• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Saintech Vol No.02-Juni 2014 ISSN No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Saintech Vol No.02-Juni 2014 ISSN No"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

26

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING

DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK

FLUIDA DI KELAS XI IPA-3 SMA NEGERI 1 HAMPARAN PERAK

Oleh :

Renni Ria Ritha Simarmata, S.Pd

*)

*)Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Hamparan Perak

Abstract

Learning Physics in SMAN 1 Hamparan Perak not provide complete learn classical without remedial programs. This condition is caused by the activity or the involvement of students in learning is low so that student learning outcomes are also low. Should be pursued learning oriented student activities (student-centered) to improve student learning outcomes.

The study of this class action be taken in two cycles. From cycle to cycle using quantum teaching learning model to continuously improve the quality of student learning-oriented activity. Research subject in class XI Science-3 SMAN 1 Hamparan Perak the number of students 35.

After the study lasted for two cycles can be concluded that; 1). Data analysts student activity observed in the first cycle, among others, write / read (43%), doing worksheets (24.5%), asked fellow friends (8%), ask the teacher (13.5%), and irrelevant with MBC (11%). Student activity data observed in the second cycle include writing / reading (25%), doing worksheets (51.5%), asked fellow friends (13%), ask the teacher (6%), and are not relevant to the KBM (4.5%); 2). By applying quantum teaching learning model of student learning outcomes of the cycle to the next cycle has increased. Student learning outcomes by applying quantum teaching learning model on the first and formative formative II showed 15 students completed individually, while the incomplete grade. In the second cycle, individually complete as many as 30 students, while the class is completed with an average cycle I and cycle II were 63.3 and 75.

Keywords: Learning Outcomes, Learning Model of Quantum Teaching, Student Activities I. Pendahuluan

Salah satu misi pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Sadar akan pentingnya pendidikan di Indonesia maka dibutuhkan upaya menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia untuk meningkatkan mutu Pendidikan Nasional.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya pengembangan atau penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan

kualitas guru melalui sertifikasi, pengembangan sistem penilaian hasil belajar dan sebagainya. Sebagai seorang guru di salah satu SMA di Sumatra Utara yakni SMA Negeri 1 Hamparan Perak, misi pendidikan di atas juga menjadi misi peneliti. Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional maka meningkatkan kualitas pengajaran guru sebagai ujung tombak pendidikan adalah hal yang paling penting. Apalagi jika memang ada masalah yang di temukan dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru, maka hal tersebut harus cepat diselesaikan agar visi dan misi pendidikan dapat dicapai. Peneliti juga memiliki masalah dalam pengajaran yang

(2)

27 peneliti lakukan. Hampir 30% siswa harus

mengikuti remedial di setiap formatif yang peneliti berikan. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa peneliti rendah.

Berdasarkan pengamatan peneliti ditemukan beberapa hal penyebab rendahnya hasil belajar siswa di atas, diantaranya yakni rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika yang mengakibatkan rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Menurut siswa pelajaran Fisika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Dikatakan sulit karena untuk mengerjakan 1 soal fisika dibutuhkan 2 atau lebih rumus. Hal itu cukup membingungkan bagi siswa. Belum lagi siswa mengeluh sulit untuk merubah satuan ke satuan lain agar benar penjumlahannya. Selain rendahnya minat belajar siswa, kurang lengakapnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran juga turut memicu rendahnya hasil belajar siswa. Di SMA Negeri 1 Hamparan Perak tempat peneliti mengajar memang tersedia laboratorium IPA. Namun alat praktik khususnya untuk mata pelajaran Fisika masih sangat minim. Akibatnya meskipun ada lembar kerja siswa untuk melakukan praktik jarang guru meminta siswa untuk melakukannya.

