• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah adalah permukaan bumi tempat manusia hidup dan berkembang, serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah adalah permukaan bumi tempat manusia hidup dan berkembang, serta"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Tanah adalah permukaan bumi tempat manusia hidup dan berkembang, serta menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia. Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat vital yang melandasi hampir semua aspek kehidupan. Bukan sekedar aset tetapi juga merupakan basis bagi teraihnya kekuasaan ekonomi, sosial dan politik.1 Tanah merupakan aset ekonomi yang relatif tidak terpengaruh oleh kemungkinan penurunan nilai dan harga, bersifat stasioner dan tidak dapat dipindahkan dan sering digunakan sebagai alat ekonomi maupun investasi jangka panjang. Tanah dianggap sakral oleh masyarakat karena merupakan warisan dan tempat para leluhur bersemayam.

Permasalahan tanah di Indonesia sangat kompleks karena telah melalui periode yang panjang, mulai dari jaman kerajaan, jaman kolonial hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaan sampai saat ini. Penguasaan tanah didominasi oleh penguasanya pada masa masing-masing. Jaman kerajaan tanah dikuasai oleh raja, rakyat hanya sebagai penggarap. Pada jaman kolonial penguasaan tanah diatur sedemikaan rupa untuk memenuhi keuntungan kolonial. Setelah Indonesia

1

Gunawan Wiradi, Reforma Agraria : Perjalanan Yang Belum Berakhir, (Yogyakarta: Insist Press, KPA, dan Pustaka Pelajar, 2000), hlm 85.

(2)

memproklamasikan kemerdekaan maka penguasaan tanah di Indonesia menggunakan aturan baru.

Berdasar Pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa, Bumi, Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tindak lanjut dari pasal tersebut diwujudkan dalamUndang-Undang Pokok Agraria tahun 1960. Disahkannya Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 secara otomatis menghapus undang-undang sebelumnya yang merupakan undang-undang-undang-undang produk kolonial.

Kratonan merupakan nama kampung yang dahulu digunakan sebagai tempat tinggal para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Abdi dalem atau masyarakat lain yang tinggal di Kratonan menempati tanah secara magersari. Tanah di Kratonan merupakan milik keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ditempati atau dikelola oleh baik abdi dalem maupun warga lainnya atas seijin keraton. Sistem penguasaan tanah sepenuhnya ada di tangan raja secara mutlak. Rakyat percaya bahwa raja adalah perwujudan dari kebaikan. Kekuasaan absolut yang dipegang oleh raja tersebut merupakan tanggung jawab raja kepada sang pemberi kekuasaan (Tuhan).2 Rakyat yang menempati tanah raja tidak memiliki hak milik atas tanah sama sekali, status mereka hanya menumpang dan mereka diwajibkan menjalankan perintah-perintah raja.

2

Soemarsaid Moertono, Dulu Kedudukan Wajib PajakItu Terhormat, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm 60.

(3)

Paska proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan Surakarta sebagai Daerah Istimewa. Hal itu ditetapkan tanggal 19 agustus 1945, sekaligus mengangkat Paku Buwono XII dan Mangkunegoro VIII sebagai kepala daerah. Tahun 1946 timbul gerakan revolusi sosial yang menuntut penghapusan Daerah Istimewa atau Swapraja, penggantian raja/Susuhunan dan perubahan perubahan dalam peraturan Daerah Istimewa/Swapraja yang tidak sesuai lagi dengan zamannya.3

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 yang intinya menghapus daerah Istimewa/Swapraja. Adapun wilayah bekas kerajaan diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Hal ini menarik jika dibandingkan dengan Yogyakarta, dimana status keistimewaan/swapraja masih dipertahankan dan diakui pemerintah Indonesia.

Kratonan bukan lagi menjadi bagian dari tanah milik Keraton Kasunanan Surakarta. Kepemilikan tanah telah berganti menjadi tanah negara dalam hal ini tanah negara bekas Swapraja. Namun belum adanya aturan yang jelas membuat kepemilikan tanah kratonan mengambang. Masyarakat Kratonan dalam hal ini warga RW. I Kelurahan Kratonan notabene adalah masyarakat yang perekonomian kelas menengah dan ke bawah yang bermukim di area yang padat. Masyarakat kratonan yang telah menempati tanah kratonan selama puluhan tahun berkeinginan memiliki

3

Terjemahan ringkas Disertasi Soejatano Kartodirjo pada the Australia University di Canbera oleh Muhammad Husodo Pringokusumo, Revolusi di

Surakarta tahun 1945-1950” yang antara lain menyebabkan lenyapnya Swapraja

(4)

sertifikat atas tanah yang ditempati. Apalagi melihat kenyataan bahwa tanah-tanah yang letaknya berada di tepi jalan sepanjang wilayah Kelurahan Kratonan yang dimiliki oleh masyarakat yang tingkat ekonomi atas telah memiliki sertifikat hak milik. Tanah menjadi kebutuhan primer yang digunakan sebagai tempat tinggal. Perkembangan Kota Surakarta yang luar biasa juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Kratonan.

Masyarakat Kratonan kemudian memperjuangkan keinginannya untuk memperoleh Sertifikat Hak Milik atas tanah yang mereka tempati. Masyarakat merasa perlu untuk mengurus sertifikasi tanah karena menyangkut kehidupan mereka yang akan datang terutama untuk para keturunannya kelak. Dengan adanya sertifikat masyarakat lebih terjamin statusnya akan kepemilikan tanah yang mereka tempati dan juga mencegah adanya perampasan tanah serta adanya kepastian hukum yang jelas. Masyarakat berkeinginan tanah yang ditempati mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan terdaftar haknya pada instansi yang berwenang yaitu BPN.

Pendaftaran hak atas tanah bermanfaat untuk membantu memperlancar kepentingan pemegang hak yang sah dalam hal ini memperoleh pinjaman-pinjaman dari pemerintah dan atau pembenahan hak-hak lainya atas tanah, seperti hak hipotik dan hak crediet verband, hak guna bangunan yang didirikan atas tanah.4 Upaya mereka mengajukan sertifikasi kepada pemerintah telah dilakukan sebelumnya

4

G. Kartasapoetra, et.al., Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan

(5)

mengalami kegagalan. Baru pada masa Surakarta dipimpin oleh Walikota Joko Widodo sertifikasi tanah dapat terwujud.

Proses sertifikasi tanah kratonan merupakan proses yang menarik dikaji selain itu juga berdampak besar terhadap kehidupan warga masyarakat Kratonan khususnya di sektor sosial dan ekonomi. Dari uraian di atas maka menarik untuk diulas dalam skripsi berjudul Sertifikasi Tanah Masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan

Serengan Kota Surakarta dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Tahun 2006-2012. Tahun 2006 masyarakat Kratonan Kecamatan Serengan Kota

Surakarta mulai mengurus proses sertifikasi dan selesai tahun 2007. Periode tahun 2007 hingga 2012 digunakan untuk mengetahui dampak sertifikasi tanah terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana status kepemilikan tanah masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta sebelum proses Sertifikasi tahun 2006? 2. Bagaimana proses sertifikasi tanah masyarakat Kelurahan Kratonan

Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun 2006-2007?

3. Bagaimana pengaruh sertifikasi tanah terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun 2007-2012 ?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan permasalahan yang telah diungkapkan, penelitian ini diarahkan pada tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui status kepemilikan tanah masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta sebelum proses Sertifikasi tahun 2006. 2. Mengetahui proses sertifikasi tanah masyarakat Kelurahan Kratonan

Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun 2006-2007.

3. Mengetahui pengaruh sertifikasi tanah terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun 2007-2012.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi untuk mengetahui permasalahan Agraria di Indonesia pada umumnya dan daerah Kratonan, Serengan Surakarta khusunya tahun 2006-2012. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan studi tentang penulisan sejarah pada khususnya dapat menambah perbendaharaan koleksi di Perpustakaan Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta maupun di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

E. Tinjauan Pustaka

Buku A.P. Parlindungan berjudul Pedoman Pelaksanaan UUPA dan tata cara

penjabat pembuat akta tanah (1978) berisi mengenai seluk beluk Undang-Undang

Pokok Agraria. Hak milik menurut pasal 20 UUPA yaitu hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29 UUPA, guna perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan. Hak guna bangunan menurut pasal 35 ayat 1 UUPA menyebutkan hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Buku ini memberi informasi mengenai tatacara mengurus administrasi pertanahan dan pejabat yang mengurusi mengenai pertanahan. Buku ini memberi contoh berkas ataupun administrasi mengenai pertanahan.

Buku Imam Soetiknjo berjudul Politik Agraria Nasional (1983), menjelaskan bahwa Undang-Undang Pokok Agraria merupakan penjelmaan hubungan antara warga Negara dengan tanah yang berasaskan Pancasila. Hubungan sifatnya abadi karena tanah merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai

khalifah di bumi memiliki kewajiban untuk memelihara dan menjagannya.

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dalam penyusunan Undang-Undang Pokok Agraria. Buku ini memberi pemahaman bahwa Undang-Undang Pokok Agraria dibuat untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(8)

G. Kartasapoetra dkk dalam bukunya berjudul Hukum Tanah Jaminan UUPA

bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah (1991), berisi mengenai kewajiban

kewajiban yang termuat dalam UUPA dalam mendayagunakan tanah. Hak atas tanah harus didaftarakan pada Kantor Agraria setempat di tingkat kabupaten atau kotamadya. Pendaftarannya meliputi pengukuran, pemetaan dan pembukaan tanah, pendaftaran hak hak tas tanah dan peralihan hak tersebut dan pemberian surat surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai “alat pembuktian yang kuat (sertifikat)”. Menurut pasal 19 UUPA, pendaftaran tersebut untuk menjamin kepastian hukum demi terjaminnya ketertiban dalam masalah pertanahan. Peraturan pemerintah yang dimaksud dalam dalam ayat (1) pasal 19 UUPA tersebut adalah Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1961 (Lembaran Negara tahun 196a No. 28) tentang pendaftaran Tanah. Hak milik hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Badan Hukum seperti perseroan perseroan, swasta maupun negara tidak dapat memiliki hak milik. Buku ini memberi pemahaman bahwa peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam proses pendaftaran tanah.

Buku Boedi Harsono berjudul Hukum Agraria di Indonesia Sejarah

Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya jilid I Hukum Tanah Nasional (1999), berisi Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah menggantikan peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961. Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasar asas sederhana, aman, terjangkau, mutahir dan terbuka. Pendaftaran tanah merupakan tugas pemerintah yang diselengarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum bidang pertanahan. Sertifikat diberikan

(9)

untuk memberi kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang sah. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sesuai pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan suatu obyek pendaftar tanah yang sudah ada haknya. Sertifikat terdiri dari salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namnya tercantum dalam dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemgang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya. Pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi kegiatan pengumpulan dan pengelolaan data fisik, pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya, penerbitan sertifikat, penyajian data fisik dan data yuridis serta penyimpanan daftar umum dan dokumen. Buku ini membantu penulis memahami dasar hukum terkait proses sertifrikasi tanah di Indonesia.

Buku Soerjono Soekanto berjudul Sosiologi Suatu Pengantar (2012), berisi mengenai teori teori sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang bersifat empiris, teoritis, kumulatif dan non etis. Buku ini menjelaskan mengenai perubahan sosial. Bentuk perubahan sosial yaitu perubahan lambat dan cepat, perubahan kecil dan perubahan besar, perubahan dikehendaki dan tidak dikehendaki. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan adalah bertambah atau berkurangnnya jumlah penduduk, penemuan baru, konflik dan revolusi. Dalam proses perubahan sendiri terdapat faktor pendorong dan penghambat. Perubahan masyarakat secara

(10)

umum menuju kearah modern dari yang awalnya masih tradisional. Dalam buku ini juga diulas permasalahan sosial yang sering timbul yaitu kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, perang, pelanggaran norma, masalah kependudukan, lingkungan hidup dan birokrasi. Teori yang ada dalam buku dapat membantu penulis untuk menganalisa permasalahan yang dibahas. Buku ini memberi informasi dan pengetahuan seputar sosiologi yaitu mengenai masyarakat secara keseluruhan. Sertifkasi tanah di Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat khususnya perubahan sosial dan ekonomi.

Skripsi oleh Agung Andri S berjudul Tanah Lotre di Kelurahan Pajang

Surakarta Tahun 1951-1972 dalam tinjauan Historis dan Sosiologis, berisi tentang

struktur kepemilikan tanah, pembagian tanah negara berdasar sistem lotre dan proses kepemilikan tanah lotre di kelurahan Pajang tahun 1951 -1972. Paska proklamasi kemerdekaan terjadi perubahan pada sistem agraria di Indonesia. Setelah merdeka rakyat mengambil tanah yang dikuasai oleh bangsa asing. Pemerintah melakukan konversi tanah bekas asing atau tanah-tanah adat menjadi tanah negara untuk menghindari pengambilan tanah secara sembarangan. Dihapuskannya daerah Swapraja oleh pemerintah tanggal 15 juli 1946 membuat tanah diluar wilayah keraton menjadi tanah Negara Republik Indonesia. Presiden Soekarno pada masa kabinet Wilopo mencanangkan program untuk mensejahterakan rakyat, salah satu programnya yaitu pemberian tanah secara lotre tahun 1951-1952. Sistem lotre tanah merupakan pembagian tanah kas milik negara kepada rakyat secara lotre atau diundi

(11)

berdasar sistem nomor. Salah satu tempat pelaksanaan program ini adalah Kelurahan Pajang. Pembagian tanah tidak semua masyarakat dapat ikut, mereka harus memenuhi ketentuan. Ketentuan masyarakat yang berhak atas lotre tanah yaitu, warga Negara Indonesia dan tercatat di kelurahan setempat, orang yang magersari, orang yang magersari yang telah menikah dan memiliki rumah namun masih dalam satu pekarangan milik orang tuanya. Pemberian tanah dengan sistem lotre masyarakat tidak dikenakan biaya. Tahun 1972 pemerintah menerapkan peraturan tentang sertifikasi tanah yang juga mempengaruhi tanah lotre. Kepemilikan tanah lotre awalnya hanya berdasar surat keterangan hak milik harus berganti dengan sertifikat. Sertifikasi ini membutuhkan biaya, sehingga masyarakat yang tidak mampu menjual tanah lotre milik mereka. Penelitian ini memberi gambaran mengenai struktur penguasaan tanah di Kelurahan Pajang mulai dari masa kerajaan hingga kolonial yang secara umum berlaku di Surakarta. Penelitian ini terhadap sistem lotre sedang penelitian penulis lebih fokus terhadap proses sertifikasi tanah dan pengaruhnya terhadap masyarakat.

Skripsi oleh Arif Wahyudi berjudul Perubahan Kepemilikan Tanah Pertanian

Masyarakat Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Tahun 1990-2000. Penelitian ini

membahas mengenai perubahan kepemilikan tanah pertanian masyarakat Desa Sroyo yang berdampak sosial maupun ekonomi bagi masyarakat Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Adanya proyek jalur jalan lingkar utara Surakarta menimbulkan adanya komersialisasi atas lahan pertanian di Desa Sroyo. Dibukanya

(12)

jalan lingkar utara Surakarta tahun 2000 berpengaruh secara fisik pada Desa Sroyo yang awalnya bercorak agraris berubah kearah industrialisasi. Pembangunan jalan lingkar utara Surakarta telah memakan lahan pertanian Desa Sroyo. Muncul kegiatan jual beli tanah yang kemudian keuntungan penjualan tanah digunakan untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Gaya hidup masyarakat berubah menjadi lebih konsumtif. Lahan pertanian yang berkurang juga merubah pekerjaan masyarakat yang umumnya petani menjadi lebih beragam. Penelitian ini menjabarkan mengenai perubahan kepemilikan tanah yang disebabkan oleh adanya proyek jalan lingkar utara. Perbedaan ini dengan penelitian penulis yaitu penelitian penulis membahas mengenai sertifikat tanah di Kratonan yang awalnya merupakan bagian dari Kraton Kasunanan Surakarta. Penelitian penulis mengkaji pertanahan di kota yang tentu saja permasalahannya lebih kompleks.

Skripsi Reza Januari Tifanto berjudul Dinamika Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat Kelurahan Kemlayan Kota Surakarta Tahun 1985 – 2011. Kemlayan

awalnya merupakan kampung pemukiman untuk abdi dalem Keraton Surakarta yang bertugas menabuh gamelan pada saat ada hajatan yang disebut abdi dalem mlaya. Perkembangan kelurahan Kemlayan yang awalnya tradisional berkembang ke arah modern seiring perkembangan jaman. Kehidupan masyarakat Kemlayan berubah baik dari sosial, ekonomi dan budaya. Penelitian ini juga diulas mengenai sejarah kampung kampung yang ada di Kota Surakarta. Sejarah Kemlayan dijelaskan mulai dari jaman Kolonial Belanda, pendudukan Jepang, masa revolusi Swapraja dan Kemlayan dalam adminitrasi Kota Surakarta. Berdirinya pusat perbelanjaan modern

(13)

di Kemlayan juga berpengaruh besar terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian penulis dimana lokasinya memang dekat dan memiliki keterikatan historis dengan Keraton Kasunanan Surakarta serta juga memiliki keadaan sosial,ekonomi, budaya yang tidak jauh berbeda. Namun demikian penelitian penulis lebih fokus terhadap sertifkasi tanah dan dampak sosial ekonomi masyarakat kratonan.

Skripsi Riya Kumaya Rini berjudul Tinjauan Tentang Tata Cara Permohonan

Penerbitan Sertipikat Tanah Akibat Redistibusi Tanah Negara di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar, berisi tentang dasar hukum yang melandasi pelaksanaan

sertifikasi akibat redistribusi tanah negara, tata cara dan proses penerbitan, nilai dan fungsi sertifikat tanah dan kendala kendala yang dihadapi BPN karanganyar dalam penerbitan Sertifikat Tanah. Lokasi penelitian di kantor Badan Pertanahan Kabupaten Karanganyar, Kantor Kecamatan Jenawi dan Kantor Desa Trengguli. Penelitian ini memberi teori teori yang relevan untuk penelitian penulis. Penelitian ini dengan penelitian yang ditulis penulis memiliki perbedaan yaitu dari metode penelitian yang digunakan dan lokasi penelitian yang berbeda. Penelitian ini fokus terhadap aspek hukum sedangkan penelitian yang ditulis penulis juga membahas permasalahan sosial maupun ekonomi yang ada di masyarakat.

F. Metode Penelitian

Metode yang relevan untuk mendeskripsikan kembali kondisi dan segala yang terjadi pada kurun waktu tersebut adalah metode sejarah, suatu metode yang

(14)

digunakan untuk menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu lisan maupun tulisan, dan merekontruksi secara imajinatif masa lalu berdasarkan data yang diperoleh.5 Louis Goutschalk berpendapat bahwa metode sejarah adalah proses mengumpulkan, menguji, dan menganalisa secara kritis rekaman rekaman peninggalan masa lampau serta usaha melakukan sintesa terhadap masa lampau tersebut menjadi kisah sejarah,6 sehingga penulisan sejarah ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kejadian yang ada dengan mengkaji sebab-sebab, kondisi lingkungan, konteks sosial kultural, atau dengan menganalisis secara mendalam tentang faktor kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan bagian dan eksponen dari sejarah yang dikaji. Metode sejarah yang digunakan mencakup empat langkah7

1. Heruistik

Proses mengumpulkan sumber sejarah dilakukan di berbagai tempat yang menyimpan data-data yang dibutuhkan terkait tema penelitian. Pengumpulan data dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Surakarta, Kantor Kelurahan Kratonan Kota Surakarta, Badan Pusat Statistik Surakarta, Monumen Pers Nasional, Rekso Pustoko Mangkunegaran, dan Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Cara yang ditempuh untuk melengkapi langkah heuristik, yaitu:

5

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm 2.

6

Louis Goutschalk, Mengerti Sejarah, (edisi terjemahan oleh Nugroho Notosusanto Jakarta: UI Press, 1975), hlm. 32

7

(15)

a. Studi Dokumen

Dokumen berupa sumber tertulis yang diperoleh, yaitu

Kecamatan Serengan dalam angka tahun 2006-2012, Koleksi Badan Pusat Statistik Surakarta.

Palilah Griya Pasiten angka HA.I/P/3/81/1984, koleksi Pribadi Mulyodiharjo, Kratonan Kecamatan SerenganKota Surakarta

Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 24-37-520.1-33-72-2007 tentang pemberian hak milik tanah kepada Masyarakat Kratonan, koleksi Badan Pertanahan Surakarta.

