• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia. Negara Republik Indonesia menjamin kesehatan sebagai salah satu hak bagi setiap warga negaranya, seperti yang dicantumkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. (Depkes, 2009) Hal tersebut di atas bisa terwujud bila pelayanan kesehatan di negara ini diberikan dengan mutu yang tinggi. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. (Depkes, 2008)

Dalam era globalisasi, IGD dituntut untuk terus menerus memberikan pelayanan yang baik dan bermutu sesuai standar, agar dapat bertahan dan bersaing dengan IGD lainnya. IGD harus memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. (Depkes, 2008) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 65 tahun 2005 Tentang Pedoman Peyusunan dan Penerapan Standart Minimal dalam BAB 1 Ayat 6 menyatakan Standart Pelayanan Minimal yang di singkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Dengan penerapan standar pelayanan di IGD didapatkan beberapa perbaikan. Waktu triase berkurang 75 % dan dilakukan oleh tenaga medis, kegagalan resusitasi berkurang 34 %, pasien yang menolak tindakan medis berkurang 42 %, dan waktu tinggal > 6jam di IGD berkurang 40 %. (Hashemi, B. et. al, 2013)

(2)

memegang peranan cukup penting dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang datang ke IGD. Instalasi Gawat Darurat sebagai unit pelayanan terdepan, memberikan pelayanan setiap hari selama 24 jam kepada pengguna pelayanan terutama pasien yang mengalami kegawat daruratan. (Setyowatiningsih, 2009)

Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin. Jumlah dan kasus pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat tidak dapat diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja serta menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka harus memberikan pelayanan kegawat-daruratan kepada masyarakat. (Depkes, 2005) Pelayanan cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang diharapkan dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan pelayanan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana. (Depkes, 1991)

Kunjungan pasien ke IGD terus meningkat tiap tahunnya. Trend kunjungan IGD naik hampir 2 kali lipat dibanding kenaikan populasi di USA. (Tang et al, 2011) Nasional Health Service (NHS) Inggris melaporkan bahwa jumlah kunjungan di IGD meningkat sebesar 20 % antara tahun 2007-2008 dan 2011-2012. Sementara di Amerika Serikat, dimana IGD melayani pasien jaminan kesehatan nasional , jumlah kunjungan meningkat sebesar 23 % antara tahun 1997 dan 2007. (Cowling et al, 2013) Data kunjungan pasien ke IGD di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 per bulan (13,3% dari total seluruh kunjungan pasien di RSU). Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat. (BUK Kepmenkes, 2013).

IGD adalah tempat yang rawan dengan kejadian yang tidak diduga. Ada 6 penyebab yang bisa menimbulkan hal di atas yaitu 1.Kesalahan manajemen terapi, 2.Kesalahan diagnosa, 3.Kegagalan pemeriksaan penunjang, 4.Interpretasi yang

(3)

salah dari dokter konsulen, 5.Efek samping obat, 6.Efek samping tindakan medis. (Forster et al, 2007). Untuk itu pelayanan Instalasi Gawat Darurat harus dikelola dengan baik dan diberikan secara maksimal. Standar pelayanan sangat diperlukan untuk mendapatkan pelayanan yang maksimal dan menghindari kesalahan. Sehingga pelayanan harus mengacu pada standar pelayanan minimal IGD sesuai dengan tipe RS. Setiap IGD wajib menyesuaikan pelayanan gawat daruratnya minimal sesuai dengan kelas IGDnya. (Depkes, 2009)

Dengan meningkatnya jumlah pasien IGD tiap tahunnya dan kompleksitas kasus yang harus ditangani serta untuk menghadapi tantangan persaingan IGD, terutama IGD di masa yang akan datang, maka aspek mutu atau kualitas menjadi sangat penting. Goestsch mendefinisikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan Pelayanan, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Salah satu aspek dari kualitas adalah aspek hasil. Akan tetapi aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas. Total Quality

Management (TQM) merupakan konsep yang jauh lebih luas, yang tidak hanya

menekankan pada aspek hasil tetapi juga kualitas manusia dan kualitas prosesnya. Bahkan Uselac menegaskan bahwa kualitas bukan hanya mencakup Pelayanan dan jasa, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia (Tjiptono, 2003).

Dengan mutu yang baik akan menghasilkan pelayanan yang baik/good

service pula. Dalam mengalahkan persaingan dunia kesehatan tidak cukup dengan

pelayanan yang baik tetap harus menjadi kinerja yang unggul/Performonce

Exellence, sehingga mutu yang dihasilkan sesuai dangan rencana dan dapat

dilakukan perbaikan terus menerus oleh semua komponen organisasi. Kriteria Kinerja Ekselen Baldrige merupakan sekumpulan persyaratan dan harapan/ ”requerement & expectations” kinerja ekselen yang dikelompokkan dalam tujuh kriteria dan disusun dalam suatu “Kerangka Manajemen Kinerja” dengan sudut pandang kesisteman yang merupakan pendekatan terstruktur untuk perbaikan kinerja. Diserap dari praktek manajemen yang sudah teruji / “Validated Best

(4)

Gambaran Umum IGD Rumah Sakit Sentosa Bekasi

RS Sentosa salah satu rumah sakit umum swasta sejak tahun 2010, dimana harus menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat RS Sentosa Bekasi melayani semua kasus kegawat-daruratan, baik pada bayi, anak dan orang dewasa, wanita maupun pria selama 24 jam. Bangunan IGD terletak di bagian depan sehingga akses mudah dijangkau. Pelayanan didukung dengan pelayanan radiologi dan laboratorium yang buka selama 24 jam.

Secara struktur organisasi Instalasi Gawat Darurat dikepalai oleh seorang dokter sebagai penanggung jawab pelayanan dan fasilitas. Ketenagaan IGD RS Sentosa terdiri dari : 5 orang dokter umum dan 6 orang para medis.

Kunjungan IGD RS Sentosa rata-rata 15 orang tiap harinya.Tren kunjungan IGD mengalami penurunan setahun terakhir, seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Kunjungan IGD RS Sentosa tahun 2013-2014

N0. Bulan

Tahun 2013 Tahun 2014

Jumlah Pasien (dalam %)

Jumlah Pasien (dalam %) 1 Januari 585 54% 507 46% 2 Februari 498 51% 482 49% 3 Maret 595 53% 518 47% 4 April 511 52% 468 48% 5 Mei 468 51% 457 49% 6 Juni 450 51% 441 49% 7 Juli 472 54% 407 46% 8 Agustus 422 51% 402 49% 9 September 395 48% 425 52% 10 Oktober 406 53% 364 47% 11 November 371 52% 345 48% 12 Desember 414 50% 409 50% Total 5587 52% 5225 48%

Sumber : Rekam Medik RS Sentosa

Kunjungan IGD berpengaruh pada Bed Occupation Rate (BOR), apabila volume kunjungan IGD menurun secara signifikan maka BOR pun juga menurun, karena sebagian besar pasien rawat inap berasal dari UGD, seperti terlihat pada tabel 2. Bed Occupation Rate RS akan berdampak kepada pendapatan RS.

(5)

Tabel 2. Jumlah Pasien Rujukan IGD ke Unit Rawat Inap tahun 2014 No. Bulan Jumlah pasien rawat inap Rujukan dari IGD Dalam ( % )

1 Januari 185 125 68% 2 Februari 173 136 79% 3 Maret 182 113 62% 4 April 164 100 61% 5 Mei 156 118 76% 6 Juni 128 87 68% 7 Juli 93 64 69% 8 Agustus 115 77 67% 9 September 126 85 67% 10 Oktober 140 94 67% 11 November 139 92 66% 12 Desember 127 87 69% TOTAL 1728 914 53%

Sumber : Rekam Medik RS Sentosa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sekitar 53% pasien rawat inap berasal dari IGD. Untuk itu pelayanan di IGD harus terus ditingkatkan.

Dalam Standar Pelayanan Minimal IGD, angka kematian ≤ 8 jam merupakan salah satu indikator keselamatan pasien di UGD. Laporan angka kematian IGD dan di Ranap ≤ 8 jam di RS Sentosa tahun 2013 menunjukkan angka di atas nilai standar yang ditentukan yaitu > 0,006. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada tabel 3 sebagai berikut ini:

(6)

Tabel 3. Angka Kematian Ranap ≤ 8 jam RS Sentosa Tahun 2013 No Bulan Ranap IGD Total Pasien

UGD

Angka kematian ≤ 8 jam

1 Januari 0 0 585 0 2 Februari 5 3 498 0,016 3 Maret 2 1 595 0,005 4 April 0 1 511 0,002 5 Mei 4 1 468 0.01 6 Juni 3 2 450 0,011 7 Juli 1 0 472 0,002 8 Agustus 4 1 422 0,010 9 September 1 1 395 0,005 10 Oktober 1 0 406 0,002 11 Nopember 1 0 371 0,002 12 Desember 2 0 414 0,005

Sumber : Rekam Medik RS Sentosa

Selama ini RS Sentosa belum pernah melakukan evaluasi kinerja. Sehingga tidak tahu apa penyebab masalah di atas yaitu angka kematian lebih dari standar yang ditentukan.

Pengukuran keunggulan kinerja mengenal berbagai model dan sistem, antara lain Six Sigma, ISO 9001:2000 Registration, dan Criteria Baldrige for Performance Excellence dan lain-lain. Six Sigma berkonsentrasi pada pengukuran kualitas Pelayanan, perbaikan rekayasa proses (process engineering), dan perbaikan proses serta penghematan biaya. ISO 9001: 2000 merupakan model yang memastikan kesetaraan di dalam pasar dan berkonsentrasi pada perbaikan cacat sistem kualitas dan ketidakseragaman Pelayanan/ jasa. Sedangkan Criteria

Baldrige memiliki fokus pada keunggulan kinerja untuk keseluruhan organisasi

dalam kerangka manajerial yang menyeluruh, mengidentifikasi dan menelusuri semua hasil-hasil organisasi yaitu pelanggan, Pelayanan/ jasa, keuangan, sumber daya manusia dan efektivitas organisasi. (Dewantara, 2011) Teknik penilaian kinerja yang sesuai adalah mengunakan Criteria Baldrige 2013-2014. (IQAF, 2014) Sebagai alat penilaian mandiri, Criteria Baldrige bidang pelayanan kesehatan untuk kinerja unggul dapat menolong organisasi pelayanan kesehatan melakukan pengukuran kinerja dan menentukan target peluang dalam

(7)

meningkatkan kinerjanya mencapai kualitas unggul (quality excellence) dengan 7 kriteria kunci yaitu: kepemimpinan (leadership), perencanaan strategi (strategic

planning), fokus pelanggan (customer focus), pengukuran, analisis dan

manajemen pengetahuan (measurement, analysis, and knowledge), fokus staf (staff focus), manajemen proses (process management), dan hasil-hasil kinerja organisasi (organizational performance result) (Gasperz, V., 2007).

Penilaian kinerja menggunakan Criteria Baldrige tidak melihat besar kecilnya suatu organisasi dan dirancang untuk memfasilitasi peningkatan kinerja, organisasi dalam lingkungan layanan kesehatan yang semakin kompleks dan kompetitif. Dan juga memberdayakan organisasi dalam mencapai tujuan, memperbaiki hasil dan menjadikan lebih kompetitif melalui keselarasan perencanaan, proses, keputusan, pegawai, tindakan dan hasil. Sebuah sistem berbasis fakta digunakan untuk meninjau proses dan prosedur yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan kepuasan pasien, meningkatkan efektivitas kepemimpinan, meningkatkan keterlekatan karyawan, dan meningkatkan inovasi organisasi (Sadikin, I., 2010) Sehingga dapat menunjukan dimana organisasi berada dan kemana harus berada. Kriteria memberikan suatu tools yang diperlukan untuk menguji semua bagian sistem manajemen dan memperbaiki proses dan hasil yang diinginkan organisasi secara keseluruhan. (IQAF, 2014)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, maka bagaimanakah hasil evaluasi kinerja Instalasi Gawat Darurat RS Sentosa Bekasi dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal IGD menggunakan pendekatan kriteria Malcolm Baldrige?

(8)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menilai kinerja IGD dalam menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) menurut indikator standar pelayanan minimal IGD tahun 2012 menggunakan pendekatan kriteria Malcolm Baldrige.

2. Tujuan Khusus

Mengevaluasi kinerja IGD RS Sentosa Bekasi ditinjau dari 7 kriteria MBNQA yaitu: (1) kepemimpinan (leadership), (2) perencanaan strategik (strategic

planning), (3) fokus pada (customer focus), (4) pengukuran, analisis dan

manajemen pengetahuan (measurement, analysis, and knowledge management

), (5) fokus staf (staff focus), (6) manajemen proses (process management), dan

(7) hasil-hasil kinerja organisasi (organizational performance result)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi keilmuan

Penelitian ini dapat menjadi bahan studi untuk pengembangan ilmu dalam meningkatkan mutu bidang pelayanan Instalasi Gawat Darurat .

2. Bagi RS Sentosa Bekasi

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak manajemen IGD untuk menjadi kinerja unggul dalam pelayanan IGD b. Persiapan akreditasi RS.

3. Bagi Masyarakat (Pasien)

Mendapatkan pelayanan IGD yang bermutu yang sesuai dengan standar dan dijamin keselamatannya serta sesuai dengan harapannya .

4. Bagi penulis, Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam menerapkan ilmu yang telah didapat .

(9)

E. Keaslian Penelitian Tabel 4. Keaslian Penelitian

Penulis (tahun)

Tujuan Lokasi Rancangan

Penelitian Sampel Hasil Utama Femtine Wirditiani (Th. 2009) Diketahui pengaruh kepemimpinan, pengelolaan pengeta-huan serta

pengelolaan sistem kerja terhadap kinerja Depar-temen Radiologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo tahun 2008. baik secara langsung maupun tidak langsung.

RS Dr Cipto Mangun kusumo survei dengan pendekatan kuantitatif semua karyawan Departemen Radiologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo yang mempunyai masa kerja diatas 1 (satu) tahun atau sudah bekerja sejak tanggal 1 Januari 2008.

pengeloaan sistem kerja

mempengaruhi tinggi rendahnya Kinerja operasional Departemen Radiologi sementara

kepemimpinan serta pengelolaan pengetahuan tidak

mempengaruhi secara langsung,

Maya Irjayanti (Th. 2007)

Merancang sistem pengukuran kinerja yang mengukur seluruh kriteria dalam Malcolm Baldrige

PT IGD Gas Negara ( PGN ) Jenis penelitian ini kuantitatif , .

Seluruh top manajemen pada PGN dg jumlah 28 orang

Posisi angka skor dalam kriteria MBNQA menunjukkan bahwa PGN merupakan Industry Leader di Indonesia Sri Nani Purwaning-rum, Tjahjono Kuntjoro (Th. 2006) Untuk mengetahui deskripsi kinerja IGD RS Sentosadengan

menggunakan Kriteria pendekatan

MBNQA untuk pelayanan

RSUD Brebes

kualitatif deskriptif explanatory

15 orang terdiri dari: Pemilik (Pemda Kabupaten Brebes), . Direktur, Kasubag keuangan dan program, Dokter/ Komite Medis

Hasil evaluasi kinerja terhadap kategori 1-6 menunjukkan bahwa pencapaian keseluruhan kategori belum memenuhi kriteria dasar MBNQA , sedangkan untuk kategori 7

(10)

(tahun) Penelitian Utama

kesehatan di tahun 2006. Perawat Senior,

Staf/karyawan, Pasien , Pemasok dan Asuransi

digambarkan bahwa hasil kerja kinerja pelayanan utama dan layanan pendukung belum optimal dan hasil kinerja pelayanan utama dan

mendukung belum optimal dan tren mengalami penurunan Edward S.

Sternick. ( Th 2011)

mengevaluasi dan menganalisa perbaikan manajemen dan sistem operasional bagian radiologi onkologi Rhode Island Hospital, USA Analitic comprehenship

Unit radiasi onkologi kerangka kinerja baldrige dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis keunggulan radiologi onkologi dalam bidang kepuasan pasien, kualitas pelayanan dan komitmen SDM.

Tina C Foster at.al (Th 2007)

- memahami karakteristik keberhasilan Microsystem mencakup berbagai bidang penting untuk kinerja unggul

- Memvalidasi karakteristik keberhasilan Microsystem dengan

membandingkannya dengan kriteria Baldrige.

Dartmouth Institute Lebanon Analitik Comperative 10 database dengan mikrosistem berkinerja unggul dalam database Robert Wood Johnson Foundation

Kriteria Malcolm Baldrige dapat memberi masukan lebih untuk menciptakan mikrosistem agar konsisten dalam kinerja unggul

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kunjungan IGD RS Sentosa tahun 2013-2014
Tabel 2. Jumlah Pasien Rujukan IGD ke Unit Rawat Inap tahun 2014  No.  Bulan  Jumlah pasien rawat inap   Rujukan dari IGD   Dalam ( % )
Tabel 3. Angka Kematian Ranap ≤ 8 jam RS Sentosa Tahun 2013  No  Bulan  Ranap  IGD  Total Pasien

Referensi

Dokumen terkait

Jeder Wählerin und jeder Wähler hat eine Stimme, die sie oder er für eine Kandidatin oder einen Kandidaten einer Wahlliste ihrer oder seiner Mitgliedergruppe abgibt.. Die Sitze

Hasil penelitian yang menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

[r]

Penutupan terumbu karang hidup di pulau ini pada umumnya berada dalam kondisi sedang(kurang bagus) dengan rata-rata penutupan sebesar 35,58% dan penutupan

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan disuatu kelas, guna untuk mengajarkan suatu metode baru, untuk meningkatkan prestasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak asli daerah (PAD), dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dana alokasi umum, size (total aset) dan hasil pemeriksaan audit BPK