• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu SMA favorit di Kota Larat Kabupaten Maluku Tenggara Barat. SMA Negeri 1 Larat MTB berdiri sejak tanggal 1 April 1978, dengan usia 37 tahun dengan alamat Jl. Mangga Dua Larat Kecamatan Tanimbar Utara Kabupaten Maluku Tenggara Barat. SMA Negeri 1 memiliki berbagai fasilitas penunjuang guna meningkatkan kualitas siswa seperti perpustakaan umum, laboratorium untuk kelas IPA, laboratorium komputer serta sarana-prasarana untuk menunjang hobi dan bakat siswa sperti, lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan basket dan aula dalam melakukan berbagai kegiatan. SMA Negeri 1 Larat dipimpin oleh Dra. Marry S. Kewilaa, dengan jumlah guru 20 guru tetap dan 10 guru honor.

(2)

B. Kerakteristik Responden

1. Kerakteristik Responden Berdasarkam Jenis Kelamin Dan Usia Siswa SMA Kelas XII Larat Maluku Tenggara Barat

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

No Jenis kelamin Usia Jumlah

1 Laki-laki 15 Tahun 2 16 Tahun 5 17 Tahun 18 18 Tahun 11 2 perempuan 16 Tahun 2 17 Tahun 34 18 Tahun 24 Total 96

2. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Tahap awal dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan tryout skala self-efficacy dan Locus Of Control terhadap Kematangan Karier terhadap 112 siswa SMA Negeri 1 Salatiga. Setelah dilakukan tryout pada tanggal 13 dan 14 maret 2015 terdapat 2 item yang gugur pada skala Kematangan Karier dengan realibilitas 0.933. Skala Self-efficacy terdapat 2 item yang gugur dengan reliabilitas 0.860 dan skala Locus Of Control 3 item yang gugur dengan jumlah reliabilitas 0.854. Dari item-item yang valid peneliti kemudian melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Larat MTB tanggal 31 Maret 2015.

(3)

1.1. Variabel Self-efficacy

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 2 item yang gugur dan 21 item yang valid, dengan rentang nilai antara 0.302 sampai dengan 0.583. Coefisien Alpha Cronbach dari 19 item valid adalah 0.839, untuk itu reliabilitas alat ukur self-efficacy berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Self-efficacy

No Aspek Jumlah Item No Item valid No Item Gugur

1 Level/Magnitude 10 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10 19 2 Generality 4 11,12,13 20 3 Strength 6 14,15,16,17,18,2 1 Total 21 19 2

(4)

1.2. Locus Of Control

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 3 item yang gugur dan 20 item yang valid, dengan rentang nilai antara 0.312 sampai dengan 0.604. Coefisien Alpha Cronbach dari 20 item valid adalah 0.848, untuk itu reliabilitas alat ukur Locus Of Control berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini akan dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Locus Of Control

No Aspek Jumlah

Item

No Item Valid No Item

Gugur 1 Locus Of Control Internal 13 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 3 2 Locus Of Control Eksternal 10 14,15,17,18,19,21,22,23 16,20 Total 23 20 3

(5)

1.3. Kematangan Karier

Berdasarkan perhitungan validitas diperoleh 3 item yang gugur dan 44 item yang valid, dengan rentang nilai antara 0.303 sampai dengan 0.637. Coefisien Alpha Cronbach dari 41 item valid adalah 0.913, untuk itu reliabilitas alat ukur Kematangan Karier berada pada kategori dapat diandalkan. Di bawah ini akan dijelaskan penyebaran item valid dan item gugur pada Tabel 4.4:

Tabel 4.4

Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Kematangan Karier

No Aspek Jumlah

Item

No Item Valid No item

Gugur 1 Perencanaan karier 11 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 2 Penjejakan Karier 11 12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,35 3 Pengetahuan tentang pengambilan keputusan 8 22,23,24,25,26,27,37 44 4 Pengetahuan informasi dunia kerja 8 28,29,30,31,32,33,36 34 5 Pengetahuan terhadap pekerjaan yang diminati 6 38,39,40,41,43 42 Total 44 41 3

(6)

2. Identifikasi Skor

2.1. Identifikasi Skor Kematangan Karier

Dengan menentukan tinggi rendahnya variabel kematangan karier, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur kematangan karier adalah 41 item dengan daya diskriminasi yang baik. Maka nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 205 (5 × 41) dan nilai terendah 41 (1 × 41). Perhitungan interval dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

i =

i =

i = 32,8

Tabel 4.5

Kategorisasi Skor Kematangan Karier

Kategori Interval N Presentase

Sangat Tinggi 172,2< ×≤ 205 63 67% Tinggi 139,4<×≤172,2 33 33% Sedang 106,6<×≤139,4 - - Rendah 73,8<×≤106,6 - - Sangat Rendah 41<×≤ 73,8 - - Jumlah 96 100%

(7)

Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 172,2 sampai dengan 205. Skor tinggi bergerak dari 139,4 sampai dengan 172,2. Skor sedang bergerak dari 106,6 sampai dengan 139,4. Skor rendah bergerak dari 73,8 sampai dengan 106,6 dan skor sangat rendah bergerak dari 41 sampai dengan 73,8. Hal ini menunjukan bahwa 67% responden memiliki kematangan karier dengan kategori sangat tinggi, 33% responden berada pada kategori tinggi.

2.2. Identifikasi Skor Self-efficacy

Dengan menentukan tinggi rendahnya variabel self-efficacy, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur self-efficacy adalah 19 item dengan daya diskriminasi yang baik. Maka nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 95 (5 × 41) dan nilai terendah 19 (1 × 19). Perhitungan interval dapat dilihat Tabel 4.6 sebagai berikut:

i =

i =

(8)

Tabel 4.6

Kategorisasi Skor Self-efficacy

Kategori Interval N Presentase

Sangat Tinggi 79,8< ×≤ 95 68 71% Tinggi 64,6<×≤79,8 28 29% Sedang 49,4<×≤64,6 - - Rendah 34,2<×≤49,4 - - Sangat Rendah 19<×≤ 34,2 - - Jumlah 96 100%

Tabel 4.6 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 79,8 sampai dengan 95. Skor tinggi bergerak dari 64,6 sampai dengan 79,8. Skor sedang bergerak dari 49,4 sampai dengan 64,6. Skor rendah bergerak dari 34,2 sampai dengan 49,4 dan skor sangat rendah bergerak dari 19 sampai dengan 34,2. Hal ini menunjukan bahwa 71% responden memiliki self-efficacy dengan kategori sangat tinggi, 33% responden berada pada kategori tinggi.

2.3. Identifikasi Skor Locus Of Control

Dengan menentukan tinggi rendahnya variabel locus of control, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur locus of

controladalah 20 item dengan daya diskriminasi yang baik. Maka nilai

tertinggi yang diperoleh yaitu 100 (5 × 20) dan nilai terendah 20 (1 × 20). Perhitungan interval dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

(9)

i =

i =

i = 16

Tabel 4.7

Kategorisasi Skor locus of control

Kategori Interval N Presentase

Sangat Tinggi 84< ×≤ 100 68 71% Tinggi 68<×≤84 28 29% Sedang 52<×≤68 - - Rendah 36<×≤52 - - Sangat Rendah 20<×≤ 36 - - Jumlah 96 100%

Tabel 4.7 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 84 sampai dengan 100. Skor tinggi bergerak dari 68 sampai dengan 84. Skor sedang bergerak dari 52 sampai dengan 68. Skor rendah bergerak dari 36 sampai dengan 52 dan skor sangat rendah bergerak dari 20 sampai dengan 36. Hal ini menunjukan bahwa 71% responden memiliki locus of

control dengan kategori sangat tinggi, 33% responden berada pada

(10)

C. Uji Statistik 1. Uji Asumsi Klasik 1.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan uji one-sample kolmogorov-smirnov testpada Tabel4.8, diketahui bahwa koefisien kolmograv-smirnov test sebesar 0.941 dengan (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0.339. oleh karena itu nilai signifikansi 0.339(p >0.05), maka dapat disimpulakan data nilai residual terdistribusi normal. Dengan demikian data penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, korelasi dan anova dua arah yang layak digunakan untuk mempredikasi kematangan karier berdasarkan self-efficacy dan locus of

control.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 3.86742466 Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096

Negative -.043

Kolmogorov-Smirnov Z .941

Asymp. Sig. (2-tailed) .339

(11)

1.2. Uji Homogenenity Of Variance Untuk Analisis Of Variance (ANOVA)

Uji homogenenity of variance merupakan salah satu uji asumsi klasik yang harus dilakukan sebelum melakukan uji statistik ANOVA. Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji homogenenity of variance yakni variabel dependen harus memiliki varian sama dalam setiap kategori variabel independent. Kriteria pengujian ini yaitu nilai lvel test di atas 5%. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4.9di bawah ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas

Dari Tabel 4.9, dapat diketahui bahwa nilai p = 0.765. Oleh karena itu nilai Levene Test sebesar 0.765 (p>0.05). Maka data dinyatakan homogen atau memiliki varian yang sama. Dengan demikian asumsi homogenity of variance terpenuhi untuk melanjutkan ke uji two way

anova.

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Kematangan Karier

F df1 df2 Sig.

.719 90 5 .765

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + SE + LOC + GENDER + SE * LOC + SE * GENDER + LOC * GENDER + SE * LOC * GENDER

(12)

2. Uji Hipotesis

2.1. Analisis Korelasi Multivariat

Analisis korelasi dilihat dari nilai koefisien korelasi. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antar dua variabel atau lebih dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan. Hasil analisis korelasi meliputi: kekuatan hubungan antara variabel, signifikansi hubungan dan arah hubungan. Menurut Sugiyono (dalam Priyanto,2013) Kekuatan hubungan dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Makna Koefisien Korelasi Antar Variabel

Makna Koefisien Korelasi Besar Angka

Sangat Rendah 0.00-0.199

Rendah 0.20-0.399

Sedang 0.340-0.599

Kuat 0.599-0.799

(13)

Hipotesis 1 : Ada hubungan signifikan antara Self-efficacy dan Locus Of

Control dengan Kematangan Karier siswa kelas XII Larat

Maluku Tenggara Barat.

Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisis

Korelasi Multivariate. Untuk melihat signifikan hubungan tersebut, maka

dilakukan pengujian signifikan dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif sbb:

Ho : Tidak ada hubungan signifikan Self-efficacy dan Locus Of

Control dengan Kematangan Karier siswa SMA Negeri

Kelas X11 Larat Maluku Tenggara Barat.

H1: Ada hubungan signifikan Self-efficacy dan Locus Of

Control dengan Kematangan Karier siswa SMA Negeri

kelas X11 Larat Maluku Tenggara Barat.

Tabel 4.11

Hasil Uji Analisis Korelasi Berganda Self-efficacy dan Locus Of Control dengan KematanganKarier

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7750.668 3 2583.556 168.017 .000a

Residual 1414.665 92 15.377

Total 9165.333 95

a. Predictors: (Constant), eksternal LOC, self-efficacy, Internal LOC

(14)

Tabel 4.12

Hasil Uji Analisis Korelasi Berganda

Self-efficacy dan Locus Of Control terhadap KematanganKarier

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .920a .846 .841 3.921 .846 168.017 3 92 .000

a. Predictors: (Constant), self-efficacy, eksternal LOC, Internal LOC

Berdasarkan Tabel 4.12 Model Summary diperoleh koefisien korelasi berganda R= 0.920 dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0,05), yang berarti ada hubungan antara Self-efficacy dan Locus Of Control dengan Kematangan Karier. Di samping itu, koefisien determinasi R Squere = 0,846 yang menunjukan adanya hubungan Self-efficacy dan Locus Of

Controldengan kematangan karier. Dengan demikian, variabel Sel-efficacy

dan Locus Of Control memberikan sumbangan sebesar 84,6%. Sedangkan sisanya sebesar 15.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

(15)

2.3. Analisis Two-Way Anova

Analisis of variance merupakan metode untuk menguji hubungan

variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independent. Pada kasus satu atau lebih variabel independent. Pada kasus satu variabel dependent dan dua atau tiga variabel independen disebut two ways anova (ghozali, 2011). Untuk hipotesis ke dua sampai ke empat menggunakan analisis two

ways anova.

Hipotesis 2 : Ada pengaruh interaksi antara Self-Efficacy dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier siswa SMA Negeri 1 kelas XII Larat Maluku Tenggara Barat.

Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisis two

ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka

dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif sbb:

Ho: Tidak ada pengaruh interaksi Self-efficacy dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier siswa kelas XII SMA N 1 Larat MTB

H1: Ada pengaruh interaksi Self-efficacy dan jenis kelamin terhadap Kematangan Karier siswa kelas XII SMA N 1 Larat MTB.

(16)

Tabel 4.13

Hasil Uji Two Ways Anova Pengaruh

Self-efficacy dan Jenis KelaminTerhadap Kematangan Karier

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kematangan karier

Source

Type I Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 3.037E6a 6 506137.223 1.736E4 .000

SE 3036731.631 3 1012243.877 3.471E4 .000

Gender 62.490 1 62.490 2.143 .147

SE * Gender 29.215 2 14.607 .501 .608

Error 2624.665 90 29.163

Total 3039448.000 96

a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,999)

Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh nilai F=0.501 dan nilai signifikansi 0.608 (p>0.05). Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruhinteraksi antara Self-efficacy dan jenis kelamin terhadap kematangan karier, maka H0 diterima. Berikut ini pola interaksi yang

(17)

Gambar 4.14

Pola interaksi Self-efficacy dan Jenis Kelamin Terhadap Kematangan Karier

Dari Gambar 4.14 di atas maka dapat dilihat bahwa garis jenis kelamin tidak semuanya saling memotong. Dapat dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan akan memiliki Kematangan Karier yang tinggi apabila memiliki self-efficacy yang tinggi, sebaliknya jika laki-laki dan perempuan memiliki kematangan karier yang rendah maka akan memiliki tingkat

(18)

Hipotesis 3 : Ada pengaruh interaksi antara Locus Of Control dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier siswa kelas XII SMA N 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

Untuk pengujian hipotesis ini, penulis menggunakan analisis two

ways anova. Untuk melihat signifikansi hubungan tersebut, maka

dilakukan pengujian signifikansi dengan menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif sbb:

Ho: Tidak ada pengaruh interaksi Locus Of Contol dan jenis kelamin terhadap Kematangan Karier siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat MTB.

H1: Ada pengaruh interaksi Locus Of Control dan jenis kelamin terhadap Kematangan Karier siswa kelas XII SMA N 1 MTB.

(19)

Tabel 4.15

Hasil uji Two Ways Anova Pengaruh Locus Of Control dan Jenis Kelamin Terhadap Kematangan Karier

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kematangan karier

Source

Type I Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 3.031E6a 14 216522.112 2.182E3 .000

InetrnalLOC 3030424.072 3 1010141.357 1.018E4 .000 EksternalLOC 32.115 2 16.057 .162 .851 Gender 36.275 1 36.275 .365 .547 InetrnalLOC * EksternalLOC * Gender 817.105 8 102.138 1.029 .421 Error 8138.434 82 99.249 Total 3039448.000 96

a. R Squared = ,997 (Adjusted R Squared = ,997)

Berdasarkan Tabel 4.15di atas diperoleh nilai F= 1.029 dengan taraf signifikan 0.421 (p>0.05). Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara internal Locus of control, eksternal locus of control dan jenis kelamin terhadap Kematangan Karier, Maka H0 diterima. Tetapi ada

interaksi locus of control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier Berikut ini pola interaksi yang dapat dilihat pada Gambar 4.16

(20)

Gambar 4.16

Pola interaksi eksternal Locus Of Control dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier

Gambar 4.17

Pola interaksi internal Locus Of Control dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier

(21)

Dari Gambar 4.16, di atas maka dapat dilihat bahwa eksternal

locus of control bila ada pada interval sedang maka terdapat pengaruh

interaksi eksternal locus of control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier karena polanya saling memotong. Gambar 4.17 di atas menerangkan bahwa internal locus of control ketika berada pada interval tinggi maka ada interaksi internal locus of control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier. Dapat dijelaskan bahwa siswa laki-laki dan perempuan akan memiliki kematangan karier yang tinggi apabila memiliki internal Locus Of Control yang tinggi, dan eksternal locus of control yang sedang.

Selain itu, Gambar 4. 16 dan Gambar 4.17 dilihat bahwa garis jenis kelamin saling memotong yang berarti terdapat interaksi locus of control dan jenis kelamin dengan kematangan karier. Namun demikian, berdasarkan hasil uji statistik nilai F= 1.029 pada tabel 4.15, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi locus of

(22)

Hipotesis 4 : Ada perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

Pengujian hipotesis yang ke empat dilakukan untuk mengetahui perbedaan kematangan karier antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dengan menggunakan Analisa independen sampel t-test. Untuk pengujian ini, dibuat dua hipotesis yakni hipotesis nol dan hipotesis alternatif sebagai berikut:

Ho: Tidak ada perbedaan Kematangan Karier ditinjau dari Jenis Kelamin siswa kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

H1: Ada perbedaan Kematangan Karier remaja ditinjau dari Jenis Kelamin siswa kelas XII SMA Negeri 1 LaratMaluku Tenggara Barat.

Tabel 4.18

Analisa Keseluruhan Kematangan Karier

Berdasarkan Tabel 4.17 diatas maka dapat dilihat bahwa analisa rata-rata keseluruhan kematangan karier adalah 177.67.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kematangan Karier 96 164 202 177.67 9.822

(23)

Tabel 4.19

Analisa Independen Sampel t-test Kematangan Karier Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari Tabel 4.18 diatas menunjukan bahwa laki-laki memiliki perbedaan kematang karier yang cukup signifikan. Dimana laki-laki memiliki nilai rata-rata sebesar 176.92, sedangkan perempuan sebesar 178.12. Oleh karena itu dapat terlihat jelas pada Tabel 4.16 sebagai berikut ini

Tabel 4.20

Hasil Uji Signifikan Kematangan Karier Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Group Statistics Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kematangan Karier laki-laki 36 176.92 9.452 1.575 Perempuan 60 178.12 10.090 1.303

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-taile d) Mean Differen ce Std. Error Differ ence 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kemata ngan Karier Equal variances assumed .417 .520 -.577 94 .565 -1.200 2.078 -5.326 2.926 Equal variances not

assumed -.587

77.6

(24)

Dari Tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa Fhitungsebesar 0.417

dengan nilai signifikansi 0.565 (p>0.05), yang bermakna tidak ada perbedan siswa laki-laki dan perempuan. Dengan demikian Ho diterima.

2. PEMABAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan diatas, dengan menggunakan uji t sampel independen, maka dalam tulisan ini, pembahasan disusun berdasarkan hipotesis.

Hipotesis pertama, berdasarkan uji statistik dengan koefisien korelasi berganda R=0.919 dengan nilai signifikan 0.000 (p<0.05), yang berarti ada hubungan signifikan antara Self-efficacy dan Locus Of Control dengan Kematangan Karier siswa SMA Negeri 1 Larat kelas X11 Maluku Tenggara Barat. Selain itu, koefisien determinasi R Square = 0.842 yang menunjukan adanya hubungan Self-efficacy dan Locus Of Control terhadap kematangan karier siswa. Dengan demikian variabel self-efficacy dan locus of control memberikan pengaruh sebesar 84,2% sedangkan sisanya sebesar 15.8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian yang sama juga dikemukakan oleh Zulkaida et al (2007) bahwa secara simultan ada pengaruh secara signifikan Self-efficacy dan Locus Of Control terhadap Kematangan Karier.

Adanya hubungan self-efficacy dan locus of control diperkirakan bahwa pertama, siswa SMA Negeri 1 Larat kelas X11 Maluku Tenggara Barat telah menyadari bahwa self-efficacy merupakan salah satu kekuatan yang ada dalam diri siswa ditambah dengan adanya internal dan eksternal

locus of control yang membuat dirinya memiliki usaha yang kuat untuk

(25)

didukung oleh Larsen &Buss (2008) mengungkapkan bahwa jika individu memiliki tingkat kepercayaan diri dan keyakinan yang kuat untuk memperoleh kesuksesan, maka akan memunculkan suatu perbuatan, menunjukan perilaku yang diinginkan, menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, dan mencapai kesuksesan yang diinginkan. Selain itu siswa SMA juga memandang dan mengupayakan dirinya dalam memberdayakan potensi agar memperoleh hasil terbaik dalam kematangan karier mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olanrewaju (2013) bahwa kecendrungan individu mencapai kesuksesan tentunya memiliki niat yang didasarkan pada gagasan bahwa kebutuhan individu untuk mengembangkan kemauan yang kuat dari self-efficacy untuk menmperoleh kesuksesan. Sementara itu, individu yang memiliki internal dan eksternal locus of control yang baik maka akan bersedia untuk mengontrol dirinya dalam pencapaian kesuksesan. Penelitian ini didukung oleh Wibowo (2010) bahwa ada pengaruh keyakinan diri dan Locus of control terhadap kematangan karier. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinasti (2011) yang mengemukakan bahwa tidak ada pengaruh anatara self-efficacy dan locus of control terhadap kematangan karier.

Kedua, siswa SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat juga cerdas dikarenakan memiliki self-efficacy akan kemampuan diri dalam memilih karier yang disertai dengan Locus Of Contol akan segala sesuatu dalam hidupnya ditentukan oleh usaha dan perilakunya sendiri dibaringi dengan hal-hal yang berada diluar dirinya. Hal tersebut akan mendorong individu dalam mengarahkan segala tenaga, usaha dan perilakunya untuk mencapai kematangan karier yang diinginkan. Sejalan dengan itu maka Bandura (2002) mengemukakan bahwa individu yang memiliki

(26)

self-efficacy yang tinggi, akan mengeluarkan usaha yang besar untuk

mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuannya. Sama halnya juga yang dikatakan oleh Rotter (2001) bahwa individu dengan locus of control merasa bahwa hasil kerjanya dan pencapaian kariernya tentu tidak terlepas dari usahanya disertai dengan pengaruh positif dari keadaan diluarnya. Dengan locus of control maka kehidupan individu saling mengimbangi dengan aktif mencari informasi dari keadaan sekelilingnya serta memiliki usaha yang keras untuk mencapai kesuksesannya.

Hipotesis kedua: tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara Self-efficacy dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier siswa SMA N 1 larat Maluku tenggara barat. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan nilai F=0.501 dengan nilai signifikansi 0.608 (p>0.05). Tidak adanya pengaruh dikarenakan ada beberapa kemungkinan. Pertama, siswa laki-laki dan perempuan menganggap bahwa faktor self-efficacy merupakan hal yang memang penting dimiliki. Kedua-duanya menganggap bahwa ketika mereka memiliki keyakinan diri yang sama, maka membuat mereka mempunyai kematangan karier. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Salami (2010) bahwa self-efficacy dan jenis kelamin tidak menunjukan adanya hubungan dengan kematangan karir pada siswa laki-laki maupun perempuan. Siswa laki-laki dan perempuan dengan kesadaran, mereka memiliki self-efficacy yang baik maka akan ada kesiapan mental untuk belajar, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih mampu mempercayai level kesuksesan yang tinggi dalam pencapaian karier. Hal ini akan berpengaruh terhadap kematangan karier siswa laki-laki maupun perempuan karena individu akan merasa lebih siap untuk masa depannya kelak.

(27)

Kedua, bagi siswa laki-laki dan perempuan membutuhkan

self-efficacy yang sama sehingga tidak menunjukan adanya perbedaan di

antara mereka dalam mencapai kematangan karier. Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Bozgeyikli et al (2009) bahwa tidak ada hubungan antara self-efficacy dan jenis kelamin terhadap kematangan karier. Siswa laki-laki dan perempuan menganggap dirinya mampu menjalankan tugas-tugas dengan tepat, sehingga penelitian ini terlihat konsisten dengan dasar teori self-efficacy Bandura (1977) yaitu individu menilai dan dapat berinteraksi dengan diri sendiri. Siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki self-efficacy kelak dengan mempertimbangkan kemampuan, minat, dan kepribadian yang dimilikinya cenderung dapat merencanakan dan membuat keputusan karier yang tepat untuk dirinya.

Self-efficacy yang dimunculkan tentunya akan memberikan kemandirian

bagi siswa laki-laki dan perempuan dalam membuat keputusan karier dan merencanakan pekerjaan apa yang sesuai dengan bidang pendidikan yang ditempuhnya.

Hipotesis ketiga, berdasarkan uji two ways anova antara variabel

Locus oc control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier maka

diperoleh nilai F = 1.029 dengan signifikansi 0.421 (p<0.05). Artinya tidak ada pengaruh interaksi locus of control dan jenis kelamin terhadap kematangan karier siswa SMA Negeri 1 Larat MTB. Penelitian ini berbeda dengan oleh penelitian yang dilakukan oleh Olanrewaju (2013) terhadap 210 siswa di Nigeria secara parsial locus of control dan faktor demografi memberikan kontribusi terhadap pekerjaan remaja. Sementara Pinasti (2011) mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh locus of control (internal-eksternal) dan faktor demografi terhadap kematangan karier siswa.

(28)

Ada beberapa alasan penulis terkait dengan tidak ada pengaruh

Locus Of Control dan Jenis Kelamin terhadap Kematangan Karier.

Pertama, siswa laki-laki maupun perempuan dapat mengatur dan mengarahkan hidupnya serta bertanggung jawab terhadap kegagalan dan kesuksesan yang dialaminya. Sejalan dengan itu, Feist & Feist (2008) mengemukakan bahwa seseorang dengan perasaan kontrol yang tinggi mampu menata tujuan-tujuan hidup untuk memperoleh kesuksesan dan matang dalam karier. Penelitian ini didukung oleh Akbult (2010) yang mengemukakan bahwa locus of control berpengaruh secara positif terhadap kematangan karier. Artinya siswa laki-laki dan perempuan yang matang dalam karier cendrung memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya, dan mampu mengandalkan usaha sendiri tetapi diimbangi oleh lingkungan.

Kedua, siswa laki-laki dan perempuan cenderung menganggap bahwa dengan memperoleh kematangan karier bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisiologinya saja tetapi membutuhkan suatu peningkatan non materi yang bersifat aktualisasi diri. Artinya siswa laki-laki dan perempuan memiliki internallocus of control yang tinggimaka siswa laki-laki dan perempuan mampu mencari informasi terkait pekerjaan yang diminati serta mampu berusaha mengatasi masalah yang berkaitan dengan kematangan karier. Sementara siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki eksternal locus of control yang sedang maka akan memberi kesimbangan bagi pencapaian karier. Sejalan dengan pendapat Rotter (dalam Carti et al; 2013) mengemukakan bahwa pada dasarnya locus of

control merupakan indikator dari ekspetasi umum (generalized expectancy) pengetahuan dan mengindikasikan tingkat kepercayaan umum

(29)

siswa laki-laki dan perempuan tetap mengandalkan kekuatan dari dalam diri tetapi juga mereka tidak mengabaikan kekuatan dari lingkungan untuk memperoleh kematangan karier. penelitian ini didukung oleh Zulkaida et

al (2009) bahwa ada hubungan locus of control dengan kematangan karier

siswa. Berbeda dengan penelitian yang yang dilakukan oleh oleh Lee (2007) bahwa tidak ada hubungan antara locus of control dan Jenis Kelamin terhadap kematangan karier.

Hipotesis empat, dengan menggunakan analisa independent sampel t-test, maka Fhitung sebesar 0.417 dengan signifikansi 0.565

(p<0.05) yang bermakna tidak ada perbedaan siswa laki-laki dan perempuan dalam Kematangan Karier. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salami (2010) dan Pinasti (2011) . Tidak adanya perbedaan jenis kelamin dengan kematangan karier dikarenakan beberapa alasan. Pertama, siswa laki-laki dan perempuan memiliki keinginan yang sama dalam pencapaian kematangan kariernya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Pleck (dalam Santrock, 2003) mengenai transendensi peran gender yang merunjuk kepada suatu keyakinan bahwa ketika akan menilai kompetensi individu, maka penilaian hendaknya dilakukan bukan berdasarkan maskulin, atau feminis, melainkan lebih berdasarkan kepada kompetensi individu. Dengan demikian juga ketika melakukan pencapaian karier siswa tidak lagi memperhatikan mengenai peran jenisnya namun lebih kepada menyesuaikan pilihan kariernya berdasarkan kompetensi, minat dan bakat yang dimiliki. Perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama dalam dunia pendidikan untuk meraih karier yang diinginkan. Penelitian ini berbeda dengan Hirschi & Lage (2007) yang dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ada ada perbedaan jenis kelamin terhadap karier siswa.

(30)

Kedua, kebanyakan siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 16-18 tahun telah membicarakan secara serius tentang rencana kariernya di masa depan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mitchell (1977) bahwa usia seseorang dapat mengupayakan laki-laki maupun perempuan untuk mencapai kematangan karier. Super (dalam Santrock, 2008) juga menekankan bahwa remaja laki-laki dan perempuan yang memasuki usia 14-18 tahun berada pada tahap kristalisasi, yaitu periode proses kognitif untuk menformulasikan sebuah tujuan karier melalui kesadaran akan berbagai kemungkinan minat, nilai, dan perencanaan karier. Dengan demikian untuk memperoleh kematangan karier oleh siswa laki-laki dan perempuan tentunya berdasarkan tingkat perkembangan usia, fisik dan kognitif.

Gambar

Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak  dari  172,2  sampai  dengan  205
Tabel 4.8  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.9  Hasil Uji Homogenitas

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rakhmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “ ASUHAN

Data uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh dari uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis yang terdiri dari 6 soal pada siswa di luar

Target program PKM ini adalah sekelompok orang yang produktif secara ekonomi (usaha kecil). Program ini bertujuan untuk mengembangkan komunitas yang mandiri secara

PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG /JASA PEKERJAAN KONSTRUKSI DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN. NOMOR :

Penulis juga ingin mengungkap lebih jauh tentang bagaimana proses pelaksanaan pemenuhan hak pekerja dalam mendapatkan DIKLAT, sampai kepada masalah- masalah apa saja yang

penelitian ini adalah pemanfaatan kulit pisang raja difermentasi MOL dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan serta menurunkan konversi

Awal tahun ($) Kurs = Rp.. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan menjual rupiah iorward. Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar iorward 1

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil observasi kompetensi PCK mahasiswa yang meliputi kemampuan dalam merancang pembelajaran, kemampuan dalam mengelola pembelajaran,