• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN KITAB TA LIM AL-MUTA ALLIM IMPLIKASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN KITAB TA LIM AL-MUTA ALLIM IMPLIKASINYA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS PEMBELAJARAN KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUT THOLIBIN ‘ASPIR’ PESANTREN

KALIWUNGU KENDAL

Setelah data-data yang penulis butuhkan dapat terkumpul dengan lengkap, maka selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data-data tersebut. Mengingat data-data yang terkumpul kebanyakan bersifat fenomonologis dan sukar untuk diangkakan, maka dalam analisis ini penulis menggunakan pendekatan penomonologis dan menggunakan metode kualitatif.

Seuai dengan metode data tersebut, maka langkah yang penulis terapkan mengkomparasikan antara data yang berasal dari lapangan, dengan data kepustakaan yang berupa teori dan konsep yang ada relevansinya sebagai standar penilaian. Adapun analisis tersebut terhadap hal-hal sebagai berikut:

A. Pembelajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Pembelajaran kitab Ta`lim al-Muta`allim merupakan usaha rama mashayikh (Rama Kiayi) yang sistematis terarah, yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar menuju perubahan tingkah laku dan pedewasaan para santri.

Kegiatan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” Pesantren Kaliwungu Kendal merupakan penyajiannya pada pembelajaran akhlaq yang harus dimiliki oleh seorang santri dalam menuntut ilmu.Uraiannya terpokus pada sikap-sikap apa saja yang mesti dilakukan oleh seorang santri dalam menuntut ilmu baik hubungannya dengan guru (Kiyai), dengan sesama santri, maupun bagaimana seharusnya memberlakukan buku-buku (kitab) yang dipelajarinya itu. Dengan kata lain, kitab ini merupakan pedoman atau kode etik santri agar kegiatan belajarnya berhasil dengan baik sesuai dengan yang digariskan oleh islam.

(2)

Materi kitab Ta’lim al-Muta’allim diajarkan di kelas dua tsanawiyah MSHH Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” Pesantren Kaliwungu Kendal. Mengapa kitab tersebut diajarkan di kelas Dua Tsanawiyah? Alasannya, karena apabila kitab tersebut diajarkan di kelas Sekolah Pertama (SP) atau diajarkan di kelas Satu Tsanawiyah mereka masih belum mampu mengapsahi kitab kuning dan tulisannya masih oret-oretan, bahkan tulisannyapun kurang dapat dibaca oleh santri itu sendiri.karena mereka masih mengenal dan baru bisa mengapsahi kitab kuning. Tetapi apabila kitab ta’lim al-Muta’allim diajarkan di kelas Dua Tsanawiyah sudah dikatakan cukup bisa dan sudah dianggap cocok, karena mereka sudah membekali tata cara mengapsahi dan mempelajari kitab kuning, seperti kitab-kitab dasar (permulaan) yang harus dikaji dulu oleh seorang santri. misalnya kitab Ajjurumiyah, Amsilatut Tashripiyah, Bahasa Arab, dan sebagainya. Demikian itu mereka lebih mudah mengikuti dan mengkaji kitab ta’lim

al-Muta’allim.

1. Tujuan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim

Tujuan pembelajaran kitab Ta`lim al-Muta`allim, pengarang (Syaikh al-Zarnuji) sendiri telah menjelaskan bahwa, “Setelah saya melihat dimasa kini banyak sekali penuntut ilmu yaitu mengamalkan dan menyiarkannya, lantaran mereka salah jalan dan meninggalkannya persaratan keharusannya, padahal setiap yang salah jalan itu akan tersesat dan gagal tujuannya baik kecil maupun besar, maka dengan senang hati kami bermaksud menjelaskan kepada mereka tentang jalan mempelajari ilmu sesuai dengan apa yang dapat kami ketahui dari kitab-kitab dan dari para guru kami yang Alim dan Arif, dengan mengharapkan bantuan do`a dari para pecinta ilmu yang Mukhlish. Semoga kami memperoleh kebahagiaan dan sentausa di hari kemudian”

Adapun landasan utama kitab Ta’lim Muta’allim yaitu al-Qur’an dan al-Hadis dan menata santri yang beradab dalam menuntut ilmu.

