BAB II KAJIAN TEORI
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan motivasi, orang akan melakukan aktivitas untuk
melakukan sesuatu yang terdorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan. Motivasi akan semakin meningkat apabila hal-hal yang
berkaitan kebutuhan untuk mencapai tujuan semakin mendesak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi merupakan
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu dapat
juga diartikan sebagi usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
Menurut Sardiman (2011: 75) motivasi merupakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu. Sedangkan dalam kegiatan belajar
lebih lanjut Sardiman (2011: 75) mengemukakan bahwa motivasi
dikategorikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat dicapai. Motivasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menghidupkan (energize), mengarahkan, dan mempertahankan perilaku;
motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu
arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak (Ormrod, 2008:
58). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual yang dapat berasal dari faktor luar namun tumbuh di dalam
diri seseorang serta memiliki peran kuat untuk menumbuhkan gairah,
merasa senang, dan semangat untuk belajar.
Menurut Djamarah (dalam Djamarah dan Zain, 2010: 148)
terdapat enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru dalam usaha untuk
membangkitkan gairah belajar siswa, yaitu:
a. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan
pada akhir pengajaran.
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga
dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik
dikemudian hari.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
e. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun
kelompok.
Selain itu agar pembelajaran terus menerus membangkitkan
kreativitas dan keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi
dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena
baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari
informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak
fakta/fenomena tersebut.
b. Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep,
prinsip, hukum,dan teori.
c. Mendorong siswa aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen.
d. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data,
mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena.
e. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam presentasi
dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak terduga.
Eggen dan Kauchak (2012: 170) mengemukakan bahwa terdapat
dua faktor penting untuk dapat meningkatkan potensi siswa. Pertama,
siswa secara umum sebagai bentuk sukses di dalam kegiatan kelompok
dan kesuksesan itu penting bagi motivasi. Kedua, keterlibatan adalah
kontributor utama bagi motivasi.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas dapat
diketahui bahwa motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba
dilakukan karena motivasi sangat penting untuk mendorong seseorang
untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbagai hal.
2. Jenis Motivasi
Motivasi merupakan sesuatu yang kontekstual dan bisa berubah
seiring waktu. Perubahan tersebut terjadi karena pada dasarnya manusia
sebagai makhluk sosial memiliki berbagai kebutuhan atau keinginan
yang ingin dicapai dengan hasil yang maksimal.
Jenis atau macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang (Sardiman, 2011: 86-91)
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir dan tanpa
dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum bekerja,
istirahat. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif
Physiological drives.
2) Motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk
mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini sering disebut
dengan motif yang diisyaratkan secara sosial. Frandsen
mengistilahkan dengan affiliative needs, sebab dengan memiliki
kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat akan
Selain itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif
berikut ini:
1) Cognitive motives
Motivasi ini berkaitan dengan kepuasan individual dalam
diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk .
motif ini sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,
terutama berkaitan dengan pengembangan intelektual.
2) Self-expression
Motivasi ini berkaitan dengan keinginan seseorang untuk
mengaktualisasi diri.
3) Self-enhancement
Motivasi ini berkaitan dengan keinginan seseorang untuk
memperoleh ketinggian dan kemajuan diri. Sehingga dalam
hal proses pembelajaran perlu diciptakan suasana
kompetensi yang sehat bagi peserta didik untuk mencapai
suatu prestasi.
b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk
makan, minum, bernapas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Motivasi jasmaniah biasanya meliputi refleks, insting otomatis,
nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik merujuk pada motivasi untuk terlibat
dalam satu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan, sementara
motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam
kegiatan untuk kegiatan itu sendiri (Schunk dkk. dalam Eggen
dan Kauchak, 2012: 67). Pada dasarnya motivasi ekstrinsik dan
intrinsik adalah dua hal yang terpisah. Penelitian menunjukkan
bahwa motivasi intrinsik lebih disukai karena fokusnya pada
pembelajaran dan pemahaman. Motivasi itu bersifat kontekstual
dan bisa berubah seiring waktu (Wigfield dalam Eggen dan
Kauchak, 2012: 68). Namun motivasi intrinsik tidak mudah dan
tidak selalu dapat timbul. Sehingga diperlukan upaya dari guru
untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa, dengan
harapan siswa akan tumbuh motivasi sendiri (self motivation)
Siswa pada dasarnya akan termotivasi secara intrinsik oleh
pengalaman-pengalaman yang
a. Memberikan tantangan. Tantangan terjadi ketika tujuan lebih
sukar dan keberhasilan tidak terjamin pasti. Memenuhi
tantangan juga lebih memuaskan secara emosional (Ryan dan
Deci, Stipek dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 68)
b. Mendorong perasaan otonomi siswa. Siswa akan lebih
termotivasi ketika mereka merasa dapat memengaruhi
pembelajaran mereka sendiri (Perry, Ryan, dan Deci dalam
Eggen dan Kauchak, 2012: 68).
c. Membangkitkan rasa ingin tahu. Pengalaman yang baru,
mengejutkan atau ganjil dapat memicu motivasi intrinsik.
d. Melibatkan kreativitas dan fantasi. Pembelajaran kreatif
memungkinkan siswa untuk membuat materi lebih personal
lewat imajinasi mereka (Lepper dan Hodell dalam Eggen dan
Kauchak, 2012: 68).
e. Memberikan investasi pribadi. Guru yang berpengalaman
menggambarkan usaha membuat materi lebih pribadi sebagai
salah satu cara untuk mendorong minat siswa di dalam kegiatan
belajar (Scraw dan Lehman dalam Eggen dan Kauchak, 2012:
68) dan siswa merasakan semacam otonomi saat mereka
secara pribadi (Iyengar dan Lepper dalam Eggen dan Kauchak,
2012: 68).
Hamalik (2014: 113) mengemukakan bahwa munculnya
motivasi intrinsik maupun ekstrinsik juga dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni
a. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan tingkah
laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang
hendak dicapainya.
b. Sikap guru terhadap kelas. Motivasi intrinsik akan tumbuh
apabila guru merangsang siswa untuk melakukan kegiatan ke
arah tujuan yang jelas dan bermakna. Tetapi apabila guru lebih
menitikberatkan pada rangsangan-rangsangan sepihak maka
motivasi ekstrinsik akan lebih terlihat.
c. Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat
maka motivasinya lebih condong ke sifat ekstrinsik.
d. Suasana kelas mempengaruhi munculnya sifat tertentu pada
motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung
jawab lebih mendorong munculnya motivasi intrinsik
dibandingkan dengan suasana penuh paksaan dan tekanan
Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui bahwa siswa akan
lebih termotivasi secara intrinsik apabila pembelajaran dilakukan
dengan lebih bermakna dan menggunakan metode yang dapat
intrinsik siswa, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan lebih efektif, menyenangkan, dan tujuan pembelajaran pun
dapat tercapai dengan lebih baik. Namun pada dasarnya motivasi
ekstrinsik juga tetap diperlukan, karena tidak semua pembelajaran di
sekolah menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan
demikian siswa perlu ditumbuhkan motivasi belajarnya sesuai
keadaan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan/pekerjaan. Demikian halnya dalam belajar yang juga
memerlukan motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila
menggunakan motivasi yang tepat. Motivasi sangat berkaitan erat dengan
tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Sardiman (2011: 85)
terdapat tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi
merupakan penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dalam hal ini motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan. Dalam hal ini motivasi dapat menentukan
perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan maupun yang harus
Fungsi motivasi serupa juga dikemukakan oleh Hamalik (2014:
108)
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi
tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa motivasi merupakan
hal yang sangat penting untuk mendorong, mempengaruhi bahkan
mengubah tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkat
keberhasilan seseorang dalam pencapaian prestasi tergantung pada
intensitas motivasinya. Semakin tepat motivasi yang digunakan, maka
prestasi seseorang akan tercapai secara maksimal.
4. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi dapat mendorong seseorang mengembangkan aktivitas, inisiatif,
mengarahkan, dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar. Untuk
menumbuhkan motivasi perlu dipertimbangkan secara matang, karena
Beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi (Sardiman,
2011: 92)
a. Memberi angka
Angka merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka yang
baik bagi siswa dapat menjadi motivasi yang kuat.
b. Hadiah
Hadiah dapat dikategorikan sebagai motivasi, meskipun tidak
selamanya demikian. Hal tersebut harus sesuai dengan kebutuhan,
maupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu.
c. Saingan/kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa, sehingga kegiatan belajar siswa dapat
meningkat.
d. Ego-involment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri merupakan bentuk motivasi yang
penting.
e. Memberi ulangan
Memberikan ulangan merupakan sarana motivasi. Siswa akan giat
belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Namun pemberian
ulangan tidak boleh diberikan terlalu sering karena cenderung akan
f. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil pekerjaan terutama dengan hasil yang maksimal
dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
g. Pujian
Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif. Pemberian pujian
yang tepat dapat meningkatkan gairah belajar dan membangkitkan
harga diri.
h. Hukuman
Pemberian hukuman secara tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan tindakan yang disertai unsur
kesengajaan. Dengan demikian, siswa telah memiliki motivasi untuk
belajar sehingga hasil yang diharapkan akan baik pula.
j. Minat
Motivasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan minat.
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, demikian juga minat.
Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar kalau disertai
dengan minat. Minat dapat digolongkan sebagai alat motivasi yang
pokok. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan;
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna,
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar
Berbagai macam bentuk motivasi tersebut harus dapat
dikembangkan dan diarahkan secara maksimal agar hasil belajar dapat
tercapai secara memuaskan. Oleh karena itu, guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam memutuskan penggunaan motivasi secara
tepat sehingga proses pembelajaran akan tercipta secara lebih bermakna,
sehingga hasil yang diperoleh juga akan bermakna bagi kehidupan siswa.
5. Pengaruh Motivasi terhadap Pembelajaran dan Perilaku
Seorang guru perlu melakukan berbagai hal untuk memotivasi
dan mempengaruhi perilaku belajar siswa sesuai tujuan yang hendak
dicapai. Menurut Ormrod (2008: 58) pada dasarnya motivasi memiliki
beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa dalam
meningkatkan kesuksesan dan produktivitas jangka panjang. Beberapa
hal tersebut meliputi:
a. Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa untuk
mengarahkan usaha yang dilakukannya guna mencapai tujuan yang
b. Motivasi meningkatkan usaha dan energi
Motivasi dapat meningkatkan jumlah usaha dan energi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh siswa.
c. Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) dan kegigihan terhadap
berbagai aktivitas
Siswa memiliki kecenderungan untuk memilih menyelesaiakan
tugas yang mereka inginkan. Dengan adanya keinginan tersebut
siswa akan meningkatkan waktu untuk menyelesaikan tugas hingga
tuntas meskipun terkadang mengalami kendala.
d. Motivasi memengaruhi proses-proses kognitif
Motivasi memiliki pengaruh terhadap besarnya perhatian dan usaha
siswa dalam memahami serta menerapkan hal yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari .
e. Motivasi menentukan dampak konsekuensi
Besarnya motivasi yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang
maksimal akan semakin meningkatkan potensi yang mereka miliki.
f. Motivasi meningkatkan performa
Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran maupun berbagai aktivitas berpotensi lebih sukses.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat terlihat bahwa motivasi
memiliki pengaruh yang sangat positif dalam proses pembelajaran.
motivasi yang tinggi, sehingga secara tidak langsung akan mengubah
perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik.
B. Menulis
1. Pengertian Menulis
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menulis. Dalam
kegiatan sehari-hari orang tidak akan terlepas dari kegiatan menulis.
Kegiatan menulis berbeda dengan kegiatan menyimak atau berbicara.
Kegiatan menyimak dan berbicara sudah dimiliki manusia sejak lahir.
Berbeda dengan menulis yang memerlukan keterampilan khusus
terutama keterampilan berbahasa.
Definisi tentang menulis telah banyak dikemukakan oleh para
ahli. Menurut Alwasilah (2005: 43) menulis merupakan mekanisme
curahan ide, gagasan atau ilmu yang ditulis dengan struktur yang benar,
berkoherensi dengan baik antarparagraf dan bebas dari
kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca. Menulis adalah sebuah
kemampuan, kemahiran, kepiawaian seseorang dalam menyampaikan
gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca
yang heterogen baik secara intelektual maupun sosial.
Menurut Syamsuddin (1994: 1) menulis adalah salah satu jenis
keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia
sebagai alat komunikasi tidak langsung. Hal ini terjadi karena dalam
dapat dilakukan dengan tatap muka (kontak langsung). Menulis dapat
diartikan juga sebagai mengarang. Menurut Syamsudin (1994: 2)
mengarang diartikan merangkai, menyusun secara cermat buah pikiran
ke dalam bentuk tulisan yang beruntun dan teratur tentang suatu masalah.
Mengarang sering dianggap sebagai suatu keterampilan yang paling sulit
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kesulitan
tersebut disebabkan karena pada saat mengarang dibutuhkan
keterampilan berbahasa yang kompleks dan melibatkan seluruh
kemampuan berbahasa yang telah dipelajari secara teoritis sekaligus
nalar yang tepat.
Sementara itu, pendapat lain mengenai menulis dipaparkan oleh
Rusyana (dalam Samsudin 2012: 3) “Menulis adalah kemampuan
menggunakan pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Selanjutnya Tarigan
(2008: 22) menjelaskan, menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat
menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan
kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Sesuai dengan visi misi masa depan pendidikan yang lebih
dijadikan sebagai wadah bagi siswa sebagai bentuk pencurahan gagasan.
Tarigan (2008: 26) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat
dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktik dan latihan yang
tersistematis
Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis
merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran
atau perasaan dengan memanfaatkan lambang-lambang grafik sehingga
dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh lambang-lambang
tersebut. Dengan kata lain, menulis merupakan proses kreatif
melahirkan pikiran atau perasaan menjadi tulisan dengan
menggunakan bahasa yang dipahami, sehingga orang lain dapat
memahami maksud tulisan.
2. Fungsi menulis
Fungsi utama tulisan menurut Tarigan (2008: 22) adalah sebagai
alat komunikasi tidak langsung. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Zainurrahman (2011: 188) bahwa fungsi menulis adalah kegiatan
komunikatif, dimana penulis menuangkan ide atau pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Tulisan pada dasarnya dapat membantu
menjelaskan pikiran-pikiran kita. Keberhasilan sebuah tulisan dalam
menyampaikan ide atau pesan sangat ditentukan oleh keterbacaan tulisan
dan kemampuan pembaca dalam memahami tulisan tersebut. Dengan
demikian, menulis merupakan kegiatan yang sangat penting, karena
yang dapat memudahkan manusia dalam berinteraksi atau berkomunikasi
satu sama lain. Bahkan dalam dunia pendidikan menulis dapat
memudahkan para pelajar untuk berpikir bahkan berpikir secara kritis.
Hal terpenting sebagai seorang penulis adalah menguasai prinsip-prinsip
menulis dan berpikir sehingga hal yang dikemukakan dapat mencapai
maksud dan tujuannya.
3. Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta,
perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca
(Keraf, 2004: 38). Seorang penulis perlu menguasai objek, gagasan dan
pengembangan gagasannya dalam kalimat yang jelas serta terperinci
sehingga tulisan yang dihasilkan efektif. Sedangkan menurut Hartig
dalam Tarigan (2008: 25-26) tujuan menulis adalah
a) Assignment purpose (tujuan penugasan). Dalam tujuan penugasan,
penulis memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
bukan atas kemauan penulis itu sendiri.
b) Altruistic purpose (tujuan altruistik). Dalam tujuan altruistik, penulis
bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, menolong pembaca memahami,
menghargai perasaan, dan penalarannya.
c) Persuasive purpose (tujuan persuasif). Tulisan yang bertujuan
d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan).
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca.
e) Self-expresive purpose (tujuan pernyataan diri). Tulisan yang
bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
f) Creative purpose (tujuan kreatif). Dalam tulisan ini, penulis lebih
menonjolkan kreativitas atau keinginan mencapai norma artistik,
atau seni yang ideal, seni idaman.
g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Dalam
tujuan ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan
cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Berdasarkan beberapa tujuan menulis di atas , dapat diketahui
bahwa seorang penulis hendaknya tidak hanya cermat dalam memilih
pokok pembahasan yang akan ditulis. Namun alangkah baiknya jika
seorang penulis juga memperhatikan apa yang hendak dicapai dari
tulisan tersebut, sehingga hasil karyanya dapat diterima secara terbuka
C. Teks
1. Pengertian Teks
Teks merupakan sarana pembelajaran dalam kurikulum 2013,
khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat
dinyatakan bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran
berbasis teks. Istilah teks dan wacana dianggap sama dan hanya
dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan
realisasi makna dari teks. Menurut Priyatni (2014: 65) teks merupakan
ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang berfungsi untuk mengekspresikan
gagasan. Sedangkan menurut Rohmah (2014: 1) teks adalah satuan
lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi
tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa teks eksposisi adalah pengungkapan
gagasan secara lisan atau tulis berdasarkan tata organisasi
mengungkapkan maksud tertentu
2. Jenis-jenis Teks
Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya bahwa kurikulum
2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Menurut
Anderson (dalam Priyatni, 2014: 66) teks dikelompokkan menjadi dua
kategori besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual. Genre sastra
bertujuan untuk mengajak emosi dan imajinasi pembaca atau penyima.
Pembaca atau penyimak dibuat untuk dapat tertawa, menangis, dan
menjadi tiga jenis, yaitu teks naratif (cerpen, novel), puitik dan dramatik.
Sedangkan genre faktual bertujuan untuk menggambarkan, menceritakan,
atau meyakinkan pembaca atau penyimak. Beberapa teks yang termasuk
di dalam genre faktual, antara lain teks eksposisi, deskripsi, prosedur,
laporan hasil observasi, dan lain-lain.
Pada jenjang SMA/ MA dan SMK/MAK terdapat 15 jenis teks,
yaitu (1) teks anekdot, (2) teks eksposisi, (3) teks laporan hasil observasi,
(4) teks prosedur kompleks, (5) teks negosiasi, (6) teks cerita pendek, (7)
teks pantun, (8) teks cerita ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10) teks
film/drama, (11) teks cerita sejarah, (12) teks berita, (13) teks iklan, (14)
teks editorial/opini, (15) teks novel (Permendikbud Nomor 69 Tahun
2013). Jenis-jenis teks tersebut mempunyai struktur berpikir/struktur isi,
unsur kebahasaan, dan tujuan sosial yang berbeda Struktur teks dan
bentuk-bentuk bahasa (misalnya, jenis verba, konjungsi, partisipan, dan
kelompok kata) itu menjadi ciri-ciri yang menandai teks-teks tersebut.
Secara umum beberapa jenis teks tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Anekdot
Anekdot merupakan jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu,
konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang
b. Deskripsi
Deskripsi merupakan jenis teks yang memaparkan suatu
objek/hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah mendengar,
melihat, atau merasakan hal yang dipaparkan (Priyatni, 2014: 72).
c. Editorial
Editorial merupakan jenis teks pada koran atau majalah yang
merupakan ungkapan wawasan atau gagasan terhadap sesuatu yang
mewakili koran atau majalah tersebut (Latifah, 2013: 184). Editorial
juga disebut tajuk rencana.
d. Eksemplum
Eksemplum merupakan jenis teks rekaan yang berisi insiden yang
menurut partisipannya tidak perlu terjadi (Latifah, 2013: 184).
e. Eksplanasi
Eksplanasi merupakan jenis teks yang menjelaskan hubungan logis
dari beberapa peristiwa. Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa
timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut
mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya (Latifah, 2013:
184).
f. Eksposisi
Eksposisi merupakan jenis teks yang berisi paparan, pendapat, atau
opini seseorang dalam menanggapi suatu isu atau permasalahan
g. Naratif
Naratif merupakan teks rekaan yang berisi komplikasi yang
menimbulkan masalah dan memerlukan waktu untuk melakukan
evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut (Latifah, 2013:
184). Teks naratif umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita
pendek, atau novel.
h. Negosiasi
Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk
mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang
mempunyai perbedaan kepentingan (Latifah, 2013: 184).
i. Prosedur Kompleks
Prosedur merupakan jenis teks menjelaskan langkah-langkah secara
lengkap dan jelas tentang cara melakukan sesuatu (Kosasih, 2013:
65).
j. Laporan Hasil Observasi
Laporan hasil observasi merupakan teks yang mengemukakan
fakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan (Kosasih, 2013: 6).
D. Eksposisi
1. Teks Eksposisi
a. Pengertian Teks Eksposisi
Hakikat teks eksposisi terletak pada adanya opini dan argumen
topik tertentu dan pernyataan yang menunjukkan posisi penulis dalam
menaggapi isu atau persoalan tersebut. Kosasih (2013: 122)
mengemukakan bahwa teks eksposisi adalah teks yang memaparkan
sejumlah pengetahuan atau informasi. Selanjutnya teks eksposisi juga
dapat didefinisikan sebagai adalah teks yang berisi paparan, pendapat,
atau opini seseorang dalam menanggapi atau menyikapi suatu isu atau
permasalahan (Suryanta, 2014: 44). Teks eksposisi adalah teks untuk
meyakinkan pembaca terhadap opini dengan sejumlah argumen
pendukung (Priyatni, 2014: 91).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa teks eksposisi
yaitu teks untuk meyakinkan pembaca dengan memaparkan sejumlah
pengetahuan atau informasi dalam menanggapi suatu isu atau
permasalahan.
b. Tujuan Teks Ekposisi
Setiap teks memiliki tujuan penulisan yang berbeda-beda.
Menurut Kosasih (2013: 122), teks eksposisi bertujuan agar pembaca
mendapat informasi dan pengetahuan sejelas-jelasnya. Pendapat lain
dikemukakan oleh Priyatni (2014: 91) bahwa teks eksposisi bertujuan
untuk menjelaskan, mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah
persoalan atau isu tentang topik tertentu. Pendapat serupa
dikemukakan Suryanta (2014: 44) bahwa teks ekposisi bertujuan
perlu dicermati dan disikapi bersama dan menawarkan solusi untuk
mengatasinya (Suryanta, 2014: 44)
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
penulisan teks eksposisi yaitu memberikan penjelasan kepada
pembaca tentang suatu informasi sehingga pembaca bertambah
pengetahuannya tentang informasi tersebut.
c. Karakteristik Teks Eksposisi
Setiap jenis teks memiliki struktur isi, ciri kebahasaan dan
tujuan sosial yang berbeda. Struktur isi teks eksposisi meliputi judul,
tesis/opini/pendapat, argumen, dan simpulan. Priyatni (2014: 91)
menjabarkan struktur isi teks eksposisi tersebut sebagai berikut
1) Judul
Judul harus memunculkan isu, atau persoalan topik tertentu.
2) Tesis/opini/pendapat
Berisi pernyataan yang menunjukkan sudut andang penulis
terhadap isu atau persoalan topik tertentu
3) Argumen
Berisi sejumlah bukti atau alasan untuk mendukung atau
membuktikan kebenaran tesis
4) Simpulan
Merangkum atau menegaskan kembali sudut pandang penulis
Bentuk teks eksposisi meliputi berita, resep, artikel, laporan maupun
buku pelajaran. Meskipun tiap bentuk teks eksposisi tersebut memiliki
struktur yang berbeda, namun secara umum memiliki kesamaan dalam
kata-kata yang digunakanyaitu menggunakan kata-kata yang lugas.
Maksudnya bermakna apa adanya; tidak mengandung kata kias atau
penambahan arti dari makud tertentu.
Menurut Kosasih (2013: 122) teks eksposisi memiliki
karakteristik sebagai berikut, 1) memaparkan, 2) menyajikan sejumlah
fakta, 3) pembaca memperoleh wawasan, 4) menggunakan kata-kata
lugas. Sedangkan menurut Suryanta (2014:70) karakteristik teks
eksposisi dapat dikenali dari bahasa yang digunakan, meliputi
1) Ditulis menggunakan bahasa formal atau baku.
2) Kalimat-kalimatnya berstruktur lengkap, jarang terdapat
kalimat minor atau elipsis.
3) Paragraf-paragrafnya bersifat koheren dan kohesif.
4) Banyak menggunakan konjungsi, baik antar klausa maupun
antar kalimat.
5) Diksi bersifat denotatif daripada konotatif.
6) Menggunakan kata ganti orang pertama, baik tunggal maupun
2. Prosedur Penulisan Teks Eksposisi
Prosedur penulisan teks eksposisi secara umum sama dengan
penulisan teks lain. Menurut Suryanta (2014: 50-51) prosedur penulisan
tersebut meliputi, 1) memilih dan menetapkan topik, 2) mengumpulkan
bahan/informasi pendukung, berupa bukti, data-data, keterangan atau opini
narasumber, tinjauan teoretis yang akan dipergunakan untuk memperjelas
opini dan memperkuat argumen, 3) menulis kerangka karangan, yaitu
berisi tesis atau teori, opini-opini pokok, dan butir-butir argumen yang
akan dikemukakan, 4) mengembangkan kerangka karangan, 5) mengedit
yaitu memperbaiki aspek isi, bahasa, struktur teks yang belum tepat, dan
6) mempublikasikan, yaitu mengirimkan artikel ke media massa atau
media lain sehingga bisa dibaca publik. Prosedur penulisan teks eksposisi
yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Kosasih (2013: 154-155),
yaitu meliputi 1) menemukan topik yang menarik yang kita kuasai, 2)
menspesifikan topik ke dalam gagasan yang lebih fokus atau menyusun
kerangka tulisan, 3) mempertimbangkan sasaran pembacadan keluasan isi
tulisan serta pilihan kata yang digunakan, yaitu berkaitan dengan
kedalaman , 4) mengumpulkan bahan, 5) mengembangkan kerangka
menjadi tulisan secara lengkap dan utuh. Selain itu kegiatan penyuntingan
teks eksposisi atau pengeditan juga perlu dilakukan agar memperoleh
tulisan yang baik. Penyuntingan ini meliputi tiga aspek, yaitu 1) aspek isi,
berkaitan dengan kebenaran, kelogisan pemaparan, kejelasan dan
paragraf atau kalimat, keteraturan pola pengembangan, 3) aspek bahasa,
berkaitan dengan keefektifan kalimat, ketepatan ejaan/tanda baca.
Prosedur penulisan teks eksposisi tersebut dilakukan untuk
menghindari dangkalnya isi tulisan dan bisa memberikan sesuatu yang
baru dan bermanfaat bagi pembaca, sehingga penulis perlu
menyiapkan berbagai sumber agar dapat mengembangkan topik yang
akan ditulis.
3. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi
Kemampuan atau keterampilan menulis dapat dikategorikan
sebagai keterampilan produktif, yaitu keterampilan mencipta dan
menyajikan bahasa. Keterampilan menulis bukan merupakan
keterampilan alamiah. Keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui
latihan-latihan dengan penguasaan konsep-konsep tertentu secara terus
menerus atau berkesinambungan. Dalam dunia akademik, setiap unsur
yang ada di dalamnya dituntut untuk dapat menguasai keterampilan
menulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah kemampuan
membangun teks agar mudah dipahami oleh orang lain. Salah satu teks
yang dipelajari dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk tingkat
SMA/MA adalah teks eksposisi.
Kemampuan menulis teks eksposisi yaitu kesanggupan,
kecakapan, dan kekuatan yang harus dimiliki siswa dalam menulis teks
eksposisi secara logis dan sistematis. Siswa dikatakan mampu menulis
sistematis. Logis berarti jika keterangan atau alasan yang dikemukakan
masuk akal. Sedangkan disebut sistematis jika keterangan yang ditulis
disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar siswa mampu dalam menulis
teks eksposisi, yaitu meliputi aspek pemahaman (1) gagasan utama (2)
kalimat utama, (3) kalimat penjelas, (4) unsur-unsur paragraf, (5) diksi,
dan (6) ejaan dan tanda baca.
Teks eksposisi bersifat menjelaskan sesuatu hal secara objektif.
Ini berarti tulisan eksposisi harus menyajikan topik yang faktual, isinya
mempunyai manfaat yang mengkomunikasikan informasi, ide, atau fakta.
Tujuan yang diharapkan adalah bisa memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya, dan dapat membuktikan kebenarannya, sering pula dilampirkan
daftar angka-angka, statistik, gambar, denah, peta, diagram, organisasi
dan sebagainya. Menulis eksposisi yang efektif, perlu memperhatikan,
tujuan yang akan dicapai, sifat paparan, penetuan ide, masalah, gagasan,
pikiran yang akan ditulis, lalu pembuatan kerangka tulisan, setelah itu
pengumpulan data-data atau keterangan untuk dijadikan bahan tulisan,
dan terakhir pembatan simpulan. Dari uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa untuk menulis karangan eksposisi harus mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan topik yang akan
disajikan, (2) menentukan tujuan eksposisi, (3) membuat kerangka yang
lengkap dan sistematis, (4) isi kerangka karangan eksposisi harus sesuai
eksposisi sesuai dengan kerangka karangan, (6) agar eksposisi dapat
diterima oleh pembaca, paparannya harus disertai contoh, gambar, dan
lain-lain yang dianggap perlu.
E. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi
dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran
yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.
Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan Kemendikbud (2013: 165)
bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah pendekatan ilmiah yang lebih
mengedepankan penalaran induktif daripada deduktif. Dalam pendekatan
ilmiah ini, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses pemerolehan
ilmu. Karena itu, penerapan dari pendekatan ini akan menyentuh tiga ranah
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil pembelajaran yang
berbasis pendekatan ilmiah ini akan melahirkan siswa yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Oleh karena itu, pengintegrasian pengetahuan, sikap, dan
dipandang sebagai titian emas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa
diyakini aktif dalam mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya karena
dalam prosesnya siswa dibiasakan untuk menemukan fakta-fakta dari sebuah
fenomena. Artinya, siswa diajak untuk memahami pentingnya fakta-fakta
tersebut.
Konsep pendekatan saintifik seperti yang diungkapkan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (dalam Wikanengsih, 2013: 335) memiliki
beberapa kriteria, yaitu 1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; 2) Penjelasan
guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka
yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis; 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; 4) Mendorong dan
menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran; 5) Mendorong
dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran; 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan; 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
Berdasarkan konsep tersebut, pembelajaran saintifik merupakan
proses pembelajaran yang menghendaki siswa belajar aktif dalam
menemukan ilmu pengetahuan.
F. Model Pembelajaran Berbasis Projek
1. Pengertian pembelajaran berbasis projek
Pembelajaran berbasis projek adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
(Kemendikbud, 2013: 19). Pembelajaran berbasis projek memberi
kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan mampu mengembangkan
kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan
produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis,
membuat, sampai mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata. Dalam Pembelajaran berbasis projek siswa
diperkenankan untuk bekerja secara perseorangan maupun kelompok
yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.Penerapan pembelajaran
berbasis projek agar memotivasi siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar melalui pembelajaran yang
inovatif dan kontekstual.
Tujuan pembelajaran berbasis projek seperti yang tercantum
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam
pembelajaran.
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah projek.
c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam
mengelola sumber/ bahan/alat untuk menyelesaikan projek.
e. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada pembelajaran
berbasis projek yang bersifat kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran berbasis proyek yaitu
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam menyelesaikan
suatu projek dan memberi peluang kepada siswa beraktivitas serta
berkreasi untuk menghasilkan produk nyata.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek
Pembelajaran berbasis projek adalah metode pembelajaran yang
menggunakan projek atau kegiatan sebagai media, (Kemendikbud 2013:
20). Para peserta didik bekerja secara kontekstual untuk menghasilkan
produk riil dan realistis. Prinsip yang mendasar pada pembelajaran
berbasis projek adalah:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas
proyek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan
c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan
berdasarkan tema atau topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan atau hasil karya). Produk tersebut kemudian
dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk
perbaikan produk.
3. Langkah-langkah pembelajaran berbasis projek
Pembelajaran berbasis projek dilakukan dengan memberikan
tugas untuk mengembangkan tema atau topik dalam kegiatan projek yang
realistis. Siswa didorong untuk menumbuhkan kreativitas, kemandirian,
berpikir kritis, tanggung jawab, dan percaya diri dalam pembelajaran.
Menurut Kemendikbud (2013: 21) terdapat enam langkah dalam
Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran berbasis projek setiap langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Projek
Siswa menentukan tema atau topik bersama guru. Siswa menentukan
projek yang akan dikerjakan baik secara kelompok maupun mandiri.
b. Perancangan Langkah-langkah Penyelesaian Projek
Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari
awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan
projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan,
pemilihan aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan
sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas
projek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
c. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Projek
Siswa dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancang untuk diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu.
d. Penyelesaian Projek dengan Fasilitasi dan Monitoring Guru
Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas
siswa dalam melaksanakan projek mulai proses hingga penyelesaian.
Selain itu, dalam tahap monitoring guru juga menyusun rubrik yang
e. Penyusunan Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Projek.
Hasil projek dalam bentuk produk dipresentasikan dan atau
dipublikasikan kepada siswa yang lain dan guru atau masyarakat
dalam bentuk presentasi, publikasi, dan pameran produk
pembelajaran.
f. Evaluasi Proses dan Hasil Projek
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan evaluasi
terhadap aktivitas dan hasil tugas projek baik secara individu
maupun kelompok. Siswa juga diberi kesempatan untuk
mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan projek
dengan diskusi guna memperbaiki kinerja selama menyelesaikan
tugas projek
Untuk menghasilkan suatu produk, dalam pembelajaran
berbasis projek siswa diharapkan mampu bergerak aktif secara
berkala yang melibatkan fisik, pikiran dan semua indera yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dengan demikian,
pembelajaran berbasis projek memiliki potensi yang amat besar
untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna untuk siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Projek dalam Pembelajaran
Menurut Kemendikbud (2013: 181-182) kelebihan dan
kekurangan pada penerapan pembelajaran berbasis projek dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Keuntungan pembelajaran berbasis projek
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan
mereka perlu untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi projek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9) Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran.
b. Kelemahan pembelajaran berbasis projek
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis projek di
atas seorang guru harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi siswa
dalam menghadapi masalah, membatasi waktu siswa dalam
menyelesaikan projek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang
sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian
yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan
biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
instruktur dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Samsudin (2012) mengenai “Peningkatan Kemampuan
menulis Eksposisi Berita dan menulis Eksposisi Ilustrasi Siswa Kelas V
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis”
menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan
menulis. Hasil penelitian eksperimen kuasi ini menunjukkan perbedaan
peningkatan kemampuan menulis eksposisi berita dan eksposisi ilustrasi
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif
terpadu membaca dan menulis yang lebih meningkat secara signifikan
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian ini
memiliki kerelevanan dengan penelitian peneliti, yaitu mengaji keterampilan
menulis teks eksposisi. Adapun perbedaannya, fokus penelitian Asep
kolaboratif terpadu sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan
saintifik model pembelajaran berbasis projek.
Penelitian lain oleh Damayanti, dkk. (2014) mengenai “ Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot Berpendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran
Berbasis Projek (Project Based Learning) pada Siswa Kelas X Tata
Kecantikan Kulit 1 di SMK Negeri 2 Singaraja” menemukan bahwa dalam
proses pembelajaran menulis teks anekdot dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis projek di kelas, guru mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, menyenangkan, kreatif, dan kritis sehingga siswa
termotivasi dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran. Relevansinya dengan penelitian ini adalah bahwa guru perlu
menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran berbasis projek agar
dapat memotivasi siswa dan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Dalam
pembelajaran di kelas guru tidak terlalu banyak berceramah saat
menyampaikan materi pembelajaran. Namun guru lebih banyak mengajak
siswa untuk berdiskusi dengan cara membentuk kelompok dan melakukan
tanya jawab terkait projek memproduksi teks. Hal itu sesuai dengan
kurikulum 2013 yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif
dengan menerapkan lima komponen pendekatan saintifik, yakni mengamati,
menanya, menalar, mencoba,dan jejaring. Perbedaan fokus penelitian ini
terfokus pada kemampuan menulis teks anekdot sedangkan peneliti pada teks
eksposisi.
Artini, dkk. (2013) dalam penelitiannya mengenai “Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Projek terhadap Kecerdasan Emosional Siswa”
menemukan bahwa terjadi peningkatan nilai rerata dari setiap aspek
kecerdasan emosional pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen cukup signifikan dibandingkan
dengan kelas kontrol. Berdasarkan analisis data, diperoleh F hitung adalah
1491,278. Angka F hitung lebih besar dari F tabel (3,89) pada taraf
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan
kecerdasan emosional antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran
berbasis proyek dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini sangat
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kerelevana penelitian
ini adalah adanya kesamaan dalam mengaji model pembelajaran berbasis
projek dengan membandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
yang tengah diteliti oleh peneliti. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih
membuktikan potensi maupun keefektifan model pembelajaran berbasis
projek dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.
Hanya saja fokus penelitiannya berbeda dengan penelitian yang dilakukan
peneliti. Adapun perbedaannya, penelitian di atas meneliti peningkatan
kecerdasan emosional sedangkan penelitian peneliti berkaitan dengan
penngkatan motivasi dan kemampuan menulis teks eksposisi. Meskipun
membangun kompleksitas fisik dan pikiran bahkan pengalaman siswa dalam
proses pembelajaran.
H. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik merancang
pembelajaran dengan melibatkan keaktifan keterampilan siswa dalam
mencari informasi melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi dan mengomunikasikan. Dalam hal ini bantuan guru memang
diperlukan, namun hal tersebut akan semakin berkurang ketika siswa semakin
memahami dan bertambah pengetahuannya. Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sangat relevan dalam meningkatkan motivasi siswa
dalam menulis teks eksposisi. Hal tersebut tercermin melalui sejumlah
langkah berikut.
Siswa melakukan kegiatan pengamatan berdasarkan fakta atau fenomena
dalam rangka mengidentifikasi permasalahan menulis teks eksposisi. Proses
pengamatan ini dilakukan secara langsung oleh siswa dengan
membandingkan dua buah teks berbeda, yaitu teks eksposisi dan teks lain dari
segi struktur isi, karakteristik, gaya bahasa dan lain-lain. Pengamatan secara
langsung ini tentunya akan membuat siswa senang dan tertantang karena
selain dapat memberikan penjelasan yang lebih konkrit, juga dapat
memudahkan siswa untuk memahami permasalahan yang sebenarnya dan
bukan hanya sekadar teori. Selanjutnya guru akan mendorong siswa untuk
eksposisi dan teks lain. Rumusan berbagai pertanyaan yang muncul dari
siswa akan mendapatkan bimbingan maupun panduan dari guru yang akan
mendorong siswa untuk mencoba mencari jawaban melalui berbagai teknik,
seperti bertanya kepada teman, maupun melalui media lain. Hal tersebut
tentunya akan memotivasi siswa untuk membangkitkan rasa ingin tahu
terhadap teks eksposisi dan teks lain yang sedang diamati serta kemampuan
berpikir untuk memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan menulis teks
ekposisi. Berbagai data atau informasi yang telah diperoleh siswa selanjutnya
diolah dan akan ditarik kesimpulan. Langkah berikutnya siswa didorong
untuk dapat mengomunikasikan kesimpulan yang telah diperoleh melalui
presentasi yang tentunya akan memotivasi siswa untuk menampilkan karya
terbaiknya berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Pendekatan saintifik akan semakin memotivasi siswa dengan
membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi siswa
yaitu dengan memberikan projek menulis teks eksposisi kepada siswa. Pada
tahap awal guru akan menentukan pertanyaan yang mendasar untuk
melakukan aktivitas menulis teks eksposisi yang berdasarkan fakta dan
disesuaikan dengan pengetahuan siswa. Hal tersebut akan mendorong siswa
semakin bersemangat untuk menyelesaikannya. Siswa juga dilibatkan dalam
dalam proses perencanaan projek sehingga siswa akan mempunyai perasaan
memiliki terhadap projek tersebut. Demikian pula dalam penyusunan jadwal
penyelesaian projek, dengan dilibatkannya siswa akan mendorong siswa
Selanjutnya guru akan memonitor siswa dan kemajuan proyek. Aktivitas ini
akan membuat siswa menjadi lebih nyaman karena dengan termonitornya
setiap aktivitas yang dilakukan siswa akan semakin memperkecil tingkat
kesalahan siswa dalam penyelesaian projek. Sebagai bentuk penghargaan
terhadap hasil projek yang telah diselesaikan dalam bentuk produk ini, akan
diuji hasilnya untuk mengukur tingkat ketercapaian dan pemahaman siswa,
sehingga siswa akan termotivasi untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Langkah terakhir dalam pembelajaran berbasis projek adalah mengevaluasi
berbagai pengalaman berdasarkan aktivitas projek yang dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran yang pada
akhirnya akan menghasilkan sebuah temuan baru untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama. Langkah ini sangat efektif
untuk mendorong siswa lebih kreatif dan aktif dalam mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya berkaitan dengan menulis
teks eksposisi.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik juga dapat meningkatkan
kemampuan menulis teks eksposisi. Hal ini disebabkan siswa akan
mengamati objek yang nyata dan bukan rekayasa yaitu teks ekposisi,
sehingga hal tersebut akan memudahkan pemahaman siswa dalam menulis
teks eksposisi. Di samping itu siswa juga dapat meningkatkan kemampuan
intelektualnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan berbagai
teknik pada tahap menanya seputar teks eksposisi dengan bimbingan dan
dituangkan dalam bentuk simpulan tentang tulisan teks ekposisi yang sesuai
dengan struktur isi, kaidah penulisan, gaya bahasa, dan lain-lain yang telah
dipahami pada tahap sebelumnya. Selanjutnya tahap ini diakhiri dengan
mengomunikasikan simpulan yang diperoleh melalui presentasi. Model
pembelajaran berbasis projek dapat menjadi salah satu alternatif untuk
melaksanakan pendekatan saintifik. Pembelajaran berbasis projek sangat
berpotensi untuk untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi.
Hal ini terlihat pada langkah-langkah sebagai berikut.
Pada tahap penentuan projek menulis teks eksposisi, siswa dilibatkan
sepenuhnya dalam penentuan tema atau projek bersama guru. Dilibatkannya
siswa dalam penentuan tema atau projek menulis teks eksposisi tentunya akan
meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian siswa dalam menyelesaikan
projek menulis teks eksposisi, karena objek yang akan ditulis adalah sesuatu
yang fakta sehingga siswa akan lebih mudah dalam menuangkan kata-kata
maupun kalimat dalam teks eksposisi. Selanjutnya siswa juga merancang
langkah-langkah penyelesaian projek menulis teks eksposisi. Tahap ini akan
membuat siswa menentukan aktivitas yang tepat untuk menyelesaikan projek
menulis teks eksposisi sesuai waktu yang telah direncanakan. Kerja sama
dengan antar anggota juga akan semakin menambah pengetahuan tentang teks
eksposisi sehingga projek menulis teks eksposisi dapat terselesaikan sesuai
rencana yang telah ditetapkan. Untuk menyelesaikan projek menulis teks
eksposisi siswa akan mendapatkan monitoring dari guru agar informasi yang
dari kesalahan yang fatal. Produk menulis teks eksposisi ini, selanjutnya
akan diuji oleh guru untuk mengetahui tingkat ketercapaian dan pemahaman
siswa dalam menulis teks eksposisi. Hal ini sebagai bentuk penghargaan
terhadap kinerja yang telah dilakukan siswa. Langkah yang terakhir yaitu
mengevaluasi berbagai pengalaman selama proses menulis teks eksposisi
hingga menghasilkan produk berupa teks eksposisi dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja yang telah dilakukan. Dengan demikian, siswa akan
semakin mengembangkan pengetahuannya dan aktif serta kreatif untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi.
Berdasarkan hal diatas dapat diduga bahwa pendekatan saintifik
dengan model pembelajaran berbasis projek dapat meningkatkan motivasi
dan kemampuan menulis teks eksposisi.
I. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
yaitu
1. Pembelajaran berbasis projek dengan pendekatan saintifik efektif untuk
meningkatkan motivasi menulis teks eksposisi bagi siswa kelas X MIA
MAN 2 Banjarnegara.
2. Pembelajaran berbasis projek dengan pendekatan saintifik efektif untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi bagi siswa kelas X