• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Astri Lestari, Ending Khoerudin, Lucky Herliawan Y. A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Astri Lestari, Ending Khoerudin, Lucky Herliawan Y. A."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

*) Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS Universitas Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

Astri Lestari, Ending Khoerudin, Lucky Herliawan Y. A.

Abstraksi

Penguasaan kosakata berperan penting dalam mempelajari empat keterampilan berbahasa. Untuk menguasai kosakata diperlukan motivasi belajar yang kuat agar tingkat penguasaan kosakata dapat dicapai dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) gambaran motivasi belajar siswa; 2) penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa; 3) hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata; 4) kontribusi motivasi belajar siswa terhadap penguasaan kosakata. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Bandung dengan siswa kelas X, sedangkan sampel penelitian adalah siswa kelas X Akuntansi 3 sebanyak 35 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dari angket motivasi dan hasil tes penguasaan kosakata. Dalam penelitian ini digunakan metode analitis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (motivasi belajar) mempengaruhi variabel terikat (penguasaan kosakata). Selanjutnya analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara dua variabel yang diteliti. Dari hasil penghitungan koefesien korelasi diperoleh nilai sebesar 0,37. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa korelasi variabel X dan variabel Y tergolong pada kategori rendah. Hubungan variabel X dan variabel Y ditunjukkan melalui persamaan regresi Ŷ = 50,95 + 0,42X. Melalui penghitungan koefesien determinasi (kd), diperoleh harga sebesar 13,69%. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar siswa memberikan kontribusi terhadap penguasaan kosakata, yakni sebesar 13,69%. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada siswa untuk: 1) meningkatkan motivasi belajar antara lain dengan memiliki tujuan belajar bahasa Jerman untuk masa depannya dan memiliki kebutuhan untuk perkembangan dirinya; 2) meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman, siswa hendaknya mempunyai strategi dalam belajar antara lain dengan cara membuat “kamus” sendiri, membuat kartu kosakata, atau menggunakan media lagu atau film.

Kata kunci: motivasi belajar, penguasaan, kosakata

(2)

Dalam kehidupan sosial, manusia melakukan interaksi, kerja sama dan menjalin hubungan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam melakukan interaksi tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat untuk berinteraksi yaitu bahasa.

Di zaman yang sangat maju ini, perkembangan bahasa sangat pesat, terutama bahasa asing, termasuk bahasa Jerman. Di Indonesia, bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di sekolah. Dalam mempelajari bahasa Jerman, siswa diharapkan mampu menguasai keterampilan bahasa yang baik. Adapun keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat aspek yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan membaca (Lesefertigkeit), keterampilan menulis (Schreibfertigkeit).

Keterampilan berbahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan penguasaan kosakata, karena kosakata merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran bahasa Jerman, di samping komponen lainnya seperti Struktur dan Aussprache. Kosakata dapat menunjang keempat keterampilan berbahasa tersebut karena semakin kaya penguasaan kosakata siswa maka komunikasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tulisan akan menjadi lebih mudah. Oleh karena itu, agar semua aspek keterampilan dan kosakata dapat dikuasai dengan baik, maka proses pembelajaran bahasa Jerman yang dilakukan oleh siswa harus sungguh-sungguh dilaksanakan.

Untuk menguasai keterampilan berbahasa dan kosakata bukan merupakan hal yang mudah bagi siswa di sekolah. Hal ini seperti yang penulis amati pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMKN 3 Bandung. Ada berbagai macam kesulitan siswa dalam belajar bahasa Jerman, salah satunya dalam mempelajari kosakata, yaitu kesulitan menghafal nomina atau kata benda. Masih banyak faktor yang diduga menghambat siswa dalam mempelajari dan menguasai kosakata bahasa Jerman, di antaranya faktor-faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) yaitu keadaan kelas yang kurang kondusif, model pembelajaran yang kurang menarik, banyaknya jumlah mata pelajaran yang ada di sekolah, banyaknya

(3)

kosakata yang harus dipelajari. Selain itu, faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal) yaitu intelegensi, daya konsentrasi, siswa mudah lupa terhadap kosakata yang telah dipelajari, kurangnya minat dan motivasi dari siswa juga dapat menjadi faktor penghambat dalam menguasai kosakata.

Dari faktor-faktor tersebut, salah satu faktor yang diduga cukup berpengaruh dalam menentukan kualitas penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa adalah motivasi, karena suatu proses belajar akan menjadi maksimal dikarenakan adanya kekuatan yang mendorong siswa atau pembelajar. Motivasi sangat berperan penting dalam belajar, dengan motivasi siswa akan mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh, dan dengan motivasi itu pula kualitas penguasaan kosakata siswa dapat dicapai dengan baik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul:“Hubungan antara Motivasi Belajar dan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa, mengetahui tingkat penguasaan kosakata siswa, mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata siswa dan mengetahui kontribusi motivasi belajar dengan penguasaan kosakata siswa.

Pembahasan Teoretik

1. Pengertian Motivasi Belajar a. Hakikat Motivasi

Wegge (1993, dalam http://de.wikipedia.org/wiki/Motivation) berpendapat bahwa:

“Motiv ist angeborene psychophysische Dispositionen, die ihren Besitzer befähigen, bestimmte Gegenstände wahrzunehmen und durch die Wahrnemung eine emotionale Erregung zu erleben, daraufhin in bestimmter Weise zu handeln oder wenigsten den Impuls zur Handlung zu verspüren.”

(4)

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa ‘motif adalah suatu keadaan psikofisik yang dibawa sejak lahir yang menjadikan pemiliknya mampu menanggapi objek-objek tertentu, dan melalui persepsi sebuah rangsangan emosional, kemudian dapat melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya dapat merasakan suatu rangsangan untuk bertindak.’Pernyataan tersebut saling berkesinambungan dengan Wahrig (2006:1031):“Motivation ist Gesamtheit der Motive, die nicht unmittelbar aus äuβeren Reizen abgeleitet sind” Dikatakan bahwa ‘motivasi adalah keseluruhan dari motif-motif, yang tidak dapat langsung diperoleh dari rangsangan luar.’ Pernyataan yang sama dikemukakan Schiele & Schreyer (1994, dalam http://de.wikipedia.org/wiki/Motivation) “Motivation ist der Zustand des Motiviertseins und stellt die Gesamtheit aller in einer Handlung wirksamen Motive dar, die das Verhalten des Individuums aktivieren und regulieren.” Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa ‘motivasi adalah suatu keadaan yang mendeskripsikan keseluruhan motif dalam sebuah tindakan yang mengatur atau merangsang tingkah laku setiap individu.’Lebih jauh Mc. Donald, seperti yang dikutip oleh Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan atau energi psikologis yang ada dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya perasaan, emosi, rangsangan untuk melakukan suatu tindakan atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Oleh karena itu, seberapa besar kekuatan motivasi yang dimiliki seseorang akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

(5)

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar, belajar adalah suatu aktivitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Definisi lain yang dikemukakan Syah (2008:59) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dan kemampuan untuk berubah yang kemudian menjadikan manusia berkembang lebih jauh dari pada mahluk-mahluk lainnya. Ahli lain yaitu Cronbach (dalam http://socyberty.com/education/build-student-motivation) mengatakan bahwa belajar adalah ‘‘Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘belajar ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.’Selain itu Mc Goeh, seperti yang dikutip oleh Suryabrata (2004:231) menyatakan bahwa “Learning is a change in performance as a result of practice.” Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘belajar merupakan perubahan di dalam kinerja sebagai hasil dari praktek atau latihan.’Sementara itu, Witherington seperti yang dikutip oleh Saodih (2009:155) berpendapat bahwa “Belajar adalah perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.” Lebih jauh Crow, seperti yang dikutip oleh Saodih (2009:155) menyatakan bahwa “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.” Sedangkan Hilgard, seperti yang dikutip oleh Saodih (2009:155) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi.” Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan secara terus menerus oleh seseorang, dimana seseorang tersebut menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam kebiasaan, sikap, keterampilan dan pengetahuan.

(6)

c. Motivasi Belajar

Wegge (1993) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah

“Lernmotivation ist ein Sammelbegriff für emotionale und cognitive Prozesse, die dafür verantwörtlich sind, dass ein Lernender absichtlich etwas Neues lernt, um die von ihm antizipierten und mit dem Lernen mehr oder weniger direkt verknüften Folgen erreichen oder verhindern zu können.”

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa ‘motivasi belajar adalah istilah yang merupakan suatu kumpulan proses emosional dan kognitif yang bertanggung jawab terhadap suatu hal yang menyebabkan seorang pembelajar mempelajari sesuatu yang baru, untuk dapat mencapai atau mengantisipasi akibat-akibat yang dihindarinya, dan terkait baik secara langsung atau tidak langsung dengan belajar.’ Definsi lain mengenai motivasi belajar dikemukakan oleh Schiefele & Köller (2006), yaitu “Der Wunsch oder die Absicht, bestimmte Inhalte oder Fertigkeiten zu lernen bzw. Bestimmte Aufgaben auszuführen.” Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa ‘motivasi belajar adalah keinginan atau niat untuk belajar sesuatu atau keterampilan tertentu atau dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu.’Selain itu, Sardiman (2000:75) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tercapai. Lebih jauh Syamsuddin (2003:40) menyatakan bahwa motivasi belajar seseorang dapat dilihat dari indikator sebagai berikut; (a) Frekuensi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada sering tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Orang yang motivasi belajarnya tinggi akan ditandai oleh seiring tidaknya kegiatan belajar dilakukan; (b) Durasi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada beberapa lama suatu kegiatan belajar dilakukan. Semakin lama seseorang melakukan kegiatan belajar, maka semakin kuat motivasi belajarnya; (c) Persistensi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada ketepatan dan kelekatan kegiatan belajar dilakukan. Ini artinya apa yang orang pelajari sesuai dengan tuntutan kurikulum atau pembelajaran

(7)

yang diselenggarakan oleh pengajar. Dengan kata lain orang mempelajari yang seharusnya dipelajari; (d) Devosi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada pengorbanan yang dilakukan oleh individu dalam belajar. Misalnya ia sanggup mengorbankan waktu luangnya untuk belajar atau mengeluarkan uang hanya untuk membeli buku pelajaran, dan lain-lain; (e) Kemampuan menghadapi rintangan dan kesulitan dalam kegiatan belajar. Aspek ini mengacu kepada sejauh mana ia sanggup menghadapi dan menyelesaikan tantangan, hambatan, dan rintangan dalam suatu pembelajaran. Misalnya ia sanggup mencari buku sumber selain di perpustakaan sekolah; (f) Tingkat aspirasi dalam kegiatan sekolah. Aspek ini mengacu kepada seberapa kuat dorongan belajarnya terutama dalam rangka pencapaian cita-cita belajar. Oleh karena itu, dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dari dalam diri maupun dari luar seseorang yang menimbulkan serangkaian usaha dalam belajar sesuatu hal yang baru untuk menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh seseorang itu dapat tercapai dengan optimal.

d. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Syamsuddin (2003:37) motivasi timbul dan tumbuh dengan jalan: a) dari dalam diri itu sendiri (intrinsik) dan b) datang dari lingkungan (ekstrinsik).Hal senada juga dinyatakan oleh Djamarah (2002:115) bahwa motivasi berasal dari diri pribadi seseorang yang disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ekstrinsik.

Motivasi Intrinsik

Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Petermann dan Petermann (2006:58) menyatakan bahwa “Intrinsische Motivation beruht auf der Freude an der Tätigkeiten selbst. Aber auch auf dem positive Gefühl der Autonomie, wenn das Ziel der eigenen bemühungen selbst bestimmt werden kann”. Kutipan tersebut dapat

(8)

diartikan bahwa ‘motivasi intrinsik berkaitan dengan kesenangan untuk melakukan kegiatan itu sendiri, tetapi juga berkaitan dengan perasaan positif dari otonomi, jika tujuan dari usaha-usaha yang dilakukan, maka tujuan itu akan dapat dicapai dengan sendirinya’.Selain itu, Deci & Ryan (1983, dalam www.ph-heidelberg.de/wp/konrad/pdf) menyatakan bahwa motivasi intrinsik: “besteht dann, wenn eine Person eine Handlung um ihrer selbst Willen ausführt”. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘Jika seseorang melakukan suatu tindakan atas kemauan sendiri’. Lebih jauh Djamarah (2002:115) mengemukakan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Hal senada dikemukakan oleh Natawidjaja (1993:66) bahwa “motivasi intrinsik adalah perilaku yang muncul tanpa dipengaruhi dan tanpa perlu ada ganjaran atas perbuatannya, dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukan sesuatu.” Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang tanpa perlu dipengaruhi dan sangat berhubungan erat dengan kebutuhan yang berkaitan dengan objeknya sendiri.

Motivasi Ekstrinsik

Petermann dan Petermann (2006:58) selanjutnya menyatakan bahwa

“Extrinsische Motivation hängt dagegen von äuβeren Verstärkungen ab (z.B Belohnung oder Bestrafung durch andere Person). Von extrinsische Motivation spricht man auch dann, wenn ein verhalten nicht durch Freude an der Tätigkeit selbst motiviert ist, sondern durch angenehme Nebeneffekte, die mit dem Verhalten verbunden sind z.B sozialer Kontakt durch das Zusammensein mit Gleichaltrigen beim Lernen einer Gruppe).”

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa ‘motivasi ekstrinsik tergantung terhadap penguatan dari luar (contohnya; hadiah atau hukuman dari orang lain). Motivasi ektrinsik juga terjadi jika sebuah perilaku tidak dimotivasi oleh kegiatan yang menyenangkan diri, melainkan dipengaruhi oleh efek samping yang terkait dengan tingkah laku tersebut (misalnya; kontak sosial melalui kebersamaan dengan

(9)

teman sebaya pada saat belajar kelompok)’. Selain itu, Deci & Ryan (1983, dalam www.ph-heidelberg.de/wp/konrad/pdf) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik: “Motivation, um positive Konsequenzen herbeizuführen oder negative Folgen zu Vermeiden”. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘Motivasi yang menimbulkan konsekuensi positif atau menghindari akibat negatif ’. Sementara itu, Djamarah (2002:117) mengemukakan bahwa motivasi ektrinsik adalah motif-motif aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Hal senada dikemukakan oleh Hamalik (20003:204) bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, pertentangan dan persaingan yang bersifat negatif adalah sarkasme, ejekan dan hukuman. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah suatu perilaku untuk melakukan suatu tindakan yang dikarenakan adanya rangsangan dari luar. Jadi, motivasi ekstrinsik ini muncul jika ada rangsangan dari luar terlebh dahulu, sehingga seseorang mau untuk melakukan suatu tindakan tersebut.

e. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Sardiman (2000:85) menyatakan tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

a. Mendorong setiap individu untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Maksudnya motivasi berperan sebagai daya penggerak yang melepaskan energi pada setiap individu dari kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukannya. b. Menentukan arah perbuatan, memberikan arahan dari kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.

c. Menyeleksi perbuatan, menentukan seseorang untuk memilih perbuatan mana yang harus dikerjakan, yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan meniadakan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selain itu, Natawidjaja dan Moesa (1993:60) mengemukakan pendapat tentang fungsi motivasi belajar yaitu:

a. Motivasi menentukan penguat belajar b. Motivasi memperjelas tujuan belajar

(10)

c. Motivasi menentukan ragam kendali rangsangan belajar d. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kelancaran dan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Jika seseorang sangat bersungguh-sungguh dan disiplin dalam belajar dan diiringi dengan motivasi belajar yang baik, maka hasil yang diperoleh akan baik. Dengan kata lain tanpa motivasi belajar seseorang tidak akan mampu melakukan apa-apa, yang berarti tidak akan ada suatu perubahan jika tidak ada usaha yang digerakkan oleh motivasi.

f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Woodworth dan Marquis, seperti yang dikutip oleh Syamsuddin (2003:225) menjelaskan beberapa teknik meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain:

1. Menghindari saran dan pernyataan yang negatif yang dapat melemahkan kegiatan belajar.

2. Menciptakan situasi kompetitif antar siswa secara sehat.

3. Mengembangkan sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan khusus yang mudah dijangkau secara bertahap.

4. Memberikan dorongan untuk self competition dengan memberikan informasi tentang hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu atau dari bidang studi ke bidang studi lainnya.

5. Memberikan kesempatan kepada individu atau kelompok untuk memberikan aspirasinya secara rasional.

6. Memberikan ganjaran yang tulus dan wajar berupa ucapan dan pujian.

7. Melaksanakan sanksi dan hukuman atas kelalaian dengan bijaksana, adil dan berwibawa.

8. Menunjukkan manfaat dari pelajaran bagi kepentingan siswa yang bersangkutan pada saat ini dan nanti.

(11)

Hal senada juga yang diungkapkan oleh Sardiman (2000:92-94), ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu: memberi angka, hadiah, kompetensi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian dan hukuman. Dari beberapa cara tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini merupakan nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang ingin mendapat angka atau nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai laporan pendidikan yang baik. Nilai-nilai yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar agar mencapai hasil yang diinginkan.

2. Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, karena siswa akan tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah.

3. Kompetisi

Adanya persaingan, baik secara individu maupun kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Dalam persaingan, para siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik.

4. Ego-involvement (keterlibatan diri)

Menumbuhkan kesadaran kepada tiap siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga siswa bekerja keras dalam proses belajar.

5. Memberi ulangan

Dengan mengetahui akan diadakan ulangan, para siswa akan giat belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ulangan.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil belajar, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apabila hasil belajar itu tidak memuaskan, siswa pasti akan berusaha

(12)

memperbaikinya, dan apabila mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk meningkatkannya.

7. Pujian

Pujian kepada siswa terhadap hasil atau tugasnya yang baik merupakan cara meningkatkan motivasi belajar siswa. Pujian tersebut disamping menyenangkan hati siswa sekaligus akan meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut.

8. Hukuman

Sebuah hukuman terhadap siswa jika diberikan secara tepat dan bijaksana, dapat menjadi alat motivasi belajar siswa.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan terdapat banyak cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, sebagai pendidik guru merupakan peran penting dalam rangka upaya meningkatkan motivasi belajar, maka guru harus dapat memilih poin-poin apa saja yang harus diberikan kepada siswa guna meningkatkan motivasi belajar.

2. Pengertian Penguasaan Kosakata a. Hakikat Kosakata

Soedjito (2011:3) menyatakan bahwa “kosakata adalah pembendaharaan atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa.” Istilah tersebut tidak jauh berbeda dari yang dikemukakan oleh Heyd (1990: 91) bahwa “der Wortschatz umfaβt die Gesamheit der Wörter einer Sprache.” Kutipan tersebut dapat diartikan ‘kosakata merupakan kesatuan kata atau kumpulan kata-kata dari suatu bahasa.’ Hal senada terdapat juga di dalam kamus Wahrig (2006: 1673) yang mendefinisikan kosakata sebagai berikut : 1) Gesamheit der Wörter (einer Sprache); 2) Gesamheit der Wörter, die jmd. anwenden kann. Kutipan di atas dapat diartikan kosakata adalah sebagai berikut : 1) Keseluruhan kata dari suatu bahasa; 2) Keseluruhan kata yang digunakan oleh seseorang.

(13)

Pendapat senada juga dikemukakan dalam Duden (2006: 1948) bahwa

“Wortschatz ist 1) Gesamtheit der Wörter einer Sprache: Lexik; der Deutsche Wortschatz, 2) Gesamtheit der Wörter, über die einzelner verfügt.Aktiver (vom Sprecher, Schreiber tatsӓchlich verwendeter), Passive (vom Hӧrer, Leser, verstandener aber nicht selbst verwendeter).”

Definisi di atas yaitu ‘kosakata adalah 1) keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa, 2) keseluruhan kata yang dimiliki penutur bahasa dan terdiri atas kosakata aktif yang digunakan pembicara atau penulis dan kosakata pasif yang dapat dimengerti oleh pendengar atau pembaca, tetapi tidak digunakan oleh sendiri.’

b. Jenis-jenis Kosakata

Heyd (1990: 91) membagi kosakata bahasa Jerman berdasarkan penggunaannya menjadi tiga bagian, yaitu:

“Im Fremdsprachenunterricht unterscheidet man zwischen dem aktiven, dem

passiven und dem potentiellen Wortschatz. Der aktive Wortschatz umfaβt die

Wörter, die der Lernen produktiv zu verwenden in der Lage ist. Der passive umfaβt die Wörter, die er einmal gelernt hat, aber nicht produktiv beim Sprechen und Schreiben verwenden kann, sondern die er nur wiedererkennt und versteht, wenn er sie hört oder liest. Zum potentiellen Wortschatz eines Lerners zählt man alle abgeleiteten und zusammengesetzten Wörter, die dem Lerner vollkommen

neu sind, die er aber aufgrund ihrer Bildung erschlieβen kann, wenn er

Grundwort und entsprechende Wortbildungsregeln kennt.”

Kutipan di atas dapat diatikan bahwa ‘Dalam pembelajaran bahasa asing dibedakan antara kosakata aktif, kosakata pasif, dan kosakata potensial. Kosakata aktif mencakup kata-kata yang harus digunakan oleh pembelajar secara produktif. Kosakata pasif mencakup kata-kata yang pernah dipelajari, tetapi tidak dapat digunakan secara produktif pada saat berbicara dan menulis, melainkan hanya untuk dimengerti dan dikenal saja jika pembelajar mendengar atau membaca kata-kata itu. Kosakata potensial yang dimiliki seorang pembelajar termasuk seluruh kata-kata gabungan (komposita) yang benar-benar baru bagi pembelajar, tetapi pembelajar dapat menyimpulkan makna kata tersebut atas dasar pembentukan kata, jika

(14)

pembelajar mengetahui kata dasar dan aturan pembentukan kata’. Dari pernyataan Heyd di atas, jenis kosakata dalam bahasa Jerman dapat dilihat berdasarkan penggunaanya. Berdasarkan penggunaannya kosakata dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Aktiver Wortschatz (kosakata aktif)

Kosakata aktif adalah kata-kata yang dapat digunakan oleh pembelajar dalam kegiatan berbahasa secara produktif seperti berbicara dan menulis.

2. Passiver Wortschatz (kosakata pasif)

Kosakata pasif adalah kata-kata yang sudah dipelajari oleh pembelajar, tetapi tidak dapat digunakan secara produktif pada saat berbicara dan menulis, melainkan hanya untuk dimengerti dan dikenal saja jika pembelajar mendengar atau membaca kata-kata itu. Kosakata pasif ini digunakan dalam kegiatan berbahasa seperti menyimak dan membaca.

3. Potentieller Wortschatz (kosakata potensial)

Kosakata potensial adalah semua kata yang berimbuhan dan gabungan kata-kata yang baru bagi pembelajar, tetapi maknanya dapat disimpulkan berdasarkan pembentuknya, apabila pembelajar mengetahui kata dasar dan aturan pembentukan kata. Lebih jauh Bimmel, Kast, dan Neuner (2003:90-91) membagi kosakata menjadi dua bagian yaitu Rezeptiver Wortschatz dan Produktiver Wortschatz.

1. Rezeptiver Wortschatz:

“Wörter, die die Schüler nur verstehen sollen, wenn sie Texten lesen oder hören.”

2. Produktiver Wortschatz:

“Wörter, die die Schüler selbst produktiv gebrauchen lernen: in Gesprächen oder schriftlich”.

Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa:

1. Kosakata Reseptif adalah kata-kata yang hanya dapat dimengerti oleh siswa, ketika mereka membaca teks atau mendengar.

(15)

2. Kosakata Produktif adalah kata-kata yang dipelajari oleh siswa untuk digunakan dalam berbicara atau menulis secara produktif.

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan bahwa kosakata menurut Heyd terbagi menjadi tiga jenis yaitu kosakata aktif, kosakata pasif, dan kosakata potensial. Sedangkan menurut Bimmel, Kast dan Neuner membedakan kosakata menjadi dua jenis yaitu kosakata reseptif dan kosakata produktif. Persamaannya yaitu mereka menjelaskan bahwa kosakata aktif dan kosakata produktif merupakan kosakata yang digunakan oleh pembelajar dalam kegiatan berbahasa berbicara atau menulis secara produktif, sedangkan kosakata pasif dan kosakata reseptif yaitu kosakata yang digunakan oleh pembelajar dalam kegiatan berbahasa yaitu kegitan membaca dan menyimak.

c. Penguasaan Kosakata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 604) penguasaan mengandung arti “proses, cara, perbuatan menguasai, pemahaman atau kesanggupan untuk menguasai”. Sementara itu, kata penguasaan dalam bahasa Jerman disebut “beherrschen”. Di dalam kamus Duden (2006: 211), dijelaskan bahwa: “beherrschen sich angeeignet gelernt haben, die Fähigkeit Ausübung von etwas haben”. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘penguasaan adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajari.’

Watts dalam Parera (1993:119-120) mengemukakan pendapatnya mengenai penguasaan kosakata, bahwa:

1. Penguasaan kosakata berarti mengetahui pembatasan-pembatasan penggunaan kosakata tersebut sesuai dengan konteks dan situasi pemakaiannya.

2. Penguasaan kosakata berarti mengetahui distribusi sintaksis dari kata tersebut. 3. Penguasaan kosakata berarti mengetahui bentuk dasar dan deviasi yang

(16)

4. Penguasaan kosakata berarti mengetahui hubungan antar kata dalam bahasa tersebut.

5. Penguasaan kosakata berarti mengetahui tentang makna kata-kata tersebut. 6. Penguasaan kosakata berarti mengetahui banyak perbedaan dan variasi-variasi

makna kata yang berhubungan dengan kosakata tersebut.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata merupakan suatu kemampuan seorang pembelajar dalam menguasai, memahami dan menggunakan kosakata yang mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kosakata itu sendiri secara tepat, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Beberapa hal cakupan tersebut yaitu dapat menggunakan kosakata sesuai situasi dan konteks pemakaiannya, dan dapat mengetahui distribusi sintaksis, bentuk dasar kata, hubungan antar kata, makna kata-kata, serta perbedaan dan variasi makna yang berhubungan dengan kosakata.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi. Metode deskriptif analitis adalah suatu proses pengumpulan, penyusunan, dan pendeskripsian data untuk memperoleh gambaran mengenai kesimpulan dari rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti, sedangkan teknik analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dilambangkan dengan X yaitu motivasi belajar siswa dan Variabel terikat (devendent variable) dilambangkan dengan Y yaitu penguasaan kosakata bahasa Jerman.

(17)

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil angket motivasi belajar dan tes penguasaan kosakata. Angket motivasi belajar menggunakan skala Likert yang terdiri atas 24 butir soal dan menyediakan dua pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Tersedia lima alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan tes penguasaan kosakata yang bertemakan Beruf dengan jumlah 20 butir soal yang berbentuk isian yang sesuai dengan kurikulum yang diajarkan pada kelas X di SMK.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan perhitungan yang telah diolah melalui uji statistik, diperoleh nilai rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 83,03 sedangkan nilai rata-rata tes penguasaan kosakata sebesar 86,14. Hasil penghitungan analisis data menunjukkan nilai koefesien korelasi 0,37. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata bahasa Jerman. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa hubungan antara kedua variabel signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula penguasaan kosakatanya.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan pendapat Santrock (2010:512) yang menyatakan bahwa:

“Motivasi belajar adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi belajar tidak akan berusaha keras untuk belajar. Murid yang motivasi belajarnya tinggi akan senang untuk ke sekolah dan cepat meyerap pelajaran yang diberikan kepadanya.’’

Dengan demikian dapat dikatakan siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak akan berusaha keras untuk belajar bahasa Jerman, sehingga penguasaan kosakatanya juga rendah. Sementara itu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan senang belajar bahasa Jerman dan bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya, sehingga penguasaan kosakatanya tinggi. Hal tersebut terbukti berdasarkan nilai kontribusi motivasi belajar terhadap penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas

(18)

X- Akuntansi 3 yakni sebesar 13,69 %. Nilai kontribusi hasil penelitian ini termasuk dalam kategori rendah.

Rendahnya korelasi antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa dikarenakan dalam proses penguasaan kosakata tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi belajar saja tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung lainnya. Faktor-faktor lainnya yang berpengaruh di antaranya adalah daya nalar, daya ingat, daya konsentrasi, minat, strategi belajar, intensitas membaca, lingkungan dan lain-lain. Walaupun nilai kontribusi dari hasil penelitian ini termasuk dalam kategori rendah, dapat dikatakan kesimpulan secara keseluruhan menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal tersebut berarti motivasi belajar merupakan salah satu bagian dari faktor yang mempengaruhi penguasaan kosakata bahasa Jerman, sisanya 86,31% ditentukan oleh faktor-faktor di luar motivasi belajar. Dengan kata lain tetap terdapat hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata bahasa Jerman.

Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Motivasi belajar siswa SMK Negeri 3 Bandung kelas X Akuntansi 3 (X-AK 3) tahun ajaran 2013/2014 berada dalam kategori cukup, yaitu sebesar 83,03 dari skor maksimum 120; (2) Tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa SMK Negeri 3 Bandung kelas X Akuntansi 3 (X-AK 3) sangat baik, yaitu sebesar 86,14 dari skor maksimum 100; (3) Terdapat hubungan antara motivasi belajar dan penguasaan kosakata bahasa Jerman. Hal ini dapat dibuktikan melalui koefesien korelasi (r) sebesar 0,37, meskipun koefesien korelasi tersebut termasuk kategori rendah; (4) Berdasarkan penghitungan koefisien determinasi diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi terhadap penguasaan kosakata sebesar 13,69%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar, siswa hendaknya

(19)

memiliki tujuan belajar bahasa Jerman untuk masa depannya dan memiliki kebutuhan untuk perkembangan dirinya. Selain itu, siswa juga hendaknya meningkatkan dorongan, frekuensi dan durasi dalam kegiatan belajar, antara lain dengan cara memanfaatkan waktu luang dan menambah jam untuk belajar, baik secara individu maupun kelompok; (2) Untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jerman, siswa hendaknya mempunyai strategi dalam belajar, antara lain dengan cara membuat “kamus” sendiri, membuat kartu kosakata, atau menggunakan media lagu atau film. Selain itu, siswa juga sebaiknya tidak hanya mengenal kosakata tersebut, tetapi harus dapat menerapkannya juga; (3) Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian lanjutan menggunakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan berhubungan dengan penguasaan kosakata.

Daftar Pustaka

Bimmel, Peter et al. 2003. Deutschunterricht planen. Arbeit mit Lehrwerkslektionen. München: Langenscheidt.

Deci & Ryan. 1983.[Online]. Tersedia: www.ph-heidelberg.de/wp/konrad/pdf

Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Düden. 2006. Langenscheidt Grosswörterbuch. Berlin: Langenscheidt KG.

Hamalik, O. 2003. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Heyd, Getraude. 1990. Deutsch Lernen. Frankfurt am Main: Verlag Moritz Diesterweg.

Natawidjaja, Rochman & Moesa, Moein.1993.Psikologi Pendidikan.. Jakarta:Depdikbud.

Parera, Jos Daniel. 1993. Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Petermann, Ulrike & Petermann, Franz. 2006. Lernpsychologie. Stuttgart: UTB basics (Broschiert).

(20)

Santrock W, John. 2010. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Jakarta Kencana.

Saodih, Nana. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Soedjito. 2011. Kosakata Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing.

Sudjana, D. 2004. Strategi Pembelajaran.Bandung:Falah Production.

Suryabrata, Sumardi. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syah, Muhibbin.2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grapindo Persada

Syamsuddin, A. 2003. Pedoman Studi Psikologi Kependidikan. Bandung: Rineka Cipta.

Schiefelle & Köller. 2006. [Online]. Tersedia: http://www.schulberatung.bayern.de/imperia/md/content/schulberatung/pdfmfr/

motivation_vortrag_jarolim.pdf.

Pengertian Belajar.[Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar

Cronbach.[Online].Tersedia:http://socyberty.com/education/build-student-motivation

Schiele&Schreyer.1994.[Online].Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Motivation

Ulrich, Winfried. 2007. Wortscahtzarbeit im muttersprachlichen Deutschunterricht. Baltmannsweiler: Schneider Verlag Hoengehren.

Wahrig-Burfeind, Renate. 2006. Deutsches Wörterbuch. München: Bertelsmann Lexikon Institut.

Wegge. 1993. [Online]. Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Motivation)

Wegge. 1993. [Online]. Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Motivation)

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Namun hal tersebut berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Manongko (2011) yang memaparkan bahwa Green Marketing tidak berpengaruh secara langsung

[r]

PENGARUH SUPERVISI AKAD EMIK KEPALA SEKOLAH TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KACAMTAN CONGGEANG , KABUPATEN

Indique o seu rendimento bruto (isto é, antes de deduzir quaisquer despesas) na Linha 5. NÃO INCLUA RENDIMENTOS QUE TENHAM SIDO SUJEITOS a IMPOSTOS SOBRE RENDIMENTOS SALARIAIS OU

1) Menerima bukti-bukti pendukung pengeluaran uang/pembayaran dari berbagai divisi atau supplier yang sebelumnya telah diverifikasi oleh verifikator dan disetujui Sekretaris

Pemain memainkan tokoh Gatotkaca dalam kisah hidupnya sejak dari kecil, berlatih di kawah Candradimuka, menjadi jagoan di Khayangan, berperang melawan Kurawa dalam

Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama- sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya

Proses di Bank Persepsi/Kantor Pos Staf PPK memfotocopy SSP yang telah divalidasi untuk disahkan oleh PPSPM , kemudian menyerahkan SSP asli lembar 1,3 dan 5 kepada Staf Pajak