• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Kriminalitas pada Rumah Susun dengan Pengaturan dan Desain Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pencegahan Kriminalitas pada Rumah Susun dengan Pengaturan dan Desain Ruang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pencegahan Kriminalitas pada Rumah Susun

dengan Pengaturan dan Desain Ruang

Ray Prasetya, Teguh Utomo Atmoko

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

E-mail : ray.prasetya@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai cara mencegah kriminalitas dalam lingkungan hunian rumah susun dengan memanfaatkan pengaturan dan desain ruang di dalamnya. Rumah susun sederhana tidak mempunyai teknologi canggih atau petugas keamanan sehingga keamanan menjadi suatu masalah penting. Pendekatan melalui desain ruang dan lingkungan dapat menciptakan partisipasi penghuni untuk ikut memberikan pengawasan dan kontrol sosial terhadap lingkungan yang dihuninya. Faktor yang mendukung adalah batasan teritori yang jelas, pengawasan mutualisme, dan kedekatan hubungan antar penghuni. Jika berhasil, akan tercipta suatu ruang yang dapat mempertahankan diri dari ancaman luar. Ruang ini dapat disebut sebagai defensible space.

Crime Prevention in Walkups by Arrangement and Spatial Design Abstract

This script discusses about how to prevent crime in residential walkups using arrangement and spatial design of its interior. Walkups do not possess advanced technology or security personnel so security becomes an important issue. Approach through spatial and environmental design can create participation of the occupants to provide surveillance and social control over their own neighborhood. Factors that support this are clear territorial boundaries, mutual surveillance, and relationship between the residents. If successful, these can create a form of space which can defend itself from outside threats. This space can be referred to as defensible space.

Key words: Crime, surveillance, social control, defensible space

(2)

Pendahuluan

Keamanan dan kenyamanan pada dasarnya adalah dua unsur terpenting yang mendefinisikan sebuah tempat tinggal manusia menjadi layak atau tidak untuk ditempati. Dua kriteria ini juga menjadi pertimbangan utama kita saat memilih rumah untuk tempat tinggal kita baik untuk jangka waktu panjang rumah tinggal maupun pendek seperti rumah kos. Mengenai unsur kenyamanan, hal ini tentu cukup relatif karena bergantung pada selera setiap individu. Namun unsur keamanan merupakan hal mutlak yang harus ada bagi manusia. Setiap keluarga dan individu dalam keluarga tersebut berhak mendapatkan jaminan dan rasa aman dalam lingkungan tempat mereka bernaung.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kecenderungan untuk menciptakan interaksi dengan sesamanya terutama di sekitar lingkungan mereka tinggal. Di dalam sebuah rusun yang dihuni beberapa keluarga, interaksi ini dapat difasilitasi dengan adanya ruang-ruang komunal. Dalam rumah susun yang baik, ruang-ruang ini akan dipenuhi interaksi dan aktivitas penghuninya. Fungsi inilah yang akan menjadi unsur krusial yang menentukan kualitas hidup rumah susun itu sendiri yang menyangkut keamanan dan kenyamanan.

Rumah susun memiliki pembagian zona privat, semi-privat, dan publik seperti halnya rumah tinggal lain. Namun karena keunikan sifat rusun yang mengintegrasikan lebih dari satu keluarga yang heterogen, pembagian zona ini menjadi lebih kompleks. Apabila tidak terancang dengan baik, dapat terjadi disintegrasi antar zona ini dan menjadikan fungsi rumah susun tidak berjalan dengan baik. Dalam hal ini, beberapa zona dapat beralih fungsi dan menjadi dead space.

Pada kenyataannya, peralihan fungsi pada zona-zona ini menimbulkan masalah keamanan. Pada rumah susun untuk kelas menengah kebawah, pihak pengelola biasanya tidak menggunakan petugas keamanan atau teknologi tertentu untuk mengawasi ruang-ruang tersebut. Hal ini membuat pengawasan keamanan bergantung kepada masing-masing pemilik unit rumah susun tersebut, dan untuk mendorong partisipasi penghuni, diperlukan unsur desain ruang dan lingkungan yang kuat.

Oscar Newman, seorang arsitek dan perancang kota, mengeluarkan sebuah teori menarik mengenai cara menciptakan sebuah space yang dapat mempertahankan dirinya sendiri dengan memanfaatkan unsur desain ruang dan partisipasi manusia. Teori ini dinamakan defensible

(3)

pokok dari buku tersebut adalah bagaimana caranya mencegah kriminalitas lewat desain urban.

Menurut Newman, desain lingkungan yang baik akan membuat manusia tidak hanya merasa nyaman berada di dalamnya dan ikut memperhatikan keadaan di sekitar mereka, tetapi juga mereka merasa terdorong bahwa mempertahankan lingkungan tersebut menjadi suatu kewajiban. Hal ini akan membuat pelaku kriminal menjadi waspada terhadap lingkungan yang penduduknya saling mengawasi, membuat gerak-gerik mereka terbatasi. Hal ini sangatlah efektif bagi lingkungan perumahan yang tidak dapat membayar petugas keamanan atau teknologi tertentu.

Konteks pemukiman yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah rumah susun. Rumah susun merupakan sebuah space yang memiliki kualitas yang unik karena pengalaman ruangnya sangat berbeda dengan rumah biasa. Di dalam sebuah rumah susun terdapat banyak jenis pengelompokan ruang dengan batasan-batasan jelas yaitu ruang privat yang merupakan unit-unit yang dimiliki tiap keluarga, ruang semi-privat seperti koridor dan tangga, dan ruang publik seperti lobby dan tempat parkir.

Walaupun sudah memiliki batas ruang yang jelas, seringkali pada kenyataannya tidak terjadi sinergi antar satu ruang dengan yang lain akibat desain yang tidak berhasil. Masalah yang sering ditemukan adalah kegagalan penghuni tiap unit untuk mengidentifikasi ruang komunal. Keadaan ini menyebabkan penghuni rumah susun menjadi individualis, disamping kenyataan mereka hidup dibawah satu atap. Kecenderungan ini secara tidak langsung membuat ruang komunal, koridor, lift, tangga menjadi tidak terawasi dan dapat dengan mudah diintervensi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Masalah yang timbul berikutnya adalah seringnya terjadi vandalisme, pencurian, dan pelecehan di ruang-ruang ‘mati’ ini.

Dari fenonema tersebut maka dapat dirumuskan sebuah pertanyaan besar yang menjadi dasar penulisan skripsi ini: “Bagaimana desain ruang dapat mempengaruhi manusia untuk ikut

berperan dalam mempertahankan ruangnya sendiri?” dan dari sini akan muncul anak

pertanyaan: “Bagaimanakah kriminalitas dapat terjadi di dalam rumah susun dan bagaimana cara pencegahannya dengan memanfaatkan partisipasi manusia?”

(4)

Tinjauan Teoritis

Rumah sebagai hunian mempunyai banyak jenis dalam hal bentuk bangunan maupun fungsi. Salah satu pembeda yang mencolok adalah jenis hunian tunggal dengan hunian jamak dimana pada hunian tunggal satu keluarga menghuni satu bangunan dalam satu kavling, sedangkan pada hunian jamak ada banyak keluarga menghuni satu atau beberapa bangunan dalam satu kavling. Hunian jamak seperti walkup atau jenis rumah susun lainnya memiliki ruang interior yang dipakai bersama oleh seluruh keluarga penghuninya. Ruang ini dapat dikategorikan sebagai semi-publik, dimana pemakai adalah penghuni rumah susun tersebut dan terbatas dari pihak luar. Inilah hal pembeda yang paling penting, sebab ruang semi-publik tersebut menjadi tanggung jawab bersama.

Dalam mendesain kombinasi antara ruang privat dan publik ini, arsitek sangat mempunyai peranan penting di dalamnya. Sebagai desainer, arsitek harus mampu memahami sifat dan perilaku manusia terhadap ruang di sekitarnya. Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kecenderungan untuk melakukan kontak dan kerja sama. Namun di sisi lain, bentrokan kepentingan dan teritori akan membuat gesekan sosial. Dengan desain, arsitek dapat membantu manusia untuk saling bertemu dan berteman, juga mengurangi gesekan kepentingan akibat perebutan area dan sebagainya.

Desain ruang yang kurang mendapat pengawasan, kurang terkontrol, dan kurang menciptakan pertemuan antar penghuni dapat mengakibatkan kurangnya interaksi antar sesama manusia, dan antara manusia dengan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila kapabilitas sosial ini hilang, akan muncul gangguan sosial berupa kriminalitas. Kriminalitas yang terjadi ada dua jenis yaitu ringan, seperti vandalisme dan prostitusi; dan yang berat, seperti pembunuhan dan perampokan. Namun keduanya dapat menjadi masalah serius bagi kehidupan manusia. Kejahatan ini umumnya terjadi di dalam ruang-ruang semi-publik dalam suatu bangunan seperti koridor, tangga, lobi, terutama area yang biasanya tidak terawasi.

Pencegahan kejahatan ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan petugas keamanan serta teknologi seperti kamera pengawas. Namun hal ini menjadi masalah bagi kawasan rumah bagi kalangan menengah kebawah karena keterbatasan dana. Disinilah muncul teori defensible

space oleh Oscar Newman untuk menjawab permasalahan tersebut. Teori ini berusaha

memanfaatkan kontrol sosial dan pengawasan yang baik oleh masyarakat penghuni setempat untuk mempertahankan lingkungan tinggal mereka, dan hal ini sangat bergantung pada desain

(5)

lingkungan urban itu sendiri. Lingkungan urban yang baik akan mampu membangkitkan kontrol sosial secara informal, yang menjadi inti dari defensible space.

Untuk menciptakan defensible space, suatu lingkungan harus mempunyai sistem pengawasan. Sistem ini sangat bergantung pada bagaimana desain sirkulasi pada ruang publik, peletakan unit-unit keluarga di sekitar ruang publik, bagaimana penghuni dapat melihat ke jalan di depan atau tetangganya. Dalam mendesain ruang ini, perlu pemahaman akan teritori, image nyata dari bangunan, serta pembatasan yang jelas terhadap ruang publik dan privat.

Pada akhirnya, penulis menyimpulkan pencegahan kejahatan dengan defensible space melalui tiga faktor yaitu teritori, pengawasan, dan kebersamaan penghuni.

Kesimpulan pencegahan kejahatan dan perilaku anti sosial lainnya di dalam rumah susun menurut tiga faktor tersebut adalah:

• Teritori

Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengklaim teritori yang berada dekat di sekitarnya sebagai milik mereka. Hal positif yang ditimbulkan adalah muncul rasa tanggung jawab untuk mempertahankan ruang tersebut. Oleh karena itu desain yang baik adalah desain yang dapat membagi teritori tersebut dengan jelas.

Dalam konteks rumah susun, gesekan antar teritori umumnya terjadi di lantai dasar antara setiap unit.

Gb. 1

Penegasan Batas Teritori

Sumber: http://virtualarsitek.files.wordpress.com Publik

Semi-Publik Privat

(6)

Gambar 1 menunjukkan contoh desain yang baik karena dapat menegaskan mana yang merupakan area publik yang dipakai bersama dan mana yang merupakan area privat masing-masing unit. Pembagian teritori yang jelas seperti contoh diatas akan membuat orang asing yang masuk tanpa persetujuan ke dalam area privat akan dianggap “menginvasi” teritori milik penghuni. Terlihat bahwa area pintu masuk rumah lebih tinggi setelah melalui jalan tengah yang dijadikan parkir. Perbedaan level mempertegas batasan dimana area yang privat dan yang dipakai bersama. Jalan tengah tersebut menjadi area yang dipakai bersama oleh pemilik kedua rumah sehingga termasuk dalam kategori semi-publik. Antara area semi-publik dan jalan umum terdapat perbedaan material lantai dan ini menjadi penegas peralihan antara teritori publik dengan teritori dua unit rumah tersebut.

• Pengawasan

Pengawasan yang baik dapat terjadi dengan memanfaatkan desain yang baik pula. Memanfaatkan bukaan-bukaan ke area publik, mengubah orientasi bangunan menjadi saling berhadapan sehingga dapat saling mengawasi merupakan contoh upaya meningkatkan surveillance tersebut.

Pengaturan unit hunian dapat mengikuti contoh gambar 2 dimana setiap unit mempunyai pandangan jelas ke arah jalan umum dan tetangga-tetangganya. Hal ini dapat meningkatkan rasa aman dan mengurangi kecemasan tiap penghuni. Bukaan-bukaan juga terletak pada ruang-ruang yang sering digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas oleh penghuninya, missal ruang keluarga, dapur, dll. Dengan ini, tidak hanya pengawasan mencakup banyak area tetapi juga frekuensinya menjadi lebih

Gb. 2

(7)

sering. Dalam pengawasan, hal yang perlu diperhatikan tidak hanya mencakup visual tetapi juga pendengaran. Desain untuk hal ini akan memperhatikan bukaan dan kedekatan lokasi antar unit.

• Kedekatan Fungsional

Walaupun desain rusun sudah baik secara teritori dan pengawasan, akan ada kemungkinan dimana pengawas yang menyaksikan tindak kejahatan tidak berupaya untuk mencegahnya. Hal ini bisa terjadi akibat rasa kepemilikan yang kurang kuat karena yang menjadi korban bukan yang melihat. Disinilah faktor kedekatan antar penghuni, terutama di dalam rumah susun, menjadi faktor penting. Kedekatan yang ditimbulkan oleh desain dan pengaturan disebut sebagai kedekatan fungsional.

Desain sangat menentukan kedekatan antar penghuni ini, sebagai contoh:

Konfigurasi unit seperti gambar 3 akan menimbulkan kedekatan antar penghuni dalam tingkat sedang, dimana peluang mereka untuk saling bertemu masih cukup tinggi. Konfigurasi unit seperti gambar 4 akan menimbulkan kedekatan antar penghuni dalam tingkat minimal, karena peluang untuk saling bertemu kecil karena jarak pintu yang jauh. Konfigurasi ini umumnya dipakai untuk apartemen kelas atas yang memang menekankan privasi. Konfigurasi unit seperti gambar 5 menimbulkan kedekatan antar penghuni dengan maksimal, dimana peluang untuk saling bertemu sangat besar karena keduanya saling berhadapan dan berbagi ruang diantara mereka. Konfigurasi ini sangat umum ditemui pada rumah susun sederhana yang menekankan hubungan sosial.

Metode Penelitian

Studi Literatur

Penulis terlebih dahulu akan mencari dan mempelajari teori-teori mengenai housing terutama rumah susun, jenis kriminalitas berikut penanggulangannya, serta hubungan manusia dengan tempat yang dihuninya itu sendiri. Teori ini kemudian akan menjadi patokan utama

Gb. 3 Konfigurasi Berderet

Gb. 4

Konfigurasi Saling Membelakangi

Gb. 5

Konfigurasi Saling Berhadapan

(8)

bagaimana ketiga hal tersebut saling berkaitan dan menciptakan sebuah ruang yang terkontrol dan aman dari kriminalitas. Studi ini akan menjadi dasar utama selama penulisan skripsi. Studi Kasus dan Wawancara

Penulis akan melakukan studi kasus terhadap beberapa rumah susun sederhana yang ada di Jakarta. Rusun yang diamati masing-masing mempunyai desain ruang yang berbeda. Studi lapangan ini akan memberikan lebih banyak data lagi bagaimana defensible space dapat atau tidak dapat tercipta pada beberapa jenis rusun tersebut. Selain itu, penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa penghuni rusun tersebut. Wawancara dapat lebih memberikan pengetahuan mengenai efek psikologis manusia, bagaimana kecenderungan mereka untuk mempertahankan ruang yang mereka tempati, serta pola ruang dalam rumah susun.

Analisis Data

Setelah mendapatkan data literatur dan lapangan, penulis akan menganalisis dan membandingkan kedua data yang diperoleh.

Kesimpulan

Setelah melakukan analisis, akan diketahui bagaimana sebenarnya defensible space bekerja akibat ruang yang terdesain dan efek apa yang ditimbulkan terhadap ruang tersebut, kemudian dapat disimpulkan juga penting atau tidaknya aplikasi defensible space pada rumah susun.

Hasil Penelitian

Rumah Susun Tanah Abang Blok A Teritori:

Gb. 6

Zoning Denah Lantai Dasar Rusun Tanah Abang Blok A

Gb. 7

(9)

Pengawasan:

Kedekatan Fungsional:

Rumah Susun Tanah Abang Blok B Teritori:

Gb. 8

Jangkauan Pengawasan Rusun Blok A

Gb. 9

Jangkauan Pengawasan Tingkat Kawasan Rusun Blok A

Gb. 10

Kedekatan Antar Unit Rusun Blok A

Gb. 11

Zoning Denah Lantai Dasar Rusun Tanah Abang Blok B

Gb. 12

Zoning Kawasan Rusun Blok B Pencegahan Kriminalitas..., Ray Prasetya, FT UI, 2013

(10)

Pengawasan: Kedekatan Fungsional: Lt 4 Lt 3 Lt 2 Lt 1 Gb. 13

Jangkauan Pengawasan Lantai Dasar Rusun Blok B

Gb. 14

Jangkauan Pengawasan Tingkat Kawasan Rusun Tanah Abang Blok B

Gb.15

Kedekatan Antar Unit Rusun Blok B

A2   B2  

A3   B3  

A4   B4  

A1   B1  

Gb. 16

Kedekatan Antar Unit Rusun Blok B Secara Vertikal

Secara vertikal, penulis mewawancarai salah seorang penghuni rusun tersebut dimana ia memiliki dua unit yaitu A3 dan A4. Narasumber mengaku bahwa keluarganya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan penghuni B3 dimana tingkat hubungannya sudah tidak canggung lagi untuk saling masuk ke rumah yang lain. Hubungan terdekat berikutnya adalah B4. Untuk penghuni lantai 2, hubungan cukup dekat tetapi tidak sampai saling masuk ke dalam unit. Sedangkan terhadap penghuni lantai 1, hubungan dekat sebatas saling mengenal dan menyapa.

(11)

Rumah Susun Kebon Kacang Teritori: Pengawasan: Gb. 17

Zoning Denah Lantai Dasar Rusun Kebon Kacang

Gb. 18

Zoning Denah Lantai Atas Rusun Kebon Kacang

Gb. 19

Zoning Kawasan Rusun Kebon Kacang

Gb. 20

Jangkauan Pengawasan Lantai Dasar Rusun Kebon Kacang

Gb. 21

Jangkauan Pengawasan Lantai Atas Rusun Kebon Kacang

(12)

Kedekatan Fungsional:

Pembahasan

Pada hasil tinjauan teoritis, penulis telah mendapat kesimpulan bahwa pencegahan kriminalitas di dalam rumah susun sederhana dapat dilakukan melalui desain ruang dan lingkungan, seperti yang terlihat pada kasus. Salah satu teori yang mendukung untuk menyelesaikan masalah keamanan dengan permainan ruang adalah defensible space, yaitu lingkungan hunian yang dapat mencegah tindak kriminalitas melalui pertahanan diri dari struktur sosial lingkungan itu sendiri. Program tersebut memiliki satu tujuan yaitu merestruktur pengaturan fisik dari komunitas agar membuat penduduk setempat dapat melakukan kontrol terhadap area di sekitar tempat mereka tinggal.

Gb. 22

Jangkauan Pengawasan Tingkat Kawasan Rusun Kebon Kacang

Gb. 23

(13)

Dalam proses menganalisis ketiga studi kasus, penulis mennggunakan tiga faktor yang dianggap sangat penting untuk membentuk defensible space yaitu batasan teritori, pengawasan, dan kedekatan fungsional. Batasan teritori merupakan ketegasan antara area publik dan privat agar tidak terjadi invasi dan gesekan teritori. Pengawasan merupakan faktor penting sebagai bentuk partisipasi penghuni untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan tinggalnya. Kedekatan fungsional merupakan kedekatan hubungan antar penghuni yang tercipta melalui desain peletakan, orientasi, dan jalur masuk setiap unit.

Setelah melihat keadaan ketiga rumah susun tersebut, dapat disimpulkan perbandingan potensi defensible space masing-masing. Secara keseluruhan, seiring perkembangan generasi rumah susun, unsur-unsur pendukung keamanan dari segi pengaturan, pengawasan, dan kedekatan lebih meningkat.

Kasus pertama adalah Rusun Tanah Abang Blok A, yang merupakan rumah susun empat lantai dengan empat unit dan satu tangga untuk setiap lantai. Batasan teritori di lantai dasar masih agak membaur antara publik dan semi-publik pada koridor tengah karena terhubung langsung dengan jalan. Tingkat pengawasan lebih diutamakan ke arah luar, sehingga masih minim ke arah dalam yang justru penting karena batasan yang belum jelas. Kedekatan fungsional yang tercipta juga hanya sebatas penghuni unit seberang dan frekuensi bertemu dengan tetangga sebelah kecil karena pengaturan maju mundur menghalangi jalan dan pandangan.

Kasus kedua adalah Rusun Tanah Abang Blok B, yang merupakan rumah susun empat lantai dengan dua unit dan satu tangga untuk setiap lantai. Disini, batasan teritori antar publik dan privat semakin jelas. Koridor dan tangga memiliki ketegasan melalui perbedaan material dan kualitas ruang bahwa area tersebut hanya digunakan penghuni rusun. Tingkat pengawasan ke arah luar baik dengan banyaknya jendela di muka dan belakang rusun. Pengawasan ke arah dalam juga baik dengan terbentuknya ruang berkumpul di koridor tangga tengah. Kedekatan fungsional sangat baik antara dua unit yang saling berhadapan. Namun karena setiap koridor hanya menghubungkan dua unit, penghuni cenderung bertemu dan mengenal dengan arah vertikal, karena itu hubungan antara penghuni lantai atas dan bawah lebih akrab.

Kasus ketiga adalah Rusun Kebon Kacang, yang merupakan rumah susun empat lantai dengan sepuluh unit dan satu tangga setiap lantai. Dalam satu lantai, lima unit diletakkan berjejer dan berhadapan deretan lima unit lainnya. Batasan teritori sudah jelas, dimana area jalan tengah menjadi publik lalu keberadaan teras menjadi pemisah dengan unit yang bersifat privat. Teras

(14)

menjadi peralihan sekaligus penegas batasan tersebut. Tingkat pengawasan fokus kearah dalam mengikuti orientasi unit yang semuanya menghadap ke dalam. Dengan ini pengawasan sangat maksimal karena berasal dari dua arah dan setiap unit bisa saling mengawasi. Kedekatan fungsional juga jauh lebih baik karena pengaturan unit menggabungkan pengaturan saling berhadapan dan pengaturan berjejer. Penghuni dapat menjalin hubungan baik dengan tetangga di kiri, kanan, juga seberang.

Dari ketiga kasus tersebut, rusun kasus ketiga paling memenuhi syarat keamanan secara desain arsitektural, lebih baik dari kasus kedua. Sedangkan kasus pertama yang masih belum sepenuhnya memenuhi syarat keamanan secara desain. Hal ini juga terbukti dari frekuensi tindakan anti-sosial yang sering ditemui, misalnya coretan, lebih sedikit terjadi pada rusun kasus ketiga. Tingkat kejahatan berat memang sangat minimal dan hampir tidak ditemui di ketiga rusun ini, namun dapat disimpulkan bahwa mereka sudah menerapkan desain dan permainan ruang agar penghuni menciptakan kontrol terhadap lingkungan tinggalnya. Hal ini merupakan cara yang mereka pakai untuk mengatasi masalah keamanan dan sudah memberikan pengaruh positif berupa munculnya rasa aman diantara penghuni dan penurunan tindakan anti-sosial.

Kesimpulan

Pengaturan dan desain ruang dapat menyelesaikan masalah keamanan dalam lingkungan hunian. Salah satu teori yang popular menjawab permasalahan tersebut adalah defensible

space, yaitu dengan menciptakan lingkungan hunian yang dapat mencegah tindak kriminalitas

melalui pertahanan diri dari struktur sosial lingkungan itu sendiri dan merupakan salah satu teori yang dikembangkan untuk menjawab permasalahan keamanan pada pemukiman tingkat menengah ke bawah yang tidak menggunakan teknologi dan petugas keamanan tertentu. Dalam pemukiman berbentuk rumah susun sederhana, permasalahan keamanan merupakan hal yang dapat diatasi lewat partisipasi penghuninya.

Melalui berbagai teori yang dipelajari serta melihat penerapannya melalui studi kasus, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pencegahan kriminalitas melalui pendekatan ruang adalah sebuah sistem yang berjalan dengan beberapa tahapan, dimana tahapan awal harus mutlak terpenuhi sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada sistem ini terdapat tiga faktor utama yang dapat menyelesaikan masalah keamanan lewat desain ruang, yaitu kedekatan fungsional, pengawasan, dan teritori.

(15)

Faktor pokok utama yang harus terpenuhi agar sistem dapat berjalan baik adalah kedekatan fungsional. Kedekatan fungsional adalah hubungan kedekatan antar penghuni di dalam satu rumah susun yang tercipta melalui desain dan pengaturan letak, orientasi, serta arah pintu masuk setiap unit. Pada dasarnya, desain dapat mendukung sifat manusia yang sosial dan cenderung menjalin interaksi dengan sesamanya. Jika desain fungsional ini berhasil, akan tercipta hubungan persahabatan yang dapat mendekatkan tiap penghuni dan menciptakan rasa menjaga satu sama lain.

Faktor kedua adalah pengawasan, dimana tanpa pengawasan yang baik tidak akan tercipta kontrol terhadap lingkungan. Pengawasan tanpa didukung faktor pertama, kedekatan fungsional, akan menjadi sia-sia karena seseorang yang menyaksikan kejahatan belum tentu berinisiatif mencegahnya karena yang menjadi korban adalah orang lain. Kedekatan fungsional yang berhasil akan menciptakan hubungan dekat dan rasa saling menjaga sehingga dapat memberikan pengaruh positif pada tingkat pengawasan, dimana setiap individu akan ikut mengawasi tetangganya karena kedekatan diantaranya. Hal ini juga dapat memunculkan inisiatif untuk mencegah atau melaporkan kejahatan apabila seseorang kebetulan menyaksikan walaupun kejahatan terjadi terhadap tetangganya.

Faktor ketiga adalah teritori, yang mengharuskan suatu lingkungan mempunyai batasan jelas antara publik dan privat sehingga tidak terjadi invasi atau gesekan kepentingan. Walaupun batasan antar teritori sudah jelas, masalah keamanan masih akan terjadi apabila tidak ada faktor kedua, pengawasan yang baik. Pengawasan yang didukung hubungan dekat antar penghuni dapat memberikan pengaruh langsung terhadap kontrol akan area yang ditinggali. Jika hubungan baik dan saling mengawasi sudah terpenuhi, batasan antar teritori juga akan dihormati dan muncul rasa tanggung jawab untuk mempertahankan teritori tersebut.

Pada akhirnya jika tahap kedekatan fungsional, pengawasan, dan teritori sudah terpenuhi, baru muncul perasaan pada penghuni bahwa lingkungan tempat tinggal mereka aman dan mereka akan lebih berani terhadap perilaku kriminalitas. Efek selanjutnya adalah penurunan tingkat kriminalitas, sebagai hasil akhir dari sistem ini. Sebuah sistem pencegahan keamanan dapat dianggap berhasil apabila seluruh langkah ini berhasil dengan baik, sehingga menciptakan ruang yang defensible.

Hasil penelitian melalui kasus menunjukkan bahwa kualitas-kualitas pada skema tersebut sudah terlihat jelas. Setelah menganalisis, penulis melihat bahwa defensible space tidak

(16)

langsung memberikan efek penurunan angka kejahatan, tetapi melalui sederet proses terlebih dahulu sebagai suatu sistem.

Berikut adalah skema dari sistem yang telah dijabarkan diatas:

Akhir kata, penelitian ini masih jauh dari sempurna dan terbuka kesempatan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan kriminalitas pada rumah susun lewat desain ruang.

Pencegahan   Kriminalitas  Melalui   Desain  Ruang   Kedekatan  Fungsional   Pengawasan   Teritori  

Hubungan  Baik  Antar   Penghuni   Saling  Mengawasi,   Inisiatif  Pencegahan   Kriminalitas   Menjaga,  Mengontrol,   Menghormati  Batasan   Tercipta  Perasaan   Aman   Tingkat  Kriminalitas   Menurun   Defensible  Space  

(17)

Daftar Referensi

Buku:

Bechtel, Robert B. dan Arza Churchman. (2002). Handbook of Environmental Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Deasy, C.M. (1985). Designing Places for People. New York: Watson-Guptill Publications. Einstadter, Werner and Stuart Henry. (1995). Criminological Theory. Fort Worth: Harcourt

Brace College Publishers.

Gifford, Robert. (1987). Environmental Psychology Principles and Practice. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Greater London Council Department of Architecture and Civic Design. (1978). An

Introduction To Housing Layout: A GLC Study. London: The Architectural Press.

Jacobs, Jane. (1961). The Death and Life of Great American Cities. New York: Random House.

Jeffery, C. Ray. (1990). Criminology: An Interdisciplinary Approach. New Jersey: Prentice. Hall.

Lane, Barbara Miller, ed. (2007). Housing and Dwelling: Perspective on Modern Domestic

Architecture. New York: Routledge, Taylor & Francis Group.

Newman, Oscar. (1972). Defensible Space. New York: Macmillan.

Newman, Oscar. (1996). Creating Defensible Space. U.S. Department of Housing and Urban Development Office of Policy Development and Research.

Website:

Remy, Melisa. (n.d.). Oscar Newman’s Theory of Defensible Space. Mei 1, 2013. http://www.criminology.fsu.edu/crimtheory/newman

Wawancara:

Adelina, Nadhila. Wawancara Pribadi. 12 Mei 2013. Dwiriani, Dina. Wawancara Pribadi. 12 Mei 2013.

Gambar

Gambar 1 menunjukkan contoh desain yang baik karena dapat menegaskan mana yang  merupakan area publik yang dipakai bersama dan mana yang merupakan area privat  masing-masing unit

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dan perancangan ini merupakan usaha untuk menghasilkan konsep rancang yang menggabungkan ruang-ruang pada tempat tinggal dulu dan kini agar dapat memecahkan kedua

Penyusunan Landasan Teori dan Program dengan judul “ Ruang Kerja Kreatif (Creative Coworking Space) di Bandung ” ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Penerapan teori permasalahan dominan pada creative coworking space ini adalah menciptakan citra ruang kerja kreatif di dalam creative coworking space melalui pengolahan

Penelitian dan perancangan ini merupakan usaha untuk menghasilkan konsep rancang yang menggabungkan ruang-ruang pada tempat tinggal dulu dan kini agar dapat memecahkan kedua

a) Menyelesaikan masalah tempahan ruang bagi membantu Pihak Pengurusan Pejabat Pengurusan Fasiliti. Solve space booking problems to assist the Facilities Management Office

Mencuci tangan setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien adalah untuk mencegah infeksi pada petugas kesehatan dan lingkungan sekitar yang terkena dengan cairan tubuh

Penelitian dan perancangan ini merupakan usaha untuk menghasilkan konsep rancang yang menggabungkan ruang-ruang pada tempat tinggal dulu dan kini agar dapat memecahkan kedua

Dapat kita lihat bahwa untuk menyelesaikan masalah matematika pada materi bangun ruang kubus berdasarkan teori Polya, siswa menggunakan berbagai cara yaitu, yang pertama