• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPP DISKUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPP DISKUSI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI TIPE BEACH BALL

OLEH :

1. Dwi Winda Andriani (14030194057)

2. Aina Safitri (14030194101)

Pendidikan Kimia A 2014 PRODI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2016

(2)

Identitas Sekolah : SMA Negeri 1 Surabaya Mata Pelajaran : Kimia

Kelas /Semester : X / 2

Materi Pokok : Reaksi Oksidasi dan Reduksi Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit

A. KOMPETENSI INTI

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasar-kan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerap-kan pengetahuan prose-dural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minat-nya untuk memecahkan masalah.

KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR

3.9Menentukan bilangan oksidasi unsur untuk mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi serta penamaan senyawa

4.9

Membedakan reaksi yang melibatkan dan tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi melalui percobaan

C. INDIKATOR

4.8.1 Mampu membedakan reaksi oksidasi dan reduksi dengan menentukan bilangan oksidasinya

4.9.1 Mampu menyajikan hasil diskusi dari reaksi yang melibatkan dan tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi

(3)

4.8.1.1 Siswa mampu membedakan reaksi oksidasi dan reduksi dengan menentukan bilangan oksidasinya melalui beberapa pertanyaan mengenai persamaan reaksi yang diberikan dengan benar.

4.9.1.1 Siswa mampu menyajikan hasil diskusi dari reaksi yang melibatkan dan tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi melalui diskusi kelas dengan baik E. MATERI PEMBELAJARAN

Reaksi Oksidasi Reduksi

Sejak dahulu kala sesungguhnya Manusia telah memanfaatkan Reaksi Oksidasi Reduksi dalam kehidupannya sehari-hari. Pada saat Ibu-ibu memasak dengan menggunakan kayu bakar, Batu bara, Minyak tanah, Elpiji atau yang lain, sesungguhnya ibu-ibu tersebut telah menerapkan Reaksi Oksidasi Reduksi dalam pekerjaannya. Saat ini penerapan Reaksi Oksidasi Reduksi menjadi sangat penting karena penggunaannya dapat dilakukan dalam berbagai hal seperti : Pada Industri Obat-obatan, Industri Makanan/Minuman, Industri Logam dan lain-lain.

Pengertian reaksi Oksidasi reduksi berkembang sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Perkembangan tersebut dapat kita lihat sebagai berikut.

1. Reaksi Oksidasi Reduksi Ditinjau dari Penggabungan dan Pelepasan Oksigen Pada awalnya pengertian Reaksi Oksidasi Reduksi hanya digunakan untuk reaksi –raksi yang berlangsung dengan adanya perpindahan Oksigen. Sesuai dengan asal katanya Oksidasi berarti pemberian Oksigen atau Peng-oksigenan. Jadi Reaksi Oksidasi adalah Penggabungan Unsur / Zat dengan Oksigen

Contoh :

2Cu(s) + O2(g) → 2CuO(s)

4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)

4Na(s) + O2(g) → 2Na2O(s)

C(s) + 3O2(g) → 2CO2(s)

4Cl(g) + O2(g) → 2Cl2O3(g)

2N2(g) + 5O2(g) → 2N2O5(g)

Pada reaksi di atas Oksigen disebut zat pengoksidasi atau Oksidator, sedangkan Cu, Fe, Na, C dan Cl disebut zat pereduksi atau Reduktor

Zat yang terbentuk dari reaksi okdidasi ini disebut Oksida. Jika unsur yang direaksikan dengan oksigen adalah logam, maka oksida yang terbentuk disebut Oksida Logam atau Oksida Basa karena jika oksida Logam/Oksida Basa ini dilarutkan ke dalam air akan terbentuk larutan Basa.

(4)

CuO(s) + H2O(l) → Cu(OH)2(aq)

Na2O(s) + H2O(l) → 2NaOH(aq)

CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2

Fe2O3(s) + 3H2O(l) → 2Fe(OH)3 dll

Dan jika unsur yang direaksikan dengan Oksigen adalah unsur Nonlogam maka Oksida yang terbentuk disebut Oksida nonlogam atau Oksida Asam karena jika oksida nonlogam/oksida asam ini dilarutkan ke dalam air akan terbentuk Larutan Asam

Contoh :

CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)

Cl2O3(g) + H2O(l) → 2HClO2(aq)

N2O5(g) + H2O(l) → HNO3(aq)

P2O5(g) + 3H2O(l) → 2H3PO4(aq)

