• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senioritas dalam Masyarakat Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Senioritas dalam Masyarakat Jepang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG SENIORITAS MASYARAKAT JEPANG

2.1 Senioritas Masyarakat Jepang

Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya. Jika ditanya apa contoh

kebudayaan Jepang, maka mungkin akan dijawab adalah Chanoyu, Ikebana,

masakan Sukiyaki atau pakaian Kimono. Tetapi jika ditanya apa contoh budaya

Jepang, maka akan dijawab adalah budaya rasa malu, budaya kelompok atau

budaya nenkō joretsu(senioritas) dan sebagainya. Oleh karena itu dari

contoh-contoh di atas menunjukan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang konkrit.

Sedangkan budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak ketara atau bersifat laten

menurut Situmorang Hamzon (2011:2).

Ienaga Saburo (1990:1) dalam buku Situmorang Hamzon, (2011:3)

membedakan pengertian kebudayaan (bunka) dalam arti luas dan dalam arti

sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia. Dia

menjelaskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hal yang bukan alamiah.

Misalnya ikan adalah suatu benda ilmiah, tetapi dalam suatu masyarakat ikan

tersebut dibakar, atau dipepes atau dibuat sashimi tersebut adalah kebudayaan.

Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit, menurut Ienaga

adalah terdiri dari, Ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan, dan seni. Oleh karena

itu disini Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas adalah segala sesuatu

(2)

Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit adalah sama dengan

pengertian budaya dalam pengertian yang diuraikan di atas. Yaitu kebudayaan

dalam arti sempit menurut Ienaga saburo adalah sama dengan budaya yang

berisikan sesuatu yang tidak kentara, atau yang bersifat semiotik.

Senioritas berasal dari kata senior, yang menandakan tingkat perbandingan

dari sesuatu terhadap yang setaraf. Senior selalu dihadapkan sebagai lawan kata

dari junio. Senioritas secara harafia menurutKamus Besar Bahasa Indonesia

(2008) diartikan sebagai keadaan yang lebih tinggi dalam hal pangkat, usia dan

pengalaman.

Sedangkan apabila di lihat dari klasifikasinya senioritas dibagi menjadi tiga

kriteria (careerhrm.wordpress.com/2012/07/30/senioritas/;diakses pada tanggal

10/06/2017; 19:30).

1. Senior dari segi usia

Ketika seseorang dari segi usia menjadi “senior” dalam dunia kerja maka dia akan

dihormati karena usianya, banyak orang yang akan meminta saran atau pendapat.

Biasanya saran yang diminta akan berhubungan dengan kehidupan di luar dunia

kerja. Dalam dunia nyata banyak dijumpai rekan kerja yang umurnya diatasnya,

dan posisi mereka di bawah yang lebih muda.

2. Senior dari segi wewenang

Seseorang dipandang sebagai senior karena dia mempunyai posisi yang tinggi dan

(3)

namun dengan jabatan yang tinggi maka pegawai lain akan memandangnya

sebagai “senior”.

3. Senior dari segi kerja

Banyak juga orang yang dianggap “senior” ketika masa kerjanya lama disebuah

perusahaan. Orang yang baru masuk walau dengan jabatan yang lebih tinggi akan

sungkan. Orang yang senior dari segi masa kerja dianggap sebagai pembimbing di

dunia kerja tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan senioritas di Jepang dipandang melalui

lamanya waktu seseorang bekerja di suatu perusahaan. Ada kalanya kita

menganggap hal itu menjadi tidak penting. Dimana senioritas harus diartikan

secara profesional dalam sebuah organisasi.

Hubungan senioritasdalam sosial masyarakat Jepang. Memang, tidak

semua yang terlihat baik sesuai dengan kondisi kita tetapi setidaknya memiliki

refrensi mengapa di Jepang nyaris tidak terdengar kasus seperti di Indonesia.

Dalam berbagai segi kehidupan, hubungan senioritasini terlihat kental sekali. Jadi

jika ada orang menyebutkan deisenpai pada seseorang, maka orang yang dijuluki

deisenpai itu sepertinya wajib dihormati oleh orang-orang yang ada

disekelilingnya. Dan memang di Jepang terkenal dengan budaya hormat, dimana

membungkuk merupakan hal yang wajib bagi masyarakat Jepang untuk memberi

salam atau meminta maaf. Disaat mereka memasuki sekolah dasar, orang Jepang

belajar untuk menghormati orangtua, dan lagi-lagi seberapa dalam tunduk kepada

(4)

untuk atasan di tempat kerja atau orangtua dan orang-orang yang dihormati seperti

senpai (senior) pada sudut 70 derajat diikiti dengan tutur bahasa yang sopan.

Ketika memanggil orang yang lebih tua harus selalu menambahkan “san”.

Senioritas itu pengaruhnya besar di Jepang. Senioritas tidak hanya mencakup

dunia pendidikan saja di Jepang senioritas juga mencakup dunia pekerjaan bahkan

sampai ada sistem seperti dibawah ini.

4. Sistem Nenkō (年功序列nenkō joretsu)

Sistem Nenkō (年功序列nenkō joretsu) adalah sistem urutan senioritas di

Jepang dalam mendapatkan atau menduduki suatu jabatan berdasarkan lamanya

pengalaman bekerja di suatu perusahaan atau organisasi yang sama. Keuntungan

sistam ini adalah memungkinkan para karyawan yang lebih tua untuk mencapai

tingkat gaji yang lebih tinggi sebelum pensiun, dan mereka biasanya membawa

lebih banyak pengalaman kepada jajaran eksekutif. Kerugian sistem ini adalah

bahwa hal ini tidak memungkinkan digabungkannya karyawan baru yang berbakat

dengan karyawan yang berpengalaman, serta orang-orang dengan keahlian khusus

tidak dapat di promosikan ke jajaran eksekutif yang sudah penuh sesak. Sistem ini

juga tidak menjamin atau bahkan berupaya untuk menempatkan “orang yang tepat

pada pekerjaan yang tepat”

Sistem Nenkō juga terdapat di pemerintahan Jepang. Kursi Parlemen

Jepang umumnya dipenuhi dengan anggota-anggota berusia tua dari berbagai

(5)

krisis modal ventura (dot-com) pada tahun 90-an, Sistem Nenkō telah menjadi

kurang populer di kalangan bisnis karena banyak perusahaan tidak mampu

mempertahankan karyawan yang lebih tua dengan gaji tinggi. Banyak eksekutif

level menengah yang menaiki tangga perusahaan melaluSistem Nenkō, menjadi

korban dari restrukturisasi perusahaan. (id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_Nenko/,

diakses pada 09/06/2017, 20:45).

2.2 Peran Senioritas Masyarakat Jepang

Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki budaya hormat yang sangat

tinggi membungkuk merupakan hal memberikan hormat bagi masyarakat Jepang

untuk memberikan salam atau meminta maaf. Dari saat mereka memasuki sekolah

dasar, orang Jepang belajar untuk menghormati orang tua dan termasuk juga

senior mereka. Senior (sempai) memiliki makna yang lebih tua atau lebih tinggi

kemampuannya. Orang yang lulus atau bekerja lebih dulu di sebuah perusahaan

akan dipanggil sempai oleh rekan sekolah nya yang lulus atau bekerja setelahnya.

Junior (kohai) dianggap lebih rendah dari senior (sempai) karena kurangnya

pengalaman yang dimiliki. Bahkan pada perusahaan tertentu sistem gaji dan

promosi didasarkan pada senioritas yang menekan pada umur dari pada

kemampuan yang dimiliki. Sebutan sempai sudah ada sejak awal sejarah Jepang

dan muncul di naskah Cina kuno.

Rasa ketergantuan yang satu dengan yang lainnya sangat kental. Hal ini

(6)

interaksi sosial berlangsung dalam komunitas. Berikut adalah doktrin yang harus

dipahami oleh masing-masing individu dalam suatu komunitas (Parastuti:2016).

1. Senior berperan mentransfer informasi dari seseorang yang lebih senior.

2. Senior secara moril berperan menjaga nama baik orang yang lebih senior dari

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Guru Terhadap Kinerja Guru di SD dan SMP Surabaya Grammar School” ini diajukan sebagai syarat

Tujuan dari penulisan ini adalah mengkaji tentang keterkaitan antara matematika dan budaya khususnya rumah adat Palembang yaitu rumah Limas dimana

Implikasi penelitian: 1) Upaya meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika melalui Kecerdasan Emosional, guru perlu mengetahui kestabilan emosional siswa

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Berdasarkan hasil observasi didapatkan 25 dari 30 hand hygiene perawat dilakukan tidak tepat sesuai dengan five moment, 6 langkah dan waktu hand hygiene, walaupun di RS

Otot lurik, atau yang dikenal juga dengan nama otot rangka tak lain adalah jaringan yang menempel pada bagian rangka tubuh hewan atau manusia dimana

[r]