• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERTUMBUHAN POHON DI LOKASI REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT. VALE INDONESIA Tbk. SOROWAKO, SULAWESI SELATAN A D I N D A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PERTUMBUHAN POHON DI LOKASI REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG PT. VALE INDONESIA Tbk. SOROWAKO, SULAWESI SELATAN A D I N D A"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI PERTUMBUHAN POHON

DI LOKASI REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PT. VALE INDONESIA Tbk. SOROWAKO,

SULAWESI SELATAN

A D I N D A

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

EVALUASI PERTUMBUHAN POHON

DI LOKASI REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PT. VALE INDONESIA Tbk. SOROWAKO,

SULAWESI SELATAN

A D I N D A

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

iii

RINGKASAN

ADINDA. Evaluasi Pertumbuhan Pohon di Lokasi Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YADI SETIADI.

Kegiatan reklamasi dan revegetasi yang dilakukan oleh perusahaan tambang dalam usaha memperbaiki fungsi lahan yang telah terganggu akibat pembukaan wilayah tidaklah mudah. Evaluasi status pertumbuhan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan status pertumbuhan pohon di lahan pasca tambang dan mengevaluasi penyebab gangguan kesehatan pada pertumbuhan pohon di lahan pasca tambang. Metode yang dipakai pada penelitian ini menggunakan objek 4 buah plot yang dilakukan pada 2 lokasi yaitu di Harapan dan di Inalahi. Parameter yang diukur dalam mengidentifikasi status pertumbuhan ini yaitu diameter tanaman, tinggi tanaman, persen tumbuh tanaman, persen kesehatan tanaman dan contoh tanah. Jenis tanaman yang diamati pada penelitian ini yaitu bitti (Vitex coffasus), johar (Senna siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan sengon buto (Enterolobium macrocarpum).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman johar memiliki nilai persen tumbuh individu 100%, hal ini berarti tanaman johar memiliki daya hidup yang baik dan bersifat adaptif pada setiap plot pengamatan. Persen tumbuh total dimiliki oleh tanaman sengon buto sebesar 40% di lokasi Harapan dan tanaman johar sebesar 30% di lokasi Inalahi. Tanaman kayu angin di lokasi harapan dan tanaman sengon buto di lokasi Inalahi memiliki nilai persen kesehatan tanaman sebesar 100%. Hal ini menunjukkan kedua tanaman tersebut tahan terhadap gangguan kesehatan di masing-masing lokasi. Gangguan kesehatan tanaman yang terjadi ditunjukkan dengan adanya gejala kekuningan pada daun, bercak-bercak hitam, dan stagnasi. Hasil analisis tanah pada plot yang diamati menunjukkan bahwa adanya nilai unsur hara yang rendah yaitu pada nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P), dan kalsium (Ca) sehingga menjadi salah satu penyebab adanya gangguan kesehatan pada tanaman.

(4)

iv

SUMMARY

ADINDA. Tree’s growth evaluation in revegetation of post-mining land owned by PT. Vale Indonesia. Ltd, Sorowako, South-Sulawesi. Supervised by YADI SETIADI.

Reclamation and revegetation activities conducted by mining company to improve the function of land that has been affected due to the opening of the area is not easy. Evaluation of growth status is one of ways that can be used to overcome these obstacles. This study aimed to describe the status of growth of trees in the post-mining land and evaluate the causes of health problems on the growth of trees in the post-mining land. The method used in this study is using 4 pieces of plot objects made in two locations: in Harapan and in Inalahi. The parameters measured in identifying growth status are the plant’s diameter, plant’s height, growth performance, survival rate and soil samples. The species observed in this study is bitti (Vitex coffasus), johar (Senna siamea), kayu angin (Casuarina sp.), and sengon buto (Enterolobium macrocarpum).

The results showed that johar has a value of 100% percent of individual growth, this means johar has a good life and adaptive at each observation plot. Percentage of the total of growing plants owned by sengon buto is 40% at the location of Harapan and johar is 30% in Inalahi location. Kayu angin at Harapan site and sengon buto at the location of Inalahi possess health value of 100%. It means that both plants resistant to health problems in their respective locations. Health problems occured is indicated by the presence of symptoms, such as, yellow leaves, black spots, and stagnation. The results of soil analysis on the observed plot indicates that low nutrient value in nitrogen (N), potassium (K), phosphorus (P) and calcium (Ca) to be one cause of the health problems in the plant.

(5)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi Pertumbuhan Pohon di Lokasi Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber infomasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, November 2012

Adinda E44080058

(6)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Pertumbuhan Pohon di Lokasi Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan

Nama : Adinda NIM : E44080058 Menyetujui: Dosen Pembimbing Dr Ir Yadi Setiadi, MSc NIP 19551205 198003 1 004 Mengetahui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala anugerah, rahmat, kasih sayang, dan ridhoNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Evaluasi Pertumbuhan Pohon di Lokasi Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan” merupakan hasil kegiatan penelitian penulis mengenai penyebab gangguan kesehatan pada tanaman di lahan pasca tambang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis harapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk penelitian ini dari semua pihak. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, November 2012

Adinda E44080058

(8)

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr Ir Yadi Setiadi, MSc atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan. 2. Dr Ir Ahmad Budiaman, MScF selaku dosen penguji yang telah

memberikan sarannya untuk penulisan skripsi ini.

3. Ibunda Iin Avianti dan Ayahanda Iwan Effendy serta saudara terkasih atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan baik moril, materil dan spiritual yang selalu mengalir kepada penulis.

4. Pak Aris Prio Ambodo, Pak Andi Nur Taslim, Pak Yohan, dan Pak Edy Tangkelayuk beserta seluruh staf di Divisi Mine Revegetation PTVI untuk segala bantuan dan fasilitas yang telah diberikan di Sorowako.

