• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Ari Pradhana Dosen Pembimbing: Ayu Fury Puspita, SE., MSA., Ak., CA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Ari Pradhana Dosen Pembimbing: Ayu Fury Puspita, SE., MSA., Ak., CA."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Yang Terdaftar Di

KPP Pratama Kota Batu)

Oleh:

Ari Pradhana

aripradhana@gmail.com

Dosen Pembimbing: Ayu Fury Puspita, SE., MSA., Ak., CA.

ayufurypuspita@gmail.com

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman

perpajakan, dan kinerja account representative terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di

Kota Batu. Objek penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Batu. Sebanyak 106 data berhasil dikumpulkan menggunakan metode survei

dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode

analisis regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

tarif pajak tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Batu,

sedangkan sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Batu.

Kata Kunci: Tarif Pajak, Sanksi Perpajakan, Pemahaman Perpajakan, Kinerja Account

Representative, Kepatuhan Wajib Pajak, Wajib Pajak UMKM.

(2)

PENDAHULUAN

Kepatuhan dalam perpajakan merupakan hal yang menjadi perhatian pemerintah terutama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) karena menjadi suatu permasalahan ketika wajib pajak tidak mematuhi aturan perpajakan yang berlaku seperti membayar dan melaporkan pajaknya tepat waktu. Menurut Pasal 23A UUD 1945 yang mengatur tentang kontribusi warga negara dalam bentuk pajak, menyatakan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa digunakan untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang. Menurut Rahayu (2010:138), kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban dan melaksanakan hak perpajakannya,

Salah satu wajib pajak yang harus memenuhi kewajiban perpajakannya adalah wajib pajak UMKM. UMKM yang wajib untuk menjadi wajib pajak adalah yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif menurut UU No. 16 tahun 2009 Pasal 2 ayat (1). Kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi oleh self assessment system, dimana dalam prosesnya DJP memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang dibayarkan. Dalam UU No 6 tahun 1983 KUP sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 tahun 2009 mengatur tentang sistem, mekanisme, dan tata cara perpajakan yang menganut sistem self assessment system. Oleh karena itu, kepatuhan penting untuk menghindari kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak.

Salah satu kota yang perekonomiannya didukung oleh sektor UMKM adalah Kota Batu. Kota ini merupakan kota dengan sektor pariwisatanya yang kuat, untuk itu banyak pelaku UMKM yang mengambil kesempatan untuk mendirikan usaha dengan tujuan mengoptimalkkan pendapatan daerah Kota Batu.

Tabel 1.1 Perbandingan Persentase Capaian Penerimaan Pajak Kota Batu dan

Nasional Tahun Target Penerimaan Pajak Kota Batu (Rp) Realisasi Penerimaan pajak Kota Batu(Rp) 2017 112,112,506,000 116,753,200,191 2018 163,147,801,000 134,683,287,108 2019 208,015,993,000 189,736,130,040

Sumber : KPP Pratama Batu dan LAKIN DJP KPP Pratama Batu pernah menjadi KPP dengan realisasi pajak tertinggi secara nasional pada tahun 2015 (malangvoice.com). Sedangkan untuk penerimaan pajak di Kota Batu untuk tahun 2017, KPP Pratama Batu juga mengalami realisasi yang melebihi target yang telah ditetapkan dan melebihi realisasi pajak secara nasional. Pencapaian yang jauh melebihi target ini merupakaan suatu prestasi yang tersendiri bagi KPP Pratama Batu dan melebihi realisasi secara nasional. Namun pada tahun 2018 dan 2019 penerimaan pajak di Kota Batu tidak memenuhi target dibandingkan tahun 2017. Untuk tahun 2018 penerimaan pajak sebesar 82,55% dari target yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2019 penerimaan pajak sebesar 91,21% dari target yang telah ditetapkan. Padahal jumlah UMKM yang ada di Kota Batu sangat potensial dalam menyumbang di sektor pajak.

Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah UMKM di Kota Batu dengan UMKM yang terdaftar

di KPP Pratama Batu Tahun Jumlah UMKM Kota Batu Jumlah UMKM yang terdaftar sampai saat ini

Jumlah UMKM yang melaporkan pajaknya 2017 17.238 5.619 2.057 2018 22.311 6.884 2.818 2019 23.990 8.321 2.336

(3)

Jumlah UMKM di Kota Batu meningkat setiap tahunnya. Namun dari peningkatan tersebut jumlah UMKM yang melaporkan pajak naik di tahun 2018 dan menurun di tahun 2019 dengan jumlah peningkatan serta penurunan yang tidak signifikan. Padahal berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa angka jumlah UMKM di Kota Batu tinggi yaitu sebanyak 23.990 UMKM di tahun 2019. Tetapi angka tersebut tidak sebanding dengan jumlah wajib pajak yang melaporkan pajaknya. Tercatat sampai tanggal 30 April hanya sebanyak 9,7% UMKM di Kota Batu yang melaporkan pajaknya bahkan dari tahun ke tahun perbandingan wajib pajak yang melaporkan dan terdaftar di KPP Batu tidak mencapai setengahnya. Padahal lokasi KPP Pratama Batu yang semula di Malang, semenjak tahun 2017 pindah dan beroperasi di Kota Batu (malangvoice.com) seharusnya lebih mempermudah wajib pajak Kota Batu dalam melakukan kewajiban pajaknya karena akses yang lebih mudah. Seharusya dengan lokasi yang telah mendekati wajib pajak dan banyaknya jumlah UMKM yang ada di Kota Batu meningkatkan UMKM untuk melakukan kewajiban perpajakannya.

Telah dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal menjadi faktor yang sangat penting karena dari dalam diri wajib pajak mendorong wajib pajak untuk bertindak. Faktor tersebut didukung oleh teori yang menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam pengambilan keputusan atau Theory Planned Behaviour (TPB). Penelitian ini menggunakan TPB karena responden yang peneliti ambil adalah wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu, dan dalam teori ini, perilaku individu berada dibawah pengaruh faktor-faktor tertentu yang berasal dari alasan-alasan tertentu dan muncul secara terencana, sehingga TPB digunakan untuk menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi keputusan wajib pajak UMKM dalam memenuhi kepatuhan perpajakannya.

Attitude towards behaviour merupakan sikap yang diambil oleh wajib pajak dalam berperilaku. Contohnya dengan adanya sanksi perpajakan dan tarif pajak, maka wajib pajak berusaha untuk memenuhi kewajiban perpajakannya untuk menghindari dikenainya sanksi perpajakan dan apabila ada penurunan tarif, pajak penghasilan yang dibayarkan berkurang sehingga memberikan dampak positif terhadap wajib pajak. Subjective norm merupakan kesadaran yang ditimbulkan karena tekanan dari luar yang menyebabkan wajib pajak tersebut mengambil suatu tindakan. Contohnya dengan adanya kinerja account representative yang mengontrol wajib pajak, menyebabkan wajib pajak terdorong untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Perceived Behaviour Control merupakan bagaimana perilaku individu merupakan hasil pengendalian terhadap dirinya. Contohnya dengan adanya pemahaman pajak akan memberikan wajib pajak pemahaman mengenai kewajiban perpajakannya, sehingga wajib pajak dapat mengontrol dirinya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Ajzen, 2002). Sehingga faktor yang mempengaruhi wajib pajak UMKM untuk membayar pajak diantaranya tarif perpajakan, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative mempengaruhi kepatuhan mereka untuk membayar pajak.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018, Tarif pajak UMKM bagi wajib pajak Orang Pribadi dan Badan adalah penghasilan bruto dikali dengan tarif 0,5 persen. Tarif tersebut menggantikan tarif yang dikenakan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 dengan tarif 1 persen. Dengan adanya pengurangan tarif ini, seharusnya lebih banyak wajib pajak yang membayar pajak, tetapi masih banyak pelaku UMKM yang belum mendaftarkan dirinya ke DJP sehingga masih banyak penerimaan pajak yang belum diterima dari sektor ini. Hasil penelitian dari Ananda, Kumadji, dan Husaini (2015), tarif pajak berpengaruh signifikan

(4)

terhadap kepatuhan wajib pajak. Sementara itu, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusro dan Kiswanto (2014) yang menunjukkan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pajak bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang. Apabila pajak tidak dibayarkan maka wajib pajak itu akan berurusan dengan hukum yang menyebabkan dikenakannya sanksi perpajakan. Sanksi perpajakan merupakan peraturan perundang – undangan yang diberlakukan oleh negara yang harus dipatuhi atau diataati oleh wajib pajak dengan tujuan wajib pajak dapat membayar pajak yang dikenakan olehnya atau mendapatkan hukuman akibat mereka tidak membayar pajak. Dalam UU No. 16 Tahun 2009, sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi perpajakan bisa mencegah wajib pajak untuk tidak membayar pajaknya apabila dilakukan secara benar. Menurut Jatmiko (2006), wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan apabila sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikan. Hasil Penelitian dari Kristianti (2018) menunjukkan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sementara, hasil penelitian dari Indriyani dan Askandar (2018) menunjukkan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Wajib pajak perlu mengetahui prosedur untuk membayar pajak. Untuk itu, mereka harus memiliki pemahaman tentang tata cara membayar pajak. Apabila mereka mempunyai pemahaman tersebut, wajib pajak tersebut akan patuh untuk membayar pajak karena mereka mengetahui kapan mereka harus membayar pajak secara rutin dan tepat waktu. Dalam UU No. 16 Tahun 2009, Self Assesment System yang diterapkan oleh DJP untuk membayar pajak membuat wajib pajak harus paham tentang tata cara membayar pajak karena mereka yang menghitung, membayar, dan melaporkan pajakanya. Hasil penelitian dari Cahyani dan Noviari (2019) menunjukkan

pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Julianto (2017) menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak maka DJP melakukan implementasi modernisasi konsep administrasi perpajakan yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan. Salah satu dari implementasi kebijakan tersebut dengan membuat account representative (AR). Berdasarkan PMK No. 79/PMK.01/2015, AR adalah petugas pajak di KPP yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan dan konsultasi wajib pajak, pengawasan dan penggalian potensi wajib pajak, dan menginformasikan peraturan pajak yang baru. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2018) menunjukkan kinerja AR tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhilatunisa (2018) menunjukkan kinerja AR mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan theory of planned behaviour sebagai dasar dalam menentukan pengaruh variabel independen terhadap dependen secara simultan dan parsial. Selain melakukan pengujian secara parsial, pada penelitian ini juga dilakukan pengujian secara simultan. Alasan peneliti menggunakan uji simultan untuk mengetahui apakah variabel tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja AR ketika diimplementasikan secara bersama – sama dapat memprediksi kepatuhan wajib pajak. Penelitian dari Cahyani dan Noviari (2019) yang menggunakan theory of planned behaviour sebagai dasar teori penelitiannya menunjukkan bahwa variabel tarif pajak, pemahaman perpajakan, dan sanksi perpajakan berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian dari Kristianti (2018) yang menggunakan theory of planned behavior sebagai dasar teori penelitiannya menunjukkan kinerja account representative, self assessment sytem, kualitas

(5)

pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan berpengaruh simultan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan penelitian yang menunjukkan pengaruh simultan variabel independen terhadap variabel dependen dan inkonsistensi hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2018) dan Indriyani dan Askandar (2018) mengenai sanksi pajak, inkonsistensi hasil penelitian yang dilakukan Cahyani dan Noviari (2017) dan Julianto (2017) mengenai pemahaman perpajakan, inkonsistensi hasil penelitian yang dilakukan Kristianti (2018) dan Fadhilatunisa (2018) mengenai kinerja AR, dan perubahan tarif pajak untuk UMKM dari 1 persen (PP No. 46 Tahun 2013) menjadi 0.5 persen (PP No. 23 tahun 2018) peneliti ingin meneliti mengenai

FAKTOR - FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK dengan studi kasus pada Wajib Pajak

Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu.

TELAAH LITERATUR Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak dapat memenuhi semua kewajiban dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahayu, 2010:138). Menurut Rahayu (2010:138), ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak dapat memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakikatnya dapat memenuhi semua ketentuan material perpajakannya, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.

Theory of Planned Behavior (TPB)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Theory of Planned Behavior (TPB), TPB adalah teori yang menjelaskan mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi individu

dalam berperilaku atau mengambil suatu tindakan. Menurut Ajzen dalam Jogiyanto (2007:65), TPB menunjukkan bahwa tindakan individu dan kelompok dikendalikan oleh tiga macam kepercayaan diantaranya adalah: Kepercayaan perilaku (behavioural beliefs) yang menentukan Attitude towards behaviour, kepercayaan normatif (normative beliefs) yang menentukan subjective norm, dan kepercayaan kontrol (control beliefs) yang menentukan Perceived Behavioral Control.

Gambar 1 Theory of Planned Behavior (TPB)

Sumber: Ajzen (1991)

Sikap (attitude) adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Apabila individu percaya bahwa melakukan suatu perilaku tertentu akan mengarahkan ke hasil yang positif, maka mereka akan mempertahankannya begitu sebaliknya (Jogiyanto, 2007:36-37). Attitude towards behaviour berhubungan dengan tarif pajak dan sanksi perpajakan. Attitude towards behaviour berhubungan dengan tarif pajak karena dengan adanya peraturan baru yang menyebabkan penurunan tarif, pajak yang dibayarkan wajib pajak lebih sedikit dari sebelumnya sehingga wajib pajak menilai dan mempertimbangkan bahwa hal tersebut akan menguntungkan bagi wajib pajak dan menimbulkan sikap yang positif terhadap kewajiban perpajakannya.

Norma subyektif (Subjective Norm) merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih

(6)

orang di lingkunganya (teman, saudara) menyetujui atau tidak menyetujui suatu perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka (Ajzen,1991. Subjective Norm berhubungan dengan kinerja account representative. karena dengan adanya kepercayaan wajib pajak terhadap kinerja account representative dalam menjalankan tugasnya, maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Menurut Ajzen (1991:88), kontrol perilaku yang dipersepsikan (Perceived Behavioral Control) didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan suatu perilaku. Kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam konteks perpajakan adalah seberapa kuat tingkat kendali yang dimiliki oleh seorang wajib pajak dalam melakukan perilaku tertentu (Bobek dan Hafield, 2003). Perceived Behavioral Control berhubungan dengan pemahaman perpajakan karena pemahaman mengenai perpajakan merupakan faktor yang menjadi kontrol bagi wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakan. Jika wajib pajak memiliki pemahaman mengenai pajak akan meningkatkan kepercayaan dirinya memenuhi kewajiban perpajakan.

Penelitian ini menggunakan TPB karena responden yang peneliti ambil adalah wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu, dan dalam teori ini, perilaku individu berada dibawah pengaruh faktor-faktor tertentu yang berasal dari alasan-alasan tertentu dan muncul secara terencana, sehingga TPB digunakan untuk menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi keputusan wajib pajak UMKM dalam memenuhi kepatuhan perpajakannya.

Tarif Pajak

Tarif pajak menurut Supramono dan Damayanti (2010:7) adalah tarif yang dipakai untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. Perhitungan pajak UMKM sekarang diatur

dalam Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Tarif yang dikenakan pada peraturan tersebut adalah 0,5 % dari penghasilan bruto. Tarif ini dikenakan atas penghasilan yang berasal dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi 4,8 milyar dalam 1 tahun pajak. Pajak Penghasilan tersebut bersifat final. Peraturan ini menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dengan tarif 1%.

Sanksi Perpajakan

Menurut Subekti dan Tjitrosoedibyo (2005:98), sanksi adalah alat pemaksa, dimana sanksi menegaskan hukum atau memaksa menuruti norma-norma hukum. Menurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan ditaati atau dituruti atau dipatuhi atau sebagai alat pencegah (preventif) kepada wajib pajak agar tidak melanggar norma perpajakan. Menurut Resmi (2017:61-64), terdapat 2 (dua) sanksi perpajakan, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi yang sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak berdasarkan UU No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dengan sanksi berupa denda, bunga, dan kenaikan tarif. Sanksi pidana sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan UU No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dengan sanksi pidana penjara.

Pemahaman Perpajakan

Menurut Bloom dalam Sudijono (2009:50), pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengetahui atau memahami sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman dapat dikaitkan dengan kepatuhan wajib pajak, karena semakin banyak wajib pajak tidak

(7)

paham tentang peraturan pajak maka semakin banyak wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan. Menurut UU No.16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib untuk negara yang terutang kepada orang pribadi dan badan dengan sifat memaksa, berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, dan digunakan untuk keperluan negara yang tujuannya untuk kemakmuran rakyat. Menurut Julianti (2014;30), kurangnya pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan mengakibatkan wajib pajak tersebut cenderung tidak taat terhadap kewajiban perpajakannya. Pemahaman pajak menurut Rahayu (2010:141) meliputi pemahaman mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pemahaman mengenai sistem dan aturan perpajakan di Indonesia, pemahaman mengenai fungsi perpajakan.

Kinerja Account Representative

Menurut Mangkunegara (2000:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.79/PMK.01/2015, account representative adalah pegawai pajak di KPP yang mengemban tugas untuk melakukan bimbingan, konsultasi, analisis, dan pengawasan terhadap wajib pajak. Pengertian menurut Pandiagan (2008:27), account representative adalah petugas pajak yang melakukan tugas yaitu pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban dan melayani pemenuhan hak-hak perpajakan wajib pajak, dan memberikan konsultasi kepada wajib pajak jika wajib pajak membutuhkan. Dapat disimpulkan kinerja account representative adalah hasil kerja dari account representative di KPP dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.79/PMK.01/2015, account representative terdiri dari account representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi kepada wajib pajak,

account representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan konsultasi wajib pajak.

Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini menguji faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak UMKM diantaranya tarif perpajakan, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative (AR) terhadap kepatuhan wajib pajak. Variabel tersebut berhubungan dengan faktor-faktor yang ada didalam TPB yang menjelaskan faktor apa yang mempengaruhi individu dalam berperilaku atau mengambil suatu tindakan. Tarif berhubungan dengan attitude towards behaviour dalam TPB, sanksi perpajakan berhubungan dengan attitude towards behaviour dalam TPB, pemahaman perpajakan berhubungan dengan perceived behaviour control dalam TPB, dan kinerja AR berhubungan dengan subjective norm dalam TPB.

Gambar 2 Model Penelitian

Sumber: Diolah Peneliti, 2020

Pengaruh Tarif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Tarif merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin rendah tarif pajak maka semakin banyak wajib pajak yang membayar pajaknya. Tarif pajak untuk UMKM terbaru mengalami pengurangan dari 1% menjadi 0,5%. Perubahan tarif ini berdasarkan perubahan peraturan mengenai pajak untuk kriteria khusus yaitu PP 46 tahun 2013 menjadi PP 23 tahun 2018. Attitude towards behaviour dalam TPB

(8)

berhubungan dengan Tarif Pajak. Attitude towards behaviour merupakan sikap yang diambil oleh wajib pajak dalam berperilaku. Dengan adanya penurunan tarif pajak bagi UMKM maka muncul perasaan positif dari wajib pajak UMKM untuk patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Hasil penelitian dari Julianto (2017), tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian dari Yusro dan Kiswanto (2014), tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, penurunan tarif pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Tarif Perpajakan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan ditaati atau dituruti atau dipatuhi atau sebagai alat pencegah (preventif) kepada wajib pajak agar tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi perpajakan berhubungan dengan Attitude towards behaviour dalam TPB. Attitude towards behaviour merupakan sikap yang diambil oleh wajib pajak dalam berperilaku. Dengan adanya sanksi perpajakan, maka wajib pajak akan mengambil sikap untuk berusaha memenuhi kewajiban perpajakannya untuk menghindari dikenainya sanksi perpajakan. Hasil penelitian dari Kristianti (2018) menunjukkan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian dari Indriyani dan Askandar (2018) menunjukkan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, sanksi perpajakan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H2: Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

Pengaruh Pemahaman Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Bloom dalam Sudijono (2009:50), pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengetahui atau memahami sesuatu itu diketahui dan diingat. Ketika wajib pajak mempunyai pengetahuan tentang peraturan perpajakan dan mengerti bagaimana cara melaporkan pajaknya sendiri ke KPP maka akan berpengaruh kepada kepatuhan perpajakan. Pemahaman perpajakan menurut Rahayu (2010) harus meliputi pemahaman mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. pemahaman mengenai sistem dan aturan perpajakan di Indonesia, pemahaman mengenai fungsi perpajakan. Pemahaman pajak berhubungan dengan perceived behavioral control dalam TPB. Perceived behavioral control merupakan bagaimana perilaku individu merupakan hasil pengendalian terhadap dirinya (Ajzen, 2002). Ketika wajib pajak paham mengenai kewajiban perpajakannya, maka wajib pajak akan melakukan suatu perilaku untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian dari Satria (2017) menunjukkan pemahaman perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Julianto (2017) menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, pemahaman perpajakan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3: Pemahaman perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

Pengaruh kinerja account representative terhadap kepatuhan wajib pajak

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 79/PMK.01/2015, AR adalah petugas pajak di KPP yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan dan konsultasi wajib pajak, pengawasan dan penggalian potensi wajib pajak, dan menginformasikan peraturan pajak yang baru. AR dibutuhkan oleh

(9)

WP apabila mereka kesulitan untuk memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya. Kinerja AR berhubungan dengan subjective norm dalam TPB. Subjective norm merupakan kesadaran yang ditimbulkan karena tekanan dari luar yang menyebabkan wajib pajak tersebut mengambil suatu tindakan. AR mempunyai fungsi memberikan pelayanan dan konsultasi wajib pajak, pengawasan dan penggalian potensi wajib pajak, dan menginformasikan peraturan pajak yang baru. Pengaruh dari kinerja AR ini membuat wajib pajak melakukan suatu tindakan yaitu dengan lebih patuh untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Hasil penelitian yang dilakukan Kristianti (2018) menunjukkan kinerja AR tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhilatunisa (2018) menyatakan kinerja AR mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak puas akan kinerja dari AR, maka WP akan taat untuk membayar pajaknya dan meningkatkan kepatuhan. Oleh karena itu, kinerja AR akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H4: Kinerja account representative berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

Pengaruh Simultan Tarif Pajak, Sanksi Perpajakan, Pemahaman Perpajakan, Dan Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Theory of Planned Behavior, niat untuk perilaku individu dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh secara simultan terhadap niat individu untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Ketiga variabel tersebut secara bersama membentuk niat untuk melakukan perilaku sebagai pertimbangan individu dalam melakukan perilaku tertentu. Seperti halnya dalam kepatuhan pajak, penelitian Cahyani dan Noviari (2019), Kristianti (2018), Indriyani dan

Askandar (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang simultan variabel-variabel independen terhadap kepatuhan wajib pajak. Untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen, perlu dilakukan pengujian secara simultan. Uji f dilakukan untuk menguji model statistik atau model penelitian yg sudah dibuat. Apabila nilai uji f signifikan, maka semua variabel independen dalam model penelitian berpengaruh bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Selain itu uji f mampu memprediksi variabilitas dari variabel dependen DeCoster dan Claypool (2004). Uji f ini dipengaruhi oleh jumlah variabel independen yang ada dalam model penelitian. Pengujian secara simultan dilakukan untuk memastikan model penelitian pada penelitian ini sudah memenuhi kelayakan yang telah ditetapkan. Apabila tidak memenuhi kelayakan model penelitian, maka tidak dapat dilakukan pengujian secara parsial. Sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H5: Tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan model penelitian explanatory research atau confirmatory. Explanatory research digunakan untuk menguji apakah satu variabel menyebabkan variabel yang lain dapat berubah atau tidak (Sekaran & Bougie, 2017:112). Dalam penelitian ini, explanatory research digunakan untuk menguji hipotesis tentang adanya pengaruh antar faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor tersebut diantaranya tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative.

Populasi adalah wilayah generalisasi dimana terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

(10)

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku UMKM orang atau badan yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Karena populasi terlalu besar untuk diteliti dan peneliti memiliki keterbatasan tenaga, dan waktu, maka peneliti bisa menggunakan teknik pengambilan sampel. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, baik karena mereka adalah satu-satunya pihak yang memilikinya, atau mereka memilikinya, atau mereka memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2017:67). Kuesioner diberikan kepada wajib pajak orang pribadi atau badan dengan kriteria mempunyai usaha mikro, kecil, dan menengah yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu, memiliki NPWP yang terdaftar di KPP Pratama Batu, pernah melaporkan pajak penghasilannya dan memiliki omzet dibawah 4,8 M.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini berasal dari hasil kuesioner yang diperoreleh dari wajib pajak yang mempunyai usaha yang berskala mikro, kecil dan menengah di Kota Batu. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari DJP dan Diskoperindag Kota Batu.

Kuesioner penelitian ini peneliti menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk menjelaskan seberapa setuju responden dengan pernyataan yang terdapat didalam kuesioner. Tujuan dari digunakannya skala ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam membedakan satu responden dengan responden lainnya dalam kepatuhan pajaknya, tiap responden yg mengisi akan menghasilkan

indikasi apakah mereka akan lebih patuh apa tidak.

Kuesioner dalam penelitian ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari kuesioner penelitian Nowak (2006), Pritasari (2018), Fiana (2019), Halasan (2019), Mustofa (2016), dan Aini (2017).

Tarif Pajak (X1)

Menurut Supramono dan Damayanti (2010:7) tarif pajak digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 menyatakan tarif yang digunakan untuk Wajib Pajak dengan omzet kurang dari 4,8 miliar adalah 0,5 % dari yang sebelumnya 1%. Dengan adanya pengurangan tarif tersebut maka Wajib Pajak akan lebih patuh untuk membayar pajaknya. Indikator yang digunakan dalam variabel ini menggunakan penelitian dari Mustofa (2016) yang telah dimodifikasi oleh peneliti dan telah disesuaikan dengan PP 23 tahun 2018. Indikator tersebut terdiri dari: 1. Kesesuaian tarif dengan tingkat

penghasilan.

2. Memiliki tarif baru 0,5% dari pada tarif sebelumnya (1% final).

3. Keadilan tarif.

4. Tarif pph final harusnya lebih kecil dari 0,5%.

Sanksi Perpajakan (X2)

Sanksi perpajakan adalah jaminan kepada wajib pajak untuk mematuhi atau mencegah wajib pajak agar tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011:59). Mohammad (2007:35) mengungkapkan bahwa sanksi adalah alat pencegah yang efektif untuk mengurangi kelalaian atau penyeludupan pajak, sehingga berdampak positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi perpajakan menurut Resmi (2017:61-64), dapat dikenali dari 2 jenis yang terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dimana wajib pajak akan dikenakan sanksi dengan tarif yang sudah ditetapkan apabila terlambat membayar

(11)

pajaknya. Sanksi pidana dimana wajib pajak yang dikenakan sanksi pidana apabila dengan sengaja mengabaikan kewajiban perpajakannya. indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah berdasarkan penelitian dari Aini (2017) dan telah disesuaikan dengan UU No. 16 tahun 2009. Indikator tersebut adalah:

1. Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap wajib pajak.

2. Sanksi pidana yang dikenakan terhadap wajib pajak.

Pemahaman Perpajakan (X3)

Menurut Waluyo (2011:20), dapat diartikan pemahaman perpajakan sebagai proses mengetahui dan memahami dari wajib pajak yang berhubungan dengan perpajakan serta mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk membayar pajak. Ekawati dalam Sitorus (2015:30) menyatakan bahwa wajib pajak yang memahami peraturan perpajakan dengan baik maka wajib pajak tersebut akan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Rahayu (2010:141) terdapat konsep perpajakan yang mempengaruhi wajib pajak untuk memahami peraturan wajib pajak sehingga dapat dijadikan indikator untuk penelitian ini dan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pritasari (2018) dan telah disesuaikan dengan UU No.16 tahun 2009. Indikator tersebut antara lain:

1. Pemahaman mengenai ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Pemahaman mengenai sistem dan aturan perpajakan di Indonesia.

3. Pemahaman mengenai fungsi perpajakan. Kinerja Account Representative (X4)

Menurut Mangkunegara (2000:67), kinerja adalah hasil kerja dari seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 79/PMK.01/2015 account

representative adalah petugas pajak yang terdiri dari petugas pajak yang menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan fungsi pelayanan dan konsultasi wajib pajak serta account representative yang menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan fungsi pengawasan dan penggalian potensi pajak. Dapat disimpulkan kinerja account representative adalah hasil kerja dari account representative dalam melaksanakan tugasnya. Indikator variabel kinerja account representative merupakan modifikasi dari pengertian dari kinerja menurut Mangkunegara (2000:67) serta penelitian dari Halasan (2019) dan telah disesuaikan dengan PMK No. 79/PMK.01/2015. Indikator tersebut yaitu: 1. Keberhasilan account representative dalam

menjalankan fungsi pelayanan terhadap wajib pajak.

2. Keberhasilan account representative dalam menjalankan fungsi konsultasi terhadap wajib pajak.

3. Keberhasilan account representative dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap wajib pajak.

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib memenuhi semua kewajiban dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahayu, 2010;138). Indikator yang dipakai untuk mengukur kepatuhan perpajakan menggunakan pernyataan dari Nowak dalam Devano dan Rahayu (2010:138) dan telah disesuaikan juga dengan UU No. 16 tahun 2009. Menurut Nowak suatu iklim kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakan tercemin pada situasi: 1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk

memahami serta menaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengisi formulir pajak secara lengkap dan

jelas.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang secara benar.

4. Membayar pajak yang terutang dan melaporkannya tepat waktu.

(12)

Metode Analisis Data

Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan SPSS 25. Alasan peneliti menggunakan SPSS 25 ini karena mudah digunakan dan konstruk yang digunakan dalam penelitian ini sedikit. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dipakai untuk mengetahui apakah ada pengaruh dalam menguji dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependennya. Model regresi yang baik yaitu harus memiliki distribusi mendekati normal atau normal dari asumsi klasik.

Persamaan Struktural

Persamaan struktural dalam penelitian ini, adalah:

Y = α + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + e Keterangan :

Y = Kepatuhan wajib pajak α = Konstanta

ß1 = Koefisien regresi dari tarif perpajakan ß2 = Koefisien regresi dari sanksi perpajakan ß3 = Koefisien regresi dari pemahaman perpajakan

ß4 = Koefisien regresi dari kinerja account representative

X1 = Tarif perpajakan X2 = Sanksi perpajakan X3 = Pemahaman perpajakan X4 = Kinerja account representative e = Kesalahan pengganggu (error of term)

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Responden yang digunakan untuk penelitian ini adalah wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Batu. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive

sampling. Jumlah kuesioner yang dapat diolah peneliti adalah 99 kuesioner, hal ini sesuai dengan rumus pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu rumus slovin.

Uji Normalitas

Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas dari penelitian ini.

Tabel 1.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 99 Normal Parametersa,b Mean 0 Std. Deviation 0,5430829 Most Extreme Differences Absolute 0,088 Positive 0,088 Negative -0,063 Test Statistic 0,088

Asymp. Sig. (2-tailed) ,055c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Untuk pengujian normalitas, apabila nilai signifikansi lebih dari 0,50, maka artinya data tersebut berdistribusi normal. Hasil menunjukkan data tersebut berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas dari penelitian ini.

Tabel 1.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan X1 0,682 0,682 Tidak memiliki gejala

multikolinearitas. X2 0,696 0,696 Tidak memiliki gejala

multikolinearitas. X3 0,663 0,663 Tidak memiliki gejala

(13)

X4 0,609 0,609 Tidak memiliki gejala multikolinearitas.

Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Uji Heteroskedastisitas

Berikut ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas dari penelitian ini menggunakan bentuk uji park.

Tabel 1.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Unstandardi zed Coefficients Beta Sig. Keterangan X1 -0,364 0,302 Homoskedastisitas X2 0,307 0,298 Homoskedastisitas X3 -0,556 0,090 Homoskedastisitas X4 -0,004 0,989 Homoskedastisitas

Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Uji Koefisien Determinasi

Berikut ini merupakan hasil uji koefisien determinasi dari penelitian ini.

Tabel 1.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,779a 0,607 0,59 0,55452 a. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3 b. Dependent Variable: Y1

Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai koefisien sebesar 0,607. Artinya 60,7% variabel kepatuhan wajib pajak dipengaruh oleh variabel independennya yaitu tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative. Sementara sisanya sebesar 39,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji Statistik F

Berikut ini merupakan hasil uji statistik f dari penelitian ini.

Tabel 1.7 Hasil Uji Statistik F

ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 44,632 4 11,158 36,3 ,000b Residual 28,904 94 0,307 Total 73,536 98 a. Dependent Variable: Y1 b. Predictors: (Constant), X4, X2, X1, X3

Sumber : Diolah Peneliti, 2020

Hipotesis 5: Tarif pajak, sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative secara simultan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan tabel diatas, Jika mengacu dari nilai signifikansi, hasil dari uji F yaitu 0,000 < 0,05 dan jika mengacu dari nilai F hitung, hasil dari uji F adalah 36,29 > dari F tabel sebesar 2,70. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh simultan tarif pajak (X1), sanksi perpajakan (X2), pemahaman perpajakan (X3), kinerja account representative (X4) secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y1).

Uji Statistik T

Berikut ini merupakan hasil uji statistik f dari penelitian ini.

Tabel 1.8 Hasil Uji Statistik T

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 0,28 0,208 1,349 0,18 X1 -0,07 0,079 -0,071 -0,91 0,37 X2 0,211 0,066 0,246 3,179 0 X3 0,484 0,073 0,525 6,615 0 X4 0,16 0,062 0,214 2,58 0,01 a. Dependent Variable: Y1

(14)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Hipotesis 1: Tarif Perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Nilai signifikansi dua arah pada variabel tarif pajak adalah 0,366. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai signifikansi satu arah dengan nilai signifikansi sebesar 0,183. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih besar dari 0,05 dan jika dilihat dari t hitung sebesar – 0,909, maka t hitung nilainya lebih kecil dari t tabel yaitu sebesar 1,661. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel tarif pajak terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM atau H1 ditolak. 2. Hipotesis 2: Sanksi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Nilai signifikansi dua arah pada variabel sanksi perpajakan adalah 0,002. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai signifikansi satu arah dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari 0,05 dan jika dilihat dari t hitung sebesar 3,179, maka t hitung nilainya lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 1,661. Artinya bahwa terdapat pengaruh antara variabel sanksi perpajakan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

3. Hipotesis 3 Pemahaman perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Nilai signifikansi dua arah pada variabel pemahaman perpajakan adalah 0,000. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai signifikansi satu arah dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari 0,05 dan jika dilihat dari t hitung sebesar 6,615, maka t

hitung nilainya lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 1,661. Dapat disimpulkanterdapat pengaruh antara variabel pemahaman perpajakan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

4. Hipotesis 4: Kinerja account representative berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Nilai signifikansi dua arah pada variabel kinerja account representative adalah 0,011. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai signifikansi satu arah dengan nilai signifikansi sebesar 0,0055. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari 0,05 dan jika dilihat dari t hitung sebesar 2,58, maka t hitung nilainya lebih besar dari t tabel yaitu sebesar 1,661. Artinya terdapat pengaruh antara variabel tarif pajak terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa kinerja account representative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan hipotesis 1 diketahui tarif pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusro dan Kiswanto (2014), Yuliani (2019) dan penelitian ini menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Ananda, Kumadji, dan Husaini (2015) bahwa tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

Dalam penelitian ini perubahan tarif pajak untuk UMKM tidak mempengaruhi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, karena dengan atau tidak adanya perubahan tarif pajak wajib pajak tetap akan membayarkan pajaknya. Sehingga wajib pajak tidak merasakan keuntungan maupun kerugian apabila membayar pajak dengan

(15)

berapapun tarif yang dikenakan. Dalam TPB apabila individu merasakan keuntungan ataupun kerugian apabila melakukan perilaku tertentu akan berpengaruh terhadap sikapnya untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Namun pada penelitian ini wajib pajak tetap membayar pajak berapapun tarif pajak yang ditetapkan karena berdasarkan 99 responden yang memenuhi kriteria pada penelitian ini pernah melakukan pelaporan pajak dan memahami kewajiban perpajakannya. Sehingga wajib pajak dalam penelitian ini mengetahui kewajiban perpajakannya berapapun tarif yang ditetapkan.

Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan hipotesis 2 diketahui sanksi perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi tingkat sanksi perpajakan, semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani dan Askandar (2018) yang menunjukkan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2018) menunjukkan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Sanksi perpajakan merupakan variabel yang berhubungan dengan attitude towards behavior dalam TPB. Sanksi perpajakan akan memberikan kerugian bagi wajib pajak yang tidak melakukan kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan yang ada. Sehingga dengan adanya sanksi akan mendorong wajib pajak untuk melakukan perilaku yang patuh agar tidak merugikan dirinya. Hal ini sesuai dengan TPB, apabila individu mendapatkan konsekuensi yang merugikan dirinya saat melakukan perilaku tertentu, maka individu tersebut akan

menghindari untuk melakukan hal yang merugikan tersebut (Ajzen, 1991).

Pengaruh Pemahaman Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan hipotesis 3 diketahui pemahaman perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pemahaman perpajakan, semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dan Noviari (2019) menunjukkan pemahaman perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dan menolak hasil penelitian dilakukan oleh Julianto (2017) yang menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Pemahaman perpajakan merupakan variabel yang berhubungan dengan perceived behavioral control di TPB. Persepsi kontrol perilaku merupakan persepsi seseorang bahwa individu memiliki atau tidak memiliki kapasitas untuk melakukan perilaku (Ajzen, 1991). Pemahaman merupakan kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Semakin kuat kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu maka semakin terdorong individu untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Seperti halnya dalam memenuhi kewajiban perpajakan, semakin kuat pemahaman mengenai perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak maka semakin kuat kontrol yang dimiliki wajib pajak untuk melakukan perilaku yang patuh terhadap pajak.

Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan hipotesis 4 diketahui kinerja account representative memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil ini menunjukkan semakin

(16)

tinggi tingkat kinerja account representative, semakin tinggi juga tingkat kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadhilatunisa (2018) yang menunjukkan kinerja account representative mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan menolak hasil penelitian yang dilakukan Kristianti (2018) menunjukkan kinerja account representative tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Kineja account representative merupakan variabel yang berhubungan dengan subjective norm pada TPB. Dalam TPB, subjective norm merupakan kepercayaan yang dimiliki individu untuk melakukan perilaku sesuai dengan saran yang diberikan oleh individu lainnya. Semakin banyak yang menyarankan individu untuk melakukan perilaku tertentu maka semakin terdorong individu tersebut untuk melakukan perilaku sesuai dengan yang disarankan oleh orang lain. Seperti hal nya dalam perpajakan, semakin kuat kinerja account representative dalam melayani, membimbing, dan mengawasi wajib pajak maka wajib pajak akan termotivasi untuk melakukan kewajiban perpajakannya.

Pengaruh Simultan Tarif Pajak, Sanksi Perpajakan, Pemahaman Perpajakan, Dan Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan hipotesis 5 diketahui tarif pajak (X1), sanksi perpajakan (X2), pemahaman perpajakan (X3), kinerja account representative (X4) secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y1). Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior. Theory of Planned Behavior adalah teori yang menjelaskan mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi individu dalam berperilaku atau mengambil suatu tindakan. Dalam TPB sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku secara bersama atau simultan mempengaruhi

keputusan individu untuk melakukan suatu perilaku. Sehingga faktor-faktor yang terdiri tarif pajak (X1), sanksi perpajakan (X2), pemahaman perpajakan (X3), kinerja account representative (X4) secara simultan akan mempengaruhi wajib pajak dalam berperilaku atau mengambil suatu tindakan yaitu patuh dengan kewajiban perpajakannya.

PENUTUP

Penelitian ini menguji dan menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan studi kasus pada wajib pajak usaha mikro kecil dan menengah yang terdaftar di KPP Pratama Kota Batu. Hasil penelitian ini menunjukkan sanksi perpajakan, pemahaman perpajakan, dan kinerja account representative berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, dan tarif pajak tidak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel tarif pajak (X1), sanksi perpajakan (X2), pemahaman perpajakan (X3), kinerja account representative (X4) secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y1).

Penelitian ini juga mempunyai keterbatasan seperti peneliti tidak bisa melakukan penelitian di KPP pada bulan Februari hingga waktu yang tidak dapat ditentukan karena kesibukan dari KPP Batu untuk melayani wajib pajak orang pribadi yang ingin melaporkan SPT Tahunannya pada bulan Februari dan Maret, dan wabah korona pada bulan Maret yang menyebabkan KPP Pratama Batu tutup dan tidak dapat melakukan penelitian disana hingga waktu yang tidak dapat ditentukan dan peneliti melakukan penyebaran kuesioner selama 8 minggu. Hal ini dikarenakan peneliti melakukan menyebar kuesioner ketika dampak korona sudah masuk ke Indonesia. Akibatnya peneliti kesulitan untuk mendapatkan responden karena banyak UMKM yang tutup akibat wabah korona sehingga peneliti kesulitan ketika ingin mendatangi langsung UMKM tersebut dan

(17)

banyak yang ketika dihubungin melalui WA mereka menolak untuk mengisi dengan alasan sudah tidak berproduksi akibat wabah korona.

Saran bagi penelti selanjutnya diharapkan tidak mengambil penelitian di bulan Februari dan Maret, karena dari pihak KPP sedang sibuk untuk mengurusi pelaporan SPT untuk Orang Pribadi dimana jumlah wajib pajak orang pribadi banyak sehingga membutuhkan waktu 2 bulan untuk mengurusi pelaporan SPT tersebut. Apabila penelitian ini dilakukan melewati bulan Januari, maka penelitian baru bisa dilakukan pada bulan April dengan catatan jumlah dari wajib pajak Badan di Kota peneliti ingin meneliti tidak terlalu banyak. Untuk mencegah peneliti lain tidak bisa meneliti sesuai dengan jadwal mereka ingin melakukan penelitian, peneliti lebih baik menanyakan terlebih dahulu ke KPP yang bersangkutan. Dan untuk DJP diharapkan lebih mengoptimalkan sosialisasi mengenai pengetahuan dan perpajakan, hak dan kewajiban perpajakan, tata cara untuk mendaftar dan mendapatkan NPWP, cara menghitung, membayar, dan melaporkan SPT, dan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku kepada pelaku UMKM serta khususnya mengingatkan kembali kepada pelaku UMKM yang terdaftar untuk membayar dan melaporkan pajaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W., & Hartono, J. (2011). Partial Least Square (PLS): Alternatif Sructural Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.

Adi, T. W. (2018). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Cilacap Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned

Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 179-211. doi: 10.1016/0749- 5978(91)90020-T.

Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior. New York: Open University Press.

Ajzen, I. (2007). Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Ananda, P. R. (2015). Pengaruh Sosialisasi

Perpajakan, Tarif Pajak, Dan Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada UMKM Yang Terdaftar Sebagai Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu). Jurnal Mahasiswa Perpajakan Universitas Brawijaya, 6(2).

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, Cetakan keempat belas. Jakarta : Rineka Cipta.

Cahyani, L. P., & Noviari, N. (2019). Pengaruh Tarif Pajak, Pemahaman Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan . E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 26(3), 1885-1991.

DeCoster, J., & Claypool, H. M. (2004). Data Analysis in SPSS. Diakses dari http://www.stat-help.com/notes.html Dinas Koperasi dan UKM Kota Batu. (2018).

Data Jumlah UMKM di Jawa Timur.

Diakses dari

http://diskopukm.jatimprov.go.id/info/ data-ukm.

Direktorat Jendral Pajak. (n.d.). Sistem Perpajakan. Diakses dari https://www.pajak.go.id/id/sistem-perpajakan

Erwanda, M. A., Agustin, H., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Penerapan E-Filing Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Biaya Kepatuhan Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Padang). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Padang. Padang.

Fadlurahman, M. F. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris WPOP Di KPP Pratama Malang Selatan). Sarjana Thesis. Universitas Brawijaya. Malang. Fauzi, Z. (2016). Pengaruh Pengetahuan Pajak

(18)

Kepatuhn Wajib Pajak. Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Fiana, D. O. (2019). Pengaruh Pemahaman

Pajak, TIngkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Wilingi Kabupaten Blitar). Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Fishbein, M., & Ajzen, L. (1975). Belief,

Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research, Reading. MA: Addison-Wesley.

Fuadi, A. O., & Mangoting, Y. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Jurnal Perpajakan dan Akuntansi Universitas Petra, 1(1), 19 - 27.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Gunarsa, Singgih D. (2003). Konseling dan Psikoterapi. Cetakan kelima. Jakarta : BPK GM.

Halasan, J. R. (2019). Pengaruh Penerapan E-System dan Peran Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Bekasi Barat Tahun 2019. Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya. Malang.

Hartono, J. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset.

Hendri, N. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Pada UMKM Kota Metro. Akusisi Jurnal Akuntansi. 12(1). .

Idtesis. (2018). Teori Lengkap tentang Theory Planned Behaviour (TPB) Menurut Para Ahli dan Contoh Tesis Theory Planned Behaviour. Diakses dari https://idtesis.com/teori-lengkap-

tentang-theory- plannedbehaviourtpbmenurut-para- ahli-dan-contoh-tesis-theory-planned-behaviour-tpb/

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2019). Penerimaan Pajak dari Tahun 2014-2018. Diakses dari iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/ Materi%20IAI_280119.pdf

Indriana, M., Norsain, & Faisal, M. (2020). Tarif Pajak UMKM 0,5% : Reward Or Punishment?. InFestasi : Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 16(1), 88-100.

Indriyani, N., & Askandar, N. S. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak Dan Penerapan E-Filing Pada Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Di Desa Sengguruh Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi UNISMA, 7(7). Jatmiko, A. N. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap WPOP Di Kota Semarang). Tesis Master. Program Pasca Sarjana Universitas DIponogoro. Semarang.

Julianto, A. (2017). Pengaruh Tarif, Sosialisasi Serta Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Semarang. Sarjana Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Uniiversitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Julianti, M. (2014). Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Membayar Pajak dengan Kondisi Keuangan dan Preferensi Risiko Wajib Pajak sebagai Variabel Moderating. Sarjana Thesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang Kementerian Keuangan. (2007). Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007. Diakses dari https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2 007/192~PMK.03~2007Per.htm Kontan. (2015). Jumlah Account

Representative Pajak sangat minim.

DIakses dari

https://nasional.kontan.co.id/news/jum lah-account-representative-pajak-sangat-minim

Kristianti, U. (2018). Pengaruh Kinerja Account Representative, Self Assessment Sytem, Kualitas Pelayanan

(19)

Pajak, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP Pada KPP Pratama Karanganyar). Sarjana Tesis. FEB, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Kusumo, B. A. (2009). Sanksi Hukum Di Bidang Perpajakan. Jurnal Wacana Hukum UNISRI, 7(2).

Lazuardini, E. R., Susyanti, J., & Priyono, A. A. (2018). Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Tarif Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan). Jurnal Ilmiah Riset Manajemen UNISMA, 7(1).

Malang Times. (2019). Penerimaan Pajak Kota Batu 2018 Tak Mencapai Target, Ini Yang Dilakukan 2019. Diakses dari https://www.malangtimes.com/baca/3 7173/20190319/171300/penerimaan- pajak-kota-batu-2018-tak-mencapai-target-ini-yang-dilakukan-2019

Malang Voice. (2017). Tempati Kantor Baru, KPP Pratama Batu Ingin Ulangi Sejarah 2015. Diakses dari https://malangvoice.com/tempati- kantor-baru-kpp-pratama-batu-ingin-ulangi-sejarah-2015/

Mangkunegara, A. A. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan : Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Mardlo, Z. A. (2018). Mendongkrak Tax Compliance melalui Digitalisasi Sistem Administrasi Perpajakan.

DIakses dari

https://www.pajak.go.id/id/artikel/men dongkrak-tax-compliance-melalui- digitalisasi-sistem-administrasi-perpajakan

Mustofa, F. A. (2015). Pengaruih Pemahaman Peraturan Perpajakan, Tarif Pajak, dan Asas Keadilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak UMKM di Wiliayah Kerja KPP Pratama Batu Setelah Diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013). Sarjana Thesis. Universitas Brawijaya. Malang.

Ningtyas, R. C. (2012). Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak, Sanksi, Serta Pelayanan Pembayaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Kota Malang. Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya.

Nuzula, F. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratana Pare Kab. Kediri). Sarjana Tesis, Universitas Brawijaya. Malang.

Online Pajak. (2018). Strategi dan Capaian Penerimaan Pajak Tahun 2018. DIakses dari https://www.online- pajak.com/dirjen-pajak-strategi-dan-capaian-penerimaan-pajak-tahun-2018 Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Diakses dari https://ojk.go.id/sustainable- finance/id/peraturan/undang-undang/Pages/Un dang-Undang- Republik-Indonesia-Nomor-20-Tahun-2008-Tentang-Usaha -Mikro,-Kecil,-dan-Menengah.aspx.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Po'oe, B. S., Amaliah, T. H., & Tuli, H. (n.d.). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Penerapan Self Asessment System pada KPP Pratama Gorontalo. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 12(1), 17-26.

Prabowo, F. D. (2019). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, Kepercayaan Kepada Otoritas Pajak, Kemanfaatan NPWP, dan Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Sarjana Tesis. Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Indonesia.

Prawagis, F. D., ZA, Z., & Mayowan, Y. (2016). Pengaruh Pemahaman Atas

(20)

Mekanisme Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Pada Wajib Pajak yang terdaftar Di KPP Pratama Batu). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 10(1).

Priambudi, A. A. (2013). Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak, Sanksi Perpajakan, Serta Pelayanan Pembayaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya.

Pritasari, D. (2018). Pengaruh Pemahaman Perpajakan dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Indramayu). Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya. Malang.

Pulka , B., Armanurah, M., & Ramli, A. (2018). Examining the Moderating Role of External Environment on Firms’ and Performance of SMEs in Nigeria: A Pilot Study. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM). 20(11). Putri, D. S. (2017). Pengaruh Theory Of Planned Behavior, Kewajiban Moral, Dan Budaya Pajak Pada Niat Ketidakpatuhan Pajak. Sarjana Tesis. Universitas Brawijaya.

Radar Malang. (2019). Ribuan Pengusaha Tak Laporan Pajak. DIakses dari https://radarmalang.jawapos.com/head line/11/05/2019/ribuan-pengusaha-tak-laporan-pajak/

Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Satria, H. (2017). Pengaruh Pemahaman Pajak, Ketentuan Perpajakan Dan Transparansi Dalam Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Perusahaan Jasa Konsultan Konstruksi Di Kota Tanjungpinang. Jurnal Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan Tanjungpinang, 4(1).

Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis: Pendekatan Pengemabangan - Keahlian, Edisi 6, Buku 1 dan 2. Jakarta: Salemba Empat.

Silaen, S., & Widiyono. (2013). Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. . Jakarta: In Media. Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supramono, & Damayanti, T. W. (2010). Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Times Jatim. (2018). Kota Batu Punya 23.544 UMKM. Diakses dari https://www.timesjatim.com/berita/34 614/kota-batu-punya-23544-umkm Walsh , K. (2012). Understanding Taxpayer

Behaviour – New Opportunities for Tax Administration. The Economic and Social Review, 43(3), 451 - 475. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia.

Jakarta: Salemba Empat.

Widayati, N. (2010). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir Tiga. Jurnal dan Prosiding SNA - Simposium Nasional Akuntansi,13.

Yuliani, S. D. (2019). Pengaruh Persepsi Keadilan, Pemahaman Perpajakan, dan Perubahan Tarif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kesadaran Perpajakan Sebagai Variabel Moderating Pada Pelaku UMKM Setelah Penerapan PP No 23 Tahun 2018 Pada UMKM Yang Terdaftar di KPP Bojonegoro. Sarjana Tesis. Jurusan Akuntansi Fakultas

Gambar

Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah UMKM di  Kota Batu dengan UMKM yang terdaftar
Gambar 1 Theory of Planned Behavior (TPB)
Gambar 2 Model Penelitian
Tabel 1.3 Hasil Uji Normalitas  One-Sample  Kolmogorov-Smirnov Test     Unstandardized  Residual  N  99  Normal  Parameters a,b Mean  0 Std
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Dukung dan antarkan temanmu untuk menceritakan perilaku bully yang telah ia terima pada orang tua, guru atau pihak lain. •

Berdasarkan pembahasan, teori yang mendukung dan penelitian yang berhubungan, peneliti berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman

Pada tahun 2011, program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yang didanai USAID [7] diluncurkan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kematian ibu

Jadi, peran ganda yang dijalankan oleh ibu dinyatakan kurang seimbang sehingga menyebabkan fungsi sosialisasi keluarga menjadi kurang seimbang yang menurut teori

Lidah terletak pada dasar mulut berwarnah merah, tidak rata permukaannya, dipermukaannya terdapat bintil-bintil yang disebut papilla yang merupakan tempat berkumpulnya

This thesis has been approved by the Supervisors of the English Education of Graduate Program, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret

Dengan kualitas kepemimpinan rohani dan pelayanan yang sungguh- sungguh dari seorang pendeta jemaat untuk tetap fokus kepada misi gereja di dunia ini, maka kualitas kerohanian

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya