• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Skripsi

RENCANA KOMPREHENSIF “NOW IS THE TIME”

UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API

DI AMERIKA SERIKAT

Reza Laksmana Nugraha

10/299127/SP/24062

Pendahuluan

Kekerasan yang melibatkan senjata api atau yang sering disebut sebagai “gun violence” telah menjadi sebuah isu penting dalam kehidupan masyarakat Amerika Serikat (AS). Senjata api tidak hanya membahayakan nyawa orang lain, namun juga diri sendiri. Banyaknya kasus dan korban yang berjatuhan, baik yang mengalami luka hingga meninggal dunia,1 telah membuat masyarakat AS selalu memikirkan isu yang mengancam aspek keamanan ini. Isu ini menjadi semakin kontroversial bila dikaitkan dengan status AS sebagai negara maju dengan tingkat kekerasan bersenjata api tertinggi di dunia.2 Namun, hingga kini isu gun violence masih mengalami kebuntuan politik di pemerintahan sehingga mempersulit upaya untuk mengatasinya.

Kemunculan gun violence dapat ditelisik sejak tahun 1791 ketika Bill of Rights atau sepuluh amandemen pertama terhadap Konstitusi AS diratifikasi. Amandemen Kedua menyatakan sebuah kalimat yang menjadi awal perdebatan dan perkembangan hak warga negara AS dalam hal kepemilikan senjata api: “A well regulated Militia, being necessary to

the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed.” Pada perkembangannya, pernyataan Amandemen Kedua telah menimbulkan dinamika sosial politik di tingkat negara bagian maupun federal. Kebebasan dalam memiliki senjata api sebagai interpretasi umum dari Amandemen Kedua telah membagi masyarakat AS ke dalam dua kelompok besar, yaitu gun-rights group dan gun-control group.3

1 M. Chalabi, ‘Gun crime statistics by US state,’ the Guardian, 17 September 2013,

<http://www.theguardian.com/news/datablog/2013/sep/17/gun-crime-statistics-by-us-state>, diakses pada 27 Oktober 2014.

2 S. Lupkin, ‘U.S. Has More Guns – And Gun Deaths – Than Any Other Country, Study Finds,’ ABC News,

19 September 2013, < http://abcnews.go.com/blogs/health/2013/09/19/u-s-has-more-guns-and-gun-deaths-than-any-other-country-study-finds/>, diakses pada 27 Oktober 2014.

3 ‘Gun Control and Gun Rights,’ U.S. News & World Report, <

(2)

2

Gun-rights group adalah kelompok yang mendukung kebebasan dalam memiliki senjata api. Kelompok ini menganggap bahwa Amandemen Kedua merupakan sebuah pesan bagi setiap warga negara untuk secara bebas memiliki senjata api secara individual.4 Tujuannya adalah untuk berbagai hal, terutama untuk melindungi diri ketika bahaya muncul, untuk keperluan rekreasional, dan olah raga. The National Rifle Association (NRA) menjadi salah satu kelompok gun-rights yang memiliki peran sangat kuat dalam mempertahankan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah negara bagian maupun federal dalam isu kepemilikan senjata api. NRA melakukan berbagai lobi dan advokasi yang begitu kuat di pemerintahan, salah satunya adalah dengan tegas menyatakan “Guns don’t kill people, people kill people.”5 Pernyataan ini menimbulkan berbagai reaksi, utamanya dari gun-control group yang tidak setuju dan berusaha mengatur alur persenjataan untuk mengurangi tingkat kriminalitas yang melibatkan senjata api di AS.

Gun-control group adalah kelompok yang percaya bahwa pengawasan terhadap senjata perlu dilakukan untuk mengurangi angka kriminalitas. Menurut kelompok ini, pemahaman yang utuh terhadap Amandemen Kedua diperlukan: bahwa hak untuk memiliki senjata diperuntukkan bagi “militia” dan untuk keperluan melindungi keamanan secara kolektif.6 Ini yang kemudian membuat kalangan pro-kontrol senjata api percaya akan pentingnya mengatur kepemilikan senjata secara individual, terutama apabila senjata itu diperkirakan jatuh ke pihak yang salah. Oleh karena itu, kelompok ini menginginkan background check yang lebih ketat atas para pembeli senjata api. Sesuai dengan namanya, aturan ini menekankan pemeriksaan latar belakang dan rekam jejak pembeli untuk memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kegiatan kriminal ataupun memiliki kondisi mental yang meresahkan.7

