BUKU SERI KESEHATAN MENTAL INDONESIA
KESEHATAN MENTAL
DI INDONESIA SAAT PANDEMI
EDITOR:
MARTY MAWARPURY HERDIYAN MAULANA
KESEHATAN MENTAL
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
ta-hun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
S Y I A H K U A L A U N I V E R S I T Y P R E S S
EDITOR: Marty Mawarpury Herdiyan Maulana Maya Khairani Endang FourianalistyawatiKESEHATAN MENTAL
Judul Seri:
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
Judul Buku:
KESEHATAN MENTAL SAAT PANDEMI DI INDONESIA
Editor:
Marty Mawarpury
Herdiyan Maulana
Maya Khairani
Endang Fourianalistyawati
Cover dan Tata Letak:
Iqbal Ridha
ISBN: 978-623-264-140-2
ISBN: 978-623-264-139-6 (PDF)
Pracetak dan Produksi:
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
Penerbit:
Syiah Kuala University Press
Jln. Tgk Chik Pante Kulu No.1, Kopelma Darussalam 23111,
Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id
Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id
Cetakan Pertama, 2020
xviii + 476 (16 X 23)
Anggota IKAPI 018/DIA/2014
Anggota APPTI 005.101.1.09.2019
Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau
seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI iii
DAFTAR ISI ...iii
KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA ... vii
PARA KONTRIBUTOR ... ix
PROLOG ...xiii
BAGIAN 1. DAMPAK PANDEMI PADA PERILAKU DALAM TINJAUAN TEORI PSIKOLOGI ...1
SEDENTARY BEHAVIOR SELAMA PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB) ...2
Wenny Aidina, Haiyun Nisa “SEMAKIN TAHU, SEMAKIN STRES”. PENGETAHUAN COVID-19 DAN STRES PADA REMAJA “ ...17
Yulia Hairina, Imadduddin GANGGUAN PENYESUAIAN DIMASA PANDEMI COVID-19 DALAM TINJAUAN KESEHATAN MENTAL ...28
Dahlia “SEHATKAH PSIKOLOGISKU?” REGULASI EMOSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 ...38
Zaujatul Amna, Sarah Hafiza CORONAVIRUS: REGULASI EMOSI DI KALA PANDEMI ...52
Mariana Dinah Charlota Lerik, Dian Lestari Anakaka MEMUPUK SYUKUR SELAMA PANDEMI ...60
Maya Khairani TELAAH KETAHANAN PASANGAN (COUPLE RESILIENCE) MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 ...77
Marty Mawarpury DUKUNGAN PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN MENTAL: ASPEK KRUSIAL MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PSIKOSOSIAL ...92
Nicholas Indra Nurpatria BAGIAN 2. KESEHATAN MENTAL DAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENGHADAPI PANDEMI ...113
DAPATKAH MASYARAKAT INDONESIA MELEWATI BADAI PANDEMI COVID-19? SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI BUDAYA ...114
MASYARAKAT ACEH DAN KESEHATAN MENTAL PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DITINJAU DARI KOPING RELIGIUS ...129
Karjuniwati, Cut Rizka Aliana
KETERLIBATAN DESA ADAT DALAM PENANGANAN COVID-19 DI BALI ...151
Sang Putu Adi Sanjaya, Hendro Prabowo
RESILIENSI KELUARGA JAWA MELALUI JOGO TONGGO ...165
Arri Handayani
MEMBUKA KOTAK PANDORA PERMASALAHAN PSIKOLOGIS MASYARAKAT AKIBAT PANDEMI COVID-19: DISTRES PSIKOLOGIS DAN FAKTOR
PROTEKTIF PENANGANANNYA ...180
Zarina Akbar, Agnes Bellisa Grace Sihombing, Arief Lukman, Dyah Ayu Mutiara Pomala Febri, Suci Dwi Febriyani
RUTINITAS DAN RITUAL: PEMBENTUK DAYA LENTING KELUARGA DI
MASA PANDEMI ...195
Melok Roro Kinanti
BAGIAN 3. KESEHATAN MENTAL PARA PEKERJA DI MASA PANDEMI ...211
HEALTH ANXIETY: TINJAUAN TEORITIK DAN KAJIAN EMPIRIK DI
KALANGAN DOKTER SELAMA PANDEMI COVID-19 ...212
Fatmawati, Muhammad Taufik
PANDEMI COVID-19: TELAAH PERSEPSI TERHADAP RISIKO DAN
STRATEGI KOPING PADA APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) ...224
Wahyu Nurhayati, Septian Dwi Cahyo, Irma Auliah
KOPING STRES PADA PEKERJA DENGAN STATUS WORK FROM OFFICE (WFO) DI MASA PANDEMI COVID-19 ...242
Eka Dian Aprilia, Dinda Anisa, Isra Ajria, Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis, Farah Salisa
KONTRIBUSI STRATEGI KOPING UNTUK KESEHATAN MENTAL IBU WORK
FROM HOME DI MASA PANDEMI ...255 Rila Rahma Mulyani
MAKNA KERJA BARU BAGI IBU PEKERJA SELAMA PANDEMI ...269
Hendro Prabowo, Dewi Nur Ningtyas, Netrona Emran, Dearisa Heditama, Anggun Fitriana, Abilaras Cikarani, Nurlintang Putri Ayuning Rizal
KESIAPAN PARA PENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 ...284
Astri Nur Kusumastuti, Henny Regina Salve
PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN DALAM JARINGAN (DARING):
ISU KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU DI MASA PANDEMI ...296
Farah Perwitasari, Nurbaiti Astuti, Suryo Atmojo, Giri S. Hamiseno
PERFORMANSI POSITIF DAN IMPLIKASINYA PADA MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI SITUASI KRISIS ...315
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI v
BAGIAN 4. INTERVENSI DAN LAYANAN KESEHATAN MENTAL DALAM
KONDISI PANDEMI...343
KILAS BALIK DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DJKPS) DI INDONESIA: PEMBELAJARAN UNTUK MASA PANDEMI COVID-19 ...344
Fairuziana Humam, Yeni Fitriani
QUOVADIS LAYANAN DARING KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
MENGHADAPI ERA “NEW NORMAL” ...369
Herdiyan Maulana
MINDFULNESS: LATIHAN KESADARAN SEBAGAI LANGKAH SEDERHANA
MENJAGA KESEHATAN MENTAL DI MASA PANDEMI ...384
Endang Fourianalistyawati
RELIGIOUS COPING PADA LANSIA ; PENGARUHNYA TERHADAP
KESEHATAN MENTAL ...398
Yufi Adriani, Cut Fauziah Itqoniah
MENGELOLA STRES KELUARGA PADA MASA PANDEMI COVID-19 ...413
Kholifah Umi Sholihah, Ayu Kurnia S, Dian Veronika Sakti Kaloeti
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN RESILIENSI UNTUK KESEHATAN
MENTAL DI MASA PANDEMI COVID-19 ...429
Tazkiya Nabila, Ignasia Epifani, Dian Veronika Sakti Kaloeti
BAGIAN 5. KEBIJAKAN PUBLIK DAN KESEHATAN MENTAL MASA
PANDEMI COVID-19 ...441
KEBIJAKAN KESEHATAN MENTAL/JIWA PEMERINTAH INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 ...442
Lely Safrina
MENGELOLA INFORMASI: UPAYA MENJAGA MENTAL SEHAT PADA MASA PANDEMI COVID-19 ...457
Risana Rachmatan, Kartika Sari
INFODEMIC DAN KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT DIGITAL ...470 Khatijatussalihah
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI vii
REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang tanpa henti
mengucurkan rahmat bagi kita dan sekalian alam.
Pandemi Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina hanya
dalam beberapa minggu menginvasi seluruh belahan dunia dan menciptakan
berbagai perubahan mendasar dalam kehidupan. Perlahan namun pasti roda
kehidupan dimulai kembali setelah sempat tertahan sejenak. Berbagai
sek-tor mulai bangkit, dan berupaya menyesuaikan dengan tatanan-tatanan baru.
Tantangan hidup selanjutnya adalah bagaimana kembali bisa menjalani hidup
dengan berbagai perubahan yang akan menyertai.
Pandemi ini membuat kita memusatkan perhatian pada kondisi fisik,
na-mun perlahan-lahan kita kemudian memahami bahwa kondisi kejiwaan pun
perlu diperhatikan agar kemudian kita mampu beradaptasi dengan segala
pe-rubahan. Seyogianya kemudian kita paham bahwa kondisi sehat tidak hanya
bermakna sehat secara fisik, namun juga secara mental atau jiwa.
Selaku Pimpinan Universitas Syiah Kuala, kami menyambut gembira
dan mendukung inisiatif yang dilakukan oleh editor dan penulis serta didukung
oleh Syiah Kuala University Press menerbitkan Buku Seri Kesehatan Mental
Indonesia, dengan judul Kesehatan Mental di Indonesia Saat Pandemi.
Kolaborasi ini sangat berguna bagi pengembangan Universitas Syiah Kuala
dalam menumbuhkan atmosfir akademik baik internal kami maupun sesama
dunia pendidikan Indonesia.
Karena dihasilkan dari kolaborasi, buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Dimulai dengan sudut pandang berbagai budaya dalam memahami hadirnya
pandemi Covid-19, berbagai teori psikologi yang dapat menjelaskan aneka
ragam perilaku yang muncul, metode ataupun protokol yang dapat digunakan
dalam intervensi kesehatan mental, hingga evaluasi kebijakan pemerintah
terkait kesehatan mental yang diterbitkan pada masa pandemi.
Berbagai topik dalam buku ini mewakili variasi individu ataupun
kelom-pok yang kita temui sehari-hari, isu-isu yang kemudian menjadi kekhawatiran
dibahas dengan bahasa sederhana. Membaca buku ini membuat kita
sema-kin memahami keunikan-keunikan yang dibawa oleh setiap individu dalam
mewarnai masyarakat kita. Oleh karena itu selayaknya setiap kebijakan
atau-pun intervensi yang kita berikan kepada masyarakat mengakar pada keunikan
tersebut.
Saya selaku Rektor Universitas Syiah Kuala menghaturkan terima kasih
kepada seluruh penulis yang telah berkenan berbagi sudut pandangnya
melalui buku ini, dan Tim Editor yang telah berkenan mengawal perjalanan
buku ini.
Terima kasih untuk telah mengambil peran pada masa-masa sulit ini.
Demi mental yang sehat, langkah kecil ini akan sangat berarti. Terima kasih.
Darussalam, 21 Oktober 2020
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI ix
Abilaras Cikarani
Universitas Gunadarma
Agnes Bellisa Grace Sihombing
Universitas Negeri Jakarta
Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Anggun Fitriana
Universitas Gunadarma
Arief Lukman
Universitas Negeri Jakarta
Arri Handayani
Universitas PGRI Semarang
Astri Nur Kusumastuti
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Ayu Kurnia S
Magister Psikologi, Universitas Diponegoro
Cut Fauziah Itqoniah
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cut Rizka Aliana
Fakultas Psikologi, UIN Ar-Raniry
Dahlia
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Dewi Nur Ningtyas
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Dearisa Heditama
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Dian Lestari Anakaka
Program Studi Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana
Dian Veronika Sakti Kaloeti
Pusat Pengembangan Keluarga, Universitas Diponegoro
Dinda Anisa
Dyah Ayu Mutiara Pomala Febri
Universitas Negeri Jakarta
Eka Dian Aprilia
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Endang Fourianalistyawati
Fakultas Psikologi, Universitas Yarsi
Fairuziana Humam Hamid
Universitas Syiah Kuala
Farah Perwitasari
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Kemendikbud RI
Farah Salisa
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Fatmawati
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, UIN Ar-Raniry Aceh
Fendi Suhariadi
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
Fitria Rahmi
STKIP PGRI Sumatera Barat
Haiyun Nisa
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unsyiah
Hendro Prabowo
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Henny Regina Salve
Universitas Gunadarma
Herdiyan Maulana
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta
Idei Khurnia Swasti
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Ignasia Epifani
Magister Psikologi, Universitas Diponegoro
Imadduddin
UIN Antasari Banjarmasin
Irma Auliah
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI xi
Karjuniwati
Fakultas Psikologi, UIN Ar-Raniry
Kartika Sari
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Khatijatussalihah
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Kholifah Umi Sholihah
Magister Psikologi, Universitas Diponegoro
Lely Safrina
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Mariana Dinah Charlota Lerik
Program Studi Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana
Marty Mawarpury
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Maya Khairani
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Melok Roro Kinanti
Fakultas Psikologi, Universitas YARSI
Muhammad Taufik
Program Studi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
Netrona Emran
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Nicholas Indra Nurpatria
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Nurbaiti Astuti
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Kemendikbud RI
Nurlintang Putri Ayuning Rizal
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Rila Rahma Mulyani
STKIP PGRI Sumatera Barat
Rini Sugiarti
Risana Rachmatan
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Sang Putu Adi Sanjaya
BPBD Provinsi Bali
Sarah Hafiza
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Septian Dwi Cahyo
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Balitbang Kemdikbud
Suci Dwi Febriyani
Universitas Negeri Jakarta
Suryo Atmojo
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Kemendikbud RI
Tazkiya Nabila
Magister Psikologi, Universitas Diponegoro
Wahyu Nurhayati
Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Kemendikbud RI
Wenny Aidina
Ritz Konsultan
Yeni Fitriani
Sampoerna Academy Medan
Yohanes Heri Widodo
Universitas Sanata Dharma
Yufi Adriani
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yulia Hairina
UIN Antasari Banjarmasin
Zarina Akbar
Universitas Negeri Jakarta
Zaujatul Amna
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI xiii
“Kalau kita bersuka cita, gembira, itu akan jadi support, makanya saya
hanya istirahat, olahraga, bernyanyi dan berdoa”
(Turyono, penyitas Covid-19).
Ketika buku ini disusun, masyarakat Indonesia sudah menjalani genap
delapan bulan masa pandemi Covid-19. Selama itu pula nyaris setiap aspek
kehidupan kita berubah dengan satu tujuan, yaitu “survive” dari wabah virus
mematikan ini. Selama vaksin dan obat belum tersedia, jelas bahwa
duku-ngan sosial, mawas diri, dan sederet karakteristik personal kitalah yang turut
menentukan apakah kita bisa melewati wabah ini dengan baik. Bila dirunut
ke belakang, peran terbesar terjadinya wabah ini adalah perilaku manusia
(human behavior). Mulai dari ketidakterusterangan ketika memeriksakan diri
ke rumah sakit, menganggap sepele mencuci tangan, tidak disiplin
menggu-nakan masker, bercengkrama ria tanpa memperdulikan jarak sosial, hingga
tidak mengindahkan pesan para tenaga kesehatan dan pemerintah. Mulai
dari persoalan mikro menjaga kebiasaan tersebut diatas hingga persoalan
sosial makro seperti diskriminasi sosial terhadap penyitas Covid-19 dan kelu-
arganya.
Hal terpenting dari semua itu adalah setiap perilaku dan sikap tersebut
didorong oleh mekanisme psikologis dasar manusia (kognisi, emosi, dan
peri-laku). Skema kognitif kita yang menuntun apakah kita memilih percaya
bah-wa Covid-19 itu nyata, emosi kita yang membantu kita untuk lebih berempati
pada sesama yang terdampak pandemi, dan perilaku kita yang
membimb-ing apakah kita memilih untuk selamat dan berhati-hati. Semua mekanisme
psikologis tersebut tidaklah lahir dari proses otomatis, melainkan muncul
se-bagai produk interaksi dan belajar sosial. Sese-bagai konsekuensinya, kondisi
pandemi membawa dampak psikologis yang besar terhadap berbagai aspek
kehidupan kita sehari-hari. Dinamika pikiran, emosional, dan perilaku selama
menjalani masa karantina sosial terus berubah dan nyaris sulit untuk
dipredik-si.
Terjadinya perubahan dalam kehidupan sosial dan personal mempe-
ngaruhi bagaimana kita memandang kesehatan mental baik secara personal
maupun sosial (keluarga, masyarakat, tempat kerja, sekolah). Situasi
pan-demi mendorong para ahli dan praktisi psikologi untuk ikut urun rembuk
ter-hadap persoalan Covid-19. Beberapa penelitian telah dilakukan dan
mem-berikan hasil menarik tentang bagaimana masyarakat menghadapi pandemi.
Namun demikian, belum banyak yang mengkajinya berdasarkan sudut
pan-dang sosial-budaya masyarakat Indonesia. Konteks sosial dan budaya
Indo-nesia menawarkan pengetahuan dan perspektif kearifan lokal yang menarik
tentang bagaimana manusia menghadapi kondisi demikian.
Dalam buku ini tidak hanya disajikan beragam perspektif dan kajian
umum teori psikologi dalam situasi pandemi, namun juga menghadirkan
nuansa dan konteks sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang begitu
beragam yang turut serta membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia
pada masa pandemi ini. Buku ini terdiri dari lima bagian yang setiap bagian
nya menjelaskan dinamika kesehatan mental masyarakat dan individu dalam
situasi pandemi. Pada bagian pertama, disajikan gambaran umum dampak
psikologis pandemi terhadap individu dan masyarakat. Bagian ini
memberi-kan varian perspektif psikososial, kepribadian, emosi, hingga spiritual yang
menjelaskan sikap dan perilaku individu selama pandemi. Pada bab
perta-ma penulis menjelaskan tentang bahaya dari perilaku duduk atau berbaring
dalam waktu tertentu selama masa pandemi terhadap fisik dan mental,
ser-ta pentingnya bergerak sebagai penyeimbang. Pada bab kedua penulis me-
nyampaikan gambaran stres pada remaja akibat Covid-19 beserta langkah
pengendaliannya. Pembahasan mengenai gangguan penyesuaian secara
klinis serta strategi menghadapinya dijelaskan lebih lanjut pada bab tiga.
Penulis bab empat dan lima menambahkan penjelasan mengenai cara
untuk mengendalikan dan mengalihkan emosi dalam menghadapi situasi
pandemi Covid-19, atau dikenal juga dengan istilah regulasi emosi.
Baha-san regulasi emosi ini semakin menarik untuk diterapkan dengan
menam-bahkan rasa syukur, yang dibahas penulis pada bab enam secara
kompre-hensif. Pembaca tidak hanya disuguhi dengan penjelasan mengenai manfaat
dan pentingnya bersyukur saat menghadapi pandemi, namun juga disajikan
teknik bersyukur yang bisa diterapkan sehari-hari.
Bab tujuh membahas mengenai manfaat ketahanan pasangan beserta
konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam meningkatkan ketahanan pa-
sangan, yang sangat berguna dalam menghadapi masa pandemi. Bagian
pertama ditutup dengan bab delapan yang menekankan pada pentingnya
dukungan psikososial dan menjaga kesehatan mental di masa pandemi. Bab
ini menjadi jembatan menuju bagian kedua yang pembahasannya tidak
ha-nya berfokus pada individu namun juga mencakup peran serta komunitas
yang lebih luas.
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI xv
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal membantu individu dalam mencapai
kesejahteraan psikologisnya di masa pandemi. Bagian ini dibuka dengan
pembahasan psikologi budaya masyarakat Indonesia dalam menghadapi
pandemi di bab sembilan. Pada bab ini dijelaskan tentang pentingnya bertahan
hidup dengan menggunakan koping, dengan penekanan pada koping kolektif
yang dijalankan oleh masyarakat di Indonesia. Pembahasan berikutnya
banyak diberikan contoh mengenai penanganan kesehatan mental selama
masa pandemi pada komunitas yang lebih spesifik, dengan menekankan
kearifan lokal. Pembahasan mengenai jenis koping lainnya, yaitu koping
religius, diterapkan oleh komunitas yang lebih spesifik, dibahas pada bab 10,
yaitu pada masyarakat Aceh. Pembahasan mengenai koping religius pada
bab ini selaras dengan adat budaya Aceh yang berlandaskan pada agama
Islam.
Selain itu, pada bab 11 dijelaskan mengenai penanganan Covid-19
pada masyarakat di Bali yang secara aktif melibatkan masyarakat adat Bali.
Pendekatan yang menggunakan kearifan lokal dalam tradisi Hindu Bali ini
juga menarik untuk disimak lebih lanjut dalam masa pandemi mengingat Bali
merupakan salah satu tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Selanjutnya juga
dibahas mengenai program Jogo Tonggo yang diterapkan pada masyarakat
di Jawa Tengah pada bab 12. Program ini menguatkan kebiasaan guyub
yang ada di masyarakat Jawa. Topik mengenai ketahanan dan koping
pada masyarakat ini kembali dibahas dengan penambahan topik mengenai
spiritualitas pada bab 13. Bagian dua ini ditutup dengan pembahasan yang
lebih komprehensif mengenai ketahanan atau daya lenting pada keluarga
melalui rutinitas dan ritual pada bab 14.
Pada bagian ketiga, diketengahkan gambaran dinamika psikologis
masyarakat dan individu yang harus terus beraktivitas di tengah wabah ini.
Bagian ini sangat menarik karena berhasil memotret bagaimana
konsep-konsep dasar psikologis bekerja melalui fragmen-fragmen cerita yang sangat
dekat dengan kehidupan keseharian kita selama masa pandemi berlangsung.
Bab 15 membuka pembahasan pada bagian ketiga ini tentang masalah
kesehatan mental di kalangan dokter, khususnya mengenai kecemasan
terkait kondisi kesehatan. Selanjutnya bab 16 membahas mengenai dampak
pandemi pada aparatur sipil negara (ASN) serta strategi koping yang berfokus
pada masalah, yang dominan digunakan dalam menyikapi perubahan ritme
kerja selama masa pandemi. Pada bab 17 lebih spesifik membahas mengenai
strategi koping untuk pekerja yang bekerja dari rumah dan menekankan
pada pentingnya memilih strategi koping yang tepat. Bab 18 menambahkan
pembahasan mengenai fenomena bekerja dari rumah dan strategi koping
pada ibu bekerja selama masa pandemi. Pembahasan ini dilengkapi oleh
bab 19 yang membahas tentang makna kerja baru pada ibu bekerja selama
masa pandemi. Kalangan pekerja yang terdampak lainnya adalah para
pengajar, yang memerlukan penyesuaian proses pembelajaran jarak jauh
selama masa pandemi Covid-19. Pembahasan mengenai para pengajar ini
dijelaskan pada bab 20 dan 21. Kedua bab ini saling melengkapi menjelaskan
mengenai kesejahteraan pada pengajar serta strategi koping yang dilakukan.
Pentingnya memiliki perfomansi positif dijabarkan lebih lanjut pada bab 22
dan kemudian bab 23 menutup bagian tiga ini dengan menjabarkan tentang
kemampuan memaknai hidup, kasih sayang dan mengalir dalam menjalani
aktivitas dan bekerja selama masa pandemi Covid-19.
Pada bagian keempat dihadirkan bagaimana keberlangsungan
intervensi dan layanan kesehatan mental selama masa pandemi. Bagian
ini menawarkan potensi varian layanan kesehatan mental untuk membantu
individu dalam pandemi. Bagian keempat ini diawali dengan pembahasan
mengenai bentuk intervensi dan studi kesehatan mental sebagai dukungan
kesehatan jiwa dan psikososial di Indonesia selama masa pandemi pada bab
24. Pada bab 25 penulis membahas mengenai layanan daring kesehatan
mental di Indonesia dalam rangka menghadapi situasi pandemi. Layanan
ini merupakan jenis layanan yang relatif baru namun layak untuk dijadikan
alternatif dalam menghadapi situasi pandemi yang mengharuskan orang untuk
mengurangi interaksi secara langsung. Jenis intervensi lainnya dijelaskan
pada bab 26, berupa pendekatan berbasis kesadaran, yang berisi beberapa
teknik sederhana dan dapat dipraktekkan secara mandiri di rumah. Intervensi
berikutnya dibahas di bab 27, berfokus pada pengelolaan stres pada keluarga,
dilanjutkan dengan pembahasan mengenai koping religius pada lansia pada
bab 28 dan strategi mengembangkan keterampilan resiliensi pada bab 29.
Pada bagian akhir, pantauan makro psikologis terhadap beberapa
kebijakan dan fenomena sosial masyarakat di kala pandemi menutup
pembahasan dalam buku ini. Selanjutnya, pembahasan mengenai kebijakan
kesehatan mental pemerintah Indonesia selama masa pandemi Covid-19,
dan menekankan pada pentingnya membuat kebijakan baru untuk pelayanan
selama masa pandemi yang mencakup lebih luas hingga ke daerah dibahas
dalam bab 30. Bab 31 membahas tentang upaya menjaga kesehatan mental
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI xvii
yang membahas mengenai peningkatan volume informasi yang cukup cepat
atau dikenal dengan istilah infodemics.
Selamat membaca dan mendapat inspirasi!
TIM EDITOR
Dr. Marty Mawarpury, M.Psi., Psikolog
Herdiyan Maulana, M.Si., Ph.D
Maya Khairani, M.Psi., Psikolog
Endang Fourianalistyawati, M.Psi., Psikolog
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 1
DAMPAK PANDEMI PADA PERILAKU
Wenny Aidina
1dan Haiyun Nisa
2Psikolog Ritz Consultant, Banda Aceh1;
Pengajar Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala2
Email:
wenny.aidina@gmail.com1;
haiyunnisa@unsyiah.ac.id2
1. KONSEP TEORITIK SEDENTARY BEHAVIOR
a. Sedentary behavior
Sedentary berasal dari kata latin yaitu Sedere, yang bermakna duduk
atau menetap. Sedentary behavior sering juga disebut dengan istilah couch
potato. Sedentary behavior adalah perilaku individu yang aktivitas fisiknya di
bawah tingkat minimum, artinya aktivitas yang dilakukan tidak sesuai dengan karakteristik tingkat aktivitas fisik yang sesuai dengan kelompok usia, jenis kelamin dan variabel lainnya. Menurut penelitian Panahi dan Tremblay (2018), minimnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu dapat menyumbang 9% kematian dini di seluruh dunia. Menurut Aubert dkk. (2017), sedentary behavior didefinisikan sebagai sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan seluruh kegiatan berada di bawah kesadaran dengan pengeluaran energi ≤1,5
metabolic equivalents (MET) dalam posisi duduk atau juga berbaring. Hal ini
menunjukkan bahwa individu cenderung melakukan sesuatu dalam posisi duduk atau berbaring. Owen (2012) mendefinisikan sedentary behavior sebagai suatu kegiatan yang cenderung melakukan aktivitas duduk dan berbaring sehingga hanya mengeluarkan energi yang sedikit.
Sedentary behavior merupakan suatu kebiasan hidup/perilaku dengan
tingkat aktivitas fisik yang rendah dan minimal. Adapun makna batasan karakteristik adalah rata-rata aktivitas fisik yang harus dilakukan berdasarkan tahap perkembangan individu sesuai dengan jenis kelamin, usia, kapasitas fisik dan berbagai pilihan aktivitas fisik lainnya. Sedentary behavior merupakan
16 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
WENNY AIDINA
Anak tunggal keturunan asli Aceh yang lahir pada tang-gal 5 Agustus 1991. Sejak 11 tahun silam, ia menggeluti dunia Psikologi dengan masuk ke Program Studi Psi-kologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala. Keingintahuannya mengenai dunia Psikologi terutama di bidang anak dan keluarga terus membangkitkan se-mangatnya untuk menyelesaikan pendidikan Magister Profesi Klinis Anak di Universitas Indonesia. Saat ini, ia bekerja sebagai Koordinator Konselor Online yang berada di seluruh Indonesia di bawah naungan perusa-haan Start Up bernama KALM. KALM membantu penu-lis untuk rajin mengulik isu-isu dan artikel mengenai kesehatan mental di Indonesia. Tulisan-tulisannya cuk-up banyak di muat di beberapa media online. Selain itu, ia juga aktif menjadi pengembang biro dan berpraktek sebagai psikolog di Ritz Consultant, Banda Aceh.
HAIYUN NISA
Menempuh pendidikan Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dan melanjutkan Program Magister Psikologi Profesi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saat ini berprofesi sebagai staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universi-tas Syiah Kuala Banda Aceh. Selain sebagai Staf Pen-gajar, saat ini juga berkecimpung di Lembaga Konsultan Psikologi Ritz Konsultant yang bergerak memberikan layanan jasa psikologi. Pengalaman yang pernah dimi-liki adalah bekerja di rehabilitasi narkoba, di LSM dan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Aceh.
Yulia Hairina, Imadduddin
Program Studi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin
Jl. Ahmad Yani Km.3,5 Banjarmasin. Kalimantan Selatan
Email:
yhairina@uin-antasari.ac.id dan imadduddin@uin-antasari.ac.id
1. SEPUTAR COVID-19
Menjelang akhir tahun tepatnya bulan Desember 2019 lalu, kasus pneumonia atau radang paru-paru misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, tepatnya di Provinsi Hubei, Tiongkok. Penyebab penularan kasus ini pada awalnya masih belum diketahui pasti, namun menurut sumber kasus pertama dikaitkan dengan pasar hewan di Wuhan (Rothan & Byrareddy, 2020). Penularan virus ini meningkat pesat. Tidak sampai satu bulan virus ini kemudian menyebar cepat di berbagai provinsi di Tiongkok, bahkan sampai merambah ke beberapa negara di Asia antara lain Thailand, Jepang dan Korea Selatan (Huang dkk., 2020). Virus misterius ini pada tanggal 11 Februari 2020 secara resmi oleh WHO dinamakan sebagai Coronavirus Disease (Covid-19). Virus ini menginfeksi sistem pernafasan (World Health Organization, 2020) dan ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dan droplet
infection.
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang dapat diabaikan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam pasti akan mengira bahwa virus ini hanya sebatas influenza biasa, akan tetapi bagi ana-lisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Di tahun 2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mendunia dan hampir seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia. WHO sejak 11 Maret 2020 telah mengumumkan Covid-19 sebagai
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 27
YULIA HAIRINA
Lahir di Banjarmasin, 18 Maret 1984. Menempuh pen-didikan S 1 Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang (lulus 2006) dan Magister Profesi Psikolog di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (lulus 2010). Saat ini bekerja sebagai Dosen Tetap di UIN Antasari Banjarmasin, di Jurusan Psikologi Islam. Memiliki minat pada Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Psi-kologi Sosial dan PsiPsi-kologi Islam.
Publikasinya antara lain Penerapan Psikologi Islam dalam Praktik Profesi Psikolog Muslim (2020), Dina-mika Parenting Stres dan Strategi Koping pada Ibu Bekerja (2019), Kecanduan Internet dan Hubungann-ya dengan Religiusitas dan Kecerdasan pada Remaja (2019).Selain itu juga memiliki ketertarikan pada dunia menulis. Tulisan yang sudah publish antara lain “Sisi Kemanusiaan Media Sosial” dalam Buku Psikologi dan Teknologi Informasi dan “Psikologi dan Wabah Hoax” dalam Buku Psikologi dan Pendidikan dalam Konteks Kebangsaan”, Bisa di hubungi melalui email: yhairina@ uin-antasari.ac.id
IMADDUDDIN
Lahir di Banjarmasin, 25 September 1982. Menempuh pendidikan S1 Psikologi di Fakultas Psikologi, Univer-sitas Muhammadiyah Malang (lulus 2006) dan S2 Psi-kologi di Fakultas PsiPsi-kologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2008). Menjadi dosen di Jurusan Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Antasari, Banjarmasin. Aktif melakukan penelitian dalam bidang Psikologi Sosial, Psikologi Lintas Budaya, Psikologi Lingkungan dan HIV dan AIDS.
Aktif mengikuti pertemuan ilmiah nasional dan interna-sional. Dapat dihubungi melalui alamat rumah: Jl. Sul-tan Adam, Kompl. Madani No 27B, Rt 31, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Kalimantan Selatan; email imadduddin@uin-antasari.ac.id
Dahlia
Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi
Jl. Keumuneng II No. 11 Sektor Timur Baru, Darussalam, 081264001993
Email:
dahlia@unsyiah.ac.id
1. AWAL MULA PANDEMI
Pada Desember 2019, penyakit virus Corona 2019 (Covid-19) pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, Provinsi Hubei Cina dan dengan cepat menyebar ke bagian lain Cina. Sebagian besar negara di dunia telah melaporkan kasus yang terinfeksi Covid-19. Pada tanggal 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Covid-19 sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian masyarakat internasional (Mahase, 2020). Berdasarkan penyebaran cepat dan pertum-buhan jumlah negara yang melaporkan penularan Covid-19 oleh komunitas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi pada 11 Maret 2020 dengan lebih dari 100.000 kasus dilaporkan lebih dari 100 negara (WHO, 2020). Sampai tanggal 27 September 2020, secara global tercatat 32.730.945 kasus terkonfirmasi dengan angka kematian mencapai 991.224 kematian. Amerika menduduki urutan tertinggi negara dengan kasus konfir-masi tertinggi, dikuti Asia Tenggara, Eropa, Mideterania Timur, Afrika dan Pasifik Barat (WHO, 2020).
