• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA

PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

SUGENG RIYANTO K4606054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(2)

ii

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA

PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010

Oleh:

SUGENG RIYANTO K4606054

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(3)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Wahyu Sulistyo M.Kes Tri Winarti Rahayu S.Pd, M.Or NIP.19490505 198503 1 001 NIP.19760129 200312 2 001

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jum’at Tanggal : 7 Mei 2010

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Sunardi, M.Kes

Sekretaris : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes Anggota I : Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes Anggota II : Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001

(5)

v ABSTRAK

Sugeng Riyanto. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. (2) Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara

distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand

pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 berjumlah 24 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan pukulan forehand tenis meja. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan distribute practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja tahun 2009/2010, (thitung 2.04478 > ttabel 1.796). (2) Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. Kelompok 1 (kelompok yang mendapatkan perlakuan metode distribute practice) memiliki persentasi peningkatan 5.14187% lebih kecil daripada kelompok 2 (kelompok yang mendapatkan perlakuan metode

(6)

vi MOTTO

v Sesunggunhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

( QS Al- Insyroh, 94: 6) v Kau mungkin saja kecewa jika percobaanmu gagal, tetapi kau pasti

takkan berhasil jika tidak mencoba. Dan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

( Beverly Sills) v Setiap manusia harus mempunyai prinsip, prinsip itulah yang akan

membawa kita kepada kesuksesan kelak. Asalkan prinsip itu sesuai Al-Quran dan Hadist.

( Penulis ) v Hadapi semua ini dengan tenang, sabar, semangat, ikhlas serta selalu

tawakal kepada Allah SWT.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

\ Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Ø Bapak dan Ibu Tercinta Ø Adik-adikku tersayang

Ø Sahabatku Mynorihia, yang selalu memberi semangat dan motivasi

Ø Rekan-rekan penjaskesrek angkatan ‘06

Ø Genk masjid cs Ø Almamater

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes sebagai pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Pembina pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

(9)

ix :DAFTAR ISI JUDUL ... i PENGAJUAN ... ii PERSETUJUAN ... iii PENGESAHAN ... iv ABSTRAK ... v MOTTO ... vi PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Tenis Meja ... 7

2. Metode Latihan... 15

3. Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Distributed Practice . 21 4. Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Massed Practice ... 24

B. Kerangka Pemikiran... 28

(10)

x

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

B. Subjek Penelitian... 31

C. Metode Penelitian... 31

D. Definisi Operasional Variabel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data... 33

1. Mencari Reliabilitas... 33

2. Uji Prasyarat Analisis ... 34

3. Uji Perbedaan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Deskripsi Data ... 37

B. Mencari Reliabilitas ... 37

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 38

1. Uji Normalitas ... 38

2. Uji Homogenitas... 39

D. Hasil Analisis Data... 39

1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan... 39

2. Uji Perbedaan setelah Diberi Perlakuan ... 40

E. Pengujian Hipotesis... 43

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 45

A. Simpulan... 45

B. Implikasi... 45

C. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Meja Tenis Meja ... 8

Gambar 2. Shakehands Grip ... 10

Gambar 2. Penhold Grip ... 10

Gambar 3. Seemiller Grip ... 11

Gambar 4. Tiga-tipe Dasar Spin... 11

Gambar 5. Posisi Siap Pukulan Forehand ... 13

Gambar 6. Penempatan Diri Pukulan Forehand ... 14

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand

pada Kelompok 1 dan Kelompok 2... 37

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas... 37

Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas ... 38

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 38

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data... 39

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 40

Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 ... 40

Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2 ... 41

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 41

Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pukulan Forehand Teni Meja antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 42

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ... 49

Lampiran 2. Program Latihan Distributed Practice ... 51

Lampiran 3. Program Latihan Massed Practice ... 53

Lampiran 4. Jadwal Treatmen... 55

Lampiran 5. Data Hasil Tes Awal Pukulan Forehand Tenis Meja... 56

Lampiran 6. Data Hasil Tes Akhir Pukulan Forehand Tenis Meja ... 57

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Tes Berdasarkan Urutan Rangking... 58

Lampiran 8. Daftar Hasil Pemasangan Subjek ... 59

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Pukulan Forehand Tenis Meja ... 60

Lampiran 10. Uji Normalitas Data Peningkatan Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand Tenis Meja pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 63

Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 65

Lampiran 12. Uji Perbedaaan antara Hasil Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 67

Lampiran 13. Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ... 69

Lampiran 14. Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ... 71

Lampiran 15. Uji Perbedaan Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2... 73

Lampiran 16. Menghitung Peningkatan Pukulan Forehand Tenis Meja dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2... 75

Lampiran 16. Dokumentasi Pelaksanaan Tes ... 77 Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari Pembinaan Prestasi

(14)

xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga sudah dikenal sejak zaman dulu, namun pada saat itu masih dikenal dengan tradisi dan kebiasaan permainan dalam masyarakat terutama kalangan masyarakat atas. Beberapa tahun berlalu dan olahraga pun semakin dikenal hingga memunculkan ide untuk membuat pertandingan olahraga. Olahraga pertama kali diadakan di yunani kuno, namun olahraga pada zaman dulu masih sedikit dan hanya beberapa bangsa yang dapat mengikutunya seperti : mesir, romawi kuno, yunani dan lain-lainnya. Zaman pun berlalu, pada saat ini sudah banyak olahraga yang dikenal tingkat dunia. Salah satu olahraga yang sudah dikenal adalah olahraga tenis meja. Tenis meja merupakan permainan gerak cepat yang menyenangkan. Olahraga ini mengutamakan kecepatan, ketangkasan dan tentunya kesehatan.

