• Tidak ada hasil yang ditemukan

IJNS Indonesian Journal on Networking and Security - Volume 4 No ijns.org

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IJNS Indonesian Journal on Networking and Security - Volume 4 No ijns.org"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2302-5700 (Print) – 2354-6654 (Online) 34

Efektifitas Wireless Lan Berbasis 802.11 b/g

Sebagai Solusi Jaringan Kampus

(Studi Kasus: Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Gde Pudja Mataram

Hairul Fahmi

STMIK Lombok [email protected]

Abstract - Institute Of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11 working on ISM (Industrial Scientific and Medical) free frequency as an option to build the network by the government, private sector, individual and community level (Goth: 2006). Wireless LAN networks are networks that connect two or more computers using radio signals to share files, printers, or internet access (Mulyanta, Edi S: 2008). Wireless LAN as a solution to the existing campus network, on campus STAHN Gde Pudja Mataram with technology based on IEEE 802.11 b/g. by calculating the receive signal level (RSL) and System Operating Margin (SOM) received by each of the building from the network Backbone. Results of network performance, indicating that the wireless LAN on STAHN Gde Mataram Pudja can meet the needs of the campus, but still need an attention to the placement of access points in each building so that devices on each of the building can be fully utilized.

Abstrak – Institute Of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11 yang bekerja pada frekuensi bebas ISM (Industrial Scientific and Medical) menjadi pilihan untuk membangun jaringan oleh pemerintah, sektor privat, individual maupun komunitas (Goth:2006). Jaringan wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua komputer atau lebih menggunakan sinyal radio untuk berbagi file, printer, atau akses internet (Mulyanta, Edi S:2008). Wireleis Lan sebagai solusi jaringan kampus yang ada pada kampus STAHN Ggde Pudja Mataram dengan teknologi berbasis IEEE 802.11 b/g. dengan menghitung receive signal level (RSL) dan System Operating Margin (SOM) yang diterima oleh masing-masing gedung dari jaringan Backbone . Hasil unjuk kerja jaringan, menunjukkan bahwa jaringan wireless lan pada kampus STAHN Gde Pudja Mataram dapat memenuhi kebutuhan kampus, namun masih harus memperhatikan penempatan access point pada masing-masing gedung sehingga perangkat yang berada pada masing-masing gedung dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Kata kunci: ISM, IEEE 802.11b/g, Wireless LAN, RSL,SOM, Topologi Start, ESS, STAHN Gde Pudja Mataram

1.1. Latar Belakang

Institute Of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11 yang bekerja pada frekuensi bebas ISM (Industrial Scientific and Medical) sejak awal sudah menjadi pilihan untuk membangun jaringan berbasis wireless (Goth, 2006). Dukungan terhadap mobilitas, mudah, fleksibel, cepat diimplementasikan menjadikan teknologi wireless menjdi pilihan penggunan (Hairy:2004).

Metode operasi yang didukung oleh 802.11 yaitu, infrastuctur operation mode dan independent operation mode. Infrastructur operation mode dikenal juga dengan mode point to multipoint yang memungkinkan banyak client mengakses 1 access point (AP) sedangkan independent operation mode atau dikenal juga dengan point to point atau wireless ad-hoc (Johnson:2007).

Jaringan wireless dapat memperpanjang jangkauan akses dibandingkan menggunakan kabel (Matthew Gash:2005),jaringan wireless semakin umum digunakan terutama di lingkungan

pendidikan, seperti lembaga pendidikan (David Kotz:2005).

Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Gde Pudja Mataram memiliki 3 gedung, gedung rektorat, gedung perkuliahan dan gedung perpustakaan. Pada tahun 2014 setiap gedung dilengkapi perangkat access point (AP) untuk untuk menghubungkan local ke jaringan backbone. Untuk mengetahui efektifitas penyebaran sinyal Wireless antar gedung yang ada pada kampus STAHN Gde Pudja Mataram dengan memperhatikan Received Signal Level (RSL) dan nilai System Operating Margin (SOM), sehingga kemampuan dari jaringan wireless yang ada pada pada kampus STAHN Gde Pudja dapat dimaksimalkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi perangkat wireless dalam memberikan kualitas penyebaran sinyal, jarak menjadi salah satu penghalang sinyal yang dipancarkan sehingga mengurangi kualitas layanan dari jaringan wireless,(Sasa Ani Arnomo:2014).

(2)

2.1 Kajian Pustaka

Wireless Mesh Berbasis sebagai jaringan berbasi komunitas (Agus:2011), penelitian ini menghasilkan rancangan jaringan wireless berbasis komunitas dikomplek perumahan Bumi Kodya Mataram.

Visualisasi petas rss fingerprint pada gedung Teknik Elektro UGM (Chaerani dan Widyawan:2014) menghasilkan pengukuran visualisasi letak akses poin pada gedung lantai 3 Teknik Elektro UGM dengan metode fingerprint.

Estimasi lokasi objek dalam gedung (Sutardi dkk:2012) menggunakan metode Native Bayes menghasilakan estimasi lokasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain ukuran grid fingerprint, algoritma dan juga orientasi pengukuran data fingerprint

Penentuan lokasi objek indoor dengan kekuatan sinyal (Taman Ginting,Didik Warasto:2014) penilitian ini menghasilkan bahwa penyebaran sinyal yang berbeda disebabkan oleh waktu dan kondisi lingkungan yang berbeda dan tingkat akurasi yang dihasilkan berbasi RSS fingerprint memberikan tingkat akurasi yang lebih tinggi

3.1. Analisis dan Pembahasan

Tahapan dalam penelitian : 1.Investigasi Awal

a. Arsitektur Jaringan Wireless

Gedung rektorat adalah pusat dari jaringan, dimana pada gedung rektorat terdapat perangkat yang digunakan sebagai penghubung jaringan antar gedung, perangkat yang digunakan untuk menghubungkan antar gedung yaitu access point oudoor TP-Link TL-WA7210N yang berada pada gedung rektorat dan access point TL-WDR3600 yang ada pada gedung perkuliahan. Pada gedung perkuliahan terdapat 2 perangkat penerima, 1 perangkat pada ruang perkuliahan Sarjana (S1) dan 1 berada pada ruang perkuliahan Pasca Sarjana (S2). Perangkat penerima pada gedung perkuliahan pasca sarjana menggunakan TP-Link TL-WA7210N outdoor, dapat dilihat pada gambar 3.1 INTERNET Gedung Rektorat Gedung Perpustakaan Gedung Kuliah Modem Mikrotik RB Kabel Nirkabel TP‐Link TL‐WA7210N TP‐Link TL‐WA7210N TP‐Link TL‐WA7210N TP‐Link TL‐WDR3600 TP‐Link TL‐WA7210N

Gambar 3.1 Arsitekur Jaringan Bacbone

b.Topologi Jaringan

Untuk menghubungkan jaringan antar gedung menggunakan 2 topologi yaitu: point to point dan point to multipoint perangkat AP outdoor yang berada pada gedung rektorat menghubungkan 2 station yang ada pada gedung perkuliahan. Sedangkan untuk menghubungkan gedung rektorat dengan perpustakaan digunakan topologi point to point, seperti terlihat pada gambar 3.2

INTERNET Gedung Rektorat Gedung Perpustakaan Gedung Kuliah Modem Mikrotik RB Kabel Nirkabel AP Stasiun AP Stasiun AP Client AP Client AP Client P2MP P2P

Gambar 3.2 Topologi Jaringan Wireless. c. Arsitektur Jaringan Akses

Jaringan yang disediakan untuk pengguna menggunakan teknologi hotspot, pada masing-masing gedung disediakan perangkat access point TP-Link TL-WDR3600 yang digunakan client berhubungan dengan jaringan, baik jaringan internet ataupun jaringan intranet

Arsitektur jaringan pada masing-masing gedung terlihat seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Arsitektur Jaringan Wireless STAHN Gde Pudja Mataram

2.Analisis Jaringan Wireless a. Coverage Area

Besar coverage area atau area cakupan dari access point diperlukan untuk mengetahui sebaran sinyal dari perangkat akses point yang berada pada kampus STAHN Gde Pudja Mataram, diperlukan sebuah perhitungan yang disebut Radio Link Calculation. Dalam Radio Link Calculation, terdapat beberapa parameter

(3)

penting yang harus dihitung dengan tepat untuk memastikan sistem dapat berjalan dengan baik yaitu; perhitungan System Operating Margin (SOM), perhitungan Free Space Loss (FSL), pembatasan EIRP, perhitungan Freznel ZoneClearenze (FZC) serta penempatan antena, harus didapatkan sekitar 10 - 15 db som pada sistem penerima dan mengirim

a) Coverage Area Jaringan Backbone Perangkat yang digunakan TP-Link TL-WA7210N pada yang digunakan sebagai pengirim sinyal dengan perangkat penerima TP-Link TL-WA7210N dengan spesifikasi perangkat :

Tx power = 27 dBm

Receiver Sensitivity = -76 (150 Mbps)

Tx cable & Conn. = 0 dBm

Rx cable & Conn. = 0 dBm

Dengan menentukan nilai SOM 15 dB maka nilai Receive Signal Level (RSL) yaitu :

RSL = SOM + Receiver Sensitivity RSL = 15 dB+(-76)

RSL = - 61 dBm

Nilai Free Space Loss dapat ditentukan dengan :

FSL = Tx power – Tx cable & conn.loss + Tx antenna gain + Rx antenna gain – Rx cable & conn.los –RSL FSL = 27 – 0 + 12 + 12 – 0 – (-61) FSL = 112 dBm

Dengan nilai FSL 112 dBm, maka jarak maksimum antar akses point (pengirim dan penerima) adalah : 20 log D (Km) = 112 – 32,45 – 20 log f (2400 MHz) 20 log D (Km) = 112 – 32,45 – 67,604 20 log D (Km) = 11,95 Jadi, D = 10 ^ (11,95/20) = 3,956 Km b) Radio Link Calculation

Didapatkan jarak gedung rektorat dengan gedung perkuliahan pasca sarjana 90 meter, gedung rektorat dengan gedung perkuliahan sarjana 50 meter dan gedung perkuliahan dengan gedung perpustakaan 37 meter, Gambar 3.4 menunjukkan jarak antar perangkat access point pada jaringan backbone dengan access point yang berada pada sisi client pada kampus STAHN Gde Pudja Mataram

Gambar 3.4 Jarak AP pada jaringan Backbone dengan client

Dengan mengetahu jarak pada masing-masing-masing gedung maka dapat dihitung Recieve Signal Level yaitu :

1. Nilai RSL pada gedung rektorat dengan gedung perkuliahan pasca sarjana.

Jarak gedung rektorat dengan gedung perkuliahan pasca = 95m Tx power minimum = 13 dB Rx sensitifity 76 dBm Tx dan Rx gain 12 dBi Maka FSL = FSL = 32,45 + 20 log D(KM) + 20 log f (MHz) FSL = 32,45 + 20 log 0,095 + 20 log 2400 FSL = 32,45 + (-20,445) + 67,604 FSL = 79,608 dB

RSL dapat ditentukan sebagai berikut: RSL = Tx Power – Tx cabel&Con.

loss + Tx antenna gain – FSL + Rx antenna gain – Rx cabel&Con. los

RSL =13 – 0 + 12 – 79,608 +12 – 0 RSL = -42, 608 dBm

Dengan mengetahui RSL, maka SOM dapat ditentukan sebagai berikut:

SOM = RSL – Rx sencitivity SOM = -42,608 – (-76) SOM = 33,392 dBm

Nilai SOM sebesar 33,392 dBm sangat memenuhi syarat yang telah ditetapkan lebih besar dari 10 dBm

2. Nilai RSL pada gedung rektorat dengan gedung perkuliahan sarjana. Jarak gedung rektorat dengan gedung perkuliahan pasca = 50 m dengan perangkat penerima TP-Link TL-WDR3600

(4)

Tx power maximum 18 dB Rx Antena Gain 2 dBi Rx sensitifity -76 dBm

Tx dan Rx gain 12 dBi, maka FSL = FSL = 32,45 + 20 log D(KM) + 20 log f (MHz) FSL = 32,45 + 20 log 0,05 + 20 log 2400 FSL = 32,45 + (-26,02) + 67,604 FSL = 74,033 dB

RSL dapat ditentukan sebagai

berikut:

RSL =

Tx

Power – Tx

Cabel&Con. loss + Tx

Antenna Gain – FSL + Rx

Antenna Gain – Rx

Cabel&Con. loss

RSL =18 – 0 + 12 – 74,033 +2 – 0

RSL = - 42,033 dBm

Dengan mengetahui RSL, maka

SOM dapat ditentukan sebagai

berikut:

SOM = RSL – Rx Sencitivity

SOM = - 42,033 – (-76)

SOM = 33,966 dBm

Nilai SOM sebesar 33,966 dBm

sangat memenuhi syarat yang telah

ditetapkan leboh besar dari 10

dBm

3. Nilai RSL pada gedung rektorat dengan gedung perpustakaan dengan perangkat yang sama yaitu .access point

access point

TP-Link TL-WA7210N dengan jarak gedung rektorat dengan gedung perpustakaan = 37m

Tx power minimum 13 dB Rx Antena Gain 12 dBi Rx sensitifity -76 dBm FSL = 32,45 + 20 log D(KM) + 20 log f (MHz) FSL = 32,45 + 20 log 0,037 + 20 log 2400 FSL = 32,45 + (-28,636) + 67,604 FSL = 71,418 dB

RSL dapat ditentukan sebagai berikut: RSL = Tx Power – Tx Cabel&Con.

loss + Tx Antenna Gain –FSL + Rx Antenna Gain – Rx Cabel&Con. loss

RSL = 13 – 0 + 12 – 71,418 +12 – 0

RSL = -34, 418 dBm

Dengan mengetahui RSL, maka SOM dapat ditentukan sebagai berikut: SOM = RSL – Rx Sencitivity SOM = -34,418 – (-76)

SOM = 41,582 dBm

Nilai SOM sebesar 41,582 dBm sangat memenuhi syarat yang telah ditetapkan lebih besar dari 10 dBm. Tabel:3.1 SOM pada jaringan STAHN

No Pengirim Penerima Jrk (m) Nilai SOM (dBm) 1. TL-WA7210N TL-WA7210N 95 33,392 2. TL-WA7210N TL-WDR3600 50 26,966 4. TL-WA7210N TL-WA7210N 37 41,582

3.Test Koneksi Jaringan Wireless

Skenario yang dilakukan dalam pengecekan koneksi antar user dengan perangkat jaringan (client, backbone, server) dan internet dilakukan dengan cara melakukan tes Ping IP address perangkat jaringan (client, backbone, server), serta melakukan ping pada alamat www.google.com. gambar 3.6 menunjukkan skenario pengecekan koneksi user dengan jaringan

Gambar 3.6 Skenario tes koneksi jaringan

Gambar 3.7 Hasil tes client (gedung perpustakaan) dengan jaringan backbone

(5)

Gambar 3.8 Hasil tes jaringan backbone (gedung rektorat) dengan jaringan client gedung

perkuliahan kelas Pasca Sarjana

Gambar 3.9 Hasil tes jaringan backbone (gedung rektorat) dengan jaringan client gedung

perkuliahan kelas Sarjan (s1)

Gambar 3.10 Hasil tes jaringan client ke jaringan internet

4. Penutup

Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui Recaive Signal Level (RSL) dan SOM dari perangkat access point (AP) dari masing-masing gedung pada kampus STAHN Gde Pudja Mataram, didapat beberapa kesimpulan :

1. Recaive Signal Level (RSL) yang dihasilkan Jaringan Backbone TP-Link TL-WA7210N sebesar -42 dBm dengan jarak pancar 95 m, dengan nilai SOM 33,392dBm. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas sinyal tergolong baik

2. Recaive Signal Level (RSL) yang dihasilkan pada perangkat Acess point (TP-Link TL-WDR3600) yang berada di gedung perkuliahan sebesar -42 dBm dengan jarak 50m dengan nilai SOM 26,966dBm

Beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang dapat meningkatkan efektifitas jaringan wireless yang terpasang didalam gedung, yaitu

1. Melakukan pengujian kualitas Signal To Noise Ration (SNR) dengan memperhatikan hambatan yang ada disekitar gedung

2. Melakukan pengujian kualitas sinyal pada akses point yang terpasang didalam gedung.

Pustaka

[1] Arimabawa I. W. A. 2011. Tesis WMN (Wireless Mesh Network) Berbasis IEEE 802.11B/G Sebagai Solusi Nirkabel Jaringan Komunitas Sebuah Kompleks Perumahan. Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada [2] Arnomo.S.A. 2014. Analisis Quality Signal

Wifi (QSW) pada Jaringan Hotspot RT/RW Berdasarkan Jenis Halangan dan Lokasi.Sistem Informasi Universitas Putera Batam

[3] Goth, Greg. "It’s a WLAN-derful Life". IEEE Distributed Systems Online, vol. 7, no. 10, 2006, art. no. 0610-ox004

[4] Hairy. 2004. Seluk Beluk Wireless Neetworking Bagian 1. Majalah PC Media, Vol. 5 (Mei) hal. 116 – 119. Jakarta

[5] Johnson, D; Mathee, K; Sokoya, D; Mboweni, L; Makan, A; dan Kotze, H. 2007. Building a Rural Wireless Mesh Network. South Africa: Meraka Institute [6] Mulyanta, Edi S. 2008. Pengenalan

Protokol Jaringan Wireless Komputer. Penerbit Andi. Yogyakarta

[7] Sutarti dkk 2012. Estimasi lokasi objek dalam gedung berbasis 802.11 menggunakan metode Naive Bayes

[8] Wiji Suhardjo, Bambang Eka Purnama

(2013), Pemanfaatan Local Area Network

Dan Program Netop School Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Pada Jurusan Teknik Komputer Jaringan Smk N 1 Klaten, IJNS – Indonesian Journal on Networking and Security, Vol 2 No 3 – Juli 2013, ijns.org, ISSN: 2302-5700

[9] Prawido Utomo, Bambang Eka Purnama, Pengembangan Jaringan Komputer Universitas Surakarta Berdasarkan Perbandingan Protokol Routing Information Protokol (RIP) Dan Protokol Open Shortest Path First (OSPF), IJNS Vol 1, No 1 (2012)

Gambar

Gambar 3.1 Arsitekur Jaringan Bacbone
Gambar 3.4 Jarak AP pada jaringan Backbone  dengan client
Gambar 3.6 Skenario tes koneksi jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan yang ada di dalam daun wungu diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai zat antioksidan untuk melawan radikal bebas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Judul Penelitian : Perbedaan karakteristik klinis pada anak sakit perut berulang dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang.. Nama Mahasiswa : Sisca

menimbulkan perubahan gambaran histopatologis ginjal tikus Wistar. Tingkat kerusakan tubulus proksimal pada kontrol dan perlakuan masing-masing dosis sebanding

Di dalam hukum pidana materiil ada batas maksimum khusus ancaman pidana yang tercantum dalam tiap-tiap rumusan tindak pidana, serta batas minimum umum ancaman pidananya

Adapun kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa identitas budaya batak Toba pada film Lamaran yang tercermin dalam struktur mise en scene yang terdiri dari aspek

Metode ini dapat dipergunakan menguji konsep fit sebagai moderasi, prinsipnya: “kesesuaian (fit) atau interaksi antara variabel independan dengan variabel moderator

Kemudian sajikan data di atas dalam bentuk diagram panah yaitu dengan menghubungkan antara nama dan ukuran nomor sepatu yang sesuai dan juga himpunan

Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsii.