ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN:
KENYAMANAN FISIK PADA PASIEN
DENGAN DENGUE HEMORAGHIC FEVER
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT
DKT JEMBER
oleh:
Aris Kurniawan, S.Kep NIM 122311101033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Kenyamanan: Kenyamanan Fisik A.1 Definisi Kenyamanan Fisik
Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu (Oborne, 1995). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar; sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009).
A.2 Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Alimul, A. A, 2006).
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006).
A.2 Definisi Mual
Mual adalah Suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan muntah (Heather, 2015). Mual berhubungan dengan pergerakan lambung, yaitu pergerakan yang sulit pada rongga perut dan otot-otot di rongga dada. Muntah adalah pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh gerakan peristaltik kembali Gastro Intestinal, gerakan ini memerlukan koordinasi kontraksi dari otot perut, pylorus dan antrum, kenaikan cardiagastric, menurunkan tekanan dan dilatasi esophageal.
Mual (nausea) adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik. Kejadian ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi, sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung meningkat dan perubahan ritme pernapasan. Refl uks duodenogastrik dapat terjadi selama periode nausea yang disertai peristaltik retrograd dari duodenum ke arah antrum lambung atau terjadi kontraksi secara bersamaan pada antrum dan duodenum (Wood, J, dalam Fithrah, 2014).
B. Epidemiologi
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada Ny. H yang didiagnosa menderita DHF (Dengue Hemorraghic Fever) di Ruang Rawat Inap Melati Rumkit Tingkat III Baladhika Husada, Jember didapatkan data bahwa pasien mengalami gangguan tidur yang cukup menganggu sehingga pasien merasa tidak dapat beristirahat. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyebutkan jumlah penderita DBD di Indonesia sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Indeks Rate/IR= 37,27 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate/CFR= 0,90 %). Jumlah kasus penyakit DBD terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 19.663 kasus diikuti oleh Jawa Timur (8.177 kasus), Jawa Tengah (7.088 kasus) dan DKI Jakarta (6669 kasus). Keempatnya merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar dimana ini merupakan faktor risiko dari penyebaran penyakit dengue. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A.
albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya). Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :
C. 1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor dai satu tempat ke tempat lain;
D. 2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
E. 3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (WHO, 2000).
Gambar 1. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
F. Etiologi
Mual dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Kemoterapi
2) Obstruksi usus
3) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalsemia, hiperglikemia, hiponatremia)
4) Uremia
5) Obat (digitalis, opium) dan metastase otak
Orang yang menderita mual biasanya tidak akan mengalami rasa sakit akan ktetapi merasa kurang nyaman pada pada bagian dada, perut bagian atas, dan pada bagian belakang tenggorokan. Gejala mual juga dikaitkan dengan dengan beberapa gangguan seperti sakit kepala, muntah, pusing, ringan, diare, sakit perut.
H. Patofisiologi dan Clinical Pathway E.1 Patofisiologi
Menurut Nursalam (2005), penyebab penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau demam berdarah adalah Virus Dengue, di indonesia virus tersebut sampai saat ini telah di isolsi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B dalam Arthropedi bone viruses (arbu viruses), yaitu DEN1,DEN -2,DEN-3, dan DEN-4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak.Di Thailand, di laporka bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan.sementara di Indnesia, yang terutama domian adalah DEN-3, tetapi akhhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi DEN-2. Infeksi oleh salah satu serotipe meninbulkan anti badi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.Virus dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti.nyamuk aedes albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia kecuali di ketinggian lebi dari 1000 m di atas permukaan laut.
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi,hemodinamika,dan biokimia DHF hingga kini belum di ketahi secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hyphotesis ata The Sequential Infection Hyphotesis dari Halsteel yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seorang seteleh terinfeksi degue untuk pertamakalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh pasien akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendoteal seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati, limpa,. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomenan patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamine, serotin, serta aktivasi system kalikreanin yang berakibat ekstra vasasi cairan intravaskuler, hal ini berakibat berkurangnya volume plasma. Terjadinya hipotensi, hipoproteinemia, efusi dan rejatan karena adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan engan ditemukan cairan dalam rongga serosa terjadi dalam rongga peritoneum, pleura dan miokard. Rejatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma bila tidak segera teratasi akan jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Penyebab lain kematian DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya diakibatkan oleh trombositopenia dan gangguan fumgsi trombosit. Fungsi agregasi tombosit menurun mungkin disebabkan karena proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh system koagulasi. (Harnawatiaj. 2008)
E.2 Clinichal Pathway
Nyamuk Aedes Aegypti
viremia Merangsang Hipotalamus Depresi sumsum tulang belakang Kompleks virus antibodi Kurang pengetahuan Zat pirogen lepas
trombositopenia Aktivasi sistem komplemen
Penatalaksanaan F.1 Penetalaksanaan Medis
Pemberian obat antiemetik: 1) Domperidon 10mg
Indikasi:
a. Dyspepsia fungsional
b. Mual akut dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin)
Kontraindikasi:
a. Pengguna alergi pada domperidon 2) Ondansentron
Indikasi:
a. Untuk untuk menangani mual dan muntah yang diinduksi oleh obat kemoterapi dan radioterapi sitotoksik.
b. Pencegahan mual dan muntah pasca operasi.
c. Narfoz sebaiknya tidak digunakan pada keadaan mual atau muntah karena sebab lain.
Kontraindikasi:
a. Narfoz jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap Ondansetron. hipertemi perdarahan Kekurangan volume cairan Perawatan di rumah sakit hospitalisasi Perdarahan gastrointestinal Peningkatan asam lambung Mual muntah Antihistamin dilepaskan Peningkatan permeabilitas kapiler Kebocoran plasma Ruam, perdarahan dibawah kulit Gatal, pruritus Kekuran gan darah Anemia Nyeri abdomen
F.2 Penatalaksaan Non Medis
1) Kenali semua makanan pemicu mual dan muntah dan berusahalah untuk menghindarinya.
2) Makan lebih sering dengan porsi yang lebih kecil, sehingga kita tidak pernah merasa terlalu lapar atau terlalu kenyang.
3) Hindari makanan berlemak atau makanan yang digoreng dan juga berkuah. 4) Pastikan menempatkan crackers, roti, sereal atau makanan tawar lainnya tidak jauh dari jangkauan kita. Cobalah makan beberapa crackers sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
5) Lakukan manajemen mual dan distraksi untuk pasien
I. Tindakan Keperawatan
G.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1) Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung yang ditandai oleh pasien mengatakan enggan terhadap makanan, peningkatan menelan, dan rasa asam di mulut.
G.2 Perencanaan Keperawatan
Tabel 1. Penatalaksaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil
(NOC) Intervensi (NIC) Rasional 1. (00134) Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung yang ditandai oleh pasien mengatakan enggan terhadap makanan, peningkatan menelan, dan rasa asam di mulut
Kontrol mual dan muntah (1618)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah keperawatan mual akan berkurang dengan kriteria hasil:
1. Pasien dapat melakukan langkah-langkah
pencegahan muntah (161805)
2. Menghindari faktor-faktor penyebab bila mungkin ada (161806)
Manajemen Mual (1450) a. Ajarkan pasien cara
mengatasi mual.
b. Monitor asupan makanan c. Identifikasi faktor-faktor
yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap timbulnya mual
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat dan tidur
e. Dorong pola makan dengan porsi sedikit tapi sering
a. Membantu pasien agar dapat secara mandiri mengatasi mualnya apabila sewaktu-waktu timbul
b. Mengetahui dampak mual terhadap nafsu makan
c. Mencegah timbulnya rasa mual
d. Mengurangi mual dan membuat pasien tenang
e. Mengurangi mual dan memperbaiki nutrisi tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, dkk. 2015. Nursing Intervension Classification. Jakarta: EGC.
Fithrah, Bona Akhmad. 2014. Penatalaksanaan Mual Muntah Pascabedah di
Layanan Kesehatan Primer. Diakses melalui:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_217CME_Penatalaksanaan%20Mu al%20Muntah%20Pascabedah%20di%20Layanan%20Kesehatan%20Primer .pdf. [7 September 2016].
Heather, Herdman. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Demam Berdarah. Diakses melalui:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/bul etin-dbd.pdf. [7 September 2016]
Rahmawati, Zahara Nur. 2009. Evaluasi Penggunaan Antiemetik dalam Penatalaksanaan Mual Muntah karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sucipto, dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe Virus Dengue Di Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 14 (2):
51-56. Diakses melalui:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/download/10039/8000. [7 September 2016].