Resume Data Pemohon Sertifikasi Tanah Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta, koleksi Badan Pertanahan Nasional Surakarta

Sertifikat (Tanda Bukti Hak), koleksi Pribadi Mulyodiharjo, Kratonan Kecamatan SerenganKota Surakarta

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan tertentu yaitu mendapat keterangan atau pendirian secara lisan dari yang diwawancarai.8 Wawancara dilakukan dengan beberapa orang yang mampu meberikan informasi sesuai dengan tema yang dikaji. Wawancara dilaksanakan dengan terstruktur dengan mempersiapakan daftar pertanyaan terlebih dahulu agar sesuai topik permasalahan dan diperoleh informasi lebih

8

Koentjaraningrat, Metode metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gadjah Madha Press, 1983), hlm 16.

(16)

mendalam tentang masalah yang diteliti. Narasumber yang diwawancarai dalam penelitian ini yaitu Ketua Tim Sertifikasi Soemadi dan anggota tim lainya, masyarakat yang ikut program sertifikasi, Indradi Kepala Kelurahan Kratonan serta dari pihak Badan Pertanahan Nasional Surakarta.

c. Studi Pustaka

Studi Pustaka dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis sekaligus sebagai pelengkap sumber data yang tidak diperoleh dari studi dokumen maupun wawancara. Studi Pustaka mencari buku, majalah, surat kabar dan sumber lainya yang masih berkaitan dengan tema penelitian. Penelitian studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FIB, Perpustakaan Prodi ilmu Sejarah, Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Rekso Pustaka Mangkunegaran.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber merupakan proses penilaian sumber sejarah baik dengan kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern digunakan untuk mengkritisi keaslian dari isi sumber maupun data. Kritik ekstern digunakan untuk mengkritisi keaslian bentuk sumber maupun legalitas arsip dan kesahihan narasumber wawancara. 3. Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap penafsiran ataupun analisis keterangan yang saling berkaitan secara kronologis dengan fakta yang telah melalui proses kritik. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara mendalam, dokumen, tulisan dalam media

(17)

massa dan foto.9 Untuk menganalisis lebih lanjut dengan menggunakan berbagai teori maupun pendekatan dengan menggunakan ilmu bantu lain.

4. Historiografi

Historiografi yaitu tahap penulisan sejarah dimana hasil penelitian disajikan. Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam skripsi yang isinya disusun secara sistematis sesuai teknik penulisan sejarah.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam tulisan ini terbagi dalam lima bab pembahasan. Adapun kelima bab tersebut yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini dibicarakan beberapa hal menyangkut latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan gambaran umum Kratonan: sejarah Kratonan, keadaan geografis, demografis, dan pelapisan sosial masyarakat Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

Bab III menjelaskan Proses Sertifikasi Hak Milik Tanah Masyarakat Kelurahan Kratonan Tahun 2006-2007: Struktur penguasaan tanah di Kratonan, pendaftaran tanah, pelaksanaan sertifikasi dan penerbitan Sertifikat Hak Milik.

9

Kasijanto, et.al.,Pedoman penulisan Sejarah Lokal, (Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2005), hlm. 33-34.

(18)

Bab IV menjelaskan pengaruh sertifikasi tanah terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta Tahun 2007-2012.

Bab V penutup yang berisi kesimpulan, berupa jawaban atas rumusan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa oleh karena surat penyerahan tanah tertanggal 21 Oktober 2013 objeknya adalah sebagai jaminan atas utang pinjaman dari WALMAN LUMBAN GAOL dan kemudian oleh

Marilah kemari kepada kalimat yang sama di antara kami dan kalian, yaitu janganlah kita menyembah melainkan kepada Allah, dan janganlah kita menyekutukan sesuatu

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019 4.2.2 Aspek Ekonomi Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya. Pembangunan bidang Cipta Karya

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil penelitian di Dusun Polaman Argorejo dari 90 responden yang diteliti, responden yang tidak aktif mengikuti senam

Sedangkan individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung tidak yakin akan kemampuan atas informasi yang telah diperoleh, sehingga usaha yang dilakukan menjadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang basis data terdistribusi siswa Sekolah Muhammadiyah Palembang agar dapat melakukan pengawasan pada

Pada tahun 1984, IBM memperkenalkan sistem tampilan Adaptor Grafis Tertingkat (EGA) yang dapat memberikan hingga 16 warna yang berbeda dan resolusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) disertai media Mind Mapping terhadap