• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Pada Bagian Studi Hukum Dan Sistem Peradilan Pidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Pada Bagian Studi Hukum Dan Sistem Peradilan Pidana"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK SECARA ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Bagian Studi Hukum Dan Sistem Peradilan Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh: DELIMA NATASYA 02121001126 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Semua Mimpi Kita Akan Menjadi Kenyataan Jika Kita Punya Keberanian Untuk Mengejarnya

(Walt Disney)

Kesuksesan Hanya Dapat Diraih Dengan Segala Upaya Dan Usaha Yang Disertai Dengan Doa Karena Sesungguhnya Nasib Seorang Manusia Tidak Berubah Dengan

Sendirinya Tanpa Usaha (Kahlil Gibran)

Bersikaplah Kukuh Seperti Batu Karang Yang Tidak Putus-Putusnya

Dipukul Ombak, Ia Tidak Saja Tetap Berdiri Kukuh, Bahkan Ia Menentramkan Amarah Ombak Dan Gelombang Itu

(5)
(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur yang tiada terkira hanya pantas terlantur untuk Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat, berkah dan karunia yang senantiasa diberikan kepada penulis,khususnya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, selaku Rektor Universitas Sriwijaya; 2. Bapak Dr.Febrian,S.H,M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sriwijaya;

3. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum.selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

4. Bapak Dr.Ridwan,S.H,M.Hum selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Bapak Dr.H.Abdullah Gofar,S.H,M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

(7)

6. Ibu Dr.Hj.Nashriana,S.H,M.Hum selaku dosen pembimbing utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini ;

7. Ibu Vera Novianti,S.H,M.Hum selaku dosen pembimbing pembantu yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak H.Amir Syarifuddin,S.H,M.Hum selaku penasihat akademik yang telah memberikan arahan, motivasi dan nasihat kepada penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

9. Para Dosen (Tenaga Pengajar) yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu hukum khususnya kepada penulis yang akan menjadi bekal untuk mencapai cita-cita di masa yang akan datang;

10. Para Staf Tata Usaha,Staf Bagian Kemahasiswaan, Staf Bagian Perpustakaan, dan lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani kegiatan akademik;

11. Para narasumber dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Palembang, Kepolisian Resor Kota Palembang dan Woman Crisis Centre Palembang yang telah membantu memberikan data dan keterangan dalam melengkapi skripsi ini;

(8)

12. Papa dan Mama yang tercinta yang tidak pernah putus memberikan dukungan semangat walaupun terpisah jarak tetapi selalu setia berdoa untuk keberhasilan anaknya dalam menyelesaikan skripsi ini;

13. Keluarga besarku dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;

14. Sahabat-sahabat jauhku Erni, Claudia, Fransiska, Iby, Rissa, Eriska yang selalu memberikan dukungan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

15. Teman-teman seperjuangan Ninda, Puput, Anty, Alvin, Jejes, Lulu, Bebet, Riri, Ipik yang sama-sama saling memberikan semangat untuk berjuang dalam menyelesaikan skripsinya;

16. Teman-Teman organisasi ALSA dan kakak-kakak ALSA Kak Balqis, Kak Adi, Kak Ica, Kak Rian, Kak Umari yang juga turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

17. Semua pihak yang telah membantu penulis sejak awal sampai akhir yang tidak secara eksplisit. Terimakasih atas semuanya;

(9)
(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ...

v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori ... 12

G. Metode Penelitian ... 20

1. Tipe/Jenis Penelitian ... 20

2. Jenis dan Sumber Data ... 21

3. Metode Pengumpulan Data ... 21

4. Lokasi Penelitian ... 22

(11)

6. Metode Pengolahan Data ... 22

7. Metode Analisis Data ... 23

8. Penarikan Kesimpulan ... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak dan Anak Sebagai Korban ... 25

1. Pengertian Anak ... 25

2. Hak-Hak Anak ... 28

3. Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan ... 31

B. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Perdagangan Anak ... 38

1. Pengertian Tindak Pidana ... 38

2. Pengertian Perdagangan Anak ... 41

3. Bentuk-Bentuk Perdagangan Anak ... 44

4. Aturan Hukum Mengenai Larangan Tindakan Perdagangan Anak dan Sanksi Hukum ... 45

C. Tinjauan Tentang Cyber Crime ... 48

1. Pengertian Cyber Crime ... 48

2. Pengaturan Tentang Cyber Crime dalam Sistem Hukum Indonesia ... 51

BAB III HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Perdagangan Secara Online Menurut Undang-Undang Perlidungan Anak ... 51

B. Hambatan-Hambatan Dalam Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Perdagangan Anak Secara Online ... 70

(12)

C. Upaya Pencegahan Terhadap Anak Korban Tindak Pidana

Perdagangan Secara Online ... 81

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 91

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan mahluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 ayat 1 tentang Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.1 Hak-Hak yang dimiliki anak merupakan bagian dari Hak-Hak-Hak-Hak Asasi Manusia sesuai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak disetujui oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989.2

Anak merupakan generasi penerus cita-cita keluarga,bangsa, maupun negara. Oleh karena itu, harapan yang besar terletak pada pundak generasi muda sebagai penerus. Apabila kondisi penerusnya baik, maka sudah pasti akan baik pula kondisi bangsa dan negara pada masa yang akan datang, sebaliknya apabila kondisi penerusnya buruk, maka akan buruk juga keadaan bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Dalam kehidupan berbangsa

1 Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109.

2 Anonim, Konvensi Hak-Hak Anak, diakses dari http://www.unicef.org.Konvensi

(15)

dan bernegara, anak merupakan bagian integral sebuah negara dimana anak/generasi muda sebagai gambaran dari penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu, anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial. Anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai macam bentuk tindak kekerasan, ancaman, diskiriminasi, dan eksploitasi serta memiliki kebebasan berekspresi dimana hak-hak sipilnya dihargai.3

Kehidupan anak yang selalu diwarnai dengan keceriaan merupakan gambaran dari kepedulian suatu negara terhadap perkembangan psikologi seorang anak, karena seorang anak memiliki dunia nya sendiri. Pada bagian lain, masa anak-anak merupakan sebuah tahap perkembangan terbentuknya kepribadian seseorang, dari tahap ini lah seorang anak dapat membentuk jati dirinya di masa yang akan datang. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjamin berkembangnya psikologi seorang anak adalah dengan melakukan perlindungan terhadap anak, yang diartikan sebagai suatu usaha untuk mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.4 Anak berhak untuk dilindungi selayaknya orang dewasa

karena mereka juga manusia, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang 1945 dalam Pasal 28B ayat 2 berbunyi tentang :“Setiap anak berhak

3 H.R.Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, 2016, Hukum Perlindungan Anak, Edisi

Ketujuh, PTIK, Jakarta, hlm.2.

4 Arif Gosita, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Edisi ketiga, Bhuana Ilmu Populer,

(16)

atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari tindakan kekerasan dan diskriminasi”. 5

Beragam cara yang dapat ditempuh untuk menyediakan masa depan yang baik tersebut seperti memberikan pendidikan yang cukup, mengupayakan kesehatan yang memadai bagi si anak, memberikan hiburan serta memberikan perlindungan. Jika berbicara mengenai perlindungan, maka yang dimaksud dengan perlindungan adalah perlindungan yang semaksimal mungkin bagi kebutuhan si anak.

Menurut Barda Nawawi, perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.6

Berbagai macam lembaga perlindungan anak telah dibentuk negara untuk melindungi anak dari berbagai jenis tindak pidana terhadap anak seperti contohnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Perlindungan Anak dan sebagainya, tetapi lembaga tersebut nyatanya tidak menjamin perlidungan terhadap seorang anak. Lembaga-lembaga perlindungan yang dibentuk oleh Negara tersebut dikarenakan berdasarkan implementasi dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun

5 Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 75.

6 Barda Nawawi, 2004, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

(17)

2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 59 ayat 2 Huruf H yaitu pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya, anak korban penculikan, anak korban perlakuan kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah dan penelitian. Berbagai macam upaya pemerintah tersebut ternyata belum bisa dinyatakan mampu untuk melindungi terjaminnya hak hidup seorang anak terutama dalam tindak pidana perdagangan anak.7

Tindak pidana perdagangan anak termasuk ke dalam jenis tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.8

7 Ibid, hlm.157.

(18)

Tindak pidana perdagangan orang merupakan salah satu jenis dari tindakan atau perbuatan yang terkategori sebagai kejahatan dan merupakan tindak pidana khusus.9

Tindak pidana perdagangan orang memuat aspek-aspek yang bertentangan dengan perlindungan dan juga berlawanan dengan kesejahteraan umum.10

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tidak memuat ketentuan khusus mengenai delik pidana terhadap tindak perdagangan anak karena Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 menyamakan unsur-unsur perdagangan manusia baik korban berstatus orang dewasa maupun anak. Implikasinya tentunya akan menimbulkan beban pembuktian yang relatif lebih berat bagi kasus-kasus korban pedagangan manusia yang berstatus anak oleh karena itu tidak mampu melindungi anak sebagai korban kejahatan. Jadi dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tindak pidana perdagangan manusia (human

trafficking) mengadung unsur-unsur delik formil (formeel delict) yaitu suatu

perbuatan pidana yang sudah selesai dilakukan dan perbuatan itu menyesuaikan rumusan dalam pasal undang-undang yang bersangkutan. Delik formil ini mensyaratkan suatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan tanpa

9 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm.57.

10 Henny Nuraeny, 2011, Tindak Pidana Perdagangan Orang Kebijakan Hukum Pidana dan

(19)

menyebut akibatnya. Atau dengan kata lain yang dilarang undang-undang adalah perbuatannya.11

Di sisi lain penerapan mengenai Undang-Undang dari pihak pemerintahan yang berbentuk larangan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 76F yang berbunyi “Setiap orang dilarang menempatkan,membiarkan,melakukan,menyuruh melakukan atau turut serta melakukan penculikan, penjualan dan atau perdagangan anak“.12

Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia mulai dari tahun 2011 sampai dengan Juli 2015, tercatat ada sebanyak 860 kasus yang dilaporkan. Secara rinci, pada 2011 terjadi 160 kasus, 2012 sebanyak 173 kasus, 2013 sebanyak 184 kasus, 2014 ada 263 kasus, dan hingga bulan Juli 2015 Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendapati laporan perdagangan anak sebanyak 80 kasus. Dari data tersebut KPAI menemukan kurang lebih 19 pengaduan kasus yang masuk ke dalam bagian trafficking dan eksploitasi, terkait kasus anak sebagai korban perdagangan anak secara online. Para korban anak yang diperdagangkan tersebut diperdagangkan dengan berbagai macam kepentingan seperti eksploitasi seksual, pembantu rumah tangga, buruh, dan

11 Supriyadi Widodo Eddyono, 2007, Perkara Pidana Perkosaan, PT.Intermasa, Jakarta.

(20)

sebagainya padahal dalam hal ini korban tersebut masih terbilang dibawah umur.13

Berdasarkan data diatas, kasus perdagangan anak di Indonesia telah banyak terjadi namun kenyataannya yang diproses hanya beberapa saja. Sebagai contoh kasus perdagangan anak dibawah umur yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab adalah kasus perdagangan anak yang ingin penulis kaji/teliti adalah kasus yang terjadi di Palembang yaitu kasus atas nama Septo Hidayat Alias Shepta (33) seorang waria yang diamankan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polresta Palembang atas kasus perdagangan anak yang masih muda. Betapa tidak, atas ulahnya Shepta yang memiliki 5 teman wanita bispak (bisa pakai) ini dipastikan mendekam dijeruji besi usai memasarkan wanita bispak tersebut melalui jejaring sosial Facebook. Dalam akun Facebooknya “Shepta Ga Ga” dirinya menjalani profesi ini sejak beberapa tahun silam. Dalam setiap transaksi, Shepta mengaku memperoleh uang bervariasi tergantung dengan berapa tarif yang didapat oleh teman yang didagangkannya tersebut kadang Rp.200.000,00, Rp.300.000,00, bahkan bisa lebih dari itu tetapi yang sering diterima adalah Rp.300.000,00. Shepta yang tercatat sebagai warga Jalan AKBP H Umar Lorong Harapan Jaya, Kecamatan Kemuning Palembang ini

13 David Setyawan, KPAI Catat Ratusan Anak Diperjualbelikan,

(21)

berhasil diamankan petugas PPA Polresta Palembang setelah dilakukan pengintaian dan penyergapan di Kamar 246 Lantai II Hotel Zuri Express Palembang. Menurut Shepta, dirinya memiliki 5 teman yang bisa dipakai dan dijual dengan inisial AR,DI,MI,RT,AY. Mereka masih muda-muda, sekitar umur 17-18 tahun. Kalau harga itu bervariasi ada yang 1 juta dan 1,5 juta untuk shortime. Kalau longtime bisa sampai 3 juta, tapi itu jarang karena lebih sering shortime. Pesan lewat telepon kemudian diantar ke Hotel tempat mereka akan bercinta. Pelaku menjual wanita untuk pria hidung belang melalui jejaring sosial. Shepta berhasil ditangkap karena petugas melakukan penyamaran dan kasus ini masih ditindak lanjuti oleh pihak Kasat Reskrim. Karena perbuatannya itu pelaku dikenakan dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak.14

Perdagangan anak adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai kemanusiaan, perdagangan anak merupakan tindakan yang tidak manusiawi, karena anak-anak secara paksa diperjualbelikan untuk kepentingan trafficker yang hanya ingin mengambil keuntungan seperti perdagangan organ tubuh dan eksploitasi

14 Anonim, Bisnis Wanita Bispak Lewat Facebook, diakses dari

(22)

seksual.15 Tentu saja hal ini sangat tidak adil bagi anak sebagai korban perdagangan. Mereka mendapatkan perlakuan serta pekerjaan yang tidak sesuai dengan usianya.

Perdagangan anak ini sudah seharusnya mendapat perhatian dan penanganan secara serius karena Indonesia telah memiliki berbagai macam peraturan perundang-undangan salah satunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak namun tetap saja tindak pidana perdagangan anak ini tidak dapat dihilangkan dari Indonesia. Hal tersebut dapat dikatakan karena dari tahun ke tahun kasus perdagangan anak tetap meningkat. Perdagangan anak bukanlah hal yang asing lagi untuk didengar, karena bila diamati setiap tahun kasus nya semakin meningkat menurut lembaga Komisi Perlindungan Anak (KPAI). Belum lagi belakangan ini beragam cara dilakukan oleh seorang pelaku, contohnya seperti perdagangan anak yang dilakukan dengan cara adopsi, perdagangan anak dengan menggunakan modus panti asuhan dan perdagangan anak dengan modus diculik oleh pelaku dan dibawa keluar dari Indonesia untuk dimanfaatkan organ tubuhnya.16

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan oleh penulis diatas, maka penulis merasa perlu untuk membahas mengenai upaya perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kasus perdagangan anak dibawah umur, serta

15 Farhana, 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta.

(23)

bagaimana pencegahannya agar kasus tersebut tidak terjadi semakin marak dan penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Korban Tindak Pidana Perdagangan Anak Secara Online menurut Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian terserbut diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban perdagangan anak secara online menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014?

2. Apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana perdagangan anak secara online?

3. Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum khususnya pihak kepolisian pada terjadinya tindakan perdagangan terhadap anak secara online?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam rangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

(24)

1. Untuk memahami upaya perlindungan hukum yang diberikan terhadap anak sebagai korban kejahatan Perdagangan Anak secara online berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak.

2. Untuk memahami hambatan dalam penegakan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana perdagangan anak secara online. 3. Untuk memahami upaya-upaya yang telah dilakukan oleh aparat penegak

hukum khususnya pihak kepolisian dalam mencegah Kejahatan Perdagangan Anak secara Online.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan yang bersifat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana tentang perlindungan hukum terhadap anak korban kejahatan tindak pidana perdagangan anak secara online.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi para pengambil kebijakan (eksekutif dan legislatif) dalam menyusun perangkat perundang-undangan yang lebih memadai berkaitan dengan perlindungan anak korban kejahatan perdagangan anak secara online.

(25)

b. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi praktisi di bidang perlindungan anak untuk mengetahui kondisi faktual perlindungan anak di Indonesia khususnya di Palembang dan semoga hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan bagi penulis, dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu hukum secara khusus dan ilmu pengetahuan secara umum.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap anak Korban Tindak Pidana Perdagangan Anak menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014” ini memiliki kekhususan sesuai tujuan yaitu untuk memahami upaya penerapan perlindungan hukum secara in absctracto dan in concerto terhadap anak korban tindak pidana perdagangan secara online berdasarkan peraturan perundang-undangan dan untuk memahami upaya pencegahan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap terjadinya tindak pidana perdagangan secara

online. Agar pembahasan pada penelitian ini tidak terlalu meluas maka ruang

lingkup dalam penelitian ini hanya membahas mengenai perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana perdagangan anak secara online berdasarkan peraturan perundang-undangan.

F. Kerangka Teori

1) Teori Perlindungan Hukum

Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain

(26)

dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.17

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.18

Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah perjanjian internasional yang secara resmi mewajibkan negara-negara peserta untuk melindungi hak anak. Ayat 34 dan 35 dalam konvensi tersebut meminta negara-negara peserta untuk melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi dan pelecehan seksual. Hal ini termasuk pernyataan bahwa ancaman kepada seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual, prostitusi anak dan eksploitasi anak dalam menciptakan pornografi dianggap melawan hukum. Negara juga diminta mencegah penculikan dan perdagangan anak dalam bentuk apapun.19

Hukum Internasional melalui pembentukan Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the Children) telah memosisikan anak sebagai

17 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, hlm.54

18 Ibid, hlm.55.

19 United Nations Treaty Collection, Convention on the Rights of the Child, diakses dari

(27)

subyek hukum yang memerlukan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. Perlindungan hukum menurut Konvensi Internasional tentang hak-hak anak diantaranya mengenai hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami eksploitasi sebagai pekerja anak, hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika anak mengalami eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika anak mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual, hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan dan perdagangan anak.20

Instrumen internasional diatas telah menetapkan seperangkat hak anak dan kewajiban-kewajiban negara yang menandatangani dan meratifikasinya untuk melindungi anak. Dengan demikian, Indonesia sebagai salah satu Negara yang meratifikasi instrumen-instrumen tersebut wajib mengimplementasikannya, karena secara moral semua negara dituntut untuk menghormati, menegakkan dan melindungi hak anak.

2) Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep hukum yang diharapkan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. 21

20 Didik M Arif Mansur, Urgensi Perlidungan Korban Kejahatan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hlm.123-124.

(28)

Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang tejabarkan di dalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti merumuskan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.22 Dan adapun faktor-faktor hambatan yang mempengaruhi penegakan perlindungan hukum antara lain:23

a. Faktor Hukumnya sendiri atau Faktor Undang-Undang

Undang-undang dalam artian materiel adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Undang-Undang dalam arti materiel mencakup :

1. Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga Negara atau suatu golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah Negara.

22 Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Cet.Ke-XII, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.5. 23 Ibid, hlm.11.

(29)

2. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.

b. Faktor Aparat Penegak Hukum

Secara Sosiologis, setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (sosial) merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja, atau rendah dimana kedudukan tersebut merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu.24

c. Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Agar masalah tersebut dapat dipahami dengan mudah, akan disajikan suatu contoh mengenai proses peradilan.25

24 Ibid,hlm.19.

(30)

d. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.26

e. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat sengaja dibedakan karena di dalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non-materiel. Sebagai suatu sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakatan), maka hukum mencakup struktur, substansi, dan kebudayaan. Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang umpamanya mencakup tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hubungan antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan seterusnya. Substansi mencakup isi norma-norma hukum beserta perumusannya maupun acara untuk menegakkannya yang berlaku bagi pelaksana hukum maupun pencari keadilan. Dan kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut,

(31)

lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.27

Menurut Satjipto Rahardjo penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan sebagainya. Jadi penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. 28

Hakikat penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional, tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab.

Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu: 29 1.Ditinjau dari sudut subjeknya

Dalam arti luas, proses penegakan hukum melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.

27 Ibid, hlm.59.

28 Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum , PT.Citra Aditya Bakti, hlm.54.

(32)

Dalam arti sempit penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.

2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya

Dalam arti luas, penegakan hukum yang mencakup pada nilai-nilai keadilan yang didalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis. 3. Teori Tentang Nilai Anak (Teori Ekonomi Fertilitas)

Teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang diinginkan perkeluarga diantara nya adalah beberapa banyak kelahiran yang dapat dipertahankan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang diingkannya. Perhitungan-perhitungan demikian itu tergantung pada keseimbangan antara kepuasan dan kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran seorang anak, baik berupa keuangan maupun psikis.30

30 Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, 1983, Menuju Teori Fertilitas Terpadu,

(33)

Menurut Robinson ada tiga macam tipe kegunaan anak yakni :31

1. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan,

2. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga,

3. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya.

G. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tipe/Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris, yaitu menelaah hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan hukum. Penelitian yuridis empiris ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi di lapangan yang ditujukan pada penerapan hukum,32 yang berkaitan dengan upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana perdagangan anak secara online yang sedang terjadi di Palembang.

31 Ibid, Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison

(34)

2. Jenis dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini, data yang digunakan antara lain data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lapangan melalui wawancara langsung (interview) dengan Ketua Pokja Pemantauan dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Kota Palembang, Direktur Eksekutif Woman Crisis Centre (WCC) Palembang, serta keterangan dari satu orang Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satuan Reskrim Polresta Palembang. Data sekunder diperoleh Penulis dari berbagai sumber literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Data juga diperoleh dari buku-buku, media cetak, media elektronik, makalah, Undang-Undang serta pendapat para pakar hukum.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data, penulis melakukan penelitian dengan cara:

a. Penelitian lapangan (field research), yakni penelitian dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait yang mempunyai hubungan dengan penulisan skripsi ini.

b. Penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian dengan mempelajari bahan bacaan berupa buku-buku ilmiah, peraturan per-Undang-Undangan yang ada, makalah serta bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

(35)

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penulisan skripsi adalah praktisi di bidang perlindungan anak baik pemerintah maupun non pemerintah di Kota Palembang, karena di daerah ini kuantitas tindak pidana terhadap anak realtif tinggi baik itu kekerasan maupun perdagangan.

5. Populasi dan Sampel

Penulis dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel secara sengaja, yaitu sampel yang diambil tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti.33

Populasi data penelitian ini adalah mencakup praktisi di bidang Perlindungan Anak Indonesia, sementara sampel penelitian ditarik secara

Purposive Sampling, yaitu:

a. Ketua Pokja Pemantauan dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Kota Palembang

b. Direktur Eksekutif Woman Crisis Centre (WCC) Palembang

c. Satu orang Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satuan Reskrim Polresta Palembang

33 Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,

(36)

6. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data akan diproses melalui pengolahan dan penyajian data. Oleh karena itu, data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan, diseleksi dan dievaluasi untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah penjelasan-penjelasan.34 Sedangkan data yang diperoleh dari daftar pertanyaan akan diolah terlebih dahulu dan kemudian disajikan dengan dengan cara pemeriksaan dan penelitian data yang diperoleh untuk menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan dengan kenyataan.

7. Metode Analisis Data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengolah serta mengumpulkan data-data yang diliat dari kualitas datanya, seperti data hasil dari wawancara yang penulis lakukan kemudian disajikan kedalam bentuk uraian kalimat lalu dibahas sesuai dengan pokok permasalahan dengan menghubungkan setiap peraturan perundang-undangan dan juga doktrin atau pendapat para ahli yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.35

34 Bambang Sugono, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta,

hlm.36

35 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia

(37)

8. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif yaitu metode berpikir yang merupakan hal-hal yang khusus terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang umum. Hal analisis penelitian yang bersifat umum di hubungkan dengan permasalahan untuk memperoleh kesimpulan yang menjawab permasalahan

(38)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku

Barda Nawawi, 2004, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan

Pengembangan Hukum Pidana, Citra Adhitya, Bandung

Arif Gosita, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Edisi ketiga Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

H.R Abdussalam,SIK dan Adri Desasfuryanto, 2016, Hukum Perlindungan Anak, Edisi ketujuh, PTIK, Jakarta

Farhana, 2010, Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Supriyadi Widodo Eddyono, 2007, Perkara Pidana Perkosaan, PT.Intermasa, Jakarta

Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum, Cet. Ke-XII, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta

Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, 1983, Menuju Teori Fertilitas

Terpadu, Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM, Yogyakarta.

Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,

Jakarta

Aziz Syamsuddin, 2011, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta Soerjono Soekanto,1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta

Henny Nuraeny, 2011, Tindak Pidana Perdagangan Orang Kebijakan

Hukum Pidana dan Pencegahannya, Sinar Grafika, Jakarta

Dellyana Shant, 1988, Konsep Penegakan Hukum, Liberty,Yogyakarta Didik M Arif Mansur, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Raja

(39)

Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta

E.Utrecht, 1986, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya Moeljatno, 1987, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta

Bambang Purnomo, 1992, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta

Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana (Tindak Pidana,Pertanggung Jawaban Pidana,Pidana dan Pemidanaan)

Andi Hamzah, 2005, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan I, Yarsif Watampone, Jakarta

I Made Widnyana, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005,

Penghapusan Perdagangan Orang di Indonesia, (Jakarta)

P.A.F. Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Maidin Gultom, 2013, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan

Perempuan, PT.Refika Aditama, Bandung

Andri Yoga Utami dan Pandji Putranto, 2002, Ketika Anak Tak Bisa Lagi

Memilih: Fenomena Anak yang Dilacurkan di Indonesia, Kantor Perburuhan

Indonesia, Jakarta

Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2007, Pedoman

Penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum (Pelaku,Korban dan Sanksi Tindak Pidana), Jakarta

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 & Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Perlindungan Anak, 2007, Citra Umbara, Bandung

(40)

Endang Sumiarni, Chandera Halim, 2000, Perlindungan Hukum Terhadap

Anak di Bidang Kesejahteraan, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta,Yogyakarta

Mardjono Reksodiputro, 1987, Beberapa Catatan Umum Tentang Masalah

Korban dalam JE.Sahetapy,Victimologi: Sebuah Bunga Rampai, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta

Barda Nawawi, 1998, Masalah Perlindungan Hukum Bagi Anak Peradilan

Anak di Indonesia, Mandar Maju, Bandung

Arief Gosita, 1996, Masalah Perlindungan Anak, Mandar Maju, Bandung Maulana Hassan Waddong, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum

Perlindungan Anak, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

John Soetejo, 2012, Jurus Kilat Mahir Komputer, Dunia Komputer, Jakarta Andi Hamzah, 2013, Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer,Sinar

Grafika, Jakarta

Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Predana Media

Group, Jakarta

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara (Cyber

Crime), PT. Refika Aditama, Bandung

Agus Raharjo, 2002, Cyber Crime Pemahaman dan Upaya Pencegahan

Kejahatan Berteknologi, Citra Aditya Bakti, Bandung

Dikdik M Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law Aspek

Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung

Bambang Sugono, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta

Muchsin, 2003. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di

Indonesia, Kearsipan Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret,Surakarta

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya

(41)

Barda Nawawi Arief, 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Ishaq, 2009. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum. Kencana, Jakarta

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 57 ayat 34 dan 35.

Keputusan Presiden Indonesia Nomor 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(42)

C. Sumber Internet

Anonim, Konvensi Hak-Hak Anak, diakses dari: //http.www.unicef.org. Konvensi Hak-Hak Anak, pada tanggal 27 Februari 2015

David Setyawan,KPAI Catat Ratusan Anak Diperjualbelikan,

://http.kpai.go.id/berita/kpai-catat-ratusan-anak-diperjualbelikan-tangkap-penjual-bayi-rp25-juta-lewat-online/, diakses 16 Juni 2016

Anonim, Anak, http://id,wikipedia.org/wiki/Anak,diakses Pada 28 April 2015, Pukul 23.50 WIB, Bisnis Wanita Bispak Lewat Facebook, diakses dari http://spektanet.com/bisnis-wanita-bispak-lewat-facebook, pada tanggal 10 Maret 2015

United Nations Treaty Collection, Convention on the Rights of the Child, diakses dari https://www.treaties.un.org, pada tanggal 18 Mei 2013.

Lama’Atus Shabah, Tindak Pidana Eksploitasi Anak Secara Ekonomi

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

diakses dari http://http://www.distrodoc.com/347315-tindak-pidana-eksploitasi-anak-secara-ekonomidalam-undang, pada tanggal 29 Juli 2010

Andre Liem, 2002, Hak Asasi Manusia, Budaya dan Lingkungan, diakses dari http://www.sekitarkita.com

Anonim, Kejahatan Dunia Maya, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki, diakses pada 24 April 2016

Anonim, Pemidanaan Cyber Crime Masih Membingungkan, diakses dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0207/24/nas13.html.

pada tanggal 3 Maret 2010

Wawan Beneran, Undang-Undang Tentang Cyber Crime, diakses dari

http://www.totaltren.com/2015/01/undang-undang-tentang-cyber-crime.html,Pada tanggal 23 Januari 2015

Tim Komnas HAM, diakses dari

http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham- nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentang-ham, Pada tanggal 10 April 2013

Ari Juliano Gema, 2000, Cyber Crime: Sebuah Fenomena di Dunia Maya, diakses dari http://www.theceli.com/dokumen/jurnal/ajo/a0002.shtml

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa tahun kemudian Desa Parakan mendapat bantuan dari pihak PERKIMSIH (Dinas Permukiman Bersih) berupa pembangunan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) setelah

Kegiatan pembiasaan yang diterapkan SMPN 6 Pekalongan dalam menanamkan nilai karakter peduli lingkungan diantaranya yaitu piket kelas berkelompok, pengondisian

Hal ini dikarenakan perhitungan Ecological Footprint berdasarkan data tahunan yang telah berlalu, dan tidak dapat benar-benar tepat mengukur kemampuan daya dukung lingkungan hidup

Penelitian ini akan melakukan pemodelan struktur Zeolit A untuk mengetahui variasi rasio Si/Al pada Zeolit A dan penambahan variasi kation dengan menggunakan kation Li

Bahasa Indonesia ragam jurnalistik merupakan ragam bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia ragam baku hanya dalam hal kuantitas dan performa aspek

Allah berfirman, ‖Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.‖ Dalam ayat lain Allah

IV.30 Melihat PT HM Sampoerna Tbk merupakan perusahaan yang peduli terhadap cagar budaya dan sejarah di Kota Surabaya dengan adanya fasilitas tour bersama bus SHT yang

Dengan melihat kondisi angin yang seperti ini bisa dikatakan pada tanggal 9 November 2017 hujan berpotensi turun dalam waktu yang cukup lama sebab pergerakan angin seperti mendapat