5. Mira Novianti beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan bantuan.

6. Rekan-rekan yang membantu penelitian maupun pembuatan skripsi ini (Yolandari, Ageng, Putri, Intan, Bang Fiki, dan keluarga besar PAU).

7. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di Departemen Silvikultur dan Fakultas Kehutanan IPB yang memberikan bantuan dan dukungan selama ini kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman silvikultur 45 atas segala hal yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman penulis (Riri, Iyanq, Rieza Rizki, April, Dhea, Asri, dan Satya) yang selalu memberikan dukungan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan kesejahteraan dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan.

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 September 1990 sebagai putri dari pasangan Iin Avianti dan Iwan Effendy. Pada tahun 2008, penulis lulus dari SMAN 2 Bogor, pada tahun yang sama juga penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai staf Departemen Minat dan Bakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2009/2010, staf Divisi Project

Division Tree Grower Community 2010/2011, Kepala Divisi Project Division Tree Grower Community 2011/2012, panitia Belantara Departemen Silvikultur

tahun 2010. Selama di bangku kuliah, penulis pernah mendapat beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) 2010/2012.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) yang dilaksanakan di Sancang-Papandayan. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) yang dilaksanakan di PT. Vale Indonesia Tbk Sorowako, Sulawesi Selatan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Pertumbuhan Pohon di Lokasi Revegetasi Lahan Pasca Tambang PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pasca Tambang ... 3

2.2 Permasalahan Lahan Pasca Tambang Nikel PTVI ... 3

2.3 Reklamasi ... 4

2.4 Revegetasi ... 4

2.5 Pertumbuhan Tanaman ... 5

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Batas Wilayah ... 6

3.2 Iklim ... 6

3.3 Topografi dan Tanah... 6

2.4 Revegetasi ... 7

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

4.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 8

4.3 Metode Penelitian ... 8

4.3.1 Tahap Persiapan ... 8

4.3.2 Pengambilan Data ... 9

4.3.2.1 Parameter Pertumbuhan ... 9

4.3.2.2 Identifikasi Gangguan Kesehatan Tanaman... 9

4.3.2.3 Pengambilan Contoh ... 9

4.3.3 Analisis Data ... 10

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... 11

5.2 Pembahasan ... 15

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 20

(11)

xi DAFTAR PUSTAKA ... 21 LAMPIRAN ... 22

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Lokasi plot contoh ... 8

2 Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian (0,1ha/plot) ... 11

3 Rekapitulasi nilai rata-rata diameter pada tiap jenis tanaman... 11

4 Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman ... 12

5 Persen tumbuh tanaman pada setiap plot pengamatan ... 12

6 Persen kesehatan tanaman pada setiap jenis di plot pengamatan... 12

7 Pengamatan gejala gangguan kesehatan pada tanaman di setiap plot . 13 8 Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan ... 14

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 8 2 Tipe nekrosis pada beberapa tanaman: (a) dan (b) tipe nekrosis

pada johar; (c) tipe nekrosis pada bitti ... 16 3 Tipe klorosis pada beberapa tanaman (a) dan (b) tipe klorosis

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah ... 23 2 Hasil analisis tanah di setiap plot pengamatan... 24

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan tambang dalam melakukan kegiatan penambangan seringkali melakukan pembukaan wilayah untuk mendapatkan barang tambang yang berada di bawah permukaan bumi atau dikenal dengan penambangan terbuka. Pembukaan wilayah akan menyebabkan areal tersebut mengalami kerusakan dan berubah menjadi fungsi lain. Penggalian tambang yang sudah selesai dilakukan akan menjadikan lahan bekas tambang menjadi rusak, sehingga wilayah pasca tambang tersebut harus segera direklamasi yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi awal lahan.

Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan menurut Kusnoto dan Kusumodirdjo (1995) antara lain adalah penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah dan longsor, terganggunya flora dan fauna, terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk, serta adanya perubahan iklim mikro. Lahan bekas tambang yang ditinggalkan tidak tertata dan tidak tertanami menyebabkan lahan tersebut akan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi marjinal. Lahan bekas tambang apabila tidak dikelola dengan baik dapat berakibat negatif pada kualitas udara, air permukaan, air tanah, serta pemanfaatan lahan (perubahan topografi, drainase, dan vegetasi).

Reklamasi adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali, dan meningkatkan kondisi lahan yang telah rusak (kritis) sebagai akibat dari kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Kemudian lahan yang telah selesai direklamasi selanjutnya siap untuk ditanami tumbuhan sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi lahan sebelumnya.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 60 Tahun 2009 tentang pedoman penilaian keberhasilan reklamasi hutan menjelaskan bahwa kriteria keberhasilan reklamasi hutan mencakup kegiatan penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, serta melakukan revegetasi. Kenyataannya kegiatan reklamasi dan revegetasi pada lahan pasca tambang menemui banyak hambatan. Dalam kegiatan

(16)

2

revegetasi, akibat tersebut dapat berupa performa pertumbuhan pohon-pohon yang tidak baik seperti kekuningan, daun rontok, dan stagnasi. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan seperti pertumbuhan tanaman yang terhambat atau mengalami stagnasi, adanya gejala kekuningan pada tumbuhan, sehingga gejala-gejala tersebut mengganggu kesehatan pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor seperti tanah yang marginal, kekurangan unsur hara, adanya kandungan mineral (Fe, Al, FeS) yang berlebihan, dan aliran air yang kurang baik sehingga tergenang dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan pada pohon-pohon di areal pasca tambang.

Gangguan kesehatan yang terjadi ini dapat merugikan perusahaan tambang, karena dapat menurunkan nilai evaluasi revegetasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi penyebab gangguan kesehatan tanaman yang terjadi pada pohon-pohon di areal pasca tambang, sehingga perusahaan dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperbaikinya.

1.2 Tujuan

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Mendeskripsikan daya hidup dan status pertumbuhan pohon di lahan pasca tambang.

2. Mengevaluasi penyebab gangguan kesehatan pada pertumbuhan pohon di lahan pasca tambang.

3. Memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh perusahaan.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu cara untuk menentukan langkah-langkah perbaikan tanaman yang kurang sehat. Penelitian ini juga berperan sebagai salah satu kriteria penilaian keberhasilan revegetasi.

(17)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan Pasca Tambang

Lahan bekas tambang merupakan lahan sisa hasil proses pertambangan. Pada lahan pasca tambang tidak ditemukan topsoil dan biasanya ditemukan lubang-lubang bekas penambangan dengan lapisan tanah yang mempunyai komposisi dan warna berbeda.

Degradasi pada lahan bekas tambang meliputi perubahan sifat fisik dan kimia tanah, penurunan drastis jumlah jenis tanaman baik flora atau fauna serta mikroorganisme tanah, rusaknya lapisan tanah karena adanya penggalian. Dengan kata lain, bahwa kondisi lahan terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik.

2.2 Permasalahan Lahan Pasca Penambangan Nikel di PTVI

Menurut Setiadi (2006) kendala utama dalam melakukan aktifitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka bekas penambangan nikel adalah kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengetahui masalah ini, maka karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah perlu diketahui.

Penimbunan dan pemadatan tanah dalam kegiatan rekonstruksi lahan, menyebabkan rusaknya struktur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Rusaknya struktur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk menyimpan dan meresapkan air hujan, sehingga aliran permukaan (surface run off) menjadi tinggi serta tanah menjadi padat dan keras pada musim kering sehingga sangat berat untuk diolah yang secara tidak langsung berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja.

(18)

4

2.3 Reklamasi

Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air masam tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Sasaran akhir reklamasi adalah memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali.

Reklamasi yang dilaksanakan di PTVI diawali dengan perataan lahan karena lahan bekas tambang nikel biasanya terdapat timbunan-timbunan yang tidak teratur disertai dengan lubang-lubang, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penimbunan batu-batuan untuk menutupi cekungan-cekungan serta untuk memudahkan kegiatan penghijauan. Pembentukan lereng (kontur) ditujukan agar terciptanya bentuk yang dapat mengurangi laju erosi, lebih stabil dan memudahkan pekerjaan penanaman serta mendukung pertumbuhan vegetasi. Dalam mereklamasi lahan pasca tambang nikel, pembuatan akses jalan diperlukan untuk memudahkan akses mobilitas kegiatan revegetasi. Dalam mengendalikan air limpasan hujan, maka dibuat saluran air (drainase). Kegiatan reklamasi pada lahan pasca tambang nikel di PTVI diakhiri dengan kegiatan pemberian tanah topsoil untuk persiapan revegetasi.

2.4 Revegetasi

Menurut Parotta dalam Setiawan (2003) menyatakan tujuan rehabilitasi ekosistem hutan yang mengalami degradasi adalah menyediakan, mempercepat, dan melangsungkan proses suksesi alami. Tujuan lainnya ialah untuk mempercepat produktivitas biologis, mengurangi laju erosi tanah, menambah kesuburan tanah (termasuk bahan organik), dan menambah kontrol biotik terhadap aliran biogekimia dalam ekosistem yang ditutupi tanaman.

Revegetasi berdasarkan Pedoman Reklamasi Hutan No. 4 Tahun 2011 adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi (memiliki

(19)

5

aksentuasi mendekati proteksi dan konservasi serta bertujuan untuk kembali kekondisi awal), reforestasi, dan agroforestri. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa aktivitas dalam kegiatan revegetasi meliputi beberapa hal yaitu (i) seleksi dari tanaman lokal yang potensial, (ii) produksi bibit, (iii) penyiapan lahan, (iv) amandemen tanah, (v) teknik penanaman, (vi) pemeliharaan, dan (vii) program monitoring. Revegetasi yang sukses tergantung pada pemilihan vegetasi yang adaptif, tumbuh sesuai dengan karakteristik tanah, iklim dan tujuan pasca penambangan.

1.5 Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetis. Pertumbuhan tanaman yang terganggu yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung biasanya menampakkan gejala. Gejala yang ditimbulkan suatu tanaman yang terganggu kesehatannya dapat timbul pada hampir seluruh bagian tubuh tanaman misalnya stagnasi, layu, daun menguning, ukuran daun lebih kecil, pertumbuhan terhambat, dan kematian cabang.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Munawar (2011), tanah memiliki unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah ketersediaannya kurang atau berlebihan maka dapat menyebabkan kesehatan tumbuhan terganggu yaitu kekahatan atau keracunan unsur hara. Beberapa unsur yaitu nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S) diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar dan dikelompokkan dalam unsur hara makro. Besi (Fe), boron (Bo), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), molibden (Mo), dan klor (Cl) diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil dan dikelompokkan sebagai unsur minor atau hara mikro.

(20)

6

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Batas Wilayah

Lokasi penambangan PT Vale Indonesia Tbk. terletak di daerah Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dapat ditempuh melalui jalur darat maupun udara. Sorowako terletak sekitar 60 km sebelah Timur Laut kota Malili. Jarak dari Ibukota Kabupaten (Palopo) ± 245 km, sedangkan dari Makassar ± 720 km. PTVI mempunyai wilayah kontrak karya seluas 218.529,01 ha.

3.2 Iklim

Musim hujan di PTVI umumnya terjadi pada bulan Januari sampai Mei. Hal ini dapat dilihat dari curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan tersebut yaitu >200 mm/bulan, sedangkan bulan-bulan kering yang memiliki curah hujan <100 mm/bulan terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Data iklim yang diperoleh stasiun cuaca PTVI terlihat bahwa umumnya terjadi hujan sepanjang tahun. Curah hujan di areal studi PTVI Sorowako menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A dengan curah hujan cukup tinggi 3000 mm/tahun. Suhu udara berkisar antara 250C−260C dengan kelembaban rata-rata 80%.

3.3 Topografi dan Tanah

Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan ketinggian antara 400−900 mdpl. Vegetasi yang tumbuh adalah tumbuhan tropis berupa semak belukar, tanaman perdu dan hutan yang ditumbuhi pepohonan berdiameter antara 10−40 cm (Primanda 2008).

Daerah Sorowako didominasi oleh tanah laterit. Menurut Hardjowigeno (1987), tanah laterit adalah tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan oksida-oksida besi (Fe) atau oksida aluminium (Al) yang terhidrasi. Tanah ini tidak memiliki horison yang jelas. Rata-rata kemiringan di Sorowako yaitu 9% sampai 30% dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl.

Tanah laterit memiliki erodibilitas yang tinggi (peka terhadap erosi). Berdasarkan sifat fisiknya, tekstur tanah lateritik yaitu liat, liat berpasir, dan liat

(21)

7

berdebu serta bertekstur lempeng. Ruang pori mikro dan makro porositas tanahnya seimbang dengan drainase yang agak buruk sampai buruk.

3.4 Revegetasi

Penanaman pada areal pasca tambang PTVI menggunakan jarak tanam 4 meter x 5 meter sehingga total tanaman dalam satu hektar adalah 500 tanaman. Jenis-jenis tanaman pionir yang digunakan di PTVI yaitu bitti (Vitex coffasus), johar (Senna siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan sengon buto (Enterolobium macrocarpum). Masing-masing tanaman pionir memiliki komposisi dalam penanamannya, yaitu bitti (Vitex coffasus) 10%, johar (Senna

siamea) 30%, kayu angin (Casuarina sp.) 20%, dan sengon buto (Enterolobium macrocarpum) sebesar 40%. Jenis-jenis pionir tersebut adalah jenis-jenis cepat

tumbuh (fast growing species) yang mampu mempercepat suksesi jenis-jenis lokal lainnya dan tidak memerlukan perawatan yang intensif. Persiapan sebelum penanaman tanaman pioneer ialah pemupukan sebagai pembenah tanah. Lubang tanam yang akan dipupuk dibiarkan selama 3 sampai 7 hari agar gas-gas yang beracun yang mengganggu pertumbuhan tanaman ke luar dan pupuk sudah meresap ke tanah.

(22)

8

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan, dimulai dari Maret 2012 sampai dengan Juli 2012. Penelitian dilakukan pada lokasi lahan-lahan bekas pertambangan nikel yang telah direvegetasi oleh PT. Vale Indonesia Tbk, Sorowako Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian; lingkaran ungu: lokasi pengamatan Inalahi; lingkaran merah: lokasi pengamatan Harapan

4.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta revegetasi, Global

Positioning System (GPS), jangka sorong, bambu, alat tulis, tally sheet, meteran

30 m, tagging, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanaman pada lahan pasca tambang yang berumur 1 dan 2 tahun.

4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Tahap Persiapan

Pengamatan diawali dengan pembuatan plot. Plot dibuat secara melingkar dengan luas 0,1 ha dan jari-jari 17,8 m. Lokasi penelitian berjumlah 2 lokasi yaitu lokasi Harapan dan lokasi Inalahi dengan jumlah 2 plot pada setiap lokasi. Penentuan plot ditentukan dengan melihat adanya gangguan kesehatan tanaman pada blok tanam. Pengamatan pertumbuhan tanaman diamati pada seluruh tanaman yang berada pada plot contoh, meliputi tinggi dan diameter. Khusus pada

(23)

9

tanaman yang mengalami gangguan, diamati tanda-tanda gangguan kesehatan yang terjadi pada tanaman tersebut. Gangguan kesehatan seperti kekuningan dan bercak-bercak hitam yang ditemukan didokumentasikan menggunakan kamera.

Tabel 1 Lokasi plot contoh

Tahun Tanam Lokasi Plot

2010 Harapan Plot 1

Plot 2

2011 Inalahi Plot 1

Plot 2

Parameter yang diamati selain tinggi dan diameter, juga kondisi tanah disekitar tanaman dengan cara diambil contoh tanah sekitar tanaman yang mengalami gangguan. Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar tanaman-tanaman yang mengalami gangguan dan tanaman-tanaman sehat yang dilakukan secara komposit dari beberapa tempat yang mewakili daerah plot contoh.

4.3.2 Pengambilan Data

4.3.2.1 Parameter Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari penandaan awal tanaman di pangkal batang tanaman hingga pucuk apikal dominan.

Diameter Tanaman (cm)

Pengukuran diameter tanaman dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter diukur setinggi 15 cm dari penandaan awal tanaman pada pangkal batang.

4.3.2.2 Identifikasi Gangguan Kesehatan Tanaman

Identifikasi gangguan pada tanaman dilakukan dengan mengamati gejala gangguan kesehatan pada tanaman seperti stagnasi, daun kekuningan, mati pucuk dan daun rontok. Gejala-gejala gangguan tersebut didokumentasikan dengan menggunakan kamera.

Identifikasi gangguan kesehatan menerangkan jumlah tanaman yang mengalami gangguan dan yang sehat. Data kesehatan tanaman digunakan untuk mendapatkan persentase tumbuh tanaman dan persentase kesehatan tanaman.

(24)

10

4.3.2.3 Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah tanaman diambil di daerah sekitar tanaman yang mengalami gangguan dan tanaman yang sehat. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0−30 cm dan 30−60 cm dan dilakukan secara komposit, dimana komposit adalah pencampuran contoh-contoh tanah individu yang diambil dari beberapa tempat sebagai contoh campuran untuk dianalisis. Analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Contoh tanah ini diambil untuk mengetahui karakter tanah di sekitar tanaman tersebut. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada lampiran 2.

4.3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan melihat dan menjelaskan hubungan antara parameter yang diambil yaitu contoh tanah, persentase tumbuh tanaman, dan persen kesehatan tanaman terhadap status pertumbuhan di lokasi penelitian.

Persentase Pertumbuhan Tanaman (%)

Persentase tumbuh tanaman dihitung dengan menggunakan rumus (Peraturan Menteri Kehutanan No.60 Tahun 2009):

% tumbuh =

x 100%

Persentase tumbuh tanaman dihitung unntuk mengetahui daya tumbuh tanaman di dalam plot pengamatan.

Persentase Kesehatan Tanaman (%)

Persen kesehatan tanaman dihitung dengan menggunakan rumus (Peraturan Menteri Kehutanan No.60 Tahun 2009):

% kesehatan tanaman =

(25)

11

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman yang ditanam. Jenis-jenis tanaman tersebut yaitu bitti (V.

coffasus), johar (S. siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan sengon buto (E. macrocarpum). Setiap jenis memiliki jumlah yang berbeda pada setiap plot.

Jumlah tanaman pada setiap lokasi ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian (0,1 ha/plot)

No Lokasi Tahun Tanam Umur (tahun) Plot Jumlah Tanaman Hidup Keterangan

1 Harapan 2010 2 1 38 bitti 2, johar 16,

kayu angin 12, Sengon buto 8 2 49 bitti 2, johar 19,

kayu angin 6, sengon buto 22

2 Inalahi 2011 1 1 44 bitti 5, johar 24,

kayu angin 12, sengon buto 3 2 37 bitti 8, johar 24,

kayu angin 3, sengon buto 2

Jumlah tanaman yang ditanam pada setiap lokasi penelitian sebanyak 50 tanaman. Rekapitulasi nilai rata-rata diameter pada tiap jenis tanaman disajikan pada Tabel 3. Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3 Rekapitulasi nilai rata-rata diameter pada tiap jenis tanaman

No Tanaman Plot Rata-rata Diameter (cm)

Harapan Inalahi 1 Bitti 1 4,2 0,7 2 2,7 1,1 2 Johar 1 4,2 1,4 2 3,0 2,1 3 Kayu angin 1 3,0 0,9 2 3,7 1,8 4 Sengon buto 1 6,8 2,3 2 5,4 2,8

(26)

12

Tabel 4 Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman

No Tanaman Plot DiameterTinggi (cm)

Harapan Inalahi 1 Bitti 1 176,0 79,6 2 110,0 86,5 2 Johar 1 216,0 104,4 2 163,6 110,0 3 Kayu angin 1 231,5 94,3 2 226,3 97,0 4 Sengon buto 1 385,5 105,6 2 271,2 125,0

Rekapitulasi nilai rata-rata diameter dan tinggi terbesar pada setiap jenis didapatkan pada plot 2 di lokasi Harapan dan plot 1 di lokasi Inalahi. Persen tumbuh tanaman pada setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 5. Persen tumbuh yang disajikan pada Tabel 5 menyajikan persen tumbuh secara individu dan persen tumbuh total.

Tabel 5 Persen tumbuh tanaman pada setiap plot pengamatan

No Tanaman Plot

Persen Tumbuh (%)

Harapan Inalahi

Individu Total Individu Total

1 Bitti 1 40 4 100 10 2 40 5 100 10 2 Johar 1 100* 30 100* 30 2 100* 30 100 30 3 Kayu angin 1 100* 20 100* 20 2 60 12 30 6 4 Sengon buto 1 40 16 15 6 2 100* 40 10 4

*: adanya kemungkinan kesalahan teknis pada saat penanaman

Persen tumbuh tanaman terbaik terdapat pada jenis johar untuk persen tumbuh individu maupun persen tumbuh total. Persen kesehatan tanaman pada setiap jenis di plot pengamatan disajikan pada Tabel 6. Persen kesehatan menunjukkan plot-plot yang mengalami gangguan kesehatan sehingga nilai persen kesehatan yang didapat rendah.

Tabel 6 Persen kesehatan tanaman pada setiap jenis di plot pengamatan

No Tanaman Plot Persen kesehatan tanaman (%)

Harapan Inalahi 1 Bitti 1 0,0 40,0 2 50,0 80,0 2 Johar 1 26,6 53,3 2 53,3 66,6 3 Kayu angin 1 100,0 40,0 2 100,0 0,0 4 Sengon buto 1 12,5 100,0 2 25,0 50,0

(27)

13

Gejala yang ditunjukkan tanaman berbeda-beda pada setiap jenisnya. Pada tanaman bitti gejala yang ditunjukkan ialah bintik-bintik hitam dengan jumlah daun yang sedikit. Pada johar umumnya gejala yang terlihat berupa stagnasi, klorosis, nekrosis, rontok, hingga bercak hitam. Gejala yang ditimbulkan kayu angin berupa stagnasi dan sedikitnya daun yang tumbuh. Jenis sengon buto gejala yang ditimbulkan biasanya berupa klorosis yang menyerang daun tua kemudian menjalar ke daun muda. Pengamatan gejala karakteristik pada tanaman di setiap plot disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengamatan gejala gangguan kesehatan pada tanaman di setiap plot

Lokasi Plot Tanaman Gejala yang ditimbulkan

Harapan 1 Bitti klorosis pada daun tua, bercak hitam

Johar rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

Kayu angin Stagnasi

Sengon buto rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

2 Bitti stagnasi, bercak hitam

Johar stagnasi, rontok, klorosis pada daun tua, bercak hitam

Kayu angin -

Sengon buto

rontok, daun tua hijau menguning dimulai dari bagian tepi

Inalahi 1 Bitti bintik hitam

Johar klorosis pada daun tua, daun rontok pada bagian muda

Kayu angin stagnasi, daun sedikit

Sengon buto -

2 Bitti bintik hitam

Johar klorosis, rontok, nekrosis

Kayu angin daun sedikit

Sengon buto Klorosis

Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis tanah ini menunjukkan adanya kekahatan unsur hara kedua lokasi penelitian. Tabel menunjukkan bahwa kedalaman 0−30 cm memiliki nilai unsur hara yang lebih tinggi dari kedalaman 30−60 cm. Hal ini karena pada kedalaman 0−30 cm merupakan tanah topsoil yang banyak memiliki kandungan unsur hara. Selain itu, pH yang ditunjukkan pada Tabel 8 di setiap plot pengamatan berkisar antara 6,50−6,80. Nilai pH tersebut mendekati nilai pH netral, yaitu 7,00.

(28)

14

Tabel 8 Hasil analisis tanah pada setiap plot pengamatan Parameter

Tanah

Harapan Inalahi

Plot 1 Plot 2 Plot 1 Plot 2

A B A B A B A B pH H2O 6,50 6,50 6,60 6,70 6,80 6,90 6,70 6,80 N (%) 0,04 0,04 0,03 0,03 0,06 0,04 0,08 0,06 P Bray l (ppm) 3,50 3,10 3,90 3,30 4,10 3,60 4,60 4,30 K (me/100g) 0,11 0,33 0,16 0,17 0,24 0,08 0,07 0,09 Ca (me/100g) 0,28 0,49 1,57 0,88 0,48 0,43 0,45 0,47 Mg (me/100g) 1,00 4,37 2,52 4,70 2,58 3,76 3,47 3,87

A: kedalaman 0−30 cm pada setiap plot, B: kedalaman 30−60 cm pada setiap plot Plot 1 Lokasi Harapan

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 1 lokasi Harapan sebanyak 38 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh tanaman johar dan kayu angin sebesar 100%, sedangkan persen tumbuh total tertinggi didapatkan oleh johar sebesar 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi di plot 1 terdapat pada tanaman kayu angin sebesar 100%. Hasil analisis tanah pada plot 1 lokasi Harapan menunjukkan bahwa kandungan N, P, K, Ca dan KTK memiliki nilai yang rendah, yaitu N 0,04%, P 3,3 ppm, K 0,22 me/100 g, Ca 0,38 me/100 g dan KTK 7,87 me/100 g. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa nilai Mg > Ca, dengan nilai Mg 2,68 me/100 g. Tekstur tanah pada plot ini di kedalaman 0 – 30 cm yaitu lempung liat berdebu, sedangkan pada kedalaman 30 – 60 cm adalah lempung.

Plot 2 Lokasi Harapan

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 2 lokasi Harapan sebanyak 49 tanaman. Jumlah tanaman pada plot ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan plot lainnya. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh johar sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh sengon buto sebesar 40%. Persen kesehatan tanaman tertinggi terdapat pada tanaman kayu angin sebesar 100%. Hasil analisis tanah yang terdapat pada plot 2 lokasi Harapan memiliki nilai N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,03%, P 3,6 ppm, K 0,16 me/100 g, Ca 1,23 me/100 g dan

(29)

15

KTK sebesar 6,17 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung berdebu.

Plot 1 Lokasi Inalahi

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 1 lokasi Inalahi sebanyak 44 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh bitti dan johar sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh johar sebesar 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi pada plot ini dimiliki oleh sengon buto sebesar 100%. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa plot ini memiliki kandungan N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,05%, P 3,85 ppm, K 0,16 me/100 g, Ca 0,45 me/100 g dan KTK 6,97 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung berdebu.

Plot 2 Lokasi Inalahi

Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanaman yang terdapat pada plot 2 lokasi Inalahi sebanyak 37 tanaman. Persen tumbuh individu tertinggi dimiliki oleh tanaman bitti, johar dan kayu angin sebesar 100% sedangkan persen tumbuh total tertinggi dimiliki oleh johar dengan nilai 30%. Persen kesehatan tanaman tertinggi dimiliki oleh bitti sebesar 80%. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa plot ini memiliki kandungan N, P, K, Ca, dan KTK yang rendah, yaitu N 0,07%, P 4,45 ppm, K 0,08 me/100 g, Ca 0,46 me/100 g dan KTK 6,6 me/100 g. Tekstur tanah yang terdapat pada plot ini yaitu lempung liat berdebu.

5.2 Pembahasan

Pertumbuhan tanaman merupakan perkembangan yang progresif dari suatu organisme yang bersifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di antaranya yaitu suhu, kelembaban, iklim, curah hujan, dan tanah. Pada lahan pasca tambang, faktor lingkungan seperti kondisi tanah menjadi salah satu hambatan dalam pertumbuhan tanaman. Apabila pertumbuhan tanaman terganggu maka tanaman akan menunjukkan gejala seperti daun menguning (klorosis), layu, mati cabang, dan stagnasi.

Tanaman johar pada setiap plot di setiap lokasi memiliki nilai persen tumbuh individu sebesar 100%, hal ini berarti tanaman johar memiliki daya

(30)

16

hidup yang baik dan bersifat adaptif pada setiap plot pengamatan. Dengan nilai tersebut maka tanaman johar telah memenuhi komposisi yang seharusnya yaitu 30% pada saat penanaman. Persen tumbuh total dimiliki oleh tanaman sengon buto sebesar 40% pada lokasi Harapan dan tanaman johar sebesar 30% pada lokasi Inalahi. Persen tumbuh dapat dipengaruhi oleh faktor teknis dalam penanaman, seperti menanam disaat musim kering, pembuatan lubang tanam yang tidak sesuai ukuran seharusnya, dan pemberian dosis pupuk yang tidak sesuai, serta pemeliharaan tanaman.

Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dan batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi minimal sesuai standar dan bebas dari hama dan penyakit/gulma (Permenhut No 60/2009). Kayu angin di lokasi Harapan dan sengon buto di lokasi Inalahi memiliki nilai persen kesehatan tanaman sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kayu angin lebih tahan di plot-plot di lokasi Harapan dan sengon buto tahan di plot-plot lokasi Inalahi. Untuk nilai persen kesehatan yang rendah didapatkan dari adanya tanaman yang tidak sehat sehingga tanaman menunjukkan gejala gangguan kesehatan. Gejala gangguan kesehatan yang terjadi ditunjukkan pada Tabel 7 seperti adanya klorosis pada daun tua, bercak-bercak hitam, dan banyaknya daun yang rontok.

Gambar 2 Tipe nekrosis pada beberapa tanaman (a) dan b) tipe nekrosis pada johar (c) tipe nekrosis pada bitti

Gambar 2 menunjukkan beberapa tipe nekrosis yang terjadi pada tanaman johar dan bitti. Tipe nekrosis meliputi gejala-gejala yang terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. Menurut Semangun (2001) nekrosis terjadi bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya. Nekrosis merupakan gejala yang muncul apabila tanaman kekurangan unsur hara seperti kalium.

A [Type a quote from the B [Type a quote from the C [Type a quote from the

(31)

17

Gambar 3 Tipe klorosis pada tanaman (a) dan (b) klorosis pada sengon buto (c) klorosis pada tanaman johar

Klorosis merupakan rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gejala klorosis dapat timbul karena tanaman kekurangan unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P), belerang (S), mangan (Mn), tetapi apabila kekuningan terjadi dengan bercorak gejala tersebut menandakan bahwa tanaman kekurangan magnesium (Mg).

Gejala lain yang terdapat pada tanaman yaitu stagnasi dan rontok. Hasil pengamatan di plot 2 lokasi Inalahi ditemukan bahwa beberapa tanaman kayu angin mengalami stagnan karena adanya genangan air. Genangan air terjadi karena adanya pemadatan tanah sehingga mengakibatkan rusaknya sistem tata air (water percolation) yang menyebabkan air tidak terserap ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan akar tidak dapat berkembang dengan baik dan peredaran udara juga terganggu. Faktor lain yang menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman (stagnasi) adalah adanya perbedaan kandungan unsur hara dimana Mg > Ca, sehingga mengakibatkan terganggunya apikal dominan tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik tumbuh) untuk tumbuh. Menurut Setiadi (2012), pada lahan yang normal rasio Ca > Mg. Dengan keadaan rasio Mg yang lebih besar, maka mineral Mg akan lebih dahulu diserap oleh tanaman. Penyerapan Mg oleh tanaman dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan tertutupnya bending site untuk mineral Ca. Berkurangnya penyerapan Ca mengakibatkan terganggunya pertumbuhan karena gejala-gejala yang ditimbulkan tanaman terjadi karena adanya kekahatan atau kelebihan satu atau beberapa unsur hara. Gangguan kesehatan tanaman yang terjadi sering disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tempat tumbuh yang terpusat pada kesuburan tanah (Widyastuti et al. 2005). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa beberapa kandungan unsur hara memiliki nilai yang rendah sehingga terjadi gangguan kesehatan pada tanaman.

A [Type a quote from the B [Type a quote from the C [Type a quote from the

(32)

18

Unsur hara yang memiliki nilai rendah yaitu N, P, K dan Ca. Masing-masing nilai unsur hara untuk nitrogen, kalium, dan fosfor yang disajikan pada Tabel 8 yaitu berada di bawah <0,01%; <10 ppm; <0,020 me/100 g; dan <10 me/100 g. Nilai-nilai tersebut menunjukkan unsur hara termasuk ke dalam kategori rendah dan sangat rendah.

Nitrogen (N) merupakan komponen penyusun semua protein dan klorofil pada tanaman sehingga nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar pada tanaman. Hasil analisis tanah menunjukkan kandungan nitrogen berkisar antara 0,03%−0,08% yang termasuk kategori sangat rendah. Nilai nitrogen yang rendah menyebabkan klorosis pada daun tua yang kemudian akan mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan sehingga menyebabkan kematian. Gejala klorosis tersebut dapat dilihat pada tanaman johar dan sengon buto.

Fosfor (P) yang ditunjukkan hasil analisis tanah memiliki kisaran nilai 3−5 ppm, karena kandungan nilai berada <10 ppm maka nilai fosfor juga dikategorikan sangat rendah. Fosfor merupakan unsur hara esensial yang berperan dalam transfer energi sebagai penyusun ATP dan dalam penyusunan molekul DNA (deoxyribonucleid acid) dan RNA (ribonucleid acid). Suatu tanaman jika kekurangan fosfor akan menimbulkan gejala seperti kekuningan dan daun akan berubah menjadi kebiru-biruan.

Kalium (K) berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses fotosintesis dan respirasi. Hasil analisis tanah menunjukkan nilai K berada dikategori sangat rendah yaitu <0,1me/100 g. Kekurangan kalium pada tanaman ditunjukkan adanya bercak-bercak hitam (nekrosis) yang ditunjukkan pada tanaman bitti dan johar.

Berdasarkan klasifikasi Hanafiah (2005), hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah yang terdapat pada plot pengamatan memiliki tekstur sedang, yaitu lempung, lempung liat berdebu, dan lempung berliat. Menurut Diagram Segitiga Tekstur Tanah USDA, tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5%−52,5% pasir, 30%−50% debu dan 10%−30% liat yang disebut bertekstur lempung. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation (KTK) pada plot pengamatan umumnya bernilai 5−10 me/100 g. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kemampuan tanah dalam memegang unsur hara.

(33)

19

Menurut Hardjowigeno (1995), nilai KTK yang berkisar antara 5−16 me/100 g termasuk kategori rendah.

Unsur hara yang tersedia dalam jumlah rendah yang terdapat pada plot pengamatan yang menyebabkan gangguan kesehatan pada tanaman yaitu klorosis atau menguningnya daun. Salah satu langkah perbaikan unsur hara yang dapat dilakukan untuk mengurangi defisiensi unsur hara bagi tanaman adalah dengan dilakukannya pemupukan dengan dosis yang disesuaikan. Pemberian pupuk yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan pupuk urea sebagai penambah unsur nitrogen, pupuk TSP sebagai penambahan unsur fosfor, dan pupuk ZK sebagai penambahan unsur kalium.

Pengamatan gejala tanaman dapat lebih jelas apabila dilakukan pengamatan kondisi akar. Pengamatan kondisi akar dapat menunjukkan ada tidaknya keracunan unsur hara seperti alumunium (Al), pirit (FeS) dan besi (Fe), sehingga didapatkan keterangan yang lebih memadai mengenai evaluasi status pertumbuhan tanaman. Hasil evaluasi pertumbuhan pohon yang dilakukan di PTVI ini tidak mempengaruhi tingkat keberhasilan revegetasi pada PTVI, karena parameter yang digunakan tidak memenuhi syarat sebagai penilaian revegetasi dan penelitian ini ditujukan pada plot-plot yang mengalami gangguan kesehatan.

(34)

20

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Status pertumbuhan pohon di plot pengamatan lahan pasca tambang berdasarkan parameter tinggi dan diameter, jenis yang dapat tumbuh dengan baik adalah sengon buto. Tanaman yang memiliki sifat adaptif berdasarkan persentase tumbuh adalah tanaman johar dengan nilai sebesar 100%.

2. Berdasarkan parameter persen kesehatan tanaman, plot pengamatan yang terbaik yaitu terdapat pada plot 2 di lokasi Harapan. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa penyebab gangguan kesehatan pada pertumbuhan pohon disebabkan oleh beberapa unsur hara (N, P, K, dan Ca) yang memiliki nilai rendah dan statusnya berada di bawah standar. Selain unsur hara, KTK juga memiliki nilai rendah (berada dibawah <16 me/100 g) yang menunjukkan kemampuan tanah dalam menyerap dan mempertukarkan unsur hara bersifat rendah. Hal-hal tersebut menyebabkan gejala gangguan kesehatan tanaman berupa stagnasi dan daun kekuningan.

3. Langkah-langkah perbaikan yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah penyediaan unsur hara melalui pemupukan, karena dari hasil analisis tanah didapatkan beberapa unsur hara (N, P, K, dan Ca) yang memiliki nilai dibawah standar.

6.2 Saran

Perlu danya pengamatan gejala tanaman pada kondisi akar sehingga didapatkan keterangan mengenai unsur hara lainnya yang memadai mengenai evaluasi status pertumbuhan.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2009. Keputusan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor 60 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Kemenhut.

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2011. Keputusan Menteri Kehutanan

Republik Indonesia Nomor 04 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. Jakarta:

Kemenhut

Kusnoto, Kusumodirdjo. 1995. Reklamasi lahan bekas tambang dengan penanaman jarak pagar. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Jarak

Pagar (Jatropha curcas Linn) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar; Bogor, 22

Agu 2005. Jawa Barat: Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB. hlm 285-287.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB Press. Primanda A. 2008. Aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis

dalam pemetaan sebaran potensi tambang PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO). Studi kasus areal konsesi blok barat-Sorowako. [skripsi]. Jakarta: Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Semangun H.2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiadi Y. 2006. Ekologi Restorasi. Bogor: Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Setiadi Y. 2012. Pembenah Lahan Pasca Tambang. Bogor: Green Earth Trainer. Setiawan I. 2003. Evaluasi tingkat keberhasilan revegetasi pada lahan bekas

tambang timah PT. KOBA TIN, Koba, Bangka-Belitung. [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Widyastuti SM, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(36)
(37)

23

Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah berdasarkan staf pusat penelitian tanah (Hardjowigeno 1995)

Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

C -Organik (%) <1,00 1,00−2,00 2,01−3,00 3,01−5,00 > 5,00 Nitrogen (%) <0,10 0,10−0,20 0,21−0,50 0,51− 0,75 >0,75 C/N <5 5−10 11−15 16−25 >25 P2O5 HCl (mg/100g) <10 10−20 21− 40 41−60 >60 P2O5 Bray-1 (ppm) <10 10−15 16−25 26−35 >35 P2O5 Olsen (ppm) <10 10−25 26−45 46−60 >60 K2O HCl 25% (mg/100g) <10 10−20 21−40 41−60 >60 KTK (me/100g) <5 5−16 17−24 25−40 >40 Susunan Kation : K (me/100g) <0,1 0,1−0,2 0,3−0,5 0,6−1,0 >1,0 Na (me/100g) <0,1 0,1−0,3 0,4−0,7 0,8−1,0 >1,0 Mg (me/100g) <0,4 0,4−1,0 1,1−2,0 2,1−8,0 >8,0 Ca (me/100g) <0,2 2−5 6−10 11−20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20−35 36−50 51−70 >70 Aluminium (%) <10 10−20 21−30 31−60 >60

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak

Alkalis Alkalis pH

H2O

(38)

24 La mpi ra n 2 Ha sil a n ali sis tana h di s eti ap plot pe n ga mata n

Gambar

Gambar  1    Peta  lokasi  penelitian;  lingkaran  ungu:  lokasi  pengamatan  Inalahi;
Tabel 1  Lokasi plot contoh
Tabel 2  Jumlah tanaman pada setiap lokasi penelitian (0,1 ha/plot)
Tabel 4  Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi pada tiap jenis tanaman
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait