahan yang dianut yaitu ada yang otonom dan semi otonom. Otonom sepenuhnya pemerintah daerah termasuk menentukan kewajiban dan semi otonom yaitu masih ikut campurnya pemerintah pusat dalam hal kebijakan. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
(1) Asas desentralisasi yaitu Sesuai dengan Undang-Undang No 5 tahun 1974, biaya pelayanan kesehatan masyarakat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah, (2) Asas dekonsentrasi yaitu karena kemampuan Pemerintah Daerah masih terbatas, maka beberapa program tertentu masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. (3) Mengikuti asas perbantuan pemerintah daerah belum dapat melaksanakan beberapa program tertentu. Upaya penyelesaian bukan menarik tanggung jawab tersebut ke pemerintah pusat melainkan pemerintah pusat memberikan bantuan kepada pemerintah daerah.
Mekanisme Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Departemen sebagian dari
Kesehatan Pemerintah Pusat
sebagian dari
Sepenuhnya dari Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
sepenuhnya dari Pemerintah Daerah
Contoh : Rumah Sakit tipe A Contoh : BP, KIA, UKS Contoh : P3M
5. Syarat Pokok Pembiayaan Kesehatan
Biaya Kesehatan harus memenuhi syarat pokok yaitu:
a Jumlah cukup agar dapat membiayai penyelenggaraan upaya kesehatan yang dibutuhkan.
b Penyebaran dana atau alokasi dana sesuai dengan kebutuhan.
c Pemanfaatan walaupun jumlah dan penyebaran baik namun bila pemanfaatannya tidak diatur dengan seksama maka akan menimbulkan banyak masalah.
DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN
KOTAMADYA
ASAS
6. Masalah Pokok Pembiayaan
Banyak masalah yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan kesehatan di berbagai negara. Masalah yang dihadapi juga beraneka ragam, namun banyak juga negara yang mempunyai masalah pembiayaan yang sama dengan negara yang lainnya. Dan untuk di Indonesia, banyak masalah yang sudah ditangani maupun yang belum dapat ditangani oleh pemerintah.
Masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan antara lain, kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana yang belum sempurna, biaya kesehatan sendiri yang makin meningkat yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti, tingkat inflasi, tingkat permintaan, kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan pola penyakit, perubahan pola pelayanan kesehatan, lemahnya pengendalian biaya serta penyalahgunaan asuransi kesehatan. 7. Upaya Penyelesaian
Upaya untuk mengatur penyebaran dan pemanfaatan dana banyak macamnya yaitu:
I. Peningkatan efektivitas
Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi penggunaan sumber dana. Dengan cara lebih mengutamakan upaya kesehatan yang memberikan dampak lebih besar.
II. Peningkatan efisiensi
Dengan cara memperkenalkan berbagai mekanisme pengawasan dan pengendalian, antara lain adalah:
Standar minimal pelayananStandar minimal sarana dan Standar minimal tindakan
Kerjasama
Bentuk lain untuk meningkatkan efisiensi ialah memperkenalkan konsep kerjasama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan. Ada dua bentuk kerja sama yaitu:
i. Kerjasama institusi
Sepakat bersama-sama membeli peralatan kedokteran yang mahal namun berkualitas agar dapat di pergunakan bersama.
ii. Kerjasama sistem
Contoh: rujukan, yakini adanya hubungan kerjasama timbal balik antara satu sarana kesehatan lainnya.
Upaya penyelesaian masalah pokok pembiayaan kesehatan : I. Biaya Investasi
Tarif pelayanan suatu sarana kesehatan akan berbeda dengan sarana kesehatan lainnya, karena tergantung dari besarnya biaya investasi, rencana titik impas, jangka
waktu pengembalian modal, serta perhitungan masa kadaluwarsa. Jika biaya tersebut besar, maka tarif pelayanan yang ditetapkan cenderung mahal. Untuk mengendalikannya tarif yang tinggi tersebut dapat diterapkan ketentuan yang dikenal sebagai certificate of need, serta kewajiban melakukan feasibility study yang bersifat sosial.
II. Biaya Kegiatan Rutin
Biaya kegiatan rutin idbagi menjadi dua macam, yaitu biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, dan biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. III. Biaya Rencana Pengembangan
Biaya ini mencakup biaya rencana perluasan bangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah dan peningkatan serta keterampilan karyawan dan atau penambahan jenis layanan. Jika kedua biaya tersbut tinggi, maka tarifnya pun akan tinggi. Untuk mengendalikan tarif tinggi tersebut yaitu dengan cara menerapkan ketentuan pelayanan kesehatan yang etis dan sesuai standar, termasuk imbal jasa dokter.
IV. Besarnya Target Keuntungan
Terdapat perbedaan target keuntungan antara sarana kesehatan yang satu dengan yang lainnya, namun baiknya keuntungan suatu sarana kesehatan tidak boleh sama dengan keuntungan berbagai kegiatan usaha lainnya. Untuk mencegah tingginya perhitungan keuntungan tidak ditemukan mekanismes khusus, namun jika suatu sarana kesehatan telah melakukan pengendalian darui berbagai faktor di atasa, maka secara otomatis perhitungan target keuntungan yang terlalu tinggi dapat dicegah. 8. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi yang wajib diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk (misalnya pegawai), premi atau iurannya bukan nilai nominal tetapi prosentase upah yang wajib dibayarkan, dan manfaat asuransi (benefit) ditetapkan peraturan perundangan dan sama untuk semua peserta. Sedangkan asuransi kesehatan komersial adalah asuransi yang dijual oleh perusahaan atau badan asuransi lain, sifat kepesertaannya sukarela, tergantung kesediaan orang atau perusahaan untuk membeli dan preminya ditetapkan dalam bentuk nominal sesuai manfaat asuransi yang ditawarkan. Karena itu premi dan manfaat asuransi kesehatan komersial sangat variasi dan tidak sama untuk setiap peserta.
Penduduk Indonesia pada umumnya merupakan risk taker untuk kesehatan dan kematian. Sakit dan mati dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang religius merupakan takdir Tuhan dan karenanya banyak anggapan yang tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia bahwa membeli asuransi berkaitan sama dengan menentang takdir. Hal ini menyebabkan rendahnya kesadaran penduduk untuk membeli atau mempunyai asuransi kesehatan. Selanjutnya, keadaan ekonomi penduduk Indonesia yang
sejak merdeka sampai saat ini masih mempunyai pendapatan per kapita sekitar $ 1.000 AS per tahun, sehingga tidak memungkinkan penduduk Indonesia menyisihkan dana untuk membeli asuransi kesehatan maupun jiwa. Rendahnya deman dan daya beli tersebut mengakibatkan tidak banyak perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi kesehatan. Selain itu, fasilitas kesehatan sebagai faktor yang sangat penting untuk mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak berkembang secara baik dan distribusinya merata. Sedangkan dari sisi regulasi, Pemerintah Indonesia relatif lambat memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan perijian dan kapastian hukum dalam berbisnis asuransi atau mengembangkan asuransi kesehatan sosial bagi masyarakat luas.
Di Indonesia, perkembangan asuransi kesehatan dimulai dengan asuransi sosial yaitu asuransi kesehatan pegawai negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan kerja, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai swasta. Akhirnya pada 29 Oktober 2011, ketika DPR RI sepakat dan kemudian mengesahkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menjadi Undang-Undang, dan ditentukan bahwa empat BUMN penyelenggara program jaminan sosial meliputi PT Jamsostek, PT Taspen, Asabri, dan PT Askes. UU BPJS menentukan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014. Pada saat mulai berlakunya UU BPJS, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) ditugasi oleh UU BPJS untuk menyiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk berjalannya proses tranformasi atau perubahan dari Persero menjadi BPJS dengan status badan hukum publik.
9. Sejarah perkembangan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Masa Penjajahan ( Colonial Period )
Sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-19. Pada tahun 1807 dimasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles pembiayaan kesehatan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu pembiyaan kesehatan bersumber dari pajak dan hasil bumi yang dihasilkan dari bumi Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintah Hindia Belanda, warga Indonesia yang sedang terjajah tidak bisa ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan, akses masyarakat pribumi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah Hindia Belanda juga dibatasi. Pembiayaan Kesehatan Masa Kemerdekaan dan Orde Lama
Pada bulan Nopember 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai pada konsep Bandung ( Bandung Plan ) mengajukan konsep pusat kesehatan masyarakat. Hasil seminar pada waktu itu menyepakati konsep puskesmas tipe A, B dan C. Pembiayaan kesehatan pemerintah pada waktu itu bersumber hampir seluruhnya dari anggaran pemerintah. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan Presiden Soekarno. Warga Indonesia sudah mulai dilibatkan dan ikut
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan, akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah mulai dibuka. Pada masa ini Pemerintah orde lama belum mampu menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan yang bisa memberikan jaminan bahwa setiap penduduk memiliki status kesehatan yang baik. Pembiayaan kesehatan pada masa orde baru
Pada masa orde baru, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dalam bidang ekonomi yang juga memberikan dampak positif terhadap pembiayaan sektor kesehatan. Lahirnya konsep puskesmas dan posyandu yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembiayaan kesehatan pada masa ini tidak lagi sepenuhnya bersumber dari anggaran pemerintah tetapi juga mulai dilakukan oleh sektor swasta yang ditandai dengan meningkatnya jumlah rumah sakit swasta yang didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan Presiden Soeharto. Pada zaman orde baru juga dikenal 3 macam asuransi kesehatan: (1) Perum Husada Bakti (sekarang PT. Askes, yang menangggung pembiayaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, pensiunan, veteran dan anggota keluarganya) (2) PT. ASTEK, yang didirikan pada tahun 1977 berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 1977 (yang kemudian berubah menjadi PT. Jamsostek pada tahun 1995 berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 1995) yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi tenaga kerja sektor swasta dan BUMN (3) PT. Asabri, yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi anggota TNI, Kepolisian RI, PNS Departemen Pertahanan beserta anggota keluarganya ( dibentuk berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1971 yang disempurnakan lagi dengan PP Nomr 67 Tahun 1991) ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 )
Pembiayaan Kesehatan Masa Reformasi
Pembiayaan kesehatan pada masa ini juga mengalami masalah sebagai imbas terjadinya krisis ekonomi. Anggaran pemerintah disektor kesehatan pada periode awal reformasi juga menurun. Peran sektor swasta juiga meningkat pada masa ini yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sakit swasta yang didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan pemerintah lebih dititik beratkan pada program untuk mengurangi dampak krisis ekonomi yang langsung dirasakan oleh masyarakat, salah satu bentuknya adalah program JPS-BK. Pelaksanaan otonomi daerah juga memberikan pengaruh yang signifikan dalam kebijakan pembiayaan kesehatan. Bidang kesehatan sejak masa ini tidak lagi sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah pusat tetapi diserahkan pada pemerintah daerah, pemerintah pusat lebih banyak mengambil peran sebagi regulator dalam bidang kesehatan.
Pembiayaan Kesehatan Indonesia Masa Sekarang
Beberapa kebijakan dalam pembiayaan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah antara lain pada tahun 2004 pemerintah telah menerbitkan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (UU SJSN). Tahun 2005 pemerintah melalui Departemen Kesehatan meluncurkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Miskin (JPKMM) yang disempurnakan bentuk dan operasionalnya pada tahun 2008 menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Tahun 2010 pemerintah kembali memperkenalkan program baru yaitu Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dananya disalurkan ke seluruh puskesmas yang ada di Indonesia. Pengaruh lembaga Internasional seperti PBB yang Indonesia menjadi anggotanya dengan konsep Millenium Development Goals ( MDGs ) menekankan beberapa target pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai oleh negara-negara berkembang di dunia termasuk Indonesia. Salah satu komponen dalam MDGs adalah bidang kesehatan yaitu target penurunan Angka Kematian Ibu melahirkan atau AKI pada tahun 2015 yang harus menurun hingga 102 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 / 1000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat pencapaian target tersebut pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meluncurkan program baru yang dilaksanakan.
Keterlibatan pemerintah daerah pada masa ini juga ditunjukkan dengan adanya program Jaminan Kesehatan Daerah ( Jamkesda ) yang diperuntukkan bagi warga suatu daerah yang belum tercakup dalam program Jamkesmas. Masa sekarang pembiayaan sektor kesehatan mulai menjadi prioritas pembangunan. Pembiayaan kesehatan pada masa ini tidak lagi sepenuhnya bersumber dari anggaran pemerintah tetapi juga dilakukan oleh sektor swasta yang ditandai dengan meningkatnya jumlah rumah sakit swasta yang didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat tidak lagi sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan pusat, seiringnya berjalannya sistem otonomi daerah, setiap daerah otonom berhak menentukan perencanaan sendiri pembangunan kesehatan di daerahnya.Partisipasi masyarakat terus meningkat dalam upaya kesehatan yang bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu dan kader kesehatan.
Lahirnya UU Nomor 40 tahun 2009 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan harapan baru bagi sistem pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang akan datang. Dalam UU tersebut terdapat empat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu ; (1) PT. Askes, yang diperuntukan bagi semua PNS, penerima pension, perintis kemerdekaan, veteran dan anggota keluarganya dengan jumlah peserta tahun 2010 mencapai 3,7 juta PNS ( belum termasuk anggota keluarga yang ikut ditanggung biaya kesehatannya yaitu 1 orang isteri/suami dan 2 orang anak ) ; (2) PT. Jamsostek, yang diperuntukkan bagi semua pekerja sektor BUMN dan swasta yang telah bekerjasama dengan Jamsostek ; (3) PT. Asabri, yang diperuntukkan bagi anggota TNI dan POLRI ; (4) PT. Taspen, yaitu dana tabungan pegawai negeri sipil ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 ). UU SJSN No. 40 Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup yg layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Ini merupakan cikal bakal terbentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional Bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 2011, DPR dan pemerintah mengesahkan Undang-undang tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yang di bagi menjadi ; (1) UU BPJS 1
yang diasumsikan akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 dengan tujuan penyelenggaraan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk menampung pengalihan program Jamkesmas, Askes, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek dan PT. Asabri ; (2) UU BPJS 2 yang diasumsikan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 dengan tujuan pengelolaan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, jaminan kecelakaan, jaminan pensiun dan kematian yang merupakan transformasi dari PT. Jamsostek. Pemerintah bersama DPR baru saja mengesahkan UU tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yag mengatur tentang Badan Publik yang akan melaksanakan sistem jaminan sosial nasional sperti yang telah dimanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004.
Tabel 1. Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Komponen yang dikaji Masa Penjajajaha n Masa Kemerdekaa n dan Orde Lama Masa Orde Baru Masa Orde Reformasi Masa Sekarang Jumlah Anggaran Tidak diketahui Tidak diketahui
678 Milyar 5,6 Triliun 27,8 Triliun Sistem Perencanaan Anggaran Diatur Pemerintah Hindia Belanda Berubah seiring perubahan peta politik GBHN, terarah dalam PELITA Berubah karena peralihan kekuasaan Setiap Tahun dalam APBN Persentase terhadap PDB Tidak diketahui Tidak diketahui 0,8-1 % 1,2% 2,4 % Pengambil Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Pemerintah OrdeLama Presiden Soeharto berkuasa penuh dan cenderung otoriter Presiden Bersama DPR Kesepakatan Bersama Pemerintah dan DPR Pengaruh Politik Kerajaan Belanda Berkuasa penuh Sering berubah Pemerintah cenderung otoriter Sangat Kuat Lebih Demokratis, Sangat Kuat Sangat Kuat Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Pelatihan Dukun Bayi, pendirian STOVIA dan sekolah dokter lainnya Konsep Bandung Plan ( cikal bakal puskesmas ), laboratorium kesehatan Mulai merata, konsep Puskesmas Indonesia Sehat 2010 Jamkesmas, BOK, Jampersal Sasaran Warga Belanda, Miliiter Pejabat pemerintah, sebagian rayat Mulai merata, Belum Belum Menjangkau seluruh Akses belum merata, terutama
Belanda Menjangkau seluruh rakyat
rakyat warga daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan Kondisi Keuangan Negara
Sangat miskin Miskin Stabil Defisit Meningkat
Sumber :BAPPENAS RI, 2009, “ Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium Indonesia “, Penerbit BAPPENAS RI, Jakarta
Daftar Pustaka
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta
Arianto, Kurniawan. 2011. “Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Sejalan dengan Perubahan Pola Politik yang Terjadi”. Yogyakarta