• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, dimulai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, dimulai"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat (Kemenkes RI, 2010). Balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan dengan masalah gizi salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada balita saat ini yaitu stunting.

Stunting merupakan status gizi kurang yang bersifat kronik pada

masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO (WHO, 2014). Stunting ditandai dengan keadaan tubuh pendek atau sangat pendek yang dimana tidak sesuai dengan perkembangan pada usia anak bahkan dapat menimbulkan gangguan perkembangan fisik sehingga menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, motorik, serta penurunan performa anak, anak dengan stunting memiliki IQ (Intellegence Quotient) 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal. Anak dengan stunting memiliki kemungkinan penyebab tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat, memiliki kerentanan terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit

(2)

tidak menular, dan peningkatan resiko overweight atau obesitas (Setiawan & Machmud, 2018).

Balita dengan stunting akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan baik fisik maupun kognitif yang optimal di masa depan. Kejadian stunting pada tahun 2017 mencapai 22,2 % atau sekitar 150,8 juta balita di dunia, lebih dari setengah anak dengan stunting berasal dari Asia yaitu 55%, 39% tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta anak stunting yang berasal dari Asia proporsi terbanyak dari Asia selatan 58,7% dan proporsi paling sedikit Asia Tengah yaitu 0,9%. Menurut WHO data prevalensi balita stunting di Indonesia termasuk dalam negara ke 3 dengan prevalensi tertinggi di Regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR) dengan rata-rata prevalensi balita pada tahuun 2005-2017 adalah 36,4%. Kejadian balita stunting atau pendek merupakan masalah gizi yang dihadapi di Indonesia. Berdasarkan data Pemantaun Status Gizi (PSG) tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi paling tinggi dari pada masalah gizi lainnya, seperti kurang gizi, kurus, dan gemuk. Prevalensi stunting mengalami kenaikan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6 pada tahun 2017. Prevalensi stunting balita di Indonesia cenderung statis. Hasil RISKESDAS pada tahun 2007 menunjukkan balita stunting sebesar 36,8%. Pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan 35,6% namun pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan sebanyak 37,2%. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, saat hamil , persalinan, sesudah melahirkan, keadaan ibu hamil terlalu muda dan keadaan ibu hamil terlalu tua berisiko memiliki

(3)

melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting. (KEMENKES, 2018)

Stunting atau gangguan pertumbuhan ini terjadi akibat beberapa

faktor diantara faktor sosial-ekonomi, faktor janin, faktor ibu, kesakitan pada bayi, kurang asupan gizi pada bayi. Penelitian di Cina menunjukkan bahwa faktor ibu merupakan faktor resiko penyebab anak pendek diantaranya ibu dengan kadar hemoglobin yang rendah atau biasa disebut anemia dan kurang gizi saat hamil masing-masing memiliki resiko 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia (kadar hemoglobin normal) atau kurang gizi saat hamil, serta ibu yang berpendidikan lebih rendah memiliki resiko 2 kali lebih tiggi dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi (Y.Jiang, 2014). Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama dalam perilaku dan praktik pemberian makan terhadap anak juga menjadi penyebab terjadinya anak stunting, apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan pada masa kehamilan dan laktasi akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor lainnya yang menyebabkan stunting yaitu terjadinya infeksi pada ibu, kehamilan di usia remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat, hipertensi, rendahnya akses pelayanan kesehatan serta akses sanitasi menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2018).

Faktor ibu dan kondisi ibu saat hamil menjadi penentu kondisi kesehatan janin yang dikandungnya, gizi ibu saat hamil, hipertensi dan

(4)

kadar hemoglobin yang rendah (anemia) pada ibu saat hamil dapat mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya, apabila gizi ibu dan kondisi ibu saat hamil normal, tidak mengalami hipertensi dan kadar hemoglobin yang normal kemungkinan besar akan menghasilkan bayi yang sehat, cukup bulan serta berat badan yang normal. Kadar hemoglobin yang rendah atau anemia memiliki konsekuensi nutrisi dan kesehatan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan mental pada anak. Kadar hemoglobin yang rendah (anemia) dan hipertensi selama masa kehamilan dapat meningkatkan faktor risiko dalam menghambat pertumbuhan dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kelahiran premature, kematian bayi dalam kandungan, dan pertahanan tubuh berkurang yang mengakibatkan infeksi pada ibu dan anaknya (Prakash & Yadav, 2015).