Reaksi Reduksi adalah reaksi pelepasan Oksigen dari suatu zat atau oksida Contoh :

2H2O(l) → H2(g) + O2(g)

2Cl2O3(g) → 4Cl(g) + O2(q)

CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)

Fe2O3(s) 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)

2MgO(s) → 2Mg(s) + O2(g)

Na2O(s) → Na(s) + O2(g)

Jadi Reaksi Reduksi adalah kebalikan dari Reaksi Oksidasi

2. Reaksi Oksidasi Reduksi Ditinjau Dari Pelepasan Dan Penerimaan Elektron

Perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya teori Atom telah berakibat pada pemahaman reaksi-reaksi kimia menjadi lebih luas, dan pengertian reaksi oksidasi reduksi berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen menjadi sangat sempit. Ditinjau dari teori atom ternyata banyak reaksi kimia yang tidak melibatkan oksigen tetapi mengalami perubahan struktur elektron, dan setelah diamati ternyata prinsipnya sama seperti yang terjadi pada reaksi kimia yang melibatkan oksigen. Sekarang mari kita bandingkan dua contoh reaksi kimia berikut :

4Na(s) + O2(g) → 2Na2O(s) ... (1)

(5)

Jika ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen maka reaksi (2) jelas bukan reaksi oksidasi ataupun reduksi karena tidak melibatkan oksigen.

Sekarang mari kita tinjau dari teori atom yaitu berdasarkan perubahan struktur elektron. Pda reaksi (1) terjadi ikatan ion antara ion Na+ dengan ion O2-, dimana

atom Na melepaskan satu elektronnya sehingga berubah menjadi ion Na+.

Kemudian elektron yang dilepaskan Na ini diikat oleh atom O sehingga atom O berubah menjadi ion O

2-2Na → 2-2Na+ + 2e

O + 2e → [ O ]2- +

2Na + O → Na+[ O ]2-Na+

Pada reaksi (2) juga terjadi ikatan ion antara ion Na+ dengan ion Cl-, dimana atom

Na melepaskan elektronnya sehingga Na berubah menjadi ion Na+ dan elektron ini

diikat oleh atom Cl sehingga atom Cl berubah menjadi ion Cl

-Na → -Na+ + e

:Cl. + e → [:Cl.]- +

Na + :Cl. → Na+[.Cl:]-

Ternyata jika ditinjau dari konsep perpindahan elektron, kedua reaksi di atas menunjukkan proses perubahan yang sama sehingga pengertian reaksi Oksidasi Reduksi diperluas dan dikaitkan dengan perpindahan elektron.ditinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron maka :

Reaksi Oksidasi adalah Reaksi yang terjadi karena pelepasan elektron dan Reaksi Reduksi adalah Reaksi yang terjadi karena penerimaan elektron Contoh :

2Cu → 2Cu2+ + 4e ( Oksidasi )

O2 + 4e → 2O ( Reduksi ) 2- +

2Cu + O2 → 2Cu2+ + 2O2- ( Redoks )

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi Oksidasi selalu disertai dengan reaksi Reduksi. Bila suatu zat melepaskan elektron maka zat lain akan menerima elektron itu.

Zat yang mengakibatkan zat lain mengalami oksidasi atau zat yang cenderung menerima elektron dari zat lain disebut Oksidator, misalnya : Cl2, O2, Br2, I2 dan

(6)

lain-lain sebaliknya zat yang mengakibatkan zat lain mengakibatkan zat lain mengalami reduksi atau zat yang cenderung melepaskan elektron disebut Reduktor, misalnya : Na, K, Fe, Ca, Mg dan lain-lain

3. Reaksi Oksidasi Reduksi Ditinjau dari Peningkatan dan Penurunan Bilangan Oksidasi

Untuk reaksi : H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g), kita tidak dapat mengatakan bahwa

pada reaksi ini terjadi perpindahan elektron dari H2 ke Cl2 karena perbedaan

keelektronegatifan kedua unsur ini sangat kecil. Untuk reaksi ini lebih tepat dikatakan terjadi pergeseran elektron dari atom H mendekati atom Cl

Dengan asumsi adanya pergeseran elektron dari suatu atom menuju atom lain maka pengertian Reaksi Oksidasi Reduksi semakin diperluas dengan dikembangkannya konsep Bilangan Oksidasi atau Tingkat Oksidasi.

Bilangan Oksidasi atau Tingkat Oksidasi suatu unsur adalah bilangan yang menunjukkan muatan unsur yang disumbangkannya pada pembentukan molekul ataupun ion.

Secara umum, untuk dua jenis atom yang berikatan ionik maupun kovalen : Atom unsur yang keelektronegatifannya lebih besar akan memiliki Bilangan Oksidasi Positif dan unsur yang keelektronegatifannya lebih kecil akan memiliki Bilangan Oksidasi Negatif

Bilangan oksidasi suatu unsur ditetapkan berdasarkan perjanjian, bukan atas dasar hasil eksperimen. Beberapa aturan yang telah disepakati untuk menentukan Bilangan Oksidasi adalah sebagai berikut :

a) Bilangan Oksidasi Unsur-unsur dalam keadaan bebas (Unsur-unsur yang belum berikatan dengan unsur lain) adalah nol.

Contoh : Bil. Oksidasi Unsur K, Na, Mg. Fe, O2, Cl2, Br2, P4, S8 adalah Nol

b) Bilangan Oksidasi Unsur H dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam senyawa Hidrida Logam (senyawa yang terbentuk dari unsur logam dengan unsur H misalnya : KH, NaH, CaH2, dan BaH2 ), bilangan oksidasi H dalam

senyawa ini sama dengan -1

c) Bilangan Oksidasi O dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam senyawa Peroksida (senyawa yang mengi- kat atom O berlebih misalnya :

(7)

H2O2, Na2O2 ) Bilangan Oksidasi O dalam senyawa ini sama dengan -1 dan

Bilangan Oksidasi O dalam senyawa OF2 sama dengan +2

d) Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Golongan IA ( Unsur-unsur Alkali ) dalam senyawanya adalah +1 Dan Bila- ngan Oksidasi Unsur-unsur Golongan IIA ( Unsur-unsur Alkali Tanah ) dalam senyawanya adalah +2

Contoh :

 Bil. Oksidasi Na ( Gol. IA ) dalam senyawa NaCl, Na2S, NaNO3, Na2SO4,

Na3PO4 adalah +1

 Bil. Oksidasi Mg ( Gol. IIA ) dalam senyawa MgCl2, MgS, MgSO4,

Mg3(PO4)2 adalah +2

e) Bilangan Oksidasi ion monoatom adalah sama dengan muatan ionnya Contoh :

٭ Bil. Oksidasi Na dalam Na+ adalah +1

٭ Bil. Oksidasi Ca dalam Ca2+ adalah +2

٭ Bil. Oksidasi Fe dalam Fe3+ adalah +3

٭ Bil. Oksidasi Cl dalam Cl- adalah -1

٭ Bil. Oksidasi O dalam O2- adalah -2 dan lain-lain

f) Pada ion Poliatom ( ion yang dibentuk oleh dua jenis unsur atau lebih ), jumlah aljabar bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuknya adalah sama dengan muatan ionnya

Contoh :

٭ Dalam ion MnO4- : 1 x Bil. Oksidasi Mn + 4 x Bil. Oksidasi O = -1

٭ Dalam ion CO32- : 1 x Bil. Oksidasi C + 3 x Bil. Oksidasi O = -2

٭ Dalam ion C2O42- : 2 x Bil. Oksidasi Mn + 4 x Bil. Oksidasi O = -2

٭ Dalam ion PO43- : 1 x Bil. Oksidasi P + 4 x Bil. Oksidasi O = -3

٭ Dalam ion NH4+ : 1 x Bil. Oksidasi N + 4 x Bil. Oksidasi H = +1

g) Pada senyawa Netral (senyawa yang tidak bermuatan), jumlah aljabar bilangan Oksidasi unsur-unsur pembentuknya adalah sama dengan nol

Contoh :

 Dalam ion P2O5 : 2 x Bil. Oksidasi P + 5 x Bil. Oksidasi O = 0

 Dalam ion BaCl2 : 1 x Bil. Oksidasi Ba + 2 x Bil. Oksidasi Cl = 0

 Dalam ion Ca(OH)2 : 1 x Bil. Oksidasi Ca + 2 x Bil. Oksidasi O + 2 x

Bil. Oksidasi H = 0

 Dalam ion H2SO4 : 2 x Bil. Oksidasi H + 1 x Bil. Oksidasi S + 4 x Bil.

Oksidasi O = 0

 Dalam ion Al2(SO4)3 : 2 x Bilangan Oksidasi Al + 3 x Bil. Oksidasi S +

12 x Bil. Oksidasi O = 0

h) Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Golongan VIIA (Unsur-unsur Halogen) dalam senyawa Biner (senyaw yang terdiri dari dua jenis unsur) adalah sama dengan -1

(8)

Reduksi

Oksidasi

 Bil. Oksidasi F dalam senyawa NaF, KF, BaF2, CaF2, AlF3, sama

dengan -1

 Bil. Oksidasi Cl dalam senyawa KCl, NaCl, BaCl2, CuCl2, AlCl3, FeCl3

sama dengan -1

 Bil. Oksidasi Br dalam senyawa NaBr, KBr, MgBr2, caBr2, AlBr3,

FeBr3 sama dengan -1

 Bil. Oksidasi I dalam senyawa NaI, KI, MgI2, PbI2, FeI3 sama dengan

-1

Berdasarkan konsep Bilangan Oksidasi, Reaksi Oksidasi dan Reduksi dinyatakan berdasarkan perubahan Bilangan Oksidasi Unsur-unsur yang terlibat dalam reaksi itu.

Reaksi Oksidasi adalah Reaksi yang disertai dengan bertambahnya bilangan Oksidasi Unsur sedangkan Reaksi Reduksi adalah Reaksi yang disertai dengan berkurangnya bilangan Oksidasi suatu Unsur

Contoh reaksi Oksidasi Reduksi dapat kita lihat pada proses pengolahan Besi dari Oksidanya (Fe2O3). Pada proses ini Logam Besi diperoleh dengan mereduksi

Oksida Besi yang menggunakan CO melalui reaksi : Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(l) + 3CO2(g)

Bilangan Oksidasi Unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi adalah : Sebelum Reaksi Sesudah Reaksi Keterangan Bilangan

Oksidasi Fe +3 0

Bil. Oksidasi Fe turun dari +3 menjadi 0

Bilangan

Oksidasi O -2 -2

Bil. Oksidasi O tetap Bilangan

Oksidasi C +2 +4

Bil. Oksidasi C naik dari +2 menjadi +4

Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa :

Perubahan : Fe2O3(s) → 2Fe(l) disebut Reaksi Reduksi, sedangkan

Perubahan : 3CO(g) → 3CO2(g) disebut Reaksi Oksidasi

Pada reaksi di atas CO disebut sebagai Pereduksi atau Reduktor karena zat inilah yang menyebabkan Fe2O3 tereduksi menjadi Fe, sedangkan Fe2O3 disebut

Pengoksidasi atau Oksidator, karena zat inilah yang mengoksidasi CO menjadi CO2

Secara singkat Reaksi di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(l) + 3CO2(g)

(9)

F. MODEL PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran : Diskusi kelas dengan Tipe Beach Ball Metode : tanya jawab dan diskusi.

Pendekatan : Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) G. MEDIA/ ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR

Media

 Power Point

 Lembar Kerja Siswa  Sumber Belajar

1. Buku kimia SMA kelas X yang relevan :

a. Buku Sains Kimia X ( Purba michael. 2007. Kimia Sma Kelas X. Erlangga; Jakarta)

b. Buku Kimia SMA (Rahardjo, Sentot Budi. 2014. Kimia Berbasis

Eksperimen 1. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

2. Lembar Kerja Siswa

H. LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan

pembelajara n

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam untuk membuka kegiatan

pembelajaran.

2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.

3. Guru mengecek kehadiran siswa.

4. Siswa diberikan beberapa pertanyaan untuk

(10)

mengingat materi minggu lalu tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit

5. Guru memberikan motivasi dengan menunjukkan sebuah gambar “apel yang berubah warna menjadi coklat setelah dibuka” melalui media power point 6. Siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh

guru pada slide power point (Mengamati).

7. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya tentang gambar yang disajikan guru pada slide power point. (Menanya)

Fase 1. Mengklarifikasikan maksud dan establishing set

1. Guru menjelaskan maksud akan diadakan

pembelajaran diskusi kelas dengan tipe Beach Ball pada materi reaksi reduksi dan oksidasi.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

harus dicapai siswa pembelajaran kali ini.

3. Guru meminta siswa membentuk formasi “U” besar

untuk melaksanakan diskusi kelas

4. Siswa menempati posisi duduk dengan formasi “U”

besar, untuk mempersiapkan berpartisipasi dalam diskusi secara bebas dengan instruksi Guru.

Fase 2. Memfokuskan diskusi

1. Guru menyampaikan aturan dasar tentang model pembelajaran diskusi kelas strategi Beach Ball:

- Setiap ingin bertanya dan menjawab pertanyaan, Siswa mengangkat tangan terlebih dahulu.

- Siswa yang ditunjuk atau mendapatkan bola saja yang boleh mengutarakan pendapatnya.

- Siswa harus mengungkapkan pertanyaan atau pendapatnya dengan jelas.

- Siswa dilarang berbicara sendiri selama proses diskusi

3. Guru memberikan informasi dasar mengenai materi reaksi reduksi dan oksidasi yang ditayangkan pada power point. (Mengamati)

(11)

Kegiatan Inti Fase 3. Mengendalikan diskusi

1. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)

kepada setiap Siswa.

2. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan oleh Guru

mengenai “reaksi reduksi dan oksidasi” secara bertahap dimulai dari pertanyaan yang mudah hingga pertanyaan yang memiliki tingkat kesukaran.

3. Guru melempar bola sebagai media untuk giliran

atau saat dimulainya berbicara atau berpendapat kepada salah satu siswa secara acak, kemudian siswa yang mendapatkan bola tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Apabila siswa yang mendapatkan bola tidak dapat menjawab, maka siswa tersebut boleh melempar bola pada siswa yang lain hingga pertanyaan yang diberikan oleh guru dapat terjawab.

4. Siswa yang lain boleh memberikan pertanyaan,

menyangga, menambahkan jawaban, dan berpendapat sesuai dengan argumentasi masing-masing. (Mengumpulkan data)

5. Guru memantau dan mengatur diskusi yang terjadi

dalam pembelajaran dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.

Fase 4. Mengakhiri diskusi

1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal

lanjutan reaksi oksidasi dan reduksi yang ada di LKS untuk menguji pemahaman siswa.

2. Siswa berdiskusi dengan teman lainnya untuk

mengerjakan soal lanjutan reaksi oksidasi dan reduksi yang ada di LKS tanpa menggunakan bole sebagai media. (Mengasosiasi)

3. Siswa menyajikan hasil diskusi di depan kelas atau

dengan berdiri secara jelas dan lugas. (Mengkomunikasikan)

Fase 5. Debriefing

1 Siswa dan guru bersama-sama membahas hasil

(12)

diskusi mengenai materi reaksi oksidasi dan reduksi yang telah dilakukan dalam pembelajaran.

Penutup

1. Siswa membuat kesimpulan dari kegiatan

pembelajaran hari ini.

2. Guru memberikan tugas lanjutan untuk dikerjakan

Siswa.

3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a

sebelum mengakhiri proses pembelajaran

4. Guru mengucapkan salam penutup. 5. Guru meninggalkan ruang kelas.

(13)

I. PENILAIAN

a. Penilaian Kognitif

Jenis Instrumen : Latihan Soal Bentuk Instrumen : Pilihan ganda Instrumen Penilaian : Terlampir b. Penilaian Keterampilan

Jenis Instrumen : Non Tes

Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan guru Instrumen Penilaian : Terlampir

Surabaya, 01 Oktober 2016 Mengetahui,

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

... ... NIP... NIP...

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan cara inilah, mengenalkan agama Islam, sebagai agama yang benar, akan dapat diterima oleh kalangan masyarakat yang memiliki kpercayaan yang lemah akan

Yang dimaksud dengan karakteristik listrik dari Yang dimaksud dengan karakteristik listrik dari saluran transmisi ialah konstanta-konstanta saluran yaitu; saluran

Pelayanan anestesi meliputi: penilaian pre-anestesi, tindakan anestesi yaitu sedasi, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer),

Air limbah terolah dengan sistem wetland dapat memenuhi persyaratan air untuk proses penyamakan kulit sehingga dapat digunakan kembali untuk proses penyamakan kulit

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGARUH KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI (KASUS DESA CANDIMULYO, KECAMATAN

Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata residu kelompok didapatkan hasil bahwa rata-rata residu kelompok eksperimen 65,3394 lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol

dilihat dari tabel koefisien regresi untuk nilai tanah dan bangunan (Tabel 5.10). Sehingga dikatakan constanta berpengaruh signifikan terhadap nilai tanah dan bangunan. Tetapi

Penulisan yang dilakukan oleh Jain dan Kini (1994) menunjukkan bahwa terjadi penurunan signifikan untuk variabel ini. Bahkan penurunan yang ditemukan lebih