Kondisi lingkungan dan perekonomian keluarga siswa juga mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa. Mayoritas pekerjaan orangtua siswa di SMA Negeri 1 Hamparan Perak adalah petani dan karyawan perkebunan. Orang tua siswa juga mayoritas lulusan SMP dan SMA. Karena aktivitas yang cukup padat orang tua jarang mengawasi aktivitas belajar siswa di rumah. Perekonomian siswa yang menengah ke bawah juga mengakibatkan orang tua siswa tidak mampu memfasilitasi anaknya sebaik mungkin dalam bersekolah. Akibatnya, motivasi siswa untuk melanjutkan sekolah setinggi mungkin cukup rendah. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari tata usaha hanya 25% dari setiap angkatan yang mengaku akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, dan 75% lainnya mengaku akan bekerja setelah lulus SMA. Kurangnya motivasi belajar siswa, karena orangtua/siswa jarang melihat contoh di lingkungan keluarganya yang lulusan sekolah tinggi/sarjana sehingga ia berpikir meskipun ia sekolah nanti juga akan bekerja seperti orang-

orang disekitarnya jadi mengapa susah- susah belajar yang penting hanya dapat ijazah.

Selain hal di atas rendahnya hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh strategi belajar mengajar yang diberlalukan guru. Guru selalu berperan selama kegiatan belajar mengajar, karena kemandirian siswa masih rendah jadi kalau ditunggu terus siswa juga tidak akan mampu menyelesaikannya. Guru selalu bertanya kepada siswa yang pintar, karena kalau ditunggu siswa lainnya tidak akan dapat menjawab sementara waktu tidak memungkinkan untuk menunggu sampai dapat menjawabnya.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran seperti diskusi kelompok, bertanya, mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan guru, membawa buku sebagai sumber belajar, meringkas materi, dan mengerjakan soal-soal. Hal tersebut mengindikasikan motivasi belajar fisika siswa masih rendah. Pelajaran fisika tidak hanya dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, masih perlu lagi partisipasi siswa dalam kegiatan lain seperti bertanya, mengerjakan latihan, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), maju ke depan kelas, mengadakan diskusi, serta mengeluarkan ide atau gagasan. Hal ini berkaitan dengan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran tersebut masih menggunakan metode ekspositori dimana guru menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat saja, sehingga motivasi belajar siswa belum berkembang secara maksimal.

Untuk menyelesaikan masalah di atas peneliti dituntut untuk bergerak cepat. Salah satu upaya yang dapat peneliti tempuh yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang selalu mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran dengan tujuan meningkatkan minat belajar Fisika siswa yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang mengikutsertakan siswa selama pembelajaran yakni model pembelajaran Quantum Teaching. Quantum

Teaching adalah mengubah belajar yang

meriah dengan segala nuansanya dan Quantum

Teaching juga menyertakan segala kaitan

interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dengan lingkungan

(3)

28

kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul: Implementasi Model Pembelajaran

Quantum Teaching Dalam Peningkatan Hasil

Belajar Fisika Pada Materi Fluida Di Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak.

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah aktivitas belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran

quantum teaching selama kegiatan belajar

mengajar di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak?

2. Apakah hasil/hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran

quantum teaching selama kegiatan belajar

mengajar di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak?

Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antaralain;

1. Untuk melihat apakah aktivitas belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran quantum teaching selama kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak.

2. Untuk melihat apakah hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran quantum teaching selama kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak.

II. Kajian Pustaka

Menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”, dengan ciri-ciri :

(1). Perubahan terjadi secara sadar, contohnya ia sadar bahwa pengetahuaanya bertambah.

(2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

(3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

(4). Perubahan dalam belajar bersifat sementara dan bersifat permanen.

(5). Perubahan dalam belajar mencakup seluruh tingkah laku.

Hasil adalah kemampuan atau sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah melakukan sesuatu, berarti hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Abdulrahman (1999:37) bahwa: “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah belajar, anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional”. Sedangkan menurut Dimiati (2003:3)“ Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tidak mengajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan puncak proses belajar mengajar”.

Menurut Tambunan M, (2004:4) Belajar diartikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau melalui pengalaman. Oleh sebab itu, jelas bahwa belajar bukanlah sekedar pengalaman, melainkan belajar adalah proses. Belajar bukan proses kematangan atau mutarotation tetapi adalah hasil melalui kegiatan atau aktivitas. Belajar untuk memodifikasi perilaku manusia atau organisma. Seseorang dalam proses belajar harus memiliki set belajar atau objek belajar. Dalam proses belajar terdapat set alternatif sebagai objek belajar atau materi belajar yang dipelajari. Setiap objek atau set belajar itulah yang menjadi materi pelajaran untuk dipelajari anak. Belajar tanpa set berarti belajar tidak berguna karena tidak ada objek belajar. Aktivitas belajar itu meliputi aktivitas-aktivitas:

(1). Mendengarkan, (2). Memandang,

(3). Meraba, membau, mencicipi, (4) Menulis dan mencatat,

(5). Membuat rangkuman – rangkuman, menggaris bawahi,

(6). Mengamati tabel, bagan, diagram, (7). Menyusun paper atau kertas kerja, (8). Membaca,

(9). Mengingat, (10). Berpikir,

(4)

29 Deporter (2003:4) mendefinisikan bahwa;

Quantum merupakan interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya. Dengan demikian

Quantum Teaching adalah pengubahan

bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermamfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Quantum teaching adalah mengubah

belajar yang meriah dengan segala nuansanya

dan Quantum teaching juga menyertakan

segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum

teaching berfokus pada hubungan dinamis

dengan lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, Deporter (2003:3).

Quantum teaching mencakup petunjuk

spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Dalam proses belajar mengajar guru dapat menggunakan cara-cara yang efektif, diantaranya dengan cara partisipasi dengan mengubah keadaan motivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR yaitu: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.

III. Metodelogi Penelitian A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA-3. Dengan mempertimbangkan perolehan nilai Fisika terendah untuk seluruh tingkatan kelas XI dan pararelnya adalah pada kelas XI IPA-3, Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa yang terikut dalam penelitian sebanyak 35 orang.

B. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi aktivitas siswa.

C. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

D. Teknik Analisis Data

Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

a. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II

b. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.

E. Kriteria Keberhasilan

Penelitian menggunakan indikator ketercapaian yakni KKM Fisika SMA untuk kelas XI sebesar 70 untuk individu siswa. Artinya siswa dikatakan tuntas belajar jika nilainya dalam formatif mencapai KKM ini. Sedangkan kelas dikatakan tuntas atau penelitian berhasil jika paling tidak 85% dari jumlah siswa dalam kelas subjek memperoleh nilai mencapai KKM.

IV. Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil

(5)

30

pretes siswa rata-rata adalah 11,1 dengan tak seorangpun siswa lulus KKM yang di tetapkan.

3.1. Data Siklus I a.Tahap Pelaksanaan

Siklus I dilakukan dengan melaksanakan 2 KBM. Adapun peneliti sebagai guru mata pelajaran Fisika, melaksanakan KBM dengan menerapkan model pembelajaran quantum teaching. Setelah terlaksananya siklus I maka data yang diperoleh yakni sebagai berikut:

1.Data Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa diambil oleh dua orang pengamat yang mengamati siswa pada saat berdiskusi. Pengamat mengamati aktivitas belajar siswa sesuai dengan instrumen yang di siapkan oleh peneliti (guru). Pengambilan data dilakukan sekali dalam dua menit dengan durasi waktu pengamatan 20 menit. Berikut aktivitas belajar siswa pada siklus I.

Tabel 1.Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas Jumlah Proporsi

1 Menulis,membaca 86 43% 2 Mengerjakan 49 24,5% 3 Bertanya pada teman 16 8% 4 Bertanya pada guru 27 13,5% 5 Yang tidak relevan 22 11%

Jumlah 200 100%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus I adalah Menulis/ Membaca yaitu 43%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 24,5 %. Sedangkan aktivitas bertanya pada teman dan bertanya pada guru masig-masing 8% dan 13,5%. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM adalah 11%.

2. Hasil Belajar Siswa

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran

quantum teaching sudah dilaksanakan dengan

baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Hasil Formatif I

Nilai Frekuensi Individu Tuntas Nilai rata-rata 50 9 - 66,3 62,5 5 - 67,9 6 - 71,4 7 7 73,2 1 1 75 2 2 76,8 4 4 87,5 1 1 Jumlah 35 15

Pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 50 sebanyak 9 orang dan nilai tertinggi adalah 87,5 sebanyak 1 orang, dengan 20 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 42,7 %. Dengan nilai KMM sebesar 70. Nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 66,3 sudah tuntas.

a. Refleksi dan Revisi

Dari perolehan tes pada siklus I di atas, kemudian dibandingkan dengan pretes. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 11,1 menjadi 63,3.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

a) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Sebagian besar siswa aktif bekerja sama dan berdiskusi, dan hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab pertanyaan soal yang ada I LKS.