Di Indonesia, perkembangan kasus harian Covid-19 per tanggal 20 September 2020 menunjukkan kenaikan jumlah kasus dengan jumlah kasus aktif 57.796 (23,6%), penambahan kasus positif 3.989, jumlah kasus sembuh sebanyak 177.327 (72,5%) dan jumlah kasus meninggal 9.553 (3,9%). Khusus di Provinsi Aceh sendiri, terjadi kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 pada pekan terakhir sebanyak 11,9% dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Banda Aceh (1.245 kasus), Kabupaten Aceh Besar (8.440 kasus) dan Kabupaten Aceh selatan (162 kasus) (Satgas Covid-19, 2020).
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 37
DAHLIA
Dahlia, S.Psi, M.Sc lahir di Banda Aceh pada tanggal 17 Desember 1974. Dahlia memulai karier sebagai Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala pada tahun 2000. Pada tahun 2006 Dahlia mendapatkan
Fulbright Scholarship dan melanjutkan pendidikan mas-ter program di University of Arkansas, United States of
America dengan spesialisasi di bidang Clinical Mental
Health Counseling.
Dahlia menyelesaikan pendidikan master selama 2 tahun on campus dan satu tahun menjalankan
intern-ship di Mental Health Hospital di Arkansas. Setelah
menyelesaikan pendidkan master pada tahun 2009, Dahlia kembali ke Universitas Syiah Kuala dan dipindah tugaskan ke Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran untuk menjalankan tugasnya sebagai dosen. Hingga saat ini Dahlia sudah menerbitkan beberapa hasil penelitan da-lam beberapa jurnal dan juga book chapter pada tahun 2019 dengan judul Psychotherapy for Indonesians da-lam sebuah buku berjudul Intercultural Psychotherapy yang diterbitkan oleh Springers.
Zaujatul Amna, Sarah Hafiza
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Email:
sarahhafiza96@gmail.com
1. COVID-19 DAN REGULASI EMOSI
Era pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia di awal tahun 2020 hingga saat ini, belum ada kejelasan kapan akan berakhir, bahkan berbagai kurva survei menunjukkan terjadinya peningkatan kasus di setiap negara. Pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan secara fisik, perma-salahan bisnis, dan penurunan ekonomi, tetapi juga menimbulkan gejala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Individu juga menyadari bahwa jenis dan rentang tantangan cenderung berubah dan berkembang seiring dengan virus yang terus menyebar ke seluruh dunia yang berpotensi memiliki dampak dalam jangka waktu yang panjang pada masyarakat (Restubog, Ocampo, & Lu Wang, 2020).
Akibat dari era pandemi ini, masyarakat “diharuskan” untuk menerap-kan suatu “anjuran sekaligus peraturan” berupa pembatasan mengenai mengurangi/menghindari adanya aktivitas-aktivitas di luar rumah ataupun di tempat umum, seperti berkumpul atau bertemu satu dengan yang lainnya secara beramai-ramai, hal ini dilakukan agar dapat memutuskan sebaran virus Covid-19. Namun, peraturan tersebut menimbulkan dampak yang tidak menye-nangkan bagi individu yang menjalaninya, di antaranya stres, sedih, kecewa, cemas, dan respon/reaksi emosi lainnya yang dirasakan individu selama masa pandemi ini.
Emosi merupakan suatu konstruk psikologi yang sangat majemuk sehingga tidak terdapat satu pun definisi yang diterima secara universal. Goleman (2012) mendefinisikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis yang berkecenderungan untuk bertindak atau bereaksi. Dengan kata lain, emosi pada dasarnya
meru-KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 51
ZAUJATUL AMNA
Memulai karirnya dibidang psikologi dengan menjadi asisten dosen psikologi. Saat ini, ia bekerja sebagai salah satu pengajar sekaligus praktisi di Program Stu-di Psikologi FK Unsyiah. Selain menjaStu-di dosen, ia juga terlibat aktif menjadi pemateri dalam beberapa kegia-tan mulai dari kegiakegia-tan formal sesuai dengan bidang kepakarannya, maupun acara non formal. Selain itu, ia juga pernah mengikuti program fellowship pertu-karan staf pengajar di Oberlin College, Ohio, Amerika Serikat, serta beasiswa pelatihan tenaga psikologi da-lam bidang Pan Asia Risk Reduction yang merupakan kerjasama antar Amerika dan Philippina. Disisi lain, ia juga aktif sebagai penulis, hal ini terlihat dari beberapa artikel dan jurnal ilmiah yang dimuat di media cetak, maupun online, baik di kalangan lokal, nasional, mau-pun international. Segala sesuatu saran dan kritik untuk penyempurnaan tulisan ini, dapat disampaikan melalui amnazaujatul@unsyiah.ac.id.
SARAH HAFIZA
Lahir dan dibesarkan di Medan pada tanggal 4 Mei 1996. Salah satu lulusan cumlaude Psikologi Universitas Sy-iah Kuala tahun 2018, ia terbilang aktif terlibat dengan beberapa project penelitian dan juga menulis beberapa buku bersama dosen-dosennya di Psikologi Unsyiah. Kegiatan saat ini, ia terlibat aktif sebagai Asisten Psi-kolog di sebuah lembaga PsiPsi-kologi di Banda Aceh dan juga sedang mendalami minatnya di jenjang Pendidikan Master Profesi Psikologi Pendidikan. Sebagai seorang penulis, ia telah menerbitkan beberapa tulisan ilmiah dan juga sub buku di kancah lokal, nasional, maupun international. Kritik maupun saran sangat diharapkan guna peningkatan kualitas pribadi untuk tulisan-tulisan selanjutnya melalui Sarahhafiza96@gmail.com
Mariana Dinah Charlota Lerik, Dian Lestari Anakaka
Program Studi Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Nusa Cendana
Email:
Mdinah.lerik@staf.undana.ac.id, dian.anakaka@staf.undana.ac.id
1. SITUASI SOSIAL
Virus corona baru (SARS-CoV-2) muncul pada bulan Desember 2019 di Wuhan, Cina. Virus memicu epidemi sindrom pernapasan akut (Covid-19) pada manusia. Virus telah menyebar ke lebih dari 118.000 kasus dan menye-babkan 4.291 kematian di 114 negara dalam tiga bulan. Hal tersebut membuat Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan pandemi global. Pandemi telah menyebabkan munculnya kampanye kesehatan masyarakat global besar-besaran untuk memperlambat penyebaran virus, dengan meningkatkan perilaku mencuci tangan, mengurangi sentuhan wajah, memakai masker di tempat umum dan menjaga jarak fisik.
Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan terutama dalam mengatur interaksi sosial masyarakat untuk mencegah angka penyebaran virus semakin tinggi. Upaya pencegahan penyebaran virus mulai dari anjuran mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak fisik hingga kebijakan resmi seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Kebijakan dan anjuran pemerintah tersebut berdampak besar bagi kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 pasal 13 (Kemenkes RI, 2020) terimplikasi dalam beberapa situasi:
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja. Aktivitas pendidikan yang dilakukan langsung di ruang kelas digantikan dengan pembelajaran berbasis daring di rumah. Aktivitas di dalam suatu lingkungan pekerjaan diberlakukan
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 59
MARIANA DINAH CHARLOTA LERIK
Menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang Psikolo-gi dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2018. Aktif menjadi Dosen Universitas Nusa Cendana sejak tahun 2007. Aktif menulis dan mereview artikel untuk jurnal. Aktif menulis buku ajar dan book chapter yang diterbitkan oleh Undana Press. Aktif menulis book chap-ter yang dichap-terbitkan oleh Kampus Desa dengan judul Menalar Covid-19.
DIAN LESTARI ANAKAKA
Menyelesaikan studi Magister Profesi Psikolog Klinis di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Saat ini aktif sebagai Psikolog dan Dosen tetap pada Prodi Psi-kologi Universitas Nusa Cendana.
Maya Khairani
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Jln. Tgk. Tanoh Abee, Kopelma, Darussalam, Banda Aceh. 23111
Email:
khairani.maya@unsyiah.ac.id
1. FENOMENA COVID-19
Siapa yang tidak terkejut ketika rutinitasnya dihentikan mendadak? Segala aktivitas dibatasi, mulai dari belajar, bekerja, bahkan beribadah pun harus di rumah. Perubahan ini yang terjadi di sekitar kita ketika wabah Corona
Virus Disease, yang kemudian akrab disebut Covid-19, menyebar ke seluruh
dunia dan WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa pandemi melanda bumi ini. Bukan hanya segelintir orang yang mengalami perubahan, namun seluruh warga dunia dipaksa mengubah kebiasaannya. Manusia yang notabene makhluk sosial yang membutuhkan interaksi tatap muka dalam berkomunikasi, ternyata harus membatasi diri dalam berinteraksi sosial ketika pandemi berlangsung. Tak dipungkiri masa pandemi ini dianggap sebagai masa-masa yang menekan. Lalu isu kesehatan mental pun bermunculan, mulai dari gejala paling sederhana, seperti takut, merasa kehilangan, cemas, tertekan, hingga gejala gangguan mental yang cukup berat seperti panik, depresi, dan gejala-gejala gangguan obsesif-kompulsif (khususnya perilaku mencuci tangan).
1.1. Kondisi Psikologis Masyarakat saat Pandemi COVID-19
Sejak Maret 2020 rasanya seluruh masyarakat dunia tak luput dari
gempuran informasi terkait pandemi Covid-19, tak terkecuali masyarakat di Indonesia. Pemerintah Indonesia kemudian membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang bertugas untuk memberikan informasi terkini dan terpercaya terkait penyebaran Covid-19 di Indonesia melalui laman https://covid19.go.id/. Informasi seperti data sebaran Covid-19 di dunia, di Indonesia, hingga di setiap provinsi di Indonesia dapat diakses pada situs tersebut. Berbagai edukasi tentang penularan hingga adaptasi di kebiasaan
76 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
MAYA KHAIRANI
Ibu dua orang anak dan sulung dari tiga bersaudara ini semakin mengembangkan keterampilan menulisn-ya sejak menjadi Pengajar di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Saat pandemi Covid-19 terjadi menulis menjadi salah satu aktivitas yang dipilihnya untuk terus berbagi kepada orang lain. Hal ini semata demi meninggalkan warisan literasi kepada generasi berikutnya sekaligus mere-fleksikan pengalaman pribadi selama pandemi terjadi. Kerap diminta mengisi materi dengan tema syukur, ditambah dengan pengalaman menghadapi kejadian luar biasa yang menuntut penyesuaian di berbagai lini, akhirnya mendorong penulis mengangkat tema syukur yang kerap diucapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Penulis berharap tulisan sing-kat ini menjadi salah satu penyemangat bagi siapa saja yang membacanya, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Penulis dapat dihubungi melalui surel khairani.maya@unsyiah.ac.id.
Marty Mawarpury
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Tanoh Abee, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia
Email:
marty@unsyiah.ac.id
Sejak Covid-19 diumumkan sebagai pandemi oleh WHO, yang menjangkiti dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia, seketika kekacauan (chaos) terjadi. Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk melakukan physical/social distancing guna memutus rantai penyebaran coro-na. Covid-19 menuntut individu sebagai pribadi maupun bagian dari kelompok (baik dalam keluarga maupun masyarakat) menemukan solusi-solusi baru demi keselamatan keluarga dan bangsa. Modal sosial gotong-royong dan kesetiakawanan menjadi basis untuk bersama-sama beradaptasi dan tetap kuat menghadapi pandemi.
Berbagai kesulitan di masa pandemi memunculkan resiliensi, baik pada level individu maupun kelompok. Kemampuan ini secara natural dimiliki oleh setiap manusia untuk bertahan dan beradaptasi dalam situasi sulit, tidak terkecuali keluarga. Keluarga Indonesia dipaksa untuk menguatkan ketaha-nan dalam menghadapi dampak pandemi ini. Hal ini bisa dilihat dari dua sisi. Secara positif, misalnya, masa karantina mandiri secara tidak langsung memberikan waktu untuk lebih dekat dan mengenal secara mendalam antar-anggota keluarga, sedangkan secara negatif, masa-masa genting pandemi yang mengharuskan berada di rumah saja (stay at home) juga kerap memunculkan konflik, seperti peran pengasuhan, komunikasi pasangan, keseimbangan pekerjaan dan pendampingan anak sekolah, dll.
Sub ini membahas resiliensi, secara khusus dalam konteks relasi pasangan dalam menghadapi kesulitan maupun tantangan dalam masa pan-demi.
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 91
MARTY MAWARPURY
Lulus Sarjana Psikologi dari Univer¬sitas Islam Indone-sia, melanjutkan Magister Profesi Psikologi dan Doktor Ilmu Psikologi ia peroleh dari Fakultas Psikologi Univer-sitas Gadjah Mada. Sebagai psikolog klinis, Marty men-gawali karir di Crisis Center Fakultas Psikologi UGM yang bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM dan World Vision Australia, membangun sistem layanan kesehatan jiwa, termasuk sistem referal, di Yogyakarta dan Aceh pasca Tsunami.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini, menjadi dosen di Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Univer-sitas Syiah Kuala. Selain mengajar diawal karirnya se-bagai dosen, ia juga memberikan pelayanan kesehatan mental di Puskesmas kota Banda Aceh hingga tahun 2011. Aktif meneliti baik bersama mahasiswa maupun kolaborasi dengan kolega dalam bidang psikologi klinis. Salah satunya mendapat kesempatan riset kolaborasi (Inter-partnership university) bersama UGM dan Har-vard University untuk meningkatkan kesehatan mental di Indonesia. Buku ajar dan buku bunga rampai yang di-terbitkan bersama Unsyiah, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) wilayah Aceh, Kampus Desa, dan Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN) adalah beberapa publikasinya selain jurnal dan prosiding ilmiah.
Nicholas Indra Nurpatria
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta; Jalan Jenderal Sudirman Nomor 51 Jakarta 12930; Telepon: (021) 5703306; Faks: (021) 5708830
Email:
indra.nurpatria@atmajaya.ac.id
1. PANDEMI COVID-19 DAN PENANGANAN DI INDONESIA
Dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona. Gugus Tugas ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Kepala Badan Nasional Penang-gulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Monardo ditunjuk menjadi Ketua Pelak-sana Gugus Tugas tersebut (“Menaruh Harap Gugus Tugas Penanganan Covid-19”, 2020).
Dalam salah satu pernyataan resminya, Ketua Pelaksana maupun Kepala Staf Presiden menyatakan bahwa mayoritas permasalahan yang muncul dalam pandemi ini adalah masalah psikologis (Bayu, 2020). Hal ini juga ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa dampak pandemi ini bukan hanya mengenai kesehatan fisik saja, tetapi juga tentang kesehatan jiwa. Dampak ini tidak hanya dialami oleh ODP (Orang Dalam Pengawasan), PDP (Pasien Dalam Pemantauan) atau OTG (Orang Tanpa Gejala) dan keluarganya, tetapi juga oleh masyarakat umum (“Kemenkes: Wabah Corona Bisa Pengaruhi Kesehatan Jiwa Masyarakat)
Untuk mengatasi kondisi tersebut, di bulan April 2020, Kantor Staf Presiden (KSP) bersama dengan sejumlah pihak (Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak/ KPPA,
Kemen-112 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
NICHOLAS INDRA NURPATRIA
Lulus dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jakarta pada tahun 1998 dan mengambil Profesi Psikolog yang diselesaikannya pada tahun 2000. Banyak terlibat da-lam isu-isu penanggulangan bencana sejak tsunami Aceh di tahun 2004, khususnya dalam tema dukungan psikososial dan kesehatan mental, baik di tataran teo-retis maupun praktik di lapangan, termasuk dalam hal Dukungan Psikologis Awal atau PFA. Setelah lulus dari program S2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada tahun 2012, Indra, panggilan akrabnya, secara intensif mengembangkan keahlian dalam bidang per-ancangan program sampai implementasi dukungan psikososial dan kesehatan mental dalam situasi krisis, antara lain situasi bencana dan pandemi. Pengalaman-nya bekerja dengan sejumlah kementerian dan, lemba-ga, organisasi masyarakat sipil, organisasi non pemer-intah baik nasional maupun internasional, memberikan pemahaman yang utuh mengenai dukungan psikoso-sial dan kesehatan mental dari tingkat kebijakan sampai praktik di lapangan. Saat ini Indra masih menjadi salah satu penasihat strategis untuk Sub Klaster Dukungan Psikosososial Klaster Nasional Perlindungan dan Pen-gungsian di bawah koordinasi Kementerian Sosial Re-publik Indonesia. Yang bersangkutan juga adalah kan-didat doktor psikologi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dengan tema disertasi tentang persepsi risiko ben-cana.
BAGIAN 2
KESEHATAN MENTAL DAN KEARIFAN
LOKAL DALAM MENGHADAPI PANDEMI
114 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
Jl. Affandi, Santren, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Email:
heripsy@gmail.com
Badai Pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan berbagai tatanan kehidupan. Hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia saja namun juga di berbagai belahan dunia. Kondisi ini tentu saja menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat di hampir semua negara termasuk di Indonesia. Selain kesehatan, pandemi ini memberikan dampak di berbagi area lain seperti kehidupan sosial, ekonomi, dan juga pendidikan. Jika ini terus berlanjut, tentu akan timbul berbagai masalah psikologis dalam masyarakat kita. Hal ini memaksa hampir seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia ini untuk melakukan adaptasi terhadap pandemi ini untuk meminimalkan dampak yang dialami.
Adaptasi yang dilakukan di sini antara lain adalah adaptasi yang berhubungan dengan konteks psikologis dan sosial. Berbagai studi mengenai adaptasi dalam konteks ini seringkali dilepaskan dari konteks masyarakat yang merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya individu. Padahal berba-gai perilaku termasuk adaptasi yang dilakukan individu tidak akan bisa dilepas dari karakter khas yang dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Dapatkah masyarakat Indonesia melewati badai Pandemi Covid-19 tanpa menderita dampak yang fatal? Tujuan tulisan ini adalah mengeksplorasi dinamika masyarakat Indonesia khususnya saat mengalami tekanan akibat adanya suatu ancaman. Masyarakat Indonesia semenjak dahulu adalah masyarakat kolektif yang memiliki unsur komunal yang kuat. Karakter ini tentu saja akan memengaruhi cara bagaimana masyarakat Indonesia menghadapi ancaman termasuk Pandemi Covid-19 yang merupakan ancaman nyata pada saat ini. Koping Kolektif merupakan
RIWAYAT HIDUP
YOHANES HERI WIDODO
Lahir di Magelang, 10 Maret 1976. Menyelesaikan studi S1 di Unika Soegijapranata tahun 2000 kemudian men-jadi staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sa-nata Dharma Yogyakarta. Pada tahun 2007, menyele-saikan studi S2 pada Program Magister Profesi Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pada tahun 2019, menyelesaikan studi S3 pada Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Sepulang dari Studi Doktoralnya, kemudian menjadi staf pengajar di Program Studi Bimbingan dan Konsel-ing Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Minat utamanya, lewat tulisan dan pe-nelitian yang dilakukan saat ini, adalah bidang Psikologi Relasi Interpersonal dan Intergroup serta Psikologi Ag-ama dan Spiritual. Bisa dihubungi lewat email: herip-sy@gmail.com
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 129 Email:
karjuniwati@ar-raniry.ac.id,cut.aliana@ar-raniry.ac.id
1. POLA HIDUP MASYARAKAT ACEH
Serambi Mekah merupakan julukan yang sudah melekat erat dengan daerah Aceh. Secara geografis, Aceh terletak di kawasan terbarat Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Disamping itu, Aceh juga merupakan satu-satunya daerah yang menerapkan hukum syariat Islam dilu-ar hukum pidana dan perdata yang berlaku. Kentalnya nuansa Islam dilatdilu-ar- dilatar-belakangi oleh sejarah Aceh yang dahulu merupakan wilayah kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kesultanan Samudera Pasai. Bermula dari kesul-tanan Samudera Pasai inilah penyebaran islam di Indonesia mulai berkem-bang, sehingga Aceh menjadi kiblat bagi ilmu pengetahuan Islam di Indone-sia.
Sejak masa Kesultanan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Malikul Saleh pada abad ke 13, hukum Islam sudah berkembang baik di Aceh. Secara langsung implementasi syariat islam tersebut dikukuhkan melalui adat yang menjadi acuan perilaku kehidupan masyarakat Aceh secara menyeluruh. Maka tidak heran bila Aceh dianggap sebagai salah satu kawasan paling religius. Dengan kata lain, masyarakat Aceh bukan hanya sekedar memper-cayai Islam sebagai sebuah agama atau kepercayaan semata, melainkan juga sebagai wujud dari budaya dan identitas masyarakatnya yang sudah sangat mengakar (Raihan, 2008).
Azra (dalam rusydi, 2003) juga menjelaskan bahwa masyarakat Aceh, telah menjadikan agama islam sebagai pedoman (way of life) dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Pandangan hidup ini juga berperan dalam pemben-tukan pola hidup masyarkat Aceh sehari-hari. Way of life berupa ajaran islam
RIWAYAT HIDUP
KARJUNIWATI
Karjuniwati, S.H.I., S.Psi., M.Psi., Psikolog, biasa di-panggil Yuni, lahir di Sigli pada 19 Juni 1982. Saat ini berdomisili di Banda Aceh dan bertugas sebagai dosen di Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Penu-lis mengawali pendidikan di Madrasah Ibtidayah Negeri sampai Madrasah Aliyah di Banda Aceh, selanjutnya merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Pada tahun 2000, penulis menimba ilmu di Jurusan Muamalah UIN Sunan Kalijaga dan tahun 2001 mene-mpuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Selesai pendidikan strata satu, penulis mem-fokuskan minatnya di bidang Psikologi dan melanjutkan pendidikan di magister profesi dengan minat di bidang psikologi klinis di Universitas islam Indonesia. Pada tahun 2011, penulis kembali ke tanah Aceh dan men-gaplikasikan ilmunya sebagai staf pengajar di beberapa universitas, di antaranya Prodi Psikologi Fakultas Ke-dokteran Unsyiah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Ubudiyah Indonesia, dan Universitas Abuly-atama. Selain itu penulis juga psikolog di IPWL Kayyis Ahsana Aceh.
Penulis juga aktif pada beberapa organisasi di antara-nya, Pengurus HIMPSI Wilayah Aceh periode 2020-2024, Pengurus Ikatan Psikolog Klinis Wilayah Aceh periode 2020-2024, Pengurus Inspirasi Keluarga Anti Narkoba (IKAN) dan pengurus DPW BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) Aceh.
CUT RIZKA ALIANA
Cut Rizka Aliana, S.Psi., M.Si, biasa dipanggil Riska, lahir di Banda Aceh, 31 Oktober 1990. Saat ini bertugas sebagai staf pengajar di Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Pada tahun 2008, penulis menimba ilmu di Jurusan Psikologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Kemudian di Tahun 2014 melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Indonesia, pada peminatan kajian islam dan Psikologi. Selesai meraih gelar M. Si tahun 2016, penulis kembali
KESEHATAN MENTAL DI INDONESIA SAAT PANDEMI 151
Renon, Jalan D.I Panjaitan No.6, Panjer, Kec. Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali 80235, No. Telepon: (0361) 251177
2 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya No. 100, Pondokcina – Depok, No. Telepon: 021 -78881112
Email:
ndrahu@yahoo.com
Sebagai tujuan wisata utama Indonesia, Bali niscaya memiliki resiko lebih besar dibandingkan wilayah lain dalam penularan Covid-19. Hal ini diperkuat dengan kehadiran beberapa wisatawan dari Tiongkok sebelum pandemi menjadi mendunia. Sebaliknya, Bali dinilai oleh banyak kalangan justru bisa menekan penularan Covid-19 tanpa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Hal ini disebabkan karena keterlibatan masyarakat adat dalam menangani pandemi, yang dinamakan Satuan Tugas Gotong Royong Pencegahan Covid-19 berbasis Desa Adat Bali. Makalah ini mendeskripsikan upaya yang dilakukan masyarakat adat (Majelis Desa Adat) yang bekerja sama dengan pemerintah dalam menangani pandemi. Data diperoleh melalui pengamatan, kajian dokumen dan media. Hasilnya menujukkan adanya upaya sekala dan niskala sesuai dengan adat Bali. Upaya-upaya ini juga dipatuhi oleh masyarakat Hindu Bali terhadap pemimpin adatnya. Kepatuhan terhadap adat (customary obedience) inilah yang dapat dibahas secara psikologis.
1. BALI DAN COVID-19
Indonesia merupakan salah satu tingkat kematian akibat Covid-19 yang tertinggi di dunia, dengan 7,1% (sebelumnya mencapai 9,3%). Persentase pemulihan Indonesia berada pada kisaran 18,6%. DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling parah terkena dampak, dengan penderita positif Covid-19 terbanyak yaitu 14.437, sebanyak 1.980, dan 713 sembuh (data per 25 Juni 2020). Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi dan memuji suksesnya
RIWAYAT HIDUP
ARRI HANDAYANI
Dr. Arri Handayani, S.Psi., M.Si adalah dosen Bimbin-gan Konseling - Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang. Lahir di Semarang, 10 Oktober 1974. Saat ini juga mendapat amanah sebagai Kepala Pusat Kependudukan Perempuan dan Perlindungan Anak (PKPPA) - LPPM Universitas PGRI Semarang, Ketua Forum Keadilan dan Kesetaraan Gender (FKKG) Kota Semarang, Wakil Ketua Pengelola Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) “Ideal” Kota Semarang ser-ta pengurus Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indo-nesia (APSAI) Kota Semarang.
Mengajar mata kuliah Psikologi Anak, Psikologi Remaja dan BK Keluarga. Menyelesaikan S1 dan S2 di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, sedangkan S3 ditempuh di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain mengajar juga aktif dalam dalam kegiatan temu ilmiah, seminar maupun talk show tentang masalah keluarga ataupun
parenting, baik di sekolah, masyarakat maupun di
instansi yang terkait dengan keluarga dan kegiatan
parenting. Beberapa di antaranya adalah bersama Tim
Penggerak PKK Kota Semarang, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Kota Semarang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang, serta Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang.
Buku yang sudah diterbitkan berjudul “How to Raise
Great Family, Mengasuh Anak Penuh Kesadaran”. Saat
180 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
Suci Dwi Febriyani
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta; Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, 13220
Email:
zarina_akbar@unj.ac.id
1. PERMASALAHAN PSIKOLOGIS AKIBAT PANDEMI
COVID-19
Memasuki genap 80 hari semenjak pasien positif Covid-19 pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020. Covid-19 telah menjadi pandemi dan melanda seluruh dunia hingga dihadapkan dengan kondisi “new normal” untuk mene-rapkan pola hidup baru di masyarakat dengan anjuran berperilaku bersih dan sehat. Temuan dalam beberapa penelitian seperti pada kasus SARS (Lee, Wong, McAlonan, Cheung, Cheung, Sham, Chu, Wong, Tsang, & Chua, 2007), pada kasus ebola (Leary, Jalloh, & Neria, 2018) ataupun pada bencana alam gempa bumi (Toyabe, Shioiri, Kobayashi, Kuwabara, Koizumi, Endo, Ito, Honma, Fukushima, Someya, & Akazawa, 2007) menunjukkan bahwa indikasi distres psikologis akan tetap ada pada masyarakat meskipun stresor telah lama berakhir cukup menambah kekhawatiran atas peristiwa pandemi yang terjadi saat ini.
Pandemi sering ditandai oleh ketidakpastian dan kebingungan pada tahap awal pandemi, hal ini sangat mungkin terjadi karena terdapat ketidak-pastian yang meluas mengenai peluang dan keseriusan infeksi, bersamaan
RIWAYAT HIDUP
ZARINA AKBAR
Lahir di Surabaya pada tanggal 18 April 1983. Penu-lis menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tahun 2012 melanjutkan studi S3 di Education and
Re-habilitative Psychology, University of Leipzig, Jerman.
Penulis memiliki kesempatan mengikuti kegiatan-kegia-tan seminar internasional dan juga menerbitkan beber-apa tulisan akademik yang telah dipublikasikan di dalam negeri dan luar negeri antara lain di Belanda, Portugal, dan Jerman.
Beberapa karya tulis ilmiah yang telah diterbitkan antara lain buku psikologi lintas budaya, buku psikologi ben-cana (in prep), research in the social scientific study of
religion. Saat ini penulis menjadi salah satu staf
penga-jar di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta.
AGNES BELLISA G. SIHOMBING
Lahir di Medan pada tanggal 1 Agustus 1998 sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Saat ini Agnes sedang mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Pen-didikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta. Agnes memiliki keminatan terhadap topik psikologi perkem-bangan dan pendidikan. Agnes pernah melaksanakan Praktik Kerja Psikologi di Puskesmas Kecamatan Pan-coran sejak Juli 2019 sampai dengan September 2019.
ARIEF LUKMAN
Mahasiswa yang lahir di Jakarta pada tanggal 6 Juni 1997. Arief saat ini sedang mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Ja-karta dan memiliki keminatan terhadap topik psikologi sosial, politik dan forensik. Arief menghabiskan waktun-ya dengan mengikuti kegiatan sosial seperti sukarela-wan atau organisasi di masyarakat. Arief juga pernah menjadi tim pembawa bendera (color bearers) negara
Philippines dan mengiringi kedutaan besar Philippines
194 BUKU SERIKESEHATAN MENTAL DI INDONESIA
oleh diaspora Indonesia di Inggris. Arief juga memiliki visi untuk membangun startup berbasis psikologi dan teknologi di Indonesia.
DYAH AYU MUTIARA POMALA FEBRI
Lahir di Mojokerto pada tanggal 18 Februari 1998. Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan S1 di Fakul-tas Pendidikan Psikologi UniversiFakul-tas Negeri Jakarta dan memiliki ketertarikan dalam topik psikologi klinis, sosial dan pendidikan. Penulis memiliki pengalaman Praktik Kerja Psikologi (PKP) sebagai assistant trainer dalam
Unit Service Academy di Garuda Indonesia Training Center.
Penulis berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan sosial di masyarakat yang bergerak dalam bidang pen-didikan, kesehatan mental, serta pencegahan HIV dan AIDS. Penulis memiliki harapan untuk dapat mener-apkan ilmu psikologi dengan berbagai bidang di mas-yarakat dalam rangka membantu masmas-yarakat agar lebih memahami akan isu kesehatan mental sehingga dapat menghadapi tantangan-tantangan hidup dengan baik.
SUCI DWI FEBRIYANI
Lahir di Depok, 17 Februari 1998. Saat ini penulis se-dang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta. Penulis memi-liki ketertarikan dalam psikologi klinis dan pendidikan. Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja Psikolo-gi (PKP) di RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta sejak Juli sampai dengan September 2019. Selain itu, penulis senang melakukan aktivitas volunteer pada Non Gov-ernmental Organisation (NGO) yang bergerak dibidang pendidikan.
Penulis pernah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2018. Harapan penulis kedepannya dapat memberikan manfaat bagi orang lain disekitarnya terkait isu-isu kesehatan mental.
Melok Roro Kinanthi
Fakultas Psikologi Universitas YARSI; Jl. Letjen Soeprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 10510, telepon (021) 422-3138
Email:
melok.roro@yarsi.ac.id
Pandemi Covid-19 yang terjadi tahun 2020 menimbulkan peruba-han di berbagai sektor kehidupan, seperti kesehatan, ekonomi, relasi so-sial, pendidikan, dan gaya hidup. Berbagai perubahan tersebut mempe-ngaruhi seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia, termasuk keluarga. Keluarga harus menghadapi sejumlah situasi menantang yang harus dihadapi keluarga, yang bersifat tiba-tiba dan tidak diprediksikan sebe-lumnya. Kebijakan bekerja dan sekolah dari rumah, karantina atau isolasi mandiri, pemutusan hubungan kerja, perekonomian yang menurun, dan pembatasan interaksi sosial berdampak pada dinamika kehidupan kelu-arga. Berbagai situasi tersebut berpotensi membuat keluarga merasa tertekan dan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk menghadapi tantangan atau tekanan yang tersebut, keluarga harus mampu beradaptasi. Kemampuan keluarga beradaptasi saat mengalami situasi sulit akan menentukan keberfungsian dan kesejahteraan keluarga di masa depan (Finkelstein, 2016). Dalam ilmu psikologi, karakteristik keluarga untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri, bahkan memulihkan dirinya, dari situasi yang menekan, dikenal dengan istilah daya lenting keluarga.Daya lenting keluarga dibutuhkan bukan hanya untuk berjuang di masa pandemi namun juga untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan lainnya di kemudian hari. Memperkuat daya lenting keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis anggota keluarga (Li, Wang, Yin, Li, dan Li (2018), termasuk di masa pandemi.