• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Dengan Modul Terhadap Penguwasaan Konsep Siswa SMP Terbuka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Dengan Modul Terhadap Penguwasaan Konsep Siswa SMP Terbuka"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODUL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISW A SMP TERBUKA

(Eksperimcn di SMP Ncgeri 7 Terbuka Kota Tangerang)

DISUSUN OLEH : EMMA MAHBUBAH

102016023885

セLGNセセイゥョLLL@

.

\-t

セMセGGQQL@

.

.

T

1 •

··:f·::.·0T··::..···rc:P· .. ···

セセMᄋ@

Inrlnk :

::0c···:.::··o:1.::::.:·

:?. ... ..

セMGN_ZNヲBB@

ャセィjウゥヲゥォ。⦅ッZ[ェ@ : ... .

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi berjudul l'cngaruh Pcmbelajaran Dengan Modul Terhadap

l'cnguasuan Konscp Siswa SLTI' fcrhului Hャセォウー」ョュオョ@ di SMP Ncgcri 7

Terbuka Tangcrang), yang disusun oleh Emma Mahbubah. Nomor lnduk

Mahasiswa: I 02016023885. Jurusan Pendidikan llrnu Pengetahuan Alam, Program

Studi Pendidikan Biologi, telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan fakultas.

Pembimbing I,

Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si NIP 150 222 933

Jakarta, November 2008

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Pengaruh Pembelajaran Dengan Modul Terhadap Penguasaan Konsep Siswa SMP Terbuka" ditulis oleh Emma Mahbubah, NIM: 102016023885 telah dinyatakan lulus pada sidang munaqasah Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Januari 2009. Skripsi ini telah diterima scbagai salah satu syarat memperoleh gelar Sai:jana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Biologi.

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si

NIP. 150 222 933

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

·ranggal

Baig Hana Susanti. M.Sc °.3.:..°}:.\'!J

NIP. 150299475 Penguji I

QLs. Ahmad Sofyan, M.Pd

NIP. I 50 23 I 502 Penguj i II

Dr. Zulfiani, M.Pd NIP. 150 368 74 I

Mengetahui

ada M.A

Jakarta, Februari 2009

Tanda Tangan

BGセ@

I

(4)

1t/Tgl.Lahir

: Emma Mahbubah

: Tangerang, 15 April 1983 : 102016023885

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan AlamJBiologi n I Prodi

Skripsi : Pengaruh Pembelajaran Dengan Modul Terhadap Penguasaan Konsep Siswa SMP Terbuka

Pembimbing : 1. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc

a

m1 menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar basil karya sendiri dan saya ggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakruia,

Mahasiswa Ybs.

(5)

ABSTRACT

Emma Mahbubah : "The Influenced of Modular Leaming to Conceptual Understand Open Junior High School Students" Scription, The Majo!· of Sciences (IPA), The S1 udy Program of Biology Education, Faculty of Education and Teaching Sciences, The State Islamic University Syar0' Hidayatul!ah Jakarta, November 2008.

This research was implemented on March-April 2007 at The State of Open Junior High

School 7, Tangerang. The aim of this research is to know The Influence of Modular

Learning for Conceptual Understand Open Junior High School Sludents on concept of human and vertebrata animal excretion system. The method applied in this research is using quasi experiment on 30 samples. The instrument used i11 through objective test with multiple choice test for 20 items with scores 0-1. Based on calculating using "t" test formula, so there were influenced of modular learning to conceptual understand open junior high school students on human and vertebrata animals excretion system.

This can be seen fi'om the value oft coU/11 > t iaNe on the significant level 0, 05 which '>

57.14 > 2, 04

(6)

(IPA), Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, November 2008.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007 yang bertempat di SMP Negeri 7 Terbuka Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan modul terhadap penguasaan konsep siswa SMP Terbuka pada konsep sistem ekskresi pada manusia dan hewan vertebrata. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang sampelnya sebanyak 30 siswa. lnstrumen yang digunakan adalah tes objektifbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 20 butir soal dengan penskoran 0-1. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus uji "t", maka terdapat pengaruh pembelajaran dengan modul terhadap penguasaan konsep siswa SMP Terbuka pada konsep sistem ekskresi pada manusia clan hewan vertebrata. Hal ini clapat clilihat dari harga thitung > t,abcl pada taraf signifikansi 0,05 yaitu 57,14 >

2.04.

(7)

KATA PENGANTAR

<Bismi{Cafzirrafzmanirrafzim

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang be1judul "PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODUL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISW A SMP TERBUKA ". Salawat dan salam senantiasa kita curahkan keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan materi, kesempatan, bimbingan, pengarahan maupun dorongan semangat. Untuk itu pada kesemi.iatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih d:an penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

l . Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

2. Bapak Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si, dan Ibu Baiq Hana Susanti M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam (IP A) dan Seketaris Jurusan Pendidikan IP A, sekaligus Pembimbing atas segala perhatian, kerendahan hati, keterbukaan pikiran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Dosen Penasihat Akademik yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dalam perkuliahan dan bagi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi J urusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

6. !bu Rahma Ali S.Ag, Ketua Yayasan Habbiburahman beserta staf-stafnya

(8)

7. Spesial untuk kakak (Dati Hidayati), adik-adik (Abid Sopi, Nisa Muti'ah dan Hanifah Muslimah) atas dorongan semangat dan do'a yang tiada henti demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman Pendidikan IPA Biologi angkatan 2002 tetap semangat dan selalu jalin ukhuwah serta tali silaturahim walau kita tak lagi bersama.

9. Nani Najiah, !ta, Hani, Diah, lik, !is, Nuraini, Yusuf, Kiki,. Indra, Ray, Ka Harun dan Oka atas segala bantuan, motivasi, dan do'a dalam menyelesaikan skripsi

1111.

l 0. Arman, Ma'rifah, Ana, Dita, !is, Ayub, dan Nasrullah yang telah membantu dan rnemberikan pengalaman berharga selama mengajar.

l l. Anak-anak kelas I, II, dan III SMP Negeri 7 Terbuka yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Untuk semua pihak yang telah banyak memberikan bantuaimya dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Mudah-mudahan berkah <lan hidayah-Nya senantiasa berlimpah kepada kita semua. Amin ya Rabbal' al am in.

Jakaita, November 2008

(9)

DAFTARiSI

ABSTRACT ... .

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFT AR ISI ... iv

DAFT ART ABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

BABI BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masai ah .. .... .. .... ... ... .. .... ... ... ... ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Pembelajaran dengan Modul ... 8

a. Pengertian Modul ... .. ... ... ... ... 8

b. Ciri-ciri Modul ... 15

c. Tujuan Modul ... 16

d. Peranan Guru dalam Pembelajaran dengan Modul ... 19

e. Keunggulan dan Keterbatasan Modul ... ... 21

f. Komponen Modul Pembelajaran... 23

2. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi 27 a. Pengertian Penguasaan Konsep ... ... ... 27

b. Peranan Modul dalam Pembelajaran Materi Sistem Ekskresi ... ... 33

3. Kemandirian Siswa SMP Terbuka ... 34

(10)

A. Tujuan Penelitian... 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C. Metode dan Desain Penelitian... 43

D. Populasi dan Teknik Pengambi!an Sampel ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data... 47

F. Instrumen Penelitian... 48

G. Kalibrasi Instrumen ... 48

I-I. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. I-Iasil Penelitian ... ... 55

I. Nilai Tes awal Sebelum Pembelajaran dengan Modul

(Pre-test)...

55

2. Nilai Tes Akhir Sesudah Pembelajaran dengan Modul

(Post-test)...

57

B. Pembahasan... 60

C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian .... ... .. ... .. .... ... .... ... 64

BABY PENUTUP A. Kesimpulan... ... . .. .. . .. ... ... . ... . .... ... ... ... .. .. .. ... ... ... 66

B. Saran... 66

DAFT AR PUST AKA... 67

(11)

DAFTAR TABEL

1. Desain Penelitian... ... 44

2. Jadwal Pdaksanaan pembelajaran... 46

3. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Tes Awai (pre-test)... 55

4. Distribusi Frekuensi Kelampok Pretest... 56

5. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Tes Akhir (post-tes)... 57

6. Distribusi Frekuensi Kelompok Posttest ... 57

7. Hasil Pengujian Normalitas... 59

8. Perhitungan Uji Homogenitas ... 59

9. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t... 60

10. Silabus dan Penilaian ... ... 77

11. Kisi-kisi Instrumen Tes... 79

12. Rekapitulasi Uji Reliabilitas... 88

13. Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 94

14. Distribusi Frekuensi Pretest... 95

15. Distribusi Frekuensi posttest ... ... 98

16. Persiapan Uji Nom1alitas dan Uji Homogenitaspretest ... 101

17. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Posttest... 103

18. Uji Normalitas Pretest... 105

(12)
(13)

.. !(_,ala afu mefe-watijafan yan:; .fuHt Jan menda/ij, ku:;unafan

fenJaraan yan:; liernama "'i!Ja/iar.

:i),fajaf

annya muJah, luru.5' Jan Jatar f:u:;u:nakan kenJaraan

"'i!Jyukur

"

"jifa takdlr menim;ra Jan afu tiJak .fam;rai ke tujuan,

h'!Junakan kendaraan t/Ji,tfli'a"

:J}-fa afu ter.fesat atau menjun;J1aiJafan liuntu, kU;JunafUm

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan masalah pendidikan sama halnya berbicara tentang kehidupan, sebab pendidikan merupakan proses yang di!akukan oleh setiap individu menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaanya. Proses ini hanya akan berhenti ketika nyawa sudah tidak ada dalam raga manusia ( Uthlubul 'ilma minnal mahdi ill al lahdi) 1•

Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget seperti dikutip Syaiful Sagala, pendidikan bera1ii menghasilkan, mencipta, walaupun tidak banyak, dan walaupun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Dalam arti sempit pendidikan adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengajaran yang diselenggarakan umumnya disekolah sebagai lembaga pendidikan formal2. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3 Pendidikan juga be1iujuan untuk mentransfer atau menciptakan kemampuan, kebisaan atau pengetahuan walaupun dengan penghargaan yang khusus dan si.stuasi yang terbatas. Atau secara umum untuk menolong individu sampai menjadi seseorang yang ahli dalam kehidupannya.

Kesuksesan pendidikan tergantung pada dua proses, Pertama mentransfer informasi yaitu dari seorang pengajar kepada murid-muridnya. Kedua menciptakan motivasi yang sungguh-sungguh untuk

1 Hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim

(15)

2

mengajukan dan menampilkan apa yang ingin dipe.lajari.4 Kedua proses tersebut sangat mendasar dan saling rnelengkapi. Jika hanya pengajaran dari guru tanpa adanya motivasi dan rninat pada diri siswa untuk belajar maka proses belajar rnengajar tidak akan tercipta, karena siswa tidak dapat menerirna dan rnemahami rnateri yang diajarkan oleh guru.

Seperti yang terkandung dalam UUD 1945 bahwa pemerintah berkewajiban rnenangani dunia pendidikan, yaitu mefalui wajib belajar 9 tahun yang dirnulai dari Sekolah basar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertarna (SMP) agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan rnernperbaiki taraf hid up rnereka. Pernbangunan suatu bangsa memerlukan aset pokok yang disebut sumber daya (Resources), ba.ik surnber daya alarn

(natural resources) maupun sumber daya rnanusia (human resources).

Kedua surnber daya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan, tetapi sumber daya manusia dianggap lebih penting. Korea dan Jepang yang mempunyai sumber daya manusia yang sangat baik terlihat rnemiliki keberhasilan pembangrnnan yang lebih pesat dibandingkan dengan negara-negara yang potensiali, kaya akan sumber daya alam seperti Indonesia dan Afrika, tetapi kekurangan sumber daya manusia sehingga kekayaan sumber daya alamnya 1idak dikelola dengan baik.

Secara makro dapat disimpulkan pembangunan sumber daya manusia (Human Resources Depelovment, HRD) adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kernarnpuan manusia dalarn rangka mencapai tujuan pembangunan suatu bangsa. Dan menurut Garry Food seperti dikutip Noehi Nasution secara mikro, pengembangan sumber daya rnanusia adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga untuk mencapai suatu hasil yang optirnal.5

4 Ernst Boesch, Education : Adapting Education to Society, (Leicestershire Universities,

institute for Scientific co-operation, 2000) h. 34

5 Noehi Nasution, Sudahkah Upaya Pendidikan Mempengaruhi Proses pembelajaran,

(16)

Arus globalisasi dan era industrialisasi yang clipicu oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya perubahan kebutuhan yang kini melanda dunia telah mengakibatkan terjadinya persaingan yang semakin tajam dalam berbagai aspek kehidupan. Gejala tersebut di Indonesia terlihat pada adanya pergeseran pola kehidupan masyarakat dari sistem agraris ke arah sistem industri. Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkuali:tas dan rnenyikapi perkembangan pendidikan saat ini, penyelenggaraan pendidikan perlu didasarkan pada pilar yang kokoh. UNESCO telah menetapkar. empat pilar sebagai tonggak dalam pembaharuan dan rnformasi pendidikan yaitu : learning to know, learning to do, learning l'o live together, dan learning to be. 6

Untuk menghadapi hat tersebut, maka ;perlu disiapkan tenaga terdidik ysng dapat menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan, yaitu dengan jalan meningkatkan kemampuan lulusan pendidil<an dasar ( 6 tahun) ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh sebab itu pemerintah memandang wajib belajar tingkat pendidikan dasar perlu diperpanjang dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Menurut peraturan pemerintah no. 28/ tahun 1990 tentang pendidikan dasar bahwa "pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun, yaitu 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP atau sederajat. Usia wajib belajar 7-12 tahun yaitu untuk tingkat SD sedangkan anak usia 13-15 tahun di tingkat SMP.

Dampak langsung dari ledakan lulusan SD disebabkan oleh keberhasilan pengimplementasian kebijakan program Sekolah Dasar (SD) Inpres tahun 1973-1974 dan program wajib belajar tingkat pendidikan dasar 6 tahun (wajar dikdas 6 tahun) yang dimulai pada tahun

6 Syaiffu!lah Darlan, Jumal Pendidikan: Pendidlkan Noeformal, Vol. I, No. 2, Desernber

(17)

4

1984 dan kebijakan belajar 9 tahun adalah tuntutan tentang tersedianya sekolah-sekolah menengah pertama (SMP).7

Namun mengingat bahwa sumber-sumber keuangan negara untuk mengimplementasikan wajar 9 tahun sangat terbatas, maka perlu adanya alternatif penyelenggaraan sekolah selain SMP reguler yang sudah ada. Menurut Miarso dan Mintz seperti dikutip Amat Nyoto, disinilah perlunya suatu inovasi teknologi pembelajaran altematif dengan dana terbatas yang memungkinkan membuka sebanyak-banyaknya kesempatan belajar bagi lulusan SD menjadi penting. •

Salah satu ir.ovasi teknologi pembelajaran yang diharapkan mampu menjawab tanlangan tersebut, dapat diselenggarakan dengan bisya yang lebih murah, dapat menjangkau mereka yang tidak dapat melanjutkan ke SMP karena hambatan sosial-ekonomi atau geografis tempat tinggal adalah SMP dalam bentuk SMP Terbuka. SMP Terbuka merupakan suatu sistem pendidikan formal yang menggunakan kurikulum SMP reguler namun dengan perlakuan tatap muka antara siswa dan guru yang berbeda. Perbedaan tersebut antara lain pada waktu dan tempat belajar. Jika SMP reguler kegiatan belajar tatap muka dengan guru dlilaksanakan dikelas 7 jam dalam seha_ri, enam hari dalam satu minggu, maka sebagian besar kegiatan belajar siswa SMP Terbuka berlangsung diluar gedung sekolah, 2 jam dalam sehari, dua hari dalam seminggu.

Keberadaan SMP Terbuka sebagai suatu lembaga pendidikan alternatif merupakan fenomena barn dalam sistem pendidikan nasional kita yang perlu dimantapkan pembinaannya. Dengan beberapa kekurangan yang ada dilapangan selama kurun waktu 25 tahun, Kehadiran SMP Terbuka telah mampu memberikan pelayanan bagi anak-anak usia 13-15 tahun yang masih tetap tidak akan tersentuh untuk dapat melanjutkan pendidikan setelah tamat SD atau Ml, meskipun disekitar

7 Amat Nyoto, Pengaruh Pe11gorga11isasia11 Modul, Jumal Penelitian Kependidikan, Th. 12,

No. 2, Desember 2002 h. 138

(18)

mereka telah disediakan tambahan daya tampung di SMP reguler, baik dengan membangun Unit Sekolah Baru maupun dengan menambah Ruang kelas Baru pada SMP atau MTS Regule:r yamg telah ada. Program-pogram pendidikan kita harus berbasis masyarakat luas atau Broad Based Education yang bukan saja berorien1asi pada kecakapan hidup, akan tetapi juga harus semakin bcrpihak kepada mereka yang secara ekonomi kurang beruntung (Pro The Poor) 9

Pengembangan SMP Terbuka secara nasional terutama bertujuan, pertama untuk meningkatkan kesempatan memperoleh pendidikan setara SMP dan yang kedua untuk meningkatkan mutu pendidikan. Yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kurikulum yang digunakan SMP Terbuka adalah kurikuium yamg berlaku di SMP reguier, tetapi menggunakan pola kegiatan belajar mcngajar yang berbeda. Proses interaksi kegiatan belajar menggunakan modul yang berisikan satuan pelajaran yang kecil lingkupnya, sehingga mudah dipahami dan mudah diingat siswa.

Dengan SMP Terbuka maka siswa SD yang hendak melanjutkan ke SMP tidak lagi terb::bani oleh masalah biaya ォ。イセョ。@ program tersebut adalah gratis. Di SMP Terbuka siswa tidak perlu hadir di sekolah induk tetapi dapat belajar di Tempat Kegiatan b・ャセェ。イ@ (TKB) yang ada di sekitar tempat tinggal dan usaha dari siswa yang bersangkutan. Siswa dapat hadir di sekolah induk cukup sekali seminggu untuk berkonsultasi dengan Guru Bina yang ada di sekolah induknya. Dengan berbagai macam keterbatasan penulis harapkan siswa SMP Terbuka tidak akan kalah dengan siswa-siswa di SMP Reguler dalam hal belajar dan tingkat penguasaan konsepnya.

Pembelajaran dengan sistem modul merupakan sistem pembelajaran yang menekankan pada situasi "siswa belajar" yang aktif.

9

(19)

6

Karena segala sesuatu yang berkenaan dengar. kelancaran proses be!ajar mengajar telah diatur dalam sistem modul. Pembelajaran biologi dengan menggunakan modul menekankan partisipasi aktif siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai suatu konsep.

Untuk mengatahui sejauh mana penguasaan konsep siswa SMP Terbuka, maka peneliti akan mengadakan penelitian di SMPN Terbuka 7, Tangerang. Peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan modul terhadap penguasaan konsep siswa SMP terbuka.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain:

I . Apakah ada pengaruh ー・ュ「・ゥセェ。イ。ョ@ dengan modul terhadap penguasaan konsep sistem ekskresi tt:rhadap siswa SMP terbuka?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemahaman siswa SMP Terbuka tentang konsep sistem ekskresi pada manusia dan hewan vertebrata?

3. Bagaimanakah pengusaan konsep sistem ekskresi siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan modul?

C. Pembatasan Masalab

(20)

D. Perumusau Masalab

Berdasarkan masalab yang penulis kemukakan di atas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan modul terhadap penguasaan konsep sistem ekskresi siswa SMP Terbuka?

E. l\fani'aat Penelitian

I. Bagi Penulis, agar memperoleh data secara empiris tentang pengaruh pembelajaran dengan modul t,erhadap penguasaan konsep sistem ekskresi pada siswa SMP terbuka.

2. Memberikan informasi bagi guru dan masukan tentang manfaat yang dapat diar .. bil dalam pembelajaran dengan modul tersebut.

(21)

BABU

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PUHR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskrisi Teoretis

1. Pembelajaran dengan Modnl a. Pengertian Modnl

lstilah modul dipinjam dari dunia telrnologi. Motlul adalab a!at ukur yang lengkap. Modul adalah suatu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu u'ltuk keperluan belajar. 1

Modul adalab satuan pembelajaran bagi siswa yang diharapkan mampu merangsang siswa untuk belajar mandiri, tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian penyajian modul harus marnpu meng;gantikan peran guru dan dapat berinteraksi antara siswa dengan sumber belajiar.2

Modul semula dikenalkan sebagai sebuab kesempatan untuk mengikuti alternatif belajar dengan cara yang berbeda. Bukan bagaimana mereka belajar tapi bagaimana mereka mau belajar, modul memberikan para siswa kesempatan untuk belajar dengan cara yang aktif sebagai kcbalikan dari pcngajaran denagan cam tradisional. 3

Mcnurut buku pedoman penyusunan Modul OBadan penelitian dan pengembangan pendididkan dan kebudayaan), yang dimaksud dengan modul ialah satu unit program belajar-mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan : (I) tujuan-tujuan instruksional umum, (2) tujuan-tujuan instruksional khusus, (3) pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan, ( 4) kedudukan dan fungsi satuan dalarn kesatuan program yang

1

Cece Wijaya, dkk, Upaya pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2000) cet. 4 h. 96

2 ibid

3 Gareth Newman, Modular Curriculum; Modular Developments in CLWYD and Coventry

(22)

lebih lua3, (5) peranan guru di dalam prose belajar-mengajar, (6) ala! dan sumber yang akan dipakai, (7) kegiatan belajar-mengajar yang akan atau hams dilakukan dan dihayati murid secara berurutan, (8) lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar.4

Menurut Goldschmid seperti dikutip Cece Wijaya dkk, " ... module as a self-contained, indefendent unit of a planned series of learning

activities designed to

b . . "5 di

o yect1ves. . .. mo u

help the student accomplish certain well defined

sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain untuk membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keper!uan belajar. Dari satu paket program modul terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, hahan belaj&r, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi.

Fredpercival seperti dikutip Oemar Hanmlik dalam bukunya "Proses Belajar mengajar", adalah sebagai berikut :

Module (a) an organized collection of learning experiences assembled in

order to achieve a specified group of related objectives; (b) a self contained

section of course or programme of instruction.6 Modul adalah (a) sebuah

kumpulan pembelajaran yang diorganisasikan berdasarkan sekumpulan pengalaman belajar untuk mencapai kelompok khusus untuk mengbubungkan suatu objek. (b) sebuah pembelajaran mandiri yang berisi bagian program instruksi program pembelajaran.

Modular course a flexible course that allows individual learners to

select the course programme that best suits them from a stntctural

hierarchy of modules, some of whichare compulsory an some optional.1

Pembelajaran dengan modul adalah pembelajaran yang fleksibel yang membuat individu belajar secara mandiri dan memilih program

4 Cece Wijaya, dick, op cit h. 96

' Ibid h. 97

(23)

10

pembelajaran yang terbaik dan cocok untuk mereka, dari tingkatan struktural modul, beberapa modul merupakan mata pehtjaran wajib dan ada sebagian merupakan mata pelajaran piiihan.

Kemandirian mencakup pengertian kebebasan untuk siap dan tidak lagi bergantung kepada orang lain. Menurut Elkind dan Weiner (Soeparman), kemandirian berarti bebas dari pengaruh orang lain, bebas menentukan sendiri, bebas menentukan hari depan, dan bebas mengatur kebutuhan sendiri. Lindzey mengemukakan bahwa orang yang mandiri menunjukkan inisiatif, berusaha mengejar prestasi, dan ingin menonjolkan dan menunjukkan rasa percaya diri. 8 konsep belajar mandiri (independent learning) dan kemandirian belajar (/earning independence) pada konteks sistem pendidikan terbuka, adalah belajar mandiri yang sering dikaitkan dengan sistem pendidikan terbuka, karena pada umumnya sistem pendidikan terbuka menerapkan konsep belajar mandiri. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan konsep belajar pada umumnya yang tergantung pada kendali dan arahan guru dan sistem pembelajarannya menggunakan modul.9

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul "Pendekatan Barn Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA" bahwa Konsep dan Jenis Pusat Belajar Modular kelas dapat ditetapkan sebagai wahana yang menyediakan pengalaman belajar yang self-contained dan self-directed dimana para siswa berinteraksi dengan material dan mendapat umpan batik langsung mengenai pelajaran yang telah dilakukan oleh mereka itu.10 Self-contained karena pada hakikatnya siswa sendiri yang menyampaikan pelajaran untuk dirinya. Self-directed karna pada hakikatnya siswa sendiri yang membimbing dirinya, sedangkan material dalam konteks

8 Soeparman, Hubungan Kemandirian dengan h·eativitas Siswa SMU, Juma1 Ilmu

Pcndidikan, tahun 27 No. I, Januari 2000

9 Aristo Hadi Blog, Kemandirian Belajar siswa SMP Tcrbuka, 3 maret 2008

'0 Ocmar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Be/ajar Mengajar Berdasarkan CBSA

(24)

ini adalah perangkat bahan pembelajaran berbentuk modul yang perlu dipelajari didalam kelas yang bersangkutan.

Modul adalah paket program yang dapat clitempuh oleh setiap s1swa menurut urutan kegiatan yang telah clilakukan. Modul dipelajari setahap demi setahap, dipelajari dari paket ke paket tanpa siswa bergantung pada kelambanan atau kecepatan teman sekelasnya, tanpa ia harus menunggu atau mengejar di luar kemampuannya. Jika seseorang telah dapat menyelesaikan satu paket, maka ia boleh melanjutkan pelajaran pada paket berikutnya.11

Winkel seperti dikutip Cece Wijaya, dkk mengatakan bahwa modul dapat digunakan untuk belajar secara mandiri atau individu, sebab modul memuat tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk tentang cara belajar dengan modul secara efisien, bahan bacaan, lembar kunci jawaban sebagai umpan balik dan alat-alat evaluasi belajar.12 Hal ini sesuai dengan pemyataan dari "Module spesifications", bahwa setiap modul didesain untuk dapat dipelajari sendiri (mandiri) dan dapat dipergunakan sendiri atau dikombinasikan dengan modul lain tergantung pada persyaratan dan waktu yang tepat dari pembelajaran yang spesifik. Setiap modul berisi pembelajaran yang menarik agar dapat membuat siswa berinisiatif dalam proses belajar.13

Menurut Dickson dan Charles sepe1ii dikutip Cece Wijaya, dkk modul yang baik harus memuat komponen-komponen pembelajaran dengan mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran. Komponen tersebut adalah : topik modul, pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, kemampuan prasyarat, tujuan umum pembelajaran (TPU), Tujuan pembelajaran khusus (TKP), tes awal, materi pembelajaran, gambar,

11

Cece Wijaya Op cit h. 97

(25)

12

awal, materi pembelajaran, gambar, rangkuman atau kata kunci, soal latihan, tugas mandiri, tes sisipan, dan daftar pustaka.14

Modul digunakan sebagai sistem pembelajaran. Dalam ha! ini yang dimaksud modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaanya untuk para guru. Sebuah modul memuat tujuan-tujuan pembelajaran dengan

pretest, aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh

kompetensi-kompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretest, dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar.15

Menurut Nasution seperti dikutip Djony Pabisa, modul adalah suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Sudjana dan Rivai menjelaskan bahwa modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Modul me:upakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan b I e aJarnya. . 16

Menwut Departemen Pendidikan Nasional dalam buku selayang pandang SLTP Terbuka, Modul adalah satuan pembelajaran bagi siswa yang diharapkan mampu merangsang siswa untuk belajar mandiri, tanpa bantuan orang lain.17 Modul merupakan bahan belajar yang didesain untuk dapat dipelajari secara mandiri. Uraian menggambarkan seakan-akan ada interaksi antara sumber belajar dengan siswa, penyajiannya dilakukan dari

14 Ibid h. 151.

15 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004)

cet. 5 h. 43

16 Djonny Pabisa, Tesis : Pengaruh Penggunaan Madu/ dan Metode Ceramah Terhadap Hasil

(26)

-yang mudah ke -yang sulit, dari -yang sederhana ke -yang kompleks, dari -yang umum ke yang khusus.17

Menurut keller dan Vembriarto seperti dikutip Saharso sistem pembelajaran dengan modul adalah suatu sistem pe,ndidikan yang lebih efisien dan relevan. Modul telah dijadikan tumpuan harapan untuk mampu mengubah keadaan menjadi situasi belajar-mengajar yang merangsang, yang lebih mengaktifkan murid untuk membaca dan memecahkan masalah sendiri dibawah pengawasan dan bimbingan guru atau dosen.1 g

Menurui Albanese dan Mandsky seperti dikutip Saharso bahwa dengan menggunakan modul dapat memupuk sikap dinamis dan aktif karena dituntut lebih giat untuk memecahkan rnasalah-masalah dan penemuan-penemuan.19

Modul secara aktif menuntut siswa dalam menyelesaikan masalah (problem solving), membuat mereka untuk berfikir kritis, mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam proses inquiri sains, dan melibatkan mereka dalam belajar secara bersama (cooperative learning).2° Setiap modul berisi beberapa unit, setiap jenis mengacu kepada sebuah aspek dari tema modul. Inti dari setiap unit sangat bervariasi sesuai dengan aktivitas siswa yang telah didesain untuk membuat mereka ingin mempelajari bukan membuat mereka bingung.

Aktivitas siswa bermacam-macam ada saat dimana mereka memerlukannya dalam meningkatkan keahlian, dan dalam perkembangan keahlian. Mercka terlibat dalam situasi kritis, koleksi data, penilaian, interpretasi dan analisis. Dengan mengajarkan siswa pada inquiri aktif,

17

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Buku Ke11anga11 25 Ta/tun SMP Terbuka

1979-2004, Jakarta 2004

18

Saharso, Penggunaan Modul Pembe/ajaran, Jumal Penelitian Kependidikan, TH. 11, No. 2, Desember 2001 h. 123

19 lbid h. 123-124 20

(27)

14

aktivitas modul membungun siswa untuk mengerti sains, dan mengaitkan antara sains dengan kehidupan nyata siswa.

Modul adalah sistem belajar mandiri yang berisi komponen-komponen dari sebuah sistem, yang telah terdefinisi dengan baik antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. 21 sebuah modul berisi metode-metode dan aturan-aturan. Salah satu metode dalam modul adalah metode instan (hal) atau metode modul. Metode ha! menunjukkan sebagai metode dalam kelas saat modul digunakan dalam pembelajaran, sedangkan metode modul tidak demikian.

Modul adalah sebuah konsep yang telah diterapkan pada konteks sains, sebagai sains kognitif dalam menginve8tigasi struktur pikiran. Sebuah modul dapat didefinisi sec;ara bermacam-maeam, tapi umumnya merupakan sebuah komponen dari sistem yang besar dan mengoperasikan tanpa sistem independen dari komponen operasional lain.22 Siswa SMP Terbuka dituntut untuk mampu melakukan belajar mandiri mengingat pertemuan dengan guru pembina di TICE maupun disckolah induk tidak serutin siswa SMP Reguler. Dengan demikian diperlukan adanya modul yang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa.23

Modul adalah bahan ajar cetak. Menurut Suciati, dkk, sebagai bahan ajar mandiri, modul hendaknya memenuhi kriteria mudah dibaca dan dicema, dalam arti menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan jelas. Mampu melibatkan proses berpikir siswa, serta memungkinkan siswa agar dapat mengevaluasi tingkat penguasaan kons<!p suatu materi yang dipelajari secara mandiri. 24

21 http :// www.ruby.doc.org/core/classes/module.html

22 http://en.wikipedia.org/wiki/module_programming

23 Amat Nyoto, Jurnal Penelitian Kependidikan : Pengaruh Pengorganisasian Madu/, Gizya

Kognitif. dan Locus Of Control Terhadap Keefektifan Pembelajaran IPA di SLTP Terbuka di

Kotamadya Malang, TH. 9, NO. I Juni 2000

24 Suciati, dkk, Depdiknas, Madu/ : Pengembangan A/at Penilaian Pembe/ajaran Mata

(28)

Menurut Russel seperti dikutip Suharsimi : j'vfodules can be open ended, thus allowing the student to determine the direction in Which he wishes w proceed with the topic after he has mastered the basic subject matter. The additional study may be selected from a variety of activities, sometimes called "quest", or the study may be original, that is designed by the student himself. Selanjutnya Russel menyebutkan bahwa " for the student, for the clearly stated objectives, can describe exactly what is

expected of him and provide him with a goal to be mastered. Hence. the student's learning activities become goal oriented module take full advantage of the benefits of a clear statement of objectives. 26

Tentunya masih banyak lagi 、・ヲ・ョゥウゥM、、ゥョゥセゥ@ modul yang sekiranya belum dicantumkan penulis, tetapi dari 「セ「・イ。ー。@ definisi yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan pengertian modui, yaitu Modul merupakan unit (pakd) pengajaran terkecil dan lengkap yang memuat rangkaian kegiatan belaj ar yang direncanakan dan sistematik, juga memuat tujuan belajar (pengajaran) secara eksplisit dan spesifik, selain itu modul juga memungkinkan siswa belajar sendiri karena bersifat self instructional.

Dan modul merupakan perwujudan pengajaran individual, yaitu realisasi pengakuan terhadap adanya perbedaan individual.

b. Ciri-ciri modul

Vembriarto seperti dikutip Cece Wijaya dkk, memberikan ciri-ciri modul antara lain :

1. modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self instruction.

Dengan belajar sepe1ii ini, modul membuka kesempatan pada siswa untuk mengembangkan dirirnya secara optimal dan belajar secara mandiri.

2. Siswa dapat belajar secara individual, belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.

(29)

16

4. Modul mempunyai daya informasi pengetahuan yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.

5. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.

6. Modui menganut prinsip learning by doing atau (earning by problem solving.

7. Modul mcmiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi (re-inforcement). 8. Adanya evaluasi yang kontinu dari setiap paket program.27

c. Tujuan Modul

Tujuan utan1a dari sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.28

Tujuan modul adalah agar guru dapat mengembangkan dan mempertinggi mutu professional yang penting untuk keefektifan pembelajaran. Sumber untuk pembelajaran dan perkembangan akan memberikan murid suatu dasar teori yang penting untuk bekal hidup mereka dikemudian hari baik secara pribadi maupun untuk masyarakat sekitar. 29

(30)

motivasi murid yang dapat terlihat dari pernyataan terbatas mengenai tujuan mereka belajar.30

Pembelajaran dengan modul dibuat untuk memfasi!itasi sebuah pendekatan pembelajaran yang berdasarkan pada pengalaman, praktik, dan berhubungan dalam kehidupan bermasyarakat dai1 pada dunia. Modul juga dibuat berdasarkan pada alasan bahwa sekolah akan mengijinkan murid-murid secara fleksibel untuk bernegosiasi dengan guru-guru dan tutor-tutor mengenai modul yang mereka pelajari dan bagaimana murid-murid mempelajari modul tersebut 31

Hal ini dipertimbangkan bahwa para siswa akan dikenalkan pada bermacam-macam inquiri, tugas-tugas dan perrnintaancpermintaan yang membawa mereka melewati cara tradisional. Dan mengenalkan mereka pada cara yang berbeda-beda dan bermacam-macan1 pada saat pembelajaran.

Menurnt Bob Willars di dalarn buku

Local Authority Initiative :

Leicestershire,

bahwa tujuan pembelajaran dengan modul adalah :

1. Untuk dapat mempelajari pelajaran agar dapat dikonstruksikan sesuai dengan kebutuhan individu, keinginan atau ketertariakan dalam proses pembelajaran yang paling efektif bagi murid-murid melalui unit pembelajaran mandiri.

2. Untuk memajukan ranah kognitif, manipulatif, dan afektif dari murid-murid melewati lamanya pembelajaran dari perkembangan pengalaman pembelajaran.

(31)

18

Di dalam bukunya "sistem pengajaran dengan modul" B. Si;ryosuborto menguraikan tentang tujuan modul yang digunakan dalarn proses belajar mengajar, yaitu :

1. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif

2. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri.

3. Murid dapat sebanyak rnungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan guru atau tanpa bimbingan guru. 4. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajar sendiri secara

berkelanjutan.

5. Murid benar-benar me1tjadi pusat kegiatan belajar-mengajar.

6. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi mela!ui evaluasi yang dilakukan pada setiap rnodul terakhir.

7. Modul disusun berdasar kepada konsep 'Mastel)' Learning' suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu.33

8. Untuk mempertimbangkan baik buruk dari teori praktisi pendidikan dan nilai yang mempengarnhi proses pembelajaran.

9. Para praktisi dapat mengembangkan teori perkembangan dan mempertinggi keahlian mengekplorasi teori dan praktek.

dasar pada pendidikan

pondasi dengan

10. Untuk mempertimbangkan bermacam-macam rnang praktek dan manajemen Rembelajaran sebagai komponen yang penting dalam proses pendidikan. 4

Dengan demikian diharapkan sistem pengajaran modul ini, dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran selektif dan seefisien mungkin, dan memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak hanya membaca dan mendengar tetapi dapat juga berdiskusi dan simulasi.

(32)

-d. Pcranan Gnrn dalam Pembelajaran Modnl

Dalam proses belajar mengajar, secara umum guru mempuyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Gum mempuyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis.34 Maka untuk keberhasilan proses belajar mengajar guru merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan belajar tersebut. Oleh karena itu guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan dan menguasai berbagai strategi belajar-mengajar Slllah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pengajaran dengan modul.

Adam dan Decey seperti dikutip Nana Syacdih mengemukakan peranan dan kompeten guru diantaranya sebagai pengi\jar, pimpinan kelas, pembimbing, pcngatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan konselor.35

Menurut Rochman pengajaran modul dapat mengembangkan pendidikan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif pengajaran itu mempunyai potensi untuk membiasakan siswa melakukan kegiatan, mempelajari dan melengkapi studi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengerjakan tugas, memecahkan kesulitan serta memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Hal ini, dalam perspektif perkembangan siswa selanjutnya, diperkirakan akan memberikan dampak yang sangat positif sebab dengan membiasakan melakukan kegiatan-kegiatan seperti diatas, yang dapat diartikan sebagai usaha memperlakukan ilmu sebagai suatu proses, dapat membentuk kecakapan intelektual dasar

34 Slameto, Be/ajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,

2000) eel 4 h. 97

(33)

20

yang sangat diperlukan dalam merintis hidup secarn mandiri. Secara kuantitatif modul dapat dipelajari sendiri sehinggii memungkinkan siswa yang kurang mampu belajar disekolah dapat melanjutkan belajamya dimana dan kapanpun, itu berarti dapat merentang waktu belajar disekolah. Modul juga sesuai untuk subyek belajar non sekolah, karenanya penggunanaan

modul juga dapat berarti tambahan kesempatan untuk belajar.36

Tugas utama guru di dalam sistem modul adalah mengorganisasi dan mengatur proses belajar, antara lain ; I) Menyiapkan situasi belajar yang kondusif2) Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas 3) Melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.37

Dalam pengajaran modul guru berfungsi se:bagai diagnostician, yaitu mampu mengamati dan menangkap kelemahan-kelemahan siswa dalam belajar. Guru juga bertugas mengarahkan pelajaran, menyusun program pengajaran dan yang lebih penting lagi fungsi guru adalah membangkitkan dan memelihara minat siswa.

Sedangkan Menurut Zaura Bintang dkk, peranan guru dalam pembelajaran dengan sistem modul untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah ;

l ). Menguasai Bidang studi yang diajarkan 2). Mengikuti perkembangan ilmu pcngetahuan 3). Membimbing siswa

4 ). Terampil dalam bertanya

5). Bertindak sebagai katalisator dan fasilitator

6). Menyadari bahwa bakat dan minat siswa berbeda-beda 7). Menjadi contoh teladan dan figur panutan.38

- - - · · - · ···-···--··

"". Rochman Natawijaya, Madu/: Apo, Mengapa, Bagaimana jak:;rta : Dcpdiknas, 1986

37 E. Mulyasa Loe Cit h. 45 38

(34)

Karena pada umumnya sebuah modul sudah mencakup seluruh kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik, maka guru tidak lagi menjadi unsur pokok didalam mempelajari kompetensi. Peranan guru dalam penyajian modul adalah sebagai sumber tambahan dan pembimbing bagi peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan terseb11t.

Modul yang dikembangkan seperti pada umumnya modul yang terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut, yaitu: lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban dan kunci jawaban.

e. Keunggulan dan Keterbatasan Modul

Beberapa keunggulan pembelajaran modul dapat dikemukakan sebagai berikut:

1 ). Lebih mengutamakan proses belajar daripada mengitjar. 2). Rumusan tujuan belajamya jelas.

3). Mengutamakan cara belajar secara aktif.

4). Menggunakan umpan batik dan evaiuasi.

5). Memperhatikan perbedaan kemampuan individu siswa.

6). Motivasi belajar setiap individu lebih tinggi.

7). Pembelajaran lebih efektif.

9). Dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai.

I 0). Dapat mengetahui bahan pembelajaran yang belum dikuasai.

11 ).Ada waktu untuk memperbaiki hal-hal yang belum belum disampaikan.39

Menurut E mulyasa dalam bukunya Kurikulum Berbasis

Kompetensi tentang beberapa keunggulan dalam pembelajaran dengan

modul adalah sebagai berikut :

39

(35)

22

I. Berfokus pada kemampuan ir:dividual peserta didik, karena pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya

2. adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh peserta didik.

3. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiaannya.40

Disamping keunggulan yang teiah diuraikan diatas, modul juga memiliki keterbatasan sebagai berikut :

I). Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Subes atau gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunnya. Modul mungkin saja memuat tujuan dan alat ukur berarti, akan tetapi pengalaman belajar yang termuat di dalamnya tidak tertulis dengan baik atau lengkap. Modul yang demikian kemungkinan besar akan ditolak oleh peserta didik.

2). Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusa.•, serta membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembalajaran konvensional, karena setiap peserta didik menyelesaikan modul dalam waktu yang berbcda-beda, tergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing siswa.

3). Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal, karena setiap pese1ta didik harus mencari sendiri. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama-sama dalam pembelajaran.41

40

E. Mulyasa op cit h. 46

41

(36)

f. Komponen Modul Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Tujuan pembelajaran umum (TPU) pada hakekatnya mengacu pada hasil pembelajaran yang diharapkan dan sangat penting dalam pembelajaran. Tidak adanya tujuan pembelajaran dapat mengakibatkan frustasi bagi siswa, sebab siswa tidak mengetahui apa yang sedang dipelajari.

Tujuan umwn adalah pernyataaa tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Tujuan ini diacukan pada keseuruhan isi mata pelajaran ケ。セNァ@ diajarkan. Karena itu, TPU alcan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Gagne (1978) mengatakan TPU sebagai pernyataan umum mengenai suatu program pembelajaran. Sedangkan Dick dan Cary ( 1985) menjelaskan mengenai apa yang harus dimiliki siswa setel.ah selesai mengikuti suatu pembelajaran.

Dengan demikian, TPU senantiasa mempunyai arti sebagai hasil belajar dan dalam bentuk pernyataan yang bersifat umum. TPU adalah pemyataan yang mendeskripsikan kemampuan apa yang akan dapat dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Tujuan ini harus mendeskripsikan pencapaian tingkah laku yang dihasilkan dari kegiatan belajar dalam suatu satuan pembelajaran. Hal ini tidak berarti bahwa hanya tingkah laku yang disebutkan itulah satu-satunya yang diperoleh siswa dalam mempelajari yang diperolehnya. Seperti apa yang dijelaskan diatas bahwa, TPU menyatakan apa yang dapat dilakukan siswa setelah selesai pembelajaran dan bukan apa yang diperbuat guru sewaktu menyajikan pembelajaran.

(37)

24

umum menyatakan "keterampilan" te1ientu dalam rangkaian pengembangan kemampuan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih (knowledge-skill-understanding). Proses pengembangan kemampuan ini dapat dicapai melalui sejumlah paket belajar yang terintegrasi dengan tujuan-tujuan yang umum yang saling berhubungan satu sama lain.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Salah satu komponen model rancangan pembelajaran yang penting adalah Tujuan pembelajaran khusus (objective behaviour

atau objective pe1formance). Winkel seperti dikutip Suciati dkk,

mendefinisiakan TPK sebagai suatu tujuan pembelajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas, yang dapat diwujudkan berdasarkan perkembangan pelajar, tersedianya tenaga pengajar, media pembelajaran, dan alokasi waktu. Komponen di atas dapat menm1jang tercapainya tujuan pembelajaran yang lebih umum.

Menurut Degeng sepe1ti dikutip Suciati dkk, mengatakan : tujuan pembelajaran khusus berguna untnk mendeskripsikan strategi pengorganisasian mikro, yang disebut sebagai tujuan belajar. Di dahm1 proses kegiatan belajar mengajar, perumusan Tujuan pembelajaran khusus memegang peranan penting, kama memberi manfaat antara lain:

1 ). Memberi kepastian mengenai kemampuan atau keterampilan, sikap, dan kedalaman apresiasi yang diharapkan dari siswa. 2). Memberikan kriteria yang pasti. Dengan demikian kemajuan

(38)

3. Kerangka Isi Pcmbelajaran (Epitome)

Kerangka isi pemebelajaran dapat dipadankan dengan epitome. Sebagai kerangka isi, keberadaannya hanya mencakup sebagian kecil isi pembelajaran yang amat penting, yang nantinya akan berfungsi sebagai konteks aaiau kerangka dari isi-isi balmn pembeiajaran yang lebih rinci. Epitome berbeda dengan rangkuman, karena epitome tidak memuat semua bagian dari isi ー・ュ「・ャ。ェセNイ。ョ@ yang penting, sebagaimana yang terdapat pada rangkuman. Menumt Ausubel seperti dikutip Amat Nyoto, Epitome dapat berupa struktur, konseptual, stmktur prosedural, atau struktur teoritik. Fungsi epitome pada fase pertarna untuk menyediakan tingkatan ide-ide atau ideational

scaffolding Ausubel bagi isi yang lebih rinci yang dipelajari

kemudian.43

Untuk beiajar informasi verbal, seperti fakta-fakta dan nama, epitome dapat berfungsi sebagai konteks bagi infonnasi-informasi yang lebih rinci, sedangkan Hewson seperti dikutip Amat Nyoto merekomendasi agar dalam pembelajaran, bahan-bahan disajikan sebagai sebuah jaringan (network), sehingga terjadi semacam kerangka yang menyediakan format-format untuk infonnasi baru dan layanan pencarain inf01masi baru lainnya.44

4. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan pembukaan suatu modul. Dalam pendahuluan dikemukakan tujuan pembelajarn khusus, relevansi dan deskripsi singkat materi yang akan dibahas serta petunjuk belajar. 5. Sajian Materi

(39)

26

I). Uraian materi dapat berupa fakta atau data, konsep, prinsip, teori, prosedur atau metode, keterampilan, hukum dan masalah. Hal ini disajikan secara naratif atau piktorial. Uraian materi berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar. Uraian materi meliputi materi pokok dan benar serta terbaru atau terkini. Dalam penyajian hendaknya logis, sistematis, menarik, dan komunikatif serta interaktif.

2). Uraiar. materi disertai comoh dan non contoh. Contoh dapat berupa benda atau gambar, ilustrasi, angka yang mewakili konsep. Contoh berguna untuk memantapkan pemahaman siswa. Sedangkan non contoh dapat berupa benda, ilustrasi, angka atau gambar yang tidak mendukung konsep yang disaj ikan dan berfungsi untuk memantapkan pemahaman siswa. Contoh harus relevan dengan isi uraian, konsisten, logis, sesuai dengan realita dan bermakna se1ia j umlah dan fungsi yang memadai.

3 ). Latihan yaitu berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memantapkan pemahamannya terhadap materi yang disajikan. Latihan ini harus relevan dengan materi yang disajikan, bentuknya bervariasi, bermalma dan sesuai kemampuan siswa se1ia menantang untuk berpikir dan bersifat k.ritis pada siswa. Pada modul SMP Terbuka seringkali latihan diberikan dalam bentuk soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan dan diberi istilah tugas.

4). Rangkuman merupakan uraian singkat tentang intisari atau saripati dari materi yang telah disajikan. Penyajiannya secara berurutan, ringkas dan komunikatif.

(40)

Pe1ianyaan-pertanyaan harus benar dan logis. Tes fomiatif dise1iai dengan kunci jawaban berikut peiljelasan.

6. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka adalah kumpulan informasi yang digunakan dalam penulisan modul yang disusun secara alfabetis. Hanya sumber informasi yang dikutip dalam uraian dan benar-benar merupakan acuan, yang dicantumkan dalam daftar pustaka. Informasi tentang sumber hams ditulis secara benar dan lengkap.

7. Glosarium

Kumpulan kata sulit beserta penjelasannya yang disusun secara alfabetis. Dalarn modul SMP Terbuka yang lama dituliskan sebagai "kata-kata sukar", sedangkan dalam modul barn ditulis "kosakata". Penjelasan kata-kata sulit tersebut sesuai dengan konteks pemakaian dalam modul sehingga dapat membantu siswa dalam memahami uraian materi. Selain itu terdapat pula penutup untuk setiap akhir modul. Modul SMP terbuka juga dilengkapi dengan Tes akhir Modul (TAM).45

2. Pengusaan Konsep Dalam Pembelajaran Biologi a. Pengertian Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Piaget seperti yang dikutip Ratna wilis mengatakan bahwa pertumbuhan intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan equilibrium-disequilibrium, sehingga akan tercapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.46 Belajar akan menjadi efektif apabila kegiatan belajar sesuai

(41)

--J

PERPUST.!\>\AJ\N UTA.MA UIN SYAHID Jl\f'V!\RTA

28

dengan perkembangan intelektual anak. Selain itu, guru di dalam kelas perlu mengenal anak didik dan bakat khusus yang mereka miliki agar dapat memberikan pengalaman pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa untuk dapat mengembangkan bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam sair.s konsep (pengetahuan dasar) adalah faktor yang mempengaruhi belajar seperti yang dikatakan oleh Clipton dan Slowiaczek bahwa kemampuan seseorang untuk memahami dan mengingat informasi penting tergantung pada apa yang mereka telah ketahui dan bagaimana pengetahuan tersebut diatur.

Konsep merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam berbagai bidang, sehingga istilah ini mempunyai beberapa definisi. tv!enurut Rosier yang dikutip Dahar konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas obyek-obyek, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Sedangkan menurut Woodruff yang dikutip Amin menyatakan bahwa suatu konsep adalah (!) suatu ide atau gagasan yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu obyek, (3) produk subyektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap obyek-obyek atau benda-benda melalui pengalamanya setelah melihat a.tau melakukan persepsi terhadap obyek atau benda.44 Hal ini senada seperti yang dikatakakan oleh Good dalam Resna dkk, sepe1ii yang dikutip Nuryani R bahwa konsep adalah gambaran ciri-ciri suatu objek sehingga dapat membedakam1ya dengan objek laillilya.45

(42)

dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk atau sifatnya. Bourne seperti dikutip Amien rnenyatakan bahwa suatu konsep dapat dianggap sebagai suatu unit pikiran atau gagasan. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu konsep tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berhubungan satu sama lain dalam suatu sistem dinamik yang disebut sistem konseptual. 46

Dari penge11ian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah buah pikiran atau pengalaman tertentu yang bersifat abstrak yang dapat diperoleh siswa melaiui dua cara yaitu, pembentukan konsep dan asimilasi konsep serta dapat digeneralisasikan. Konsep itu dapat berubah sesuai dengan penemuan pengetahuan yang baru. Kita mengenali konsep rnelalni larnbang yang bisa berupa kata-kata, rnaupun lambang-larnbang lain, yang secara integral disusnn dalarn teori.47

Brody rnenyatakan bahwa konsep terpenting dalam pembelajaran IP A adalah pernbelajaran berrnakna (Meaningful Learning). Menurut ausabel dikntip Dahar (1988) dalam Hewindati (2000) belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang terdapat dalarn struktur kognitif seseorang. 48

Menurnt Ausabel seperti dikutip Dahar konsep yang dimiliki anak dapat diperoleh melalui dua cara yaitu formasi konsep (concept .formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Forrnasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan sebelum anak masuk sekolah sedangkan asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep atau belajar konsep selama dan sesudah sekolah.49

Menurut FatTel a concept is alassification of objects, object

properties, or even into a set by process of abstractions. Gagne

'16 Yuni Tri Hemindati, Pemahaman Murid Seka/ah Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis

Biologi. Jurnal pendidikan, Vol.5 No.I Maret 2004 h. 63

47 File : //D/Dokumen%20MY /HomePage%20Pribadi, P/Modulo/o Modul 3 Pawit M Yusuf,

Teori dan pene111uan !bniah dala111 lingkungan Iltnu Jnforn1asi, Kon1unikasi dan Kle111bagaan

(43)

JO

menyatakan a concepr is an abstract idea which anables people to c/assifY object or events and to specifY within the objects or events are

examples or nonexampless. Kedua definisi ini sesuai dengan pendapat

Ruseffendi yang mengatakan bahwa konsep adalah sustu ide abstrak yang memungkinkan pengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan noncontoh.

Menurut Masjkur seperti dikutip Syarifuddin belajar konsep adalah suatu ha! yang penting dalam pembelajaran IP A di sekolah, sebab konsep merupakan ide-ide abstrak yang memungkinkan pengelompokkan benda-benda ke dalam contoh dan non contoh. 50

Menurut Joice dan Weill dalam Soekamto dan mustamin Pembelajaran pencapaian konsep menitik beratkan pada cara-cara untuk rnemperkuat dorongan-dorongan internal manusia dalam memahami ilmu pengetahuan dengan cara menggali dan mengorganisasikan serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.51

Usaha dalam mencapai pembelajaran dengan tingkat penguasaan konsep yang baik dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari segi siswa, pembelajaran, kurikuium, maupun sarana lainnya. Kualitas pengajaran juga turut menentukan ketuntasan pelajaran bagi siswa. Oleh karena itu usaha untuk mene1iibkan siswa secara optimal perlu dilakukan, seperti rnernbuat pengajaran lebih konkrit, lebih praktis menggunakan berbagai rnetoda yang tepat dan sebagainya. Faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan siswa adalah kesanggupan siswa memahami pengajaran, ketekunan dan kesempatan yang diberikan untuk mempelaj ari ruang lingkup bahan yang sudah ditentukan.52

50

Ibid h. 185

(44)

Menurut Joice dan Weill dalam Nancy Sussiana dkk, Pada proses pembelajaran dengan model pencapaian konsep, siswa diarahkan untuk membangun sendiri pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya dan disajikan dalam bentuk penataan organisasi. Hal ini seperti menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki kelas objek-objek, kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Belajar konsep dapat meringankan beban memori karena dapat mengklasifikasikan atau mengelompokkan peristiwa, objck dan kegiatan sehari-hari.53 Berdasarkan definisi tersebut, mempdajari konsep berarti kita tidak lagi menghafa'. atau mengingat untuk menyebutkan suatu teori. Akan tetapi menjelaskan bagaimana suatu teori dapat dibuktikan dan dapat diterapkan pada situasi barn.

Konsep konkrit diperoleh melalui observasi secara langsung pada objek yang nyata. Gagne dan Brigs seperti dikutip Syarifudin mengemukakan bahwa suatu konsep konkrit ditunjukkan dengan mengidentifikasi objek secara tepat, atau melalui atribut-atribut yang dimiliki objek sepe1ii bentuk dan warna.54 Kita mengenali konsep melalui lambang-lambang yang bisa berupa kata-kata, maupun lambang-lambang lain, yang secara integral disusun dalam teori. 55

Di dalam belajar konsep konkrit siswa perlu mengadakan diskriminasi yang cermat untuk menemukan ciri-ciri fisik yang sama dan ciri-ciri fisik yang berbeda. Untuk mendapatkan perbedaan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungam1ya dan memperoleh konsep-konsep yang dapat menunjukkan langsung pada realitas dalam lingkungannya. Perbedaan dan persamaan harus diolah secara teliti supaya diadakan

53

Nancy Sussiana, Model Pembe/ajaran Berbasis Kegia.tan Laboratorium Untuk

Meningkatkan Penguasaan konsep Siswa Sebagai Wahana Pendidikan Siswa SLTP, Seminar

(45)

32

pengelompokkan yang tepat. Selama pengelompokkan itu siswa mungkin dapat menemukan ciri-ciri khas untuk konsep itu.56

Menurut Gagne dan Briggs hasil bclajar konsep konkret dapat diiihat dengan cara memilah-milah, menyebutkan namanya atau dengan cara mengkombinasi penampilan-penampilan. Belajar konsep konkret disebut juga "mengetahui arti" atau knowing the 111eaning suatu nama atau lebel.57

Dalam belajar konsep terdefinisi siswa menghadapi suatu tantangan khusus, karena ciri-ciri yang sama tidak dapat ditemukan langsung melalui pengamatan. Dalam belajar konsep terdefinisi harus dilakukan dengan cara memberikan penjelasan baik dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Selanjutnya konsep yang harus dipelajari dituangkan dalam bentuk definisi verbal. K enyataan ini dapat dilihat pada saat siswa mendemonstrasikan arti (meaning) terhadap suatu objek, kejadian atau hubungan. 58

Gagne mengemukakan bahwa seseorang telah belajar aturan bila dapat menunjukkan suatu keteraturan (regularity) dalam berbagai situasi klmsus. Aturan merupakan kemampuan yang dipelajari, yang memungkinkan seseorang merespon terhadap sekumpulan benda denagn sekumpulan peristiwa. Memahami aturan bukan hanya dapat mengatakan aturan terse but namun hams dapat mendemonstrasikan aturan i tu se11a dapat menerapkannya pada situasi konkrit.59

Aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang sederhana dapat membentuk aturan-aturan yang lebih kompleks. Contoh dalam mempelajari sistem pengeluaran (ekskresi). Dalam mempelajari sistem ekskresi yang terdapat pada manusia dan hewan vertebrata tidak terlepas dari bagian-bagian alat-alat pengeluaran yang terdiri dari ginjal,

(46)

paru, hati dan kulit serta fungsi masing-masing alat tersebut dan mengorganisasikannya menjadi suatu sistem pengeluaran yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.

b. Peranan Modul dalam Pembelajaran Mated sisfom ekskresi

Sesuai dengan sifat modul yaitu self instruction, maka modul ini disusun sedemikian rupa dengan harapan agar siswa dapat belajar mandiri secara aktif, dapat memahami dan menguasai konsep materi yang diajarkan dengan jelas, dapat menarik kesimpulan dengan tepat dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.

Pada bab ini siswa akan d ihadapkan pada masalah-masalah yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengenai sistem ekskresi pada manusia, hewan vetebrata, seperti pada amfibi, ikan, reptil dan lain sebagainya. Adapun tahapan pembuatan modul sebagai beikut : 1 ). Membuat Pendahuluan

a). Rumusan Tujuan b). Kerangka Topik

Topik-topik dari Seluruh materi yang akan dibahas yang menunjukkan kontek seluruh isi.

Memberikan gambaran sekilas tentang isi - Disampaikan dalam paragrap tersendiri c ). Prasyarat Belajar

- Mempersiapkan siswa untuk modul berikutnya - Memudahkan mempelajari modul

d). Deskripsi singkat tentang isi, cara belajar dan waktu belajar - Paparkan isi modul

- Bagaimana cara mempelajarinya

- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya 2). Merumuskan Bagian Isi Modul

(47)

34

c ). Ringkasan, yaitu mengomentari konsep yang teiah dipelajari - Diberikan pada setiap akhir uraian suatu konsep atau pada ald1ir keseluruhan uraian materi

d). Tugas dan Latihan

- Kegiatan yang hams dilakukan siswa pada suatu konsep agar siswa menguasai konsep yang telah dipelajari

3 ). Bagian Penutup a). Tugas dan Tes

b). Kunci Jawaban Soa!60 3. Kemandirian Siswa SMP Terbuka

Untuk meneiaah seberapa jauh derajat otonomi belajar di SMP Terbuka pada masing-masing aspek, dapat dijelaskan sebagai berikut :

l) Kemandirian dalam Aspek Perencanaan Bclajar

Dalam perencanaan belajar di SMP Terbuka, biasanya s1swa dilibatkan dalam menentukan waktu dan tempat belajar, baik kegiatan belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bersama guru pamong, maupun kegiatan tutorial dengan guru binanya. Keterlibatan siswa ini dimaksudkan agar program kegiatan belajar yang akan clilaksanakan clapat clisesuaikan dengan kondisi clan kemampuan sekelompok siswa. Dalam ha! perumusan tujuan pembelajaran, siswa SMP Terbuka memang ticlak memiliki atau ticlak diberikan otonomi, sebab tujuan tersebut telah tercantum dalam setiap modul berdasarkan kurikulum.

(48)

materi itu sesuai tujuan atau kompetensi yang ditentukan. Siswa juga bebas untuk menentukan sendiri sampai sejauh mana ia akan mencapai tujuan belajar untuk setiap jangka waktu tertentu, sesuai clengan kemampuan clan kecepatan belajar masing-rnasing. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa otonomi belajar yang cliberikan kepada siswa SMP Terbuka clalam ha! perencanaan meliputi: pencntuan tempat clan waktu belajar, pemilihaa guru.

2). Kemandirian dalam aspek pelaksanaan Belajar

Otonomi yang dimiliki siswa SMP Terbuka clalam pelaksanan belajar aclalah dalam hal memilih strategi untuk mempelajari bahan ajar sesuai dengan pilihan masing-masing siswa. Siswa dapat mempelajari sendiri uraian modul, mengulang-ulang materi yang ia anggap sulit atau langsung menge1jakan tugas clan latihan dalam modul jika ia tela

Gambar

r-P-re_1_es_t------+l-Px_e_r_1a_k_u_a_n Tabel 1 ____ KQMp⦅ッ⦅ウエセj@
Tabel. 2 Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelas Ekspe1:imen
Hasil analisis Distribusi Frekuensi Tes Tabel. 3 Awall (pre- test)
Distribusi Frclmcnsi Kelompok Tabel. 4 .Pre-test
+7

Referensi

Dokumen terkait

kelayakan media kepada para Ahli, Dari hasil angket ahli materi I (100%), ahli materi II (100%), ahli media I (69,3%) dan ahli media II (100%) dapat disimpulkan bahwa

Untuk mengoptimalkan kemampuan sinar UV dalam degradasi zat warna Remazol Yellow, maka perlu digunakan fotokatalis.Titanium dioksida dikenal sebagai fotokatalis yang

Judul Skripsi : Peningkatan Pengembangan Motorik Kasar Melalui Permainan Gerak Lokomotor Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Gemantar Selogiri Tahun Ajaran

lecturers in guiding the students in doing peer assessment in Micro Teaching. If the future investigator finds out some more detailed information

[r]

Dengan diketahui pengaruh motivasi belajar mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa untuk mata kuliah pengantar ekonomi tersebut di atas, maka

Proses pelatihan diawali dengan input citra digital, kemudian ditransformasi dari Red Green Blue (RGB) ke Grayscale, ekstraksi fitur tekstur dengan GLCM dan

Kritik utama dari teori akuntansi positif adalah bahwa bukti empiris yang berkaitan dengan penjelasan pemilihan kebijakan akuntansi, dan efeknya terhadap