• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Karakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Karakter"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

 NAMA

 NAMA : YUNITA INDRI ASTUTI: YUNITA INDRI ASTUTI  NPM

 NPM : 201212500576: 201212500576

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2016

2016

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman Halaman

BAB

BAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN

A.

A. Latar Latar Belakang Belakang Penelitian Penelitian ... ... 44 B.

B. Identifikasi Identifikasi Masalah Masalah ... ... ... 88 C.

C. Pembatasan Pembatasan Masalah Masalah ... ... ... 88 D.

D. Perumusan Perumusan Masalah Masalah ... ... ... 99 E.

E. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... ... 99 F.

F. Kegunaan Kegunaan Peneltian Peneltian ... ... ... 99 G.

G. Sistematika Sistematika Penulisan Penulisan ... ... ... 1010

BAB

BAB II II LANDASAN LANDASAN TEORI, TEORI, HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN YANG YANG RELEVAN,RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

DAN KERANGKA BERPIKIR

A.

A. Landasan Landasan Teori Teori ... ... ... 1212 1.Karya

1.Karya Sastra Sastra ... ... ... 1212 2.Analisis

2.Analisis Karakter Karakter ... ... ... 1414 3.Tokoh

3.Tokoh dan dan Penokohan ...Penokohan ... .. .. 1616 4.Pendekatan

4.Pendekatan Sosiologi Sosiologi dalam dalam Analisis Analisis Sastra Sastra ... ... 2222 5.Fiksi

5.Fiksi dalam dalam Kajian Kajian Film Film ... ... ... 2323 B.

B. Hasil Hasil Penelitian Penelitian yang yang Relevan ... Relevan ... 3030 C.

C. Kerangka Kerangka Berpikir Berpikir ... ... ... 3131

BAB

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Halaman Halaman

BAB

BAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN

A.

A. Latar Latar Belakang Belakang Penelitian Penelitian ... ... 44 B.

B. Identifikasi Identifikasi Masalah Masalah ... ... ... 88 C.

C. Pembatasan Pembatasan Masalah Masalah ... ... ... 88 D.

D. Perumusan Perumusan Masalah Masalah ... ... ... 99 E.

E. Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian ... ... ... 99 F.

F. Kegunaan Kegunaan Peneltian Peneltian ... ... ... 99 G.

G. Sistematika Sistematika Penulisan Penulisan ... ... ... 1010

BAB

BAB II II LANDASAN LANDASAN TEORI, TEORI, HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN YANG YANG RELEVAN,RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

DAN KERANGKA BERPIKIR

A.

A. Landasan Landasan Teori Teori ... ... ... 1212 1.Karya

1.Karya Sastra Sastra ... ... ... 1212 2.Analisis

2.Analisis Karakter Karakter ... ... ... 1414 3.Tokoh

3.Tokoh dan dan Penokohan ...Penokohan ... .. .. 1616 4.Pendekatan

4.Pendekatan Sosiologi Sosiologi dalam dalam Analisis Analisis Sastra Sastra ... ... 2222 5.Fiksi

5.Fiksi dalam dalam Kajian Kajian Film Film ... ... ... 2323 B.

B. Hasil Hasil Penelitian Penelitian yang yang Relevan ... Relevan ... 3030 C.

C. Kerangka Kerangka Berpikir Berpikir ... ... ... 3131

BAB

(4)

A.

A. Pendekatan Pendekatan Penelitian Penelitian ... ... ... 3434 B.

B. Teknik Teknik Penelitian Penelitian ... ... ... 3535 C.

C. Fokus Fokus dan dan Subfokus Subfokus Penelitian ... Penelitian ... 3737 D.

D. Instrumen Instrumen Penelitian Penelitian ... ... ... 3737 E.

E. Teknik Teknik Pencatatan Pencatatan Data ... Data ... 3838 F.

F. Teknik Teknik Pemeriksaan Pemeriksaan Keabsahan Keabsahan Data ... Data ... 3939

BAB

BAB IV IV HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN DAN DAN PEMBAHASANPEMBAHASAN

A.

A. Deskripsi Deskripsi Informasi Informasi Penelitian ...Penelitian ... ... ... 4141 B.

B. Deskripsi Deskripsi Temuan Temuan Penelitian ...Penelitian ... .. .. 4444 C.

C. Penafsiran dan UraianPenafsiran dan Uraian ………...………... 61... 61

LAMPIRAN LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hal yang dihasilkan oleh manusia dikenal sebagai karya. Menurut Sapardi Djoko Damono (1978:1) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:24) menyatakan  bahwa, “Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium,  bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, masyarakat dengan orang seorang, antar manusia, antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan sastra dengan orang lain atau dengan masyarakat”.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, tentang seseorang atau beberapa tokoh dan karakter, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Film merupakan salah satu karya sastra yang berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Di dalam film, tentu terdapat tokoh yang kehadirannya dalam sebuah film sangat penting bahkan menentukan, karena tidak akan mungkin ada suatu

(6)

karya sastra berupa film tanpa adanya tokoh yang bergerak dan akhirnya membentuk alur cerita. Tokoh merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah karya sastra, karena tokoh dapat membangun dan menghidupkan karya sastra. Menurut Abrams (1981:20) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) memaparkan bahwa, “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang d iekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.

Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda, serta dapat dijadikan inspirasi bagi para penontonnya. Tokoh yang memiliki karakter serta berpenampilan yang baik akan disenangi oleh penonton, dapat dikategorikan kedalam tokoh utama atau protagonis, sedangkan yang berpenampilan baik namun memiliki karakter yang tidak baik biasa disebut antagonis. Tokoh dalam film bukanlah orang yang sebenarnya, tetapi adalah suatu gambaran yang dibuat secara istimewa oleh  penulisnya. Penulis memilah-milah beberapa aspek dari sifat-sifat manusia, memilih  beberapa yang dianggap cocok olehnya untuk kemudian digabungkan menjadi satu

karakter tokoh.

Menganalisis karya sastra seperti film, novel, puisi, prosa, cerpen, dan lagu diperlukan adanya pendekatan analisis sastra sebagai landasan teorinya, pendekatan ditentukan dari isi karya sastra tersebut, cenderung kemanakah isi karya sastra itu. Berdasarkan alasan diatas, penulis menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra sebagai landasan teorinya. Menurut Endraswara (2011:79) menyatakan bahwa,

(7)

”Sosiologi analisis sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra”.

Alasan penulis memilih pendekatan sosiologi analisis sastra dalam penelitian ini adalah karena karya sastra dapat dianggap sebagai cerminan dari kehidupan sosial masyarakat karena masalah yang dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat. Penelitian ini menarik untuk diangkat, karena dengan menggunakan media berupa film. Film ini akan terlihat lebih nyata, tidak fiksi dibandingkan dengan karya sastra lainnya, itu dapat ditunjukkan lewat peran dan akting yang dipermainkan apik oleh tokoh tersebut. Penghayatan karakter tokoh dapat terlihat jelas dan dinikmati penonton sebagai kenikmatan tersendiri. Penulis tertarik untuk menganalisis film, dikarenakan degan menonton karya sastra, penonton dibawa terbang mengembara dan berkreasi menyenangkan dari imajinasi pengarang, yang menyuguhkan kisah mengenai kehidupan manusia, masyarakat, dan alam lingkungannya pada suatu tempat dan jaman dengan pesona sastra yang mengikat, sehingga penonton merasa terhibur, puas dan memperoleh pengalaman bathin tentang tafsir hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, subyek penelitian ini mengenai “Karakter Tokoh Utama dalam Film The Ron Clark Storykarya Randa Haines”.

(8)

Alasan penulis memilih judul film The Ron Clark Story adalah karena film ini dapat menginspirasi penulis sebagai calon guru agar bisa memiliki karakter yang luar  biasa seperti tokoh utama dalam film ini, Ron Clark, untuk bisa menjadi guru yang

hebat dan bisa menjadi panutan yang baik oleh murid-murid sebagaimana yang diceritakan dalam film ini. Dan penulis juga tertarik untuk menganalisis mengenai tokoh utama film ini yakni tuan Ron Clark yang namanya dijadikan judul dalam film ini, karena film ini adalah kisah nyata diangkat dari pengalaman hidup tuan Ron Clark sendiri. Mengapa beliau kisah hidupnya dijadikan film ? Ada apa dengan tuan Ron Clark ? Hal tersebutlah yang mendasari alasan penulis memilih judul film  The  Ron Clark Storysebagai bahan penelitian.

The Ron Clark Story adalah film yang bersumber dari sebuah kisah nyata seorang guru di Amerika Serikat yang kemudian diadaptasikan menjadi film. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, seorang guru yang sangat inovatif, kreatif dan bersemangat. Dia adalah seorang guru yang dapat menginspirasi siswanya. Mr. Clark bukanlah sekadar guru dalam artian tradisional, ia memandang profesinya sebagai sebuah panggilan hidup.

Penelitian ini penting, karena dengan kita menganalisis karakter seorang tokoh utama apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisi sastra, secara tidak langsung dapat membantu mengungkap karakter dari tokoh tersebut. Serta kita juga dapat mempelajari teori baru dari pendekatan itu, maka pendekatan sosiologi dalam analisis sastra yang ditemukan dan berhubungan dengan isi cerita dalam film dapat

(9)

dibagi menjadi empat yaitu: sosiologi berkarakter afirmasi, sosiologi berkarakter restorasi, sosiologi berkarakter negasi, dan sosiologi berkarakter inovasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakter tokoh utama dan penokohan dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?

2. Apakah jenis-jenis karakter tokoh dan penokohan dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?

3. Bagaimana menganalisa perkembangan karakter tokoh utama dalam film The  Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi

analisis sastra ?

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada “Karakter Tokoh Utama dalam FilmThe Ron Clark Storykarya Randa Haines”, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.

(10)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?

2. Apa saja jenis-jenis karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story

karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Storykarya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.

2. Mendeskripsikan jenis-jenis karakter tokoh utama dalam film The Ron Clark Story karya Randa Haines, apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna:

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan mengenai unsur instrinsik dan ekstrinsik, terutama dalam karya sastra film seperti karakter dan tokoh  penokohan, serta dapat menambah wawasan mengenai karya sastra dilihat

(11)

dari pendekatan sosiologi analisis sastra yang digunakan juga menumbuhkan aspresiasi terhadap karya sastra.

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai gambaran dan teladan dalam kehidupan sehari-hari, serta menambah minat untuk pembaca karya sastra.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memperkaya ilmu sastra dan dapat menambah pengetahuan mengenai film secara umum, serta memberikan kesadaran bahwa karya sastra bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai penting yang  bermanfaat.

4. Bagi mahasiswa Unindra program studi pendidikan bahasa inggris, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan melakukan penelitian lanjutan di bidang sastra.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah,  pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan  penelitian, dan sistematika penulisan.

(12)

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dalam penelitian ini yang umumnya mengemukakan dasar-dasar pemikiran yang menjadi kerangka penelitian, terdiri atas ; karya sastra, analisis karakter, tokoh dan penokohan, pendekatan sosiologi dalam analisis sastra, fiksi dalam kajian serta karangan berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian, tekhnik penelitian, instrument penelitian, teknik pencatatan data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari deksripsi informasi penelitian, deskripsi temuan  penelitian, serta penafsiran dan uraian.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan simpulan, implikasi dan nilai pen gajaran serta saran.

(13)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A.

Landasan Teori

Landasan teori pada bab ini akan mendeskripsikan teori-teori para ahli sastra sebagai dasar dalam penelitian ini. Adapun landasan teori yang akan penulis sampaikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur fiksi seperti : karya sastra, analisis karakter, tokoh dan penokohan, penelitian sosiologi dalam analisis satra, dan fiksi dalam kajian film.

1. Karya Sastra

Menurut Endraswara (2008:86) menyatakan bahwa , “Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, baik suasana pikiran maupun suasana  perasaan (emosi)”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra lahir dari pengekspresian pengalaman dalam jiwa pengarang, yang telah mengalami  proses secara mendalam melalui proses berimajinasi dan dituangkan menjadi sebuah

karya.

Menurut Siswanto (2008:67) menyatakan bahwa, “Sastra adalah  pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani

(14)

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa sastra adalah sebuah karya seni yang didalamnya berisi pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Sastra adalah sebuah karya kreatif yang memiliki kekayaan rohani yang dengan membaca atau memahami karya tersebut kita pun akan ikut bertambah kekayaan rohaninya karena sastra mengandung nilai-nilai kehidupan.

Menurut Endraswara (2011:22) menyatakan bahwa, “Karya sastra bukanlah  barang mati dan fenomena yang lumpuh, melainkan penuh daya imajinasi yang hidup. Karya sastra tak jauh berbeda dengan fenomena manusia yang bergerak, fenomena alam yang kadang-kadang ganas, dan fenomena apa pun yang ada di dunia dan akherat. Karya sastra dapat menyeberang ke ruang dan waktu, yang kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia, karenanya membutuhkan metode tersendiri”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra adalah fenomena yang hidup, yang penuh dengan daya imajinasi yang hidup. Yakni dunia ciptaan pengarang yang dibumbui oleh fantasi pengarang, Karya sastra berisi fenomena-fenomena yang ada di dunia, kejadian-kejadian yang biasanya terjadi dalam perjalanan hidup seseorang dan pengalaman pribadi, maupun fenomena alam yang terjadi di sekitar. Karya sastra biasanya melintasi ruang dan waktu, bisa menceritakan sesuatu kejadian yang sudah lampau sekali maupun suatu kejadian yang terjadi di masa depan yang kita tidak ketahui benar atau tidaknya karena pada dasarnya masa depan masihlah sebuah misteri. Maka dari itu dibutuhkanlah daya

(15)

imajinasi yang tinggi untuk memahaminya karena karya sastra kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia.

Menurut Griffith (1982:12) dalam Siswanto (2008:72) menyatakan bahwa, “Karya sastra adalah hasil ekspresi individual penulisnya. Kepribadian, emosi,dan kepercayaan penulis akan tertuang dalam karya sastranya”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karya sastra adalah hasil dari ekspresi perseorangan penulisnya. Kepribadian,emosi dan kepercayaan penulis akan tercermin dari tulisan-tulisan dalam karyanya. Kita dapat melihat kepribadian penulis dalam karyanya karena karya sastra biasanya berangkat dari sejarah, pengalaman pribadi, dan pengalaman orang lain dalam hidup penulis.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi karya sastra di atas ialah bahwa karya sastra adalah suatu karya yang berbentuk tulisan maupun lisan yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artisik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral, sehingga mampu menggugah pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan emosi  pembaca. Sebuah karya sastra berisi tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari baik nyata atau imajinasi pengarang yang ditulis secara imajinatif, dan dapat dinikmati oleh pembaca baik sebagai pesan moral atau hiburan semata.

2. Analisis Karakter

Menurut Staton (1965:17) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:5) menjelaskan bahwa, “ Peggunaan istilah “karakter” (character ) sendiri dalam

(16)

 berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang langsung mengisyaratkan kepada kita sebagai penikmat atau pembaca sastra perwatakan yang dimilikinya.

Menurut Meyer (2002:72) dalam Arofah (2013:9) menjelaskan bahwa:

“ If we turn to characterization. We read, the depiciting, in writing, or clear images of person, his action and manner of thought and life. A man’s nature, environment,

habits, emotion, desire, and instinct: all these go to make people what they are and the skillful writer makes his important people clear to us through a portrayal of these

elements”.

Menurut kesimpulan penulis, berdasarkan kutipan diatas dapat diuraikan  bahwa istilah karakter digunakan untuk mengacu seseorang dalam sebuah karya sastra, maka karakter menggambarkan keseluruhan kepribadian tokoh itu, seperti  perilakunya sehari-hari, apa yang dipikirkan dan dirasakan, penampilan, pandangan

hidup, bahkan cita-cita dari tokoh tersebut. Semua itu menjadikan tokoh tersebut  bagian penting dalam suatu karya sastra.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi karakter di atas, analisis karakter adalah menampilkan sang tokoh dengan karakter yang dimilikinya. Karakter tersebut dapat mencerminkan semua tingkah lakunya

(17)

sehari-hari, seperti pandangan hidup, penampilan, dan kebiasaan yang dilakukannya. Kesemuanya itu disajikan oleh pengarang, supaya tokoh ini menjadi penting dan menarik pada setiap bagian cerita. Karena penyajian karakter tokoh yang sangat menarik ini, para pembaca diharapkan meniru sisi baik dari tokoh tersebut.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams (1981:20) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) memaparkan bahwa, “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh  pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menempati posisi sebagai pembaca dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Watak tokoh biasanya terlihat dari pengekspresian dalam ucapan maupun apa yang dilakukan dalam tindakan.

Menurut Aminuddin (1984:85) dalam Siswanto (2008:142) menyatakan  bahwa, “Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan

sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan”

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh dalam karya sastra adalah orang yang berperan sebagai pengemban peristiwa dalam sebuah

(18)

cerita. Tokoh memiliki sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan dan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.

Menurut Sudjiman (1988:16) berpendapat bahwa “Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh dalam karya sastra adalah pemeran terpenting yang mengalami berbagai peristiwa-peristiwa dalam cerita rekaan yang berperan menentukan jalannya sebuah cerita.

Menurut Altenbernd dan Lewis (1966:56) dalam Wahyuningtias dan Santosa (2011:4) menjelaskan bahwa, “Teknik penggambaran tokoh adalah sebagai berikut :

a. Secara analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, den penjelasan secara langsung.

 b. Secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh, tetapi melalui beberapa teknik lain, yaitu :

1) Teknik cakapan (percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan).

2) Teknik tingkah laku (teknik untuk menunjukkan tingkah laku verbal yang  berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku yang menyaran pada

(19)

3) Teknik pikiran dan perasaan (teknik penuturan untuk menggambarkan  pikiran dan perasaan tokoh).

4) Teknik arus kesadaran (teknik yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, serta asosiasi-asosiasi acak).

5) Teknik reaksi tokoh (teknik sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata dan sikap (tingkah laku) orang lain, dan sebagainya  berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan).

6) Teknik reaksi tokoh lain (teknik sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama).

7) Teknik pelukisan latar (suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh).

8) Teknik pelukisan fisik (teknik melukiskan keadaan fisik tokoh)”.

Menurut kesimpulan penulis berdasarkan kutipan diatas, dapat diuraikan  bahwa teknik penggambaran tokoh ada dua, yaitu analitik dan dramatik. Teknik

analitik atau langsung yaitu penyajian watak tokoh dengan memaparkan watak tokoh secara langsung. Sedangkan teknik analitik atau tak langsung yaitu penyajian watak tokoh melalui percakapan, tingkah laku tokoh, pemikiran dan perasaan tokoh, dan harapan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari reaksi tokoh

(20)

terhadap suatu kejadian atau masalah, reaksi tokoh lain terhadap tokoh utama, dari  penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.

Tokoh dalam karya sastra dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1) Tokoh utama ( Major Character )

Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama adalah yang memerankan peranan yang sangat besar, yang paling banyak diceritakan oleh pengarang dalam suatu karya. Tokoh utama bersama dengan elemen-elemen lainnya memerankan peranan untuk mempersembahkan tema dari cerita.

2) Tokoh Bawahan ( Minor Character )

Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh  bawahan bukanlah seseorang yang memiliki peranan yang besar dalam suatu cerita,

tapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung dan membantu tokoh utama. Dalam setiap karya sastra ada pula tokoh protagonis dan tokoh antagonis, jika ditinjau dari jenisnya.

(21)

1) Tokoh Protagonis

Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita,dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa protagonis adalah tokoh penting yang memegang peranan besar dalam cerita yang mana emosi kita ikut dilibatkan (lebih popular disebut dengan pemeran utama pria dan pemeran utama wanita). Tokoh protagonis adalah tokoh yang memiliki watak baik dan terpuji, yang selalu sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan penonton atau pembaca, sehingga bisa menarik simpati dan disenangi oleh para penonton atau pembaca. Tokoh protagonis selalu menjadi teladan.

2) Tokoh Antagonis

Wahyuningtias dan Santosa (2011:3) menjelaskan bahwa, “Tokoh  antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa antagonis adalah tokoh yang akan dipasangkan dalam pergolakan dengan karakter lainnya. Tokoh antagonis merupakan tokoh yang mempunyai watak yang tak disenangi oleh  penonton, karena biasanya watak pelaku tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh  penonton dan pembaca. Tokoh ini selalu mewakili sifat jahat dan salah.

(22)

Berdasarkan perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita ada dua, yaitu :

1) Tokoh Datar (Flat Character )

Sukada (1987:160) dalam Siswanto (2008) menyatakan, “Tokoh datar ( flat character ) yakni tokoh sederhana yang bersifat statis”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan diatas menjelaskan bahwa tokoh datar adalah tokoh yang memiliki karakter sederhana. Tokoh berkarakter datar biasanya hanya memiliki beberapa watak yang menonjol, seperti jujur, sabar dan murah hati. 2) Tokoh Bulat ( Round Character )

Sukada (1987:160) dalam Siswanto (2008) menyatakan, “Tokoh bulat (round character ) yaitu tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan diatas menjelaskan bahwa tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki banyak karakter yang kompleks. Tokoh berkarakter datar memiliki berbagai watak yang sesuai dengan kemungkinan watak manusia, seperti  jahat, peragu, pemurung, berani, licik, tapi sabar, dan atau campuran dari beberapa

dari watak-watak lainnya.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi tokoh ialah tokoh adalah pusat sorotan dalam suatu cerita, oleh karena itu tokoh memegang peranan penting dalam suatu cerita untuk dapat membangun dan menghidupkan karya sastra. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda yang dapat dijadikan inspirasi bagi para penonton atau pembacanya. Dan dijelaskan pula

(23)

 bahwa tokoh adalah pelaku dari cerita. Tokoh adalah seseorang yang memiliki sikap, sifat dan tingkah laku tertentu yang digambarkan dalam sebuah cerita. Sedangkan, yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan menerangkan watak dari tokoh-tokohnya.

Teknik penggambaran tokoh ada dua cara, yaitu : secara analitik dan secara dramatik. Tokoh dalam karya sastra digolongkan menjadi dua, yaitu : tokoh utama ( Major Character ) dan tokoh bawahan ( Minor Character ). Jika ditinjau dari jenisnya, tokoh dibagi menjadi, yaitu : tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Dan berdasarkan  perkembangan lakuan dan watak tokoh dalam cerita ada dua, yaitu : tokoh datar (Flat

Character ) dan tokoh bulat ( Round Character ).

4. Pendekatan Sosiologi dalam Analisis Sastra

Manusia dalam hidupnya selalu berhubungan dengan orang lain, sehingga akan terjadi suatu proses sosialisasi. Manifestasi dari proses sosialisasi tersebut dapat diwujudkan dalam karya sastra. Hal ini diungkapkan oleh Nyoman Kuta Ratna (2003:13) dalam Nandawiyah Arofah (2013:15) bahwa “Sosiologi sastra ini hubungan searah antara sastra dan masyarakat, sehingga berkaitan langsung amtara karya sastra dengan masyarakat”.

Berdasarkan kutipan tersebut penulis menyimpulkan bahwa sastra adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Satu sama lainnya saling berkaitan.

(24)

Menurut AA. Teeuw (P, 1999) dalam Nandawiyah Arofah (2013:15), jenis- jenis pendekatan sosiologi untuk menganalisi karakter tokoh, mengemukakan ada 4

karakter sosiologi yang dilalui, yaitu :

1. Sosiologi berkarakter Afirmasi (merupakan norma yang sudah ada).

2. Sosiologi berkarakter Restorasi (sebagai ungkapan kerinduan pada norma yang sudah usang).

3. Sosiologi berkarakter Negasi (dengan mengadakan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku).

4. Sosiologi berkarakter Inovasi (dengan mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada).

5. Fiksi dalam Kajian Film

Menurut Esten (2000:20) menyatakan bahwa “Ada dua sudut tinjauan dalam mempelajari dan meneliti sebuah hasil sastra. Kedua tinjauan itu adalah tinjauan menurut segi intrinsik dan tinjauan menurut segi ekstrinsik.”

Segi intrinsik ialah segi yang membangun cipta sastra itu dari dalam. Misalnya hal-hal yang berhubungan dengan struktur. Seperti alur (plot), latar, pusat  pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan  pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk ke dalamnya hal hal yang  berhubungan dengan imajinasi dan emosi.

Segi ekstrinsik adalah segi yang mempengaruhi sipta sastra itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan cipta sastra itu. Misalnya faktor-faktor politik,

(25)

ekonomi, sosiologi, sejarah, ilmu jiwa atau pendidikan. Tinjauan ekstrinsik sifatnya hanyalah membantu penelitian dan melengkapi tinjauan yang bersifat intrinsik”

Berikut penulis akan menjabarkan unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam seperti tema dan amanat, alur, perwatakan, latar dan sudut pandang. a. Tema

Sumardjo dan Saini K.M. (1986:56) menyatakan bahwa,”Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tema adalah sesuatu atau ide yang ingin ditampilkan dalam sebuah cerita. Pengarang bukan hanya sekedar menulis untuk bercerita saja, tapi ada suatu pesan yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang ingin disampaikannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini, atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh dalam cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.

Menurut Aminuddin (1984:107-108) dalam Sumardjo dan Saini K.M. (1986:161) menyatakan bahwa, “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema  berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang

diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan  pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya”.

(26)

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa tema adalah ide yang mendasari terciptanya suatu cerita. Peran tema dalam cerita adalah sebagai titik awal pengarang membentuk karya rekaannya. Pengarang menyatakan ide atau temanya dalam unsur cerita.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi tema, tema adalah sesuatu atau ide yang ingin ditampilkan dalam sebuah cerita. Tema adalah ide yang mendasari terciptanya suatu cerita. Pengarang dalam karya yang dibuatnya bukan hanya sekedar menulis untuk bercerita saja, tapi ada pesan yang ingin disampaikan kepada pembacanya.

Upaya pemahaman tema dalam karya fiksi tidaklah mudah. Untuk menganalisis tema, dapat dicari tema minor terlebih dahulu, kemudian tema mayor akan terungkap apabila tema minor telah ditemukan. Berikut adalah penjelasan para ahli tentang tema mayor dan tema minor.

1) Tema Minor

Menurut Pangkarego (2000:40) dalam Arofah (2013:16) menyatakan bahwa,, “Tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian- bagian tertentu cerita”.

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dalam sebuah karya sastra dimana  banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan

yang ditafsirkan dari sebuah karya sastra atau film. 1) Tema Mayor

(27)

Menurut Pangkarego (2000:40) dalam Arofah (2013:16) menyatakan bahwa, “Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar karya umum”.

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema mayor menjadi landasan dasar atau gagasan dalam menungkapkan sebuah isi cerita dari karya sastra atau film.

 b. Alur

Menurut Abrams (1981:137) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan bahwa, “Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh kejadian-kejadian yang dihadirkan oleh para  pelaku atau tokoh dalam suatu cerita sehingga menjadi sebuah cerita.

Menurut Sudjiman (1990) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan bahwa, “Alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat)”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa alur adalah  jalinan peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama untuk menceritakan setiap

detail kejadian dalam setiap peristiwa yang terjadi, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks hingga ke penyelesaian dan akhir cerita.

(28)

Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita. Menurut Aminuddin (1984:94) dalam dalam Siswanto (2008:159) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi alur, alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh kejadian-kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita untuk menceritakan setiap detail kejadian dalam setiap peristiwa yang terjadi, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks hingga ke penyelesaian dan akhir cerita. Tahapan-tahapan  peristiwa dalam suatu cerita terdiri atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks,  peleraian, dan penyelesaian.

c. Latar cerita atau setting

Menurut Abrams (1981:173) dalam Siswanto (2008:159) menyatakan  bahwa, “Latar cerita adalah tempat umum (general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumtances) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa latar cerita adalah tempat yang digambarkan dalam suatu cerita seperti penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, waktu dimana  berlakunya kejadian dalam suatu cerita seperti pekerjaan atau kesibukan sehari-hari  para tokoh, musim atau tahun terjadinya suatu hal pada tokoh, dan kebiasaan

(29)

masyarakat seperti lingkungan agama, moral, social dan hal-hal yang biasanya dilakukan masyarakat dalam lingkungan kehidupan tokoh dalam setiap episode atau  bagian-bagian tempat cerita.

Menurut Aminuddin (1984:62) dalam Siswanto (2008:159) memberi batasan

setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun  peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa setting

adalah tempat, waktu, maupun persitiwa yang memiliki fungsi fisikal dan fungsi  psikologis yang berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa yang sedang berlangsung”.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi latar cerita atau setting, penulis menyimpulkan bahwa latar cerita atau setting adalah tempat yang digambarkan dalam suatu cerita, waktu dimana berlakunya kejadian dalam suatu cerita, dan kebiasaan masyarakat dalam setiap episode atau bagian- bagian tempat cerita.

d. Penokohan

Menurut Sudjiman (1988:23) menyatakan bahwa, “Penyajian watak tokoh dan  penciptaan citra tokoh yang disebut penokohan”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa penokohan adalah salah satu faktor terpenting dalam sebuah cerita fiksi. Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang, hanya pengaranglah yang paling mengenal mereka. Maka tokoh-tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya

(30)

 juga dikenal oleh pembaca. Maka penokohan adalah penyajian watak tokoh dan  penciptaan citra tokoh.

e. Sudut Pandang atauPoint of view

Menurut Sumardjo dan Saini K.M. (1986:161) menyatakan bahwa, “Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang diambil  pengarang untuk melihat suatu cerita”.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwaPoint of view

adalah visi pengarang, yaitu sudut pandang yang diambil pengarang untuk menceritakan suatu cerita. Point of view menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah yang ditulis pengarang. Dalam hal ini menyangkut bagaimanakah kisah tersebut diceritakan.

Sudut pandang oleh Aminuddin (1984:105-107) dalam Siswanto (2008:152) diartikan sebagai cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.

Menurut kesimpulan penulis, kutipan di atas menjelaskan bahwa sudut  pandang adalah bagaimana pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang

dibuatnya. Sudut pandang berisi penentuan pengarang tentang soal siapa yang akan menceritakan kisahnya.

Menurut Harry Shaw dalam Siswanto (2008:152) menyatakan sudut pandang terdiri atas :

(31)

1) Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan ruang yang digunakan  pengarang dalam pendekatan materi cerita.

2) Sudut pandang mental, yaitu perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita

3) Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawa cerita; sebagai orang pertama, kedua, atau ketiga.

Sudut pandang pribadi dibagi atas :

a. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh.

 b. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan.

c. Pengarang menggunakan sudut pandang yang impersonal : ia sama sekali  berdiri di luar cerita.

Kesimpulan menurut penulis dari beberapa pandangan pakar tentang definisi sudut pandang atau point of view di atas adalah bagaimana pengarang menampilkan  para pelaku dalam cerita yang dibuatnya. Sudut pandang berisi penentuan pengarang

tentang soal siapa yang akan menceritakan kisahnya. Dalam hal ini menyangkut  bagaimanakah kisah tersebut diceritakan. Demikianlah yang penulis bahas mengenai

fiksi dalam kajian film yang berisi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam karya sastra.

(32)

Penulis mendapatkan hasil penelitian yang relevan yang penelitiannya sama dengan penelitian penulis, yakni analisis karakter tokoh. Hasil penelitian yang relevan tentang analisis tokoh dilakukan oleh Nandawiyah Arofah (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta Persatuan Guru Republik Indonesia, tahun 2013), dalam skripsi yang berjudul “Analisis karakter tokoh utama dan bawahan dalam film “Life of Pi” karya Yann Matel”. Tujuan penelitian saudari Nandawiyah Arofah ini adalah untuk menganalisa karakter tokoh utama dan bawahan dalam film “Life of Pi” karya Yann Matel dilihat dari segi pendekatan sosiologi analisis sastra untuk mengungkapkan karakter. Di dalam karyanya penulis berharap agar pembaca dapat mengambil sisi positifnya dari setiap karakter yang diperankan oleh tokoh dalam cerita tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dan hasil  penelitiannya adalah “Perjalanan seseorang dalam keadaan sulit, tapi karena kesabaran dan kegigihan untuk terus melanjutkan hidup, dalam keadaan sesulit apapun pasti ada jalan keluarnya”.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka penulis menyusun kerangka berfikir sebagai berikut :

Satra dan manusia sangat erat hubungannya karena keberadaan sastra sering  bermula dari permasalahan serta persoalan dengan daya imajinasi yang tinggi. Pengarang menuangkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya ke dalam ide-ide

(33)

mereka kemudian mengubahnya menjadi karya sastra. Melalui karya sastra, kita dapat melihat pengalaman hidup tokoh-tokoh cerita imajinatif dan dapat menumbuhkan emosi manusia seperti rasa haru, kasihan, simpati, bahagia, kesal, marah, dll. Dengan menonton karya sastra, penonton dibawa terbang mengembara oleh imajinasi pengarang yang menyuguhkan kisah mengenai kehidupan manusia, masyarakat, dan alam lingkungannya pada suatu tempat dan jaman dengan pesona sastra yang memikat sehingga penonton terhibur dan memperoleh pengalaman bathin dari cerita yang diberikan pengarang.

Dalam mengkaji film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines ini, penulis meninjau salah satu elemen yang tergabung dalam unsur intrinsik, yaitu karakter. Di dalam sebuah film, unsur tersebut sangat berperan dalam pembentukkan struktur sebuah film. Tidak ada sebuah film tanpa karakter-karakter yang dihadirkan. Begitu  pula seorang tokoh pasti memiliki karakter, karena melalui karakter kepribadian yang tampil akan terbentuk sehingga membuat kekhasan yang ideal bagi tokoh tersebut. Dengan demikian, karakter mutlak harus muncul dalam sebuah cerita.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story“  menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra sebagai landasannya. Melalui klasifikasi dari pendekatan sosiologi analisis sastra dapat diketahui bahwa jenis-jenis pendekatan sosiologi dalam menganalisis karakter tokoh dapat dikemukakan dalam 4 cara, yaitu : sosiologi berkarakter Afirmasi (merupakan norma yang sudah ada), sosiologi berkarakter Restorasi (sebagai ungkapan kerinduan

(34)

 pada norma yang sudah usang), sosiologi berkarakter Negasi (dengan mengadakan  pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku), sosiologi berkarakter Inovasi

(dengan mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada).

Dengan berpedoman pada konsep-konsep di atas, dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra, besar harapan  penulis semoga pembaca dan penonton dapat mengambil sisi positifnya dari setiap

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan alat bedah yang dimanfaatkan oleh peneliti dalam menganalisa sebuah karya sastra dengan mendekatkan pada teori para ahli agar suatu penelitian menjadi lebih khusus dan lebih mendalam.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara empiris. Atar Semi (1990:27) mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih sesuai untuk penelitian hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah kultur dan nilai-nilai, seperti sastra. Dikatakan penelitian sastra lebih sesuai dengan  penelitian kualitatif adalah bahwa sastra merupakan suatu bentuk karya kreatif,yang  bentuknya senantiasa berubah dan tidak tetap (einmalig), yang harus diberikan

interpretasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Atar Semi (1990:24) mengatakan bahwa penelitian yang deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Data  pada umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memoranda, atau

(36)

catat-catatan resmi lainnya. Dalam penelitian kualitatif pelaporan dengan bahasa verbal yang cermat amat dipentingkan karena semua interpretasi dan simpulan-simpulan yang diambil disampaikan secara verbal. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa system tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya penting, dan semuanya mempunyai pengaruh dan kaitan dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala macam sistem tanda (semiotik) mungkin akan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang  berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya. Bila hendak dikaji

atau diteliti, maka yang harus dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun karya tersebut seperti tema,alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspekyang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis, pembaca, atau lingkungan sosial budaya harus dikesampingkan, karena ia tidak punya kaitan langsung dengan struktur karya tersebut (Atar Semi, 1990:67). Dalam penelitian ini, yang akan peneliti kaji adalah aspek penokohan.

(37)

Dalam analisis pendekatan struktural, menurut Menurut Atar Semi (1990:67)  pendekatan struktural mempunyai konsepsi dan kriteria sebagai berikut :

1. Karya sastra dipandang dan diperlakukan sebagai sebuah sosok yang berdiri sendiri, yang mempunyai dunianya sendiri, mempunyai rangka dan bentuknya sendiri.

2. Memberi penilaian terhadap keserasian atau keharmonisan semua komponen membentuk keseluruhan struktur. Mutu karya sastra ditentukan oleh kemampuan penulis menjalin hubungan antarkomponen tersebut sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik.

3. Memberikan penilaian terhadap keberhasilan penulis menjalin hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan isi dan bentuk merupakan hal yang amat penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra.

4. Walaupun memberikan perhatian istimewa terhadap jalinan hubungan antara isi dan bentuk, namun pendekatan ini menghendaki adanya analisis objektif sehingga perlu dikaji atau diteliti setiap unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

5. Pendekatan struktural berusaha berlaku adil terhadap karya sastra dengan  jalan hanya menganalisis karya satra tanpa mengikutsertakan hal-hal yang  berada di luarnya.

6. Yang dimaksudkan dengan isi dalam kajian struktural adalah persoalan,  pemikiran, falsafah, cerita, pusat pengisahan, tema, sedangkan yang

(38)

dimaksudkan dengan bentuk adalah alur (plot), bahasa, sistem penulisan, dan  perangkatan perwajahan sebagai karya tulis.

7. Peneliti boleh melakukan analisis komponen yang diingininya.

Dalam teknik penelitian ini, karena penulis menggunakan objek penelitian yang  bersumber pada film, maka dalam kegiatan ini penulis menggunakan penelitian  perpustakaan ataulibrary research,yakni penelitian yang dilakukan di dalam ruangan kerja dan perpustakaan. Biasanya peneliti memperoleh data dan informasi tentang obyek penelitian baik lewat buku yang berkaitan, kutipan dari para ahli satra, dan referensi lainnya yang relevan di perpustakaan Uni versitas Indraprasta PGRI.

C. Fokus dan Subfokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah analisis karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, yaitu seorang guru laki-laki yang sangat inovatif, kreatif, bersemangat dan menginspirasi para siswanya. Ia mengajar di Inner Harlem Elementary School, New York. Ia berhasil menuntun sekolah dasar tersebut menjadi sekolah dengan nilai kelulusan yang memuaskan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif deskriptif, yang menjadi alat pengumpul data utama adalah penulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah pendekatan sosiologi analisis sastra. Penulis mengelompokkan

(39)

instrumen analisis karakter pada tokoh utama dengan menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra yang terdiri dari empat jenis, yaitu: sosiologi berkarakter afirmasi, sosiologi berkarakter restorasi, sosiologi berkarakter negasi, dan sosiologi  berkarakter inovasi. Peneliti akan paparkan seperti tabel di bawah ini.

Tabulasi pendekatan sosiologi analisis sastra

Sosiologi afirmasi, sosiologi restorasi, sosiologi negasi, dan sosiologi inoviasi dari tokoh utama mengacu pada analisis karakter, dari semua yang dipaparkan tersebut akan berdampak terhadap sosiologi, karena secara tidak langsung tokoh utama berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain yang berhubungan dengan pendekatan sosiologi analisis sastra. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan sosiologi analisis sastra untuk menganalisis karakter tokoh utama dalam penelitian ini.

E. Teknik Pencatatan Data

No.

Pernyataan karakter

tokoh utama

Jenis-jenis pendekatan sosiologi analisis sastra Sosiologi berkarakter afirmasi Sosiologi berkarakter restorasi Sosiologi berkarakter negasi Sosiologi berkarakter inovasi

(40)

Dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah analisis sebagai  berikut:

1. Membaca sekenario film secara berulang-ulang, sehingga penulis dapat memahami isi film ““The Ron Clark Story” karya Randa Haines.

2. Menonton dengan teliti film film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines dengan cermat dan berulang-ulang kemudian mencatat adegan demi adegan demi memberi tanda pada skenario yang terdapat sosiologinya seperti : sosiologi afirmasi, sosiologi restorasi, sosiologi negasi, dan sosiologi inova si. 3. Mencatat hasil penandaan yang penulis lakukan di atas kertas kemudian

menganalisisnya.

4. Membandingkan antara hasil penandaan yang telah penulis lakukan dangan teori sebagai rujukan yang digunakan dalam menganalisis karakter tokoh utama.

5. Menarik kesimpulan dalam merumuskan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang di timbul di dalam perumusan masalah karakter tokoh utama dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines.

6. Mendeskripsikan jenis karakter tokoh utama dan bawahan seperti terpapar dalam cerita yang ada di dalam film.

7. Membuat simpulan akhir dari penelitian yang sudah dilakukan. 8. Menyusun hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

(41)

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu deskripsi eksploratif dan deskripsi analitis. Deskripsi eksploratif digunakan dalam tahap menonton film secara intensitif untuk menjaring data yang dibutuhkan secara deskriptif serta digunakan dalam pengkajian, mengekspresikan dan mensistematikan data yang telah dijaring. Sementara, teknik deskripsi analitis ini juga digunakan untuk melihat hubungan antara unsur intrinsik film dengan unsur ekstinsik tertentu, yang pada awalnya menurut pemahaman atau insting penelitian, dapat membantu penjelasan dan  pemberian makna.

Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang terdapat dalam film “The Ron Clark Story” karya Randa Haines adalah sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa film dan judul skripsi tidak sama dengan analisis mahasiswa lain.

2. Mengajukan judul skripsi kepada ketua prodi untuk diperiksa dan disetujui. 3. Menjamin kalau hasil analisis adalah hasil karya sendiri.

4. Mencari data-data dari sumber yang terpercaya untuk menganalisis film.

5. Menonton film tersebut berulang-ulang dan mencatat data yang diperlukan sesuai dengan judul skripsi.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Informasi Penelitian

1. Biografi Sutradara Film “The Ron Clark Story”

Sutradara film “The Ron Clark Story” adalah Randa Haines. Randa Haines adalah seorang wanita kelahiran 20 Februari 1945 di Los Angeles, California, tetapi dibesarkan di New York. Ia adalah seorang sutradara dan produser film terkenal. Randa Haines bersekolah di School of Visual Arts, New York. Dia sempat belajar acting dengan Lee Strasberg sebelum mendapat pekerjaan sebagai supervisor naskah untuk sebuah perusahaan produksi New York pada pertengahan 1960-an. Dalam  perjalanan karirnya, Randa Haines memenangkan beberapa penghargaan seperti piala

oscar, Silver Bear di Festival Film 37 Berlin International, serta penghargaan Directors Guild of America.

2. Sinopsis

“The Ron Clark Story” adalah film yang bersumber dari sebuah kisah nyata seorang guru di Amerika Serikat yang kemudian diadaptasikan menjadi film. Tokoh utama dalam film ini adalah Ron Clark, seorang guru yang sangat inovatif, kreatif dan bersemangat. Dia adalah seorang guru yang sangat menginspirasi siswanya. Ron Clark atau Mr. Clark semula menjadi guru di Snowden Elementary school di Aurora,  North California pada tahun 1994. Mr. Clark menjadi guru di sana selama 4 tahun,

(43)

dan membuat sekolah dasar tersebut menjadi sekolah dengan nilai kelulusan yang memuaskan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berpindah ke luar kota, yakni  New York. Sebenarnya keluarga dan guru di sekolah tersebut menyesalkan

kepindahan Mr. Clark, tetapi semuanya sudah menjadi keputusan Mr. Clark.

Sesampainya Mr. Clark di New York, ia segera mencari sekolah umum untuk dapat mengajar di sana. Dalam usahanya menjadi guru di New York, ia sempat ditolak, namun akhirnya dia menemukan sekolah barunya yaitu Inner Harlem Elementary School. Ia diterima di sekolah tersebut tepat ketika ada seorang guru yang mengundurkan diri. Selanjutnya ia diajak Mr. Turner, sang kepala sekolah Inner Harlem Elementary School untuk berkeliling sekolah dan ditunjukkan kelas yang akan Mr. Clark ajar. Sebelum ia mengajar kelasnya, terlebih dahulu dia mengunjungi rumah dan orang tua masing-masing siswanya. Saat mengunjungi siswanya ia menemukan berbagai kondisi dan latar belakang yang sangat berbeda.

Ketika Mr. Clark masuk ke kelasnya untuk pertama kalinya, dia melihat kondisi yang begitu kacau. Mereka begitu acuh terhadap gurunya dan sama sekali tidak menghargainya. Mr. Clark mencoba untuk menyesuaikan dengan kondisi siswanya yang mendapat label “kelas yang tidak diinginkan”. Dia selanjutnya menerapkan beberapa aturan dalam kelasnya dan peraturan yang pertama kali dibuat adalah menjadikan kelas tersebut sebagai keluarga. Mr Clark sangat menekankan keberadaan mereka sebagai sebuah keluarga yang harus saling membantu, menghargai dan menyayangi.

(44)

Selama masa-masa awal mengajar, Mr. Clark mengalami berbagai macam kendala yang justru kebanyakan didatangkan oleh para siswanya sendiri. Mulai dari kebiasaan mereka yang tidak menghargai kawan maupun gurunya, berkelahi, dan kenakalan-kenakalan lain. Selain itu, muncul juga masalah dari Mr. Turner yang merupakan kepala sekolah di SD tersebut. Mr. Turner hanya berorientasi pada nilai dan kelulusan seluruh siswanya, sehingga ia kurang percaya dengan metode yang dilakukan oleh Mr. Clark dan terus menuntut agar seluruh siswanya lulus.

Dalam mengajar siswanya Mr. Clark menggunakan metode-metode yang lain daripada yang lain. Dia menggunakan metode yang disukai dan dapat membuat siswanya merasa nyaman dan senang selama proses pembelajaran. Dia mencoba mendalami siswa siswanya yang memiliki masalah satu per satu kemudian dia  berusaha menanganinya. Dia rela mengorbankan waktunya untuk membantu

siswanya agar dapat belajar dan menjadi lebih baik lagi.

Mr. Clark adalah seorang guru yang dapat melihat potensi-potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh para siswanya dengan baik. Bahkan kini ia dapat membuat siswa-siswanya mulai untuk mencintainya. Dia bekerja keras untuk membuat para siswanya dapat belajar dengan baik. Dia meluangkan waktunya untuk memberikan pelajaran tambahan bagi para siswanya secara privat.

Pada hari dimana hasil ujian nasional telah diperoleh, Mr. Clark mengundang orang tua siswa guna menyaksikan pengumuman nilai dari putra-putrinya. Di tengah-tengah acara itu, Mr. Turner tiba-tiba masuk dan memberikan surat pengumuman. Isi dari surat tersebut adalah memberitahukan bahwa nilai dari salah satu siswanya

(45)

merupakan nilai tertingggi dalam ujian nasional, bahkan nilai rata-rata kelas itu yang terbaik dan mengalahkan nilai rata-rata kelas unggulan. Mr. Clark memang bukanlah sekadar guru dalam artian tradisional, ia memandang profesinya sebagai sebuah  panggilan hidup. Pada akhirnya siswa siswa Mr. Clark melanjutkan ke beberapa

sekolah sekolah lanjutan terbaik di kota New York.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Berdasarkan deskripsi temuan penelitian, maka karakter tokoh utama apabila dikaji dari pendekatan sosiologi analisis sastra adalah sebagai be rikut :

1. Sosiologi berkarakter Afirmasi

Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 23 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut  pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh

utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 23 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi :

1. Mr. Clark bekerjasama dengan orang tua siswa membantu mengerjakan PR siswanya

 Mr. Clark : ”I was just saying you can help out by working with Julio every night on his homework.”

Student’s parent : “Sure. Okay.”

 Mr Clark : “Together, we can get him excited about learning.”

(The Ron Clark Story:00:12:27)

(46)

Pernyataan Mr.Clark dan orang tua siswa diatas termasuk kedalam jenis  pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada, bahwa Mr.Clark dan salah satu orang tua siswanya, yakni orang tua Julio bersama-sama membantu Julio untuk dapat mengerjakan pekerjaan rumahnya setiap malam dan menumbuhkan semangat belajar Julio. Guru dan orang tua murid memang harus bekerja sama, saling membantu dalam mendidik sang anak didik demi tercapainya tujuan yang sama.

2. Mr. Clark memberikan siswanya peraturan kelas

 Mr. Clark : ” Before we start today, I would like to go over 3 rules for this class. If you follow them, we will all have a lot of fun. If you do not follow

them, there will be consequences.”

(The Ron Clark Story:00:21:47)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark memberikan siswanya peraturan kelas diatas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter afirmasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark melakukan norma yang sudah ada, bahwa Mr.Clark memberikan peraturan- peraturan di dalam kelas selama proses belajar mengajar. Peraturan-peraturan tersebut tidak boleh dilanggar, jika dilanggar maka Mr.Clark akan memberikan hukuman, tetapi jika muridnya mengikuti dan menjalankan aturan-aturan tersebut, maka Mr.Clark akan memberikan hadiah.

(47)

Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 4 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut  pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 4 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter restorasi :

1. Mr. Clark merindukan situasi sekolah yang menarik

 Mr Clark : “You know, school’s supposed to be exciting”.

(The Ron Clark Story:00:20:23)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark  merindukan situasi sekolah yang menarik diatas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut  pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh

utama yakni Mr.Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Menurutnya, sampai saat itu di SD Harlem ia belum mendapatkan situasi kelas dan sekolah yang menyenangkan seperti ditempat mengajarnya dulu di Snowden Elementary school. Ia rindu situasi-situasi belajar yang menyenangkan seperti di sekolah tempat mengajarnya dulu. Ia sangat ingin situasi belajar yang menyenangkan  juga ia rasakan di SD Harlem.

2. Mr. Clark terjatuh karena sakit dan muridnya mengira ia hanya bercanda sebagaimana biasanya

(48)

 Mr. Clark : ”So,let’s go over our science topics from last week. Who knows those ?”

 Badriyah (Student) : “Magnetism, chemical reactions, and gravity.”  Mr Clark :”Ok, good.Gravity. Gravity is important because…”

 Julio (Student) : “Ok,we get it,Mr Clark. Gravity makes you fall down.” Shammeika (Student) :”Is he kidding ?”

 Julio (Student) : “Always joking.”

Shammeika (Student): “Mr. Clark? He is not kidding!.”  Badriyah (Student) :”Mr.Clark. I hope he is allright.”

(The Ron Clark Story:01:02:50)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark dan muridnya di atas termasuk kedalam jenis  pendekatan sosiologi berkarakter restorasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter restorasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh pendukung yaitu murid dari Mr. Clark merasakan kerinduan pada norma yang sudah usang. Pada saat itu Mr.Clark  jatuh ketika pada pelajaran gravitasi. Murid mengira bahwa Mr. Clark bercanda jatuh untuk mencontohkan gravitasi sebagaimana biasanya cara Mr.Clark dalam mengajar diselipkan dengan canda-candaan. Tetapi pada saat itu ia tidak bercanda, ia benar- benar jatuh, karena pada pelajaran gravitasi tersebut Mr. Clark sebenarnya memang

sedang sakit, tapi ia tetap memaksa untuk datang mengajar.

3. Sosiologi berkarakter Negasi

Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 16 temuan data yang termasuk ke dalam pendekatan sosiologi berkarakter negasi. Menurut  pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh

(49)

 berlaku. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 16 temuan data yang termasuk kedalam  pendekatan sosiologi berkarakter negasi :

1. Mr. Clark ingin hijrah ke kota besar.

 Mr. Clark :”I love it here, but I’ve got to move on, mom, before they use that

 parking space for my grave. New York public schools are desperate for good

teachers. The newspaper says they’re beggin’ for them. Dad, every year, I tell

my students to go for what they want in life. Dream big. Take risks. It’s time I  started living up to my own words. I’m gonna miss you guys, but I gotta do.”

 Mr. Clark ’s mom : “We understand, sweetie. Good -bye.”

(The Ron Clark Story:00:03:00)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark di atas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi  berkarakter negasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark melakukan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku. Ia berfikir ia harus hijrah. Ia tidak bisa hanya tinggal di desanya dengan karir yang hanya sebatas di Snowden Elementary school. Ia ingin hijrah ke New York dan memulai karirnya yang baru di kota itu. Ia ingin menghidupkan mimpinya seperti yang selalu ia katakan kepada murid-muridnya, yakni bercita-cita yang tinggi, ambil resiko, dan lakukan apa yang ingin diraih di hidupnya. Dan pada akhirnya, Mr.Clark hijrah ke New York dan melamar sebagai guru di kota itu.

2. Mr. Clark berselisih pendapat dengan kepala sekolah, Mr.Turner, yang hanya berorientasi kepada nilai.

 Mr.Turner : “These kids are at the bottom of the barrel.”  Mr.Clark : “Don’t talk about them like that.”

(50)

 Mr.Turner : “Now all I’m asking is for your students to pass.”  Mr.Clark : “Oh, every one of my students will pass.”

 Mr.Turner : “This community judges us by scores. Government funding  judges us by scores. People who give me scores, they get my respect.”

 Mr.Clark : “Okay, good, in May, they’ll all test at grade level. Oh, I’m sorry,

did I say grade level ?. I meant above gradelevel.”

(The Ron Clark Story:00:43:24)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark di atas yang berselisih pendapat dengan kepala sekolah, Mr.Turner, termasuk ke dalam jenis pendekatan sosiologi berkarakter negasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter negasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark melakukan pemberontakan terhadap norma yang sedang  berlaku. Mr.Clark tidak terima jika kepala sekolah menilai murid-muridnya sebelah mata. Kepala sekolah menilai murid Mr.Clark hanya dari nilai rendah yang mereka raih. Dan agar Mr.Turner tidak menyepelekan muridnya lagi, Mr.Clark berkata jika semua muridnya akan lulus dan mendapat nilai di atas rata-rata.

4. Sosiologi berkarakter Inovasi

Berdasarkan penelitian film “The Ron Clark Story”, terdapat 17 temuan data yang termasuk kedalam pendekatan sosiologi berkarakter inovasi. Menurut  pendekatan sosiologi berkarakter inovasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yakni Mr.Clark mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada. Berikut 2 deskripsi analisis data dari 17 temuan data yang termasuk kedalam  pendekatan sosiologi berkarakter inovasi :

(51)

1. Mr. Clark menemui seluruh orang tua muridnya untuk melakukan pendekatan sebelum mengajar.

 Mr.Clark : “I'm gonna start meeting my kids tomorrow”.

 Maurice : “Uh, you might want to hold on to this. It may be your last meal”.  Mr.Clark : “Nah. They’re gonna love me. I like to meet all the parents,  Ms.Vazquez, before I start teaching.”

(The Ron Clark Story:00:12:03)

Pembahasan :

Pernyataan Mr.Clark di atas termasuk kedalam jenis pendekatan sosiologi  berkarakter inovasi. Menurut pendekatan sosiologi berkarakter inovasi, dapat dijelaskan bahwa gambaran tokoh utama yaitu Mr. Clark mengadakan pembaharuan terhadap norma yang sudah ada. Setelah diterima mengajar di SD Harlem New York, Mr. Clark melakukan pendekatan dengan orang tua murid sebelum memulai mengajar. Hal seperti ini adalah sesuatu yang baru dan jarang dilakukan oleh guru. Hal yang dilakukan Mr.Clark ini sangat baik, karena guru terlebih dahulu melakukan  pendekatan kepada orang tua murid, sehingga orang tua dan guru bisa bekerjasama

untuk membantu kesulitan yang mungkin dialami murid dalam belajar.

2. Mr. Clark berhasil membawa muridnya menjadi kelas dengan nilai ujian tertinggi

 Mr.Turner : “I’m sorry to interrupt your end of the year party, Mr.Clark. But  I just received a fax from the board of education, informing me of the results of the state exam. I felt it was important to give you the score my self. These are probably not the scores you expected. This class, this sixth grade class, tested higher than any other class. You even tested higher than the honors

class. Congratulations. Congratulations, Mr.Clark”.  Mr.Clark : “Thank you. Very impressive”.

Gambar

Diagram 1. Hasil penelitian tentang sosiologi berkarakter.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Ron Clark film Story, penulis menemukan bahwa data didominasi oleh ketidaksopanan dari posisi sosial yang rendah kepada yang lebih tinggi.. Semua jarak sosial

Sedangkan karakter tokoh utama novel Cinta Brontosaurus secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tokoh utama memiliki karakter yang tidak memerhatikan penampilan, sok

tokoh utama yang terdapat di dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, karakter religius banyak ditemukan dan dapat diperankan dengan baik. Karakter religius juga

ANALISIS NARATIF KARAKTER PEREMPUAN MELALUI TOKOH KATNISS DALAM FILM THE HUNGER GAMES

Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang karakter utama dari novel David Copperfield karya Charles Dickens. Penulis memilih untuk menganalisis karakter utama,

Judul penelitian ini adalah "Analisis Perbandingan Karakter Tokoh Utama Pada Film Cry Me A Sad River karya Luo Luo dan film My Little Baby, Jaya karya

Penelitian ini berfokus pada kompetensi guru dan pesan moral yang terdapat di dalam film “The Ron Clark Story”. Dari fokus tersebut dibagi menjadi dua subfokus dari

menyatakan bahwa Tugas Akhir (Skripsi) berjudul : “ Kostum dalam Membangun Karakter Tokoh pada Film Soekarno ”, adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan