• Tidak ada hasil yang ditemukan

J00969

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J00969"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ADOPSI PENGETAHUAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN Pengantar terbitan

Salah satu persoalan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah untuk menjawab masalah kemiskinan melalui proses pembangunan yang tidak saja memperbaiki situasi ekonomi masyarakat tetapi juga meningkatkan harkat dan martabat masyarakat lokal. Dalam kaitan ini, pembangunan tidak saja berlangsung sebagai proses perbaikan kondisi kehidupan tetapi juga sebagai proses edukasi dan demokratisasi yang ditunjukkan oleh partisipasi berkelanjutan. Dalam idealitas demikian, maka pembangunan yang berbasis pengetahuan lokal menjadi suatu kebutuhan.

Studi yang dilakukan oleh Christie (2008) maupun study oleh Uphoff (1986) menunjukkan bahwa, pengetahuan lokal dapat dipahami sebagai pengalaman dan praktek kolektif yang menuntun pengambilan keputusan dan praktek di tingkat lokal mengenai langkah yang dibutuhkan dalam proses pengelolaan masalah-masalah di masyarakat sehingga menjadi penting dalam proses pengambilan keputusan.

Pengetahuan lokal dapat ditemukan dalam hukum adat dan praktek-praktek yang mengatur suatu komunitas dalam kehidupannya. Kloppenburg mendefinisikan pengetahuan lokal sebagai berikut:

(2)

Studi Nesheim, Dhillion et al (2006) mengemukakan bahwa pengetahuan lokal merupakan suatu kesatuan pengetahuan, praktek dan kepercayaan yang berkembang lewat proses adaptif dan diwariskan melalui kebudayaan sehingga menimbulkan hubungan yang erat antara manusia dan tempatnya. Dikatakan oleh Nesheim, Dhillion et al bahwa pengetahuan lokal merupakan:

“a cumulative body of knowledge, practice, and belief – evolving by adaptive processes and handed down through generations by cultural transmission – about the relationship of living beings (including humans) with one another and with the environment” (Nesheim, Dhillion & Stølen, 2006: 100).

Pengetahuan lokal adalah satu kumpulan pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber, baik yang diturunkan dari para leluhur, pengalaman praktis, pengalaman komunitas lain di dekatnya, maupun pengetahuan keilmuan yang diperoleh dari interaksi dengan pihak lain, misalnya melalui program penyuluhan pertanian (Nesheim, Dhillion & Stølen, 2006: 126). Jika pembangunan dipandang sebagai suatu proses perubahan, maka faktor terpenting dari proses pembangunan berbasis pengetahuan lokal adalah hubungan antara aktor pembangunan dengan lingkungannya. Perencanaan pembangunan yang partisipatif menjadi suatu kebutuhan penting agar relasi antara manusia dan lingkungannya tetap lestari, sebagaimana yang

dimaksudkan dalam Artikel 8(i) dari Konvensi Keanekaragaman Hayati dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Convention on Biodiversity/UNCBD), yang oleh Zerbe (2003: 9) diutarakan bahwa relasi yang unik antara manusia lokal dan lingkungannya melahirkan tuntutan akan pelestarian ataupun kompensasi dalam proses pembangunan dan pemanfaatan secara komersial:

Community rights are … founded in the unique relationship between indigenous communities and their environment. Because of their long experience and close relationship with biodiversity, indigenous communities have specialized knowledge of local species. This knowledge warrants preservation and, if utilized in the development of commercial products, compensation.

Pada satu sisi, relasi spasial antara manusia, lingkungan, dan pengetahuan lokal merupakan suatu kekuatan. Namun, pada sisi lain adalah titik lemahnya karena menempatkan

(3)

akan bertahan jika masyarakat lokal juga masih ada dan mempraktekannya. Tekanan yang dihadapai oleh pengetahuan lokal memiliki berbagai macam bentuk, seperti konflik, perang, kemiskinan, kehadiran migran baru maupun urbanisasi keluar. Hal-hal tersebut bisa merubah pengetahuan lokal dari komunitas lokal, termasuk pola konsumsi dan produksinya (Nesheim, Dhillion & Stølen, 2006: 100).

Dalam kerangka pemahaman di atas, terbitan Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin “Kritis”

menerbitkan beberapa hasil kajian dari beberapa penulis yang menggambarkan relasi antara manusia dengan lingkungannya yang membentuk pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal tersebut seyogyanya menjadi sumber inspirasi, sumber nilai, dan rujukan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah terkait.

Dua artikel akan menyoroti masalah pembangunan di Tanah Papua (mencakup Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua). Artikel mengenai “Desain besar penataan daerah dan dinamika identitas budaya di Provinsi Papua Barat” karya I Ngurah Suryawan akan

menggambarkan relasi antara pembangunan daerah dan identitas budaya lokal di Papua Barat. Sementara artikel berjudul “Perjuangan masyarakat lokal di tengah pengembangan lahan Sawit” karya Liboria Genoveva Atek akan menggambarkan perjuangan masyarakat

lokal mempertahankan identitas budaya lokalnya di tengah terpaan pembangunan skala global di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.

Terpaan globalisasi terhadap identitas lokal turut menggerus keberlanjutan hidup dari nilai-nilai lokal. Dalam kaitan ini, agama lokal menjadi suatu identitas budaya yang bisa

memperkuat modal sosial suatu komunitas lokal. Terkait dengan masalah ini, sebuah karya berjudul “Komunitas agama Djawa-Sunda: sebuah fenomena religiositas masyarakat di Kuningan, Jawa Barat” karya Selu Margaretha Kushendrawati akan menyediakan sebuah

(4)

Kajian pembangunan lokal lainnya disampaikan melalui kajian berjudul “Analisis sumber daya perikanan dalam pembangunan daerah Kota Bitung” oleh Jily Gavrila Sompie yang

akan menggambarkan tentang pembangunan ekonomi lokal ini di Sulawesi Utara. Terbitan kali ini juga menyajikan karya berjudul “Children’s perception towards an orphanage’s

activities (Case study of Unit Rehabilitasi Sosial Taman Harapan Salatiga) oleh Yohanes Pintu Sandika yang menggambarkan salah satu program sosial bagi kesejahteraan anak yatim piatu dan anak terlantar.

Daftar pustaka

Christie, M., 2008. Traditional Aboriginal knowledge practices and North Australian

biosecurity. Community Management of Biosecurity: Kritis and Learning Communities, Special Co-publication, 64-74.

Gerke, S. & H. D. Evers, 2006. Globalizing local knowledge: Social science research on Southeast Asia, 1970-2000. Journal of Social Issues in Southeast Asia, 1(1), 1-21. Kelkar, M., 2007. Local knowledge and natural resource management: A gender perspective.

Indian Journal of Gender Studies, 14(2), 295-306.

Nesheim, I., S. S. Dhillion, & K. A. Stølen, 2006. What happens to traditional knowledge and use of natural resources when people migrate?. Human Ecology., 34(1), 99-131. doi: 10.1007/s10745-005-9004-y

Uphoff, N., 1986. Local institutional development: an analytical sourcebook, with cases. West Hartford, CN: Kumarian Press.

Zerbe, N., 2003. Biodiversity conservation and protection of traditional knowledge. Les Carnets du Centre de Philosophie du Droit(No. 106).

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah dikatakan bahwa di Asia tidak hanya ada agama-agama yang diakui secara resmi di dunia, melainkan juga ada begitu banyak tradisi keyakinan lokal

Objek dari penelitian ini adalah Komunitas atau Masyarakat yang masih mempertahankan dan melestarikan keyakinan lokal yang ada di Indonesia sebagai budaya leluhur,

Organisasi masyarakat sipil di tingkat nasional dan lokal mendorong gerakan membuka forum dan ruang dialog dan perjumpaan bagi komunitas adat dan agama-agama lokal untuk

Sangat banyak orang Kristen dan Yahudi yang tetap menerima sebagian atau banyak keyakinan agama tradisional yang diajarkan di komunitas agama

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dipahami bahwa agama Islam masuk ke nusantara dari berbagai jalur dan perkembangannya ditandai dengan adanya perubahan keyakinan

a. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan

pertanyaan berdasar hasil pengamatan tentang praktek pemberdayaan komunitas dalam kaitan dengan masalah-masalah yang timbul, kelemahan dan kelebihannya dalam mengatasi

Dalam kaitan ini, di satu sisi kearifan lokal yang begitu dijaga oleh ketua adat dan di sisi lain spirit keberagamaan yang berbasis pada keyakinan Hindu dilestarikan, maka lambat laun