• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mam MAKALAH ISLAM. Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mam MAKALAH ISLAM. Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Mam

16 Januari2015

MAKALAH ISLAM

Bimas Islam dan Upaya Mengawal

Kebhinekaan di Indonesia

(2)

Makalah Islam

Bimas Islam dan Upaya Mengawal Kebhinekaan di Indonesia

Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, M. Ag. (Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Kemenag RI, mantan

(3)

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi akhir-akhir ini, tantangan kehidupan beragama masyarakat Islam Indonesia semakin besar. Kualitas kehidupan beragama masih pada tataran nilai dan simbol-simbol. Pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai agama belum terintegrasi secara optimal dalam perilaku sehari-hari. Hal ini tercermin dengan masih banyaknya perilaku negatif, seperti tindak kriminalitas, pergaulan bebas, praktek korupsi, penyalahgunaan NAPZA, praktik perjudian, dan lain-lain. Demikian juga, fenomena ketidak-harmonisan keluarga, perselingkuhan, perkawinan sirri, dan kenaikan angka perceraian terus meningkat.

Dalam hubungannya dengan kehidupan umat beragama, fenomena kekerasan atas nama agama atau berlatar belakang agama masih tetap terjadi. Namun, berdasarkan catatan Badan Litbang Kemenag RI terakhir dan beberapa pihak (LSM), pada tahun 2014 menunjukkan trend penurunan atas pelanggaran terhadap kebebasan beragama. Dibanding periode yang sama pada dua tahun terakhir, kasus pelanggaran tahun 2014 jauh menurun. Beberapa peristiwa yang dianggap berpengaruh pada penurunan tingkat pelanggaran hak beragama antara lain adanya pemilihan legislatif dan juga pemilihan presiden. Penurunan juga turut dipengaruhi oleh kiprah nyata Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

(4)

Beberapa hal terkait dengan kehidupan beragama merupakan problem-problem keumatan yang menjadi tanggung jawab Bimas Islam, Kementerian Agama. Karena itu, dalam rangka optimalisasi peran Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan umat, pembangunan bidang agama menjadi salah satu bagian penting dari program pembangunan nasional. RPJMN 2005-2025 menyebutkan: “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”. Kata kunci berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab merupakan ranah bidang Agama. Dalam hal ini agamalah yang diharapkan berperan besar dalam membentuk watak atau karakter bangsa sesuai dengan kata kunci diatas. Agama memiliki andil besar dalam proses pembentukan karakter selama diajarkan secara benar.

Tantangan Kebhinekaan

NKRI yang telah dibangun oleh founding father belakangan ini mendapat tantangan yang serius. Maraknya radikalisme berbasis agaman ampak identik dengan perilaku intoleran terhadap perbedaan, ekstrim dalam menyikapi masalah, dan menjadikan kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah seperti terorisme. Memang radikalisme di setiap zaman selalu menjadi common enemy karena selalu menimbulkan berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Anehnya, perbedaan hampir selalu menjadi isu utama tumbuhnya

(5)

radikalisme. Masih ada sebagian kelompok masyarakat yang belum bisa menerima arti perbedaan. Akibatnya perbedaan dipaksa harus melebur dalam satu pemahaman yang mereka bangun.

Tragedi kekerasan kelompok radikalis juga meninggalkan pesan bahwa pemahaman merekalah yang paling benar. Perbedaan pendapat yang seyogyanya sebuah dinamika kehidupan yang harus didialogkan, justru menjadi alasan untuk melakukanpemaksaan pendapat terhadap mereka yang kontra. Di satu sisi mereka menegaskan pendapatnya, namun di sisi lain pendapat di luar mereka salahkan. Akibatnya perbedaan selalu identik dengan kekerasan sebagai jalan keluarnya.

Hal lain yang juga menjadi tantangan kebhinnekaan adalah kesenjangan sosial sosial antara ulama dan umat. Saat ini terdapat jarak yang cukup jauh antara idealisme pemimpin agama dengan kebutuhan riil umat. Dalam beberapa kasus, tokoh agama sering menampilkan pola pembimbingan (baca: dakwah) yang tidak menyentuh dengan problem riil masyarakat. Di antara para pemimpin agama ada yang mengambil jarak dengan masyarakat. Status sosial pemimpin agama yang bergelimpangan materi menjadi penyekat antara dia dengan masyarakat, terutama masyarakat bawah. Hal ini terlihat dengan tidak adanya komunikasi yang sejajar antara masyarakat dan tokohnya. Masyarakat terasa sungkan untuk mengadu, sementara pemimpin agama pun semakin tidak tahu yang

(6)

dibutuhkan masyarakat. Dalam konteks ini terjadi kekeringan keteladanan dari tokoh agama yang menjadikan umat semakin “galau” untuk memegangi nilai-nilai dan ajaran agama.

Selain itu juga karena pengaruh negatif globalisasi bagi moralitas kebangsaan. Dari ranah publik, kita menyaksikan berbagai problem kemasyarakatan, baik sebagai dampak globalisasi maupun degradasi spiritual akibat tergerus arus zaman. Berbagai masalah terus berkamupflase, membentuk wajahnya yang baru dan modern, sehingga sangat sulit bagi kita untuk mendeteksinya. Sebagai contoh, isu-isu pluralisme sangat tipis perbedaannya dengan makna kebebasan beragama; isu aliran sempalan terkaburkan oleh isu kebebasan beragama; isu terorisme dan radikalisme Islam yang abu-abu dengan konsep perjuangan dalam Islam (jihad).

Dan yang cukup penting dari itu semua adalah adanya politik Global yang mengahadapkan vis a vis antar satu peradaban dengan peradaban lainnya. Ada banyak konflik di beberapa belahan dunia juga berusaha dibawa kedalam kehidupan bangsa Indonesianya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kelompok-kelompok yang berafiliasi terhadap satu kelompok tertentu dalam sebuah konflik di beberapa negara. Jika dibiarkan, maka bukan tidak mungkin konflik itu akan masuk dan mempengaruhi pola hubungan antar masyarakat yang selama ini telah terjalin dengan damai.

(7)

Peran Bimas Islam Dalam Meneguhkan Kebhinnekaan

Sebagai institusi yang menangani langsung kehidupan umat Islam, Bimas Islam memiliki tugas yang besardalam membangun dan membimbing umat Islam untuk tumbuh dalam bingkai kebhinekaan NKRI. Bimas Islam dalam tugasnya, bertanggung jawab untuk membangun pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama yang rahmatan lil’alamin, ramah dan penuh dengan kedamaian; bersanding dalam kedamaian dalam keragaman Nusantara.

Bimas Islam terus mengembangkan 4 (empat) semangat (ruh): semangat beragama (ruh al-din) sebagai semangat beragama yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas; semangat nasionalisme (ruh al-wathaniyah), mendorong semangat cinta NKRI; semangat kebangsaan (ruh al-‘ashabiyah), semangat menjaga keragaman nusantara yang terdiri dari berbagai bahasa, budaya, dan agama; ruh kemanusiaan (ruh al-basyariyah), semangat saling menghargai dengan sesama manusia.

Semua persoalan tersebut bukan tak mungkin ditangani secara efektif dan efisien. Namun, untuk memaksimalkan tugas dan fungsi, kita dituntut memberikan pembinaan Islam kepada masyarakat dengan kebutuhan SDM-SDM yang professional dan berwawasan luas serta memiliki tingkat spiritual yang baik. Karena persoalan-persoalan tersebut bukan sekedar

(8)

pelibatan fisik dan strategi, melainkan perlu pelibatan spiritual. Mengapa? Karena dimensi spiritual inilah yang sesungguhnya akan terus mengisi jiwa untuk senantiasa optimis dalam melihat persoalan. Dengan kata lain, dibutuhkan sosok pegawai yang berwawasan luas dan professional, juga memiliki visi ketuhanan dalam setiap langkahnya.

Wujud kontribusi Kementerian Agama, khususnya Bimas Islamdalam menjaga kebhinnekaan, diantaranya:

 Penanggulangan Pengaruh ISIS di Indonesia

Keberadaan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) diyakini telah mempengaruhi gerakan jihad diIndonesia. Pihak otioritas dengan jelasa menyebut adanya keterlibatan WNI dalam gerakan ISIS, dan belakangan muncul video ancaman melalui internet dari pasukan ISIS asal Malang; adanya sebagian umat Islam Indonesia yang mengangkat sumpah dan berjanji setia kepada ISIS; serta tumbuhnya benih-beninh gerakan ini di sejumlah daerah, semakin meneguhkan ancaman bahaya ISIS semakin kuat. Sehingga upaya menangkal gerakan ISIS telah dilakukan dengan cepat dan serius.

Pada tanggal 9 Agustus 2014, Ditjen Bimas Islam memprakarsai Silaturrahmi Nasional Pimpinan Ormas Islam dengan Menteri Agama. Hasil dari pertemuan tersebut menyatakan bahwa ideologi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) bertentangan dengan ideologi

(9)

Pancasila. Cara-cara radikal dan kekerasan dalam memperjuangkan negara Islam di Iraq dan Suriah, cermin nyata bahwa organisasi ini berpaham radikal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Menteri Agama menegaskan, dalam menyi-kapi isu ISIS, seluruh umat Islam Indonesia dan ormas Islam harus mengedepankan semangat ukhuwah Islamiyah dan kerukunan nasional. Umat Islam dan segenap kekuatan bangsa tidak boleh terpecah-belah dan terjebak dalam strategi adu-domba yang dapat merugikan kepentingan umat yang lebih besar.

 Penanganan Kasus Syiah Sampang, Madura

Konflik Syiah Sampang, Madura, termasuk masalah keummatan yang sangat pelik. Berbagai upaya telah dilakukan, namun hingga kini belum mendapat titik terang penyelesaian. Bahkan, Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin, mengunjungi kampung yang dulunya menjadi tempat tinggal pengikut Syiah di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben. Kedatangan Menag kemudian melakukan pertemuan di aula SUN Karanggayam dan menanyakan langsung perihal pengikut Syiah yang dipimpin Tajul Muluk. Menag berharap pengikut Tajul yang kini masih berada di Rusunawa Sidoarjo itu bisa dipulangkan ke desa masing-masing dan hidup tenteram damai lagi dengan warga Karanggayam lainnya. Sayangnya, warga dan

(10)

tokoh di Karanggayam belum mau menerima kepulangan pengikut Tajul jika belum kembali pada ajaran semula. Posisi Kementerian Agama seperti jelas cukup dilematis. Di satu sisi jika pengikut Tajul Mulk enggan melepaskan ajaran Syiah, dan warga menolak. Sementara pada sisi yang lain, pengikut Tajul Mulk belum tentu mau melepaskan paham keagamannya. Hal ini dipersulit dengan fatwa MUI Jawa Timur bahwa Syi’ah Sampang merupakan aliran sesat.

 Penanganan JAI Tasikmalaya (Jabar) dan NTB Pada tahun 2013 dan 2014, Kementerian Agama, cq. Ditjen Bimas Islam mendapat tugas dari Kementerian POLHUKAM agar terlibat aktif dalam penyelesaian JAI, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Tasikmalayan, Kementerian Agama telah melakukan pembinaan kepada pengikut JAI dan memberikan bantuan modal usaha, rumah ibadah, dan Majelis Taklim. Sedangkan penanganan JAI di NTB, Kementerian Agama pada bulan Juni dan September 2014 telah mensosialisasi SKB tentang JAI di 10 Kabupaten se-provinsi NTB. Bersamaan dengan itu, Kanwil Kemenag NTB juga melakukan pendekatan secara terus menerus dan berkoordinasi dengan seluruh kekuatan umat, khususnya ulama, pimpinan Ormas Islam, aparat Pemda, dan Penyuluh Agama Islam agar tidak melakukan tindakan anarkhis dan sepihak yang dapat merusak hubungan antar umat beragama.

(11)

 Penanganan Paham Menyimpang

Rasul Baru bernama Cecep Solihin menyebarkan paham keagamaan yang dinilai menyimpang dari mainstream kembali terjadi pada kasus Rasul baru di Bandung, tepatnya di Jalan Cinta Asih Kelurahan Samoja Kecamatan Batununggal Kota Bandung, Jawa Barat.

Kini, Cecep telah menyatakan bertaubat dan para jamaah yang semula enggan pulang ke rumah, setelah dilakukan upaya persuasi, akhirnya mau kembali ke rumahnya masing-masing. Kementerian Agama melalui peran penyuluh agama berupaya menggiatkan penyuluhan agar masyarakat tidak terjerumus mengikuti paham-paham yang menyimpang. Para penyuluh juga telah disediakan modul agar menjalankan tugasnya untuk meminimalisir paham-paham yang dinilai keluar dari ajaran mainstream.

 Ikhtiar mengatasi problem paham keagamaan. Ditjen Bimas Islam telah melakukan berbagai upaya-upaya pencegahan melalui sinergitas dengan stake-holder, seperti Ormas Islam, DKM, Lembaga Sosial Keagamaan,Majelis Ta’lim, dan lainnya. Upaya ini agar umat tidak mudah disusupi paham keagamaan radikal atau paham-paham yang menyimpang. Melalui lembaga keagamaan, khususnya Majelis Taklim, diharapkan mampu mengajarkan Islam yang damai. Peran penting lainnya adalah bahwa majelis ta’lim

(12)

mayoritas diikuti oleh jamaah ibu-ibu sehingga diharapkan mampu mempersiapkan generasi muslim dengan pemahaman keagamaan yang moderat dan damai. Peran ibu yang menjadi madrasah al-ula (pendidikan pertama) bagi anak-anaknya berperan besar dalam membentuk pemahman dan sikap keberagamaan inklusif.

Upaya yang sama juga dilakukan melalui pemberdayaan takmir masjid dan mushala. Mereka diharapkan mampu menjadi jembatan dalam mengkomunikasikan segala persoalan yang muncul di tengah masyarakat, terutama kemunculan gerakan radikal dalam keagamaan. Ta’mir masjid dan mushala merupakan tokoh agama yang langsung berhadapan dengan umat dan hidup di tengah-tengah mereka serta berperan melakukan pelayananan keagamaan. Dengan peran strategis ta’mir masjid dan mushala diharapkan mampu meminimalisir dan memfilter paham keagamaan radikal dan menyimpang yang menjadi ancaman kebhinnekaan bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan seluruh siswa memberikan respon sangat positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Berdasarkan hasil isolasi dan seleksi jamur pendegradasi amilosa pada empelur tanaman sagu ( Metroxylon sago Rottb.), dapat disimpulkan bahwa diperoleh empat jenis

Jika anda tidak mahu LONG atau SHORT pada harga semasa (market order), anda juga boleh membuat tempahan untuk memasuki pasaran pada harga tertentu yang anda suka.. Contohnya

Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, permasalahan ini layak untuk dilakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik

Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn ).. Bali: Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit

2. Gan Gangg gguan kese uan keseimb imbang angan cairan dan elektr an cairan dan elektrolit berh olit berhubu ubunga ngan n den dengan ede gan edema ma sekunder : volume cairan

Untuk pertanian masa panen sekitar empat bulan antara bulan agustus sampai november, sedangkan masa tanam antara bulan januari sampai maret, jadi masyarakat muara

Analisis Hasil dan Refleksi Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam