1
PENGARUH PAJAK TANGGUHAN DAN PERATAAN LABA
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI DI INDONESIA
Malisa Utari1, Zaitul2, Popi Fauziati3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail: malisa_utari@yahoo.com
Abstract
Bond rating is an indicator for investor when they invest in bond market. Thus, bond rating indicates the degree of the risk and return of the bond investment. The central research question about bond rating is why some bond has certain rating (such as AAA rating) and other does not? This study aims to determine the effect of deferred tax and income smoothing on bond ratings in Indonesia. The population in this study are all publicly traded companies that issued bonds. This research used 34 companies that meet the criteria of the samples listed in the Indonesia Stock Exchange. The sampling process is conducted by using purposive sampling method. Data for the study period 2007-2008. Base on the results of logit model, we found that the deferred tax and income smoothing does not affect the rating of the bonds in Indonesia. The practical and theoretical implications are discussed in detail.
Keywords: tax deferred, income smoothing, bond rating
1. LATAR BELAKANG
Pada saat sekarang ini keberadaan pasar modal menjadi penting,karena pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi
ekonomi yang dijalankan adalah
menyediakan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Sedangkan fungsi
keuangan ditunjukkan dengan
kemungkinan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana dan pihak yang membutuhkan dana.Bagi investor pasar
modal dapat memberikan alternatif
investasi yang lebih variatif sehingga
memberikan peluang untuk meraih
keuntungan yang lebih besar.
Pasar modal juga sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan,menjalankan fungsi
ekonomi dan keuangan yang dapat menunjang perkembangan ekonomi dan keuangan dalam suatu negara. Oleh karena itu,pasar modal juga merupakan indikator kemajuan perekonomian negara tersebut.
Obligasi merupakan salah satu
sumber pendanaan (financing) bagi
pemerintah dan perusahaan,yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara
sederhana,obligasi merupakan surat
pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah,atau perusahaan sebagai pihak yang berhutang,yang mempunyai nilai
2 nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap.Salah satu indikator yang dipengaruhi oleh hal tersebut adalah peringkat obligasi.Untuk itu kita perlu membuat analisis kredit dalam membuat rekomendasi peringkat sebagai salah satu peran penting dalam pembuatan peringkat obligasi dengan membandingkan laporan keuangan yang telah diaudit selama lima tahun terakhir dan sekurang-kurangnya selama dua tahun terakhir .
Peringkat obligasi menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan dan merupakan sarana pengawasan aktifitas manajemen (Foster, dalam Hadimukti, 2012). Dengan adanya suatu peringkat obligasi yang baik, maka hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan dan memaksimalkan dana yang masuk kedalam suatu perusahaan. Penelitian tentang peringkat obligasi telah
dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya : Crabtree (2006), Aivazian (2006), Almilia (2007), Magreta (2009),
Setiawan (2009),Christina
(2010),Linandarini (2010), Prasetiyo (2010), Maharti (2011), Martinez (2011), Pakarinti (2012). Penelitian ini merupakan replikasi gabungan dari penelitian yang dilakukan Hadimukti 2012 dan Martinez 2011 tentang peringkat obligasi. Berbeda
dengan yang dilakukan oleh peneliti
Hadimukti peneliti menggunakan
pengaruh pajak tangguhan dan rasio pajak terhadap peringkat obligasi, sedangkan Martinez pengaruh perataan laba terhadap peringkat obligasi. Hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, Maka judul penelitian ini adalah“
Pengaruh Pajak Tangguhan dan Perataan Laba terhadap Peringkat Obligasi di Indonesia ”.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: apakah pajak tangguhan
berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan yang listing di BEI ? dan apakah perataan laba berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan yang listing di BEI ?
Tujuan penulisan penelitian ini menguji secara empiris yaitu : pengaruh pajak tangguhan dalam memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI,
dan pengaruh perataan laba dalam
memprediksi peringkat obligasi yang terdaftar di BEI.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
Peringkat merupakan sebuah
pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang dimiliki (Pakarinti, 2012). Peringkat obligasi perusahaan memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.
Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok dan bunga utang obligasi. Selain itu peringkat obligasi mencerminkan skala
resiko dari semua obligasi yang
diperdagangkan. Dengan demikian
peringkat obligasi menunjukkan skala
keamanan obligasi dalam membayar
kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu. Semakin tinggi peringkat, maka semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut akan terhindar dari risiko (Magreta, 2009).
2.1 Pengaruh pajak tangguhan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan yang listing di BEI.
Pajak tangguhan
Pada saat perusahaan mengalami kondisi perbedaan fiskal yang semakin besar yaitu antara laba akuntansi lebih
besar dari pada lab fiskal, maka perusahaan memperoleh pajak tangguhan yang semakin besar. Dengan semakin besarnya pajak tangguhan yang dimiliki
oleh perusahaan maka perusahaan
diindikasikan akan memiliki laba yang rendah pada laporan keuangannya. Ketika perusahaan memiliki laba yang rendah maka hal tersebut dapat dijadikan indikator investor atau kreditor bahwa perusahaan atau emiten tidak akan mampu untuk melunasi hutang jangka panjangnya yaitu berupa hutang obligasinya. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan peringkat
obligasi pada saat penentuan peringkat obligasi, dengan kata lain peringkat obligasi akan mernjadi rendah (Hadimukti, 2012).
H1 : Pajak tangguhan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
2.2 Pengaruh perataan laba terhadap peringkat obligasi pada perusahaan yang listing di BEI
Menurut Beidelman (1973) dalam Ilham (2011) bahwa usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi batas-batas yang diizinkan
4 dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.
Menurut Martinez (2011), perataan laba adalah salah satu aspek dari manajemen laba yang paling penting dari literatur keuangan dan akuntansi. Perataan laba menjadi praktek luas dan memiliki akademisi bagi seorang manajer. Jenis pendapatan perataan negatif sebagai salah satu bentuk manajemen laba oportunistik.
Pengelolaan kelancaran pendapatan adalah sebagai sarana untuk mengelola peringkat kredit. Bukan hanya karena kelancaran pendapatan yang diyakini
menjadi masukan dalam metodologi
rating, tapi juga karena pendapatan smooting yang dapat dipandang sebagai perangkat yang berguna untuk signal bagi sebuah perusahaan (Martinez, 2011).
H2 : Perataan laba berpengaruh terhadap peringkat obligasi
3. METODE PENELITIAN
Secara umum populasi
didefinisikan sebagai kesatuan atribut yang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan. Dengan demikian adalah orang yang memiliki informasi yang menjadi fokus penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Go Public
yang terdaftar pada bursa efek indonesia yang menerbitkan surat hutang obligasi.
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan Go Public yang listing di BEI yang menerbitkan surat hutang obligasi selama kurun waktu 2007-2011. Alasan peneliti mengambil sampel perusahaan yang menerbitkan surat hutang obligasi 2007-2011 karena peneliti ingin
menetahui perkembangan peringkat
obligasi selama 5 tahun pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
Sampel yang dipilih dari populasi perusahaan yang obligasinya terdaftar diagen PT PEFINDO dan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang dipilih dengan menggunakan metode
Purposive Sampling, sehingga diperoleh sampel yang resentatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan adalah semua perusahaan yang go public yang terdaftar di BEI dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO dalam periode 2007-2011, serta Perusahaan yang mempunyai pajak tangguhan dan perataan laba pada periode 2007-2011.
Penelitian ini memerlukan data kuantitatif berupa data sekunder runtun waktu (time series) dari tahun 2007-2011
yaitu laporan keuangan tahunan
perusahaan yang listing di BEI, data yang didokumentasikan oleh PT PEFINDO.
5 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel yaitu variabel independen terdiri dari pajak tangguhan, dan perataan laba, sedangkan variabel dependen adalah peringkat obligasi.
Pajak Tangguhan
Kewajiban pajak tangguhan
(deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets)
adalah jumlah pajak penghasilan
terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang (PSAK No.46). Alat ukur tangguhan adalah beban pajak tangguhan pada periode laporan keuangan dibagi
dengan total aktiva pada periode
sebelumnya.
Perataan Laba
Perataan laba sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi. Perataan laba menjadi hal yang penting terutama karena praktik ini dapat
menimbulkan disfunctional behavior
(perilaku yang tidak semestinya) yang muncul sebagai akibat konflik yang timbul diantara pihak-pihak yang memiliki
kepentingan dengan laporan keuangan perusahaan (Koch dalam Ilham, 2011).
Pratik perataan laba diukur dengan menggunakan Indeks Eckel. Indeks Eckel akan membedakan antara
perusahaan-perusahaan yang melakukan praktik
perataan laba dengan yang tidak
melakukan perataan laba. Adapun Indeks perataan laba dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks Perataan Laba = 𝐶𝑉 ∆𝐼
𝐶𝑉 ∆𝑆
Dimana :
∆I = perubahan laba satu periode ∆S = perubahan penjualan dalam satu periode
CV = koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Dalam hal ini, nilai yang diharapkan menggunakan nilai rata-rata.
Jadi,
CV ∆I = koefisien variasi untuk perubahan laba
CV ∆S = koefisien variasi untuk perubahan penjualan
6 CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut :
CV ∆I dan CV ∆S =
(∆𝑥−∆𝑥 )2 𝑛−1 /∆x
Dimana ∆x merupakan perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun dengan n-1, dan n merupakan banyaknya tahuun yang diamati. Indeks Eckel untuk perusahaan bukan perataan laba adalah ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perataan laba adalah < 1.
Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. Hadimukti (2012) menyatakan bahwa variabel control dalam penelitian ini diproksi dengan ASSET : log dari total aset, DEBT: jumlah hutang jangka panjang yang dibagi oleh total aset. INCOME: jumlah hutang operasional yang dibagi oleh total aset. DUM_INDUSTRY : variabel dummy pada jenis perusahaan dimana perusahaan yang masuk kedalam jenis manufaktur akan bernilai 1 dan akan bernilai 0 untuk lainnya. DUM_YEAR: variabel dummy pada tahun laporan
keuangandimana laporan keuangan
perusahaan yang beradapada tahun kelima akan bernilai 1 dan akanbernilai 0 untuk yang berada pada tahun kesatu sampai tahun keempat.
Dalam hal ini data analisis dengan
menggunakan metode analisa data
multivariate yang merupakan metode
statistic deskrkriptif dan infrensial yang digunakan untuk menganalisa data lebih dari dua variabel penelitian. Yang menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari:
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Untuk
mengetahui pola distribusi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka digunakan bantuan uji non parametrik One Sample Kalmogorov Smirnov Test. Normalnya sebuah item ditentukan oleh nilai asymp sig (2 tailed) yang dihasilkan dalam pengujian yang harus ˃ alpha 0,05 (Ghozali, 2011).
Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonierritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
7 bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonierritas didalam model regresi dapat juga dilihat jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance jika VIF = 10 Tolerance = 1/10 = 0,1 (Ghozali, 2011).
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Untuk pengujian
Heteroskedasitas digunakan uji Glejser. Gejala heteroskedastisitas tidak akan terjadi nilai signifikan yang dihasilkan dalam pengujian yang berada diatas 0,05. Pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan setelah seluruh variabel
penelitian terbebas dari gejala
heteskedasitas (Ghozali, 2011).
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangguu
pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW), yaitu untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dalam menghitung nilai statistik. Jika nilai Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada Autokorelasi (Ghozali, 2011).
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan metode
pengujian ordinal logit regression. Ordered logit model yang biasa disingkat dengan nama ologit juga dikenal dengan sebutan proportional odds model.
Dalam hal ini teknik pengujian hipotesis yang digunakan adalah :
8
Uji Koefisien Determinan (R²)
Dalam penelitian ini pengujian
model penelitian digunakan dengan
menggunakan koefisien determinasi.
Fungsi determinasi adalah persamaan regresi dengan satu variabel terikat yang mempresentasikan keanggotaan dalam satu kelompok. Tujuannya untuk mengukur seberapa jauh jumlah variasi dari variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen. Nilai koefisien yang akan diperoleh berkisar 0<R²≤1 dimana jika nilai R² semakin mendekati 1, maka
semakin kuat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011).
Uji F-Tes
Uji pengaruh simultan yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen,dengan tingkat signifikan 5%. Hasil uji akan ditunjukkan dari tabel anova. Untuk mengetahui signifikan hasil jalur, kita bandingkan nilai probabilitas dengan nilai probabilitas signifikan. Apakah p ≥ 0,05, Ho ditolak Ha diterima berarti secara bersama-sama terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara individual, yaitu menguji
bagaimana pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstant.
4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan ringkasan hasil pengujian hipotesis maka hasil pengujian hipotesis pertama adalah bahwa variabel pajak tangguhan memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 1,008 dengan nilai signifikan sebesar 0,306. Pada tahapan
pengolahan data digunakan tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Dengan demikian terlihat bahwa nilai signifikan sebesar 1,008 > alpha 0,05 maka keputusannya H1 ditolak , sehingga dapat disimpulkan bahwa pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi di Indonesia.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pajak tangguhan yang semakin besar tidak berpengaruh terhadap rating perusahaan. Dengan demikian semakin besarnya pajak tangguhan yang dimiliki
oleh perusahaan maka perusahaan
9 rendah pada laporan keuangannya. Ketika perusahaan memiliki laba yang rendah maka hal tersebut dapat dijadikan indikator investor atau kreditor bahwa perusahaan atau emiten tidak akan mampu untuk melunasi hutang jangka panjangnya yaitu berupa hutang obligasinya.
Hasil pengujian pertama tidak konsisten dengan Christina (2010) yang menyatakan bahwa berpengaruh positif dan signifikan terhadap rating, artinya sampel obligasi perusahaan yang memiliki
book-tax differed yang semakin besar akan menghasilkan peningkatan pada peringkat obligasi terhadap perusahaan. Semakin tinggi nilai pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi di Indonesia. Hadimukti (2012) menyatakan bahwa dengan peringkat obligasi yang rendah maka estimasi resiko akan menjadi tinggi, tapi dalam hasil yang didapat bertolak belakang dengan hasil yang diteliti oleh Hadimukti (2012). Pajak tangguhan bernilai tinggi sehingga pajak tangguhan tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis kedua yang telah dilakukan diketahui variabel perataan laba memiliki koefisien negatif sebesar -0,060 dengan nilai signifikan sebesar 0,109. Proses pengolahan data dilakukan dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa nilai
signifikan sebesar 0,109 > alpha 0,05 maka keputusannya H2 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi perataan laba tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi di Indonesia.
Temuan yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kondisi perataan laba yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi rating perusahaan, hasil yang diperoleh tidak konsisten dengan hipotesis yang di ajaukan walaupu perataan laba yang di peroleh bernilai negatif yang dapat digunakan sebagai salah satu bentuk manajemen laba oportunistik. Martinez (2011) didalam
penelitiannya bahwa Pengelolaan
kelancaran pendapatan adalah sebagai sarana untuk mengelola peringkat kredit.
Bukan hanya karena kelancaran
pendapatan yang diyakini menjadi
masukan dalam metodologi rating, tapi juga karena pendapatan smoothing yang dapat dipandang sebagai perangkat yang
berguna untuk signal bagi sebuah
perusahaan. Dalam hal ini perataan laba yang tinggi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi di indonesia.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa
10 kesimpulan penting yang merupakan jawaban dari sejumlah permasalahan yang dianalisis di dalam penelitian ini yaitu : Pajak tangguhan ntidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, hasil tersebut menunjukkan semakin besar
pajak tangguhan tidak berpengaruh
terhadap rating perusahaan, Perataan laba juga tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, hasil tersebut menunjukan semakin besar perataan laba
tidak berpengaruh terhadap rating
perusahaan, serta Variabel kontrol yang terdiri dari asset, debt, income, DUM_Industry, DUM_Year juga tidak dapat memperkuat variabel independen untuk variabel dependen. Kesimpulannya ada atau tidak adanya variabel kontrol
variabel independen tetapi tidak
berpengaruh signifikan terhadap rating
perusahaan.
Peneliti menyadari bahwa
penelitian ini masih memiliki sejumlah kekurangan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan yang peneliti memiliki selama pembuatan jurnal ini, keterbatasan tersebut meliputi : Jumlah perusahaan yang diolah atau dijadikan sampel masih tergolong kecil sehingga belum dianggap benar-benar dapat mewakili populasi, serta masih kurangnya variabel yang digunakan untuk mempengaruhi terjadinya peningkatan atau penurunan peringkat obligasi di Indonesia.
Untuk itu berdasarkan analisa dan pembahasan hasil pengujian hipotesis maka diajukan beberapa saran yang dapat memberikan manfaat positif bagi : penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk menggunakan
objek penelitian seluruh obligasi
perusahaan yang terdaftar di BEI termasuk obligasi dari perusaahaan keuangan dengan menggunakan metode pengukuran yang telah disesuaikan dengan sektor industri dan setiap perusahaan. Dengan demikian dapat diperoleh hasil yang lebih valid, Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel lain baik yang berupa data keuangan maupun non-keuangan yang mungkin menjadi model prediksi peringkat obligasi untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai
peringkat obligasi di Indonesia, serta Peneliti dimasa datang disarankan untuk mencoba menambahkan satu atau dua variabel baru yang juga mempengaruhi peringkat obligasi, serta berupaya meningkatkan jumlah sampel dengan cara
mengganti metode dan kriteria
pengambilan sampel, saran ini penting sebagai upaya untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian yang akan dilaksanakan dimasa mendatang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Christina, Vinna. 2010. “Pengaruh Boox-Tax Differences terhadap Peringkat
Obligasi di Pasar Kredit
Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Ghozali, Imam. 2011. ”Aplikasi Analisis Multivariate denagn Program IBM SPSS 19”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadimukti, Fathony Aziz. 2012.
“Pengaruh Pajak Tangguhan dan Rasio Pajak terhadap Peringkat Obligasi di Indonesia”. Jurnal Nitro.
Ilham, Nanda. 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”. Skipsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta. .
Magreta. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”.
Jurnal Bisnis dan Akuntasi vol. 11, no. 3 desember, hlm 143-154. Riau.
Martinez, Antonio Lopo. 2011. “Bond Ratings and Income Smoothing in Brazil”. Latin American Business Review, 12:59-81. Victoria Brazil.
Pakarinti, Adia. 2012. “Analisis Pengaruh
Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.