• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran internet menandai babak baru sejarah manusia. Sekitar abad ke-21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir seluruh aspek kehidupan. Informasi mulai bertebaran dan hampir tidak terbatas oleh jarak, ruang dan waktu. Informasi menjadi komoditi yang digandrungi oleh masyarakat dari berbagai tingkatan sosial. Berbagai jasa pelayanan sosial, mau tidak mau, perlu beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi ini. Perpustakaan adalah satu di antara jasa pelayanan sosial tersebut.

Pada awalnya, perpustakaan hanya berfungsi untuk menjaga koleksi atau akses informasi, melayani individu atau kelompok tanpa melihat adanya potensi hubungan yang sinergi, memberi layanan di tempat sebatas jam pelayanan, manajemen informasi sebatas akses, dan memberikan pendidikan pemakai sebatas tentang pemanfaatan perpustakaan (Lien dalam Testiani, 2015). Pada era pasca internet, fungsi itu perlahan mulai berubah. Perpustakaan berperan dalam meningkatkan kemampuan pemustaka memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna mengakses dan mendayagunakan informasi secara kritis, serta merekam atau mempublikasikan pengetahuan dengan efisien. Perubahan peran lainnya yang disorot khusus dalam konteks ini adalah peran perpustakaan dalam melayani kebutuhan informasi pemustaka yang semakin kompleks.

(2)

Perubahan peran itu begitu terlihat, sebab generasi saat ini merupakan generasi informasi yang ditumbuhkembangkan dalam suatu masyarakat informasi, yang aktivitas sosial-politik, ekonomi dan lain sebagainya, melalui proses konsumsi, produksi dan distribusi informasi. Hal itu berarti, generasi saat ini memiliki kebutuhan informasi yang tinggi di tengah ledakan informasi yang sedang terjadi. Masyarakat mulai kebingungan dalam memfilterisasi informasi yang akurat dan kredibel untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada kondisi inilah, diperlukan kemampuan untuk memilah dan memaknai berbagai informasi yang tersedia agar tidak terjadi kesenjangan pemahaman informasi yang berujung pada kesenjangan intelektual. Kemampuan ini kemudian dikenal dengan sebutan literasi informasi.

Secara garis besar dari beberapa pengertian ahli, literasi informasi merupakan proses bagaimana kita mencari, mengevaluasi, menggunakan, menciptakan dan mengakui keberadaan suatu informasi secara efektif guna mencapai tujuan pribadi, sosial, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Kemampuan literasi informasi pada era ini perlu dibudayakan, oleh karena perubahan zaman memaksa kita untuk sigap dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan baru. Menutup diri dari era keterbukaan informasi ini perlahan-lahan akan membuat kita tersingkirkan, sedangkan mereka yang membuka diri namun tidak berhati-hati dalam menggunakan informasi akan mudah terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan.

Perpustakaan mendapat sorotan tajam pada era keterbukaan informasi, sebab perpustakaan merupakan jantung dari pendidikan dan sumber informasi

(3)

bagi masyarakat. Perpustakaan wajib menjalankan fungsi informasinya, yakni mendorong keterbukaan serta membudayakan literasi informasi dalam masyarakat. Pustakawan sebagai orang yang bergelut dalam dunia kepustakawanan dituntut untuk menguasai literasi informasi agar nantinya dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka yang semakin kompleks dan menularkan kemampuan tersebut kepada masyarakat. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan Dupuis dan Ryan (2002), “holistic librarians with a broad range of competencies and skills are an emerging prerequisite in libraries, especially in technology-oriented roles.” Oleh karena itu, perlulah pustakawan menguasai literasi informasi pada era ini.

Berdasarkan data dari Pusat Pengembangan Pustakawan, sampai pada akhir tahun 2015, pustakawan di Indonesia berjumlah sekitar 2.939 orang. Angka itu terbilang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika, Eropa dan lain sebagainya. Rendahnya jumlah pustakawan ini mengakibatkan peningkatan kualitas pustakawan sebagai suatu hal yang sangat penting. Mengingat, lembaga riset pasar e-Marketer melansir bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 83,7 juta orang dan berada pada peringkat ke-6 di dunia. (Tekno.kompas.com, 24/11/2014). Pada sisi yang berbeda, UNESCO (2012) melansir indeks baca di Indonesia hanya 0,001 persen yang berarti masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Ditambah pula data dari Human Development Index (2013), bahwa indeks Indonesia tahun 2013 ialah 0,684. Naik dari tahun sebelumnya, namun hanya dari segi kesehatan yang mengalami kenaikan, sedangkan taraf pendidikan khususnya melek huruf

(4)

masih terbilang rendah. Hal tersebut menyiratkan kemampuan literasi informasi di kalangan masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal itu serta merta menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan dalam upayanya memenuhi kebutuhan pemustaka sebab tingginya tingkat pengguna internet tidak dibarengi dengan tingginya tingkat literasi. Inilah pekerjaan rumah bagi perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.

Salah satu perpustakaan yang juga berupaya dalam peningkatan literasi informasi adalah Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta. Perpustakaan ini merupakan perangkat pemerintahan Kota Yogyakarta yang memiliki peran vital dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat. Sejak tahun 2008, perpustakaan tersebut berada di bawah naungan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta yang belokasi di Jalan Suroto Nomor 9, Kotabaru, Berada di tengah- tengah kota yang seringkali dijuluki sebagai Kota Pelajar atau Kota Pendidikan, lokasi perpustakaan ini memudahkan masyarakat untuk menjangkaunya. Terdapat 26 (dua puluh enam) orang pustakawan di perpustakaan ini, terdiri dari 1 (satu) pustakawan ahli, 6 (enam) pustakawan terampil, dan 19 (sembilan belas) pustakawan non PNS. Aktivitas kepustakawanan dijalankan dengan menggunakan sistem temu kembali informasi berbasis SIPRUS (Sistem Informasi Perpustakaan). Sarana penelusuran informasi seperti komputer juga tersedia cukup banyak di perpustakaan ini ditunjang dengan penyediaan internet hingga pukul 24.00. Statistik data pengguna internet di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta pada tahun 2015 telah menyentuh angka 163.111 orang.

(5)

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa predikat Kota Yogyakarta sampai saat ini menyiratkan bahwa kota tersebut akrab dengan budaya literasi. Perlu kemudian ditelusuri, apakah keakraban kota ini dengan budaya literasi telah sejalan dengan kemampuan literasi informasi pustakawannya? Predikatnya sebagai kota pendidikan menyiratkan pula bahwa masyarakat Kota Yogyakarta khususnya para pelajar memiliki kebutuhan informasi yang tinggi. Sudahkah kebutuhan informasi masyarakat, dalam hal ini pemustaka, dipenuhi oleh pustakawan dengan memanfaatkan kemampuan literasi informasi mereka? Pertanyaan-pertanyaan serta gambaran di atas yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Literasi Informasi Pustakawan dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pemustaka di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta.”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana literasi informasi pustakawan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta?

1.3 Batasan Masalah

Peneliti hanya membahas literasi informasi dalam kaitannya dengan perpustakaan serta membahas literasi informasi pustakawan di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dengan menggunakan model literasi informasi Empowering Eight sebagai indikator penilaian dan pengukuran tingkat kemampuan literasi informasi mereka. Literasi Informasi yang dimaksud lebih mengacu kepada hal-hal akademik seperti karya tulis, sebagaimana tergambarkan

(6)

dalam model literasi informasi Empowering Eight. Indikator penilaian peran literasi informasi pustakawan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka ialah intensitas interaksi antara pemustaka dengan pustakawan, ragam informasi yang dibutuhkan, penggunaan informasi yang diberikan oleh pustakawan, dugaan terhadap ketersediaan informasi yang dibutuhkan, dan kepuasan pemustaka atas informasi yang diberikan pustakawan.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian mengenai peran literasi informasi pustakawan dalam pemenuhan informasi pemustaka ini antara lain:

1. Mengetahui peran literasi informasi pustakawan dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta. 2. Membangun kesadaran mengenai pentingnya kemampuan literasi

informasi di kalangan pustakawan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka.

1.5 Manfaat

Penelitian mengenai literasi informasi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu perpustakaan yang berkaitan dengan literasi informasi. Mampu memperkaya wawasan pembaca, sekurang-kurangnya dapat memberikan sumbangan pemikiran serta nantinya dapat menjadi referensi karya tulis selanjutnya oleh peneliti lainnya.

(7)

Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan dorongan bagi Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka, dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya ataupun menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa, pegiat perpustakaan, aktivis literasi dan lain sebagainya.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penelitian ini yang menjadi alur bahasan berdasarkan bab-babnya sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan: Memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan serta manfaat penelitian.

Bab 2 Tinjauan Pustaka: Menjabarkan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian, konsep-konsep serta teori yang menjadi pisau analisis.

Bab 3 Metodologi Penelitian: Menjelaskan jenis dan lokasi penelitian, sumber data, unit analisis, teknik analisis, pengumpulan serta penyajian data.

Bab 4 Pembahasan: Bagian ini membahas gambaran umum Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dan penjabaran mengenai literasi informasi pustakawan, kebutuhan informasi pemustaka dan peran dari literasi informasi pustakawan dalam pemenuhan kebutuhan pemustaka di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa pola pengelolaan Tanah Adat Jurang Koak di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Desa Bebidas Kecamatan Wanasaba dikelola dengan pola secara kolektif dan

Tingkat  kinerja dan kapasitas  sistem  teknologi  informasi  harus  selaras dan sinkron dengan  dinamika  bisnis  dari  waktu  ke  waktu.  Untuk  itulah 

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan energi panas bumi, pemanfaatan langsung ( direct use ) dapat dikembangkan bersamaan dengan pengembangan panas bumi untuk tenaga

Peristiwa tersebut diduga terjadi akibat beberapa hal, yakni terjadi kebocoran dalam jaringan pipa produksi, terjadi scaling didalam pipa, terakhir dapat disebabkan oleh

Hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0,756 yang menunjukan bahwa penggunaan uang logam di Kabupaten Pulau

Sistem Usulan Administrator Petugas Waserda Bendahara Sekretaris Ketua Koperasi Login Mengelola Data Barang Mengelola data Users Input Permission Access Mengelola Data

Dengan membandingkan performansi Throughput, WIP, Utilitas setiap stasi un kerja pada prod uk tamiya ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara mendalam

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kaum perempuan telah diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status mereka yang bermartabat, terhormat dan mulia