• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh tugas mutu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "contoh tugas mutu"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Midwiferysite

Midwiferysite

Sabtu, 07 Agustus 2010

Sabtu, 07 Agustus 2010

Menilai Mutu Pelayanan Kebidanan

Menilai Mutu Pelayanan Kebidanan

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI

WAWANCARA WAWANCARA

PENGERTIAN PENGERTIAN

Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan individu Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan pengertian dengan lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan pengertian dengan menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan lain (menurut M. Greenhil). menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan lain (menurut M. Greenhil). Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang terdiri Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita wawancarai, dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.

ada masalah yang perlu dipecahkan.

Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari klien/keluarga/masyarakat. pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan masalah serta membantu klien Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan kreativitas Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan kreativitas untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya bermacam-macam tujuan untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya bermacam-macam tujuan (menurut B.W. Spardly).

(menurut B.W. Spardly).

Yang dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan gerakan/tindakan Yang dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan gerakan/tindakan dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan dorongan/kemauan/ide untuk  dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan dorongan/kemauan/ide untuk  bertindak menuju kemajuan.

bertindak menuju kemajuan.

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-data Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa komponen. tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa komponen.

Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.

dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.

Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut: Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut: 1.

(2)
(3)

2. 2. MasalahMasalah 3. 3. SaluranSaluran 4. 4. PenerimaPenerima 5. 5. TempatTempat TUJUAN WAWANCARA TUJUAN WAWANCARA

Mampu memahami perilaku orang lain Mampu memahami perilaku orang lain

Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah.

kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju

Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju

Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.

terhadap anjuran kita.

Memahami perlunya memberi pujian Memahami perlunya memberi pujian

Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.

masalahnya sendiri.

Menciptakan hubungan personal yang baik  Menciptakan hubungan personal yang baik 

Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.

diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu

Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan  jawaban

 jawaban panjang apanjang ataupun bertaupun berupa uraianupa uraian.. Untuk menentukan suatu kesanggupan Untuk menentukan suatu kesanggupan

Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.

kesanggupannya.

Mendorong untuk bertindak  Mendorong untuk bertindak 

Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan. Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan. Memberi nasihat

Memberi nasihat

Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada klien/keluarga/masyarakat.

klien/keluarga/masyarakat. PROSES WAWANCARA

(4)

Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:

komponen tersebut adalah:

Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah). Dengan Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah). Dengan

kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah. kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.

Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat memcahkannya Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara lain diam, cemberut, sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.

dirasakan dan reaksi yang kita lihat. Saluran (

Saluran (channelchannel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang dilalui oleh): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:

suara. Adapun alat itu adalah: Mata (penglihatan)

Mata (penglihatan)

Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak wajar. mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak wajar. Telinga

Telinga

Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar apa yang Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah supaya klien diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah supaya klien merasa puas.

merasa puas.

MENJADI PENDENGAR YANG BAIK MENJADI PENDENGAR YANG BAIK

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:

menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari: Pengertian mendengarkan

Pengertian mendengarkan

Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran sehingga Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat (menurut Drs. dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat (menurut Drs. Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.

yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.

Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan seseorang. Salah Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan memberikan perhatian satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan memberikan perhatian dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan SRN).

dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan SRN). Tujuan mendengarkan

Tujuan mendengarkan

Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah: Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah:

(5)

Menyenangkan hati klien Menyenangkan hati klien

Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain Memberikan rasa puas pada klien

Memberikan rasa puas pada klien

Memberikan rasa aman pada pembicara Memberikan rasa aman pada pembicara Menunjukkan rasa saling percaya

Menunjukkan rasa saling percaya Menghargai pembicaraan

Menghargai pembicaraan

Teknik menjadi pendengar yang baik  Teknik menjadi pendengar yang baik 

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara menjadi pendengar yang baik adalah:

menjadi pendengar yang baik adalah: Kesiapan mendengarkan

Kesiapan mendengarkan

Partisipasi dalam proses mendengarkan Partisipasi dalam proses mendengarkan Menekankan pemahaman bukan mengkritik  Menekankan pemahaman bukan mengkritik  Mengendalikan emosi

Mengendalikan emosi

Menangkap ide pokok pembicaraan Menangkap ide pokok pembicaraan Tunjukkan sikap terbuka

Tunjukkan sikap terbuka Kontak mata yang baik  Kontak mata yang baik  Posisi sejajar dengan klien Posisi sejajar dengan klien Gunakan sentuhan

Gunakan sentuhan Peliharalah rasa humor Peliharalah rasa humor Gunakan pertanyaan terbuka Gunakan pertanyaan terbuka Gunakan teknik terarah Gunakan teknik terarah

Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik  Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik 

Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa empati, tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa empati, cepat tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil suatu cepat tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil suatu tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki pendengaran yang tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki pendengaran yang tajam.

tajam.

TEKNIK WAWANCARA TEKNIK WAWANCARA

Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui cara atau Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:

(6)

Inisiatif 

Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:

Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya. Mengemukakan pendapatnya.

Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.

Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.

Pendekatan tidak langsung

Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya. Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat lingkaran tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk agar kita sampai ditengah-tengah lingkaran.

Pertanyaan terbuka

Teknik yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengutarakan masalah yang dihadapinya. Pertanyaan terbuka sebagai cara pendekatan yang baik dan penting setiap wawancara karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang panjang dan banyak dapat menggali pendapat klien.

Penggunaan aktivitas verbal

Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.

Wawancara spontan

Dengan suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana sehungga klien tidak  merasa malu atau canggung menghilangkan kesenjangan.

Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara

Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu klien bicara.

(7)

Pada waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: Faktor penunjang

Dilihat dari klien

Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.

Dilihat dari pewawancara

Berhasil tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang dibutuhkan adalah: Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat menggali

seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal.

Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati tetapi tegas.

Pengetahuan. Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat mencerna isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap pembicaraan klien.

Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.

Faktor penghambat

Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:

Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap pembicaraan. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien/keluarga/masyarakat.

Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.

Alimulhidayat, Aziz. 2007.  Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisa Data hal.100. Jakarta: Salemba Medika.

(8)

Asih, N.L.G.Y. 1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat hal. 31-77 . Jakarta: EGC.

Dr. Widyastuti, W MSc (PH). 2002. Pendekatan Kemasyarakatan hal. 43. Jakarta: DepKes RI

Materi

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kebidanan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amiruddin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

 Kompetensi Teknis (Technical competence)  Akses terhadap pelayanan (Access to service)  Efektivitas (Effectiveness)

 Efisiensi (Efficiency)  Kontinuitas (Continuity)  Keamanan (Safety)

 Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)  Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu : Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi

kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien

(9)

Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien Bagi penyandang dana, mutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran

pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan ( health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak  sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien.

b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddin (2007) dalam melakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

(10)

Struktur = input

Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

o Jumlah, besarnya input

o Mutu struktur atau mutu input o Besarnya anggaran atau biaya o Kewajaran

Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan

penanganan kasus.

Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

o Relevan tidaknya proses itu bagi klien o Fleksibilitas dan efektifitas

o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

Outcomes

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act " ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

(11)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis.

Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan. PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan ( Plan )

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan .

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

Judul rencana kerja (topic),

Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi ( problem statement ), Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal,

objective, and target ),

Kegiatan yang akan dilakukan (activities),

Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

Biaya yang diperlukan (budget),

(12)

PELAKSANAAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

BERDASARKAN KONSEP Plan, Do, Cek, Action (PDCA)

1. Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah : Kompetensi Teknis (Technical competence)

Akses terhadap pelayanan (Access to service)

Efektivitas (Effectiveness)

Efisiensi (Efficiency)

Kontinuitas (Continuity)

Keamanan (Safety)

Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien

c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

(13)

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien

Pembatasan pada upayan yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

a. Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

Struktur = input

Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : Jumlah, besarnya input

(14)

Besarnya anggaran atau biaya Kewajaran

b. Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan

penanganan kasus.

Baik tidaknya proses dapat diukur dari : Relevan tidaknya proses itu bagi klien Fleksibilitas dan efektifitas

Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

Outcomes

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien 2. Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act " ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak  pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus

(15)

PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik  mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic),

b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi ( problem statement ),

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target ),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),

e.Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

f. Biaya yang diperlukan (budget),

g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

(16)

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf  terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif ) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik 

c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni

a. Lembaran pemeriksaan (check list )

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

Tetapkan jangka waktu pengamatan Lakukan perhitungan penyimpangan

(17)

b. Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalah suatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrol dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum Tentukan prosentase penyimpangan

Buat grafik penyimpangan Nilai grafik 

4. Perbaikan ( Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

BERDASARKAN KONSEP PLAN. DO, CEK, ACTION (PDCA) ( Tentang Pemeriksaan)

Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Menggunakan Siklus PDCA Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah : Kompetensi Teknis (Technical competence)

Akses terhadap pelayanan (Access to service)

Efektivitas (Effectiveness)

(18)

Kontinuitas(Continuity)

Keamanan (Safety)

Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

Kenyamanan (Amenities)

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu: Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi

kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien

Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran

pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

(19)

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien

Pembatasan pada upaya yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddin (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

Struktur = input

Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : Jumlah, besarnya input

Mutu struktur atau mutu input Besarnya anggaran atau biaya Kewajaran

b.Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan

penanganan kasus.

Baik tidaknya proses dapat diukur dari : Relevan tidaknya proses itu bagi klien Fleksibilitas dan efektifitas

Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

(20)

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan,  Do, Check, Act " ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses

pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu: Perencanaan/Plan

Pelaksanaan/Do Pemeriksaan/Check 

(21)

Perbaikan/Action

Pemeriksaan ( Check ) Berdasarkan PDCA

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk  mengetahui :

Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik  Apakah sumber daya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni

Lembaran pemeriksaan (check list )

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik  setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati Tetapkan jangka waktu pengamatan

Lakukan perhitungan penyimpangan Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah : Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum

Tentukan prosentase penyimpangan Buat grafik penyimpangan

Nilai grafik 

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN BERDASARKAN PLAN, DOC, CEK, ACTION

(ACTION/ PERBAIKAN) Penilaian Mutu

(22)

Mutu pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006). Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

Kompetensi Teknis (Technical competence)

Akses terhadap pelayanan (Access to service)

Efektivitas (Effectiveness)

Efisiensi (Efficiency)

Kontinuitas(Continuity)

Keamanan (Safety)

Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam

pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan

keramahtamahan petugas terhadap klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan ( health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan

(23)

kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam

menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak  sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien

b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam Melakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

a. Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

Struktur = input

Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : Jumlah, besarnya input

Mutu struktur atau mutu input Besarnya anggaran atau biaya Kewajaran

(24)

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan

penanganan kasus.

Baik tidaknya proses dapat diukur dari : Relevan tidaknya proses itu bagi klien Fleksibilitas dan efektifitas

Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

c. Outcomes

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act " ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap

sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan. PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang

(25)

dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Dimensi PDCA

Dengan pendekatan PDCA ini perumusan wewenang dan tanggungjawab lebih mudah dilakukan. Setiap level akan memiliki wewenang dan tanggungjawab yang sesuai dengan kedudukan sehingga beban tanggungjawab benar-benar sesuai dengan tingkatan level kedudukan unit organisasi. Tentunya semakin tinggi level unit tersebut dalam organisasi maka komposisi dari Plan dan Check akan lebih banyak dibandingkan level di bawah. Level Top Management, fungsi Plan akan lebih besar dibandingkan fungsi lainnya. Level Midle Management, fungsi Plan akan lebih sedikit dibandingkan dengan Top Management. Sebaliknya, level Midle Management fungsi Do akan lebih banyak dibandingkan level Top Management. Demikian pula di level Lower

Management fungsi Do lebih besar dibandingkan dengan kedua level diatasnya, dan seterusnya.

Perlu diperhatikan, ketika mendisain wewenang dan tanggungjawab itu perlu meletakan dasar berpijak dari sebuah wewenang dan tanggungjawab secara jelas. Dasar pijakan dari sebuah jabatan antara lain bahwa setiap kegiatan yang dilakukan memiliki tanggungjawab, setiap kegiatan yang dilakukan dibatasi oleh kewenangan, Setiap kegiatan diuraikan dalam bentuk tugas-tugas, setiap hasil kegiatan yang dilakukan secara periodik harus dipertanggungjawabkan. Bertolak dari dasar pijakan tersebut maka rumusan level atau tingkatan pertanggungjawabanya menjadi sangat jelas.

Implementasi konsep PDCA

Konsep PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada implementasinya akan membangun budaya mutu yang continual improvement. Implementasi konsep PDCA untuk desain wewenang dan tanggungjawab dijabarkan berikut ini. Plan (perencanaan) yaitu apa yang harus dilakukan dan bagaimana

melakukannya. Pada tahapan perencanaan ini, rumusan desain diarahkan pada

mengembangkan sasaran dan proses-proses yang diperlukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan kebijakan organisasi atau sesuai persyaratan pengguna. Do

(26)

rumusan desain diarahkan pada melaksanakan strategi, kebijakan, dan proses-proses yang diperlukan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam sasaran mutu atau sesuai persyaratan pengguna. Check (meriksa), yaitu apakah hasil yang terjadi sesuai dengan yang direncanakan. Pada tahapan memeriksa ini, rumusan desain diarahkan pada memantau, mengevaluasi, mengukur kesesuaian proses-proses yang telah

dijalankan dan produk yang telah dihasilkan dengan kebijakan organisasi, sasaran mutu dan persyaratan produk yang telah ditetapkan. diperlukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan kebijakan organisasi atau sesuai persyaratan pengguna. Action

(tindaklanjut), yaitu apakah tindaklanjut yang akan diambil dengan hasil yang diperoleh dan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan hasil yang diperoleh. Pada tahapan tindaklanjut ini, rumusan desain diarahkan pada upaya-upaya tindakan untuk 

meningkatkan kinerja proses secara bekesinambungan. Penjabaran dari konsep PDCA ini ke dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut:

Plan : menyusun, merencanakan, mengkoordinasikan, mensosialisasikan, mengkomunikasikan,

Do : melakukan, melaksanakan, menerapkan, mengimplementasikan,

Check : memeriksa, memonitor, mengecek, mengukur, mengevaluasi, mengoreksi Act : melaporkan, mempertanggungjawabkan, menindaklanjuti, memperbaiki,

meningkatkan.

Perbaikan ( Action)

Langkah keempat yang dilakukan dalam penilaian pelayanan kebidanan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk  selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

Perbaikan (Action) ada 2 yaitu :

Standarisasi perubahan

Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan Revisi proses yang sudah diperbaiki

(27)

Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.

Lakukan pelatihan bila perlu

Mengembangkan rencana yang jelas Dokumentasikan proyek 

Memonitor perubahan

Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur Alat yang digunakan

Alat atau tools adalah salah satu kekuatan dalam manajemen kualitas. Alat membantu kita bekerja lebih efisien dan efektif, tergantung dari apa yang bisa dibantu dengan alat tersebut. Kita membutuhkan informasi yang lebih terstruktur dan mudah dipahami dari sebuah koleksi data, ada alat yang membantu mengolah data .

Alat-alat dapat berdiri sendiri atau akan lebih powerful ketika digabungkan Perlu pemilihan alat yang tepat untuk sebuah kebutuhan langkah yang memang dapat membantu kita.

Jika Hasil penilaian pelaksanaan satu siklus ternyata berhasil mencapai tujuan

sebagaimana yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan menyusun saran. Pada umumnya ada dua saran tindak lanjut yang dapat diajukan yaitu:

Mempertimbangkan dimasukannya cara penyelesaian masalah tersebut sebagai bagian kegiatan rutin yang dilakukan oleh institusi kesehatan.

Menetapkan lagi masalah mutu lain dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, untuk kemudian diikuti dengan menetapkan penyebab masalah serta pelaksanaan cara penyelesaian masalah tersebut dengan mengikuti siklus PDCA.

Pada waktu menyelenggarakan kegiatan ini ada beberapa karakteristis yang perlu diperhatikan, karakteristik yang dimaksud adalah:

Berkesinambungan, artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali tetapi harus terus menerus.

Sistematis, artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku.

(28)

Objektif,artinya pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah, penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain kecuali atas dasar yang ditemukan.

Terpadu, artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,

http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppt

http://innanoorinayati.blogspot.com/2009/08/penilaian-mutu-pelayanan-kebidanan.html Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Pelayanan

 Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI OBSERVASI

PENGERTIAN

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang di susun diberisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang di gambarkan akan terjadi.

Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini, instrumen yang dapat digunakan, antara lain : lembar observasi, panduan pengamatan (observasi) atau lembar cheklist

Dalam mengobservasi sesuatu ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh Bidan, yaitu pengamatan objektif dan penafsiran (interpretasi). Seorang Bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian antara tinkah laku verbal dan nonverbal, antara apa yang di ucapkan dan apa yang dikerjakan.

(29)

Merupakan berbagai tingkah laku yang dilihat dan didengar. misalnya duduk,berdiri, gelisah dengan mengeluarkan kata seperti aduh.

Penafsiran (interpretasi)

Merupakan kesan yang diberikan terhadap apa yang dilihat (amati) dan didengar. Misalnya, jengkel karena terlalu lama menunggu. Bidan perlu mengetahui perbedaan

pengamatan objektif dengan penafsiran agar lebih berhati-hati dalam melakukan observasi. Tingkah laku verbal dan nonverbal

Tingkal laku verbal

Merupakan perbuatan atau perilaku yang ditunjukan melalui bahasa atau kata-kata. bahasa dicerminkan dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat, intonasi, kecepatan berbicara, dan homor. Yang harus di lakukan bidan dalam melakukan pengamatan tingkah laku verbal adalah bagaimana klien beralih topik, kata-kata kunci yang di gunakan, penjelasan-penjelasan yang disampaikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Tingkah laku nonverbal

Merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh yang meliputi isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Bidan harus dapat melakukan pengamatan terhadap tingkah laku nonverbal dengan memperhatikan bagaimana cara klien menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara yang merupakan indikator penting dalam mengungkapkan apa yang terjadi pada diri klien.

Sebaiknya dalam komunikasi efektif tingkah laku verbal dan nonverbal digunakan secara sinergis, tidak berdiri sendiri. Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal secara terpisah akan menimbulkan salah penafsiran. Perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut dengan bertanya atau mendengarkan secara aktif. harus ditelaah lebih lanjut arti dari ketidak sesuaian antara yang disampaikan (verbal) ekspresi muka (nonverbal).

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI WAWANCARA

PENGERTIAN

Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan pengertian dengan menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan lain (menurut M. Greenhil).

(30)

Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan yang terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan kita wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.

Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan kreativitas untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya bermacam-macam tujuan (menurut B.W. Spardly).

Yang dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan gerakan/tindakan dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan dorongan/kemauan/ide untuk  bertindak menuju kemajuan.

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa komponen.

Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.

Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut: 6. Komunikator 7. Masalah 8. Saluran 9. Penerima 10. Tempat TUJUAN WAWANCARA

Mampu memahami perilaku orang lain

Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah.

Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju

Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.

(31)

Memahami perlunya memberi pujian

Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.

Menciptakan hubungan personal yang baik 

Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.

Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu

Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan  jawaban panjang ataupun berupa uraian

Untuk menentukan suatu kesanggupan

Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.

Mendorong untuk bertindak 

Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan. Memberi nasihat

Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada klien/keluarga/masyarakat.

PROSES WAWANCARA

Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:

Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah). Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.

Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.

Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:

(32)

Mata (penglihatan)

Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak wajar. Telinga

Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah supaya klien merasa puas.

MENJADI PENDENGAR YANG BAIK

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui cara-cara menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:

Pengertian mendengarkan

Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat (menurut Drs. Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.

Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan memberikan perhatian dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan SRN).

Tujuan mendengarkan

Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah: Menyenangkan hati klien

Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain Memberikan rasa puas pada klien

Memberikan rasa aman pada pembicara Menunjukkan rasa saling percaya

Menghargai pembicaraan

Teknik menjadi pendengar yang baik 

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara menjadi pendengar yang baik adalah:

(33)

Partisipasi dalam proses mendengarkan Menekankan pemahaman bukan mengkritik  Mengendalikan emosi

Menangkap ide pokok pembicaraan Tunjukkan sikap terbuka

Kontak mata yang baik  Posisi sejajar dengan klien Gunakan sentuhan

Peliharalah rasa humor Gunakan pertanyaan terbuka Gunakan teknik terarah

Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik 

Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa empati, cepat tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil suatu tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki pendengaran yang tajam.

TEKNIK WAWANCARA

Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:

Inisiatif 

Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:

Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya. Mengemukakan pendapatnya.

Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.

Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.

(34)

Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya. Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat lingkaran tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk agar kita sampai ditengah-tengah lingkaran.

Pertanyaan terbuka

Teknik yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengutarakan masalah yang dihadapinya. Pertanyaan terbuka sebagai cara pendekatan yang baik dan penting setiap wawancara karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang panjang dan banyak dapat menggali pendapat klien.

Penggunaan aktivitas verbal

Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.

Wawancara spontan

Dengan suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana sehungga klien tidak  merasa malu atau canggung menghilangkan kesenjangan.

Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara

Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu klien bicara.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA

Pada waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: Faktor penunjang

Dilihat dari klien

Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.

Dilihat dari pewawancara

(35)

Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat menggali seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal.

Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati tetapi tegas.

Pengetahuan. Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat mencerna isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap pembicaraan klien.

Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.

Faktor penghambat

Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:

Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap pembicaraan. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien/keluarga/masyarakat.

Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.

PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KEBIDANAN A. PENGERTIAN

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan atau rekaman.

Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen kebidanan, 1995).

Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat, sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien terhadap asuhan keperawatan atau kebidanan

(36)

yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.

Dokumentasi kebidanan

Dokumentasi kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan dalam melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi kebidanan merupakan bukti legal dari asuhan pelaksanan kebidanan.

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan setelah memberikan asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk  dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sasuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan atau kebidanan secara baik dan benar.

B. TUJUAN DOKUMENTASI

1. Sebagai sarana komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk : Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau

mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien

Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat

(37)

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan/kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

Sebagai informasi statistik 

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.

Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.

Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.

Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yanh kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat / bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan / kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.

Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan

Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan kebidanan.

C. PRINSIP

 – 

PRINSIP PENCATATAN / DOKKUMENTASI

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu sikap Hugo Chavez dalam melawan neoliberalisme adalah kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak swasta di Venezuela, hal ini sangat didukung oleh rakyatnya dimana

Dibawah pengaruh hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak  dari jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam dari jaringan

Manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar di kelas menurut Kemp & Dayton (1985) adalah sebagai berikut. 1) Penyampaian pesan lebih

Kerangka konseptual bisa juga disebut dengan konsep atau pengertian yang merupakan defenisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala.Dalam penelitian ini sebagai

Namun penegakan diagnosis didasarkan pada identifikasi spesies Eimeria yang patogen, metode molekuler harus dilakukan sehingga strategi pengendalian penyakit ini dapat

Yang dibangun adalah kebijakan ”kerja relawan berbasis indikator” sesuai dengan target program, bukan karena bertambahnya anggaran dana dari funding. Misalnya kasus adanya

• Pembenahan pada sisi manajemen, efisiensi proses produksi, mutu dan desain produk persepatuan nasional melalui 5 (lima) misi utama yaitu, Pelatihan, Konsultasi, Pengembangan

Hasil ini mengindikasikan bahwa tingkat sanitasi dan sistem manajemen perkandangan yang baik dapat menekan angka kejadian kasus koksidiosis pada pedet sapi bali.. Kata kunci :