BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abses Payudara adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri. Kondisi ini menyebabkan payudara membengkak, merah, dan nyeri bila disentuh. Pada beberapa kasus, orang-orang sdengan abses payudara dapat menderita demam. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang-orang yang berusia antara 18 sampai dengan 50 tahun tetapi sangat jarang terjadi pada wanita yang tidak menghasilkan air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, wanita yang menyusui memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya abses payudara.
Ketika ASI tidak dikeluarkan sepenuhnya sewaktu menyusui, sisa ASI terperangkap di dalam salurannya dan menyebabkan terjadinya peradangan. Kondisi ini dikenal sebagai mastitis. Peradangan akan meningkatkan resiko infeksi bakteri selanjutnya pada saluran tersebut.
Infeksi bakteri juga dapat terjadi melalui kulit puting payudara yang pecah. Ketika bakteri memasuki jaringan payudara, sistem kekebalan tubuh akan berusaha untuk melawan bakteri-bakteri tersebut dengan mengirim sel-sel darah putih ke tempat terjadinya infeksi. Pada proses pembunuhan bakteri-bakteri ini, beberapa jaringan dapat mengalami kerusakan, membentuk suatu kantung kecil yang akan diisi oleh nanah (campuran dari jaringan mati, bakteri dan sel-sel darah putih), membentuk abses payudara. Untungnya, abses payudara dapat dihilangkan melalui drainase abses dan pemakaian antibiotik. i. TUJUAN
1 Untuk mengetahui pengertian Abses Payudara 2 Untuk mengetahui faktor penyebab Abses Payudara 3 Untuk mengetahui manifestasi Klinik Abses Payudara 4 Untuk mengetahui tanda gejala Abses Payudara 5 Untuk mengetahui pencegahan Abses Payudara 6 Untuk mengetahui penatalaksanaan Abses Payudara ii. MANFAAT
Setelah membaca makalah ini pembaca dapat : 1 Mengetahui pengertian Abses Payudara
2 Mengetahui faktor penyebab Abses Payudara 3 Mengetahui factor penyebab Abses Payudara 4 Mengetahui tanda gejala Abses Payudara 5 Mengetahui pencegahan Abses Payudara 6 Mengetahui penatalaksanaan Abses Payudara 7 Mengetahui manajemen Abses Payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI
I ABSES PAYUDARA A DEFINISI
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Abses Payudara adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat dari infeksi bakteri.
B FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Faktor risiko:
1 Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American College of Surgeons edisi Juli 2010.
Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.
Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk 43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir. 3 Tindik di bagian puting susu (baru pertama kali diungkapkan)
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.
4 Infeksi setelah melahirkan 5 Anemia
6 Penggunaan obat steroid 7 Rendahnya sistem imun 8 Penanaman silicon C TANDA GEJALA
1 Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah. 2 Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3 Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah STAFILOKOKUS AUREUS DAN SPESIES STREPTOKOKUS.
4 Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak.
5 Nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk 6 Sensasi rasa panas pada area yang terkena 7 Demam dan kedinginan, menggigil 8 Rasa sakit secara keseluruhan
9 Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller, parasternalis, dan subclavia.
D DIAGNOSIS
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya. Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinoma.
E PENCEGAHAN
1 Perawatan Putting Susu Rata
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan. 2 Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah
menyusui.
3 Setelah menyusui, puting susu diolesi kembali dengan ASI dan biarkan kering dengan sendirinya (dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D)
4 Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara 5 Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
6 Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
7 Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu.
8 Minum banyak cairan
9 Menjaga kebersihan puting susu
10 Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui. F PENATALAKSANAAN
1. Teknik menyusui yang benar.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya. 4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum. Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :
pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena. Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.
II TEORI VARNEY A DEFINISI
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
B STANDAR 7 LANGKAH VARNEY yaitu :
1 Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a Anamnesa Biodata
Keluhan pasien
Riwayat penyakit keluarga Riwayat Kesehatan Pasien Riwayat kebidanan
Riwayat keluarga berencana Riwayat perkawinan
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Pola nutrisi, Pola aktifitas dan latihan)
Keadaan psikologis Pengetahuan pasien
b Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
Berat badan
Muka/kaki dan jari tangan (Extremitas) Perkusi
Auskultasi c Pemeriksaan khusus
Laboratorium
Pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan. UPD untuk mengetahui ada tidaknya kesempitan panggul. d Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
2 Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
3 Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi
4 Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
5 Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
6 Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien
7 Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.H UMUR 24 TAHUN P1 A0 Ah1
25 HARI POST PARTUM DI RSIA
NO.REGISTER : 01
RUANG : Ruang Pemeriksaan
TGL.MASUK : 25 Februari 2013 PUKUL :
12.00 WIB
TGL.PENGKAJIAN : 25 Februari 2013 PUKUL : 12.01 WIB
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS /BIODATA
Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. S
Umur : 24 tahun Umur : 30
Suku / Kebangsaan: Jawa / Indonesia Suku / Kebangsaan : Jawa / Indonesia
Agama : ISLAM Agama :
ISLAM
Pendidikan : SMA Penddikan : SMA
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah :Wonosobo Alamat Rumah :
Wonosobo
Telp :088832636327 Telp :
087876537122
B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF )
1. Alasan kunjungan ini: Ibu mengatakan ingin memeriksa keadaannya setelah persalinan.
2. Keluhan utama: Ibu mengatakan, panas, mengigil, payudaranya nyeri kelur nanah dari payudara sebelah kanan.
3. Riwayat menstruasi
Haid pertama : 13 tahun Siklus : 28 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut Disminorhoe : Tidak disminorhoe Teraturatu/tidak teratur : Teratur
Lamanya : 6-7 hari
Sifat darah : kental 4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : Hamil ke Usia ke hamilan Jenis persalinan Tempat Persalinan Komplikasi Penolo ng Bayi Umur anak Nifas ibu Bayi PB/BB JK masalah Lactasi
1 38 spontan BPM Tidak ada Tidak ada Bidan 48/3,2k g L 25 hari Payudara nyeri, panas dan keluar nanah Bayi rewel saat menyus u
5. Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir: Usia kehamilan : 38 minggu Tempat persalinan : BPS
Jenis persalinan : spontan /tindakan : Spontan Jika tindakan atas indikasi :
Komplikasi :
Partus lama : tidak ada
KPD : tidak ada
Lain-lain : tidak ada Plasenta
Lahir : spontan
Kelainan : tidak ada Perinium
Utuh : ya, tidak ada robekan jalan lahir
Ruptur : tidak ada
Episiotomi : tidak ada
Jahitan dalam : tidak ada Benang : -Jahitan luar : tidak ada Benang : -Jelujur : tidak ada
Pendarahan Kala I : 10 cc Kala II : 20 cc Kala III : 50 cc Kala IV : 50 cc Lama persalinan
Kala I : 2 jam 20 menit
Kala II : 1 jam 0 menit
Kala III : 0 jam 5 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
6. Keadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal : 1 Februari 2013 Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 3.2 kg PB : 48 cm
Nilai APGAR : 1 menit = 10X, 5 menit = 10X, 10 menit = 10X
Cacat bawaan : tidak ada Rawat gabung : iya 7. Pola kebiasaan sehari-hari
Selama hamil Sekarang /setelah bersalin Nutrisi
(pola makan )
Makan : 3 x/hari Porsi : 1 piring/hari Komposisi : nasi, sayur,lauk Minum : 8 gelas/hari
Jenis : air putih dan susu Kebisaan lain : tidak ada Keluhan : tidak ada
Makan : 3 - 4 x/hari Porsi : 1 piring/hari Komposisi : nasi, sayur, lauk Minum : 10 gelas/hari
Jenis : air putih
Kebiasaan lain : tidak ada Keluhan : tidak ada
Eliminasi BAB
Frekuensi : 2 x/hari Konsisten : lunak
Warna : kuning kehitaman Bak
Frekuensi : 6 x/hari Konsisten : cair
Warna : kekuningan Keluhan : tidak ada
BAB Frekuensi : 1 x /hari Konsisten : lunak Warna : kuning Bak Frekuensi : 5 x/ hari Konsisten : cair Warna : kekuningan
Keluhan : perih, perasaan takut Seksual 1-2 Kali /minggu
Keluhan : tidak ada
Belum dalam minggu ini Keluhan : tidak ada Personal hygiene Mandi : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu Ganti pakaian : 2 x/hari Keluhan : tidak ada
Mandi : 2 x/hari Keramas : 2 x/minggu Ganti pakaian : 2 x/hari Keluhan : tidak ada Aktifitas sehari-hari
Melakukan kegiatan rumah tangga
Sudah mulai melakukan aktifitas kegiatan di rumah seperti biasanya Istirahat Siang : 1-2 jam
Keluhan: tidak ada Malam : 8 jam Keluhan : tidak ada
Siang : 1 jam Keluhan : tidak ada Malam: 6 jam Keluhan : tidak ada
8. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga : a. Riwayat kesehatan ibu sekarang :
Penyakit Jantung : Ibu tidak merasakan gejala seperti jantung
berdebar, dan cepat lelah.
Penyakit Ginjal : Ibu tidak merasakan gejala seperti ginjal saat
BAK sakit, BAK pada malam hari dengan
jumlah banyak, gampang haus, mudah lelah,
penglihatan kabur dan BB menurun.
Asma / TBC : Ibu tidak merasakan gejala seperti sesak nafas
ketika malakukan kegiatan.
Hepatitis : Ibu tidak merasakan gejala seperti Kotoran
(tinja) mungkin tampak abu-abu pucat dan urin akan muncul gelap. D.M : Ibu tidak merasakan gejala seperti seperti
sering BAK, haus tengah malam. Hipertensi : Ibu mengatakan tensi darah tidak
pernah
melebihi 120/80 mmHg.
Epilepsi : Ibu tidak merasakan gejala seperti tatapan
mata kosong dan kejang.
Malaria : Ibu tidak merasakan gejala seperti demam,
menggigil, muntah, anemia dan
kejang.
Infeksi Menular Seksual : Ibu tidak merasakan gejala seperti ada cairan
yang keluar dari dalam vagina, berupa nanah,
lendir dalam jumlah banyak, sedikit kental dan
adanya kutu pada bulu kelamin. HIV/AIDS : Ibu tidak merasakan gejala seperti
demam dan
berkeringat pada malam hari, batuk disertai
sesak nafas, diare terus menerus selama 1
bulan, dan bintik-bintik berwarna
unguan yang tidak jelas.
Lain – lain : tidak ada
a Riwayat Kesehatan Ibu dahulu
Penyakit Jantung : Ibu tidak merasakan gejala seperti jantung
berdebar, dan cepat lelah.
Penyakit Ginjal : Ibu tidak merasakan gejala seperti ginjal saat
BAK sakit, BAK pada malam hari dengan
jumlah banyak, gampang haus, mudah lelah,
penglihatan kabur dan BB menurun.
Asma / TBC : Ibu tidak merasakan gejala seperti sesak nafas
ketika malakukan kegiatan.
Hepatitis : Ibu tidak merasakan gejala seperti Kotoran
(tinja) mungkin tampak abu-abu pucat dan urin akan muncul gelap.
D.M : Ibu tidak merasakan gejala seperti seperti
sering BAK, haus tengah malam. Hipertensi : Ibu mengatakan tensi darah tidak
pernah
melebihi 120/80 mmHg.
Epilepsi : Ibu tidak merasakan gejala seperti tatapan
mata kosong dan kejang.
Malaria : Ibu tidak merasakan gejala seperti demam,
menggigil, muntah, anemia dan
kejang.
Infeksi Menular Seksual : Ibu tidak merasakan gejala seperti ada cairan
yang keluar dari dalam vagina, berupa nanah,
lendir dalam jumlah banyak, sedikit kental dan
adanya kutu pada bulu kelamin. HIV/AIDS : Ibu tidak merasakan gejala seperti
demam dan
berkeringat pada malam hari, batuk disertai
sesak nafas, diare terus menerus selama 1
bulan, dan bintik-bintik berwarna
unguan yang tidak jelas.
Lain – lain : tidak ada
b Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit Jantung : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti jantung berdebar, dan cepat
lelah.
Penyakit Ginjal : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti ginjal saat BAK sakit, BAK
pada malam hari dengan jumlah banyak,
gampang haus, mudah lelah, penglihatan kabur
dan BB menurun.
Asma / TBC : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti sesak nafas ketika malakukan
kegiatan.
Hepatitis : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti Kotoran (tinja) mungkin tampak
abu-abu pucat dan urin akan muncul gelap.
D.M : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti seperti sering BAK, haus tengah
malam.
Hipertensi : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
mengatakan tensi darah tidak pernah melebihi
120/80 mmHg.
Epilepsi : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti tatapan mata kosong dan kejang.
Malaria : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti demam, menggigil, muntah,
anemia dan kejang-kejang.
Infeksi Menular Seksual : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak terdapat
gejala seperti ada cairan yang keluar dari
dalam vagina, berupa nanah, lendir dalam
jumlah banyak, sedikit kental HIV/AIDS : Dalam riwayat keluarga ibu, tidak
terdapat
gejala seperti demam dan berkeringat pada
malam hari batuk disertai sesak nafas, diare
terus menerus selama 1 bulan, dan
bintik berwarna keungu-unguan yang tidak
jelas.
Lain – lain : tidak ada
1 Riwayat KB
No Alat / cara Pasang / mulai Lepas / stop
Tgl/bln/th Oleh Tgl/bln/th Oleh alasan 1 Rencana ibu akan menggunakan suntik 1 bulan kemudian setelah post partum Bidan 10. Data psikososial Pengalaman Menyusui :
Ibu mengatakan kurang mengetahui cara menyusui yang benar karena ibu belum mengetahui cara merawat payudara dan cara menyusui bayinya. Pengalaman waktu melahirkan :
Ibu mengatakan cemas setelah melahirkan bayinya, karena takut bayinya tidak normal.
Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi :
Ibu mengatakan sudah sedikit mengetahui tentang masa nifas dan perawatan bayi seperti mengangkat bayi, memandikan bayi, mengganti popok serta menenangkan bayi ketika bayi menangis.
Pendapat ibu tentang bayinya :
Ibu merasa senang dengan kehadiran bayinya karena menambah keakraban dalam keluarganya.
Kecemasan :
Ibu mengatakan cemas tidak bias menyusui bayinya dengan baik. Pengambil keputusan :
Ibu mengatakan yang mengambil keputusan adalah suami.
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF) PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Chomposmetis Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 92 x/menit Pernafasan : 22 x/menit Suhu tubuh : 39,2oC
Tinggi badan : 158 cm
Lila : 24 cm
Berat badan sekarang : 50 kg
PEMERIKSAAN KHUSUS (Head to toe) Kepala
Muka/wajah : tidak pucat, tidak oedem Lain-lain : tidak ada
Mata
Kelopak mata : tidak oedem Konjungtiva : merah muda Skelera : berwarna putih Lain-lain : tidak ada Hidung
Secret/sermen : tidak ada secret Polip : tidak ada
Lain-lain : tidak ada Telinga
Secret/serum : tidak ada secret Polip : tidak ada Lain-lain : tidak ada Mulut
Bibir : tidak sariawan
Gigi : tidak ada gigi berlubang Lain-lain : tidak ada
Leher
Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran Lain-lain : tidak ada
Dada : tidak ada retraksi dinding dada Payudara
Pembesaran : ada, payudara kiri normal, sementara kanan lebih besar.
Puting susu : Menonjol Simetris : tidak Benjolan : ada
Pengeluaran : ada, kanan : nanah , payudara kiri : Asi Areola : hiperpigmentasi
Rasa nyeri : ada
Lain-lain : memerah pada payudara kanan. Abdomen
Pembesaran : tidak ada Benjolan abnormal : tidak ada Bekas luka operasi : tidak ada Kandung kemih : kosong Lain-lain : tidak ada Uterus
Tinggi fundus uteri : tidak teraba Kontraksi uterus : baik
Lain-lain : tidak ada Ano-genetal
Vulva vagina : tidak ada oedema, infeksi dan tidak ada luka parut Perinium : tidak ada luka jahit
Pengeluaran : ada, warna : kekuningan , bau: khas, ganti pembalut2x
Anus :hemoroid : tidak ada Varises dan odema : tidak ada Lain-lain : tidak ada Ekstrimitas atas
Oedema : tidak ada Kebersihan : bersih Warna jari dan kuku : merah muda Turgor : baik
Kekuatan otot dan sendi : tidak ada Kemerahan` : tidak ada Varises : tidak ada
Reflek fatela : kanan ( + ) , kiri ( + ) Lain-lain : tidak ada
Tanggal : Pukul : WIB Pemeriksaan laboratorium (hasil dan nilai normal) Darah : tidak dilakukan
Urine : tidak dilakukan Usg : tidak dilakukan Rotgen : tidak dilakukan
Therapy yang sudah diberikan : tidak ada Lain-lain : tidak ada
II. INTERFENSI /DATA
DIAGNOSA : Ny. H , umur 24 tahun P1 01 Ah1 25 hari post partum dengan abses payudara.
Data dasar : DS :
- Ibu mengatakan bernama Ny. H berumur 24 tahun
- Ibu mengatakan telah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran.
- Ibu mengatakan melahirkan tanggal 1 Februari 2013
- Ibu mengatakan payudaranya nyeri, panas, payudaranya membesar, mengigil, kelur nanah dari payudara.
DO: KU : baik
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 92 x /mnt S : 39,2 oC
R : 22x/mnt
TFU : sudah tidak teraba Payudara :
Pembesaran : ada, payudara kiri normal, sementara kanan lebih besar.
Puting susu : Tidak menonjol Simetris : tidak
Benjolan : ada
Pengeluaran : ada, kanan : nanah , payudara kiri : Asi Areola : hiperpigmentasi
Rasa nyeri : ada
Lain-lain : memerah pada payudara kanan. Ano-genetal
Vulva vagina : tidak ada infeksi dan tidak ada luka parut Perinium : tidak ada laserasi
Pengeluaran : ada, warna : kekuningan Masalah : bayi rewel saat menyusu,
Kebutuhan : KIE cara menyusui yang benar.
III. IDENTIFIKASI DIOGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Keganasan Mamae
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA (MANDIRI,KOLABORASI,RUJUKAN)
Kolaborasi
V.PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH : 1 Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2 Berikan motivasi kepada ibu untuk mengurangi rasa cemasnya 3 Tangani Abses Payudara
4 Berikan KIE tentang perawatan payudara 5 Berikan KIE cara menyusui yang benar 6 Berikan KIE ASI Ekslusif
7 Berikan KIE Gizi ibu nifas
8 Berikan antibiotic analgesic dan antipiretik 9 Beritahu kunjungan Ulang
VI. PELAKSANAAN
1 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik TTV : TD : 110/70 mmHg S : 39,2 oC
N : 92 x /mnt R : 22x/mnt
2 Memberikan motivasi ibu untuk tidak cemas, selalu berfikiran positif mengenai bayinya, dan menganjurkan ibu memberikan asi eksklusif dengan metode skin to skin, untuk meningkatkan boonding atacment (antara bayi dan ibu semakin erat). Menganjurkan ibu tetap memberikan asi dari payudara yang tidak sakit (payudara kiri)
3 Melakukan penangan Abses payudara
a Pecahkan kantung PUS dengan insisi radial dari tengah diikat pinggir areola sejajar dengan jalannnya duktus laktiferus dan gunakan prinsip sterilisasi, bersihkan PUS hingga benar – benar bersih.
b Berikan kompres dingin disekitar payudara minimal 1x sehari. c Anjurkan ibu untuk tetap mengeluarkan ASI terutama pada
payudara yang masih mengeluarkan ASI mencegah terjadinya bendungan payudara pada sisi payudara yang lain.
d Menganjurkan ibu utnuk istirahat yang cukup yaitu minimal 7 jam sehari dan mengkonsumsi makanan dengan pola menu makanan seimbang yang terdiri dari : karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun mineral.
e Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama didaerah sekitar payudara dan ganti balutan 2 kali sehari
f Anjurkan ibu untuk datang kembali 3 hari berikutnya atau jika merasa keadaannya tidak bertambah baik bahkan bertambah buruk 4 Memberikan KIE cara perawatan Payudara
a Cuci tangan sebelum melakukan perawatan payudara
b Ambil kapas yang sudah diberi baby oil tempelkan pada puting payudara, kompres 1 – 2 menit setelah itu putar kapas hingga kotoran pada putting dan areola terangkat.
c Licinkan kedua tangan dengan baby oil, Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara, Lakukan pengurutan dimulai dari antara payudara kearah atas, kesamping,lalu kebawah (Memutar ) dilakukan 20 – 30 kali.
d Sokong payudara dan urut dengan jari tangan .sokong payudara kiri dengan tangan kiri,lalu tangan kanan membuat gerakan seperti menyisir menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada putting susu. Dilakukan 20 – 30 kali.
e Sokong payudara dan massase dengan punggung tangan yang mengepal, lakukan gerakan ini 20 – 30 kali.
f Kompres payudara dengan waslap dan air hangat selama 1 – 2 menit.
g Kopres payudara dengan waslap dan air dingin selama 1 – 2 menit.
h Bersihkan payudara, Perawatan payudara bia dilakukan 2x sehari sebelum mandi.
5 Memberikan KIE pentingnya gizi ibu pada masa nifas
Pentingnya gizi ibu menyusui adalah untuk memenuhi kebutuhan selama masa nifas sehingga proses penyembuhan bisa maksimal dan bisa memberikan asupan gizi melalui ASI bagi bayinya. Makanan yang mengandung protein yaitu keju, telor (protein hewani); kacang-kacangan ,kedelai (tahu,tempe)
6 Memberikan KIE Cara menyusui yang benar :
Memberitahu ibu bahwa teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempngaruhi produki ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
a Sebelum dan setelah menyusui selalu cuci tangan dengan sabun hingga bersih
b Sebelum menyusui ASI dikeluarkn sedikit, kemudian dioleskan pada puting & sekitar areola sebagai desinfektan & menjaga kelembaban puting susu.
c Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi , bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara :
o Bayi dipegang dengan satu lengan kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong baui diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
o Satu tangan bayi diletakkan dielakang badan ibu dan yang satu didepan.
o Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
o Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus o Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
d Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan bagian atas areola .
e Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut ( rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh mulut bayi
f Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi . usahakan sebagian besar areola dapat masuk mulut bayi , sehingga puting susu berada dibawah langit langit dan lidah bayi akan menekan asi keluar dari tempat penampungan asi yang terletak dibawah areola.
g Tanda bayi telah kenyang adalah bayi terlihat puas setelah selesai menyusu. Lalu sendawakan bayi setiap selesai menyusu.
7 Memberikan KIE ASI Ekslusif pada bayi
ASI Ekslusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan/makanan sampai umur 4-6 bulan. Manfaat pemberian ASI Ekslusif yaitu ASI sebagai Nutrisi, ASI sebagai daya tahan tubuh, ASI meningkatkan kecerdasan, ASI meningkatkan jalinan kasih sayang, penghematan biaya obat-obatan,tenaga,sarana kesehatan,menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.
8 Memberikan KIE gizi ibu nifas
Pentingnya gizi ibu menyusui adalah untuk memenuhi kebutuhan selama masa nifas sehingga proses penyembuhan bisa maksimal dan bisa memberikan asupan gizi melalui ASI bagi bayinya. Makanan yang mengandung protein yaitu keju, telor ( protein hewani ); kacang-kacangan ,kedelai (tahu,tempe)
9 Memberikan Antibiotik, analgetik , dan antipiretik Memberikan grafazol 3 x 1
anastan 3 x 1 dexamethason 3 x 1
10 Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang yaitu 3 hari berikutnya tanggal 28 februari 2013
VII. EVALUASI
Tanggal : 27 januari 2012 pukul : 13.30 WIB
1 Ibu sudah mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya baik dan ibu terlihat merasa senang
2 Ibu mengatakan rasa cemasnya telah berkurang 3 Abses payudara ibu telah ditangani dengan baik
4 Ibu telah diberikan dan telah paham tentang perawatan payudara 5 Ibu telah diberikan dan telah paham tentang cara menyusui yang benar 6 Ibu telah diberikan dan telah paham tentang ASI Ekslusif
7 Ibu telah diberikan dan telah paham tentang Gizi ibu nifas 8 Ibu telah diberikan antibiotic analgesic dan antipiretik
9 Ibu telah diberikan dan telah paham tentang kapan harus kunjungan Ulang
BAB IV PENUTUP
A KESIMPULAN
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
B SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1 Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih memperhatikan keadan umum ibu nifas.
2 Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih sering memperhatikan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas.
3 Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih intensif memberikan pengertian masalah – masalah yang mungkin akan terjadi pada ibu nifas, serta tidak lupa cara menyusui yang benar agar kejadian Abses payudara dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono,2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono,2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono,2010. Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, Ari,2009. Buku ajar asuhan kebidanaan pada ibu nifas. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Hyre, Anne.2001. Asuhan Kebidanan Care. jakarta : pusdinakes.
Syaipudin, Abdul Bari.2001. Paduan Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC). http://midwiferydayu.wordpress.com/2012/06/28/42/