Kekerasan yang melibatkan senjata api telah menjatuhkan banyak sekali korban dan keresahan di berbagai tingkat. Tragedi penembakan yang terjadi di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut, pada tahun 2012 menjadi alasan kuat yang mendorong pemerintahan Barack Obama tergerak untuk memperkuat kontrol terhadap senjata api di AS. Dalam peristiwa itu, korban yang jatuh oleh serangan yang dilakukan oleh Adam Lanza

4 E.Chemerinsky, ‘Putting the Gun Control Debate in Social Perspective,’ Fordham Law Review, vol. 73, no.

2, 2004, p. 478.

5 T. Cohen, ‘NRA ‘plucks the bird’ to weaken gun proposals,’ CNN, 3 April 2013, <http://edition.cnn.com/

2013/04/03/politics/pol-gun-laws/index.html>, diakses pada 27 Oktober 2014.

6 Chemerinsky, p. 478.

7 M.D. Shear, ‘Gun Control Group Urges Expanded Background Checks,’ The New York Times, 12 January

2013, < http://www.nytimes.com/2013/01/12/us/politics/gun-control-group-urges-expanded-background-checks.html?_r=0>, diakses pada 27 Oktober 2014.

(3)

3

berjumlah 26 orang, dua puluh di antaranya adalah anak berusia 6 hingga 10 tahun.8 Sebelum Sandy Hook, kekerasan bersenjata api telah menelan korban dalam tragedi di Aurora dan Oak Creek, Tucson; Sekolah Tinggi Columbine; hingga kasus pembunuhan Presiden John F. Kennedy dan pembela hak sipil orang-orang Afrika-Amerika, Martin Luther King, Jr.

Pemerintahan Barack Obama telah berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pembahasan upaya penyelesaian isu ini. Hal tersebut direalisasikan dengan paket rencana komprehensif “Now is the Time” yang pada dasarnya berusaha untuk mengurangi kekerasan bersenjata api. Dalam paket tersebut, Obama memfokuskan upaya dalam beberapa bidang, di antaranya menutup celah yang terdapat pada pemeriksaan riwayat kepemilikan senjata api agar tidak jatuh ke tangan kriminal, melarang penggunaan senjata api bergaya militer dan magazen berkapasitas tinggi, membuat lingkungan sekolah yang lebih aman, dan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan mental.9 Upaya-upaya ini disebut Obama sebagai common-sense steps atau langkah-langkah yang masuk akal karena selama ini upaya untuk mengurangi kekerasan bersenjata api telah dialangi oleh keengganan beberapa aktor politik, terutama kubu Republikan10 dan lobi yang kuat dari NRA yang menentang keras langkah apa pun untuk mengurangi akses masyarakat dalam memiliki senjata api.11 Menjadi menarik untuk mengamati lebih dalam proses di balik pengajuan rencana komprehensif “Now is the Time” oleh pemerintahan Barack Obama demi mengurangi dan mencegah meningkatnya kekerasan bersenjata api di tengah situasi yang panas antara pihak yang pro dan kontra terhadap isu tersebut.

Pertanyaan penelitian dan kerangka teori

Skripsi ini hendak menjawab pertanyaan bagaimana proses penyusunan agenda dalam rencana komprehensif “Now is the Time” yang diajukan oleh pemerintahan Barack Obama untuk mengurangi kekerasan bersenjata api di Amerika Serikat. Untuk itu, penulis akan menggunakan teori multiple streams dari John Kingdon. Pada dasarnya, teori ini berfokus pada tahap penyusunan agenda dalam proses kebijakan publik yang digambarkan melalui tiga aliran (streams) menyatu untuk membuka jendela kesempatan

8 S. Candiotti, G. Botelho & T. Watkins, ‘Newtown Shooting Details Revealed in Newly Released

Documents,’ CNN News, March 2013, < http://edition.cnn.com/2013/03/28/us/connecticut-shooting-documents/>, diakses pada 27 Oktober 2014.

9 ‘Now is the Time to do something about gun violence,’ The White House, <http://www.whitehouse.gov/

issues/preventing-gun-violence>, diakses pada 27 Oktober 2014.

10 ‘Republican Views on Gun Control,’ Republican Views, December 2013,

<http://www.republicanviews.org/republican-views-on-gun-control/>, diakses pada 27 Oktober 2014.

(4)

4

(window of opportunity). Gambaran tersebut mengartikan bahwa kebijakan publik memiliki peluang untuk berubah apabila terdapat tiga hal (aliran) yang bertemu di saat yang bersamaan, yaitu masalah, politik, dan kebijakan. Setiap aliran memiliki karakteristik masing-masing dan membutuhkan kedua aliran yang lain untuk membentuk dorongan kuat agar dapat masuk ke dalam proses penyusunan agenda di tingkat pemerintahan.

Penjelasan mengenai aliran masalah diawali dengan pertanyaan bagaimana sebuah kondisi dapat berubah menjadi masalah.12 Pemaknaan nilai, perbandingan, dan kategori menjadi tiga cara dalam melihat hal tersebut.13 Pemaknaan melalui nilai dapat ditelisik melalui bagaimana sebuah pihak melihat kondisi melalui nilai yang dianut. Ketika kondisi berlawanan dengan cara pandang sebuah ideologi, misalnya konservatif atau liberal, maka permasalahan dapat muncul. Melalui perbandingan, kondisi di satu negara dapat dipandang sebagai sebuah masalah atau tidak ketika dibandingkan dengan kondisi di negara lain. Sedangkan melalui kategori, kondisi dapat dilihat sebagai sebuah masalah ketika dikaitkan dengan sebuah kategori atau topik tertentu.

Melalui cara-cara di atas, kondisi kemudian dapat diartikan sebagai sebuah permasalahan yang perlu untuk ditindaklanjuti dan diubah. Namun, untuk mengetahui mengapa permasalahan satu dapat lebih diperhatikan daripada yang lain, terdapat beberapa macam mekanisme yang dapat digunakan, di antaranya adalah indikator, fokus kejadian, dan masukan (feedback). Indikator digunakan untuk memperkirakan besar dan mengawasi adanya perubahan dalam sebuah permasalahan. Dalam memperkirakan seberapa besar sebuah permasalahan, pengawasan rutin dan studi menjadi dua hal yang dituju untuk mendapatkan informasi. Keduanya digunakan oleh kalangan pemerintah maupun akademis untuk mengetahui berbagai dimensi dalam sebuah masalah. Identifikasi terhadap penyebab, efek yang dapat ditimbulkan, hingga anjuran untuk menanggapi masalah yang ada menjadi aspek-aspek penting dalam sebuah studi. Ketika dua cara ini menghasilkan cukup bukti bahwa sebuah masalah memiliki besaran yang tinggi, maka perhatian pemerintah diperlukan untuk berfokus pada masalah tersebut dibandingkan masalah yang lain.

Poin berikutnya adalah fokus kejadian. Fokus kejadian dapat berupa krisis atau bencana, pengalaman pribadi seorang pembuat kebijakan, atau masalah yang menjadi sebuah simbol. Kingdon berpendapat bahwa indikator belum sepenuhnya dapat menarik perhatian dari pembuat kebijakan untuk mengetahui seberapa penting sebuah permasalahan

12 S. Stachowiak, Pathways for Change: 6 Theories about How Policy Change Happens, Organizational

Research Service, Seattle, 2010.

13 J. Kingdon, Agendas, Alternatives, and Public Policies, Little, Brown and Company, Toronto, 1984, p.

(5)

5

dibandingkan yang lain.14 Oleh karena itu, fokus kejadian ada untuk memberikan penekanan. Namun, apabila kejadian hanya muncul secara independen, efek yang terasa belum begitu kuat untuk menarik perhatian dari pemerintah. Untuk itu, sebuah kejadian harus diikuti oleh persepsi di benak masyarakat mengenai bagaimana sebuah masalah dapat muncul atau melalui indikasi yang lebih kuat dengan munculnya kejadian lainnya yang serupa atau masalah lain yang mengiringi. Sementara itu, masukan (feedback) menekankan pada bagaimana pemerintah mendapatkan informasi terkait program yang telah dilaksanakan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pengawasan terhadap bagaimana program dijalankan dan evaluasi.

Apabila sebuah masalah memenuhi aspek-aspek di atas, maka kesempatan bagi ia untuk mendapatkan perhatian dan masuk dalam agenda pemerintahan semakin tinggi. Berbeda dengan aliran masalah, aliran politik memiliki karakteristik sendiri yang terdiri atas national mood, kekuatan politik terorganisir, struktur dan perubahan susunan pemerintahan. National mood merupakan suasana yang sedang terdapat di sebuah negara dan berubah dari waktu ke waktu. National mood memiliki peran untuk mendorong atau justru menghambat sebuah masalah atau proposal kebijakan masuk ke dalam agenda pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan ketika national mood pada satu waktu digambarkan konservatif, maka langkah ambisius untuk meningkatkan peran pemerintah akan teralang. National mood tidak semerta-merta merupakan suasana yang diciptakan oleh masyarakat luas. National mood dapat berasal dari upaya pemerintah dengan mengumpulkan informasi dari kalangan publik yang menaruh perhatian, aktivis, maupun elit politik yang lainnya. Media memainkan peran yang penting pula melalui pembentukan opini publik.

Hal lain yang terdapat dalam aliran politik adalah kekuatan politik terorganisir. Poin ini membahas mengenai dukungan dan oposisi dari kelompok-kelompok kepentingan terhadap langkah pemerintah dalam proses penyusunan agenda. Apabila dalam proses terdapat lebih banyak oposisi daripada dukungan, maka kelompok kepentingan akan menghambat sebuah agenda pemerintah untuk dicanangkan. Kendati demikian, penghambatan tersebut bukan berarti membuat masalah atau proposal kebijakan tidak dapat masuk ke tahap penyusunan agenda karena pihak yang mendukung akan selalu berupaya untuk mendorong dan oposisi memberikan tekanan untuk menyadarkan risiko yang kelak akan diterima. Terdapat atau tidaknya inersia (keengganan kalangan pemerintahan untuk melakukan perubahan) memberikan efek terhadap proses penyusunan agenda. Alasan mengapa inersia dalam

(6)

6

pemerintahan dilakukan adalah karena adanya hubungan dengan klien yang tidak menginginkan adanya perubahan. Ketika sebuah program dari pemerintah berjalan, maka klien akan membentuk kelompok-kelompok kepentingan untuk melindungi keberlanjutan program. Hal ini membuat perubahan sulit dilakukan. Namun, inersia bisa dilawan dengan menyatakan bahwa konstituensi membutuhkan sebuah perubahan dan membuktikan ide tersebut dengan mencontohkan kegagalan-kegagalannya.

Perubahan susunan pemerintah menjadi aspek lain yang akan berpengaruh dalam aliran politik. Susunan pemerintahan yang beranggotakan politisi dari kelompok-kelompok tertentu turut mempengaruhi kondisi politik di sebuah negara dan akan berubah ketika terjadi pergantian di pemerintahan. Perubahan ini mengartikan kesempatan bagi sebuah proposal kebijakan atau masalah untuk masuk ke dalam penyusunan agenda atau tidak. Di sisi yang lain, struktur pemerintahan yang sarat akan keterbatasan jurisdiksi juga mempunyai perannya. Tumpang tindih kewenangan terkadang membuat kinerja pemerintah mengalami kebuntuan, namun Kingdon berargumen bahwa kepentingan untuk pemilu, misalnya, membuat tumpang tindih jurisdiksi justru menghasilkan kompetisi untuk melakukan tindakan, bukan sebaliknya.15

Selanjutnya, aliran kebijakan dipenuhi oleh ide mengenai alternatif kebijakan yang digambarkan oleh Kingdon seperti “sup dari zaman purba” (primeval soup).16 Hal ini disebabkan ide alternatif kebijakan tidak jelas datang dari mana dan kapan; mereka melayang, bertabrakan satu dengan yang lain, membentuk sebuah gagasan baru, dan bergabung dengan yang lain. Walaupun asalnya tidak jelas, namun pemilihan ide kebijakan apa yang cocok untuk merespon sebuah masalah dilakukan dengan jelas. Alternatif kebijakan diambil apabila memenuhi beberapa kriteria, antara lain kemampuan untuk dijalankan secara teknis (technical feasibility), dapat diterima menurut nilai yang berlaku (value acceptability), dan antisipasi alangan di masa depan (anticipation of future constant).

Secara singkat, kemampuan teknis merupakan kriteria bagi sebuah alternatif kebijakan apakah ia benar-benar dapat diimplementasikan dan menyelesaikan masalah yang dipersepsikan ketika nantinya diadopsi oleh para pembuat kebijakan. Penerimaan nilai adalah persyaratan apakah sebuah proposal kebijakan memenuhi nilai-nilai dalam sistem negara. Nilai-nilai tersebut adalah ideologi, ekuitas, dan efisiensi. Apabila kebijakan yang diajukan berseberangan dengan ideologi negara atau partai berkuasa, maka kebijakan memungkinkan

15 Kingdon, p. 165.

16 J. Kingdon, ‘Why Some Issues Rise and Others Are Negated,’ dalam S.Z. Theodoulou & M.A. Cahn

(7)

7

untuk disesuaikan kembali.17 Ekuitas berkaitan dengan bagaimana alternatif kebijakan dapat memberikan efek yang sama, adil, seimbang kepada seluruh pihak. Kriteria ekuitas terkadang dikaitkan dengan nilai moral, maka apabila ia tidak diperhatikan, akan timbul ketidakstabilan politik dan sosial yang membuat pemerintah tidak memilih alternatif kebijakan yang dapat melemahkan posisinya. Berikutnya, efisiensi berkaitan dengan keuntungan yang didapat dan biaya yang harus dikeluarkan. Ketidakseimbangan keduanya akan membuat alternatif kebijakan berada pada posisi yang lemah. Sementara itu, antisipasi alangan di masa depan berkaitan dengan keberlanjutan kebijakan dalam jangka panjang yang ditentukan dari alokasi anggaran dan penerimaan warga. Spesialis kebijakan mengajukan kebijakan dengan harapan bahwa nantinya ia akan dimasukkan ke dalam penyusunan agenda, sehingga diperlukan sebuah keyakinan bahwa proposal kebijakan dapat didukung oleh pemerintah dari segi anggaran dan oleh masyarakat.

Poin-poin di atas merupakan cara-cara spesialis kebijakan membuat alternatif, proposal, solusi kebijakan atas sebuah masalah agar dapat diterima oleh pemerintah dalam proses tahap penyusunan agenda. Namun, proposal tersebut tetap akan berjalan di tempat ketika tidak ada upaya untuk memperjuangkannya kepada pemerintah. Proses ini disebut pelunakan (softening up) yang berisikan upaya-upaya yang ditempuh spesialis kebijakan dalam mempromosikan proposal kebijakan yang telah ia buat karena proposal kebijakan tidak kemudian berhasil dengan cara didiamkan saja.

Apabila seluruh aliran disatukan, akan tercipta sebuah dorongan besar untuk membuka “jendela kesempatan” pada tahap penyusunan agenda. Kesempatan bagi jendela untuk terbuka akan melemah apabila hanya terdapat sebagian aliran saja yang muncul.18 Oleh karena itu, perlu bagi seluruh aliran untuk muncul di saat yang bersamaan (coupling), mengingat jendela kesempatan juga tidak selamanya terbuka: sebuah momentum tidak terjadi dalam waktu yang lama dan apabila terlewatkan membutuhkan waktu hingga akhirnya muncul kembali. Jendela kesempatan berlangsung ketika kesempatan datang untuk diubahnya sebuah kebijakan publik. Walaupun pertemuan dari ketiga aliran dapat membuka jendela kesempatan, tetapi fenomena ini tidak selalu menjamin bahwa perubahan dalam kebijakan publik akan terjadi.19

17 Kingdon, p. 122.

18 S.Z. Theodoulou, ‘In Search of a Framework to Understand the Policy Process,’ dalam S.Z. Theodoulou,

& M.A. Cahn (eds.), Public Policy: The Essential Readings, Pearson Education, Upper Sadle River, 2013, pp. 123-131.

19 Fenomena terbukanya “jendela kesempatan” dapat diartikan sebagai perubahan pemahaman terhadap

sebuah permasalahan, perubahan dalam aliran politik yang dapat berkontribusi terhadap perubahan kebijakan, dan perubahan cara pandang dalam melihat permasalahan dari solusi yang ditawarkan. Lihat T.A. Birkland, An

(8)

8

Lebih lanjut, Kingdon menegaskan bahwa setiap aliran tidak muncul begitu saja. Ada saatnya ketika sebagian aliran saja yang muncul dan sebuah pihak mencari aliran yang lain untuk digabungkan.20 Hal ini dilakukan karena dengan menggabungkan semua aliran akan membuka kesempatan besar untuk mempengaruhi proses penyusunan agenda. Salah satu contohnya adalah apabila aliran masalah dan politik yang muncul, maka proposal kebijakan yang akan diajukan. Dari sini, terdapat aktor yang dapat melakukannya, yang disebut “pengusaha kebijakan” (policy entrepreneur).

Teori multiple streams dirasa oleh penulis mampu untuk menjawab proses di balik rencana komprehensif “Now is the Time” yang diajukan oleh Barack Obama. Hal ini dikarenakan apabila dilihat dari sistem kebijakan publik, “Now is the Time” merupakan langkah lebih lanjut dari tahap penyusunan agenda yang telah dipengaruhi oleh tiga aliran sebagaimana diuraikan oleh John Kingdon. Penyatuan dari aliran masalah, kebijakan, dan politik (coupling) telah menghasilkan dorongan yang cukup untuk membuka “jendela kesempatan,” yaitu respon pemerintah dengan mengajukan “Now is the Time” untuk selanjutnya dibahas di dalam Kongres. Dari sini, penulis tertarik untuk mengetahui dengan lebih jelas faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan agenda dan membuka “jendela kesempatan” melalui analisis dari masing-masing aliran dan akhirnya melihat bagaimana ketiganya disatukan.

Permasalahan mengenai kekerasan bersenjata api di AS menjadi studi kasus yang tepat ketika dianalisis menggunakan berbagai karakteristik yang terdapat dalam aliran masalah. Selain itu, aliran masalah juga membantu penulis dalam mencari tahu bagaimana isu kepemilikan senjata api dapat menjadi sebuah masalah dan mendesak pemerintahan Barack Obama untuk menaruh perhatian dan melakukan tindakan dengan memasukan isu ini ke agenda pemerintahan serta membuat keputusan yang diharapkan dapat mengubah atau menciptakan situasi yang baru.

Aliran politik memberikan penjelasan lebih lanjut bagaimana “Now is the Time” dapat muncul. Perpolitikan AS secara umum terpecah menjadi kubu Demokrat dan Republikan yang saling berkompetisi untuk memberikan pengaruh ke segala segi kehidupan, namun apabila dilihat hanya dari ideologi keduanya yang berbeda, akan sulit untuk mengkaji bagaimana sebuah kebijakan diimplementasikan. Oleh karena itu, dengan menjelaskan kondisi politik di AS melalui national mood, susunan anggota di pemerintahan yang dinamis,

Introduction to the Policy Process: Theories, Concepts, and Models of Public Policy Making, M.E. Sharpe,

Armonk, 2011, pp. 297-298.

(9)

9

dan peran kelompok kepentingan di AS, alasan mengapa “Now is the Time” dapat diajukan oleh pemerintahan Barack Obama pada Januari 2013 ketika Republikan menguasai kursi House of Representatives dapat terjawab.21

Berikutnya adalah aliran kebijakan yang menitikberatkan pada alternatif yang muncul dari spesialis kebijakan. Kekerasan bersenjata api di AS telah berlangsung begitu lama dan diiringi oleh berbagai solusi yang telah muncul dari waktu yang lama pula. Namun, menarik untuk mengetahui bagaimana dan mengapa “Now is the Time” yang diajukan oleh pemerintahan Barack Obama untuk menghadapi masalah yang ada. Penulis berasumsi bahwa aliran kebijakan ini dapat membantu untuk mencari tahu dari mana ide tersebut berasal dan siapakah yang mempengaruhinya. Penulis akan meneruskan penjelasan dengan mencari tahu bagaimana ketiga aliran menyatu, membuka “jendela kesempatan,” dan melihat peran dari pengusaha kebijakan.

Hipotesis

Rencana komprehensif “Now is the Time” diajukan oleh pemerintahan Barack Obama pada awal tahun 2013 sebagai respon atas krisis akibat tragedi penembakan anak-anak di bawah umur di Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut yang terjadi pada akhir 2012. Proses penyusunan agenda bermula dari aliran masalah bahwa krisis ini telah meningkatkan dukungan publik kepada pemerintah untuk mengambil tindakan dalam isu kekerasan bersenjata api. Ia didukung oleh aliran politik, yaitu posisi Obama sebagai presiden, yang sangat penting ketika dihadapkan kepada tahap penysunan agenda dari proses pembuatan kebijakan publik untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

Setelah isu “ditangkap” oleh Presiden, tahapan berikutnya adalah mencari proposal kebijakan dari berbagai pihak dan kemudian mengajukan kepada Kongres yang berwenang dalam mengolah serta mengesahkan sebuah kebijakan. Proposal kebijakan inilah yang dapat disebut sebagai penyatuan karena dihasilkan dari pertemuan ketiga aliran dan membuka kemungkinan bahwa sebuah perubahan akan muncul. “Jendela kesempatan” berupa pengajuan rencana komprehensif “Now is the Time” muncul di tengah situasi panas politik AS yang selalu dipenuhi oleh perdebatan dan oposisi dari Partai Republik dan kelompok kepentingan NRA terhadap segala upaya pemerintah mengontrol kepemilikan senjata api.

21 ‘Members of the U.S. Congress,’ the Congress of the United States, <https://www.congress.gov/

(10)

10

Skripsi ini akan terdiri dari empat bagian. Setelah bagian pertama ini, bagian kedua akan berisikan dua subbagian, yaitu kultur dan perdebatan senjata api di Amerika Serikat serta penjelasan mengenai rencana komprehensif “Now is the Time.” Analisis akan ditunjukkan di bagian ketiga. Di sini penulis akan memberikan penjelasan tentang munculnya setiap aliran sebagaimana yang diteorikan oleh John Kingdon dalam isu kekerasan senjata api di Amerika Serikat, bagaimana ketiganya bertemu, dan berkontribusi kepada terbentuknya “Now is the Time.” Skripsi akan ditutup dengan bagian keempat yang berisikan kesimpulan dan inferens dari hasil temuan penelitian.

Perdebatan tentang Senjata Api di Amerika Serikat dan “Now is the Time”

Kultur dan Perdebatan tentang Senjata Api di Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara maju yang masih mempertahankan kultur senjata apinya dengan kuat. Kultur senjata api ini dipengaruhi dari pemikiran ‘menjaga perbatasan’ (frontier) dan kegiatan berburu menjadi salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan berburu membutuhkan kesiapan spiritual dan emosional di dalam membaur dengan alam yang menantang kemampuan dan kecerdasan para pemburu.22 Faktor geografis, penguasaan teknologi, dan perlindungan diri turut berkontribusi terhadap semakin kuatnya kelekatan masyarakat AS dengan tradisi berburu dan menembak. Dari sini, berburu menjadi kegiatan yang tumbuh dengan nilai-nilai maskulin seperti yang sering digambarkan seorang ayah dan anak laki-lakinya yang pergi berburu bersama dengan baju kembar bermotif kotak-kotak.23 Namun, tradisi ini diperlemah dengan adanya pergantian struktur keluarga yang tidak dapat diteruskan ketika tidak ada keturunan laki-laki yang dapat menjadi panutan. Faktor lain seperti meningkatnya kesadaran akan perlindungan satwa dan lingkungan serta tekanan terhadap penggunaan senjata api juga turut berdampak terhadap tradisi ini. Kondisi pasar yang menggeser penjualan senjata api tembak (shotgun) dan senapan akibat ketakutan menurunnya keuntungan yang didapat oleh penjual ke senjata api tangan (handgun) telah membuat perubahan sosial terhadap cara pandang penggunaan senjata api dengan lebih menekankan pada fungsinya untuk melindungi diri dari kejahatan.24

22 P. Squires, Gun Cultures or Gun Control? Firearms, violence, and society, Routledge, New York, 2000,

p. 56.

23 M-L. Bigony, Ethical choices, Texas Parks and Wildlife, 1995, pp. 48-53. 24 Squires, p. 57.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri

didik kelas V MI Muhammadiyah 08 Kebalan Kulon lamongan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan menggunakan model Kurt Lewin yang terdidri dari 4 tahap dalam 1

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari metode pembuatan sol sepatu dari lateks karet alam dengan cetak tuang, mendapatkan formula terbaik berdasarkan

Pemberian ekstrak the putih (Camellia sinensis) oral mencegah dislipidemia pada tikus (Rattus novergikus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.. Tesis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa American Idol yang terdiri dari audisi American Idol,pertunjukan American Idol, dan video promosi American Idol menarik bagi

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai minat melanjutkan studi perguruan tinggi dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Surat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku Utara tertanggal 16 April 2008 Nomor 162/105/2008 yang ditujukan kepada Presiden Republik

Dari jenis lantai yang dimiliki rumah tangga miskin tiap desa di Kabupaten Jombang, jenis lantai tanah yang paling banyak digunakan dalam bangunan rumah tangga miskin