(3)

Tujuan pembelajaran akhlaq (Kitab Ta’lim al-Muta’allim) adalah membentuk santri agar memeiliki kepribadian muslim yang berakhlaqul karimah baik dalam hubungannya dengan Allah (Hablum Minallah) maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia (Hablum Minannas) serta dalam hubungannya dengan alam sekitar atau makhluq lainnya

Jadi tujuan pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim yang diterapkan di Pon-Pes Roudlotut Tholibin “ ASPIR” adalah untuk membentuk kepribadian santri yang beradab dalam belajar dan meningkatkan semangat santri dalam menuntut ilmu untuk menghasilkan buah ilmu yang manfaat, bermanfaat untuk dirinya maupun untuk orang lain.

2. Materi pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim

Materi pembelajaran kitab Ta’li al-Muta’allim yang di ajarkan di Pon Pes Roudlotut Thoibin “ASPIR” yaitu mencakup semua Pasal-Pasal yang ada di kitab tersebut.

Adapun materi-materi kitab Ta’lim al-Muta’allim terdapat 13 pasal (bab), diantaranya yaitu:

1. Pasal tentang pengertian ilmu, fiqh dan keutamaannya

Secara garis besar pasal ini dijelaskan bahwa ilmu sangat penting namun dalam kitab tersebut ada skala prioritas bahwa maksud dari ilmu adalah ilmu agama. Mengapa ilmu agama samgat penting? Sebab ilmu agama mengatur perilaku manusia dan cara-cara bermuamalah dengan manusia lain, ilmu muamalah dijelaskan dalam fiqh karena ilmu fiqh ilmu yang memgahas bagaimana cara bermuamalah.

2. Pasal tentang niat diwaktu belajar

Niat adalah jalan awal yang menentukan berhasil dan tidaknya dalam belajar. Niat adalah dasar pokok segala amal ibadah. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Semua amal tergantung pada niatnya”. Oleh karena itu seorang santri harus memiliki dasar niat yang ikhlas mengharap ridlo Allah SWT, mencari kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan dirinya, menghidupkan agama dan

(4)

melestarikan islam, karena islam akan tetap lestari kala pengikutnya atau matinya berilmu.

3. Pasal tentang memilih ilmu, guru, teman, dan mengenal ketabahan Dalam hal ini ada beberapa pesan yang harus dijadikan landasan para pencari ilmu tentang bagaimana mencari guru. Cara memilih ilmu disebutkan, harus mencari kyai atau guru yang ‘alim, bersifat wara’dan berwatak istiqomah. dan teman yang suka menghayati Quran dan al-Hadist. Mengapa harus berhati-hati memilih teman, sebab teman juga mempengaruhi tingkah laku seseorang. Selain memilih guru dan teman seseorang harus tabah daengan segala cobaan dan tantangan. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa “Gudang ilmu selalu diliputi cobaan dan ujian”. Ali bin Abu Tholib berkata: “Ketahuilah kamu tidak akan

memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, bimbingan atau petunjuk guru dan waktu yang lama”.

4. Pasal tentang menghormati ilmu dan ulama

Para santri tidak akan mendapatkan ilmu manfaat jika tida menghormati guru. Menghormati lebih baik dari pada mentaati, sebab orang hormat pasti taat. Tapi orang yang taat belum tentu hormat, karena bisa saja ketaatannya di dasarkan pada rasa takut bukan menaruh hormat. Selain itu dalam islam diajarkan bahwa menghormati ilmu dan guru sangat dianjurkan bahkan wajib.

5. Pasal tentang tekun, kontinuitas dan minat

Orang yang mencari ilmu harus tekun, kontinu (terus-menerus) dan didasarkan minat yang tinggi. Tanpa ketekunan tidak aka berhasil mendapatkan ilmu. Begitu juga tanpa sikap istiqomah dan minat yang tinggi, usaha kita akan sia-sia. Dengan demikian tekun, kontinyu, dan minat merupakan satu rangkaian harus dimiliki oleh santri Roudlotut Tholibin “ASPIR”.

(5)

6. Pasal tentang permulaan ukuran dan tata tertib belajar

Adapun yang dijalani pasti ada permulaannya apalagi mencari ilmu. Dalam tradisi pesantren hari permulaan mengaji yang baik adalah hari Rabu. Namun bagi kita semua hari adalah baik, tergantung bagaimana kita memulai mengaji,sebab baik dan buruknya ditentukan dari awal.Setelah menetukan hari yang dianggap baik para santri harus menata kecukupannya, ilmu apa yang harus dipelajari, sebagaimana manusia mendasari kemampuannya. Selanjutnya kita harus tertib menjadwal belajaragar tertib terencana, diantatranya adalah membiasakan diri berdiskusi.

7. Pasal tentang tawakal

Para pencari ilmu haru tawakal,artinya mencari ilmu tidak perlu cemas soal rezeki dan jangan terlalu sibuk memikirkan soal rezeki. Sebagaimana yang telah kita rasakan bersama.. Mencari ilmu penuh dengan kesengsaraan, sebab menuntut ilmu selalu berurusan hal-hal sifatnya besar dan lebih utama dari pada perang. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu jika ia mampu menghadapi kesulitan dan penderitaan. niscaya ia akan merasakan lezatnya ilmu. Inilah makna tawakal dalam mencari ilmu.

8. Pasal tentang masa pendapatan buah hasil ilmu

Pasal ini bisa dikatakan bagaimana menempatkan untuk belajar secara baik, sehingga orang tersebut mendapatkan hasil yang memuaskan. Waktu belajar yang baik dalam kitab ini disebutkan pada waktu menjelang waktu subuh dan antara magrib dan isya, itu adala waktu yang terbaik dan batas minimal, kalau bisa semua waktu harus digunakan belajar secara baik.

9. Pasal tentang kasih sayang dan nasehat

Orang berilmu harus menyayangi sesama, senang kalau orang lain mendapat kebaikan, tidak iri (hasud). Dan sesama menuntut ilmu harus saling menasehati satu sama lain, agar terjalin hubungan yang harmonis

(6)

sesama teman. Intinya para santri harus rukun dan mengikat persaudaraan sehingga tercermin hubungan yang kondusif.

10. Pasal tentang istifadah

Para santri harus mampu mencari tambahan ilmu pengetahuan agar mendapatkan ilmu pengetahuan. Harus selalu membawa buku dan pulpen untuk menulis ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu yang di hafal suatu saat akan lupa, sedangkan ilmu yang ditulis akan selalu abadi. Sehingga para santri dianjurkan mampu memanfaatkan kesempatan bersama pada ulama untuk membina ilmu pengetahuan sebagai tambahan.

11. Pasal tentang wara’ dikala belajar

Sikap wara sangat penting karena bisa membawa kemudahan dalam belajar dan ilmunya lebih bermanfaat. Sebagaimana ulama ada yang mengatakan: Barang siapa yang tidak berlaku wara’ ketika belajar ilmu maka dia akan diuji oleh Allah dalam salah satu dari tiga macam yaitu: niat anda, ditempatkan bersama orang-orang bodoh dan diuji menjadi pelayan pemerintah. Termasuk sifat wara’ adalah menghjindari kenyang, banyak tidur dan banyak bicara yang tidak berguna.

12. Pasal tentang penyebab hafal dan lupa

Para santri harus memelihara hafalannya, dan hal-hal yang menyebabkan kuatnya hafalan adalah tekun dan rajin aktif, mengurangi makan, shalat malam dan mau membaca al-Qur’an. Sehingga ada perintah ketika mau belajar santri harus berdoa terlebih dahulu agar mudah ingat.

13. Pasal tentang pendatang dan penghalang rizqi serta pemanjang dan pengurang umur.

Setiap manusia membutuhkan makan, maka para santri harus mengetahui hal-hal yang dapat mendatangkan rizqi. Juga harus mengetahui apa yang dapat menambah dan mengurangi umur serta hal-hal yang menyehatkan badan agar leluasa menuntut ilmu. Santri harus

(7)

menghindari tidur pagi, sebab tidur pagi bisa menjadikan manusia miskin, miskin harta dan miskin ilmu.

Adapun mengenai penuntut dalam kitab tersebut tidak terdapat kalimat penutup melainkan ungkapan rasa puji syukur atas selesainya kitab tersebut. Itulah sekilas isi (pasal) dari kitab Ta`limul Muta`allim

Thoriqututta`allum dan sekilas komentar kandungan per Pasal.

3. Metode Pembelajaran Kitab Ta’li al-Muta’allim

Pendidikan Madrasah Salafiyah Hudlurul Huda (MSHH) Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR”,dalam metode pengajarannya menggunakan sistim klasikal dengan metodologi klasik (tradisaonal). Diantara metode-metode tersebut diatas adalah:

1. Metode Sorogan

Yaitu suatu aktivitas pengajaran secara indipidual, dimana setiap santri mengjadap secara bergiliran kepada Ustadz atau Kyai untuk membaca,menghapalkan pelajaran yang diberikan sebelumnya. 2. Metode Bandongan atau Wetonan

Yaitu kegiatan pengajaran dimana seorang Ustadz atau Kyai membaca dan menerjamahkan dan mengupas pengertian kitab kepada para santri.

3. Metode Musyawarah atau Halaqoh

Yaitu diskusi untuk memahami isi kitab, membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya, yang dipimpin langsung oleh ustadz atau santri senior. Dalam pelaksanaannya para santri bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.

4. Evaluasi Pembelajaran Kitab Ta’li al-Muta’allim

Evaluasi atau cara penilaian pembelajaran kitab Ta’lim

al-Muta’allim dalam pembentukan kepribadian santri Pon-Pes Roudlotut

Tholibin “ASPIR” Pesantren Kaliwungu Kendal yang dilakukan oleh seorang ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam beberapa aspek, yaitu:

(8)

a. Aspek Pengetahuan (Kognisi)

yaitu dilakukan dengan menilai kemampuan santri dalam membaca, menterjemahkan, dan menjelaskan

b. Aspek Sikap (Afeksi)

yaitu dapat dinilai dari sikap dan kepribadian dalam kehidupan santri sehari-hari

c. Aspek Ketrampilan (Skill)

yaitu sesuatu yang dikuasai oleh para santri dapat diamati melalui praktek kehidupan sehari-hari. Dan;

Dengan cara penilaian tersebut seorang ustadz atau kyai akan tahu kepribadian setiap santri dalam kehidupan sehari-hari.

B. Akhlak santri

Akhlak seorang santri pada dasarnya adalah pancaran kepribadian dari seorang ulama yang menjadi pemimpin dan guru pada setiap pondok pesantren yang bersangkutan, sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa ulama itu bukan saja sebagai guru, tetapi juga sebagai uswatun hasanah bagi kehidupan setiap santri dalam aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu apabila seorang ulama atau kiai telah memerintahkan sesuatu kepada para santrinya, maka bagi santri itu tidak ada pilihan lain, kecuali mentaati perintah itu

Akhlak santri merupakan sikap santri dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pesantren maupun diluar pesantren. Kepribadian santri pada umumnya mereka memiliki pendidikan dan latar belakanng yang berbeda-beda, ada yang keluaran dari pendidikan Sekolah Dasar (SD) sedangkan sebagian yang lain telah menamatkan pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), bahkan terdapat diantara yang telah menamatkan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA).

Namun mereka datang dan mengikuti pendidikan kurikulum pondok pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR”,dengan motif tujuan yang sama, yaitu semata-mata ingin memiliki pengetahuan ilmu agama yang kelak

(9)

menjadi pedoman serta tuntutan hidupnya, untuk orientasinya ke masa depan mereka juga hanya sebatas ingin memiliki ilmu perngetahuan dalam bidang ilmu agama yang mungkin diamalkannya untuk diri sendiri bahkan kalau memungkinkan untuk masyarakat di mana mereka tinggal yang kemungkinan besar menjadi pencerah bagi keberagamaan masyarakatnya dan selanjutnya mereka akan dimasukkan pada kriteria orang yang mempunyai kedalaman ilmu agama.

Pada umumnya mereka datang atas kemauan mereka sendiri atau atas dukungan moral maupun tempat belajar. Bukan lantaran pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” menyebarkan semacam iklan, melainkan informasi tentang tersebut diperoleh dari kemelut-kemelut, terutama melalui pihak-pihak yang pernah mengikuti pendidikan atau pernah mengirimkan anggota keluarganya di pendidikan tersebut.

Kurikulum yang ada di pendidikan Pesantren tersebut berdasarkan tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah-masalah yang di bahas didalam kitab kuning. Sedangkan masa pendidikan yang ada di pesantren ini melalui sistem klasikal yaitu berdasarkan tingkat dengan jenjang pendidikan dan sistem non-klasikal yakni membaca kitab klasik dengan metode Sorogan, Bandongan atau Wetonan. Pimpinan telah mengatur jadwal pengajian sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh para ustadz-ustadz dan para santri bebas memilih dan mengikutinya sesuai dengan tingkatan dan kemauan mereka.

Santri pertama kali memasuki pesantren biasanya berhadapan dulu dengan Pengurus Pondok Pesantren tersebut dengan menanyakan alasan dari daerah mana dan motif tujuan mondok itu apa, setelah itu diperkenankan untuk sowan atau silaturrahim ke Pengasuh sebagai pengenalan dengan Kyainya bahwa dirinya itu akan belajar di Pondok Pesantren yang beliau asuh/pegang. Dengan diberi himbauab-himbauan pesan ataupun maidloh dari Kyainya untuk memotivasi santri dalam mencari ilmu di Pondok Pesantren tersebut. Kemudian santri diberikan sebuah kamar untuk inap seterusnya,

(10)

biasanya bersamaan dengan asal daerah masing-masing. Kerena untuk lebih mudah cepat bergaul dan beradaptasi dengan santri lainnya.

Sekiranya santri dianggap betah dan bisa beradaptasi dengan lingkungan pesantren, santri dianjurkan untuk daftar Pondok serta diharuskan pula mengikuti pendidikan Madrasah Pondok Pesantren tersebut demikian juga harus mentaati peraturan-peraturan Pondok Pesantren yang jika melanggar mereka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan tingkat pelanggaran yang mereka perbuat, kalangan santri biasa menyebut hukuman itu dengan istilah ta’jiran.

Kitab Ta’lim al-Muta’lim diajarkan di Madrasah Salafiyah Hudlurul Huda Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” tujuannya untuk mengenalkan para santri adab-adab dalam menuntut ilmu agama yang benar agar bermanfaat ilmunya dikemudian hari dimana kitab tersebut kitab Salaf (klasik) yang pembahasannya sangat langka bahkan jarang sekali diajarkan di pendidikan-pendidikan lainnya kecuali di Pesantren. Biasanya setelah santri mengkaji kitab Ta’lim al-Muta’lim sikap kebiasaan santyri berubah yang tadinya kurang baik menjadi baik, karena terpengaruh oleh pesan-pesan dari kitab tersebut dari mulai membahas tentang masalah-masalah niat sampai membahas tentang pemanjang umur dan pengurang umur.

Kepribadian santri merupakan sikap hidup dan kebiasaan yang

dilakukan setiap harinya. Di dalam lingkungan pesantren santri biasanya megikuti pengajian-pengajian kitab yang diajarkan oleh para ustadz atau para Kyai. Baik itu di dalam pendidikan Madrasah Salafiyah Hudlurul Huda (MSHH) maupun diluar madrasah, seperti pengajian harian, mingguan dan pengajian pasaran. Para santri bebas mengikuti pengajian kepada siapa saja untuk menghasilkan ilmu yag lebih dalam. Dan ada juga santri yang mengikuti jejak tingkah laku para gurunya, jika santri itu sendiri simpatik dan perlu untuk ditirunya.

Santri di dalam cara membawa kitab atau buku pelajaran mereka menghormati dan mengagungkan apa yang sedang dibawanya, dengan cara menggendong kitab atau buku didadanya dengan tangan kanan, atau dengan

(11)

cara menggenggam kitab dengan tangannya. Cara membaca kitabpun santri mempunyai ciri tersendiri yaitu sebelum membaca kitab hadiah fatihah kepada pengarangnya (mushonif) kemudian membaca doa. Santri tidak berani meletakkan pulpennya di atas kitabnya, karena di anggap kurang hormat dan kurang ta’dim kepada pengarangnya Dengan cara demikian mereka mengharap apa yang dipelajarinya dan dikajinya dapat bermanfaat dikemudian hari, baik bermanfaat untuk dirinya maupun bermanfaat untuk orang lain.

Dalam kesehariannya sebagian santri kalau mau makan masak dulu dan pergi kepasar untuk membeli sayuran, kalau sudah masak santri makan bersamaan dengan teman-temannya dalam satu tapsi (talam) tanpa memakai sendok, kadang makan sendirian, dua orang, atau lebih. Setelah itu biasanya santri merokok. Kebiasaan santri di pondok pesantren tersebut pekerjaan yang sering dilakukan dalam pondok, yaitu makan, tidur, merokok, menghapalkan nadhom pelajaran atau melalar, jalan-jalan dan sebagainya. Dan ada juga santri yang suka riadloh (pensucian jiwa) seperti puasa senin kamis, puasa mingguan (puasa bila ruh, mutih, ngasrep,ngrowot),puasa tahunan (puasa

al-Qur’an, dalail), tersebut santri mempunyai keinginan atau hajat yang saling

berbeda-beda,ada yang hajatnya untuk padang ati, untuk mahabah, dan untuk kejadugan. Dari itu mereka memandang semua adalah baik dan penting untuk di masa mendataang.

Santri ada yang rajin ada pula santri yang malas. Santri yang rajin biasanya semangat dalam menuntut ilmu, sholat fardlu dengan berjamaah bahkan sholat sunnahpun dilakukan baik sholat sunnah diwaktu siang maupun sholat sunnah di waktu malam, segala riadloh dilakukan, rajin mutholaah dan menghapalkan pelajaran. Santri yang malas biasanya kurang semangat dalam belajar, jarang sekali sholat dengan berjamaah apalagi sholat sunnah, enggan beriadloh, banyak tidur dan banyak bergurau, sering jalan-jalan tanpa tujuan, banyak memikirkan urusan-urusan duniawi.

(12)

Ada beberapa hal kaitannya dengan akhlak santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” Pesantren Kaliwungu Kendal, meliputi :

1. Hubungan santri dengan kiyai (guru ) dan sesama santri

Kehidupan santri di Pesantren mempunyai corak kepribadian yang berbeda-beda namun dalam sikap kesehariannya dalam berhubungan dengan Kyai identik dengan yang namanya tabarukan (barokah) dari sang Kyai selaku pemangku pesantren, yang dalam tingkah lakunya para santri selalu mengagungkan dan menghormati kyainya sendiri sepenuhnya yang dianggap memiliki ilmu-ilmu agama yang mendalam. Dalam hal ini biasanya terdapat santri yang selalu ingin mengikuti jejak tingkah laku kyai yang perlu untuk ditirunya sebagai figur panutan agar dikemudian hari ada kesamaan tingkah laku dari sang kyainya..

Peraturan Pondok Pesantren yang telah ditetapkan oleh kyai (pendiri pesantren) biasanya para santri mentaati peraturan tersebut yang tujuannya adalah agar mereka mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat dikarenakan selalu mentaati perintah dan fatwa-fatwa Kyai dan mengharapkan barokah darinya. Selain dari itu, biasanya santri tunduk kepada figur seorang kyai, apapun bentuk perintahnya pasti akan dilaksanakan hal tersebut di karenakan adanya rasa ta’dzim kepadanya.

Para santri juga selalu menghormati dan mengagungkan serta tunduk kepada guru-guru (asatidz) di pesantren maupun di luar Pesantren hal itu dilakukan karena mereka adalah asisten-asisten dari kyai, yang telah membantu mengajarkan ilmu-ilmu agama dan meringankan beban kyainya. Maka tidak ada bedanya tingkatan antara kyai dengan guru namun dalam hal posisi dan keimanannnya yang berbeda, kalau kyai sebagai pemangku pesantren dan lebih ‘Alim ilmunya sedangkan guru (asatidz) sebagai pembantu Kyai untuk mengajarkan para santrinya yang diperoleh dari pengalaman mengajarkan ilmu-ilmu dari sang kyai.

Sikap kepribadian santri juga tidak lepas dari yang namanya bergaul dengan sesamanya di dalam lingkungan Pesantren. Di setiap hari

(13)

santri selalu bersama-sama dalam hal apapun juga, baik dalam hal ibadah, mengaji ilmu bahkan dalam hal bergaulpun mereka selalu bersama-sama dengan sesamanya, yang selanjutnya akan selalu timbul adanya obrolan-obrolan yang identik dengan humor santri bernuansakan “penuh dengan adanya gasakan (sindiran)” yang tidak ditemukan di luar pesantren.

2. Hubungan santri terhadap Allah SWT

Sebagai hamba Allah yang mengerti tentang ilmu keagamaan, santri mempunyai cara tersendiri dalam menghambakan diri kepada sang kholiq. Penghambaannya ini tidak lepas dari ilmu yang telah diperoleh dari pesantren ataupun yang sedang dicarinya di dalam Pesantren tersebut, oleh karenanya mereka dalam menghambakan diri kepada Allah SWT tidak lepas dari konsep al-Qur’an dan al-Sunnah yang merupakan dua literatur inti agama Islam bahkan beberapa diantara mereka mempercayai adanya keistimewaan tersendiri sebagai abdi seorang guru (kyai) yang juga merupakan pengabdian mereka terhadap ilmu yang sedang diperoleh sedangkan perjuangan yang sedang di gelutinya itu adalah pengamalan ilmu yang dianggap ibadah oleh mereka.

Para santri juga tak jarang melakukan riyadhoh atau pelatihan kejiwaan dengan berbagai cara dan keyakinan mereka tersendiri tergantung kepada siapa mereka dilatih atau dididik, selanjutnya riyadhoh mereka inilah yang menjadikan mereka terasa dekat dengan sang kholiq yakni Allah SWT yang tercermin dalam tingkah pola mereka bertingkah laku dalam budi pekerti yang mulia.

3. Hubungan santri dengan lingkungan dan alam semesta

Konsep peribadatan Ilahiyah yang direalisasikan santri tercermin dalam pemeliharaan alam sekitar dengan membudidayakan serta memanfaatkannya. Yakni, mejaga dan melestarikan alam agar tetap indah walaupun dalam kenyataannya di dalam Pondok-Pondok salaf yang mayoritas adalah mereka yang berasal dari pedesaan, kurang begitu memperhatikan kebersihan di lingkungan sekitar pondok pesantren “ASPIR”. Namun perbuatan dan tingkah mereka yang seperti itu justru

(14)

merupakan system kekebalan tubuh yang hampir seluruh penghuni Pondok Pesantren tahan terhadap kondisi dan cuaca apapun. Walaupun dalam ajaran Islam selalu mengajak kebersihan dan mencintai keindahan. Berbeda dengan mereka yang hidup dalam lingkup estate elit, mereka akan mudah terserang penyakit bila sedikit saja fisik mereka bersentuhan dengan kehidupan yang ada didalam pondok pesantren.

Di kala mereka pulang ke bumi (daerah asal) masing-masing, para santri akan merubah kebiasaan mereka yang dilakukan di pondok pesanten. Kehidupan sesungguhnya mereka adalah di bumi mereka sehingga para santri akan lebih berhati-hati terhadap alam sekitar, sebagai implikasinya ialah sikap mereka yang bersahabat dengan lingkungan dan menjaga lingkungan agar tetap terjaga serta memberdayakan dan memanfaatkan lingkungan agar lebih bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari mereka selain dari mereka juga bermanfaat untuk lingkungan tersebut.

C. Pembelajaran Kitab Ta’im al-Muta’allim Implikasinya Dalam Pembentukan Akhlak Santri

Kitab ta’lim Muta’allim atau sering disebut Ta’lim

al-Muta’allim Thoriqotut Ta’allum karangan syaikh al-Zarnuji. Walaupun kitab

tersebut sudah berabad-abad dari kemunculannya tetap selalu dikenang sepanjang masa. Bahkan sering juga diterjemahkan oleh pemikir-pemikir Islam. Kitab tersebut sering dikaji di Pondok Pesantren manapun. Dikarenakan dari segi isinya sangat langka.

Keistimewaan kitab Ta’lim al-Muta’allin adalah letak pada materi yang dikandungnya. Sekalipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membicarakan tentang metode belajar, namun sebenarnya membahas tentang tujuan belajar, prinsip belajar, strategi belajar dsb, yang secara keseluruhan didasarkan pada moral religius

Mengapa demikian, karena kitab tersebut didalamnya membahas masalah-masalah adab-adab (akhlak-akhlak) belajar dalam menuntut ilmu,

(15)

sejak niatnya sampai selama dalam masa belajar itu berlangsung. Ilmu disini adalah ilmu yang bermanfaat. Sedangkan pondok pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” merupakan lembaga yang dipimpin langsung oleh kyai (pengasuh). Berdasarkan fakta tersebut bisa diketahui bahwa kitab ini telah disepakati oleh kyai para pemangku pesantren sebagai salah satu kitab yang cocok untuk membekali jiwa kesantriannya dalam menuntut ilmu pengetahuan, khususnya dalam mempelajari ilmu-ilmu agama. Agar apa yang telah diperoleh (di kaji) dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat.

Kitab tersebut jarang sekali dikaji di pendidikan-pendidikan formal, seperti pendidikan SD, SLTP, SLTA,maupun di Perguruan Tinggi lainnya. Dikarenakan kitab tersebut sudah lama (salaf) dan tidak selayaknya untuk dikaji dengan alasan banyak buku-buku baru yang membahas masalah belajar dan mudah dipahami oleh pencari ilmu.

Pentingnya pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim di Pon-Pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” adalah suatu pembelajaran kitab akhlaq untuk para santrinya , sebagai salah satu kitab yang cocok untuk mendasari jiwa kesantriannya,dan membentuk kepribadian santri yang beradab dalam menuntut ilmu agar tujuannya berhasil dan memuaskan.

Dengan adanya pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’alim di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “ASPIR” masuk kurikulum Madrasah Salafiyah Hudlurul Huda (MSHH) di bawah naungan pondok tersebut, sebagai salah satu materi inti dasar adab dalam belajar dan membentuk para santri yang berakhlaq mulia.

Kitab Ta’lim al-Muta’allim menghususkan penyajiannya pada pelajaran akhlaq yang harus dimiliki oleh seorang santri dalam menuntut ilmu. Uraiannya terpokus pada sikap-sikap apa saja yang mesti dilakukan oleh seorang santri dalam menutut ilmu baik dalam hubungannya dengan guru (Kiyai), dengan sesame santri, maupun bagaimana seharusnya memberlakukan buku-buku (Kitab) yang dipelajarinya itu.

Tujuan pembelajaran akhlaq (Kitab Ta’lim al-Muta’allim) adalah membentuk santri agar memeiliki kepribadian muslim yang

(16)

berakhlaqul karimah baik dalam hubungannya dengan Allah (Hablum

Minallah) maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia (Hablum Minannas) serta dalam hubungannya dengan alam sekitar atau makhluq

lainnya.

Dari itu pembelajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim di Pon-Pes Roudlotut Tholibin “ASPIR” Pesantren Kaliwungu Kendal sangat ditekankan oleh para pemangku pesantren (para guru) untuk membekali jiwa kesantriannya agar memiliki semangat belajar agama dan memiliki budi pekerti yang baik. dengan segala metode yang telah diterapkan dalam lingkungan pendidikan. Oleh Karena itulah santri akan terbentuk akhlakul karimah seperi yang digariskan oleh ajaran Islam serta tidak menyimpang dari pedoman al-qur’an dan al-Hadits.

Metode pembentukan akhlak santri, biasanya Kiyai (Guru) memmberikan metodenya dengan berbagai cara seperti; pengajaran, metode keteldanan dan pembiasaan, mengambil pelajaran (Ibrah), nasehat (Mauidlah), kedisiplinan, dan pujian danhukuman (Targhib wa Tahdzib).

Dari metode-metode yang diterapkan dalam pendidikan (pengajaran Kitab Ta’lim al-Muta’allim) santri akan terbentuk kepribadian yang baik dan memiliki akhlak yang mulia sesuai yang diharapkan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa model pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri ini dengan cara penerjemahan terhadap kitab-kitab kuning

Dalam bidang kurikulum, pondok pesantren APIK Kaliwungu yang tetap mempertahankan bahan materi yang bersumber dari Kitab Kuning dengan didukung metode klasikal, penulis nilai

Proses pelaksanaan pembelajaran membaca kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan di pondok pesantren Nurul Huda Banin Simbangkulon yaitu para santri

Akhlak seorang santri pada dasarnya adalah pancaran kepribadian dari seorang ulama yang menjadi pemimpin dan guru pada setiap Pondok Pesantren yang bersangkutan, sebab

Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya manajemen kurikulum yang terdapat di pondok pesantren putri Aris Kaliwungu Kendal mulai dari perencanaan,

Ilyas terkait implementasi pembelajaran kitab Akhlaq Lil Banin dalam pembentukan akhlak santri di PP al-Hidayah Jambi, menemukan bahwa pembelajaran kitab Akhlaq Lil Banin di Pondok

Dalam tesis ini lebih ditekankan pada model pembelajaran yang diterapakan di pondok pesantren yaitu Metode Amsilati dan Metode Al- Miftahuntuk memahami isi dari kitab kuning tersebut,