Kejadian stunting merupakan masalah yang serius dan besar bagi tenaga kesehatan karena stunting berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan pada anak, serta berpengaruh pada kemampuan kognitif dan motorik anak, jika ini tidak ditangani sejak awal maka akan berlangsung sampai dewasa. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting diantaranya anemia dan asupan gizi ibu yang kurang, jarak kelahiran yang terlalu dekat, hamil usia remaja, postur tubuh pendek dan hipertensi saat hamil.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas peneliti bermaksud untuk meneliti kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa yang prevalensinya lebih banyak. Adapun judul yang telah dibuat oleh peneliti

(5)

ialah, “Hubungan Tekanan Darah dan Kadar Hemoglobin Ibu Saat Hamil dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa”.

B. Perumusan Masalah 1. Pernyataan Masalah

Tekanan darah dan Kadar hemoglobin ibu saat hamil memiliki peranan penting pada kondisi janin yang dikandungnya dan harus dilakukan pemantauan dan pemeriksaan secara rutin. Pada ibu hamil tekanan darah yang normal dan kadar hemoglobin yang normal diperlukan untuk kesehatan janin yang nantinya akan berdampak pada kesehatan bayi saat lahir. Apabila kondisi kesehatan ibu tidak normal dan gizi ibu tidak terpenuhi akan berdampak pada bayi seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ataupun permasalahan lain seperti stunting pada balita. Kejadian stunting dapat berpengaruh pada pertumbuhan anak dan penurunan kemampuan kognitif dan motorik anak sehingga harus mendapatkan perhatian lebih bagi tenaga kesehatan.

2. Pertanyaan Masalah

a Bagaimanakah Tekanan Darah Ibu saat Hamil pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa ?

b Bagaimanakah Kadar Hemoglobin Ibu saat Hamil pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa ?

c Bagaimanakah kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa?

(6)

d Adakah hubungan Tekanan Darah Ibu saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa ?

e Adakah hubungan Kadar Hemoglobin Ibu saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan Tekanan Darah dan Kadar Hemoglobin Ibu Saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa.

2. Tujuan Khusus

a Mengidentifikasi Tekanan Darah Ibu saat Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa

b Mengidentifikasi Kadar Hemoglobin Ibu saat Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa

c Mengidentifikasi Kejadian Stunting pada Blita di Wilayah Kerja Puskesmas Arajasa

d Menganalisis hubungan Tekanan Darah Ibu saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa e Menganalisis hubungan Kadar Hemoglobin Ibu saat Hamil dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa D. Manfaat Penelitian

1. Profesi Perawat

Melalui masalah dalam penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khusunya perawat mampu menjalankan perannya serta dapat

(7)

mengurangi resiko terjadinya stunting pada balita. Dari hasil penelitian diharapkan perawat dapat membantu proses pemeliharaan kesehatan dan pencegahan terjadinya anemia dengan melakukan pemantauan dan pemeriksaan secara rutin kadar hemoglobin ibu saat hamil dan mencegah hipertensi pada ibu hamil untuk mengurangi kejadian stunting pada balita.

2. Instalasi Layanan Kesehatan (PUSKESMAS)

Dari hasil penelitian ini diharpakan dapat memberikan gambaran terhadap peningkatan mutu dan layanan kesehatan agar dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil dengan melakukan pemantauan dan pemeriksaan kadar hemoglobin secara rutin pada ibu hamil dan agar dapat mengurasi resiko terjadinya stunting pada balita.

3. Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai tekanan darah dan kadar hemoglobin ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan CSR tentunya terdapat beberapa bidang yang harus dilaksanakan oleh pihak perusahaan dalam hal ini Pertamina Lirik Field yang mana menurut John

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi

Autosplitting is another variation on the AUTOLOAD technique, but I haven’t seen it used as much as it used to be. Instead of defining subroutines dynamically, AutoSplit takes..

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 10, menyatakan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang basis data terdistribusi siswa Sekolah Muhammadiyah Palembang agar dapat melakukan pengawasan pada

Bila 100 mL contoh larutan jenuh masing masing garam Pb berikut ini, manakah yang mengandung konsentrasi ion Pb 2+ (aq) paling tinggiA. Berikut ini, manakah pernyataan yang