• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Evaluasi Pembelajaran - ANALISIS PERANGKAT EVALUASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN 2016/2017 SEKOLAH DASAR NEGERI ADIREJAWETAN 01 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Evaluasi Pembelajaran - ANALISIS PERANGKAT EVALUASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN 2016/2017 SEKOLAH DASAR NEGERI ADIREJAWETAN 01 - repository perpustakaan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Evaluasi Pembelajaran

a. Evaluasi

Evaluasi menurut Cross (Sukardi, 2011 : 1) merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat tercapai. Evaluasi menurut Arifin (2011 : 2) merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Evaluasi menurut Arikunto (2010 : 2) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunkan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan agar guru mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi. Selain itu, evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki cara mengajar yang dilakukan untuk menyampaikan sebuah materi.

(2)

akuntabilitas. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengetahui keadaan siswa secara lengkap.

b. Penilaian

Kegiatan penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dijalankan oleh guru. Penilaian untuk mengambil sebuah keputusan.

Penilaian menurut Arifin (2011 : 4) adalah

“suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.”

Menurut Yusuf (2015 : 14) asesmen (penilaian) dapat diartikan sebagai

“suatu proses pengumpulan data dan/atau informasi secara sistematis tentang suatu atribut, orang atau objek, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif tentang jumlah, keadaan, kemampuan atau kemajuan suatu atribut, objek atau orang/individu yang dinilai, tanpa merujuk pada keputusan nilai.”

Penilaian menurut Zainul (1997 : 7) adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes.

(3)

kemajuan belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran.

c. Pengukuran

Pengukuran menurut Arifin (2011 : 4) adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu”

bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board dan sebagainya. Pengukuran menurut Yusuf (2015 : 10) merupakan suatu prosedur penerapan angka atau simbol terhadap atribut suau objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan-aturan tertentu. Pengukuran menurut Zainul (1997 : 5) diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.

Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk memberikan angka atau simbol menurut aturan atau formulasi yang jelas. Kegiatan pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur seperti tes atau non tes. Alat ukur yang digunakan harus memiliki kriteria yang baik.

d. Tes

1) Pengertian Tes

(4)

sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes menurut Yusuf (2015 : 93) adalah

“suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang; atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori.”

Tes menurut Uno (2012 : 111) merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka.

Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah prosedur yang spesifik dan sistematis yang diberikan kepada seseorang digunakan untuk mengukur sesuatu. Tes dibuat secara tersusun berurutan mulai dari tingkatan kategori mudah sampai kategori yang sulit. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru pada aspek kognitif.

2) Penggolongan Tes

Sudijono (2011 : 68-73) menjelaskan bahwa penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar peserta didik sebagai berikut:

a) Tes seleksi adalah tes yang dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes

(5)

pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik.

c) Tes akhir adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

d) Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. e) Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk

mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

f) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.

Sudijono (2011 : 74) menjelaskan bahwa dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

a) Tes individual yaitu tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.

b) Tes kelompok yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.

Sudijono (2011 : 74) menjelaskan bahwa ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a) Power test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi

b) Speed test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

(6)

a) Tes tertulis yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga tertulis

b) Tes lisan yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan juga.

Beberapa macam penggolongan tes di atas dapat diketahui bahwa dilihat dari fungsinya ulangan harian termasuk dalam tes formatif dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk dalam tes subsumatif. Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, ulangan harian dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk tes kelompok karena guru berhadapan dengan beberapa siswa. Dilihat dari segi waktu yang disediakan ulangan harian dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk ke dalam speed test karena ada batasan waktu dalam mengerjakan soal. Dilihat dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, ulangan harian dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk ke dalam tes tertulis.

3) Ciri-ciri Tes yang Baik

Menurut Arikunto (2012 : 72-77) sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:

a) Validitas. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.

(7)

c) Objektivitas. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi.

d) Praktikabilitas. Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudah pelaksanaannya, mudah pemeriksaannya dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

e) Ekonomis. Tes yang ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

Tes yang akan digunakan dalam mengukur kemampuan siswa harus dapat memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi. Ada lima syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Tes dikatakan baik apabila syarat-syarat tersebut dapat terpenuhi.

4) Cara Membuat Soal Evaluasi Matematika yang Baik

Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 (Hamzah, 2014 : 91) cara membuat soal evaluasi matematika yang baik yaitu:

a) Mengembangkan indikator pencapaian Kompetensi Dasar dan memilih teknik penilaian yang sesuai.

b) Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.

c) Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan dan bentuk lain yang diperlukan.

(8)

2. Tes sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010 : 35) ada dua jenis tes yang digunakan dalam penilaian hasil belajar yaitu: tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Tes objektif terdiri dari bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan dan isian pendek atau melengkapi. Pemilihan jenis tes yang akan digunakan merupakan tanggung jawab guru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar menurut Purwanto (2010 : 23-25) yaitu:

a. Mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan. d. Didesain dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan dibaik.

e. Digunakan untk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

(9)

3. Penilaian Berbasis Kelas

a. Pengertian

Menurut Arifin (2011 : 180) penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai

“suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”

Kegiatan ini dilakukan secara berurutan dan terencana sehingga hasil belajar siswa dapat diketahui. Setelah itu, menetapkan keputusan keberhasilan siswa selama mengikuti pembelajaran. b. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas

Menurut Surapranata (2005 : 6-7) prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas yaitu:

1) Tujuan program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik berdasarkan kompetensi yang ditetapkan.

2) Standar keberhasilan yang harus dicapai oleh peserta didik berdasarkan kriteria yang dijadikan rujukan.

3) Penilaian berbasis kelas sebagai penilaian internal yang dilakukan oleh guru.

4) Model penilaian berbasis kelas menitik beratkan pada aspek perbaikan mutu pengajaran bagi guru dan pembelajaran bagi peserta didik.

5) Pemanfaatan hasil peniliaian berbasis kelas akan sangat beragam dari satu penilai dengan penilai lain.

(10)

c. Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas

Menurut Arifin (2011 : 184-186) domain penilaian berbasis kelas ada tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Alat yang digunakan untuk mengukur penguasaan kognitif yaitu tes lisan di kelas, tes tertulis dan portofolio. Alat yang digunakan untuk mengukur penguasaan psikomotor yaitu tes paper and pencil. Tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Alat yang digunakan untuk mengukur penguasaan afektif yaitu skala Likert, skala Thurstone dan skala perbedaan semantik untuk mengetahui sikap terhadap sesuatu..

d. Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas

Menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta dalam Arifin (2011 : 190-191) jenis penilaian berbasis kelas ada tujuh yaitu tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian sikap dan penilaian portofolio. Jenis penilaian yang akan diteliti adalah jenis tes tertulis pada kelas IV. Tes ini terdiri dari ulangan harian dan ulangan tengah semester (UTS).

4. Taksonomi Bloom Dua Dimensi

(11)

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Terdapat empat tipe pengetahuan umum menurut Kuswana (2014 : 114) yaitu:

a. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tampak lebih nyata dan operasional, serta bersifat penjelasan singkat atau bersifat kebendaan yang diobservasi dengan mudah.

b. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam bentuk pengetahuan yang tersusun sistematik.

c. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.

d. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian umum dan pengetahuan tentang salah satu pengertian pokok.

Selanjutnya terdapat enam proses kognitif menurut Kuswana (2014 : 115) yaitu:

a. Mengingat artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang. b. Memahami, mendeskripsikan susunan dalam artian pesan

pembelajaran, mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik. c. Menerapkan, menggunakan prosedur dalam situasi yang diharapi. d. Menganalisis, memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan

menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan

e. Mengevaluasi atau menilai, melakukan evaluasi atau penilaian yang didasarkan pada kriteria dan atau standar.

f. Menciptakan, menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik.

Tingkatan ranah kognitif yang cocok di Sekolah Dasar menurut Arikunto (2012 : 134) yaitu ingatan, pemahaman dan aplikasi. Tingkatan analisis dan sintesis dapat dilakukan di jenjang yang lebih tinggi.

(12)

a. Butir soal yang mengukur proses berpikir mengingat

Rumus apakah yang dapat menghitung luas persegi panjang?

Butir soal ini hanya meminta siswa untuk menyebutkan atau mengungkapkan kembali rumus persegi panjang yang telah diajarkan dalam materi bidang datar.

b. Butir soal yang mengukur proses berpikir pemahaman

Empat persegi panjang luasnya = p cm2 panjang = q cm dan lebar = r cm. Jika panjang diubah 3q cm dan luas nilainya tetap p cm2 maka lebar empat persegi panjang itu menjadi berapa?

Butir soal di atas, siswa dituntut untuk mengingat kembali rumus persegi panjang tetapi mereka harus memahami rumus tersebut. c. Butir soal yang mengukur proses berpikir penerapan

Sebidang tanah dengan panjang 50 meter dan lebar 24 meter. Berapa luas tanah itu?

Soal itu dapat diselesaikan dengan menerapkan rumus ke dalam situasi baru yang berbeda dengan kondisi konsep rumusnya.

5. Analisis Butir Soal

Daryanto (2010 : 179) analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek.. Menururt Sudjana (2010 : 135) analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal adalah suatu proses identifikasi untuk mengkaji pertanyaan-pertanyaan tes agar memilki kualitas yang memadai. Analisis butir soal dapat dilihat dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

a. Validitas

(13)

Arifin (2011 : 248-258) jenis-jenis validitas antara lain validitas permukaan, validitas isi, validitas empiris, validitas konstruk dan validitas faktor.

1) Validitas Permukaan. Validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri.

2) Validitas Isi. Validitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu.

3) Validitas Empiris. Validitas ini mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang akan diukur.

4) Validitas Konstruk. Validitas ini berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut.

5) Validitas Faktor. Kriterium yang digunakan dalam validitas faktor ini dapat diketahui denagn menghitung homogenitas skor tiap faktor dengan total skor dan antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain.

Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas permukaan, validitas isi, validitas konsruk dan validitas empiris. Validitas permukaan, validitas isi dan validitas konstruk untuk analisis deskriptif sedangkan validitas empiris untuk analisis kuantitatif. Berikut kriteria-kriteria dari validitas permukaan, validitas isi dan validitas konstruk:

1) Validitas Isi

(14)

a) Soal sesuai dengan indikator.

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

c) Setiap soal harus mempunyai saru jawaban yang benar atau yang paling benar.

Menurut Surapranata (2005 : 89) kriteria terhadap aspek isi materi butir soal isian singkat mata pelajaran matematika yaitu: rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar dan indikator)

Menurut Zulaiha (2008 : 25) kriteria terhadap aspek isi materi butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:

a) Soal sesuai dengan indikator

b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.

c) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau tingkatan kelas.

2) Validitas Konstruksi

Menurut Zulaiha (2008 : 2) kriteria terhadap aspek konstruksi butir soal pilihan ganda mata pelajaran matematika yaitu:

a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.

d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.

e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

(15)

g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologisnya.

h) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

i) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Menurut Surapranata (2005 : 89-90) kriteria terhadap aspek konstruksi butir soal isian singkat mata pelajaran matematika yaitu:

c) Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk kepada kunci jawaban.

d) Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang belum lengkap, bagian yang dikosongkan (perlu diisi siswa) maksimum dua untuk satu kalimat soal.

Menurut Zulaiha (2008 : 26) kriteria terhadap aspek konstruksi butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:

a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.

b) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. c) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis. d) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar,

grafik, peta atau yang sejenisnya, haris disajikan dengan jelas dan berfungsi.

3) Validitas Permukaan

(16)

a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunkan untuk daerah lain atau nasional.

c) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif. d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang

bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Menurut Surapranata (2005 : 89) kriteria terhadap aspek permukaan butir soal isian singkat mata pelajaran matematika yaitu: rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat dan jelas sehingga mudah dipahami.

Menurut Zulaiha (2008 : 26) kriteria terhadap aspek permukaan butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:

a) Rumusan soal menggunkan bahasa yang sederhana.

b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa.

c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. d) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

e) Rumusan soal harus komunikatif.

f) Jangan menggunakan bahsa yang berlaku setempat, jika soal akan digunkan untuk daerah lain atau nasional.

b. Reliabilitas

(17)

1) Metode External Consistency

a) Test-Retest. Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji denga test retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b) Ekuivalen. Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda , tetapi maksudnya sama. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen.

c) Gabungan. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengancara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama.

2) Metode Internal Consistency

Reliabilitas secara internal dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Sudjana (2010 : 135) asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan tingkat kesulitan soal. Indeks kesukaran digunakan untuk menunjukkan suatu butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Butir soal yang baik dalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

d. Daya Beda

(18)

kepada anak mampu hasilnya tinggi dan apabila tes diberikan kepada anak yang tergolong kurang maka hasilnya akan rendah.

Daya beda soal yang hasilnya negatif disebabkan karena jumlah jawaban benar pada kelompok bawah lebih besar dibandingkan dengan jawaban benar pada kelompok atas. Arikunto (2012 : 232) hal ini menunjukkan bahwa untuk menjawab soal dengan benar, dapat dilakukan dengan menebak.

B. Penelitian yang Relevan

1. Halimah Wahyuningrum (2014)

Penelitian ini berjudul “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester

Mata Pelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas V SD Negeri Kledung Kradenan Banyuurip Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil

(19)

2. Ni Luh Septiani Ari Pertiwi, Ni Wayan Arini dan I Wayan Widiana (2016)

Penelitian ini berjudul “Analisis Tes Formatif Bahasa Indonesia

Kelas IV Ditinjau dari Taksonomi Bloom Revisi”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tes formatif bahasa Indonesia kelas IV sudah menunjukkan penyebaran soal pada aspek kognitif dan pengetahuan walaupun masih didominasi tingkat kognitif mengingat. Setelah melakukan analisis butir soal diketahui kualitas soal termasuk masih kurang baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, baik dari siswa maupun guru.

3. Mozaffer Rahim Hingorjo dan Farhan Jaleel (2012)

(20)

4. Yeshwanth Rao Karkal dan Ganesh Shenoy Kundapur (2016)

Penelitian ini berjudul “Item Analysis Of Multiple Choice Questions Of Undergraduate Pharmacology Examinations In An International Medical School In India”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebanyak sembilan ujian (tujuh formatif, dua sumatif) yang terdiri dari rata-rata 54,2. Total pertanyaan N = 488, digunakan untuk menganalisis item. Rata-rata FV (indeks kesulitan) dan DI adalah 56,64% dan 0,22.

Sebanyak 71,90 % dari item yang dianalisis termasuk kategori baik berdasarkan FV dan 36,26% dari item yang dianalisis termasuk kategori sangat baik berdasarkan DI. Kategori item yang tergolong jelek adalah 22,95% berdasarkan FV dan 18,23% berdasarkan DI. Saat kedua parameter itu dipertimbangkan bersama-sama, hanya 23% dari item tersebut dalam kategori baik dan 17,11% dalam kategori jelek.

C. Kerangka Pikir

(21)

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

Pengumpulan perangkat evaluasi pembelajaran terdiri dari ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan akhir semester (UAS)

Hasil analisis soal ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan akhir semester (UAS)

Analisis

Analisis deskriptif terdiri dari:

1. Materi 2. Konstruksi 3. Bahasa

4. Jenjang ranah kognitif

Analisis kuantitatif terdiri dari:

1. Validitas Butir Soal 2. Reliabilitas

Gambar

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berperannya ilmu Kimia dalam berbagai bidang merupakan perwujudan dari hasil penelitian yang terus dilakukan oleh para peneliti untuk menghasilkan bahan atau barang yang lebih baik

Dalam hal tersebut menyangkut biaya dan resiko nilai tukar asumsi yang harus di bangun bahwa meminjam dollar dari luar negeri lebih murah dibandingkan meminjam dolla

Arun NGL yang meliputi partisipasi publik, bantuan modal UKM, bantuan kemitraan promosi produk, bantuan kemitraan bina lingkungan dan bantuan pendidikan dan

2 Pengelolaan wakaf pada awalnya dilakukan oleh nazhir perseorangan, yaitu oleh wakif sendiri atau anak keturunannya yang ditunjuk oleh wakif, atau oleh orang lain di

- Setiap siswa mempelajari kerusakan yang terjadi dan melaksanakan perbaikan pada rangkaian sistem peneranganb.

You can remove existing rows from a table by using the You can remove existing rows from a table by using the.

“Transformations are the operations applied to geometrical description of an object to change its position, orientation, or size are called geometric

Motor Servo digunakan sebagai alat mekanik yang bergerak untuk menekan secara otomatis tombol pengisian voucher pada kwh meter.. GSM Shield digunakan untuk