Untuk dapat berprestasi dengan baik, seperti halnya olahraga yang lain, dalam permainan tenis meja juga harus diperlukan pembinaan yang baik dan benar. Pembinaan yang dilakukan harus mencakup empat aspek, yaitu pembinaan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat aspek ini saling mempengaruhi, artinya keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditinggalkan pada proses pembinaannya. Dalam pembinaan tenis meja, penguasaan teknik dasar sangat diperlukan agar dapat bermain dengan baik dalam satu permainan. Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan permainannya menggunakan bet sebagai pemukul dan bola sebagai obyek yang dipukul. Hal yang mendasar agar dapat bermain tenis meja yaitu menguasai macam-macam teknik dasar. Dengan menguasai teknik dasar tenis meja maka akan dapat mendukung penampilannya menjadi lebih baik sehingga prestasi yang lebih tinggi dapat dicapai. Adapun macam-macam teknik dasar tenis meja menurut Hodges L. (1996: 17) mengklasifikasi teknik dasar tenis meja menjadi lima macam, yaitu: “ (1) Teknik memegang dan mengontrol bet, (2) Posisi siap,

(15)

xv

pukulan forehand dan backhand), (3) Spin dan sudut bet (permainan spin), (4)

Servis permulaan, (5) Penempatan dan pengaturan kaki.

Seluruh permainan tenis meja dilakukan dengan memukul bola. Pukulan-pukulan dalam permainan tenis meja di antaranya pukulan service, lob,

forehand drive, backhand drive, chop, spin dan smash. Pukulan forehand adalah

setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan kearah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan dan ke kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri. Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakan bet ke arah siku kiri bagi yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya jika tangan kanan. Chop adalah pukulan yang dilakukan perlahan dan biasanya backhand. Smash adalah pukulan yang keras dan bertenaga, sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Service adalah pukulan yang dilakukan untuk memainkan bola pertama kali di awal poin.

Teknik pukulan memegang peranan sangat penting bagi pemain, namun tidak mengurangi pentingnya teknik-teknik dasar yang lain. Seorang pemain yang baik adalah apabila saat memukul bola dapat melakukan, menguasai dan menerapkan serta mengontrol dirinya terhadap bola dengan teliti. Untuk itu dibutuhkan adanya unsur-unsur gerak dan keterampilan, adapun unsur-unsur dalam pukulan forehand tenis meja antara lain: kekuatan, koordinasi, ketepatan, kelincahan dan waktu reaksi. Semua unsur gerak mempunyai pengaruh terhadap pukulan forehand tenis meja. Namun untuk menguasai teknik memukul yang baik diperlukan latihan yang terprogram, teratur, dan menggunakan belajar yang tepat, karena latihan adalah kondisi belajar yang diperlukan untuk usaha menampilkan pada keterampilanyang kompleks.

Pada pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS bentuk-bentuk program latihan yang digunakan masih dalam keadaan yang belum terprogram, sehingga pada saat latihan pembinaan tenis meja latihan yang digunakan belum maksimal. Hal itu berdampak pada prestasi yang masih jauh dari harapan, sebagai contoh dalam setiap pertandingan persahabatan maupun lomba-lomba yang telah dilakukan hasilnya belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain: Pertama, kemampuan pukulan forehand mahasiswa

(16)

xvi

putra PP tenis meja JPOK FKIP UNS masih rendah dan perlu ditingkatkan, Pukulan forehand yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan, misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan, menyangkut net. Kedua, pelaksanaan latihan kurang maksimal (2 kali dalam 1 minggu), Misalnya waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukun pengulangan pukulan secara maksimal, mahasiswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti dan kelihatan lelah, pengaturan antara waktu latuhan dan istirahat kurang diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama, maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai.

Upaya menguasai teknik dasar pukulan forehand harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Untuk mencapai hasil latihan yang optimal dibutuhkan metode latihan yang baik dan tepat. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu menerapkan metode latihan yang baik dan tepat. Untuk meningkatkan kemahiran dan keterampilan pemain dalam pukulan forehand dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai, ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan pukulan forehand. Diantaranya adalah dengan latihan

Distributed Practice dan Massed Practice. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.56)

bahwa, “ Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan teknik di antaranya dengan metode massed practice dan distributed

practice”.

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada pelaksanaan praktiknya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed

practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan forehand dalam

(17)

xvii

permainan tenis meja. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen di pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatarbelakangi judul penelitian, “Perbedaan Pengaruh Latihan dengan Metode Disrtributed

Practice dan Massed Practice terhadap Kemampuan Forehand pada Mahasiswa

Putra Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya frekuensi pengulangan gerakan pukulan forehand, sehingga teknik dasar pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 kurang dikuasai dengan baik.

2. Masih rendahnya kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.

3. Belum diketahuinya pengaruh metode latihan distributed practice dan massed

practice terhadap kemampuan pukulan forehand dalam tenis meja.

4. Kurangnya fasilitas tenis meja yang mencukupi di tempat latihan. 5. Kurangnya antusias mahasiswa dalam melaksanakan latihan

6. Belum maksimalnya prestasi yang diraih mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode latihan distributed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja.

(18)

xviii

2. Metode latihan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja

3. Kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah Perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed

practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan

prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 ?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan distributed

practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand

mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan:

1 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.

2 Untuk mengetahui metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara

distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS

(19)

xix

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina pada pembinaan prestasi tenis

meja JPOK FKIP UNS untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan forehand tenis meja para pemainnya. 2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan mahasiswa pembinaan

prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk menguasai kemampuan forehand tenis meja.

(20)

xx BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Tenis Meja a. Permainan Tenis Meja

Permainan tenis meja mula-mula hanya dikenal sebagai pengisi waktu senggang, hiburan dan rekreasi saja. Kita mengenal permainan ini dengan nama

“ping-pong”, yaitu berasal dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh sentuhan bola

dengan meja maupun dengan raket yang lembut. Namun setelah berkembang dengan pesat dan diakui secara resmi kemudian diberi nama “Table Tennis” atau menyebutnya “Tenis Meja”. Permainan tenis meja peraturannya terus berkembang, dari dulu hitungannya sampai 21 poin dan sekarang hanya 11 poin saja dengan 3 kali kemenangan ( set ). Permaian tenis meja dapat dimainkan dengan permaianan single, double ( putra/putri ), dan double mix ( campuran), serta jumlah pemain hanya membutuhkan sedikitnya 2 orang saja.

Pemain yang terampil harus menguasai beberapa macam pukulan. Menurut Hodges L.( 1996:14-15) bahwa macam-macam pukulan dalam tenis meja adalah forehand, backhand, chop, spin, smash, service. Forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang mengguna kan tangan kanan, dan ke kiri yang menggunakan tangan kiri. Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakan bet ke arah siku kiri bagi yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya jika tangan kanan. Chop adalah pukulan yang dilakukan perlahan dan biasanya

backhand. Smash adalah pukulan yang keras dan bertenaga, sehingga lawan tidak

bisa mengembalikannya. Service adalah pukulan yang dilakukan untuk memainkan bola pertama kali di awal poin. Pukulan forehand sangat penting dalam permainan tenis meja, karena sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis meja adalah forehand. Maka dari itu, forehand ini dapat juga menjadi senjata yang bermanfaat di dalam permainan tenis meja.

(21)

xxi

Olahraga tenis meja merupakan suatu olahraga yang cepat dan tepat sehingga seseorang yang bermain memerlukan kemampuan tertentu atau seseorang akan terbawa kepada tingkat kemampuan yang dimiliki. Permainan tenis meja merupakan olahraga yang membutuhkan keterampilan gerak, sehingga koordinasi gerak sangat dibutuhkan.

b. Peralatan Bermain Tenis Meja

Langkah awal dalam bermain tenis meja adalah memperhatikan perlengkapan-perlengkapan yang perlu disiapkan dalam bermain.Menurut Hodges L.(1996:5) bahwa “Terdapat empat peralatan yang harus dipersiapkan dan dibutuhkan untuk bermain tenis meja yaitu : meja, net, bola, dan bet”. Menurut peraturan dan ketentuan Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia ( 2007/2008 : 1-3 ) peralatan-peralatan tenis meja antara lain :

1) Meja

Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm, sedangkan tinggi meja dari lantai adalah 76 cm. Meja dapat dibuat dari apa saja namun harus menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari ketinggian 30 cm. Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar dengan garis putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang meja 274 cm dan tiap lebar meja 152,5 cm. Pemukaan meja dibagi dalm 2 bagian yang sama secara vertikal oleh net paralel dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan masing-masing bagian meja. Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3 mm, paralel engan garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis tengah tersebut diinggap menjadi 2 bagian kanan dan kiri.

Gambar 1. Meja Tenis Meja 2) Net

Panjang jaring termasuk perpanjangannya 183 cm,tinggi 15,25 cm dari atas meja. Net berwarna hijau dan lubang-lubang jalanya tidak tembus bola dan tepi atasnya direnggangkan dengan seutas tali.

(22)

xxii 3) Bola

Bola harus bulat ddengan diameter 40 mm, terbuat dari bahan celluloid atau plastik dan harus berwarna putih atau cerah denagn berat 2,7 gram.

4) Raket/bet

Terbuat dari kayu dengan lapisan berbusa yang dilapisi karet dengan ketebalan lapisan seluruhnya 4 mm.

Adapun ketentuan keadaan tempat pertandingan tenis meja menurut peraturan dan ketentuan PB PTMSI ( 2007/2008 : 13 ) adalah sebagai berikut : 1) Luas area pertandingan (1 meja) tidak kurang dari : panjang 14 m, lebar 7 m

dan tinggi 5 m.

2) Sebagai pemisah antara area pertandingan yang satu dengan yang lain dan dari penonton area harus ditutupi sekelilingnya dengan ketinggian 75 cm dengan latar belakang warna gelap.

3) Intensitas cahaya tidak kurang 1000 lux merata keseluruh meja pertandingan dan 500 lux disekelilingnya.

4) Bila beberapa meja sedang digunakan, cahaya lampu juga harus sama dengan yang lainnya dan cahaya latar belakang pada area pertandingan tidak lebih besar dari cahaya yang ada di area tersebut.

5) Ketinggian lampu tidak kurang dari 5 m. c. Keterampilan Teknik Bermain Tenis Meja

Tenis meja merupakan olahraga permainan, dimana di dalam memainkannya di butuhkan keterampilan yang cukup tinggi. Oleh karena itu agar mampu bermain tenis meja dengan terampil, maka seorang pemain pemula harus menguasai teknik permainan tenis meja. Menurut Hodges L (1996:17) ada lima langkah utama bermain tenis meja untuk pemula yaitu: (1) Cara memegang dan mengontrol bet. (2) Spin dan sudut bet (permainan spin). (3) Posisi siap, pukulan

backhand dan forehand.(4) Servis permulaan. (5) Penempatan dan pengaturan

kaki (footwork).

Adapun penjelasan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut 1) Cara Memegang dan Mengontrol Bet

Menurut Hodges L (1996 : 14) ada tiga cara memegang bet dalam bermain tenis meja. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Shakehands Grip

Shakehands artinya “berjabat tangan”. Kelebihan pegangan shakehands grip adalah pegangan grip ini seorang pemain dapat

(23)

xxiii

melakukan forehand stroke dan backhand stroke tanpa mengubah pegangan, pegangan ini paling baik untuk bermain jauh dari meja, cara memegangnya adalah :

1) Bidang net berstandar pada lekuk antara ibu jari dan jari telunjuk. 2) Kuku ibu jari tegak lurus dengan permukaan bet.

3) Jari telunjuk berada dibawah permukaan bet.

4) Untuk memperkuat pukulan forehand putar bagian atas bet kearah anda.

5) Untuk memperkuat pukulan backhand, putar pada bagian atas bet menjauh dari anda.

Gambar 2. Shakehands Grip (Hodges L, 1996: 16)

b) Penhold Grip

Penhold artinya “memegang pena”. Cara ini memegan bet ini adalah

seperti memegang pena. Style ini lebih populer di Asia. Dengan grip ini hanya mempergunakan salah satu sisi bet. Cara memegang bet gaya

penhold grip adalah:

1) Pegang bet mengarah ke bawah dengan pegangan mengarah ke atas, (gambar 2a), pegang bet tepat dimana pegangan menyatu dengan bidang bet dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. 2) Tekukkan tiga jari lainnya pada sisi bet yang lain (forehand grip

gaya China, lihat gambar 2b) atau meluruskannya mengarah ke bagian bawah bet dengan jari yang dirapatkan, (penhold grip gaya Korea, lihat gambar 2c).

Gambar 3. Penhold Grip (Kertamanah A, 2003: 2-3)

(24)

xxiv c) Seemiler Grip

Seemiler grip yang juga dikenal dengan American grip, adalah versi

dari Shakehands grip. Kelebihannya antara lain memberikan kesempatan para pemain untuk melakukan blok yang baik. Adapun cara memegang bet adalah sebagai berikut:

1) Pegang bet dengan shakehands grip.

2) Putar bagian atas bet dari 20 sampai 90 derajat ke arah tubuh.

3) Lekukan ibu jari telunjuk disepanjang sisi bet.

Gambar 4. Seemiller Grip (Hodges L, 1996: 17)

2) Spin dan Sudut Bet (Permainan Spin)

Tenis meja adalah sebuah permainan putaran. Hampir setiap pukulan dan servis yang dilakukan menyebabkan bola berputar, dan untuk memahami cara melakukannya maka pemain harus memahami tipe putaran (spin). Setiao yang baik harus menggunakan spin pada setiap pukulan mereka. Pemain penyerang menggunakan topspin untuk mengontrol serangannya sedangkan pemain yang bertahan menggunakan backspin untuk mengontrol pertahanannya. Hampir setiap pemain menggunakn sidespin untuk melakukan servis agar lawan tidak dapat mengembalikan bola dengan keras.

Menurut Hodges L (1996 : 25) ada tiga dasar spin yaitu : Topspin,

Backspin, dan Sidespin (lihat gambar 4)

Gambar 5. Tiga-tipe Dasar Spin (Hodges L, 1996: 25)

(25)

xxv a) Topspin

Topspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya

mengarah ke atas) dengan pukulan mengarah ke atas. Ciri-ciri pukulan

topspin adalah : (1) Bola bergerak mengarah ke bawah, ini berarti bola

yang dipukul dengan keras biasanya akan menuju bagian ujung meja dan masih tetap bisa menyentuh meja. (2) Bola memantul setelah menyentuh meja, menjauhi dari jangkauan lawan sehingga sulit dikembangkan. (3) Pengembalian bola tinggi dan keluar dari meja.

b) Backspin

Backspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya

mengarah ke bawah) dengan pukulan mengarah ke bawah. Ciri-ciri pukulan backspin adalah : (1) Bola bergerak lurus. Ini membuat bola berada dalam ketinggian yang sama dalam periode yang lebih lama dari bola lainnya. (2) Apabila backspin tidak diperhitungkan maka pengembalian akan tersangkut di net. (3) Bola akan melambat setelah memantu meja.

c) Sidespin

Sidespin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya

mengarah ke samping) dengan pukulan mengarah ke samping. Bola berputar seperti piringan hitam. Ciri-ciri sidespin adalah : (1) Bola berputar menyamping. (2) Bola akan memantul ke samping saat menyentuh meja. (3) Bila spin tidak diperhitungan sebelumnya bola akan keluar dari sisi meja. (4) Sidespin sangat efektif dilakukan pada saat servis

.

Pengembalian bola dalam permainan tenis meja sangat variatif sesuai dengan apa yang dikehendaki berdasarkan respon yang diterima. Hal ini disebabkan sudut-sudut bet saat mengembalikan bola mempunyai ciri khas tersendiri, pukulan yang berbeda.

(26)

xxvi 3) Posisi Siap Pukulan Forehand

Posisi siap adalah posisi terpenting sebelum bermain tenis meja. Menurut Hodges L (1996 : 34), “ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemain pemula dalam mengambil posisi siap yaitu:

1) Tubuh harus diseimbangkan.

2) Kaki mengarah tegak lurus terhadap endline (garis ujung garis). 3) Kaki kanan sedikit ke belakang, dengan tubuh tetap menghadap neja

atau arah datangnya bola.

4) Berat badan bertumpu pada kedua kaki.

5) Lutut harus diletakkan, dengan badan yang sedikit dicondongkan. 6) Jaga posisi siap tetap rileks, lihat gambar

Gambar 6. Posisi Siap Pukulan Forehand (Hodges L, 1996 : 34)

4) Servis Permulaan

Servis adalah pukulan bola pertama yang dilakukan oleh server. Pukulan ini dimulai dengan bola yang dilambungkan ke atas dari telapak tangan dan kemudain dipukul dengan bet. Dalam bermain tenis meja servis merupakan hal yang penting dan sangat diperlukan.

Anda dapat saja memukul bola tinggi di atas net saat anda melakukan servis, hanya untuk memulai permainan. Tapi servis ini akan memberikan kesempatan kepada lawan anda untuk melepaskan pukulan yang akan memulai rally, karena lawan anda pasti telah melewati banyak waktu untuk menyempurnakn sevisnya, ia akan menggunakan inisiatif saat melakukan servis dan anda akan rugi sekali jika tidak melakukan hal yang sama. (Hodges L , 1996 : 43)

5) Penempatan dan Pengaturan Kaki

Cara menempatkan diri pada dekat meja sering kali menentukan permainan. Apabila pemain menempatkan diri dengan benar, maka pemain tersebut cenderung bermain dengan benar apabila tidak maka ia tidak mungkin dapat bermain dengan benar. Menurut Hodges L (1996 : 55) bahwa:

(27)

xxvii

Terdapat tiga hal yang harus diperhitungkan sebelum menempatkan diri yang harus dilaksanakan secara otomatis yaitu: (1) Siku tangan yang menandakan titik tenaga antara forehand dan backhand. (2) Kebanyakan pemain memiliki forehand yang lebih kuat dari backhand dan oleh sebab ituharus dibantu selama memungkinkan, (3) Posisi lawan harus dimasukkan dalam perhitungan.Posisi terbaik adalah posisi siap berada kira-kira agak sebelah kiri garis tengah meja. (lihat gambar 6)

Gambar 7. Penempatan Diri Pukulan Forehand (Hodges L, 1996 : 56)

d. Teknik Pukulan Forehand

Pukulan forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan, dan ke kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri (Hodges L.1996:12). Adapun langkah-langkah pukulan forehand adalah sebagai berikut:

1) Dalam posisi siap. 2) Tangan dilemaskan.

3) Bet sedikit dibuka untuk menghadapi backspin, sedikit ditutup untuk menghadapi topspin.

4) Pergelangan tangan lemas dan sedikit di miringkan ke bawah.

5) Bergerak untuk mengatur posisi, kaki kanan sedikit ke belakang untuk

melakukan forehand. (Gambar 8a)

Tahap pelaksanaan pukulan forehand dalam tenis meja adalah sebagai berikut:

1) Backswing

a) Putar tubuh ke belakang bertumpu pada pinggul dan pinggang. b) Putar tangan ke belakang dengan bertumpu pada siku.

c) Berat badan di pindahkan ke kaki kanan.

d) Untuk menghadapi backspin bet harus di gerakkan lebih rendah. (gambar 8b)

2) Forward Swing

a) Berat badan dipindahkan ke kiri.

(28)

xxviii

c) Tangan diputar ke depan dengan bertumpu pada siku.

d) kontak bola dilakukan didepan sisi kanan tubuh. (Gambar 8c) Tahap akhir pukulan forehand adalah:

1) Bet bergerak ke depan dan sedikit dinaikkan keatas. 2) kembali keposisi siap.(Gambar 8d)

Gambar 8. Rangkaian Gerakan Pukulan Forehand (Hodges L, 1996: 36-37)

2. Metode Latihan

a. Pengertian Metode Latihan

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan dikehendaki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007: 740) metode adalah “Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

Latihan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh seorang atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berikut ini disajikan pengertian latihan secara umum yang dikemukakan oleeh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Menurut Suharno HP. (1993: 7) latihan adalah suatu proses penyempurnaan atau pendewasaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik dan mental secara teratur dan terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya.

2) Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang,

(29)

xxix

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode latihan merupakan cara kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu serta berulang-ulang dengan beban latihan dan intensitas latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Peningkatan beban dan intensitas latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet yang berlatih. Dalam pelaksanaan latihan ada beberapa aspek yang sangat penting untuk mencapai prestasi. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk mencapai prestasi meliputi “(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental”.

b. Latihan Teknik

Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang olahraga yang bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan latihan teknik yang sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-pengertian latihan teknik yang disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Menurut Sudjarwo (1995: 41) latihan teknik bertujuan untuk pengembangan dan pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan system persyarafan menuju gerakan otomatis.

2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127) latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular.

Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara sistematis dan kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang tepat.

(30)

xxx c. Prinsip-Prinsip Latihan

Di dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan prinsip latihan maka diharapkan kemampuan atlet akan meningkat dan mengurangi akibat yang buruk yang terjadi pada fisik maupun teknik atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 8-11) prinsip-prinsip latihan dalam olahraga meliputi : “(1) Latihan-latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang dilakukan harus cukup berat, (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus dilakukan secara teratur, dan (5) Kemampuan berprestasi”. Berikut disampaikan prinsip-prinsp latihan:

1) Latihan Harus Diulang-ulang

Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari adalah sangat penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga atau meningkatkan kemampuan fisik. Pengulangan gerakan hendaknya dilakukan dengan frekuensi yang sebanyak-banyaknya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermahir teknik yang dipelajari menuju otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Seperti dikemukakan oleh Sudjarwo (1995: 44) bahwa,”Latihan teknik yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik yang dikehendaki. Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan cermat, efisien, dan efektif”.

2) Latihan yang Diberikan Harus Cukup Berat

Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya adalah, latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat atau prinsip overload. Beban latihan yang diberikan harus cukup berat, yaitu di atas ambang rangsang. Jika latihannya terlalu ringan, maka kemampuan tubuh tidak akan meningkat. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131) mengemukakan bahwa, ”Kalau beban latihan terlalu ringan (di bawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai”.

(31)

xxxi 3) Latihan Harus Cukup Meningkat

Pemberian latihan harus dilakukan secara bertahap yang kian hari kian bertambah jumlah bebannya yang akan memberikan efektifitas kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan bertahap. Apabila latihan diberikan secara cepat dengan peningkatan beban yang cepat pula, maka akan mengakibatkan terjadinya kelainan di dalam tubuh serta munculnya gejala-gejala overtraining. Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131), ” Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga dapat mengakibatkan cedera atau

overtraining”.

4) Latihan Harus Dilakukan Secara Teratur

Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131) bahwa, “ Sistem faaliah tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan rangsang-rangsang latihan (adaptasi). Adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan struktur organisme atlit akibat beban latihan yang diberikan oleh pelatih”. Latihan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan membuat tubuh dapat menyesuaikan diri kembali dengan alam sekitarnya secara teratur. Dengan adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini maka kemampuan tubuh akan meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.

5) Kemampuan Berprestasi

Kemampuan berprestasi seseorang sangat ditentukan oleh faktor latihan, Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Kemampuan berprestasi juga dipengaruhi oleh faktor lain, A. Hamidsyah Noer (1996: 11) mengemukakan, “Kemampuan berprestasi disamping ditentukan oleh faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat, dan kemauan”.

(32)

xxxii d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan kejiwaan. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.22) bahwa,”Dalam proses latihan yang efisien dipengaruhi : (1) Volume latihan, (2) Intensitas latihan, (3) Densitas latihan,dan (4) Kompleksitas latihan”. Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.17) bahwa, “ volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditunjukkan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjak jarak yang ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah “ ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”.

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan tehnik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat erat kaitannya dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam jangka waktu yang telah diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu, maka lebih tinggi pula intensitasnya.

(33)

xxxiii

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat daintara tiap ulangannya. Menurut Suharno HP (1993: 31) bahwa, “ intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Intensitas latihan hendaknya diberikan secara tepat, yaitu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas yang terlalu rendah mengakibatkan pengaruh yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sebaliknya, apabila intensitas latihan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan cedera.

3) Densitas Latihan

Andi Suhendro (2004: 3.24) menyatakan, “ density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan menjamin efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan.

Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan diatas tingkat intensitas submaksimal menuntut istirahat yang relative lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,

(34)

xxxiv

khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek.”

Komponen-komponen latihan yang disebutkan di atas, harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalm latihan, maka komponen-komponen di atas harus diterapkan dengan baik dan benar, sehngga tidak terjadi hal-hal yang buruk di dalam latihan

3. Latihan Pukulan forehand dengan Metode Distributed Practice

a. Metode Distributed Practice

Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan giliran praktik keterampilan yang pada pelaksanaanya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Rusli Lutan (1988:113) “distributed practice adalah serangkaian kegiatan latihan melibatkan istirahat yang cukup diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:358) bahwa,” distributed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktik dan waktu istirahat”.

Metode distributed practice pada prinsipnya merupakan pengaturan giliran waktu latihan, yaitu dalam pelaksanaanya dilakukan secara berselang-seling antar waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed practice. Andi Suhendro (2004:3.58) menyatakan, “ penggunaan waktu istirahat secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian-bagian penting didalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:284) bahwa, “ Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang, tidak berlebihan”.

(35)

xxxv

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek (latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan forehand dengan Metode Distributed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik keterampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut, maka latihan pukulan forehand dilakukan secara berselang-seling. Hal ini maksudnya, setelah melakukan gerakan pukulan forehand beberapa kali, untuk selanjutnya diberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Istirahat yang diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulangi lagi.

c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan diberikan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan berselang-seling tersebut, sehingga keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat. Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan yang dipelajari akan lebih lama dikuasai.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan

forehand dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka

(36)

xxxvi

informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli Lutan (1998:164) bahwa:

1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera ).

2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring lamanya waktu.

Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan

forehand tenis meja dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan

mengingat gerakan pukulan forehand pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun setelah melakukan gerakan pukulan forehand diberi waktu istirahat atau diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan dilakukan pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu lama, maka keterampilan akan cepat hilang..

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Distributed Practice

Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode

distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih

maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1993:17) bahwa kegunaan prinsip interval dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dlam proses latihan”.

Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan pukulan forehand dengan metode

(37)

xxxvii

1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik pukulan forehand, karena setiap keselahan dapat segera dibetulkan.

2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan (overtraining)

3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya dengan baik..

Latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pukulan forehand dengan metode

distributed practice antara lain:

1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu gilirannya.

2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.

3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat.

4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.

4. Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Massed Practice

a. Metode Massed Practice

Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988:113) menyatakan, “massed

practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan

selang waktu istirahat yang amat kecil di antara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto (1996:62) “massed practice adalah mempraktikkan gerkan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu

(38)

xxxviii

istirahatnya”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.58) “massed

practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan

secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”.

Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para ahli; disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus-menerus tanpa istirahat.

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Forehad Tenis Meja dengan Metode Massed Practice

Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan pukulan forehand tenis meja yaitu, pemain melakukan pukulan forehand secara terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang dijadwalkan selesai tanpa diberi kesempatan istirahat. Dengan metode massed practice pemain berusaha melakukan pukulan forehand sebanyak-banyaknya. Seperti dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.58) bahwa, “metode massed practice setiap atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-menerus selama waktu latihan”. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai. Seperti yang dikemukakan Suharno HP. (1993:22) bahwa, “untuk mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang denagn frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara terus-menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:3) bahwa, “Hubungan stimulus respon

(39)

xxxix

diperkuat melalui pengulangan, hubungan stimulus respon diperkuat respon yang dikehendaki menjadi meningkat”.

c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice

Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini pemain melakukan pukulan forehand secara terus-menerus sesuia dengan program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan pukulan forehand secara berulang-ulang, maka menguatkan respon.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan

forehand dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka

panjang atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170) berpendapat: Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam memori jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan latihan pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat kebermaknaanya)

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan forehand yang dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan (pukulan forehand) akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara terus-menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga pemain akan memiliki konsep gerkan pukulan forehand yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan yang dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun keterampilan yang dimiliki akan menurun.

(40)

xl

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan dengan Metode Massed Practice

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik didalam tubuh. Menurut Yusuf Adisamita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “metode terus-menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan peningkatan perlawanan terhadap kelelahan”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode massed

practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.

Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “metode terus-menerus meningkatkan self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”.

Berdasarkan pelaksanaan latihan pukulan forehand tenis meja dengan metode massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan forehand dengan metode massed practice antara lain:

1. Pengusaan terhadap pola gerakan teknik pukulan forehand akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat membentuk pola gerakan forehand yang lebih cepat.

2. Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya dalam bermain tenis meja.

(41)

xli

Kelemahan latihan pukulan forehand dengan metode massed practice antara lain:

1. Penguasaan teknik pukulan forehand kurang dapat tercapai dengan baik, sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan.

2. Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.

3. Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah.

4. Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat menimbulkan cedera.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode latihan

massed practice merupakan bentuk latihan yang tidak diselingi waktu istirahat

pada saat latihan berlangsung. Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan metode massed practice menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknnya tanpa memperhitungkan waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik metode latihan distributed practice

menunjukkan bahwa, latihan pukulan forehand dengan metode distributed

practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap teknik gerakan akan

lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan teknik dasar dapat dilakukan lebih dini, akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya akan selalu stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan

(42)

xlii

pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Metode ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat.

Sedangkan latihan pukulan forehand dengan metode massed practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap pola gerakan pukulan

forehand akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan

dapat membentuk pola gerakan forehand yang lebih cepat atau, serta dapat meningkatkan keterampilan sekaligus meningkatkan daya tahan fisik. Kelemahannya antara lain: penguasaan teknik pukulan forehand sulit dikuasai kondisi yang lelah, penampilan siswa tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik pukulan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan

distributed practice dan massed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua

bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh perbedaan terhadap peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja. Dengan demikian diduga bahwa, metode latihan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja.

Pada dasarnya latihan pukulan forehand akan mengalami peningkatan penguasaan geraknya jika dilakukan dengan terus-menerus. Metode latihan

distributed practice menitikberatkan pada pengaturan waktu istirahat saat latihan

sehingga penguasaan teknik agak berkurang, sedangkan massed practice lebih menitikberatkan pada pengulangan gerakan forehand dengan frekuensi sebanyak-banyaknya sehingga penguasan geraknya akan lebih cepat tercapai dan otomatis. Dengan demikian diduga bahwa massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja.

(43)

xliii

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada Perbedaan pengaruh antara metode latihan distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja

mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010

2. Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010

(44)

xliv BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS yang berada di kampus manahan Jalan menteri Supeno no.13 Manahan surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama enam minggu dengan tiga kali latihan dalam satu minggu dari pertengahan bulan Februari 2010 sampai dengan akhir bulan Maret 2010. Sebelum pemberian perlakuan dilakukan tes awal (pretest), sedangkan setelah pemberian perlakuan dilakukan tes akhir (posttest).

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa putra Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 yang berjumlah 24 orang,. Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998:120) bahwa “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi”

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Tujuan penelitian eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta besarnya hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda (Sugiyanto, 1994: 21). Adapun rancangan penelitian yaitu“ Pretest –Posstest Design “. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Meja Tenis Meja  2) Net
Gambar 2. Shakehands Grip  (Hodges L, 1996: 16)
Gambar 4. Seemiller Grip  (Hodges L, 1996: 17)
Gambar 6. Posisi Siap Pukulan Forehand  (Hodges L, 1996 : 34)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pemanfaatan tersebut juga tidak sesuai atau dapat dikatakan menyimpang dari harapan dan tujuan pembangunan rumah Majapahit seperti yang telah direncanakan, serta juga

penggantian istilah onder-afdeeling yang ada. Di bawah Bunken adalah swarpaja-swapraja. Setelah Jepang menyerah , untuk daerah Kota Kupang dise- rahkan kepada Dr. Hal

Selama ini, studi tentang association rule selalu menggunakan single predicate saja, misal: predikat 'buys', seperti contoh pada 2.4.a. Mengacu pada istilah yang digunakan

survey yang dilakukan pada tahun 2016 maka nilai KHL disetiap kabupatenf. yang ada di

Adalah Wanita yang terancam secara fisik dan non fisik karena tindakan kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarganya atau lingkungan

Misalnya kasus hukum meminta wakaf di jalan raya dan kasus penggusuran tanah wakaf untuk kepentingan publik, sama sekali tidak tercantum di dalam kitab fikih wakaf,

b Pasar tradisional memberikan harga yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan rendah.. c Pasar tradisional memberikan harga yang

Pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2014) pada remaja putri di SMP Negeri 4 Batang yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian