1 1
NAMA
NAMA : YUNITA INDRI ASTUTI: YUNITA INDRI ASTUTI NPM
NPM : 201212500576: 201212500576
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2016
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Halaman
BAB
BAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN
A.
A. Latar Latar Belakang Belakang Penelitian Penelitian ... ... 44 B.
B. Identifikasi Identifikasi Masalah Masalah ... ... ... 88 C.
C. Pembatasan Pembatasan Masalah Masalah ... ... ... 88 D.
D. Perumusan Perumusan Masalah Masalah ... ... ... 99 E.
E. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... ... 99 F.
F. Kegunaan Kegunaan Peneltian Peneltian ... ... ... 99 G.
G. Sistematika Sistematika Penulisan Penulisan ... ... ... 1010
BAB
BAB II II LANDASAN LANDASAN TEORI, TEORI, HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN YANG YANG RELEVAN,RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR
DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
A. Landasan Landasan Teori Teori ... ... ... 1212 1.Karya
1.Karya Sastra Sastra ... ... ... 1212 2.Analisis
2.Analisis Karakter Karakter ... ... ... 1414 3.Tokoh
3.Tokoh dan dan Penokohan ...Penokohan ... .. .. 1616 4.Pendekatan
4.Pendekatan Sosiologi Sosiologi dalam dalam Analisis Analisis Sastra Sastra ... ... 2222 5.Fiksi
5.Fiksi dalam dalam Kajian Kajian Film Film ... ... ... 2323 B.
B. Hasil Hasil Penelitian Penelitian yang yang Relevan ... Relevan ... 3030 C.
C. Kerangka Kerangka Berpikir Berpikir ... ... ... 3131
BAB
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Halaman
BAB
BAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN
A.
A. Latar Latar Belakang Belakang Penelitian Penelitian ... ... 44 B.
B. Identifikasi Identifikasi Masalah Masalah ... ... ... 88 C.
C. Pembatasan Pembatasan Masalah Masalah ... ... ... 88 D.
D. Perumusan Perumusan Masalah Masalah ... ... ... 99 E.
E. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... ... 99 F.
F. Kegunaan Kegunaan Peneltian Peneltian ... ... ... 99 G.
G. Sistematika Sistematika Penulisan Penulisan ... ... ... 1010
BAB
BAB II II LANDASAN LANDASAN TEORI, TEORI, HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN YANG YANG RELEVAN,RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR
DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
A. Landasan Landasan Teori Teori ... ... ... 1212 1.Karya
1.Karya Sastra Sastra ... ... ... 1212 2.Analisis
2.Analisis Karakter Karakter ... ... ... 1414 3.Tokoh
3.Tokoh dan dan Penokohan ...Penokohan ... .. .. 1616 4.Pendekatan
4.Pendekatan Sosiologi Sosiologi dalam dalam Analisis Analisis Sastra Sastra ... ... 2222 5.Fiksi
5.Fiksi dalam dalam Kajian Kajian Film Film ... ... ... 2323 B.
B. Hasil Hasil Penelitian Penelitian yang yang Relevan ... Relevan ... 3030 C.
C. Kerangka Kerangka Berpikir Berpikir ... ... ... 3131
BAB
A.
A. Pendekatan Pendekatan Penelitian Penelitian ... ... ... 3434 B.
B. Teknik Teknik Penelitian Penelitian ... ... ... 3535 C.
C. Fokus Fokus dan dan Subfokus Subfokus Penelitian ... Penelitian ... 3737 D.
D. Instrumen Instrumen Penelitian Penelitian ... ... ... 3737 E.
E. Teknik Teknik Pencatatan Pencatatan Data ... Data ... 3838 F.
F. Teknik Teknik Pemeriksaan Pemeriksaan Keabsahan Keabsahan Data ... Data ... 3939
BAB
BAB IV IV HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN DAN DAN PEMBAHASANPEMBAHASAN
A.
A. Deskripsi Deskripsi Informasi Informasi Penelitian ...Penelitian ... ... ... 4141 B.
B. Deskripsi Deskripsi Temuan Temuan Penelitian ...Penelitian ... .. .. 4444 C.
C. Penafsiran dan UraianPenafsiran dan Uraian ………...………... 61... 61
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya. Menurut Sapardi Djoko Damono (1978:1) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:24) menyatakan bahwa, “Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, masyarakat dengan orang seorang, antar manusia, antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan sastra dengan orang lain atau dengan masyarakat”.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, tentang seseorang atau beberapa tokoh dan karakter, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.
Film merupakan salah satu karya sastra yang berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Di dalam film, tentu terdapat tokoh yang kehadirannya dalam sebuah film sangat penting bahkan menentukan, karena tidak akan mungkin ada suatu
karya sastra berupa film tanpa adanya tokoh yang bergerak dan akhirnya membentuk alur cerita. Tokoh merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah karya sastra, karena tokoh dapat membangun dan menghidupkan karya sastra. Menurut Abrams (1981:20) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) memaparkan bahwa, “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang d iekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.
Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda, serta dapat dijadikan inspirasi bagi para penontonnya. Tokoh yang memiliki karakter serta berpenampilan yang baik akan disenangi oleh penonton, dapat dikategorikan kedalam tokoh utama atau protagonis, sedangkan yang berpenampilan baik namun memiliki karakter yang tidak baik biasa disebut antagonis. Tokoh dalam film bukanlah orang yang sebenarnya, tetapi adalah suatu gambaran yang dibuat secara istimewa oleh penulisnya. Penulis memilah-milah beberapa aspek dari sifat-sifat manusia, memilih beberapa yang dianggap cocok olehnya untuk kemudian digabungkan menjadi satu
karakter tokoh.
Menganalisis karya sastra seperti film, novel, puisi, prosa, cerpen, dan lagu diperlukan adanya pendekatan analisis sastra sebagai landasan teorinya, pendekatan ditentukan dari isi karya sastra tersebut, cenderung kemanakah isi karya sastra itu. Berdasarkan alasan diatas, penulis menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra sebagai landasan teorinya. Menurut Endraswara (2011:79) menyatakan bahwa,
”Sosiologi analisis sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra”.
Alasan penulis memilih pendekatan sosiologi analisis sastra dalam penelitian ini adalah karena karya sastra dapat dianggap sebagai cerminan dari kehidupan sosial masyarakat karena masalah yang dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat. Penelitian ini menarik untuk diangkat, karena dengan menggunakan media berupa film. Film ini akan terlihat lebih nyata, tidak fiksi dibandingkan dengan karya sastra lainnya, itu dapat ditunjukkan lewat peran dan akting yang dipermainkan apik oleh tokoh tersebut. Penghayatan karakter tokoh dapat terlihat jelas dan dinikmati penonton sebagai kenikmatan tersendiri. Penulis tertarik untuk menganalisis film, dikarenakan degan menonton karya sastra, penonton dibawa terbang mengembara dan berkreasi menyenangkan dari imajinasi pengarang, yang menyuguhkan kisah mengenai kehidupan manusia, masyarakat, dan alam lingkungannya pada suatu tempat dan jaman dengan pesona sastra yang mengikat, sehingga penonton merasa terhibur, puas dan memperoleh pengalaman bathin tentang tafsir hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, subyek penelitian ini mengenai “Karakter Tokoh Utama dalam Film The Ron Clark Storykarya Randa Haines”.
Alasan penulis memilih judul film The Ron Clark Story adalah karena film ini dapat menginspirasi penulis sebagai calon guru agar bisa memiliki karakter yang luar biasa seperti tokoh utama dalam film ini, Ron Clark, untuk bisa menjadi guru yang
hebat dan bisa menjadi panutan yang baik oleh murid-murid sebagaimana yang diceritakan dalam film ini. Dan penulis juga tertarik untuk menganalisis mengenai tokoh utama film ini yakni tuan Ron Clark yang namanya dijadikan judul dalam film ini, karena film ini adalah kisah nyata diangkat dari pengalaman hidup tuan Ron Clark sendiri. Mengapa beliau kisah hidupnya dijadikan film ? Ada apa dengan tuan Ron Clark ? Hal tersebutlah yang mendasari alasan penulis memilih judul film The Ron Clark Storysebagai bahan penelitian.
The Ron Clark Story adalah film yang bersumber dari sebuah kisah nyata seorang guru di Amerika Serikat yang kemudian diadaptasikan menjadi film. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, seorang guru yang sangat inovatif, kreatif dan bersemangat. Dia adalah seorang guru yang dapat menginspirasi siswanya. Mr. Clark bukanlah sekadar guru dalam artian tradisional, ia memandang profesinya sebagai sebuah panggilan hidup.
Penelitian ini penting, karena dengan kita menganalisis karakter seorang tokoh utama apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisi sastra, secara tidak langsung dapat membantu mengungkap karakter dari tokoh tersebut. Serta kita juga dapat mempelajari teori baru dari pendekatan itu, maka pendekatan sosiologi dalam analisis sastra yang ditemukan dan berhubungan dengan isi cerita dalam film dapat
dibagi menjadi empat yaitu: sosiologi berkarakter afirmasi, sosiologi berkarakter restorasi, sosiologi berkarakter negasi, dan sosiologi berkarakter inovasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakter tokoh utama dan penokohan dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?
2. Apakah jenis-jenis karakter tokoh dan penokohan dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?
3. Bagaimana menganalisa perkembangan karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi
analisis sastra ?
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada “Karakter Tokoh Utama dalam FilmThe Ron Clark Storykarya Randa Haines”, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?
2. Apa saja jenis-jenis karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story
karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Storykarya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan mengenai unsur instrinsik dan ekstrinsik, terutama dalam karya sastra film seperti karakter dan tokoh penokohan, serta dapat menambah wawasan mengenai karya sastra dilihat
dari pendekatan sosiologi analisis sastra yang digunakan juga menumbuhkan aspresiasi terhadap karya sastra.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai gambaran dan teladan dalam kehidupan sehari-hari, serta menambah minat untuk pembaca karya sastra.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memperkaya ilmu sastra dan dapat menambah pengetahuan mengenai film secara umum, serta memberikan kesadaran bahwa karya sastra bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai penting yang bermanfaat.
4. Bagi mahasiswa Unindra program studi pendidikan bahasa inggris, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan melakukan penelitian lanjutan di bidang sastra.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dalam penelitian ini yang umumnya mengemukakan dasar-dasar pemikiran yang menjadi kerangka penelitian, terdiri atas ; karya sastra, analisis karakter, tokoh dan penokohan, pendekatan sosiologi dalam analisis sastra, fiksi dalam kajian serta karangan berpikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian, tekhnik penelitian, instrument penelitian, teknik pencatatan data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari deksripsi informasi penelitian, deskripsi temuan penelitian, serta penafsiran dan uraian.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan simpulan, implikasi dan nilai pen gajaran serta saran.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Landasan TeoriLandasan teori pada bab ini akan mendeskripsikan teori-teori para ahli sastra sebagai dasar dalam penelitian ini. Adapun landasan teori yang akan penulis sampaikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur fiksi seperti : karya sastra, analisis karakter, tokoh dan penokohan, penelitian sosiologi dalam analisis satra, dan fiksi dalam kajian film.
1. Karya Sastra
Menurut Endraswara (2008:86) menyatakan bahwa , “Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, baik suasana pikiran maupun suasana perasaan (emosi)”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra lahir dari pengekspresian pengalaman dalam jiwa pengarang, yang telah mengalami proses secara mendalam melalui proses berimajinasi dan dituangkan menjadi sebuah
karya.
Menurut Siswanto (2008:67) menyatakan bahwa, “Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa sastra adalah sebuah karya seni yang didalamnya berisi pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Sastra adalah sebuah karya kreatif yang memiliki kekayaan rohani yang dengan membaca atau memahami karya tersebut kita pun akan ikut bertambah kekayaan rohaninya karena sastra mengandung nilai-nilai kehidupan.
Menurut Endraswara (2011:22) menyatakan bahwa, “Karya sastra bukanlah barang mati dan fenomena yang lumpuh, melainkan penuh daya imajinasi yang hidup. Karya sastra tak jauh berbeda dengan fenomena manusia yang bergerak, fenomena alam yang kadang-kadang ganas, dan fenomena apa pun yang ada di dunia dan akherat. Karya sastra dapat menyeberang ke ruang dan waktu, yang kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia, karenanya membutuhkan metode tersendiri”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra adalah fenomena yang hidup, yang penuh dengan daya imajinasi yang hidup. Yakni dunia ciptaan pengarang yang dibumbui oleh fantasi pengarang, Karya sastra berisi fenomena-fenomena yang ada di dunia, kejadian-kejadian yang biasanya terjadi dalam perjalanan hidup seseorang dan pengalaman pribadi, maupun fenomena alam yang terjadi di sekitar. Karya sastra biasanya melintasi ruang dan waktu, bisa menceritakan sesuatu kejadian yang sudah lampau sekali maupun suatu kejadian yang terjadi di masa depan yang kita tidak ketahui benar atau tidaknya karena pada dasarnya masa depan masihlah sebuah misteri. Maka dari itu dibutuhkanlah daya
imajinasi yang tinggi untuk memahaminya karena karya sastra kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia.
Menurut Griffith (1982:12) dalam Siswanto (2008:72) menyatakan bahwa, “Karya sastra adalah hasil ekspresi individual penulisnya. Kepribadian, emosi,dan kepercayaan penulis akan tertuang dalam karya sastranya”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra adalah hasil dari ekspresi perseorangan penulisnya. Kepribadian,emosi dan kepercayaan penulis akan tercermin dari tulisan-tulisan dalam karyanya. Kita dapat melihat kepribadian penulis dalam karyanya karena karya sastra biasanya berangkat dari sejarah, pengalaman pribadi, dan pengalaman orang lain dalam hidup penulis.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi karya sastra di atas ialah bahwa karya sastra adalah suatu karya yang berbentuk tulisan maupun lisan yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artisik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral, sehingga mampu menggugah pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan emosi pembaca. Sebuah karya sastra berisi tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari baik nyata atau imajinasi pengarang yang ditulis secara imajinatif, dan dapat dinikmati oleh pembaca baik sebagai pesan moral atau hiburan semata.
2. Analisis Karakter
Menurut Staton (1965:17) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:5) menjelaskan bahwa, “ Peggunaan istilah “karakter” (character ) sendiri dalam
berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan kepada kita sebagai penikmat atau pembaca sastra perwatakan yang dimilikinya.
Menurut Meyer (2002:72) dalam Arofah (2013:9) menjelaskan bahwa:
“ If we turn to characterization. We read, the depiciting, in writing, or clear images of person, his action and manner of thought and life. A man’s nature, environment,
habits, emotion, desire, and instinct: all these go to make people what they are and the skillful writer makes his important people clear to us through a portrayal of these
elements”.
Menurut kesimpulan penulis, berdasarkan kutipan diatas dapat diuraikan bahwa istilah karakter digunakan untuk mengacu seseorang dalam sebuah karya sastra, maka karakter menggambarkan keseluruhan kepribadian tokoh itu, seperti perilakunya sehari-hari, apa yang dipikirkan dan dirasakan, penampilan, pandangan
hidup, bahkan cita-cita dari tokoh tersebut. Semua itu menjadikan tokoh tersebut bagian penting dalam suatu karya sastra.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi karakter di atas, analisis karakter adalah menampilkan sang tokoh dengan karakter yang dimilikinya. Karakter tersebut dapat mencerminkan semua tingkah lakunya
sehari-hari, seperti pandangan hidup, penampilan, dan kebiasaan yang dilakukannya. Kesemuanya itu disajikan oleh pengarang, supaya tokoh ini menjadi penting dan menarik pada setiap bagian cerita. Karena penyajian karakter tokoh yang sangat menarik ini, para pembaca diharapkan meniru sisi baik dari tokoh tersebut.
3. Tokoh dan Penokohan
Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams (1981:20) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) memaparkan bahwa, “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menempati posisi sebagai pembaca dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Watak tokoh biasanya terlihat dari pengekspresian dalam ucapan maupun apa yang dilakukan dalam tindakan.
Menurut Aminuddin (1984:85) dalam Siswanto (2008:142) menyatakan bahwa, “Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan”
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh dalam karya sastra adalah orang yang berperan sebagai pengemban peristiwa dalam sebuah
cerita. Tokoh memiliki sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan dan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.
Menurut Sudjiman (1988:16) berpendapat bahwa “Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh dalam karya sastra adalah pemeran terpenting yang mengalami berbagai peristiwa-peristiwa dalam cerita rekaan yang berperan menentukan jalannya sebuah cerita.
Menurut Altenbernd dan Lewis (1966:56) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:4) menjelaskan bahwa, “Teknik penggambaran tokoh adalah sebagai berikut :
a. Secara analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, den penjelasan secara langsung.
b. Secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh, tetapi melalui beberapa teknik lain, yaitu :
1) Teknik cakapan (percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan).
2) Teknik tingkah laku (teknik untuk menunjukkan tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku yang menyaran pada
3) Teknik pikiran dan perasaan (teknik penuturan untuk menggambarkan pikiran dan perasaan tokoh).
4) Teknik arus kesadaran (teknik yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, serta asosiasi-asosiasi acak).
5) Teknik reaksi tokoh (teknik sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata dan sikap (tingkah laku) orang lain, dan sebagainya berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan).
6) Teknik reaksi tokoh lain (teknik sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama).
7) Teknik pelukisan latar (suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh).
8) Teknik pelukisan fisik (teknik melukiskan keadaan fisik tokoh)”.
Menurut kesimpulan penulis berdasarkan kutipan diatas, dapat diuraikan bahwa teknik penggambaran tokoh ada dua, yaitu analitik dan dramatik. Teknik
analitik atau langsung yaitu penyajian watak tokoh dengan memaparkan watak tokoh secara langsung. Sedangkan teknik analitik atau tak langsung yaitu penyajian watak tokoh melalui percakapan, tingkah laku tokoh, pemikiran dan perasaan tokoh, dan harapan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari reaksi tokoh
terhadap suatu kejadian atau masalah, reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama, dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Tokoh dalam karya sastra dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1) Tokoh utama ( Major Character )
Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama adalah yang memerankan peranan yang sangat besar, yang paling banyak diceritakan oleh pengarang dalam suatu karya. Tokoh utama bersama dengan elemen-elemen lainnya memerankan peranan untuk mempersembahkan tema dari cerita.
2) Tokoh Bawahan ( Minor Character )
Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh bawahan bukanlah seseorang yang memiliki peranan yang besar dalam suatu cerita,
tapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung dan membantu tokoh utama. Dalam setiap karya sastra ada pula tokoh protagonis dan tokoh antagonis, jika ditinjau dari jenisnya.
1) Tokoh Protagonis
Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita,dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa protagonis adalah tokoh penting yang memegang peranan besar dalam cerita yang mana emosi kita ikut dilibatkan (lebih popular disebut dengan pemeran utama pria dan pemeran utama wanita). Tokoh protagonis adalah tokoh yang memiliki watak baik dan terpuji, yang selalu sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan penonton atau pembaca, sehingga bisa menarik simpati dan disenangi oleh para penonton atau pembaca. Tokoh protagonis selalu menjadi teladan.
2) Tokoh Antagonis
Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa antagonis adalah tokoh yang akan dipasangkan dalam pergolakan dengan karakter lainnya. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang mempunyai watak yang tak disenangi oleh penonton, karena biasanya watak pelaku tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh penonton dan pembaca. Tokoh ini selalu mewakili sifat jahat dan salah.
Berdasarkan perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita ada dua, yaitu :
1) Tokoh Datar (Flat Character )
Sukada (1987:160) dalam Siswanto (2008) menyatakan, “Tokoh datar ( flat character ) yakni tokoh sederhana yang bersifat statis”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan diatas menjelaskan bahwa tokoh datar adalah tokoh yang memiliki karakter sederhana. Tokoh berkarakter datar biasanya hanya memiliki beberapa watak yang menonjol, seperti jujur, sabar dan murah hati. 2) Tokoh Bulat ( Round Character )
Sukada (1987:160) dalam Siswanto (2008) menyatakan, “Tokoh bulat (round character ) yaitu tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan diatas menjelaskan bahwa tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki banyak karakter yang kompleks. Tokoh berkarakter datar memiliki berbagai watak yang sesuai dengan kemungkinan watak manusia, seperti jahat, peragu, pemurung, berani, licik, tapi sabar, dan atau campuran dari beberapa
dari watak-watak lainnya.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi tokoh ialah tokoh adalah pusat sorotan dalam suatu cerita, oleh karena itu tokoh memegang peranan penting dalam suatu cerita untuk dapat membangun dan menghidupkan karya sastra. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda yang dapat dijadikan inspirasi bagi para penonton atau pembacanya. Dan dijelaskan pula
bahwa tokoh adalah pelaku dari cerita. Tokoh adalah seseorang yang memiliki sikap, sifat dan tingkah laku tertentu yang digambarkan dalam sebuah cerita. Sedangkan, yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan menerangkan watak dari tokoh-tokohnya.
Teknik penggambaran tokoh ada dua cara, yaitu : secara analitik dan secara dramatik. Tokoh dalam karya sastra digolongkan menjadi dua, yaitu : tokoh utama ( Major Character ) dan tokoh bawahan ( Minor Character ). Jika ditinjau dari jenisnya, tokoh dibagi menjadi, yaitu : tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Dan berdasarkan perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita ada dua, yaitu : tokoh datar (Flat
Character ) dan tokoh bulat ( Round Character ).
4. Pendekatan Sosiologi dalam Analisis Sastra
Manusia dalam hidupnya selalu berhubungan dengan orang lain, sehingga akan terjadi suatu proses sosialisasi. Manifestasi dari proses sosialisasi tersebut dapat diwujudkan dalam karya sastra. Hal ini diungkapkan oleh Nyoman Kuta Ratna (2003:13) dalam Nandawiyah Arofah (2013:15) bahwa “Sosiologi sastra ini hubungan searah antara sastra dan masyarakat, sehingga berkaitan langsung amtara karya sastra dengan masyarakat”.
Berdasarkan kutipan tersebut penulis menyimpulkan bahwa sastra adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Satu sama lainnya saling berkaitan.
Menurut AA. Teeuw (P, 1999) dalam Nandawiyah Arofah (2013:15), jenis- jenis pendekatan sosiologi untuk menganalisi karakter tokoh, mengemukakan ada 4
karakter sosiologi yang dilalui, yaitu :
1. Sosiologi berkarakter Afirmasi (merupakan norma yang sudah ada).
2. Sosiologi berkarakter Restorasi (sebagai ungkapan kerinduan pada norma yang sudah usang).
3. Sosiologi berkarakter Negasi (dengan mengadakan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku).
4. Sosiologi berkarakter Inovasi (dengan mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada).
5. Fiksi dalam Kajian Film
Menurut Esten (2000:20) menyatakan bahwa “Ada dua sudut tinjauan dalam mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra. Kedua tinjauan itu adalah tinjauan menurut segi intrinsik dan tinjauan menurut segi ekstrinsik.”
Segi intrinsik ialah segi yang membangun cipta sastra itu dari dalam. Misalnya hal-hal yang berhubungan dengan struktur. Seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk ke dalamnya hal hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi.
Segi ekstrinsik adalah segi yang mempengaruhi sipta sastra itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan cipta sastra itu. Misalnya faktor-faktor politik,
ekonomi, sosiologi, sejarah, ilmu jiwa atau pendidikan. Tinjauan ekstrinsik sifatnya hanyalah membantu penelitian dan melengkapi tinjauan yang bersifat intrinsik”
Berikut penulis akan menjabarkan unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam seperti tema dan amanat, alur, perwatakan, latar dan sudut pandang. a. Tema
Sumardjo dan Saini K.M. (1986:56) menyatakan bahwa,”Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tema adalah sesuatu atau ide yang ingin ditampilkan dalam sebuah cerita. Pengarang bukan hanya sekedar menulis untuk bercerita saja, tapi ada suatu pesan yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang ingin disampaikannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini, atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh dalam cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.
Menurut Aminuddin (1984:107-108) dalam Sumardjo dan Saini K.M. (1986:161) menyatakan bahwa, “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang
diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tema adalah ide yang mendasari terciptanya suatu cerita. Peran tema dalam cerita adalah sebagai titik awal pengarang membentuk karya rekaannya. Pengarang menyatakan ide atau temanya dalam unsur cerita.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi tema, tema adalah sesuatu atau ide yang ingin ditampilkan dalam sebuah cerita. Tema adalah ide yang mendasari terciptanya suatu cerita. Pengarang dalam karya yang dibuatnya bukan hanya sekedar menulis untuk bercerita saja, tapi ada pesan yang ingin disampaikan kepada pembacanya.
Upaya pemahaman tema dalam karya fiksi tidaklah mudah. Untuk menganalisis tema, dapat dicari tema minor terlebih dahulu, kemudian tema mayor akan terungkap apabila tema minor telah ditemukan. Berikut adalah penjelasan para ahli tentang tema mayor dan tema minor.
1) Tema Minor
Menurut Pangkarego (2000:40) dalam Arofah (2013:16) menyatakan bahwa,, “Tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian- bagian tertentu cerita”.
Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dalam sebuah karya sastra dimana banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan
yang ditafsirkan dari sebuah karya sastra atau film. 1) Tema Mayor
Menurut Pangkarego (2000:40) dalam Arofah (2013:16) menyatakan bahwa, “Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar karya umum”.
Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema mayor menjadi landasan dasar atau gagasan dalam menungkapkan sebuah isi cerita dari karya sastra atau film.
b. Alur
Menurut Abrams (1981:137) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan bahwa, “Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh kejadian-kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku atau tokoh dalam suatu cerita sehingga menjadi sebuah cerita.
Menurut Sudjiman (1990) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan bahwa, “Alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat)”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa alur adalah jalinan peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama untuk menceritakan setiap
detail kejadian dalam setiap peristiwa yang terjadi, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks hingga ke penyelesaian dan akhir cerita.
Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita. Menurut Aminuddin (1984:94) dalam dalam Siswanto (2008:159) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi alur, alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh kejadian-kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita untuk menceritakan setiap detail kejadian dalam setiap peristiwa yang terjadi, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks hingga ke penyelesaian dan akhir cerita. Tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita terdiri atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
c. Latar cerita atau setting
Menurut Abrams (1981:173) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan bahwa, “Latar cerita adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa latar cerita adalah tempat yang digambarkan dalam suatu cerita seperti penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, waktu dimana berlakunya kejadian dalam suatu cerita seperti pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, musim atau tahun terjadinya suatu hal pada tokoh, dan kebiasaan
masyarakat seperti lingkungan agama, moral, social dan hal-hal yang biasanya dilakukan masyarakat dalam lingkungan kehidupan tokoh dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat cerita.
Menurut Aminuddin (1984:62) dalam Siswanto (2008:159) memberi batasan
setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa setting
adalah tempat, waktu, maupun persitiwa yang memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis yang berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa yang sedang berlangsung”.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi latar cerita atau setting, penulis menyimpulkan bahwa latar cerita atau setting adalah tempat yang digambarkan dalam suatu cerita, waktu dimana berlakunya kejadian dalam suatu cerita, dan kebiasaan masyarakat dalam setiap episode atau bagian- bagian tempat cerita.
d. Penokohan
Menurut Sudjiman (1988:23) menyatakan bahwa, “Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh yang disebut penokohan”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa penokohan adalah salah satu faktor terpenting dalam sebuah cerita fiksi. Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang, hanya pengaranglah yang paling mengenal mereka. Maka tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya
juga dikenal oleh pembaca. Maka penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
e. Sudut Pandang atauPoint of view
Menurut Sumardjo dan Saini K.M. (1986:161) menyatakan bahwa, “Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil pengarang untuk melihat suatu cerita”.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwaPoint of view
adalah visi pengarang, yaitu sudut pandang yang diambil pengarang untuk menceritakan suatu cerita. Point of view menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah yang ditulis pengarang. Dalam hal ini menyangkut bagaimanakah kisah tersebut diceritakan.
Sudut pandang oleh Aminuddin (1984:105-107) dalam Siswanto (2008:152) diartikan sebagai cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.
Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa sudut pandang adalah bagaimana pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dibuatnya. Sudut pandang berisi penentuan pengarang tentang soal siapa yang akan menceritakan kisahnya.
Menurut Harry Shaw dalam Siswanto (2008:152) menyatakan sudut pandang terdiri atas :
1) Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita.
2) Sudut pandang mental, yaitu perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita
3) Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawa cerita; sebagai orang pertama, kedua, atau ketiga.
Sudut pandang pribadi dibagi atas :
a. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh.
b. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan.
c. Pengarang menggunakan sudut pandang yang impersonal : ia sama sekali berdiri di luar cerita.
Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi sudut pandang atau point of view di atas adalah bagaimana pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dibuatnya. Sudut pandang berisi penentuan pengarang
tentang soal siapa yang akan menceritakan kisahnya. Dalam hal ini menyangkut bagaimanakah kisah tersebut diceritakan. Demikianlah yang penulis bahas mengenai
fiksi dalam kajian film yang berisi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam karya sastra.
Penulis mendapatkan hasil penelitian yang relevan yang penelitiannya sama dengan penelitian penulis, yakni analisis karakter tokoh. Hasil penelitian yang relevan tentang analisis tokoh dilakukan oleh Nandawiyah Arofah (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta Persatuan Guru Republik Indonesia, tahun 2013), dalam skripsi yang berjudul “Analisis karakter tokoh utama dan bawahan dalam film “Life of Pi” karya Yann Matel”. Tujuan penelitian saudari Nandawiyah Arofah ini adalah untuk menganalisa karakter tokoh utama dan bawahan dalam film “Life of Pi” karya Yann Matel dilihat dari segi pendekatan sosiologi analisis sastra untuk mengungkapkan karakter. Di dalam karyanya penulis berharap agar pembaca dapat mengambil sisi positifnya dari setiap karakter yang diperankan oleh tokoh dalam cerita tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dan hasil penelitiannya adalah “Perjalanan seseorang dalam keadaan sulit, tapi karena kesabaran dan kegigihan untuk terus melanjutkan hidup, dalam keadaan sesulit apapun pasti ada jalan keluarnya”.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka penulis menyusun kerangka berfikir sebagai berikut :
Satra dan manusia sangat erat hubungannya karena keberadaan sastra sering bermula dari permasalahan serta persoalan dengan daya imajinasi yang tinggi. Pengarang menuangkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya ke dalam ide-ide
mereka kemudian mengubahnya menjadi karya sastra. Melalui karya sastra, kita dapat melihat pengalaman hidup tokoh-tokoh cerita imajinatif dan dapat menumbuhkan emosi manusia seperti rasa haru, kasihan, simpati, bahagia, kesal, marah, dll. Dengan menonton karya sastra, penonton dibawa terbang mengembara oleh imajinasi pengarang yang menyuguhkan kisah mengenai kehidupan manusia, masyarakat, dan alam lingkungannya pada suatu tempat dan jaman dengan pesona sastra yang memikat sehingga penonton terhibur dan memperoleh pengalaman bathin dari cerita yang diberikan pengarang.
Dalam mengkaji film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines ini, penulis meninjau salah satu elemen yang tergabung dalam unsur intrinsik, yaitu karakter. Di dalam sebuah film, unsur tersebut sangat berperan dalam pembentukkan struktur sebuah film. Tidak ada sebuah film tanpa karakter-karakter yang dihadirkan. Begitu pula seorang tokoh pasti memiliki karakter, karena melalui karakter kepribadian yang tampil akan terbentuk sehingga membuat kekhasan yang ideal bagi tokoh tersebut. Dengan demikian, karakter mutlak harus muncul dalam sebuah cerita.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story“ menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra sebagai landasannya. Melalui klasifikasi dari pendekatan sosiologi analisis sastra dapat diketahui bahwa jenis-jenis pendekatan sosiologi dalam menganalisis karakter tokoh dapat dikemukakan dalam 4 cara, yaitu : sosiologi berkarakter Afirmasi (merupakan norma yang sudah ada), sosiologi berkarakter Restorasi (sebagai ungkapan kerinduan
pada norma yang sudah usang), sosiologi berkarakter Negasi (dengan mengadakan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku), sosiologi berkarakter Inovasi
(dengan mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada).
Dengan berpedoman pada konsep-konsep di atas, dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra, besar harapan penulis semoga pembaca dan penonton dapat mengambil sisi positifnya dari setiap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan PenelitianPendekatan penelitian merupakan alat bedah yang dimanfaatkan oleh peneliti dalam menganalisa sebuah karya sastra dengan mendekatkan pada teori para ahli agar suatu penelitian menjadi lebih khusus dan lebih mendalam.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara empiris. Atar Semi (1990:27) mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih sesuai untuk penelitian hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah kultur dan nilai-nilai, seperti sastra. Dikatakan penelitian sastra lebih sesuai dengan penelitian kualitatif adalah bahwa sastra merupakan suatu bentuk karya kreatif,yang bentuknya senantiasa berubah dan tidak tetap (einmalig), yang harus diberikan
interpretasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Atar Semi (1990:24) mengatakan bahwa penelitian yang deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Data pada umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memoranda, atau
catat-catatan resmi lainnya. Dalam penelitian kualitatif pelaporan dengan bahasa verbal yang cermat amat dipentingkan karena semua interpretasi dan simpulan-simpulan yang diambil disampaikan secara verbal. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa system tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting, dan semuanya mempunyai pengaruh dan kaitan dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala macam sistem tanda (semiotik) mungkin akan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya. Bila hendak dikaji
atau diteliti, maka yang harus dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun karya tersebut seperti tema,alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspekyang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis, pembaca, atau lingkungan sosial budaya harus dikesampingkan, karena ia tidak punya kaitan langsung dengan struktur karya tersebut (Atar Semi, 1990:67). Dalam penelitian ini, yang akan peneliti kaji adalah aspek penokohan.
Dalam analisis pendekatan struktural, menurut Menurut Atar Semi (1990:67) pendekatan struktural mempunyai konsepsi dan kriteria sebagai berikut :
1. Karya sastra dipandang dan diperlakukan sebagai sebuah sosok yang berdiri sendiri, yang mempunyai dunianya sendiri, mempunyai rangka dan bentuknya sendiri.
2. Memberi penilaian terhadap keserasian atau keharmonisan semua komponen membentuk keseluruhan struktur. Mutu karya sastra ditentukan oleh kemampuan penulis menjalin hubungan antarkomponen tersebut sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik.
3. Memberikan penilaian terhadap keberhasilan penulis menjalin hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan isi dan bentuk merupakan hal yang amat penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra.
4. Walaupun memberikan perhatian istimewa terhadap jalinan hubungan antara isi dan bentuk, namun pendekatan ini menghendaki adanya analisis objektif sehingga perlu dikaji atau diteliti setiap unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
5. Pendekatan struktural berusaha berlaku adil terhadap karya sastra dengan jalan hanya menganalisis karya satra tanpa mengikutsertakan hal-hal yang berada di luarnya.
6. Yang dimaksudkan dengan isi dalam kajian struktural adalah persoalan, pemikiran, falsafah, cerita, pusat pengisahan, tema, sedangkan yang
dimaksudkan dengan bentuk adalah alur (plot), bahasa, sistem penulisan, dan perangkatan perwajahan sebagai karya tulis.
7. Peneliti boleh melakukan analisis komponen yang diingininya.
Dalam teknik penelitian ini, karena penulis menggunakan objek penelitian yang bersumber pada film, maka dalam kegiatan ini penulis menggunakan penelitian perpustakaan ataulibrary research,yakni penelitian yang dilakukan di dalam ruangan kerja dan perpustakaan. Biasanya peneliti memperoleh data dan informasi tentang obyek penelitian baik lewat buku yang berkaitan, kutipan dari para ahli satra, dan referensi lainnya yang relevan di perpustakaan Uni versitas Indraprasta PGRI.
C. Fokus dan Subfokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah analisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, yaitu seorang guru laki-laki yang sangat inovatif, kreatif, bersemangat dan menginspirasi para siswanya. Ia mengajar di Inner Harlem Elementary School, New York. Ia berhasil menuntun sekolah dasar tersebut menjadi sekolah dengan nilai kelulusan yang memuaskan.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif deskriptif, yang menjadi alat pengumpul data utama adalah penulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah pendekatan sosiologi analisis sastra. Penulis mengelompokkan
instrumen analisis karakter pada tokoh utama dengan menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra yang terdiri dari empat jenis, yaitu: sosiologi berkarakter afirmasi, sosiologi berkarakter restorasi, sosiologi berkarakter negasi, dan sosiologi berkarakter inovasi. Peneliti akan paparkan seperti tabel di bawah ini.
Tabulasi pendekatan sosiologi analisis sastra
Sosiologi afirmasi, sosiologi restorasi, sosiologi negasi, dan sosiologi inoviasi dari tokoh utama mengacu pada analisis karakter, dari semua yang dipaparkan tersebut akan berdampak terhadap sosiologi, karena secara tidak langsung tokoh utama berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain yang berhubungan dengan pendekatan sosiologi analisis sastra. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra untuk menganalisis karakter tokoh utama dalam penelitian ini.
E. Teknik Pencatatan Data
No.
Pernyataan karakter
tokoh utama
Jenis-jenis pendekatan sosiologi analisis sastra Sosiologi berkarakter afirmasi Sosiologi berkarakter restorasi Sosiologi berkarakter negasi Sosiologi berkarakter inovasi
Dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut:
1. Membaca sekenario film secara berulang-ulang, sehingga penulis dapat memahami isi film ““The Ron Clark Story” karya Randa Haines.
2. Menonton dengan teliti film film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines dengan cermat dan berulang-ulang kemudian mencatat adegan demi adegan demi memberi tanda pada skenario yang terdapat sosiologinya seperti : sosiologi afirmasi, sosiologi restorasi, sosiologi negasi, dan sosiologi inova si. 3. Mencatat hasil penandaan yang penulis lakukan di atas kertas kemudian
menganalisisnya.
4. Membandingkan antara hasil penandaan yang telah penulis lakukan dangan teori sebagai rujukan yang digunakan dalam menganalisis karakter tokoh utama.
5. Menarik kesimpulan dalam merumuskan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang di timbul di dalam perumusan masalah karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines.
6. Mendeskripsikan jenis karakter tokoh utama dan bawahan seperti terpapar dalam cerita yang ada di dalam film.
7. Membuat simpulan akhir dari penelitian yang sudah dilakukan. 8. Menyusun hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu deskripsi eksploratif dan deskripsi analitis. Deskripsi eksploratif digunakan dalam tahap menonton film secara intensitif untuk menjaring data yang dibutuhkan secara deskriptif serta digunakan dalam pengkajian, mengekspresikan dan mensistematikan data yang telah dijaring. Sementara, teknik deskripsi analitis ini juga digunakan untuk melihat hubungan antara unsur intrinsik film dengan unsur ekstinsik tertentu, yang pada awalnya menurut pemahaman atau insting penelitian, dapat membantu penjelasan dan pemberian makna.
Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang terdapat dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines adalah sebagai berikut:
1. Memastikan bahwa film dan judul skripsi tidak sama dengan analisis mahasiswa lain.
2. Mengajukan judul skripsi kepada ketua prodi untuk diperiksa dan disetujui. 3. Menjamin kalau hasil analisis adalah hasil karya sendiri.
4. Mencari data-data dari sumber yang terpercaya untuk menganalisis film.
5. Menonton film tersebut berulang-ulang dan mencatat data yang diperlukan sesuai dengan judul skripsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Informasi Penelitian
1. Biografi Sutradara Film “The Ron Clark Story”
Sutradara film “The Ron Clark Story” adalah Randa Haines. Randa Haines adalah seorang wanita kelahiran 20 Februari 1945 di Los Angeles, California, tetapi dibesarkan di New York. Ia adalah seorang sutradara dan produser film terkenal. Randa Haines bersekolah di School of Visual Arts, New York. Dia sempat belajar acting dengan Lee Strasberg sebelum mendapat pekerjaan sebagai supervisor naskah untuk sebuah perusahaan produksi New York pada pertengahan 1960-an. Dalam perjalanan karirnya, Randa Haines memenangkan beberapa penghargaan seperti piala
oscar, Silver Bear di Festival Film 37 Berlin International, serta penghargaan Directors Guild of America.
2. Sinopsis
“The Ron Clark Story” adalah film yang bersumber dari sebuah kisah nyata seorang guru di Amerika Serikat yang kemudian diadaptasikan menjadi film. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, seorang guru yang sangat inovatif, kreatif dan bersemangat. Dia adalah seorang guru yang sangat menginspirasi siswanya. Ron Clark atau Mr. Clark semula menjadi guru di Snowden Elementary school di Aurora, North California pada tahun 1994. Mr. Clark menjadi guru di sana selama 4 tahun,
dan membuat sekolah dasar tersebut menjadi sekolah dengan nilai kelulusan yang memuaskan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berpindah ke luar kota, yakni New York. Sebenarnya keluarga dan guru di sekolah tersebut menyesalkan
kepindahan Mr. Clark, tetapi semuanya sudah menjadi keputusan Mr. Clark.
Sesampainya Mr. Clark di New York, ia segera mencari sekolah umum untuk dapat mengajar di sana. Dalam usahanya menjadi guru di New York, ia sempat ditolak, namun akhirnya dia menemukan sekolah barunya yaitu Inner Harlem Elementary School. Ia diterima di sekolah tersebut tepat ketika ada seorang guru yang mengundurkan diri. Selanjutnya ia diajak Mr. Turner, sang kepala sekolah Inner Harlem Elementary School untuk berkeliling sekolah dan ditunjukkan kelas yang akan Mr. Clark ajar. Sebelum ia mengajar kelasnya, terlebih dahulu dia mengunjungi rumah dan orang tua masing-masing siswanya. Saat mengunjungi siswanya ia menemukan berbagai kondisi dan latar belakang yang sangat berbeda.
Ketika Mr. Clark masuk ke kelasnya untuk pertama kalinya, dia melihat kondisi yang begitu kacau. Mereka begitu acuh terhadap gurunya dan sama sekali tidak menghargainya. Mr. Clark mencoba untuk menyesuaikan dengan kondisi siswanya yang mendapat label “kelas yang tidak diinginkan”. Dia selanjutnya menerapkan beberapa aturan dalam kelasnya dan peraturan yang pertama kali dibuat adalah menjadikan kelas tersebut sebagai keluarga. Mr Clark sangat menekankan keberadaan mereka sebagai sebuah keluarga yang harus saling membantu, menghargai dan menyayangi.
Selama masa-masa awal mengajar, Mr. Clark mengalami berbagai macam kendala yang justru kebanyakan didatangkan oleh para siswanya sendiri. Mulai dari kebiasaan mereka yang tidak menghargai kawan maupun gurunya, berkelahi, dan kenakalan-kenakalan lain. Selain itu, muncul juga masalah dari Mr. Turner yang merupakan kepala sekolah di SD tersebut. Mr. Turner hanya berorientasi pada nilai dan kelulusan seluruh siswanya, sehingga ia kurang percaya dengan metode yang dilakukan oleh Mr. Clark dan terus menuntut agar seluruh siswanya lulus.
Dalam mengajar siswanya Mr. Clark menggunakan metode-metode yang lain daripada yang lain. Dia menggunakan metode yang disukai dan dapat membuat siswanya merasa nyaman dan senang selama proses pembelajaran. Dia mencoba mendalami siswa siswanya yang memiliki masalah satu per satu kemudian dia berusaha menanganinya. Dia rela mengorbankan waktunya untuk membantu
siswanya agar dapat belajar dan menjadi lebih baik lagi.
Mr. Clark adalah seorang guru yang dapat melihat potensi-potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh para siswanya dengan baik. Bahkan kini ia dapat membuat siswa-siswanya mulai untuk mencintainya. Dia bekerja keras untuk membuat para siswanya dapat belajar dengan baik. Dia meluangkan waktunya untuk memberikan pelajaran tambahan bagi para siswanya secara privat.
Pada hari dimana hasil ujian nasional telah diperoleh, Mr. Clark mengundang orang tua siswa guna menyaksikan pengumuman nilai dari putra-putrinya. Di tengah-tengah acara itu, Mr. Turner tiba-tiba masuk dan memberikan surat pengumuman. Isi dari surat tersebut adalah memberitahukan bahwa nilai dari salah satu siswanya
merupakan nilai tertingggi dalam ujian nasional, bahkan nilai rata-rata kelas itu yang terbaik dan mengalahkan nilai rata-rata kelas unggulan. Mr. Clark memang bukanlah sekadar guru dalam artian tradisional, ia memandang profesinya sebagai sebuah panggilan hidup. Pada akhirnya siswa siswa Mr. Clark melanjutkan ke beberapa
sekolah sekolah lanjutan terbaik di kota New York.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Berdasarkan deskripsi temuan penelitian, maka karakter tokoh utama apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra adalah sebagai be rikut :
1. Sosiologi berkarakter Afirmasi
Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 23 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh
utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 23 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi :
1. Mr. Clark bekerjasama dengan orang tua siswa membantu mengerjakan PR siswanya
Mr. Clark : ”I was just saying you can help out by working with Julio every night on his homework.”
Student’s parent : “Sure. Okay.”
Mr Clark : “Together, we can get him excited about learning.”
(The Ron Clark Story:00:12:27)
Pernyataan Mr.Clark dan orang tua siswa diatas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada, bahwa Mr.Clark dan salah satu orang tua siswanya, yakni orang tua Julio bersama-sama membantu Julio untuk dapat mengerjakan pekerjaan rumahnya setiap malam dan menumbuhkan semangat belajar Julio. Guru dan orang tua murid memang harus bekerja sama, saling membantu dalam mendidik sang anak didik demi tercapainya tujuan yang sama.
2. Mr. Clark memberikan siswanya peraturan kelas
Mr. Clark : ” Before we start today, I would like to go over 3 rules for this class. If you follow them, we will all have a lot of fun. If you do not follow
them, there will be consequences.”
(The Ron Clark Story:00:21:47)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark memberikan siswanya peraturan kelas diatas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada, bahwa Mr.Clark memberikan peraturan- peraturan di dalam kelas selama proses belajar mengajar. Peraturan-peraturan tersebut tidak boleh dilanggar, jika dilanggar maka Mr.Clark akan memberikan hukuman, tetapi jika muridnya mengikuti dan menjalankan aturan-aturan tersebut, maka Mr.Clark akan memberikan hadiah.
Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 4 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 4 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter restorasi :
1. Mr. Clark merindukan situasi sekolah yang menarik
Mr Clark : “You know, school’s supposed to be exciting”.
(The Ron Clark Story:00:20:23)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark merindukan situasi sekolah yang menarik diatas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh
utama yakni Mr.Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Menurutnya, sampai saat itu di SD Harlem ia belum mendapatkan situasi kelas dan sekolah yang menyenangkan seperti ditempat mengajarnya dulu di Snowden Elementary school. Ia rindu situasi-situasi belajar yang menyenangkan seperti di sekolah tempat mengajarnya dulu. Ia sangat ingin situasi belajar yang menyenangkan juga ia rasakan di SD Harlem.
2. Mr. Clark terjatuh karena sakit dan muridnya mengira ia hanya bercanda sebagaimana biasanya
Mr. Clark : ”So,let’s go over our science topics from last week. Who knows those ?”
Badriyah (Student) : “Magnetism, chemical reactions, and gravity.” Mr Clark :”Ok, good.Gravity. Gravity is important because…”
Julio (Student) : “Ok,we get it,Mr Clark. Gravity makes you fall down.” Shammeika (Student) :”Is he kidding ?”
Julio (Student) : “Always joking.”
Shammeika (Student): “Mr. Clark? He is not kidding!.” Badriyah (Student) :”Mr.Clark. I hope he is allright.”
(The Ron Clark Story:01:02:50)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark dan muridnya di atas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh pendukung yaitu murid dari Mr. Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Pada saat itu Mr.Clark jatuh ketika pada pelajaran gravitasi. Murid mengira bahwa Mr. Clark bercanda jatuh untuk mencontohkan gravitasi sebagaimana biasanya cara Mr.Clark dalam mengajar diselipkan dengan canda-candaan. Tetapi pada saat itu ia tidak bercanda, ia benar- benar jatuh, karena pada pelajaran gravitasi tersebut Mr. Clark sebenarnya memang
sedang sakit, tapi ia tetap memaksa untuk datang mengajar.
3. Sosiologi berkarakter Negasi
Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 16 temuan data yang termasuk ke dalam pendekatan sosiologi berkarakter negasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh
berlaku. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 16 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter negasi :
1. Mr. Clark ingin hijrah ke kota besar.
Mr. Clark :”I love it here, but I’ve got to move on, mom, before they use that
parking space for my grave. New York public schools are desperate for good
teachers. The newspaper says they’re beggin’ for them. Dad, every year, I tell
my students to go for what they want in life. Dream big. Take risks. It’s time I started living up to my own words. I’m gonna miss you guys, but I gotta do.”
Mr. Clark ’s mom : “We understand, sweetie. Good -bye.”
(The Ron Clark Story:00:03:00)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark di atas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter negasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark melakukan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku. Ia berfikir ia harus hijrah. Ia tidak bisa hanya tinggal di desanya dengan karir yang hanya sebatas di Snowden Elementary school. Ia ingin hijrah ke New York dan memulai karirnya yang baru di kota itu. Ia ingin menghidupkan mimpinya seperti yang selalu ia katakan kepada murid-muridnya, yakni bercita-cita yang tinggi, ambil resiko, dan lakukan apa yang ingin diraih di hidupnya. Dan pada akhirnya, Mr.Clark hijrah ke New York dan melamar sebagai guru di kota itu.
2. Mr. Clark berselisih pendapat dengan kepala sekolah, Mr.Turner, yang hanya berorientasi kepada nilai.
Mr.Turner : “These kids are at the bottom of the barrel.” Mr.Clark : “Don’t talk about them like that.”
Mr.Turner : “Now all I’m asking is for your students to pass.” Mr.Clark : “Oh, every one of my students will pass.”
Mr.Turner : “This community judges us by scores. Government funding judges us by scores. People who give me scores, they get my respect.”
Mr.Clark : “Okay, good, in May, they’ll all test at grade level. Oh, I’m sorry,
did I say grade level ?. I meant above gradelevel.”
(The Ron Clark Story:00:43:24)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark di atas yang berselisih pendapat dengan kepala sekolah, Mr.Turner, termasuk ke dalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter negasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark melakukan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku. Mr.Clark tidak terima jika kepala sekolah menilai murid-muridnya sebelah mata. Kepala sekolah menilai murid Mr.Clark hanya dari nilai rendah yang mereka raih. Dan agar Mr.Turner tidak menyepelekan muridnya lagi, Mr.Clark berkata jika semua muridnya akan lulus dan mendapat nilai di atas rata-rata.
4. Sosiologi berkarakter Inovasi
Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 17 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter inovasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter inovasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 17 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter inovasi :
1. Mr. Clark menemui seluruh orang tua muridnya untuk melakukan pendekatan sebelum mengajar.
Mr.Clark : “I'm gonna start meeting my kids tomorrow”.
Maurice : “Uh, you might want to hold on to this. It may be your last meal”. Mr.Clark : “Nah. They’re gonna love me. I like to meet all the parents, Ms.Vazquez, before I start teaching.”
(The Ron Clark Story:00:12:03)
Pembahasan :
Pernyataan Mr.Clark di atas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter inovasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter inovasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada. Setelah diterima mengajar di SD Harlem New York, Mr. Clark melakukan pendekatan dengan orang tua murid sebelum memulai mengajar. Hal seperti ini adalah sesuatu yang baru dan jarang dilakukan oleh guru. Hal yang dilakukan Mr.Clark ini sangat baik, karena guru terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada orang tua murid, sehingga orang tua dan guru bisa bekerjasama
untuk membantu kesulitan yang mungkin dialami murid dalam belajar.
2. Mr. Clark berhasil membawa muridnya menjadi kelas dengan nilai ujian tertinggi
Mr.Turner : “I’m sorry to interrupt your end of the year party, Mr.Clark. But I just received a fax from the board of education, informing me of the results of the state exam. I felt it was important to give you the score my self. These are probably not the scores you expected. This class, this sixth grade class, tested higher than any other class. You even tested higher than the honors
class. Congratulations. Congratulations, Mr.Clark”. Mr.Clark : “Thank you. Very impressive”.