Executive Summary 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 1
Executive Summary
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA: PENGEMBANGAN
TANAMAN BUDIDAYA PISANG
Pengenalan Kabupaten Kutai KartanegaraKabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Mempunyai luas wilayah 27.263,10 km²; terletak antara 115º26’ Bujur Timur dan 117º36’ Bujur Barat serta antara 1º28’ Lintang Utara dan 1º08’ Lintang Selatan. Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari 18 kecamatan yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang di sebelah utara; Selat Makassar sebelah timur; Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan di sebelah selatan; dan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah barat.
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 – 25 m dpl terdapat dibeberapa bagian yaitu pada kawasan pantai dan sebagian besar daerah aliran sungai Mahakam. Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografis yakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata‐rata 26º C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000 – 4.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata‐rata 130‐150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 – 2.000 mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau kearah barat.
Peluang Investasi Tanaman Budidaya Pisang
Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama pisang di dunia selain Ekuador, Kosta Rika, Panama, dan Filipina.Tendensi permintaan luar negeri terhadap pisang Indonesia relatif tinggi dan selalu meningkat, seperti permintaan dari beberapa negara importir pisang terbesar di dunia yaitu Amerika, Jepang, dan Uni Eropa. Selain itu, permintaan terhadap pisang dari pasar dalam negeri juga mempunyai kecenderungan yang meningkat.
Menyadari kondisi permintaan tersebut, pada saat ini di Provinsi Kalimantan Timur sedang digalakkan program pengembangan tanaman budidaya pisang. Kabupaten Kutai
Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman budidaya pisang. Produksi pisang Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun cenderung meningkat, dan produksi ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan optimalisasi produksi seperti intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
Budidaya tanaman pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Sebulu dan zona pesisir di Kecamatan Muara Badak. Pada tahun 2011 produksi pisang di Kecamatan Sebulu sebanyak 282 ton/tahun, dan masih memungkinkan untuk dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering sebesar 40.963 ha. Sedangkan produksi pisang di Kecamatan Muara Badak sebanyak 2.307 ton/tahun, dan juga masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan yang tersedia sebesar 75.958 ha. Rencana pengembangan tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara didukung dengan tersedianya berbagai sarana dan prasarana. Untuk menghubungkan wilayah antar desa, kota, kecamatan, dan ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara dapat menggunakan jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara.Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai 1.547,11 km. Selain tranportasi darat, masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara juga memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai jalur tranportasi untuk melayani kegiatan ekonominya. Kebutuhan dana investasi untuk mengembangkan tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara diperkirakan sebesar Rp 12 juta per‐1 ha lahan tanaman pisang. Sehingga, dengan demikian kebutuhan dana investasi secara total di Kabupaten Kutai Kartanegara berjumlah Rp 1.425 milyar dengan rincian Rp 500 milyar untuk pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Sebulu dan Rp 925 milyar untuk pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Muara Badak, dengan Internal Rate of Return (IRR) 24% yang lebih besar dari suku bunga 12% per tahun dan Break Even Point (BEP) sekitar 3 tahun.
Gambaran Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
3A. GAMBARAN WILAYAH
A.1 Aspek Geografis dan Administrasi
Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah 27.263,10 km² terletak antara 115º26’ Bujur Timur dan 117º36’ Bujur Barat serta di antara 1º28’ Lintang Utara dan 1º08’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi menjadi 18 kecamatan.
Kutai Kartanegara merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang di sebelah utara; Selat Makassar sebelah timur; Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan di sebelah selatan; dan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah barat. Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara tersaji sebagai berikut:
Tabel A‐1 Luas Wilayah Admnistrasi Kabupaten Kutai Kartanegara
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Desa km2 % 1. Samboja 1.045,90 3,84 23 2. Muara Jawa 754,50 2,77 8 3. Sanga‐sanga 233,40 0,86 5 4. Loa Janan 644,20 2,36 8 5. Loa Kulu 1.405,70 5,16 15 6. Muara Muntai 928,60 3,41 13 7. Muara Wis 1.108,16 4,06 7 8. Kota Bangun 1.143,74 4,2 21 9. Tenggarong 398,10 1,46 14 10. Sebulu 859,50 3,15 14 11. Tenggarong Seberang 437,00 1,6 18 12. Anggana 1.798,80 6,6 8 13. Muara Badak 939,09 3,44 13 14. Marang Kayu 1.165,71 4,28 11 15. Muara Kaman 3.410,10 12,51 20 16. Kenohan 1.302,20 4,78 9 17. Kembang Janggut 1.923,90 7,06 11 18. Tabang 7.764,50 28,48 19 Jumlah 27.263,10 100,00 237 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
A.2 Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 – 25 m dpl terdapat di beberapa bagian yaitu pada kawasan pantai dan sebagian besar daerah aliran Sungai Mahakam.
Tabel A‐2 Luas Wilayah Menurut Ketinggian per‐Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Kelas Ketinggian (Meter)
0 ‐ 7 7 – 25 25 – 100 1 Samboja 14.442 41.625 28.883 2 Muara Jawa 21.342 26.725 13.363 3 Sanga‐Sanga 13.125 10.215 ‐ 4 Loa Janan ‐ 18.809 45.611 5 Loa Kulu ‐ 47.413 56.762 6 Muara Muntai ‐ 48.365 27.141 7 Muara Wis ‐ 101.839 25.146 8 Kota Bangun ‐ 55.522 17.924 9 Tenggarong ‐ 30.772 10.551 10 Sebulu ‐ 40.929 36.017 11 Tenggarong Seberang ‐ 16.318 23.481 12 Anggana 113.507 13.116 3.027 13 Muara Badak 29.677 13.512 23.362 14 Marang Kayu 10.188 20.941 45.844 15 Muara Kaman ‐ 232.656 94.282 16 Kenohan ‐ 77.526 35.129 17 Kembang Janggut ‐ 41.664 103.548 18 Tabang ‐ ‐ 91.956 Total 202,281 837.947 682.027 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 Wilayah yang tergolong ke dalam kelas ketinggian 7 – 25 m memiliki sifat berupa permukaan tanah datar sampai landai, kadang tergenang, kandungan air tanah cukup baik, dapat diairi dan tidak ada erosi, sehingga sangat cocok untuk pertanian lahan basah. Untuk mengetahui kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambaran Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 5 Tabel A‐3 Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan per‐Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Kelas Lereng/Kemiringan (%)
0 – 2 2 – 15 15 – 40 > 40 1 Samboja 16.990 3.693 47.277 16.990 2 Muara Jawa 35.440 ‐ 19.846 6.144 3 Sanga‐Sanga 12.448 ‐ 10.892 ‐ 4 Loa Janan 2.526 842 42.947 18.105 5 Loa Kulu 12.064 4.721 52.451 71.334 6 Muara Muntai 49.369 4.114 15.281 24.096 7 Muara Wis 85.470 28.023 16.113 11.209 8 Kota Bangun 29.403 6.818 26.421 21.733 9 Tenggarong 5.259 ‐ 30.053 6.011 10 Sebulu 8.891 5.928 59.276 11.855 11 Tenggarong Seberang 6.461 2.660 22.424 10.642 12 Anggana 92.607 11.576 9.261 16.206 13 Muara Badak 40.938 7.642 21.834 12.554 14 Marang Kayu 20.207 12.762 38.820 24.993 15 Muara Kaman 199.551 64.743 76.716 ‐ 16 Kenohan 47.297 34.398 48.525 ‐ 17 Kembang Janggut 47.176 22.851 75.187 47.176 18 Tabang 28.924 101.043 203.043 443.440 Total 741.021 311.814 816.367 742.488 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografisnya yakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata‐rata 26º C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000 – 4.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata‐rata 130 – 150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 – 2.000 mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau ke arah barat.
A.2.2 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan lindung dan budidaya. Untuk kawasan lindung yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri atas: a) Hutan Lindung b) Cagar Alam Sedulang di Kecamatan Muara Kaman c) Taman Nasional Kutai di Kecamatan Muara Kaman d) Taman Hutan Raya Bukit Suharto Sedangkan untuk klasifikasi kawasan budidaya, terdiri atas Kawasan Budi Daya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non‐Kehutanan (KBNK). KBK terbagi lagi menjadi kawasan Hutan Produksi tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Sedangkan untuk KBNK meliputi pertanian, perkebunan, pertambangan permukiman, dan tubuh air (termasuk untuk budidaya perikanan).
Tabel A‐4 Penggunaan Lahan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
No. Pemanfaatan Ruang Luas (ha) %
A Kawasan Lindung 1 Hutan Lindung 204.640 7,51 2 Cagar Alam 32.038 1,18 3 Taman Nasional 50.726 1,86 4 Taman Hutan Raya 52.603 1,93 Total Kawasan Lindung 340.007 12,47 B Kawasan Budidaya 1 Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK): Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk kws hutan bakau/fungsi lindung) 787.675 28,89 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 600.000 22,01 Hutan Produksi yang dapat Dikonversi 56.453 2,07 Total KBK 1.444.128 52,97 2 Kawasan Budidaya Non‐Kehutanan (KBNK): Pertanian 81.558 2,99 Perkebunan 397.404 14,58 Pertambangan 378.655 13,89 Permukiman 19.591 0,72 Tubuh Air (Perikanan) 64.957 2,38 TOTAL KBNK 942.165 34,56 Total Kawasan Budidaya 2.386.293 87,53 Total (Kawasan Lindung + Kawasan Budidaya) 2.726.300 100,00 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kutai Kartanegara tahun 2011 adalah 650.908 jiwa yang terdiri atas 341.652 laki‐ laki dan 309.256 perempuan. Pada tahun 2011 sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara berada di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Tenggarong (15,35%), yang lainnya tersebar di Kecamatan Tenggarong Seberang (9,8%), Kecamatan Loa Janan (8,95%), dan di Kecamatan Samboja (8,7%). Sedangkan Kecamatan dengan persentase jumlah penduduk terkecil adalah Muara Wis sebesar 1,37% .Persebaran penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut luas wilayah juga tidak merata. Dengan luas wilayah seluas 398,10 km2, Kecamatan Tenggarong berpenduduk sebanyak 99.931 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di Tenggarong adalah 251 jiwa/km2. Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kecamatan Tabang yang merupakan wilayah terluas di Kutai Kartanegara (7.764,50 km2) dihuni oleh 10.290 jiwa sehingga kepadatan penduduk di Kecamatan Tabang sebesar 1,33 jiwa/ km2.
Tabel A‐5 Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
No. Kecamatan Laki ‐ Laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
1 Samboja 28.982 25.533 54.515 8,70 2 Muara Jawa 17.711 16.212 33.923 5,41 3 Sanga‐Sanga 9.128 8.460 17.588 2,81 4 Loa Janan 28.829 27.242 56.071 8,95 5 Loa Kulu 20.845 19.093 39.938 6,37 6 Muara Muntai 9.089 8.226 17.315 2,76 7 Muara Wis 4.491 4.066 8.557 1,37 8 Kota Bangun 16.336 14.956 31.292 4,99 9 Tenggarong 50.432 45.777 96.209 15,35 10 Sebulu 19.305 17.115 36.420 5,81 11 Tenggarong Seberang 32.933 28.508 61.441 9,80 12 Anggana 17.353 15.335 32.688 5,22 13 Muara Badak 20.918 18.916 39.834 6,36 14 Marang Kayu 12.284 11.110 23.394 3,73 15 Muara Kaman 18.030 15.879 33.909 5,41 16 Kenohan 5.200 4.661 9.861 1,57 17 Kembang Janggut 12.968 10.849 23.817 3,80 18 Tabang 5.339 4.569 9.908 1,58 Jumlah 330.173 296.507 626.680 100,00 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
Gambaran Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 9
A.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Angkatan Kerja di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011 sebanyak 306.189 orang yang terdiri dari 215.239 orang angkatan kerja laki‐laki dan 90.950 orang angkatan kerja perempuan. Angkatan kerja ini terdiri atas penduduk yang bekerja sebanyak 282.659 orang dan tidak bekerja sebanyak 23.530 orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kutai Kartanegara sebesar 7,68%.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 67,65% di tahun 2010 menjadi 68,04% pada tahun 2011. Menurut jenis kelamin, TPAK laki‐laki meningkat tetapi TPAK perempuan turun. TPAK laki‐laki meningkat dari 86,88% menjadi 90,65% pada tahun 2011. Sedangkan TPAK perempuan turun dari 45,75% menjadi 42,78%.
Tabel A‐6 Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
Kegiatan Utama Laki‐Laki Perempuan Total
Bekerja/Working 200.159 82.500 282.659 Pengangguran/Unemployment 15.080 8.450 23.530 Sekolah/Studying 15.591 18.493 34.084 MengurusRumahTangga/HouseKeeping 1.594 97.044 98.638 Lainnya/Others 5.013 6.109 11.122 Jumlah/Total 237.437 212.596 450.033 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana
A.4.1 Transportasi Darat
Untuk menghubungkan wilayah antar desa, kota, kecamatan, dan ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara digunakan jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara. Tabel A‐7 Kondisi Jalan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 (km)Kondisi Jalan Jenis Permukaan Jalan Jumlah
Aspal Kerikil Batu Tanah Beton
1. Baik 103,32 16,73 11,48 ‐ 131,52 263,05 2. Sedang 112,55 140,54 8,00 ‐ 70,53 331,62 3. Rusak 78,43 44,61 35,77 ‐ 37,54 196,35 4. Rusak Berat 104,77 47,24 96,40 507,68 ‐ 756,09 Jumlah 2011 399,07 249,12 151,65 507,68 239,59 1.547,11 2010 336,33 272,92 183,37 449,46 305,82 1.547,91 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai 1.547,11 km.
A.4.2 TransportasiSungai
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang dilalui oleh Sungai Mahakam. Selain tranportasi darat, masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara juga memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai jalur tranportasi untuk melayani pergerakannya.
Tabel A‐8 Data Angkutan Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
Dermaga Kapal Motor Penumpang Barang (Ton) Kendaraan Roda Dua Tiba Berangkat Tiba Berangkat Tiba Berangkat Tiba Berangkat 1. Handil II Muara Jawa 337 377 9.586 7.274 32.039 42.073 94 93 2. Sukmawira 8.322 8.320 32.269 30.492 95.044 95.246 4.724 3.932 3. Sungai Meriam 115 115 9.755 10.230 9.032 9.002 9 135 4. Kota Bangun 689 689 9.495 3.724 3.671 144 228 180 5. Muara Muntai 143 123 1.630 1.660 1.541 1.620 775 627 6. Muara Kaman 25 25 154 78 1 3 13 11 7. Pulau Kumala 7.117 7.117 48.938 48.938 ‐ ‐ ‐ ‐ 8. Tepian Pandan 546 46 1.724 1.723 2 1 ‐ ‐ 9. Muara Wis 63 51 154 126 138 116 114 90 10. Sebulu 13 13 33 ‐ 26 18 ‐ ‐ Jumlah 2011 17.370 16.876 113.738 104.245 141.494 148.223 5.957 5.068 2010 15.269 15.261 58.183 54.721 8.721 8.166 2.610 2.248 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
Gambaran Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 11
A.5 Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Kutai Kartanegara
Visi dan Misi Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadi landasan pembangunan jangka menengah tahun 2010 – 2015 adalah:
VISI
“Menuju Terwujudnya Masyarakat Kutai Kartanegara Yang Sejahtera dan Berkeadilan” MISI
Visi tersebut akan diwujudkan dengan melaksanakan misi sebagai berikut:
1) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dengan menitik beratkan pada motivasi dan pengawasan pelaksanaan good governance.
2) Meningkatkan kualitas dan daya saing menuju sumber daya manusia yang unggul, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Menumbuhkan sentra perekonomian dan pengembangan usaha rakyat dengan tetap menjaga iklim investasi dalam kerangka penciptaan lapangan kerja.
4) Meningkatkan sumber‐sumber pendapatan dan pengembangan potensi serta daya saing agribisnis, industri, dan pariwisata.
5) Meningkatkan pemerataan infrastruktur pembangunan untuk menjangkau layanan fasilitas umum baik secara kualitas maupun kuantitas.
6) Menetapkan penyelenggaraan pembangunan berwawasan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam.
7) Meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
A.5.2 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2013 – 2033
Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun waktu perencanaan. Atas dasar pertimbangan potensi yang dimiliki, permasalahan, tantangan, dan peluang serta prospek pengembangan wilayah, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara 20 tahun ke depan, yaitu:
“
Penataan ruang Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan andalan dengan menata pemanfaatan potensi pertambangan dan migas serta mengembangkan sektor unggulan pertanian dan pariwisata menuju terwujudnya masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera.”
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka strategi penataan ruang Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten dalam kawasan andalan dengan strategi meliputi:
(1) Memantapkan kedudukan Kabupaten sebagai kawasan andalan.
(2) Memantapkan fungsi Kabupaten sebagai pusat pengembangan pertanian, dan pariwisata.
(3) Menetapkan lokasi pusat pengembangan kegiatan.
(4) Meningkatkan sarana dan prasarana jaringan jalan dari produsen ke daerah pemasaran, perkotaan ke perdesaan serta antar kota dan antar desa.
(5) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kegiatan.
b) Pengembangan dan optimalisasi kawasan peruntukan pertanian dengan strategi meliputi: (1) Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian. (2) Meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil pertanian. (3) Mengembangkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan. (4) Mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian. c) Pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan strategi meliputi: (1) Mengembangkan dan meningkatkan daya tarik wisata sesuai potensinya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. (2) Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. (3) Mengendalikan pengembangan lahan terbangun pada kawasan pariwisata. (4) Mengembangkan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat.
d) Pengembangan pusat kegiatan yang terkendali dan berwawasan lingkungan dengan strategi meliputi:
Gambaran Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 13
(1) Mendorong pengembangan pusat kegiatan kawasan perkotaan dan perdesaan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. (2) Meningkatkan sistem prasarana transportasi kawasan perkotaan dan perdesaan. (3) Menyediakan sistem prasarana air bersih kawasan perkotaan dan perdesaan. (4) Mempertahankan dan meningkatkan jaringan irigasi untuk ketahanan pangan. (5) Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi. (6) Meningkatkan ketersediaan sistem prasarana pengelolaan lingkungan. e) Peningkatan pengelolaan kawasan lindung dengan strategi meliputi: (1) Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi.
(2) memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
(3) Mempertahankan permukiman perkotaan dan perdesaan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. (4) Membatasi kegiatan budidaya yang dapat menganggu fungsi kawasan lindung. f) Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam dengan strategi meliputi: (1) Meningkatkan prasarana jaringan transportasi. (2) Mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal. (3) Meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor. (4) Mengembangkan sarana dan jaringan prasarana wilayah pendukung. (5) Meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan.
g) Pengembangan dan optimalisasi kawasan strategis sesuai penetapannya dengan strategi meliputi:
(1) Menetapkan kawasan strategis sesuai dengan nilai strategis dan kekhususannya. (2) Mengembangkan hasil produksi pada kawasan sentra ekonomi unggulan dan
sarana prasarana pendukung perekonomian.
(3) Membatasi alih fungsi lahan kawasan strategis pada sentra unggulan berbasis potensi pertanian.
(4) Melindungi dan melestarikan kawasan dalam mempertahankan karakteristik nilai sosial dan budaya kawasan.
(5) Memanfaatkan kawasan bagi kegiatan dengan nilai ekonomi dan meningkatkan identitas sosial budaya kawasan.
h) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara dengan strategi meliputi:
(1) Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara. (2) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar
kawasan strategis dengan fungsi pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya.
(3) Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun. (4) Turut serta menjaga dan memelihara aset‐aset pertahanan dan keamanan.
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1 Struktur Perekonomian
Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini masih bergantung pada sektor pertambangan yang mayoritas diekspor ke pasar global. Secara umum, perekonomian Kutai Kartanegara (diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2011) kembali mengalami peningkatan. Nilai PDRB Kutai Kartanegara tahun 2011 mencapai Rp 123,49 trilyun, mengalami peningkatan sebesar 23,14% dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 100,28 trilyun.
Ada empat sektor dominan yang berpengaruh tinggi terhadap PDRB dengan migas, yaitu sektor pertambangan (berperan 84,98% terhadap perekonomi Kutai Kartanegara), sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan (5,93%), sektor bangunan (2,90%), dan sektor perdagangan, hotel & restoran (2,74%). Sedangkan sektor‐sektor yang lain secara keseluruhan berperan sebesar 3,45% terhadap perekekonomian Kutai Kartanegara. Gambar B‐1 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas Menurut Lapangan Usaha Tabel B‐1 Produk Domestik Regional Bruto Dengan Minyak dan Gas Bumi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi 2000 2010 2011 PDRB % PDRB % PDRB % 1. Pertanian/Agriculture 1.930.664 8,25% 6.261.677 6,24% 7.317.894 5,93% 2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining And Quarrying 19.450.109 83,10% 84.313.364 84,08% 104.933.757 84,98% 3. Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry 445.377 1,90% 1.260.109 1,26% 1.468.346 1,19% 4. Listrik, Gas dan Air Minum/ Electricity, Gas, And Water Supply 11.852 0,05% 47.639 0,05% 54.050 0,04% 5. Bangunan dan Konstruksi/ Construction 512.650 2,19% 3.175.242 3,17% 3.585.481 2,90% 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel/ 568.313 2,43% 2.823.709 2,82% 3.381.785 2,74%
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 17 Trade, Restaurant And Hotel 7. Pengangkutan dan Komunikasi/ Transportation and Communication 116.979 0,50% 424.768 0,42% 477.249 0,39% 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/ Financial, Dwelling And Business Service 159.111 0,68% 375.106 0,37% 459.479 0,37% 9. Jasa‐Jasa/ Services 209.454 0,89% 1.597.455 1,59% 1.807.073 1,46% PDRB/ Gross Domestic Regional Product 23.404.509 100.279.069 123.485.114 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012
B.2 Potensi Ekonomi
B.2.1 Perikanan dan Kelautan
A. Kepiting BakauKabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah daratan 27.263,10 km2, memiliki potensi perikanan yang sangat besar, yang berasal dari danau, rawa‐rawa, sungai, perairan pantai dan pesisir maupun hutan bakau yang sangat luas yang terletak di delta sungai Mahakam dengan luas 150.000 ha, yang sekitar 30000 ha masih ditutupi hutan bakau dari berbagai jenis.
Dengan luasan delta Mahakam serta potensi hutan bakaunya, masyarakat memanfaatkannya untuk pengembangan usaha berbagai jenis komoditas perikanan termasuk salah satunya adalah pengembangan kepiting bakau.
Lokasi sentra produksi kepiting bakau sebagian besar berada di Delta Mahakam (zona pesisir) yang meliputi Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga‐Sanga, Anggana, Muara Badak, dan Marang Kayu.
Potensi pengembangan usaha kepiting bakau di Kabupaten Kutai Kartanegara sangatlah besar, baik untuk pengembangan hacthery, bibit bakau maupun budidaya tambak di kawasan pesisir yang lusanya mencapai 120.000 ha, yang saat ini sebagian besar belum dilakukan budidayanya secara intensif.
Produksi kepiting bakau (scylla serrata) Kabupaten Kutai Kartanegara rata‐rata setiap tahunnya mencapai 21.668.100 ton/tahun di mana sebagian besar dikonsumsi masyarakat Kalimantan Timur, sebagian diekspor, dan diantarpulaukan.
Lahan yang sudah ada adalah milik masyarakat yang merupakan investasi murni maupun inti plasma dengan petani. Sarana dan prasarana yang sudah ada meliputi tersedianya pelabuhan sungai dan pelabuhan laut.
Kepiting Bakau (scylla serrata) saat ini telah menjadi salah satu komoditas andalan Kabupaten Kutai Kartanegara karena sangat digemari masyarakat Kalimantan Timur maupun tingginya permintaan ekspor ke Malaysia, Hongkong, dan Singapura dan juga diantarpulaukan ke sejumlah wilayah seperti Makassar, Surabaya, Denpasar, Batam, Semarang, Jakarta, dan Yogyakarta.
B. Peluang Usaha Kemitraan Budidaya Ikan Mas di Kolam dan Keramba
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah produsen utama penghasil perikanan di Kalimantan Timur, di mana lebih dari 60% produksi perikanan Kalimantan Timur berasal dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Produksi ini berasal dari hasil tangkapan perairan laut, perairan umum seperti sungai dan danau, maupun dari hasil kegiatan budidaya baik di sungai maupun di kolam bekas tambang batubara.
Salah satu komoditas penting yang ramai memberikan kontribusi besar adalah budidaya ikan mas (cyprinus carpio) yang sejak lama dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba haba maupun keramba jaring apung. Budidaya ikan mas hampir tersebar di 18 kecamatan dan beberapa kecamatan yang menjadi sentra budidaya meliputi Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Sebulu, Muara Kaman, dan Kota Bangun.
Produksi ikan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011, untuk ikan kolam mencapai 80,1 ton dan ikan keramba mencapai 8.708,3 ton dengan nilai Rp 217.707.500.000,‐. Budidaya ikan mas di Kabupaten Kutai Kartanegara banyak dilakukan di sepanjang Sungai Mahakam, di kolam‐kolam bekas tambang batubara, dan di kolam‐kolam maupun dibudidayakan bersama padi dengan sistem Minapadi.
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 19 C. Peluang Usaha Kemitraan Budidaya Rumput Laut
Budidaya rumput laut di Kabupaten Kutai Kartanegara sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat pesisir sejak tahun 2008. Jenis rumput laut yang diusahakan adalah euchema cottoni. Terdapat dua kecamatan yang mengembangkan usaha ini, yaitu Kecamatan Marang Kayu dan Kecamatan Muara Badak.
Rata‐rata luas lahan yang diusahakan setiap pembudidaya sebesar 0,825 ha. Jumlah pembudidaya di Kecamatan Marang Kayu mencapai 150 kepala keluarga. Lokasi budidaya terbagi menjadi dua karakteristik berdasarkan masa penggunaannya yaitu: Pertama, lokasi budidaya yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun dengan tingkat dinamika perairan yang relatif tenang. Kedua, adalah lokasi pemeliharaan yang hanya dapat dimanfaatkan selama 7 bulan, dikarenakan frekuensi hempasan gelombang yang relatif tinggi tiap harinya.
Dengan tersedianya lahan dan sudah adanya masyarakat yang membudidayakan rumput laut maka sangat potensial untuk usaha budidaya dan pendirian pabrik pengolahan rumput laut. Lahan di Kecamatan Marang Kayu dan Muara Badak sebagian berupa daratan pesisir pantai yang dapat dibuat untuk kegiatan kolam, tambak, dan panjang garis pantai yang mencapai puluhan kilometer sehingga sangat cocok untuk budidaya rumput laut.
Rumput laut salah satu komoditas andalan Kabupaten Kutai Kartanegara, selain produksinya untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dipasarkan keluar daerah seperti Makassar, Surabaya, Denpasar, dan Batam yang selanjutnya akan diekspor ke Filipina, Amerika Serikat, Hongkong, China, dan Singapura.
B.2.2 Pengolahan Hasil Perkebunan
A. Karet
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki perkebunan karet yang tersebar di zona hulu, tengah, dan pesisir. Pemasaran hasil karet selama ini diolah dalam bentuk lump beku dan dijual keluar daerah. Pengolahan lump beku dilakukan oleh masing‐masing petani/kelompok tani di masing‐masing kecamatan/desa. Saat ini tercatat luas arel kebun karet yang tersebar di zona hulu adaah 559 ha, zona tengah 3.828 ha, dan zona pesisir 7.138 ha. Sedangkan
produksi lump beku di tahun 2011 untuk zona hulu sebesar 168 ton dengan produktivitas rata‐rata 13.884 kg lump/ha, zona tengah sebesar 1.579 ton dengan produktivitas rata‐rata 9.510 kg lump/ha, dan zona pesisir sebesar 1.643 ton dengan produktivitas rata‐rata 3.826 kg lump/ha.
B. Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Kartanegara tersebar di tiga zona yaitu Kecamatan Kembang Janggut (zona hulu), Kecamatan Muara Kaman (zona tengah), dan Kecamatan Muara Badak (Zona pesisir). Luas Areal Kebun Kelap Sawit di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 207.793 ha yang terdiri dari luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
seluas 136.118 ha, luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) seluas 1.211 ha. Produksi CPO untuk tahun 2011 sebesar 323.248 ton dengan produktivitas rata‐rata 205.249 kg CPO/ha.
Pemasaran hasil kelapa sawit selama ini diolah dalam bentuk CPO/PKO dan diekspor keluar negeri (Inggris, India, dll). Pengolahan CPO/PKO dilakukan oleh Pabrik PBS Kelapa Sawit yang telah berproduksi sebanyak 5 unit dengan kapasitas masing‐masing yaitu untuk Pabrik CPO di Kecamatan Kembang Janggut (zona hulu) adalah 2 unit dengan kapasitas 80 ton TBS/jam. Pabrik CPO di Kecamatan Muara Kaman (zona tengah) adalah 2 unit dengan kapasitas 60 ton TBS/jam, dan pabrik CPO di Kecamatan Muara Badak (zona pesisir) adalah 1 unit dengan kapasitas 20 ton TBS/jam.
Melihat dari perkebunan kelapa sawit yang sudah ada, sangat potensial untuk melakukan pembangunan pabrik turunan CPO. Dengan keberadaan pabrik turunan CPO diharapkan akan membuka peluang kerja baru, membuka peluang dinamika pasar, peningkatan SDM, dan taraf ekonomi masyarakat setempat yang akhirnya akan meningkatkan PAD.
B.2.3 Tanaman Pangan dan Hortikulura
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 21
Sebagian potensi lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini dimanfaatkan untuk budidaya nanas. Budidaya nanas saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Kenohan dan di zona pesisir di Kecamatan Samboja.
Nanas pada umumnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai buah segar dan juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
pembuatan selai, sirup, dan lainnya.Varietas yang digunakan sebagian besar menggunakan varietas Srikaya. Luas panen yang ada saat ini dibandingkan dengan potensi lahan yang tersedia, jumlahnya masih sangat kecil yang berarti pengembangan tanaman nanas belum optimal.
Saat ini produksi nanas di Kecamatan Kenohan adalah sebesar 6.722 ton/tahun, sedangkan produksi sekabupaten Kutai Kartanegara adalah 10.386 ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering di Kecamatan Kenohan seluas 3.971 ha. Sedangkan produksi nanas di Kecamatan Samboja sebesar 3.400 ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering seluas 3.807 ha.
B. Budidaya Ubi Kayu/Singkong/Ketela Pohon
Daerah yang memproduksi ubi kayu di kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Kota Bangun dan Muara Kaman. Saat ini produksi ubi kayu di Kecamatan Kota Bangun sebesar 1.510 ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering dengan luas 7.519 ha. Sedangkan lahan potensial untuk pengembangan budidaya ubi kayu di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah seluas 339.927 ha.
Produksi ubi kayu di Kecamatan Muara Kaman sebesar 949 ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluas dengan potensi lahan seluas 95.930 ha. Produksi di atas sebagian besar merupakan hasil dari petani yang dikelola secara tradisonal dan menggunakan varietas ubi kayu yang biasa, hanya sebagian petani yang menggunakan varietas unggulan Singkong Gajah.