(6)

31 c) Masih ada siswa yang tidak peduli dan

menggantungkan pekerjaan pada teman 1 kelompoknya.

d) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika guru bertanya, hanya sebagian kecil siswa yang menjawab pertanyaan guru. Dan ketika kelompok membacakan hasil diskusi tidak ada siswa yang menanggapi.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

a) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

b) Guru membagikan LKS 1 hari sebelum pembelajaran Fisika, agar siswa dapat mempersiapkan alat dan mempelajari LKS.

c) Setelah LKS dibagi, guru menjelaskan cara pengerjaan LKS pada siswa, agar siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan.

d) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa lebih antusias.

e) Guru memberi pringatan pada seluruh siswa untuk fokus serta ikut aktif dalam praktek dan pengerjaan diskusi, jika tidak maka guru akan memberi sanksi.

f) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi ajar di rumah sebelum dipelajari di sekolah.

3.2. Data Siklus II

a. Tahap Pelaksanaan

Siklus II dilakukan dengan melaksanakan 2 KBM. Adapun peneliti sebagai guru mata pelajaran Fisika, melaksanakan KBM dengan menerapkan model pembelajaran quantum

teaching dan menambahkan revisi yang telah

ditetapkan pada siklus I dan pada tahap perencanaan siklus II. Setelah terlaksananya siklus II maka data yang diperoleh yakni sebagai berikut:

1. Data Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa diambil oleh dua orang pengamat yang mengamati siswa pada

saat berdiskusi. Pengamat mengamati aktivitas belajar siswa sesuai dengan instrumen yang di siapkan oleh peneliti (guru). Pengambilan data dilakukan sekali dalam dua menit dengan durasi waktu pengamatan 20 menit. Berikut aktivitas belajar siswa pada siklus I.

Tabel 3.Aktivitas Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Jumlah Proporsi

1 Menulis,membaca 50 25% 2 Mengerjakan 103 51,5% 3 Bertanya pada teman 26 13% 4 Bertanya pada guru 12 6% 5 Yang tidak relevan 9 4,5%

Jumlah 200 100%

2. Hasil Belajar Siswa

Pada siklus II, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran

quantum teaching sudah dilaksanakan dengan

baik. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut:

Tabel 4. Data Hasil Formatif II

Nilai Frekuensi Individu Tuntas Nilai rata-rata 60,8 1 - 62,2 1 - 63,5 1 - 64,9 1 - 67,6 1 - 70,3 2 2 71,6 7 7 73 3 3 75 74,3 3 3 77 5 5 78,4 3 3 83,8 2 2 85,1 2 2

(7)

32

86,5 1 1

87,8 1 1

90,5 1 1

Jumlah 35 30

Pada Tabel 4 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 60,8 sebanyak 1 orang dan nilai tertinggi adalah 90,5 sebanyak 1 orang, dengan 5 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85,5 %. Dengan nilai KMM sebesar 70. Nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 75 sudah tuntas KKM Fisika.

e. Refleksi dan Revisi

Selain itu dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan siklus II, yang hasilnya adalah terjadi peningkatan antara nilai rata-rata antara siklus I dan siklus II.

Nilai rata-rata siklus I : 63,3

Nilai rata-rata siklus II : 75

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran

quantum teaching. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah

melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran quantum teaching dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan revisi terlau banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan data pada siklus I, aktivitas menulis, membaca sebesar 43%, mengerjakan LKS 24,5%, bertanya pada teman 8%, bertanya pada guru 13,5%, dan yang tidak relevan dengan KBM 11%. Aktivitas ini masih tergolong rendah karena tingginya aktivitas individual seperti menulis dan membaca, dan tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM.

Berdasarkan pada pada siklus II, terlihat terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa, di mana menulis/membaca (25%), mengerjakan LKS (51,5%), bertanya sesama teman (13%), bertanya kepada guru (6%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4,5%). Dari data ini dapat kita identifikasi peningkatan aktivitas sebagai berikut:

a. Menulis, membaca mengalami penurunan dari 43% (siklus I) menjadi 25 (siklus II) yang mengindikasikan siswa lebih kooperatif dan lebih banyak melaksanakan tindakan-tindakan lain, tidak hanya menulis dan membaca buku.

b. Mengerjakan LKS 24,5% (siklus I) menjadi 51,5 (siklus II) yang mengindikasikan siswa lebih aktif dalam pengerjaan LKS, dan lebih kooperatif serta lebih mempersiapkan diri dari rumah untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. c. Bertanya pada teman 8% (siklus I)

menjadi 13% (siklus II) yang mengindikasikan siswa lebih bisa bekerja sama sehingga siswa memecahkan masalah dengan bertanya pada temannya. d. Bertanya pada guru 13,5% (siklus I)

menjadi 6% (siklus II) yang

mengindikasikan kurangnya ketergantungan siswa pada guru selama

(8)

33 e. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM

11% (siklus I) menjadi 4,5% (siklus II) yang mengindikasikan siswa lebih antusias, dan lebih serius selama diskusi dan belajar.

2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Penelitian hanya dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Berdasarkan data yang diperoleh maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukkan hasil pretes siswa rata-rata adalah 11,1 dengan tak seorangpun siswa lulus KKM yang di tetapkan. Hasil belajar ini meningkat menjadi 42,7 % siswa tuntas secara klasikal (15 orang tuntas secara individu) dengan nilai rata-rata kelas adalah 66,3 dan menjadi 85,5 % siswa tuntas secara klasikal (30 orang tuntas secara individu).

V. Kesimpulan

Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antaralain:

1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada siklus I antara lain menulis/membaca (43%), bekerja (24,5%), bertanya sesama teman (8%), bertanya kepada guru (13,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (11%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antaralain menulis/membaca (25%), bekerja (51,5%), bertanya sesama teman (13%), bertanya kepada guru (6%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4,5%).

2. Dengan menerapkan model pembelajaran

quantum teaching prestasi belajar siswa

dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran quantum

teaching pada formatif I dan formatif II

menunjukkan 15 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada siklus II, tuntas secara individu sebanyak 30 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 63,3 dan 75.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, M., 2003. Pendidikan Bagi

Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta, Jakarta.

Aqib, Z., 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Penerbit, Yrama Widya, Bandung

Dimyati, dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta Djamarah, S.B dan Aswan Z. 2006. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Purwanto, Ng, 1994. Prinsip-prinsip dan

Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung,

PT Rosdakarya

_________________.2007. Psikologi

Pendidikan. Bandung, PT.Rosdakarya

Sanjaya dan Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman, A. M., 2006. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar, Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Jakarta.

Sudjana, N. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar baru

Algensindo

Sumadi S. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, Nana Sy. 2005. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Trianto., 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif Progresif,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta Yamin, M., 2008. Taktik Mengembangkan

Kemampuan Individual Siswa, Gaung

Gambar

Tabel 2. Distribusi Hasil Formatif I
Tabel 3.Aktivitas Siswa Pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

1) Menyiapkan wadah/tempat untuk media limbah yang digunakan dalam proses fitoremediasi. Wadah yang digunakan berupa ember plastik berukuran sedang sebanyak 6 buah

Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 16 responden pada penderita hipertensi derajat 1 dan 16 penderita hipertensi derajat 2 di wilayah kerka UPK

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah perancangan user interface untuk mengelompokkan data judul penelitian dosen menggunakan Metode Shared Nearest Neighbor dan

Pada era modern seperti sekarang ini, jilbab ataupun niqab mengalami evolusi dalam pemakaiannya. Penggunaan niqab mengalami banyak perubahan mulai dari segi bahan

Tidak banyak orang yang mengetahui kemunduran ekonomi mereka juga mempengaruhi sisi sosial dan budaya.. Menurut Claude Guillot seorang peneliti yang pernah mengkaji

Kekuatan yang dimiliki Unit Pengelola Kegiatan (UPK) antara lain: prosedur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan, ada pendampingan kelompok, pelaksanaan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kelekatan adalah kecenderungan perilaku anak atau individu untuk mencari dan berusaha mempertahankan kedekatan

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pedoman informasi serta mengembangkan pengetahuan perusahaan segi faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Penelitian