• Tidak ada hasil yang ditemukan

II.8 PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DI DAERAH CISOKA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN S A R I BUKU 2 : BIDANG MINERAL. Rudy Gunradi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II.8 PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DI DAERAH CISOKA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN S A R I BUKU 2 : BIDANG MINERAL. Rudy Gunradi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DI DAERAH CISOKA, KABUPATEN LEBAK,

PROVINSI BANTEN

Rudy Gunradi

Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang

S A R I

Kegiatan penambangan emas di Cisoka dilakukan oleh masyarakat, sebagian besar merupakan kegiatan

penam-bangan emas tanpa izin (PETI) yang mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam, erosi dan pendangkalan sungai; juga merkuri yang digunakan dalam proses pengolahan emas dapat terlepas ke alam yang mengakibatkan terjadinya pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciberang bagian hulu.

Tailing pengolahan amalgamasi menunjukkan kandungan merkuri (Hg) sangat tinggi berkisar antara 11.500-23.700 ppb akibat proses amalgamasi yang tidak sempurna. Kondisi ini perlu dicermati dan dilakukan pemantauan khu-sus, mengingat tailing tersebut diproses lagi dengan cara sianidasi dan tidak dikelola dengan baik lalu terbuang ke badan air.

Kandungan merkuri dalam endapan sungai yang sangat tinggi (lebih besar dari 1.000 ppb), berkaitan erat den-gan adanya aktifitas penambanden-gan dan pengolahan emas yang tersebar di daerah penelitian sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya percemaran air sungai, karena pada kondisi tertentu merkuri tersebut dapat larut ke dalam air.

Tingginya kadar Hg dalam tanah (lebih besar dari 1.000 ppm) di Kampung Cisoka, Lebak Sampai dan di Muara sangat berkaitan erat dengan aktifitas pengolahan dan penggarangan bullion yang dilakukan di ruang terbuka dan berpotensi menyebabkan pencemaran merkuri ke dalam air sumur, sungai dan tumbuhan.

Kandungan unsur Hg dan logam berat lainnya dalam air secara umum masih di bawah baku mutu Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82, Tahun 2001), hanya 3 lokasi yang berada di atas baku mutu yaitu di sekitar

(2)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir telah berkembang cabang interdisipliner baru yang dikenal dengan geologi medis (medical geology). Bidang ini mem-pelajari baik unsur/mineral penyebab penyakit, misalnya asbestos penyebab penyakit kanker paru-paru atau lebih tepatnya disebut asbestosis, penyakit gondok akibat kekurangan yodium dan penyakit akibat pencemaran limbah pertamban-gan emas (merkuri, arsen). Selain mempelajari tentang penyebab penyakit baik karena kekuran-gan atau kelebihan unsur, geologi medis juga mempelajari mineral-mineral yang bisa berguna untuk kesehatan, misalnya lempung untuk obat diare.

Pada pertambangan emas rakyat, akan terjadi pencemaran air raksa akibat proses pengolahan emas secara amalgamasi yang akan mempen-garuhi kesehatan, disamping kerusakan alam lain seperti kerusakan bentang alam, erosi dan pendangkalan sungai. Pada proses amal-gamasi air raksa dapat terlepas ke lingkungan pada tahap pencucian dan penggarangan dan pada proses pencucian, limbah yang umumnya masih mengandung air raksa dibuang langsung ke badan air. Air raksa tersebut tercampur/ terpecah menjadi butiran-butiran halus yang sifatnya sukar dipisahkan pada proses peng-gilingan yang dilakukan bersamaan dengan proses amalgamasi, sehingga pada proses pen-cucian air raksa dalam ampas terbawa masuk ke sungai. Di dalam air, air raksa dapat berubah menjadi senyawa organik metil merkuri atau fenil merkuri akibat proses dekomposisi oleh bakteri. Selanjutnya senyawa organik tersebut

akan terserap oleh jasad renik yang selanjutnya akan masuk dalam rantai makanan dan akhirnya akan terjadi akumulasi dan biomagnifikasi dalam tubuh hewan air seperti ikan dan kerang, yang akhirnya dapat masuk kedalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya.

Air raksa juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia pada proses penggarangan karena pada proses penggarangan tersebut terbentuk uap air raksa dengan konsentrasi yang tinggi yang dapat terhisap. Di dalam tubuh uap tersebut akan terdifusi melalui paru-paru, yang selanjutnya menyebar melalui darah dan terakumulasi di dalam ginjal, hati dan otak yang akhirnya dapat merusak sistem pusat saraf otak.

Dalam rangka mengetahui penyebaran merkuri pada wilayah PETI dan dampaknya terhadap ling-kungan dan kesehatan maka dilakukan kegiatan penelitian geologi medis di daerah Cisoka, Kabu-paten Lebak, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dibiayai dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Ang-garan (DIPA) - Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2011.

Latar Belakang

Di daerah Cisoka terdapat penambangan emas tanpa izin (PETI), disamping merusak bentang alam akibat adanya penggalian juga terjadi keru-sakan badan air sungai akibat pelumpuran dan pencemaran air raksa dari tailing proses pengo-lahan amalgamasi yang dilakukan PETI. Hasil penelitian Danny Z. Herman, 2005, menunjukan pembuangan tailing menjadi sorotan yang serius karena dialirkan langsung ke dalam badan sun-gai, tanpa upaya pengolahan dari bahan-bahan pencemar yang dikandungnya; sehingga dapat

(3)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

menimbulkan pencemaran pada media air

sungai terutama di sekitar wilayah pertamban-gan dan dimungkinkan hingga jauh ke bagian hilirnya. Kegiatan ini telah berlangsung dalam jangka waktu lama sejak usaha pertamban-gan mulai dibuka beberapa tahun lalu, denpertamban-gan mengabaikan kaidah-kaidah pertambangan ber-wawasan lingkungan.

Dari hasil pendataan, kandungan Hg dalam sedimen sungai menunjukkan nilai signifikan (723, 856, 1.026 dan 1.072 ppm) terutama pada titik-titik lokasi aliran sungai di pusat kegiatan penambangan S.Ciupih - S.Cisoka; dan pada umumnya memperlihatkan penurunan nilai kandungan unsur tersebut pada titik-titik lokasi ke arah hilir aliran sungai. Berbeda dengan kandungan Hg dalam conto sedimen sungai, kandungan dalam seluruh conto air sungai men-unjukkan nilai relatif kecil yaitu < 0,05 ppb. Perbedaan besarnya kandungan pada kedua jenis conto di atas diperkirakan dipengaruhi oleh perilaku unsur Hg di dalam lingkungannya. Unsur Hg dalam sedimen sungai terbentuk seba-gai fraksi halus (- 80 mesh) dari hasil rombakan mineral mengandung unsur dimaksud yang terakumulasi dalam waktu relatif panjang dan terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor erosi, transport dan pengendapan; sementara unsur Hg dalam air sungai terdiri dari ion dimana daya larutnya sangat tergantung kepada sifat mobili-tas ionik di dalam air.

Meskipun kandungan Hg dalam air belum dikat-egorikan sebagai pencemar, perlu diwaspadai kandungan unsur yang berada dalam sedimen sungai mengingat akumulasi Hg dalam jangka waktu panjang dapat membentuk senyawa

meth-ylmercury (CH3Hg+) yang bersifat racun (toxic).

Senyawa ini dapat terbentuk segera ketika Hg2+

berasal dari sedimen sungai (berkonsentrasi hidrogen tinggi) terlarutkan melalui pertukaran ion di dalam air (pH rendah), yang kemudian dapat berkembang setelah diserap oleh mikro-organisma yang berada di dalam sungai.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana merkuri dan logam berat lainnya akibat kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) di daerah penelitian terdistribusi pada lingkungan sekitar dan memantau sejauh mana penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan yang terjadi.

Tujuan kegiatan ini yaitu memberikan gambaran yang akurat mengenai tingkat pencemaran merkuri dan logam beratnya di daerah peneli-tian dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Hasil kegiatan ini diharapkan men-jadi bahan kajian untuk instansi terkait lainnya dalam upaya penanggulangan pencemaran merkuri dan logam berat lainnya yang terjadi di daerah penelitian.

Lokasi Penelitian dan Kesampaian

Dae-rah

Daerah Cisoka secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Lebak, Provinsi Jawa Barat. Secara geografi dibatasi oleh 106° 22’ 00” – 106° 28’ 00” BT dan 6° 33’ 00” - 6° 40’ 00” LS.

(4)

meng-PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

gunakan kendaraan roda empat melewati Kota Serang dan selanjutnya menggunakan ruas jalan Serang – Rangkas Bitung atau menggunakan ruas jalan Bogor - Rangkas Bitung. Peta lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan

Dalam pembangunan, aspek penduduk meru-pakan salah satu faktor yang terpenting, karena pada akhirnya segala tujuan yang hendak dicapai akan sangat tergantung kepada manusianya. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2008 sebanyak 1.202.909 jiwa yang terdiri dari laki-laki 622.648 jiwa dan wanita 580.261 jiwa (Kabupaten Lebak dalam angka, 2008). Pen-duduk yang menempati wilayah Kabupaten Lebak sebagian besar terdiri dari Suku Sunda dan sebagian kecil terdiri dari pendatang, den-gan jumlah anggota keluarga rata-rata tercatat sekitar 5 jiwa.

Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani, sebagian kecil bekerja sebagai buruh pertambangan, pedagang dan pegawai negeri yang terutama bertempat tinggal di seki-tar kota kecamatan dan kota kabupaten.

Daerah penelitian termasuk ke dalam Kecama-tan Lebak Gedong dengan komposisi jumlah penduduk seperti tertera pada Tabel 1.

Sarana pendidikan sudah tersedia di semua kecamatan, sekolah dasar sampai sekolah lanjutan tingkat atas, madrasah dan pondok pesantren. Pertambangan batubara di Kabupaten Lebak yang diusahakan baik oleh pertambangan rakyat maupun perusahaan dalam bentuk kuasa

pertambangan diarahkan pada peningkatan kemakmuran masyarakat dan pengembangan daerah.

Masyarakat Kabupaten Lebak yang relatif reli-gius, dan berjiwa gotong royong merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan men-dukung dalam pelaksanaan pembangunan. Peran ulama dan tokoh-tokoh masyarakat cukup berpengaruh di lingkungan masyarakat. Seni budaya daerah yang berupa kesenian, banyak terdapat di setiap kecamatan, seperti pencak silat dan qasidah. Dalam hal ini kesenian dae-rah ini perlu dipelihara dan dikembangkan untuk melestarikan serta menunjang perkembangan kebudayaan nasional.

Potensi ekonomi yang paling menonjol dan sudah diberdayakan di wilayah Kabupaten Lebak diantaranya pertanian, perdagangan, perkebu-nan dan industri, pariwisata dan pertambangan. Secara umum di wilayah Kabupaten Lebak sek-tor pertanian masih dijadikan mata pencaharian sebagian besar penduduk.

Dalam meningkatkan sumber daya manusia, di wilayah Kabupaten Lebak telah terdapat sarana-sarana pendidikan, yaitu diantara sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama/atas dite-mukan di semua kecamatan.

Kabupaten Lebak memiliki iklim tropis dan dipengaruhi oleh bertiupnya angin musim. Dae-rah ini secara geografis terletak pada daeDae-rah tropis yang mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kema-rau terjadi pada Bulan April-Agustus, sedangkan musim penghujan pada Bulan September-Maret.

(5)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di

daerah Kabupaten Lebak termasuk tipe iklim A, B1, B2, D2, E2, E3 dan E4. Setiap tipe iklim menunjukkan perbedaan kondisi bulan basah dan bulan kering. Sebangai contoh tipe iklim A adalah daerah yang mempunyai lebih dari 9 bulan basah berurutan, tipe iklim B2 adalah daerah yang mempunyai 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering. Sedan-gkan tipe iklim E4 yaitu daerah yang mempunyai bulan basah kurang dari 3 bulan berurutan dan lebih dari 6 bulan kering. Bulan basah didefinisi-kan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 100 mm.

Tipe iklim A terdapat di Kecamatan Cipanas, tipe iklim B1 terdapat di Kecamatan Muncang dan Gunung Kencana, tipe iklim B2 terdapat di Kecamatan Pangarangan, tipe iklim D2 terdapat di Kecamatan Bayah dan Rangkasbitung, tipe iklim E2 terdapat di Kecamatan Malingping, tipe iklim E3 terdapat di Kecamatan Leuwidamar. Sedangkan tipe iklim E4 terdapat di Kecamatan Bojongmanik.

Curah hujan rata-rata tahunan di daerah Kabu-paten Lebak 846 mm/tahun sampai 27.923 mm/ tahun. Curah hujan tertinggi terdapat di Kecama-tan Cibeber (27.923 mm/tahun) dan curah hujan terrendah terdapat di Kecamatan Cimarga (846 mm/tahun).

Suhu udara maksimum di daerah Kabupaten Lebak adalah 29,9oC dan minimum 24,5oC dan

kisaran rata-rata suhu harian adalah 27oC.

Suhu udara rata-rata di daratan rendah adalah 27,9oC sedangkan di dataran tinggi adalah 25,0oC

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak).

Berdasarkan atas pembagian tata guna lahan Kabupaten Lebak, daerah penelitian termasuk ke dalam wilayah Lebak Timur. Tata guna lahan wilayah Kabupaten Lebak secara umum di bagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

1. Wilayah Lebak Selatan, sebagian besar

menempati kawasan hutan dan sebagian

kecil berada pada kebun campuran

dan pesawahan, termasuk di dalamnya

kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun. Jenis penggunaan lahannya

umumnya terdiri atas hutan, perkebunan,

semak belukar, ladang serta pemukiman

penduduk. Wilayah ini meliputi

Kecamatan Malingping, Wanasalam,

Cijaku, Panggarangan, Bayah, Cilograng,

dan Cibeber yang memiliki karakteristik

geografis yang unik, yaitu sebagian

merupakan wilayah pegunungan (Gunung

Gede dan Sanggabuana) dan sebagian

lagi merupakan daerah pantai. Wilayah

ini diperuntukkan sebagai wilayah

pembangunan yang berpotensi di bidang

pertanian tanaman pangan, perikanan

laut, pertambangan, dan pariwisata.

2. Wilayah Lebak Timur, daerah ini

didominasi oleh kebun campuran,

daerah hutan dan perkebunan, sebagian

kecil ditempati oleh lahan pesawahan,

tegalan dan pemukiman penduduk.

Wilayah ini merupakan perbukitan yang

terletak di kaki Pegunungan Kendeng,

sehingga wilayah ini memiliki potensi

besar sebagai wilayah perkebunan,

baik perkebunan besar maupun kecil.

Wilayah ini meliputi Kecamatan Cipanas,

Muncang, Sobang, Sajira, Leuwidamar,

dan Bojongmanik.

3. Wilayah Lebak Barat, daerah ini

merupakan areal perkebunan, hutan,

(6)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

hutan campuran dan sebagian kecil lahan

pesawahan. Wilayah ini hanya terdiri

dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan

Banjarsari, Gunung Kencana, dan Cileles.

Di wilayah ini terdapat hutan lindung

dan diprioritaskan sebagai wilayah

perkebunan besar dan perkebunan

rakyat.

4. Wilayah Lebak Utara, sebagian besar

merupakan areal kebun campuran,

perkebunan, dan pemukiman. Wilayah

ini meliputi Kecamatan Rangkasbitung,

Cibadak, Warunggunung, Cikulur,

Cimarga, Maja, dan Curugbitung

dan diprioritaskan sebagai wilayah

perdagangan dan industri, baik industri

hulu maupun hilir dan pengolahan

hasil-hasil pertanian.

Penyelidik Terdahulu

Sutisna, D.T. dkk, 1989, telah melakukan penye-lidikan pendahuluan mineralisasi emas di daerah Jasinga, Gunung Buligir Putih dan Leu-wiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil dari penyelidikan ini ditemukan beberapa pros-pek mineralisasi logam, salah satunya di daerah Cisoka dan di daerah Cihinis-Muara.

Herman, Danny Z, 2005, melakukan Pendataan Sebaran Unsur Merkuri pada Wilayah Pertam-bangan Ciberang dan Sekitarnya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Pusat Sumber Daya Geologi, hasil dari kegiatan pendataan terpan-tau bahwa kandungan Hg dalam sedimen sungai menunjukkan nilai signifikan terutama pada titik-titik lokasi aliran sungai di pusat kegia-tan penambangan S.Ciupih-S.Cisoka; dan pada umumnya memperlihatkan penurunan nilai kandungan unsur tersebut pada titik-titik lokasi ke arah hilir aliran sungai. Kandungan Hg dalam

air belum dikategorikan sebagai pencemar/polu-tan, perlu diwaspadai kandungan unsur yang berada dalam sedimen sungai mengingat aku-mulasi Hg dalam jangka waktu panjang dapat membentuk senyawa methylmercury (CH

3Hg +

) yang bersifat racun (toxic).

GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

Geologi Daerah Cisoka dan Sekitarnya

Menurut Rusmana dkk. (1991) dan Sujatmiko dkk. (1992), tatanan geologi daerah penelitian secara regional dibentuk oleh satuan-satuan batuan dari yang berumur tua – muda yaitu : Kompleks batuan beku diorit kuarsa dan andesit, Formasi Bojongmanik, Genteng dan Batuan Gunungapi Endut (Gambar 2).

Kompleks batuan beku diorit kuarsa terdiri dari diorit kuarsa, monzonit kuarsa, diorit kuarsa mikro, diorit dan gabro, merupakan batuan terobosan dengan kegiatan berlangsung dari Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Sementara kompleks batuan beku andesit terbentuk pada Miosen Akhir, terdiri dari andesit hornblende, andesit hipersten, basal, diabas dan andesit ter-propilitkan.

Formasi Bojongmanik berumur Miosen Akhir, dibagi menjadi beberapa anggota yaitu :

• Bagian bawah – anggota batulempung terdiri dari batulempung, batulempung pasiran dan lignit.

(7)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

dari batugamping dan batugamping pasiran.

• Bagian atas – anggota batupasir terdiri dari batupasir, batulempung bitumen, napal ber-fosil, batupasir tufaan, tufa batuapung dan sisipan lignit.

Formasi Genteng diendapkan secara tidak sela-ras di atas Formasi Bojongmanik pada Pliosen, disusun oleh tufa batuapung, batupasir tufaan, breksi konglomeratan, napal dan kayu terkersik-kan. Satuan stratigrafi termuda adalah Formasi batuan Gunungapi Endut yang berumur Plisto-sen, terdiri dari breksi gunungapi, lava dan tufa. Deddy T.Sutisna, dkk. (1989) menyebutkan bahwa mineralisasi logam dominan terben-tuk pada satuan batuan dasitik – andesitik dari anggota Formasi Cimapag (berumur Oligosen Akhir – Miosen Bawah) merupakan jendela erosi (erosional window) yang tersingkap karena bukaan-bukaan struktur, terutama yang telah mengalami ubahan terargilikkan. Karakteristik mineralisasi berupa pengisian rekahan-rekahan struktur (sheared zone) oleh urat kuarsa mengan-dung mineral-mineral logam dasar dan mulia (Pb, Zn dan Au).

Wilayah pertambangan diduga merupakan suatu zona bukaan struktur (sheared zone) dari batuan induk piroklastik yang telah mengalami ubahan terkersikkan-terargilikkan dan diisi oleh urat-urat kuarsa mengandung bahan galian emas dan ikutannya.

Tingginya konsentrasi logam dasar dengan asosiasi logam mulia pada urat-urat kuarsa membawa ke arah dugaan bahwa mineralisasi di daerah ini berada pada bagian bawah dari suatu

sistem epithermal. 3.2. Pertambangan

Kegiatan penambangan emas di daerah penel-itian sebagian besar merupakan kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI). Penam-bangan dilakukan dengan sistem tambang dalam yang dilakukan oleh rakyat setempat dengan membentuk kelompok-kelompok kerja penambang yang bekerja sama dengan aturan bagi hasil tertentu.

Aktivitas penambangan emas terletak di Daerah Cisoka. Penambangan di lakkan di sepanjang urat Cisoka yang terletak di tebing bagian kanan S. Cisoka. Sedangkan lokasi pengolahan tersebar di beberapa tempat, yaitu di hulu Cisoka, Ciupih, Lebak Situ, Gunung Julang, Ciladaeun dan di sekitar Muara. Pada saat dilakukan penelitian jumlah penambang dan pengolah ± 300 orang. Peta lokasi penambangan dan pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.

Para penambang dengan berbekal pengalaman dan keterbatasan penguasaan teknik penamban-gan, menerapkan sistem penambangan bawah permukaan (undergroud mining) dengan cara membuat terowongan (adit) dengan tinggi ter-owongan sekitar 1 m dengan kedalaman antara > 100 m. Pembuatan lubang tambang dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan peralatan sederhana sehingga menghasilkan bentuk dan ukuran yang tidak memenuhi persyaratan teknik yang diten-tukan untuk keselamatan seperti penyangga lubang, pengatur sirkulasi udara dan pengisap air bawah permukaan dll.

(8)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

terowongan (masyarakat menyebutnya lubang) sekitar 15-60 orang tergantung kedalamannya atau rata-rata 35 orang per lubang (berdasarkan informasi dari penambang).

Sebagian besar penambang merupakan penda-tang dari daerah lain, yang umumnya mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam melaku-kan penambangan maupun pengolahan bahan galian emas. Sementara penduduk setempat mengambil keuntungan dan memanfaatkan situasi dengan cara menyerap keterampilan menambang dan pengolahan atau bermitra kerja dengan mereka. Beberapa jenis bentuk kerjasama dapat diamati diantaranya seba-gai pekerja tambang, pelayanan pengolahan bahan galian, penyedia peralatan pengolahan, pelayanan pengangkutan/transportasi hingga pensuplai logistik.

Pengolahan emas umumnya dilakukan secara tradisional dengan menggunakan gelundung dan merkuri untuk menangkap butir emas. Di samping aktifitas penambangan, aktifitas pen-golahan juga meningkat cukup drastis baik dari cara maupun jumlahnya.

Kegiatan pengolahan yang saat ini sedang berkembang pesat yaitu pengolahan tailing sisa proses amalgamasi untuk diolah dengan proses sianidasi, dengan cara diolah dengan menggu-nakan reaktor sianidasi maupun dengan cara perendaman. Tailing yang dikumpulkan untuk diolah tidak hanya dari tailing yang baru juga ditambah dari endapan tailing lama yang digali kembali untuk diolah secara sianidasi. Di lapa-ngan terlihat kegiatan penggalian tailing lama di lahan-lahan pesawahan bekas lokasi pengola-han amalgamasi dan di daerah Gunung Julang

sedang dilakukan pembangunan beberapa unit reaktor sianidasi. Diagram alir proses pengo-lahan secara amalgamasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Penyontohan

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana limbah merkuri danlogam berat lainnya akibat usaha pertambangan emas terdistribusi pada lingkun-gan sekitar dan untuk memantau sejauh mana penurunan kualitas lingkungan yang terjadi maka telah dilakukan penyontohan untuk men-deteksi sajauh mana pencemaran merkuri dan logam berat lainnya telah terjadi. Berkaitan den-gan tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi untuk meneliti aspek kegeologian dari suatu kegiatan pertambangan, maka penyontohan dititik beratkan pada conto batuan, tailing, sedi-men sungai aktif dan tanah. Jenis, jumlah dan perlakukan analisis dapat dilihat pada (Tabel 2).

PEMBAHASAN

Penelitian geologi medis di Daerah Cisoka, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten ini dilaku-kan untuk mengetahui unsur-unsur/mineral yang berbahaya akibat kegiatan penambangan emas tanpa izin emas (PETI) dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan di daerah tersebut, dengan tujuan agar dapat memberi-kan rekomendasi dan penyebaran unsur-unsur yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Wilayah PETI emas Cisoka, Ban-ten.

(9)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Tanpa Izin Emas

Pertambangan Tanpa Izin (PETI) menurut Aspi-nall (2001), merupakan usaha pertambangan sekala kecil dan pengertian PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perse-orangan, sekelompok orang atau perusahaan/ yayasan berbadan hukum yang dalam operas-inya tidak memiliki izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (DESDM, 2000).

Dari segi positif perkembangan sosial ekonomi yang meningkat pesat dari kondisi penduduk setempat dalam beberapa tahun terakhir diduga merupakan bukti keterkaitan erat dengan berkembangnya usaha pertambangan emas di daerah penelitian, secara tidak langsung dapat dijadikan gambaran bahwa sumber daya bahan galian emas memiliki potensi yang cukup signifi-kan bagi penduduk di sekitarnya.

Kegiatan PETI yang tidak mengikuti kaidah-kaidah pertambangan yang benar (good mining practice) telah mengakibatkan kerusakan ling-kungan, pemborosan sumber daya mineral dan kecelakaan tambang. PETI juga bukan saja menyebabkan potensi penerimaan negara berkurang, tetapi juga negara/ pemerintah harus mengeluarkan dana yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lingkungan. Selain itu, PETI umumnya identik dengan budaya kekerasan/premanisme, prostitusi, perjudian dan gejolak sosial yang terjadi antara perusa-haan resmi dengan pelaku PETI maupun diantara sesama pelaku PETI sendiri (DESDM, 2000). Kerusakan fisik tercipta karena lemahnya pemahaman para pelaku usaha pertambangan

tentang reklamasi/perlindungan terhadap ling-kungan pertambangan dan penguasaan teknik penambangan yang benar. Sedangkan apa-bila terdeteksi pencemaran merkuri terhadap air sungai, memberikan petunjuk bahwa telah terjadi pengabaian terhadap perlindungan kes-ehatan sebagai akibat lemahnya pengetahuan tentang penggunaan bahan kimia merkuri untuk pengolahan dan antisipasi kemungkinan dampa-knya bagi kesehatan.

Dampak negatif PETI emas yang kaitannya den-gan penelitian geologi medis ini adalah untuk melihat seberapa besar pencemaran yang ter-jadi akibat kegiatan PETI emas di wilayah Cisoka. Data penelitian yang dilakukan U.S. EPA (1995) menunjukan bahwa pencemaran air, sedimen dan tanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pertam-bangan (Tabel 3).

Kegiatan PETI emas menggunakan merkuri dalam proses pengolahan emas (proses amal-gamasi) untuk menangkap emas dari bijihnya. Penggunaan merkuri ini telah lama digunakan dalam kegiatan pertambangan emas skala kecil karena cara ini relatif efektif, sederhana dan murah. Akan tetapi akibat penggunaan merkuri tersebut ternyata dapat mencemari udara, tanah dan air. Hal ini karena penguapan merkuri pada proses pemanasan dan sisa merkuri dan tailing yang dibuang langsung ke lingkungan darat atau air (Spitz dan Trudinger, 2009).

Hal yang sama diungkapkan pula oleh Jonnes dan Slotton (1996) dalam PT. Tambang Tondano Nusajaya (2001), pencemaran merkuri terjadi karena merkuri merupakan partikel logam berat yang apabila berterbangan di udara akan

(10)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah dan pence-maran air yang terjadi di sungai, danau dan laut karena pengaruh erosi dan pelarutan (leaching) dari tanah yang tercemar merkuri tersebut dan akhirnya akan mengendap di dasar air, dimana plankton dan ikan seringkali berada sehingga merkuri akan masuk ke dalamnya. Selanjutnya akan terbentuk pola mengerucut hingga akhir-nya masuk ke dalam tubuh manusia

Untuk menjaga kelestarian lingkungan aki-bat adanya kegiatan pertambangan bijih emas dan tembaga, pemerintah telah mengeluarkan standar baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Ling-kungan Hidup No. 202 tahun 2002. (Tabel 4). Dari tabel di atas terlihat tidak hanya merkuri yang ditetapkan baku mutunya, tetapi logam berat lainnya yang biasa menyertai dalam proses pembetukan emas di alam juga ditetapkan, mengingat logam-logam tersebut termasuk ke dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Hasil pengamatan dan wawancara dengan para penambang umumnya merkuri yang dimasuk-kan ke dalam gelundung berkurang sampai 10 -15 % pada saat akhir proses, hal ini disebab-kan karena pada tahap pencucian terbawa pada ampas (tailing). Jumlah merkuri yang berkurang ini berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pada tahap pencucian yakni pemerasan atau penyaringan dilakukan dengan kain parasut sehingga merkuri terperas jatuh ke tanah dan tidak ditampung. Demikian pula pada tahap penggarangan yang dilakukan di

pondok-pon-dok atau di ruang terbuka, sehingga merkuri menguap ke udara terbuka. Penggarangan tidak dilakukan di ruangan kedap udara, seperti di dalam incenerator.

Akibat adanya penambangan dan pengolahan emas terutama di bagian hulu Cisoka berpo-tensi mencemari air sungai, yang menyebabkan masyarakat di sepanjang aliran sungai tersebut berpotensi terpapar oleh limbah pertambangan emas rakyat.

Bahaya pencemaran lain yang mengancam disamping pencemaran lingkungan akibat pencemaran merkuri juga pencemaran limbah domestik berupa sampah dan limbah MCK dari sejumlah penambang yang berada di lokasi keg-iatan yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Tempat pembuangan sampah yang tidak terse-dia dengan baik dan sarana MCK yang tidak ada menyebabkan beban limbah domestik menjadi sangat besar.

Masyarakat di daerah penelitian umumnya masih menggunakan badan air untuk memenuhi kegia-tan MCK. Kaum wanita lebih banyak berinteraksi dengan air sungai, disamping untuk kegiatan mandi, juga untuk kegiatan mencuci.

Data tingkat kesehatan penduduk di sekitar wilayah pertambangan tergambar dalam pro-fil kesehatan masyarakat Kecamatan Lebak Gedong seperti yang terlihat terlihat dalam tabel 10 besar penyakit yang umum di Puskesmas Lebak Gedong, Kabupaten Lebak .

Dari tabel tersebut terlihat 3 besar penyakit yang terdapat di daerah penelitian sangat mungkin ada kaitannya dengan adanya aktifitas

(11)

penam-PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

bangan rakyat. Infeksi saluran pernafasan

berkaitan dengan kondisi lubang penamban-gan yang buruk, proses pembakaran di ruang terbuka sehingga menyebabkan pencemaran udara. Begitu pula dengan penyakit percernaan dan infeksi kulit sangat mungkin berkaitan den-gan kualitas air yang tidak memenuhi syarat bakumutu peruntukannya.

4.2. Analisis Conto

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini dan dikaitkan dengan tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi untuk meneliti aspek kegeologian dari suatu kegiatan pertambangan, maka penyontohan dititik beratkan pada conto batuan, tailing, sedimen sungai aktif dan tanah. Unsur logam yang berbahaya akibat PETI emas yang dianalisis di daerah penelitian yaitu tem-baga (Cu), Plumbun atau timah hitam (Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), Arsen (As) dan merkuri (Hg). Mineral-mineral tersebut merupakan logam berat dan berbahaya dan bersifat racun yang keberadaannya di alam akibat proses alamiah dan karena oleh aktivitas manusia. Logam berat adalah logam yang mempunyai berat jenis > 5 (Soemirat, 2005) dan bernomor atom > 20 (Lasat, 2000). Tabel 6 memperlihatkan pengelompokan sifat racun logam berat dan gangguan kesehatan yang ditimbulkannnya.

Berdasarkan perkiraan pencemaran unsur merkuri maka dilakukan sistematika penyontoan geokimia untuk menentukan sebaran merkuri pada wilayah pertambangan Cisoka. Conto geokimia yang diambil berupa batuan, tailing, endapan sungai aktif, tanah dan air.

Penyontoan batuan dilakukan di lokasi tambang, conto yang diambil berupa bijih emas yang biasa diambil dan diolah oleh para penambang. Analisis unsur merkuri dan logam lainnya dimaksudkan untuk mengetahui rona awal kandungan logam tersebut pada batuan yang termineralisasi. Conto tailing diambil dari lokasi pembuangan tailing yang umumnya berupa bak pengen-dap sederhana untuk mengetahui kandungan merkuri dan logam berat lainnya dalam tail-ing serta kandungan emas dan perak untuk mengetahui recovery pengolahan dengan cara amalgamasi dan sianidasi.

Conto endapan sungai aktif dan air diambil di sepanjang Cisoka menyebar ke arah hilir mengi-kuti aliran sungai yang mengalir dari arah sumber pencemaran tersebut. Selain pengambilan conto pada daerah yang diperkirakan merupakan areal berpotensi untuk terlewati dispersi merkuri dari daerah pertambangan, diambil juga pada hulu sungai dimana pencemaran merkuri diperkira-kan tidak terjadi untuk penentuan rona awal dari wilayah pertambangan.

Conto tanah diambil pada lokasi dekat pemba-karan amalgam dan pembuangan taling serta pada daerah dataran banjir yang diperkirakan akan terendapkan tailing dari kegiatan pengola-han di bagian hulu sungai.

Penyontohan air limbah dan air permukaan/ sungai dilakukan untuk mengetahui sejauh mana logam percemar terlarut dalam air yang akan menyebabkan paparan langsung terhadap mahluk hidup lain seperti ikan, tumbuhan dan manusia. Adapun hasil analisis kimianya seba-gai berikut :

(12)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

1. Conto Batuan

Pengambilan conto batuan diambil dari 3 lokasi yang berasal dari hulu sungai Cisoka (CBR 01R), Hulu Sungai Ciupih atau daerah penambangan Sampay (CBR 02R) dan daerah penambangan Cidoyong (CBR 03R). Peta lokasi conto batuan dapat dilihat pada Gambar 5 dan hasil analisis kimia batuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari hasil analisis kimia, conto batuan yang memiliki nilai 23 – 208 ppm Cu, 70 – 156 ppm Pb, 73 – 216 ppm Zn, 4 – 7 ppm Ag, 2 – 12 ppm Cd, 2.701 - 24.931 ppb Au, <2 -2 ppm As dan 781 – 4.120 ppm Hg.

Nilai kadar logam tersebut bila dirata-ratakan dari ketiga conto batuan itu adalah 94,33 ppm Cu, 98,67 ppm Pb, 128,33 ppm Zn, 5,33 ppm Ag, 5,67 ppm Cd, 10.531 ppb Au dan 2.890,33 ppb Hg. Nilai Au tertinggi diperoleh dari conto batuan CBR 01R, 24.931 ppb Au dan Hg tertinggi diper-oleh dari conto batuan CBR 02R, 4.120 ppb Hg. Nilai rata-rata kadar logam berat tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar rata-rata setiap unsur pada kerak bumi (Tabel 8). Nilai rata-rata unsur Cd dan Hg menunjukkan kenaikan yang sangat tinggi. Hal ini menun-jukkan bahwa batuan di daerah penelitian ini sudah mengandung logam berat tersebut yang melebihi nilai rata-rata di kerak bumi, sehingga apabila batuan tersebut ditambang dan diolah dengan cara amalgamasi, maka akan memberi-kan dampak lingkungan yang signifimemberi-kan karena merkuri dan logam dasar lainnya akan terbuang bersama-sama tailing.

Kadar merkuri dan logam berat lainnya yang

tinggi dalam conto tailing pada umumnya dis-ebabkan oleh proses amalgamasi yang tidak sempurna. Dari beberapa penelitian, diperoleh data yang menunjukkan merkuri yang hilang setelah amalgamasi dapat mencapai 5% - 10%.

Tailing pengolahan ini termasuk dalam Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) seperti yang diatur dalam PP no. 18 Tahun 1999, dengan kode lim-bah D222. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan/atau uji karakteristik sehingga tidak bisa dibandingkan langsung bakumutu TCLP yang ada dengan kandungan merkuri dan logam berat lainnya dalam tailing. Data tailing yang diper-oleh merupakan gambaran tentang kandungan merkuri dan logam berat lainya yang berpotensi mencemari lingkungan.

Penyontolah tailing sisa proses pengolahan emas dilakukan di 8 tempat pengolahan amalgamasi dan sianidasi. yang letaknya tersebar di unit-unit pengolahan emas. Peta lokasi conto tailing dapat dilihat pada Gambar 6 dan hasil analisis kimia tailing dapat dilihat pada Tabel 9.

Nilai kadar logam dalam tailing padat tersebut bila dirata-ratakan dari 8 conto tailing itu adalah 21,75 ppm Cu, 55,12 ppm Pb, 70 ppm Zn, 17 ppm Ag, 3,25 ppm Cd, 5.136,625 ppb Au dan 3 ppm As. Hasil analisis rata-rata tailing menunjukkan masih tersisanya kandungan unsur Au yang tinggi (> 5ppm), hal ini menunjukan tingkat recovery pengolahan secara amalgamasi yang dilakukan masih sangat rendah. Kandungan Au yang tinggi dalam tailing tersebut selanjutnya diproses dengan proses sianidasi, sehingga recovery emas menjadi lebih baik.

(13)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Dari hasil analisis tailing terlihat kadar logam

berat dalam tailing padat relatif tinggi dan ber-potensi mencemari lingkungan mengingat tailing padat sebagian besar terbuang ke lingkungan. Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari tailing tersebut perlu dikelola secara khusus. mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan tailing termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.

3. Conto sedimen sungai aktif

Kontaminasi logam berat dalam sedimen sungai dapat terjadi akibat proses alamiah (pelapukan batuan termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung logam berat.

Parameter baku mutu untuk endapan sungai aktif tidak ditetapkan, tetapi sebagai gambaran dalam eksplorasi mineral logam untuk meng-etahui daerah termineralisasi, referensi yang sering digunakan adalah data kelimpahan rata-rata atau dispersi unsur logam berat (Tabel 10). Kandungan unsur logam dalam yang tinggi mengindikasikan adanya mineralisasi sulfida terutama pada endapan tipe epithermal. Sedan-gkan pada daerah dimana terdapat lokasi pengolahan emas (amalgamasi), nilai anomali unsur Hg dalam sedimen sungai aktif harus dievaluasi kembali mengingat kemungkinan terjadinya pencemaran dari aktifitas pengolahan emas tersebut.

Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam endapan sungai aktif di daerah penelitian telah dilakukan penyontohan sebanyak 37 conto.

Peta lokasi conto sedimen sungai aktif dapat dili-hat pada Gambar 7 dan hasil analisis kimia conto tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Dari hasil analisis kimia conto sedimen sungai aktif, diperoleh kisaran nilai unsur logam seba-gai berikut yaitu : 10 - 52 ppm Cu, 27 - 368 ppm Pb, 42-1503 ppm Zn, 2 - 11 ppm Cd, <2 – 30 ppm As, 368 – 27.700 ppb Hg. Apabila dibandingkan dengan kelimpahan rata-rata dalam sediment sungai, kandungan unsur Cu, Cd dan As tidak menunjukkan peninggian.

Unsur Pb hanya 1 lokasi yang menunjukkan dia-tas kelimpahan rata-rata yaitu di lokasi CBR 01S (100 ppm, Pb) di Ciberang hilir. Peninggian unsur Pb diperkirakan bukan berasal dari kegiatan pertambangan di hulu, melainkan berasal dari limbah domestik dari perkampungan di sekitar aliran sungai tersebut.

Unsur Zn hanya 2 lokasi jauh diatas kelimpahan rata-rata yaitu di lokasi CBR 07S (1.503 ppm, Zn), di Cisadang Umang dan CBR 30S (1503 ppm, Zn), di hulu Ciupih. Peninggian unsur Zn di lokasi CBR 07S, kemungkinan berasal dari limbah domestik sedangkan peninggian unsur Zn di lokasi CBR 30S, besasal dari batuan yang termineralisasi di sekitar wilayah pertambangan.

Kelimpahan rata-rata Hg dalam sedimen sun-gan antara <10 – 100 ppb (Tabel 4.7). Unsur Hg di semua conto sedimen sungai aktif menunjukan kenaikan yang tinggi di atas 100 ppb. Kandun-gan unsur Hg tersebut berasal dari batuan yang termineralisasi dan adanya pencemaran dari aktifitas pengolahan PETI di sepanjang aliran sungai di daerah penelitian. Nilai kandungan unsur Hg yang sangat tinggi > 1.000 ppb

(14)

terd-PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

iteksi di 32 lokasi. Lokasi dengan nilai kadar < 1.000 ppb pada umumnya berada di hulu sungai atau aliran sungai yang tidak ada aktifitas pen-golahan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kenaikan unsur Hg dalam endapan sungai sangat berkaitan erat dengan adanya aktifitas penam-bangan dan pengolahan emas yang letaknya tersebar di daerah penelitian.

Kandungan merkuri dalam endapan sungai aktif ini berpotensi menyebabkan percemaran pada air sungai, karena pada kondisi tertentu merkuri dalam sedimen sungai aktif tersebut dapat larut kedalam air.

4. Conto Tanah

Kontaminasi merkuri (Hg) dalam tanah dapat terjadi akibat proses alamiah (pelapukan bat-uan termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung merkuri. Dalam aktifitas pengo-lahan emas di Cisoka kontaminasi merkuri dan logam berat lainnya berasal dari ceceran tailing dan uap merkuri dari proses penggarangan. Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam tanah di daerah penelitian telah dilaku-kan penyontohan sebanyak 11 conto. Peta lokasi conto tanah dapat dilihat pada Gambar 8 dan hasil analisis kimia conto tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Dari hasil analisis kimia conto tanah diperoleh kisaran nilai logam sebagai berikut yaitu : 17-55 ppm Cu, 33-147 ppm Pb, 30-143 ppm Zn, 3-5 ppm Cd, <2 – 22 ppm As, 146 – 16.600 ppb Hg.

Hasil analisis conto tanah tersebut apabila dibandingkan dengan kelimpahan rata-rata logam berat (Tabel 10) terditeksi semua conto tanah menunjukan kadar unsur Hg yang tinggi dibandingkan dengan angka kelimpahan rata-rata unsur merkuri dalam tanah antara <10-30 ppb, sementara nilai unsur logam berat lainnya masih di dalam kisaran rata-rata kelimpahan unsur dalam tanah pada umumnya.

Conto tanah dengan nilai kadar unsur Hg san-gat tinggi > 1.000 ppb berada di daerah sekitar daerah pengolahan yang kegiatannya banyak dan aktif yaitu di Kampung Cisoka, Lebak Sampai dan di Muara. Tingginya kandungan merkuri dalam tanah ini berpotensi menyebabkan percemaran pada air sumur, air sungai dan dapat terserap oleh tumbuhan.

5. Air Limbah

Penyontohan air limbah dilakukan di kolam pembuangan tailing proses amalgamasi di Lebak Sampai dan proses sianidasi Gunung Julang. Pemilihan lokasi penyontohan didasarkan atas jumlah aktifitas pengolahan di kedua desa terse-but. Sebanyak 4 conto air limbah telah dianalisis logam beratnya, yang terdiri dari 2 conto air lim-bah proses amalgamasi dan 2 conto air limlim-bah proses sianidasi. Lokasi conto air limbah dapat dilihat pada Gambar 9 dan hasil analisis kimia conto air limbah dapat dilihat pada Tabel 13. Dari tabel terlihat air limbah proses amalgamasi dan proses sianidasi tersebut tidak melebihi bakumutu air limbah untuk pertambangan bagi kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yang diatur dalam Kep.Men. LH No. 202 tahun 2002 (Tabel 4).

(15)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Hasil pengamatan di lapangan, penangaan air

limbah yang dilakukan oleh para penambang, tidak memenuhi syarat. Penanganan limbah padat/tailing padat dan limbah cair sisa proses amalgamasi maupun sianidasi hanya ditampung di dalam bak-bak sederhana, sebagian masih berupa bak-bak penampung tidak permanen. Seperti yang diuraikan di atas tailing padat sisa proses amalgamasi sebagian besar ditampung untuk diolah secara sianidasi, sedangkan tailing padat sisa proses amalgamasi hanya ditampung dalam bak-bak penampungan dan selanjutnya dibuang ke alam.

Sebagian air limbah sisa proses amalgamasi maupun sianidasi setelah diendapkan partikel lumpurnya, dipakai kembali dalam proses, seba-gian lainnya dibuang ke badan air.

Limbah padat dan limbah cair tersebut men-gandung logam berat, sehingga perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk menghindari pencemaran terhadap lingkungan.

6. Air Sungai

Kandungan logam berat dalam air permukaan dapat disebabkan oleh partikel halus yang ter-bawa bersama limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang men-gandung berat. Dalam jangka waktu yang cukup lama logam berat tersebut dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan.

Untuk mengetahui kualitas air permukaan yang ada di daerah penelitian telah dilakukan penyontohan air sungai sebanyak 17 conto dan telah dilakukan analisis logam beratnya untuk

selanjutnya dibandingkan dengan Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas dalam Peraturan Pemer-intah No. 82, Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peta lokasi conto air dapat dilihat pada Gambar 10 dan hasil analisis kimia air permukaan dapat dilihat pada Tabel 14.

Dari hasil analisis 17 conto air permukaan/sun-gai di daerah penelitian, hasil analisis unsur logam Cu, Cd, Pb, As dan Zn masih dibawah kri-teria mutu air yang ditetapkan.

Dari hasil analisis conto tersebut hanya 3 conto air sungai yang kandungan unsur Hg nya di atas kriteria mutu air yang ditetapkan, yaitu di lokasi Hulu Cisoka (CBR 01A), di Cikuluwung (CBR 07A) dan di Ciupih (CBR 22A). Dilihat dari ke 3 lokasi conto air tersebut berada di daerah zona penam-bangan dan pengolahan emas Cisoka dan hulu Ciupih.

Di bagian hilir dari lokasi penambangan tersebut secara umum unsur Hg yang terlarut di dalam air permukaan masih dibawah baku mutu yang ditentukan. Adanya kandungan unsur Hg yang cukup tinggi dalam sedimen sungai aktif > 1.000 ppb perlu dilakukan pemantauan mengin-gat unsur Hg yang sanmengin-gat tinggi tersebut pada kondisi tertentu dapat terlarut dalam air yang akan menyebabkan kadar unsur Hg dalam air permukaan naik dan akan membahayakan.

Upaya Penanganan Lingkungan

Tingginya kadar Hg di sedimen dan tanah di dae-rah penelitian membuktikan ada penambahan logam ini akibat aktivitas manusia yaitu kegiatan pengolahan emas yeng menggunakan merkuri

(16)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

dan dilakukan di sepanjang aliran sungai dan darat.

Gejala penyakit yang ditemui pada saat peneli-tian dilakukan ini yaitu gejala iritasi kulit pada pengolah emas dan infeksi saluran pernafasan akut. Gejala tersebut menurut IPCS (1976) mer-upakan salah satu gejala keracunan merkuri selain dari muntah-muntah, diare, iritasi mata, iritasi paru-paru, dan kerusakan ginjal.

Beberapa penanganan mengurangi pencemaran merkuri yang sudah dilakukan oleh masyarakat sekitar dan pemerintah setempat yaitu :

Membuat bak pengendapan sederhana pada unit pengolahan amalgamasi untuk menangkap kembali merkuri yang terbuang bersama tailing.

1. Menangkap merkuri yg terbuang ke

sungai dan menggunakan kembali

merkuri tersebut untuk kegiatan

pengolahan emas.

2. Mengolah tailing dari bak-bak

penampungan tailing dan sawah

yang dahulunya merupakan tempat

pengolahan emas untuk diolah

kembali dengan menggunakan

sianidasi.

3. Membangun sarana air bersih (PDAM)

untuk mengurangi penyakit kulit yang

diderita masyarakat.

Sebagian besar unit teromol untuk pengolahan amalgamasi dilengkapi dengan bak pengen-dap sederhana yang berguna untuk meagkap kembali merkuri yang terbuang bersama tail-ing untuk digunakan kembali. Adanya bak-bak pengendap ini sangat mengurangi beban pence-maran khususnya merkuri terhadap lingkungan.

Upaya masyarakat untuk menangkap kembali merkuri yang terlepas ke dalam badan air telah dilakukan. Sebagian kecil masyarakat melaku-kan pendulangan dan penangkapan memakai sluice box sederhana. Hasil yang dapat dari keg-iatan ini yaitu merkuri dan emas yang terlarut dalam merkuri tersebut yang dapat dijual. Keg-iatan tersebut menguntungkan bagi sebagian kecil masyarakat dan juga memperkecil beban pencemaran merkuri terhadap lingkungan. Dengan diperkenalkannya teknologi pengola-han sianidasi di daerah penelitian dimana hasil perolehan emas dengan teknologi ini meningkat tajam, maka para penambang melakukan pen-golahan kembali tailing sisa proses amalgamasi yang diyakini masih mengandung kadar emas yang cukup tinggi. Seperti yang telah diuraikan di bab sebelumnya di lapangan terlihat para penambang mengumpulkan tailing amalgamasi dalam bak-bak sederhana dan menggali kem-bali tailing lama di beberapa areal pesawahan. endapan tailing lama yang digali kembali untuk diolah dengan cara sianidasi.

Dengan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air Bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM yang berada di Jl. Raya Banjar Irigasi-Cipanas, Kabupaten Lebak ini menurut informasi dari Kepala Puskesmas Lebak Gedong terjadi penurunan penyakit kulit secara signifi-kan terutama di wilayah bagian utara Kecamatan lebak Gedong, hal ini akibat sebagian masyarakat di wilayah bagian utara ini tidak menggunakan lagi sarana air sungai untuk keperluan MCK. Selain upaya yang telah dilakukan di atas, untuk memperkecil dampak pencemaran merkuri pada sedimen sungai, perlu dilakukan tindakan

(17)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

remediasi/pemulihan sediment sungai.

Penting-nya melakukan tindakan remediasi ini karena beberapa alasan :

1. sedimen yang terkontaminasi dapat mera-cuni organisme yang berada di sedimen tersebut.

2. sedimen yang terkontaminasi dapat ber-dampak pada komunitas ikan melalui efek toksiknya langsung dan pengurangan kelimpahan organisme makanan ikan. 3. kontaminan tertentu dapat menyebabkan

bioakumulasi pada rantai makanan, yang akan berakibat pada satwa liar/binatang yang memakan ikan dan kesehatan manusia. 4. sedimen yang terkontaminasi dapat

mem-bahayakan kesehatan manusia secara langsung pada saat mengarungi perairan atau berenang.

Terkontaminasinya sedimen di ekosistem air tawar dan laut menimbulkan potensi bahaya bagi organisme air, spesies lainnya, dan keseha-tan manusia (Long and Morgan, 1991; Ingersoll et al., 1997 dalam Mac.Farlane1 and Mac.Donald, 2002 ).

Untuk mengurangi pencemaran merkuri pada tanah, menurut Widowati dkk (2008) dan Lasat (2000) yaitu :

1. Memindahkan tanah, sedimen yang men-gandung merkuri tinggi, lalu melakukan isolasi .

2. Treatment tanah, sedimen atau air yang

ter-polusi secara fisik atau kimiawi.

3. Imobiliasi dengan memasang batas di dae-rah yang tercemar.

4. Remediasi secara biologis atau fitoreme-diasi menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian geologi medis di daerah Cisoka adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan penambangan emas di daerah

penelitian dilakukan oleh masyarakat secara tradisional tanpa mengindahkan kaidah penambangan dan pengolahan yang baik dan berwawasan lingkungan. Pada proses penambangan dan pengolahan banyak bahan galian yang terbuang, diakibatkan oleh tidak sistimatisnya proses penambangan.

2. Pengolahan emas secara umum menggu-nakan cara amalgamasi secara tradisional, penanganan tailing sisa proses amalgamasi masih sangat sederhana berupa bak pen-gendap sederhana dan proses penggarangan bullion dilakukan di ruang terbuka sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. 3. Proses pengolahan lanjutan berupa proses

sianidasi untuk mengolah sisa tailing proses amalgamasi yang masih mengandung emas rata-rata > 5.000 ppb cukup meningkatkan recovery pengolahan, sehingga emas yang

(18)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

terbuang ke alam dapat diperkecil.

4. Hasil analisis conto sedimen sungai menun-jukan nilai kandungan unsur Hg yang sangat tinggi > 1.000 ppb terditeksi di 32 lokasi. Kenaikan unsur Hg tersebut sangat berkaitan erat dengan adanya aktifitas penambangan dan pengolahan emas yang letaknya terse-bar di daerah penelitian. Kandungan merkuri yang tinggi ini berpotensi menyebabkan ter-jadinya percemaran pada air sungai, karena pada kondisi tertentu merkuri tersebut dapat larut ke dalam air.

5. Conto tanah dengan nilai kandungan unsur Hg sangat tinggi > 1.000 ppb berada di daerah sekitar daerah pengolahan yang kegiatan-nya bakegiatan-nyak dan aktif yaitu di Cisoka, Lebak Sampai dan Muara. Pencemaran Hg dalam tanah ini akibat proses penggarangan bullion dilakukan di ruang terbuka. Tingginya kan-dungan merkuri dalam tanah ini berpotensi menyebabkan percemaran pada air sumur, air sungai dan tumbuhan.

6. Hasil analisis air limbah proses amalgamasi dan proses sianidasi tidak melebihi baku-mutu air limbah untuk pertambangan bagi kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yang diatur dalam Kep.Men. LH No. 202 tahun 2002.

7. Dari hasil analisis 17 conto air sungai di daerah penelitian, hanya 3 conto air sungai yang kandungan unsur Hg nya di atas Krite-ria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82, Tahun 2001), yaitu di lokasi CBR 01A, CBR 07A dan CBR 22A. Dilihat dari ke 3 lokasi conto air tersebut berada di daerah zona

penambangan dan pengolahan emas Cisoka dan Hulu Ciupih.

8. Pencemaran lain yang mengancam dis-amping pencemaran lingkungan akibat pencemaran merkuri juga pencemaran air sungai berupa limbah domestik akibat tidak tersedianya sarana MCK di lokasi penam-bangan dan pengolahan.

Kaum wanita lebih berpotensi terpapar meng-ingat kaum wanita lebih banyak berinteraksi dengan air sungai dalam kegiatan keseharian-nya.

Saran

• Perlu adanya pengolahan tailing, pem-batasan/penanganan atau pemindahan tempat pengolahan agar pencemaran yang terjadi dapat dikurangi dan terlokalisir tem-patnya.

• Daerah yang telah tercemar perlu peman-tauan dan penanganan lebih serius.

DAFTAR PUSTAKA

Aspinall, C. 2001. Small-Scale Mining in Indone-sia. Mining Minerals Sustainable Development. International Institute for Environment and Development (IIED) and The World Business Council for Sustaninable Development (WBCSD). Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia.

(19)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Jakarta.

Departemen Pertambangan dan Energi. 1996. Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Untuk Kegiatan Pertam-bangan dan Energi.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). 2000. Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI), Implementasi INPRES No. 3 Tahun 2000. DESDM. Jakarta.

DMR – BRGM. 1991. Gold Exploration in The Wil-gas of Bayah and Jampang District, West Java. Gunradi R., Sukmana, Ta’in, Z. dan Nixon. 2000. Laporan Penyelidikan Pemantauan Unsur Hg (Merkuri) Akibat Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Daerah Pongkor, Jawa Barat den-gan Pemetaan Geokimia. Koordinator Urusan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.

Herman, Danny Z. 2005. Pendataan Sebaran Unsur Merkuri pada Wilayah Pertambangan Cib-erang dan Sekitarnya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pusat Sumber Daya Geologi.

International Programme on Chemical Safety (IPCS). 1976. Environment Health Criteria Mer-cury. http://www.inchem.org/document/ehc.

Juliawan, N. dkk. 2006. Laporan Pendataan Penyebaran Merkuri pada Wilayah Pertam-bangan di Daerah Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pusat Sumber Daya Geologi. Bandung.

Lasat, M. M. 2000. Phytoextraction of Metals

from Contaminated Soil : A Review of Plant/ Soil/Metal Interaction and Assessment of Perti-nent Agronomic Issues. Kansas State University. Washington.

Levinson, A. 1974. Introduction to Exploration Geochemistry.

Macfarlanel, M.W and MacDonald. 2002. Criteria for Managing Contaminated Sediment in British Columbia. British Columbia Ministry of Environ-ment. Canada.

National Wildlife Federation (NWF), 2000. Clean The Rain, Clean The Lake. http://whyfiles. org/201mercury/images/accumulation.gif

Rusmana, E. dkk. 1991. Peta Geologi Lembar Serang, Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sujatmiko dkk. 1992. Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sukandarrumidi. 2006. Geologi Medis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sutisna, D.T. dkk. 1989. Laporan Penyelidikan Pendahuluan Mineralisasi Emas di Daerah Jas-inga, G. Buligir Putih dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Direktorat Inventarisasi Sum-ber Daya Mineral.

Selinawati dan Sobandi. 1994. Distribusi Pence-maran Air Raksa Pada Tambang Rakyat Cineam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.

(20)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Stwertka, A. 1998. Guide To The Elements. Oxford University Press. New York, 240 hal.

Spitz, K. & Trudinger, J. 2009. Mining and The Environment from Ore to Metal. Taylor & Francis Group. London.

United States - Environmental Protection Agency (U.S. EPA). 1995. Human Health and Environment Damages from Mining and Mineral Processing Waste. US. EPA. Ohio.

Widowati, W., Sastiono, A. & Jusuf, R. 2008. Efek Toksik Logam, Pencemaran dan Penanggulan-gan Pencemaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.

(21)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak (Februari 2008)

No Desa Jumlah Penduduk Jumlah KK

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Banjar Irigasi 3.195 3.318 6.513 1.028 2 Banjarsari 1.095 1.140 2.235 555 3 Ciladaeun 1.313 1.161 2.474 623 4 Lebak Sangka 1.448 1.228 2.676 728 5 Lebak Gedong 1.509 1.398 2.907 722 6 Lebak Situ 1.561 1.310 2.871 832 Jumlah 10.121 9.555 19.676 4.488

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Lebak Gedong Tabel 2. Jenis Conto dan Perlakuannya

Jenis Conto Jumlah AnalisisMetoda yang dianalisisUnsur Batuan 3 AAS Au, Ag,, Cu, Pb, Zn, Cd, As,

Hg

Tailing

8 AAS

Sedimen

sungai aktif 37 AAS

Cu, Pb, Zn, Cd, As, Hg

Tanah 11 AAS

Air Limbah 2 AAS

Air

Permukaan/

(22)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Tabel 3. Frekuensi Terjadinya Dampak Lingkungan dari Enam Puluh Enam (66) Kegiatan Pertambangan

Jenis Dampak Persen Kejadian

Pencemaran air permukaan 70

Pencemaran air tanah 65

Pencemaran tanah 50

Kesehatan manusia 35

Kerusakan flora dan fauna 25

Pencemaran Udara 20

Sumber : U.S. EPA, 1995

Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Penambangan Bijih Emas dan atau Tembaga

Parameter Satuan MaksimumKadar Metode Analisis

pH 6 – 9 SNI 06-6989-11-2004 TSS mg/L 200 SNI 06-6989-3-2004 Cu* mg/L 2 SNI 06-6989-6-2004 Cd* mg/L 0,1 SNI 06-6989-18-2004 Zn* mg/L 5 SNI 06-6989-7-2004 Pb* mg/L 1 SNI 06-6989-8-2004 As* mg/L 0,5 SNI 06-2913-1992 Ni* mg/L 0,5 SNI 06-6989-22-2004 Cr* mg/L 1 SNI 06-6989-22-2004 Hg* mg/L 0,005 SNI 06-2462-1991

(23)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Tabel 5. Sepuluh Besar Penyakit Bulan Januari s/d Agustus 2011

No Jenis Penyakit Semua Umur

1 Infeksi saluran pernapasan

akut 2.208

2 Gastritis dan pencernaan lain 1.724 3 Infeksi kulit dan sub ikutan 1.554

4 Flu dan batuk-batuk 1.431

5 Mialgia 1.269

6 Demam 977

7 Hipertensi susunan darah 897

8 G E dan diare 760

9 Anemia & Devisiensi vitamin 400 10 Sesak/pernapasan lain 240

11 Lain-lain 335

Jumlah 11.796

Sumber : Puskesmas Lebak Gedong, Kabupaten Lebak

Tabel 6. Pengelompokan Logam Berdasarkan Sifat Racunnya

Sifat Racun Jenis Racun Keterangan

Sangat

beracun Pb, Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti, U, Be

Dapat menyebabkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam waktu singkat

Sedang Ba, Bo, Cu, Au, Li, Se, Te, Va, Ge, Rb, Hn Menyebabkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun tidak dalam jangka waktu relatif lama Kurang

beracun Bi, Co, Fe, Ga, Mg, Ni, K, Ag, Ti, Sn Dalam jumlah besar menyebabkan gangguan kesehatan Tidak beracun Al, Na, Sr, Ca Tidak menimbulkan gangguan

(24)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Tabel 8. Logam Makro dan Mikro yang Ditemukan Dalam Kerak Bumi

Kelompok Logam Simbol (mg/kg)Jumlah Makro Aluminium Besi Kalsium* Natrium* Kalium* Magnesium* Mangan Al Fe Ca Na K Mg Mn 81.300 50.000 36.300 28.300 25.900 20.900 1.000 Mikro Barium Nikel Seng Tembaga Plumbum Uranium Timah Putih Kadmium Merkuri Perak Emas Ba Ni Zn Cu Pb U Sn Cd Hg Ag Au 425 75 70 55 12,5 2,7 2 0,2 0,08 0,07 0,004 *Logam Ringan

Sumber : Stoker and Seager (1979) dalam Darmono (1995)

Tabel 10. Kelimpahan Beberapa Unsur Logam Berat

Unsur Tanah Kelimpahan (dalam pbb)Air Sedimen Sungai Au < 10 – 50 0,002 -Ag < 0,1 – 1 0,01 – 0.7 -Hg < 10 – 30 0,01 – 0,05 < 10 - 100 As 1.000 – 50.000 1 – 30 1.000 – 50.000 Cu 5.000 – 100.000 8 5.000 – 80.000 Pb 5.000 – 50.000 3 5.000 – 80.000 Zn 10.000 – 300.000 1 – 20 10.000 – 200.000 Cd < 1.000 – 1.000 0,2

(25)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian

(Sumber : Sumber : Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung)

(26)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

(27)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Gambar 4. Diagram Alir Proses Amalgamasi Emas

dilanjutkan dengan Proses Sianidasi Au, Ag

PENGGARANGAN AMALGAM

BULLION (Au, Ag)

UAP MERKURI PENUMBUKAN BIJIH

PENGGILINGAN & AMALGAMASI DI DALAM TEROMOL

PENCUCIAN

AMALGAM

PEMERASAN (DENGAN KAIN PARASUT)

AMALGAM BIJIH DARI TAMBANG

LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA MERKURI SIANIDASI LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA

(28)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

(29)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Gambar 6. Peta Lokasi Conto Tailing

(30)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

(31)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Gambar 8. Peta Lokasi Conto dan Anomali Unsur Hg Dalam Tanah

(32)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

(33)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.8

Gambar 10. Peta Lokasi Conto dan Anomali Unsur Hg Dalam Air Sungai

(34)

Tabel 7. Daft

ar Cont

o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia Batuan

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Ag (ppm) Cd (ppm) Au (ppb) As (ppm) X Y 1 CBR 01R 106,40746 -6,65255 Cisoka 52 70 73 4 3 24.931 2 2 CBR 02R 106,4119 -6,65438 Sampai 23 70 96 5 2 2.701 < 2 3 CBR 03R 106,40251 -6,64079 Cido yong 208 156 216 7 12 3.961 2 Tabel 9. Daft ar Cont o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia

Tailing

No

No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Ag (ppm) Cd (ppm) Au (ppb) X Y 1 CBR 01TL 106,40746 -6,65255 Cisoka 84 124 123 6 7 8.449 2 CBR 02TL 106,4061 -6,64606 Cisoka 5 31 123 12 3 6.787 3 CBR 03TL 106,41202 -6,65538 Sampai 10 66 72 16 5 4.959 4 CBR 04TL 106,40251 -6,64079 Cido yong 3 5 22 24 1 1.166 5 CBR 05TL 106,4094 -6,64292 Lebak T enjo 6 52 29 7 1 6.233 6 CBR 06TL 106,40862 -6,64302 Lebak T enjo 30 67 82 20 3 3.726 7 CBR 07TL 106,41532 -6,63305 Gunung Julang 17 54 61 37 3 7.501 8 CBR 08TL 106,41532 -6,63305 Gunung Julang 19 42 48 14 3 2.272 Tabel 11. Daft ar Cont o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia Sedimen Sungai Aktif

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Cd (ppm) (ppm) X Y 1 CBR 01S 106,40393 -6,5572 Ciber ang 24 100 244 4 2 CBR 02S 106,40993 -6,56511 Ciber ang 19 67 189 4 3 CBR 03S 106,40533 -6,58747 Ciber ang 18 68 127 3 4 CBR 04S 106,41341 -6,57039 Cilangka 16 86 116 3 5 CBR 05S 106,41565 -6,59402 Cinyiru 20 42 63 3 6 CBR 06S 106,41071 -6,60059 Cinasag 21 57 93 3 7 CBR 07S 106,404641 -6,600796 Cisadang Umang 28 368 1503 11 8 CBR 08S 106,40961 -6,60066 Ciber ang 17 49 99 3 9 CBR 09S 106,40734 -6,60622 Cihinis 25 171 286 4

(35)

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Cd (ppm) (ppm) X Y 10 CBR 10S 106,40989 -6,60867 Ciladaeun 25 96 200 4 11 CBR 11S 106,41205 -6,60756 Ciber ang 14 27 48 2 12 CBR 12S 106,40809 -6,65681 Cisoka 22 47 101 3 13 CBR 13S 106,40701 -6,65213 Cisoka 27 34 98 3 14 CBR 14S 106,4061 -6,64606 Cisoka 37 52 83 3 15 CBR 15S 106,4123 -6,65731

Sampai/ Hulu Cikuluwung

24 50 83 4 16 CBR 16S 106,41202 -6,65538

Sampai/ Hulu Cikuluwung

14 32 66 2 17 CBR 17S 106,41239 -6,65175

Sampai/ Hulu Cikuluwung

19 39 109 3 18 CBR 18S 106,41199 -6,64678

Sampai/ Hulu Cikuluwung

33 48 101 4 19 CBR 19S 106,41379 -6,63707 Cikuluwung 10 27 49 2 20 CBR 20S 106,38081 -6,63152 Hulu Ciladaeun 15 41 95 4 21 CBR 21S 106,3962 -6,64737 Cibandung 24 42 77 3 22 CBR 22S 106,39806 -6,62539 Cidangdang 19 39 86 3 23 CBR 23S 106,39821 -6,6262 Ciladaeun 20 37 88 4 24 CBR 24S 106,40224 -6,62524 Ciladaeun 24 100 244 4 25 CBR 25S 106,40298 -6,62584 Cisoka 19 67 189 4 26 CBR 26S 106,403525 -6,634936 Cijambe 18 68 127 3 27 CBR 27S 106,403872 -6,635076 Cisoka 16 86 116 3 28 CBR 28S 106,40251 -6,64079 Cido yong 20 42 63 3 29 CBR 29S 106,4003 -6,63835 Anak Cisoka 21 57 93 3 30 CBR 30S 106,41547 -6,63728 Hulu Ciupih 28 368 1503 11 31 CBR 31S 106,408753 -6,611869 Cipamali 17 49 99 3 32 CBR 32S 106,412204 -6,630176 Cipar ay 25 171 286 4 33 CBR 33S 106,411934 -6,63073 Ciupih 25 96 200 4

(36)

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Cd (ppm) As (ppm) X Y 34 CBR 34S 106,408108 -6,6293 Cil enjang Hideung 14 27 48 2 4 35 CBR 35S 106,409319 -6,625131 Cipayung 22 47 101 3 6 36 CBR 36S 106,406693 -6,624263 Ciupih 27 34 98 3 4 37 CBR 37S 106,40884 -6,61451 Ciladaeun 37 52 83 3 4 Tabel 12. Daft ar Cont o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia T

anah No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu (ppm) Pb (ppm) Zn (ppm) Cd (ppm) (ppm) X Y 1 CBR 01T 106,40699 -6,65164 Cisoka 32 45 87 4 2 CBR 02T 106,40643 -6,64964 Cisoka 25 35 37 3 3 CBR 03T 106,4061 -6,64606 Cisoka 29 38 65 4 4 CBR 04T 106,4123 -6,65731 Sampai/Hulu Cikuluwung 17 33 30 3 5 CBR 05T 106,411762 -6,653483 Sampai/Hulu Cikuluwung 24 37 52 3 6 CBR 06T 106,41239 -6,65175 Sampai/Hulu Cikuluwung 31 38 73 3 7 CBR 07T 106,40164 -6,6415 Cido yong 30 45 33 3 8 CBR 08T 106,4094 -6,64292 Lebak T enjo 49 40 64 4 9 CBR 09T 106,40862 -6,64302 Lebak T enjo 55 44 52 4 10 CBR 10T 106,41532 -6,63305 Gunung Julang 41 43 77 5 11 CBR 11T 106,409641 -6,606095 Muar a 42 147 143 4 Tabel 13. Daft ar Cont o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia Air Limbah

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu Cd Pb As Zn X Y ppm ppm ppm ppm ppm 1 CBR 17AL 106,4094 -6,64292 Lebak Tenjo < 0,0012 0,00 0,00 0,03 0,00 2 CBR 18AL 106,40862 -6,64302 Lebak Tenjo 0,01 0,00 0,03 0,00 0,02

(37)

No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu Cd Pb As X Y ppm ppm ppm ppm ppm 3 CBR 19AL 106,41532 -6,63305 Gunung Julang 0,04 0,00 0,04 0,00 0,07 4 CBR 20AL 106,41532 -6,63305 Gunung Julang 1,19 0,00 0,00 0,00 0,25

Baku Mutu (Kep.Men. LH No. 202 t

ahun 2002) 2 0,1 1 0,5 Tabel 14. Daft ar Cont o, Koor

dinat dan Hasil Analisis Kimia Air P

ermukaan/Sungai No No Cont o Koor dinat Lokasi Cu Cd Pb As X Y ppm ppm ppm ppm 1 CBR 01A 106,40809 -6,65681 Cisoka < 0,0012 0.00 0,00 0,00 2 CBR 03A 106,4061 -6,64606 Cisoka < 0,0012 0,00 0,00 0,00 3 CBR 04A 106,4123 -6,65731

Sampai/ Hulu Cikuluwung

< 0,0012 0,00 0,00 0,00 4 CBR 07A 106,41379 -6,63707 Cikuluwung 0,03 0,03 0,00 0,01 5 CBR 09A 106,3962 -6,64737 Cibandung < 0,0012 0,00 0,00 0,00 6 CBR 11A 106,40224 -6,62524 Ciladaeun < 0,0012 0,00 0,00 0,00 7 CBR 12A 106,40298 -6,62584 Cisoka < 0,0012 0,00 0,00 0,00 8 CBR 15A 106,40251 -6,64079 Cido yong < 0,0012 0,00 0,00 0,00 9 CBR 16A 106,4003 -6,63835 Anak Cisoka < 0,0012 0,00 0,00 0,00 10 CBR 21A 106,412204 -6,630176 Cipar ay < 0,0012 0,00 0,00 0,00 11 CBR 22A 106,411934 -6,63073 Ciupih 0,04 0,00 0,01 0,00 12 CBR 23A 106,409319 -6,625131 Cipayung < 0,0012 0,00 0,00 0,00 13 CBR 24A 106,406693 -6,624263 Ciupih 0,01 0,00 0,00 0,00 14 CBR 25A 106,40884 -6,61451 Ciladaeun < 0,0012 0,00 0,00 0,00 15 CBR 27A 106,41205 -6,60756 Ciber ang < 0,0012 0,00 0,00 0,00 16 CBR 29A 106,40533 -6,58747 Ciber ang < 0,0012 0,00 0,00 0,00 17 CBR 31A 106,40393 -6,5572 Ciber ang < 0,0012 0,00 0,00 0,00

Bakumutu air dalam PP 82/2001

Kelas I 0,02 0,01 0,03 0,05 Kelas II 0,02 0,01 0,03 1

(38)

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Penambangan
Tabel 6. Pengelompokan Logam Berdasarkan Sifat Racunnya
Tabel 8. Logam Makro dan Mikro yang Ditemukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kode Kegiatan/ Output/ Sub Output/ Paket/ Sub Paket AMDAL/UPL/U Khusus (Ketik Tahun).

Hasil uji proksimat pada ampas kelapa yang telah difermentasi menggunakan enzim bromelin pada perlakuan A, B, C, dan D memiliki nilai yang sangat kurang dari Standar

Selanjutnya, dalam konteks pengelolaan keuangan daerah aset dimaknai sebagai Barang Milik Daerah yang merupakan barang modal yang dapat digunakan oleh pemerintah

Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 30% substrat dirombak dengan sempurna oleh Aspergillus niger dengan bantuan enzim untuk membentuk asam sitrat, sedangkan pada

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat penelitian yang berjudul ” Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Frekuensi Kejadian Sakit Balita Usia 13-36 Bulan

Dengan demikian dapat diartikan bahwa arsitektur enterprise mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai

Perpaduan ini dapat terlihat pada beberapa bagian, yaitu bangunan utama, bangunan pendahulu, teras, kubah, dan minaret sebagai terapan dari arsitektur Timur Tengah

1 16 01 1 6 Program Peningkatan Pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 95,000,000.00 APBD Bulukumba 1 16 01 1 6 1 Penyusunan Laporan Capaian. Kinerja