C. PELUANG INVESTASI
C.1 Sektor Unggulan
Metode Location Quetion digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Kutai Kartanegara terhadap Provinsi Kalimantan Timur, bahwa sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian diikuti dengan sektor pertanian dan bangunan dan konstruksi. Sektor‐sektor tersebut memiliki LQ > 1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. Tabel C‐1 Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012 Sektor Ekonomi Economic Sector Nilai PDRB (juta rupiah) LQ Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur 1. Pertanian/Agriculture 7,317,894 22,290,000 1.039 2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining And Quarrying 104,933,757 196,460,000 1.690 3. Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry 1,468,346 91,240,000 0.051 4. Listrik, Gas dan Air Minum/ Electricity, Gas And Water Supply 54,050 1,000,000 0.171 5. Bangunan dan Konstruksi/ Construction 3,585,481 10,310,000 1.100 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel/ Trade, Restaurant And Hotel 3,381,785 30,670,000 0.349 7. Pengangkutan dan Komunikasi/ Transportation and Communication 477,249 14,040,000 0.108 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/ Financial, Dwelling And Business Service 459,479 9,290,000 0.156 9. Jasa‐Jasa/ Services 1,807,073 15,330,000 0.373 PDRB/ Gross Domestic Regional Product 123,485,114 390,630,000 1 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 dan Hasil Analisis, 2013
C.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum petumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun 2009‐2011 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 12% menjadi 23%. Sektor pertambangan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terhadap kenaikan laju pertumbuhan tersebut yaitu sebesar 24%. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan ekonominya dengan nilai sebesar 17% dan juga memiliki nilai LQ di atas 1
Peluang Investasi 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 23
sehingga dapat dikatakan sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu penopang perekonomian di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009 – 2011 Sektor Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi 2009 2010 2011 1. Pertanian 10% 13% 17% 2. Pertambangan dan Penggalian ‐14% 11% 24% 3. Industri Pengolahan 5% 10% 17% 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 14% 8% 13% 5. Bangunan dan Konstruksi 10% 10% 13% 6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel 17% 20% 20% 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10% 12% 12% 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8% 10% 22% 9. Jasa‐Jasa 82% 15% 13% Pertumbuhan Kabupaten ‐10% 12% 23% Sumber: Hasil Analisis, 2013
C.3 Peluang Investasi Budidaya Pisang
Pada saat ini Provinsi Kalimantan Timur sedang mengalakan program pengembangan tanaman hortikultura salah satunya adalah pengembangan budidaya pisang. Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Timur yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya pisang. Produksi pisang Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 adalah sebesar 15.968 ton. Hasil produksi ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan adanya optimalisasi produksi seperti intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
Budidaya pisang saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Sebulu dan zona pesisir di Kecamatan Muara Badak. Pada tahun 2011 produksi pisang di Kecamatan Sebulu sebesar 282 ton/tahun. Masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering sebesar 40.963 ha. Sedangkan produksi pisang di Kecamatan Muara Badak sebesar 2.307 ton/tahun, dan juga masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan yang tersedia sebesar 75.958 ha.
C.3.1 Peluang Pasar
Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama pisang di dunia selain Ekuador, Kosta Rika, Panama, dan Filipina. Produksi pisang Indonesia saat ini cenderung meningkat tapi tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi pisang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi lokal yang sedikit lebih rendah yang diduga akibat jumlah ekspor pisang yang cukup tinggi dan makin beragamnya jenis buah lainnya baik yang lokal maupun hasil impor.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita dalam negeri yang cukup tinggi akan mendorong permintaan pisang. Hal ini menunjukkan bahwa pasar dalam negeri memiliki potensi dan prospek yang cerah dalam pengembangan budidaya pisang.
Selain permintaan dalam negeri yang cukup tinggi, terdapat beberapa negara yang merupakan importir pisang terbesar di dunia yaitu Amerika, Jepang, dan Uni Eropa. Kondisi permintaan pisang dari negara‐negara tersebut selalu meningkat dibandingkan tahun‐tahun sebelumnya.
C.3.2 Lokasi dan Ketersediaan Lahan
Dalam rangka untuk meningkatkan hasil produksi tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara, salah satu upayanya adalah dengan perluasan lahan tanam untuk budidaya pisang. Berdasarkan data yang ada terdapat potensi pengembangan yang cukup luas di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk pengembangan tanaman pisang yaitu potensi lahan sebesar 40.963 ha di Kecamatan Sebulu dan lahan sebesar 75.958 ha di Kecamatan Muara Badak (BKPMD Kutai Kartanegara) Dengan adanya potensi pengembangan lahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman budidaya pisang di masa yang akan datang.
C.3.3 Kelayakan Investasi
Sesuai dengan rencana pengembangan tanaman hotikultura khususnya tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka diperlukan investasi dan modal kerja untuk pengembangannya. Selanjutnya dengan berbagai asumsi yang meliputi rencana produksi
Peluang Investasi 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 25
dan ongkos produksi maka perkiraan investasi dan modal kerja untuk pengembangan tanaman pisang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel C‐3 Perkiraan Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Tanaman Budidaya Pisang
(per‐1 ha)
Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) INVESTASI 1. Sewa tanah (untuk 2 tahun) 1 ha 1.500.000 1.500.000 2. Bibit 660 Batang 5.000 3.300.000 3. Tangki 1 Buah 780.000 780.000 4. Cangkul 5 Buah 90.000 450.000 5. Parang 10 Buah 50.000 500.000 6. Alat Dekortikator 1 Unit 300.000 300.000 7. Pondok Produksi 1 Unit 1.500.000 1.500.000 Jumlah 8.330.000 MODAL KERJA PERMANEN 1. Saprodi a. Pupuk kandang/kompos 3,6 Kilogram 250.000 900.000 b. Urea 125 Kilogram 2.500 312.500 c. TSP/SP‐36 400 Kilogram 1.600 640.000 d. Insektisida 2 Kilogram 120.000 240.000 2. Biaya Tenaga Kerja ‐ a. Penyiapan 15 HOK 7.000 105.000 b. Pemupukan 30 HOK 7.000 210.000 c. Pemeliharaan 10 HOK 7.000 70.000 3. Biaya Panen 20 HOK 7.000 140.000 4. Gaji Pengelola 1 Orang 1.000.000 1.000.000 5. Administrasi (PBB. dll) 1 Paket 250.000 250.000 Jumlah Modal Kerja Permanen 3.867.500 Jumlah Investasi + Modal Kerja Permanen 12.197.500
Perhitungan di atas merupakan perkiraan kebutuhan investasi dan modal kerja untuk pengembangan budidaya tanaman pisang seluas 1 ha. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperkirakan investasi dan modal kerja untuk pengembangan tanaman budidaya pisang yang dapat ditanamkan di Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan potensi luas lahan untuk pengembangannya adalah sebagai berikut:
Rp 12.197.500,‐ x 40.963 = Rp 499.646.192.500,‐ (empat ratus sembilan puluh sembilan milyar enam ratus empat puluh enam juta seratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah) 2. Pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Muara Badak sebesar Rp 13.325.000,‐ x 75.958 = Rp 926.497.705.000,‐ (Sembilan ratus dua puluh enam milyar empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus lima ribu rupiah) Tabel C‐4 Perkiraan Cash Flow Budidaya Tanaman Pisang Di Kec.Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara
Uraian Tahun Ke‐ Total
0 1 2 3 4 5 6 Cash In Flow ‐ ‐ 413.091.373 .500 825.998.4 13.500 825.998.4 13.500 944.156.18 7.000 944.156.18 7.000 3.953.400.5 74.500 CashO ut Flow 499.646.19 2.500 ‐ 237.339.62 2.000 307.337.1 96.400 354.467.5 85.680 411.024.05 2.816 478.891.79 6.994 1.789.060.2 53.890 NetCa sh FlowI RR (499.646.1 92.500) (499.646.1 92.500) 175.751.751. 500 518.661.21 7.100 471.530.82 7.820 533.132.13 4.184 465.264.3 90.006 2.164.340.3 20.610 Akum ulasi (499.646.1 92.500) (499.646.1 92.500) (323.894.4 41.000) 194.766.7 76.100 666.297.6 03.920 1.199.429.7 38.104 1.664.694. 128.110 3.725.188.2 46.234 Sumber: Hasil Analisis, 2013 Tabel C‐5 Perkiraan Cash Flow Budidaya Tanaman Pisang Di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara
Uraian Tahun Ke‐ Total
0 1 2 3 4 5 6 Cash In Flow ‐ ‐ 765.998.451. 000 1.531.655.0 91.000 1.531.655.0 91.000 1.750.755.9 42.000 1.750.755.94 2.000 7.330.820.51 7.000 Cash Out Flow 926.497.705 .000 ‐ 440.100.652. 000 569.897.68 2.400 657.291.918 .880 762.165.002 .656 888.012.672. 804 3.317.467.92 8.740 Net Cash Flow IRR (926.497.70 5.000) (926.497.70 5.000) 325.897.799. 000 961.757.40 8.600 874.363.172 .120 988.590.93 9.344 862.743.269 .196 4.013.352.58 8.260 Akum ulasi (926.497.70 5.000) (926.497.70 5.000) (600.599.90 6.000) 361.157.502 .600 1.235.520.6 74.720 2.224.111.61 4.064 3.086.854.8 83.260 6.907.644.6 74.644 Sumber: Hasil Analisis, 2013
Peluang Investasi 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia 27
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diperkirakan keuntungan dari budidaya tanaman pisang pada tahun ke‐6 (enam) di Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan potensi luas lahan untuk pengembangannya, yaitu: 1. Perkiraan keuntungan budidaya tanaman pisang di Kecamatan Sebulu Rp 3.953.400.574.500 – Rp 1.789.060.253.890 = Rp 2.164.340.320.610 (dua triliun seratus enam puluh empat milyar tiga ratus empat puluh juta tiga ratus dua puluh ribu enam ratus sepuluh rupiah) Kelayakan Investasi NPV IRR BCR BEP 358.410.215.418,14 24% 1,21 3 tahun
Layak Layak Layak Layak
2. Perkiraan keuntungan budidaya tanaman pisang di Kecamatan Muara Badak Rp 7.330.820.517.000 – Rp 3.317.467.928.740 = Rp 4.013.352.588.260 (empat triliun tiga belas milyar tiga ratus lima puluh dua juta lima ratus delapan puluh delapan ribu dua ratus enam puluh rupiah)
Kelayakan Investasi NPV IRR BCR BEP 664.602.766.953,86 24% 1,21 3 tahun
Layak Layak Layak Layak
Berdasarkan hasil kelayakan investasi di atas maka dapat dikatakan budidaya tanaman pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu komoditi tanaman hortikultura yang layak untuk dikembangkan di Kabupaten Kutai Kartanegara.