• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batang Kelapa - Pembuatan Papan Pertikel dari Serbuk Batang Kelapa Memakai Poliprolena yang Digrafting dengan Maleat Anhidrida sebagai Coupling Agent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batang Kelapa - Pembuatan Papan Pertikel dari Serbuk Batang Kelapa Memakai Poliprolena yang Digrafting dengan Maleat Anhidrida sebagai Coupling Agent"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batang Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) adalah sat

dan adalah anggota tunggal dalamCocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir

semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna,

khususnya bagi masyarakat

tumbuhan ini (Sukamto, 2001).

Pohon kelapa merupakan pohon yang paling banyak kegunaannya karena hampir

tiap bagian dari pohon tersebut dapat dimanfaatkan. Tidak berlebihan bila pohon kelapa

dikenal pula sebagai pohon kehidupan (tree of life). Berbagai ragam industri berbahan

baku kelapa telah berkembang mulai dari yang tradisional seperti minyak kelapa dan kopra

sampai pada pengolahan minyak menjadi senyawa-senyawa kimia yang mempunyai nilai

tambah yang tinggi serta pengolahan batang kelapa sebagai salah satu produk mebel

(Tenda, 2004).

Secara fisis batang kelapa memiliki kerapatan yang sangat beragam baik dari

pangkal ke ujung maupun dari tepi ke dalam. Pada bagian pangkal dan tepi memiliki

kerapatan yang tinggi dan didominasi oleh ikatan pembuluh dewasa sedangkan bagian

tengah dan ujung lebih banyak mengandung jaringan dasar berupa parenkim serta ikatan

pembuluh muda dengan kerapatan yang lebih rendah. Kerapatan yang beragam dalam satu

pohon kemungkinan diikuti oleh variasi kandungan kimia (Wardhani, 2004).

Menurut Wardhani, (2004) menyatakan bahwa batang kelapa berbeda bila

dibandingkan dengan jenis-jenis kayu keras lainnya, dimana:

1. Batang kelapa tidak mempunyai kambium sehingga diameter batang tidak

(2)

2. Pada bagian penampang lintang, berkas pembuluh tidak seragam dan tersebar

secara acak

3. Kelapa tidak membentuk lingkaran tumbuh karena tidak ada pertumbuhan tahunan

pada diameter batang

4. Kelapa tidak mempunyai cabang, artinya batang kelapa bebas mata kayu.

5. Batang kelapa tidak dapat beregenerasi, terlihat pada bekas pijakan saat pemanenan

buah kelapa yang tidak pernah hilang sepanjang hidupnya.

6. Bagian kulit bagian batang tidak dapat dibedakan dengan jelas

Menurut Anonim (1985) dan Rojo,(1988) menyatakan holoselulosa batang kelapa

sebesar 66.7% dan lebih tinggi dari bagian lain seperti kulit, serabut dan pelepah daun.

Kisaran kandungan selulosa pada batang kelapa adalah 28.10 ~ 36.55% dan nilai rataannya

sebesar 31.95%.Pada ketinggian 7 m hingga 15 m dalam batang, kandungan selulosa lebih

tinggi dibandingkan bagian pangkal dan ujung, serta pada 2/3 bagian ke dalam juga

mengandung selulosa yang lebih tinggi dari bagian tepi. Hal ini disebabkan batang kelapa

bagian pangkal dan tepi telah mengalami proses lignifikasi sehingga tidak seluruh selulosa

dapat terisolasi.

2.1.1. Kelapa Hibrida

Kelapa hibrida merupakan kelapa hasil persilangan atau hibrida antara dua tanaman kelapa

sejenis yang memiliki perbedaan sifat (Wijaya 2007). Berdasarkan jumlah perbedaan yang

dimiliki oleh kedua tanaman yang disilangkan, hasil hibrida dapat menjadi:

1. Monohibrida, yakni hibrida dengan satu perbedaan sifat, misalnya perbedaan

bentuk buah

2. Di- atau trihibrida dengan dua atau tiga perbedaan sifat, misalnya warna buah,

bentuk buah, dan umur mulai berbuah

3. Polihibrida, yakni hibrida dengan banyak perbedaan sifat, namun tetap dalam satu

jenis.

Persilangan antara kelapa dalam dengan kelapa genjah dapat digolongkan ke dalam

jenis polihibrida karena memiliki perbedaan sifat yang cukup banyak (Wijaya, 2007).

Kelapa hibrida bersifat unik karena mempunyai keseragaman susunan genetik dan secara

(3)

hibrida, satu tanaman terserang penyakit, maka 999 tanaman lain mempunyai peluang yang

sama untuk terserang. Hal ini berbeda dengan kelapa tipe jangkung dan genjah yang secara

genetik beragam (Wijaya, 2007). Sedangkan menurut Wijaya (2007), kelapa hibrida

memiliki sifat unggul yang diwariskan oleh tetuanya, antara lain:

(1) berbuah cepat (4-5 tahun),

(2) potensi berbuah rata-rata mencapai 120 butir per pohon per tahun,

(3) daging buah tebal,

(4) kandungan minyak tinggi,

(5) habitus tanaman sedang, serta

(6) relatif serangan hama dan penyakit.

2.2 Plastik

Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk

dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk

meningkatkan performa atau ekonomi

Plastik adalah bahan polimer yaitu suatu bahan yang terdiri dari ratusan bahkan

ribuan atom yang terbentuk dari rangkaian berulang beberapa molekul yang kecil yang

membentuk rangkaian (Hall,1990)

2.2.1. Termoplastik

Polimer-polimer yang tidak berikat silang (linear atau bercabang biasanya bisa larut dalam

beberapa pelarut, dan dalam banyak hal, mereka akan melebur atau mengalir.

Materi-materi demikian dikatakan sebagai termoplastik.

Dari golongan ini ada 4 bahan komoditas yang terkenal yaitu polietilena (PE),

polipropilena (PP), poli vinil klirida (PVC), dan polistirena (PS). (Stevens.2001).

2.2.2 Polipropilena

Polipropilena (PP) adalah sebuah polimer termoplastik yang dibuat oleh industry kimia dan

(4)

alat tulis, perlengkapan laboratorium, pengeras suara, komponen otomotif, dan uang kertas

polimer

Polimer juga merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk kedalam polimer

termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena merupakan jenis bahan

baku plastik yang ringan, mempunyai titik leleh 165-170 0C, densitas 0,90 – 0,92, memiliki

kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil terhadap panas

dikarenakan adanya hydrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan penguat

memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan

tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperature

tinggi. Kerapuhan polipropilena dibawah 0 0C dapat dihilangkan dengan penggunaan

bahan pengisi (Gatcher, 1990)

2.2.3 Sifat-Sifat Polipropilena

Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi

dan ketahanan yang tinggi terhadap berbagai pelarut organik. Polipropilena juga

mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses dan sangat tahan terhadap air karena

sedikit sekali menyerap air dan sifat kekakuan yang tinggi. Seperti polyolefin,

polipropilena juga mempunyai ketahanan yang sangat baik terhadap bahan kimia

anorganik non pengoksidasi, deterjen, alcohol, dan sebagainya. Sifat kristalinitasnya yang

tinggi menyebabkan data regangnya tinggi, kaku dan keras (Al Malaika, 1983).

Sifat-Sifat utama dari Polipropilena yaitu :

1. Ringan (kerapatan 0,9 g/cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih dalam

bentuk film.

2. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar daripada polietilena. Pada suhu rendah akan

rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -30 0C mudah pecah sehingga polietilena

atau bahan lain perlu ditambahkan untuk mempertahankan terhadap benturan.

3. Lebih kaku dari polietilena dan tidak gampang sobek sehingga lebih mudah dalam

penanganannya.

4. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang

5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150 0C

(5)

7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan berminyak. Tidak terpengaruh oleh pelarut

pada suhu kamar kecuali HCl

8. Pada suhu tinggi polipropilena akan bereaksi dengan benzene, siklena, toluene.

Terpentin dan asam nitrat kuat (Syarief , 1989)

2.2.4. Kegunaan Polipropilena

Polipropilena (PP) adalah merupakan salah satu jenis plastik yang penggunaannya secara

luas digunakan karena factor harganya yang murah dan memiliki sifat spesifik yang

berkualitas tinggi. Polipropilena memiliki sifat yang sulit berikatan dengan zat lain karena

gugus ujungnya tertutup untuk gugus lain yang mengakibatkan diharuskannya melakukan

modifikasi terhadap polipropilena agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk

mendapatkan hasil homogeny dari polipropilena dengan zat lain tersebut biasanya dengan

ditambahkan maleat anhidrida kepada polipropilena agar polipropilena tersebut dapat

berikatan dengan bahan pengisi untuk mendapatkan hasil modifikasi yang baik (Hong,

2007)

Produk polipropilena lebih tahan terhadap goresan daripada produk polietilena.

Polipropilena digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci, komponen mobil, kursi,

tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan (berupa lembaran tipis)

makanan dan barang (Cowd,1991).

2.3. Proses Grafting

Proses grafting pada permukaan bahan polimer adalah variasi tekhnologi yang digunakan

untuk meningkatkan sifat dari permukaan bahan polimer tersebut. Teknologi seperti ini

menawarkan fungsi serbaguna dalam berbagai bidang misalnya pada serat kaca dengan

fungsi-fungsi baru seperti kestabilan termal, ketahanan air dan minyak dan daya deterjensi

(Saihi. 2002).

Grafting maleat anhidrida ke dalam polipropilena bertujuan untuk meningkatkan kompatibilitas dan kereaktifan dari polipropilena. Grafting polipropilena akan

(6)

grafting polpropilena telah banyak dilakukan tetapi dengan metode lelehan lebih baik bila

dibandingkan dengan metode pencampuran dalam larutan (Gracia-Martinez,,1997)

Mekanisme penempelan gugus fungsi pada polipropilena diawali dengan hilangnya

satu atom H dari atom C tersier dengan adanya inisiator benzoil peroksida menghasilkan

radikal polipropilena, selanjutnya akan berinteraksi dengan gugus maleat anhidrida.

Tahapan reaksinya adalah seperti (gambar 2.1 berikut)

Dekomposisi peroksida

Benzoil peroksida

100 – 110oC

BPO radikal

Inisiasi

BPO radikal Polipropilena

.

PP radikal

Asam benzoat

Propagasi

PP radikal Maleat anhidrat

(7)

Gambar 2.1. Reaksi PP-g-MA (Sumber : Bettini, 1999)

2.4 Interaksi PP-g-MA dengan Serbuk Batang

Coupling agent maleat anhidrida banyak digunakan untuk meningkatkan kekuatan

komposit yang mengandung pengisi dimana seratnya diperkuat. Penguatan kimia maleat

Transfer Rantai

PP-g-MA radikal

Polipropilena

PP-g-MA

PP radikal

Terminasi

PP-g-MA radikal

PP radikal

disproporsinasi

PP-g-MA radikal

PP radikal

(8)

anhidrida tidak hanya dipakai untuk modifikasi serat tetapi juga membuat permukaan

komposit matriks PP dengan serat dapat lebih baik sehingga meningkatkan kekuatan tarik

komposit. Rantai PP dan maleat anhidrida menjadi terikat dan menghasilkan grafting

maleat anhidrida polipropilena, Kemudian penguatan serat selusosa dengan grafting maleat

anhidrida polipropilena menghasilkan permukaan dengan ikatan kovalen (Bledzki, 2002).

Mekanisme reaksi serbuk kayu dengan PP-g-MA seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Mekanisme reaksi serbuk kayu dengan PP-g-MA

(sumber : Caulfield, 2005)

2.5 Benzoil Peroksida (BPO)

Benzoil peroksida merupakan peroksida yang paling umum digunakan sebagai inisiator

dalam proses polimerisasi dan dalam pembentukan ikatan silang dari berbagai polimer.

Benzoil peroksida tidak stabil terhadap panas dan mengalami homolis termal untuk

membentuk radikal-radikal benzoiloksi. Benzoil peroksida (waktu paruhnya 30 menit pada

100 oC) mempunyai keuntungan yaitu radikal benzoiloksi yang cukup stabil sehingga

cenderung bereaksi dengan molekul-molekul yang lebih reaktif sebelum mengeliminasi

karbondioksida (Stevens., 2001). Adapun Penguraian Benzoil Peroksida dapat dilihat pada

gambar 2.3.

(9)

Benzoil Peroksida Radikal bebas Benzoil Karbondioksida

radikal bebas

Gambar 2.3. Penguraian Benzoil Peroksida (sumber: Steven. 2001)

2.6 Maleat Anhidrida

Maleat anhidrida larut dalam aseton dan air tidak berwarna atau berwarna putih padat

dalam keadaan murni dengan bau yang tajam. Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak

jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin polyester, pelapisan permukaan karet,

deterjen, bahan aditif dan minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida

mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil

didalamnya, ikatan ini berperan dalam reaksi adisi. Maleat anhidrida juga dikenal sebagai

2,5-furandione (Parker., 1984). Proses pembentukan Maleat Anhidrida dapat dilihat pada

gambar 2.4.

2CH2CH2CH2CH3 + 7O2 2C2H2(CO)2O + 8H2O

Gambar 2.4. Proses Pembentukan Maleat Anhidrida

(10)

Tabel 2.1. Sifat-sifat maleat anhidrida

Deskripsi Tidak berwarna atau padatan putih

Bentuk molekul C4H2O3

Berat molekul 98,06 g/mol

Densitas 1,314 g/cm3

Titik didih 202 0C

Titik nyala 102 0C

Titik cair 52,8 0C

Tekanan 0,1 torr 25 0C

Kelarutan Larut dalam air, eter.asetat,

Kloroform, aseton, etil asetat,

benzena

(Sumber : Parker., 1984)

2.7 Divinilbenzena (DVB)

Divinilbenzena (DVB) terdiri dari satu cincin benzene yang diikat dua gugus vinil.

Biasanya divinilbenzena ditemui dalam bentuk campuran dengan perbandingan 2:1 antara

bentuk meta-divinilbenzena dan para-divinilbenzena, juga mengandung isomer

etilvinilbenzena yang sesuai. Bila direaksikan bersama-sama dengan stirena,

divinilbenzena dapat dipergunakan sebagai monomer reaktif dalam resin polyester.

Polimer crosslink yang dihasilkan umumnya dipergunakan sebagai penghasil resin penukar

ion. Dimana struktur divinilbenzene dapat dilihat pada gambar 2.5.

(11)

2.8 Papan Partikel

Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari partikel (chips) kayu atau bahan

selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organic dengan bahan penolong lainnya dan

dengan bantuan tekanan dan panas (hot press) dalam waktu tertentu.

Berdasarkan dari kerapatannya papan partikel ini ada 3 jenis :

1. Papan partikel berkerapatan rendah dengan kerapatan 0,24 – 0,40 g/cm3

2. Papan partikel berkerapatan sedang dengan kerapatan 0,40 – 0,80 g/cm3

3. Papan partikel berkerapatan tinggi dengan kerapatan 0,80 – 1,20 g/cm3

2.8.1. Sifat-sifat papan partikel

- Penyusutan dianggap tidak ada

- Keawetan terhadap jamur tinggi, karena adanya bahan pengawet

- Merupakan isolasi bahan panas yang baik

- Merupakan bahan akustik yang baik

2.8.2. Penggunaan papan partikel

- Untuk perabot

- Dinding dalam rumah, dinding antara

- Flafon dan lantai

- Dan macam-macam kegunaannnya dalam permebelan

2.8.3. Keuntungan papan partikel

- Papan partikel merupakan bahan konstruksi yang sangat baik

- Bahan isolasi dan akustik yang baik

- Dapat menghasilkan bidang yang luas

- Pengerjaan mudah dan cepat

- Tahan api

- Mudah di-finishing, dilapisi kertas dekor, dilapisi finir dan lain sebagainya

(12)

2.8.4. Mutu Papan Partikel

Mutu papan partikel meliputi cacat, ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia.Dalam

standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa Negara masih mungkin terjadi

perbedaan dalam hal criteria, cara pengujian, dan persyaratannya. Walaupun demikian,

secara garis besarnya sama.

a. Cacat

Pada Standar Indonesia Tahun 198 tidak ada pembagian mutu papan partikel berdasarkan

cacat, tetapi pada standar tahun 1996 ada 4 mutu penampilan papan partikel menurut cacat,

yaitu : A, B, C, dan D, Cacat yang dinilai adalah partikel kasar di permukaan, noda serbuk,

noda minyak, goresan, noda perekat, rusak tepi dan keropos.

b. Ukuran

Penilaian panjang, lebar, tebal dan siku terdapat pada semua standar papan partikel. Dalam

hal ini, dikenal adanya toleransi yang tidak selalu sama pada setiap standar. Dalam hal ini

toleransi telah dibedakan untuk papan partikel yang dihaluskan kedua permukaannya,

dihaluskan satu permukaannya dan tidak dihaluskan permukaannya.

c. Sifat Fisis Papan Partikel

- Kerapatan papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar,

tetapi persyaratannya tidak selalu sama. Menurut standar Indonesia tahun 1983

persyaratannya 0,50 – 0,70 g/cm3, sedangkan menurut Standar Indonesia tahun

1996 persyaratannya 0,50 -0,90 g/cm3. Ada standar papan partikel yang

mengelompokkan menurut kerapatannya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi

- Kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar,

yaitu metode oven (metode pengurangan berat). Walaupun persyaratan kadar air

tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya tidak besar (kurang dari 5%).

- Pengembangan tebal papan partikel ditetapkan setelah uji direndam dalam air

(13)

dilakukan terhadap papan partikel interior dan eksterior, sedangkan cara kedua

untuk papan partikel eksterior saja. Menurut Standar Indonesia tahun 1983, untuk

papan partikel eksterior, pengembangan tabal ditetapkan setelah direbus 3 jam, dan

setelah direbus 3 jam kemudian dikeringkan dalam oven 100 0C sampai berat

contoh uji tetap. Ada papan partikel yang tidak diuji pengembangan tebalnya,

misalnya tipe 100 menurut Standar Indonesia Tahun 1996, sedangkan untuk tipe

150 dan tipe 200 diuji pengembangan tebalnya. Menurut standar FAO, pada saat

mengukur pengembangan tebal ditetapkan pula penyerapan airnya (absorbsi)

d. Sifat Mekanis Papan Partikel

- Keteguhan (kuat) lentur umumnya diuji pada keadaan kering meliputi modulus

patah dan modulus elastisitas. Pada Standar Indonesia tahun 1983 hanya

modulus patah saja, sedangkan pada Standar Indonesia Tahun 1996 meliputi

modulus patah dan modulus elastisitas. Selain itu, pada standar ini ada

pengujian modulus patah pada keadaan basah, yaitu untuk papan partikel tipe

150 dan 200. Bila papan partikelnya termasuk tipe I (eksterior), pengujiannya

modulus patah dalam keadaan basah dilakukan setelah contoh uji direndam

dalam air mendidih (2 jam) kemdian dalam air dingin (suhu kamar) selama 1

jam. Untuk papan partikel tipe II (interior) pengujian modulus patah dalam

keadaan basah dilakukan setelah contoh uji direndam dalam air panas (70 oC)

selama 2 jam kemudian dalam air dingin (suhu kamar) selama 1 jam.

- Keteguhan rekat inernal (kuat tarik tegak lurus permukaan) umumnya diuji

pada keadaan kering, seperti pada Standar Indonesia tahun 1996. Pada Standar

Indonesia tahun 1983 pengujian tersebut dilakukan pada keadaan kering untuk

papan partikel mutu I (eksterior) dan mutu II ( interior). Pengujian pada

keadaan basah, yaitu setelah direndam dalam air mendidih (2 jam) dilakukan

hanya pada papan partikel mutu I saja

- Keteguhan (kuat) pegang skrup diuji pada arah tegak lurus permukaan dan

sejajar permukaan serta pada keadaan kering saja. Menurut Standar Indonesia

tahun 1996 pengujian tersebut dilakukan pada papan partikel yang tebalnya

(14)

e. Sifat Kimia Papan Partikel

Emisi (lepasan) formaldehida dapat dianggap sebagai sifat kimia dan papan partikel.

Pada standar Indonesia tahun1983, belum disebutkan mengenai emisi formaldehida

dari papan aprtikel. Pada standar Indonesia tahun1996, disebutkan bahwa bila

diperlukan dapat dilakukan penggolongan berdasarkan emisi formaldehida. Pada

standar Indonesia tahun 1999 mengenai emisi formaldehida pada panel kayu terdapat

pengujian dan persyaratan emisi formaldehida pada papan komposit (Sutigno,2006) .

2.9 Tekhnik Penarikan Sampel Secara Acak

Secara garis besarnya metode penarikan sampel dapat dipilih menjadi dua, yaitu pemilihan

sampel dari populasi secara acak (random atau probability sampling) dengan pemilihan

sampel dari populasi secara tidak acak (nonrandom atau non probability sampling), dalam

penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak. Tekhnik pengambilan sampel

secara acak dapat dilakukan dengan cara :

1. Undian / lotre

2. Kalkulator

3. Computer

4. Tabel angka random (Cochran. 1991)

2.10 Scanning Elektron Mikroskopi (SEM)

Skanning Elektron Mikroskopi (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan

permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop

electron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu

secara langsung.

Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan electron untuk

dipantulkan atau berkas sinar electron sekunder. SEM menggunakan prinsip scanning

dengan prinsip utamanya adalah berkas electron diarahkan pada titik-titik permukaan

specimen. Gerakan electron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan

(15)

Jika seberkas sinar electron ditembakkan pada permukaan specimen maka sebagian

dari electron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan

specimen tidak rata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang maka tiap bagian

permukaan itu akan memantulkan electron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan jika

ditangkap detector akan diteruskan ke system layer dan akan diperoleh gambaran yang

Gambar

Gambar 2.5. Struktur divinilbenzene (p-1,4-divinilbenzene), (Bleckley,1983)

Referensi

Dokumen terkait

Mechanics is the branch of the physical sciences which deals with the state of rest or motion of bodies that are subjected to the action of forces.... a home base

iii ABSTRAKS Laporan sumber dan penggunaan dana baik dalm artian kas maupun modal kerja menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan dana dalam periode yang

Berdasarkan prinsip Pareto terdapat dua mesin kritis dari lima mesin yang ada.Hasil perhitungan dari data kerusakan mesin sebelumnya diketahui, jika dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: (1) alasan utama orang tua memilih sekolah di bawah naungan JSIT bagi anaknya (a) Keinginan

Peningkatan Produksi dan Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Sebagai Respon Perbaikan Kualitas Pakan.. Jurnal Ilmiah

Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner pada tujuh kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Jawa Timur, sistem rantai pasokan perberasan Jawa Timur

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) latar belakang munculnya anak jalanan untuk berada di jalan karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu latar belakang

Vertical Drain (PVD) pada tanah lunak dibawah trial embankment Semarang yang dilakukan Hutapea, dkk (2003) menunjukkan penurunan yang sama dengan hasil