• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Prosedur Analitis dalam

Pemeriksaan Keuangan

DI SUSUN OLEH

Kelompok 1

1.Abdillah Hanif

(01)

2.Andias Setyo Perdana

(04)

3.Arief Rahman Hakim

(06)

4.Hani Nur Fadhilah

(14)

5.Lily Arini Nasution

(19)

6.Muhammad Abdul Agung (23)

7.Nadya Rahma Annisa

(26)

Kelas: 6F

(2)

A. Pengertian Prosedur Analitis

Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.” Hal ini juga sesuai dengan pengertian prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan. Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non keuangan.

 Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

 Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang bisa diperoleh dengan dimilikinya pemahaman tentang auditee dan proses bisnis utama dari auditee.

2. Mengembangkan harapan atas data yang tercatat atau perbandingan yang seharusnya terjadi antar data terkait. Pengembangan harapan ini berdasarkan hasil pemahaman hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam mengembangkan harapan, pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data maupun perbandingan yang akan diukur. 3. Membandingkan data atau perbandingan data yang tercatat dengan harapan yang

dikembangkan, serta menelusuri penyebab penyimpangan signifikan yang terjadi

B. Tujuan Prosedur Analitis

Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya. Berdasarkan SPAP, prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan,

(3)

pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut tujuan dan proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut:

1. Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa dalam memahami entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit dalam menentukan rencana, desain, dan pengujian materialitas sehingga saldo-saldo akun atau transaksi yang memberikan sinyal adanya risiko inheren dan risiko pengendalian dapat teridentifikasi. Penyimpangan yang terjadi menunjukkan risiko terjadinya salah saji. Untuk itu, pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi atas penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan terkait siklus atau akun tertentu.

2. Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini bisa digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan.

3. Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara vertikal maupun horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk memastikan kewajaran laporan keuangan.

Prosedur analitis sebetulnya berperan penting sehingga dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian audit. Namun dalam SPKN disebutkan bahwa prosedur analitis hanya dilakukan pada tahap perencanaan pemeriksaan yang disebut dengan “Prosedur Analitis Awal” dan tahap pelaksanaan pemeriksaan yang disebut dengan “ Prosedur Analitis Akhir”. Meski demikian, tujuan prosedur analitis awal dalam pemeriksaan keuangan pemerintah sama seperti prosedur analitis audit bisnis.

Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal

Hukum prosedur analitis awal dalam tahap Perencanaan Pemeriksaan adalah wajib. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk membantu Pemeriksa dalam

(4)

merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di tahap selanjutnya atau prosedur pemeriksaan yang akan digunakan untuk memperoleh bukti-bukti pemeriksaan untuk saldo akun atau kelas transaksi tertentu.

Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari pemahaman entitas mengenai kegiatan keuangan dan operasi. Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan yang mendalam dibandingkan area-area yang berisiko rendah. Oleh karena itu, keseluruhan prosedur analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang tertera dalam laporan keuangan, indikator-indikator penyajian, tren laba perusahaan, atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan.

Keseluruhan prosedur analitis yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan kemampuan keuangan entitas. Pemahaman serta pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan entitas akan membantu pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman atas akun, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan pada keseluruhan periode pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu Pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun atau pos- pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur subtantif.

Teknik prosedur analitis awal biasanya meliputi perbandingan saldo yang tercatat dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau pos-pos sejenis pada tahun lalu), penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya yang masih berhubungan, dan analisis terhadap industri/kegiatan entitas. Setiap perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-prosedur ini akan dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan dalam area pemeriksaan tertentu. Pemeriksa haruslah mendokumentasikan penemuan-penemuannya sebagai bahan pertimbangan selanjutnya. Prosedur analitis awal didokumentasikan dalam dokumen prosedur analitis.

(5)

Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain:

 kertas kerja pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama tentang hal-hal signifikan dan risiko keuangan entitas;

 laporan keuangan tahun sebelumnya;

 diskusi dengan karyawan dan manajemen entitas;

 hasil pemahaman entitas

 hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan tahun sebelumnya; dan

 sumber-sumber informasi lainnya baik data keuangan maupun nonkeuangan entitas, contoh: Laporan Keuangan

Interim/Semesteran/Triwulanan tahun berjalan.

Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir

Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu pemeriksa dalam menilai kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksa harus menganalisis rasio keuangan dan mengevaluasi lebih lanjut perbedaan material antara nilai yang diharapkan dengan yang tercatat dalam laporan keuangan. Apabila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perbedaan tersebut baik secara individu maupun gabungan merupakan salah saji material yang dapat mempengaruhi opini pemeriksa terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.

C. Perbedaan Prosedur Analitis Audit Bisnis dan Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan Keuangan

Perbandingan Data Klien atau Entitas

(6)

Keuangan 1. Data industri

2. Data periode sebelumnya yang serupa.

3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.

4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.

5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan.

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Laporan keuangan dalam beberapa periode yang setara.

3. Realisasi terhadap anggaran. 4. Mempelajari hubungan antara

unsur-unsur dalam laporan keuangan yang diharapkan akan sesuai dengan pola yang dapat diperkirakan atas dasar

pengalaman entitas tersebut.

Prosedur Analitis Audit Bisnis Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan Keuangan

Memahami industri dan bisnis klien dengan melakukan prosedur audit dimana informasi tahun berjalan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau data industri

Meningkatkan pemahaman pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan kemampuan keuangan entitas.

Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern dimana prosedur analitis tertentu membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya

kegagalan bisnis

Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari tanya jawab dengan manajemen mengenai kegiatan keuangan dan operasi.

(7)

Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

melalui unusual fluctuations dimana aspek prosedur analitik ini sering disebut “pengarahan perhatian” karena hal itu menghasilkan prosedur yang lebih terinci dalam area audit khusus di mana salah saji dapat ditemukan.

Pemahaman serta pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan entitas akan membantu pemeriksa dalam

mengembangkan pemahaman atas akun, dan segala hal yang berhubungan

dengan keuangan pada keseluruhan periode pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun atau pos-pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur subtantif.

Prosedur analitis memberikan bukti substantif dalam mendukung pernyataan yang wajar atas saldo akun terkait sehingga pengujian audit yang terinci akan berkurang (prosedur audit tertentu dapat dihilangkan, ukuran sampel bisa dikurangi, atau penetapan waktu prosedur bisa digeser lebih jauh dari tanggal neraca).

Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan yang mendalam atau area-area yang berisiko rendah. Oleh karena itu,

keseluruhan prosedur analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang tertera dalam laporan keuangan, indikator indikator penyajian, tren laba perusahaan, atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan.

(8)

Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan yaitu:

1. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya. Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud.

Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi, pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan penjumlahan akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan rinciannya di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan rincian di CaLK juga harus dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan. Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan dengan pengujian substantif.

Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh keyakinan bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran tercermin dalam laporan keuangan pemerintah tahun anggaran tersebut. Hal tersebut harus tercermin dalam LRA, Neraca, LAK dan/atau Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Misalnya :

 Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas negara pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31 Desember.

 Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK. Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horizontal.

a) Analisis Vertikal

Analisis vertikal adalah pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah secara sederhana. Biasanya digunakan antarpos dalam satu jenis laporan (hubungan antar pos dalam

(9)

periode yang sama dan periode berbeda). Analisis ini sering disebut sebagai analisis kecenderungan (trend), yang merupakan suatu teknik analisis yang mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa mendatang. Contoh :

 Hubungan antar pos dalam periode yang sama : Anggaran pajak daerah realisasi pajak daerah. Anggaran belanja subsidi realisasi belanja subsidi

 Hubungan antar pos dalam periode yang berbeda

Realisasi pajak daerah 2010 realisasi pajak daerah 2011 Saldo Kas SILPA,Utang PFK

Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan saja yaitu analisis antar akun Neraca saja atau antar akun LRA saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam LRA dan dalam Neraca. Analisis ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antar jurnal kolorali dalam satu laporan, sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah disajikan dengan angka yang benar dan seimbang.

Misalnya:

 Analisis vertikal dalam LRA

Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan dibawah ini:

Uraian Persamaan

SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi total belanja ditambah total

penerimaan pembiayaan kemudian dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan

SiLPA = Total Pendapatan – Total Belanja + Total Penerimaan Pembiayaan – Total Pengeluaran Pembiayaan

(10)

 Analisis vertikal dalam Neraca

Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara seimbang untuk akun-akun yang saling berhubungan.

Uraian Persamaan

Aset harus sama dengan total kewajiban ditambah dengan total ekuitas.

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Piutang harus sama dengan EDL-cadangan piutang.

Piutang = EDL - Cadangan Piutang Kewajiban jangka pendek, kecuali

utang PFK, harus sama dengan EDL-dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.

Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

Aset tetap harus sama dengan EDI- diinvestasikan dalam aset tetap

Aset Tetap = EDI – Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

 Analisis vertikal dalam LAK

Uraian Persamaan

Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas operasi.

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi

Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari

aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran.

Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran

Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir di BUN ditambah saldo akhir kas di bendahara pengeluaran ditambah saldo akhir kas di

Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUN + Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran + Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan

(11)

bendahara penerimaan.

b) Analisis Horizontal

Analisis horizontal adalah perbandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah secara sederhana. Perbandingan antar pos (perkiraan) antar jenis laporan keuangan (hubungan antar pos dalam periode yg sama). Contoh :

 Saldo kas di neraca = saldo kas di LAK.

 Arus kas operasi = pendapatan-belanja

Analisis Horizontal dilakukan dengan melihat hubungan antar akun Neraca dengan akun LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK) dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan dilakukan analisis horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA, dan Laporan Arus Kas serta kecukupan pengungkapan dalam CaLK

Misalnya:

 Analisis horizontal antara LRA dan Neraca

Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

Uraian Persamaan

SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas negara ditambah kas di bendahara pengeluaran ditambah setara kas ditambah investasi jangka pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di neraca.

SiLPA (LRA) = Kas di Kas Negara + Kas di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas + Investasi Jangka Pendek – Utang PFK (Neraca)

Penerimaan pembiayaan pinjaman jangka panjang harus sama dengan utang jangka panjang ditambah bagian lancar utang jangka panjang tahun berkenaan dikurangi utang jangka panjang tahun sebelumnya.

Penerimaan Pembiayaan Pinjaman Jangka Panjang (LRA) = Utang Jangka Panjang + Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Tahun berkenaan – Utang Jangka Panjang Tahun sebelumnya (Neraca)

(12)

Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai.

Uraian Persamaan

Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) harus sama dengan belanja modal (di LRA).

Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi (LAK) = Belanja Modal (di LRA)

Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan (LAK) harus sama dengan penerimaan pembiayaan di LRA (selain penggunaan SiLPA).

Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA (Selain Penggunaan SiLPA)

 Analisis horizontal antara Neraca dan LAK

Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

Uraian Persamaan

Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama dengan saldo awal kas tahun berkenaan (LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan saldo awal kas di neraca tahun berjalan.

Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal Kas Tahun Berjalan (Neraca) Apabila terdapat selisih harus diungkapkan dalam CaLK

Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan harus sama dengan saldo utang PFK di neraca tahun

sebelumnya ditambah penerimaan PFK tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK tahun berjalan di LAK.

Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) = Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan – Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat selisih maka selisih tersebut adalah utang PFK yang ada di bendahara pengeluaran

(13)

2. Teknik prediktif

Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan anggaran akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan hal tersebut kita ketahui.

3. Analisis rasio dan trend

Analisa rasio dan trend merupakan kegiatan untuk menganalisa data keuangan dan atau non keuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh analisa rasio dan trend adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain atau belanja tertentu tahun sebelumnya.

 Analisis Rasio

Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antar akun di dalam laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pada pemerintah daerah yaitu :

1) Rasio Kemandirian Keuangan

Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diformulasikan sebagai berikut.

RKK= Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Keuangandari Pem Pus dan Pinjaman x100

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

(14)

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

2) Rasio efisiensi

Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan asli daerah dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima, yang diformulasikan sebagai berikut

ℜ=Realisasi Biayadikeluarkan untuk memperoleh PAD

Realisasi Penerimaan PAD x100

Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan PAD dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam pengeluaran biaya pemungutan PAD. Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja. Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai.

 Analisis Trend

Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu.

Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA. Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang.

(15)

SIMPULAN

1. Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non keuangan. 2. Dalam SPKN disebutkan bahwa prosedur analitis hanya dilakukan pada tahap

perencanaan pemeriksaan yang disebut dengan “Prosedur Analitis Awal” dan tahap pelaksanaan pemeriksaan yang disebut dengan “ Prosedur Analitis Akhir”

3. Tujuan dari prosedur analitis awal adalah untuk membantu Pemeriksa dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di tahap selanjutnya.

4. Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu pemeriksa dalam menilai kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan

5. Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan yaitu analisis data yang terdiri dari analisis vertikal dan analisis horizontal, teknik prediktif dan analisis rasio dan trend.

(16)

REFERENSI

Direktorat Litbang Ditama Revbang – Badan Pemeriksa Keuangan. 2014. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

Buku Panduan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Arens, Alvin A. 2008. Auditing dan Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi

Laporan Keuangan Komisi Pemilihan Umum Kota Tasikmalaya Semester I Tahun 2016 yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan

Laporan Keuangan Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan

Hasilnya menunjukkan perbedaan antara anggaran dan realisasi belanja memiliki perbedaan yang cukup signifikan jika dilihat dari nominalnya, sebesar pertumbuhan

Laporan keuangan Tahun 2021 pada Sekretariat DPRD Kabupaten Lombok Tengah digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,

Laporan Keuangan Kantor Wilayah Akuntansi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c)

PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD

Laporan Keuangan Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan