• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI

SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG Studi Kasus Desa Kiringan, Canden, Jetis, Bantul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh : ISDARINI NIM : 07 1324 005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI

SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG Studi Kasus Desa Kiringan, Canden, Jetis, Bantul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh : ISDARINI NIM : 07 1324 005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii SKRIPSI

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI

SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG

Studi Kasus Desa Kiringan, Canden, Jetis, Bantul

Oleh : ISDARINI 07 1324 005

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Indra Darmawan, S.E., M. Si Tanggal 31 Mei 2011

Pembimbing II

(4)

iii SKRIPSI

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI

SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG Studi Kasus Desa Kiringan, Canden, Jetis, Bantul

Dipersiapkan dan ditulis oleh: ISDARINI

NIM: 07 1324 005

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 16 Juni 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si Sekretaris Indra Darmawan, S.E.,M.Si. Anggota Indra Darmawan, S.E.,M.Si. Anggota Dr.C.Teguh Dalyono, M.S.

Anggota Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si . Yogyakarta, 16 Juni 2011

(5)

iv

PERSEMBAHAN

9 Tuha nku ya ng me ma mp uka n sa ya untuk se la lu me nsyukuri

se tia p ha l ya ng b o le h te rja d i d a la m ke hid up a n sa ya

9 Ke d ua o ra ng tua ku : Bp k Pa wiro Ha rjo no b e se rta Ib u Surip

d e ng a n ke ikhla sa nnya me la ksa na ka n p e ra n se b a g a i

o ra ng tua d a n sa ya p un me nc inta i ka lia n sa ng a t

9 Ka ka k-ka ka kku : Mb k Ka misa h, Ma s Sa mid ja n d a n Ma s Be jo

Riya nto

9 Ne d i Nug ro ho untuk se tia p ke nya m a na n jiwa ya ng e ng ka u

b e rika n untukku. Se mo g a tuha n b e rke na n m e ng a b ulka n

se tia p imp ia n kita

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2011 Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Isdarini

Nomor Mahasiswa : 07 1324 005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Perbedaan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Kiringan Sebelum dan Sesudah Menjadi Sentra Industri Jamu Gendong” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Juni 2011 Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRNGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA

INDUSTRI JAMU GENDONG Isdarini

Universitas Sanata Dharma 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedan yang terjadi dalam bidang sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya sentra industri jamu gendong di wilayah Kiringan khususnya dalam hal: 1) jumlah pendapatan keluarga masyarakat, 2) besarnya curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang pertanian, 3) besarnya curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang non-pertanian, 4) besarnya tingkat pengangguran, dan 5) jumlah keluarga miskin.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari 2011 sampai dengan Mei 2011 di Kampung Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Jenis Penelitian yang digunakan adalah ex post facto dengan metode penelitian deskriptif komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 255 Kepala Keluarga, sedangkan sampel yang digunakan sejumlah 155 Kepala Keluarga. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel acak proposional. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan du teknik yaitu wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data uji Z dengan menggunakan uji wilcoxon sebagai alternatif untuk menguji signifikansi hipotesis dua sampel yang berkorelasi.

Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sesudah menjadi daerah sentra industri jumlah pendapatan keluarga masyarakat Kampung Kiringan meningkat.

2. Sesudah menjadi daerah sentra industri jumlah curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang pertanian menurun

3. Sesudah menjadi daerah sentra industri jumlah curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang non -pertanian meningkat

4. Tingkat pengangguran masyarakat Kampung Kiringan mengalami penurunan sesudah menjadi daerah sentra industri.

(9)

viii ABSTRACT

DIFFERENCE OF SOCIAL AND ECONOMIC CONDITIONS BEFORE AND AFTER THE LOCAL COMMUNITY TO BE CENTER INDUSTRY

OF TRADISIONAL HERBAL MEDICINE Isdarini

Sanata Dharma University 2011

The purpose of this study is to reveal and analyze the differences which occurr in the socio-economic field before and after the existence of the industrial centers of traditional herbal medicine in Kiringan especially in terms of: 1) total family’s income communities, 2) the increasing numbers of employment in Kampung Kiringan in agriculture field, 3 ) the increasing numbers of employment in Kampung Kiringan in non-agricultural field, 4) the level of unemployment, and 5) the numbers of poor families. This research was conducted from January 2011 to May 2011 in Kampung Kiringan, Canden Village, District Jetis, Bantul regency.

This is an ex post facto with comparative descriptive research methods. The population in this study was to 255 heads of family, while the samples were 155. The sample were taken by applying proportional random sample. Data collection techniques in this study were interviews and documentation. Analysis of the data was Z test data analysis by wilcoxon test as an alternative to test the significance of the hypothesis of two correlated samples.

From the analysis of data, it can be concluded as follows:

1. After the industrial center of traditional herbal medicine exists in Kampung Kiringan, the family’s income increases.

2. After the industrial center of traditional herbal medicine exists in Kampung Kiringan, the agricultural employment decreases.

3. After the industrial center of traditional herbal medicine exists in Kampung Kiringan, the non-agricultural employment increases.

4. After the industrial center of traditional herbal medicine exists in Kampung Kiringan, the unemployment decreases.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari dalam penyusunan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dalam berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo.S.Pd,.M.Si. selaku ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Ekonomi.

(11)

x

4. Bapak Dr. C Teguh Dalyono, M.S, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam peyusunan proposal penelitian ini.

5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd dan Ibu Dra.C.Wigati Retno Astuti,M.Si. selaku dosen-dosen saya semasa kuliah. Terimakasih telah memberi banyak hal dalam hidup saya.

6. Mbak titin beserta pegawai sekretariat Pendidikan ekonomi yang banyak membantu semasa studi.

7. Ibu Dukuh Desa Kiringan Dra. Sudiyatmi, terimakasih buat kesediaannya telah mengijinkan saya dan membantu banyak hal dalam proses skripsi ini. 8. Keluargaku (keluarga besar Alm. Amat Badri) yang telah memberikan

dukungan doa, moral, maupun material kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini,

9. Bapak dan ibu beserta budheku dan kakak-kakakku, terimakasih untuk kasih sayangnya selama ini.

10. Nedi Nugroho dengan cintanya yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun proposal penelitian ini,

(12)

xi

12. Temanku namo yang selalu jadi teknisi laptop saya tanpa bayaran. Terimakasih buat jasanya.

13. Untuk om-omku dan keponakanku dengan segala kehangatan cinta yang diberikan untuk penulis,

14. Untuk keluarga besar Alm Bpk Sudihardjo terimakasih untuk segala cinta yang mampu menerima saya apa adanya,

15. Teman-teman gerejaku GKJ Patalan untuk kompa patalan, terimakasih untuk kekompakan pelayanannya selama ini

16. Teman-teman UPN Yogyakarta khususnya jurusan manajemen. Terimakasih atas wejangannya selama ini.

17. Ketua pemuda Desa Kiringan mas Dwi Prasetya dan bendahara pemuda Mas Agus. Terimakasih telah menemani saya berkeliling di Desa Kiringan.

18. Masyarakat Desa Kiringan yang telah dengan senang hati meluangkan waktu buat saya dalam wawancara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, penulias sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 16 Juni 2011

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

(14)

xiii

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Industri Kecil Jamu Tradisional ... 11

1. Pengertian Industri/ Usaha Kecil ... 11

2. Klasifikasi Industri Kecil ... 13

3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil ... 13

4. Wilayah Sentra Industri ... 16

B. Perkembangan Industri Jamu ... 16

1. Pengertian Perkembangan ... 16

2. Perkembangan Jamu Tradisional ... 17

3. Industri Berbasis Tradisional ... 18

C. Indikator-Indikator Sosial Ekonomi ... 22

1. Pendapatan ... 22

2. Curahan Kerja ... 24

a. Pengertian Curahan Kerja ... 24

b. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Curahan Kerja ... 24

c. Pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan masyarakat ... 24

3. Tingkat Pengangguran ... 25

4. Tingkat Kemiskinan ... 26

(15)

xiv

b. Kriteria Kemiskinan ... 28

D. Penelitian Terdahulu ... 35

E. Kerangka Teori ... 36

F. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambil Sampel ... 58

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

D. Subyek dan Obyek Penelitian ... 44

1. Subyek Penelitian ... 44

2. Obyek Penelitian ... 44

E. Variabel Indikator dan Batasan Istilah ... 44

F. Data Penelitian ... 45

1. Data Primer ... 45

2. Data Sekunder... 46

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Wawancara ... 46

2. Dokumentasi ... 47

(16)

xv

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 53

A. Sejarah Perkembangan Desa-Desa di Kabupaten Bantul Sebagai Desa Sentra Industri ... 53

B. Pengembangan Desa-Desa Sentra Industri di Kecamatan Jetis ... 55

C. Gambaran Daerah Penelitian ... 57

1. Keadaan Geografis ... 57

2. Keadaan Penduduk ... 58

3. Keadaan Pertanian Penduduk ... 64

4. Organisasi Sosial ... 65

5. Sarana dan Prasarana ... 66

6. Adat Istiadat dan Agama ... 70

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Deskripsi Responden ... 71

1. Deskripsi responden berdasarkan atas umur responden ... 71

2. Deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan responden ... 72

3. Deskripsi responden berdasarkan jumlah pendapatan tiap keluarga ... 73

B. Analisis Data ... 74

(17)

xvi

2. Pembahasan ... 91

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 103

1. Bagi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ... 103

2. Bagi Masyarakat Sekitar ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil ... 18 Tabel II.2 Kriteria Batas Kemiskinan dari BPS

Tahun 1996-2010 (Pendapatan per Kapita/bulan) ... 28 Tabel 11.3 Gambar lingkaran setan kemiskinan

( the vicious circle of poverty) ... 30 Tabel III.1 Populasi Masyarakat Kiringan Tahun 2011 ... 41 Tabel III.2 Jumlah Populasi dan Sampel

Masyarakat Kiringan Tahun 2011 ... 42 Tabel IV.1 Wilayah sentra industri

di Kecamatan Jetis Tahun 2011 ... 54 Tabel IV.2 Komposisi Tingkat Pengangguran

di Kampung Kiringan Tahun 2010 ... 57 Tabel IV.3 Jumlah Keluarga Sejahtera

di Kampung KiringanTahun 1999 dan 2010 ... 58 Tabel IV.4 Komposisi Penduduk Menurut Usia

dan Jenis Kelamin Pada tahun 1999 dan 2010 ... 59 Tabel IV.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan

Tingkat Pendidikan tahun 2010 ... 60 Tabel IV.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan

(19)

xviii

Kiringan Pada tahun 2010 ... 64

Tabel IV.8 Jenis dan jumlah sarana informasi dan telekomunikasi Pada tahun 2010 ... 67

Tabel IV.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama pada tahun 2010 ... 69

Tabel V.1 komposisi usia responden ... 71

Tabel V.2 Komposisi Jenis Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Menjadi Sentra Industri Jamu Gendong ... 71

Tabel V.3 Komposisi jumlah pendapatan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri ... 72

Tabel V.7: statistik deskripsi tingkat pendapatan ... 74

Tabel V.8 : sign test tingkat pendapatan ... 75

Tabel V.9 : tes statistik tingkat pendapatan ... 76

Tabel V.10 : statistik deskripsi tingkat pendapatan ... 78

Tabel V.11 : sign test curahan kerja pertanian ... 79

Tabel V.12 : tes statistik curahan kerja di bidang pertanian ... 80

Tabel V.13 : Statistik deskripsi jumlah curahan kerja di bidang non pertanian ... 82

Tabel V.14 : sign test curahan kerja di bidang non pertanian ... 83

Tabel V.15 : tes statistik curahan kerja di bidang non pertanian ... 84

(20)

xix

dan Pendapatan Bersih Pelaku Penjual Jamu/hari ... 90 Tabel V.18 Perkembangan usaha mandiri

(21)

xx

DAFTAR GAMBAR

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tradisi meracik dan meminum jamu merupakan kegiatan turun temurun dari para leluhur. Belum diketahui secara pasti kapan tradisi tersebut muncul dan siapa pelopornya. Kegiatan meracik dan meminum jamu yang sudah ada sejak jaman dahulu tersebut dapat kita lihat dalam prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyatakan bahwa terdapat ‘tukang meracik jamu’ yang disebut Acaraki. Prasasti ini lahir pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Dalam prasasti tersebut dikatakan bahwa terdapat para pembuat ramuan jamu yang kemudian menjajakan jamu tersebut dengan cara dipikul atau digendong. Seiring perkembangan, maka kegiatan menjajakan jamu dengan cara digendong lebih populer di masyarakat jaman mahapahit daripada dengan cara dipikul. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan meracik dan meminum jamu ini sudah ada sejak dahulu.

(24)

luas ke dalam masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Meluasnya kegiatan meracik dan meminum jamu dapat dilihat dengan semakin banyaknya masyarakat yang kemudian berprofesi sebagai penjual jamu. Tradisi meminum jamu telah membangkitkan bisnis usaha, diantaranya perdagangan jamu. Baik skala lokal, regional maupun global. Bisnis jamu melibatkan sejumlah pengetahuan mengenai ilmu meracik yaitu mengetahui penyakit dan manfaat tumbuhan guna mengobati penyakit tersebut. Kegiatan memproduksi jamu tradisional ini merupakan kegiatan industri yang tergolong dalam industri mikro berdasarkan UU UMKM no 20 tahun 2008 yang menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Pernyataan ini diperkuat dengan beberapa kriteria usaha mikro yang juga tercantum di dalam UU UMKM no 20 tahun 2008 yang menjelaskan bahwa usaha mikro bercirikan sebagai berikut :

1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

(25)

Bantul tercatat sebanyak 18.014 usaha dengan jumlah tenaga kerja seluruhnya 80.927 orang, keadaan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya, pada tahun 2008 jumlah usaha industri kecil di Kabupaten Bantul tercatat berjumlah 17.937 usaha dengan jumlah tenaga kerja 80.468 orang. Peningkatan jumlah usaha industria kecil pada tahun 2009 ini sesuai dengan komitmen pemerintah Kabupaten Bantul dalam program peningkatan dan pengembangan usaha mikro demi mensejahterakan rakyatnya.

(26)

usaha, (3) pemberian dukungan teknis melalui unit pelayanan teknis dan BDS, (4) pelaksanaan trade fairs untuk mengembangkan jejaring pemasaran UMKM, (5) pembuatan trading house, dan lain-lain. Beberapa nama juga telah dikaitkan dengan model pendekatan kelompok ini misalnya: Sentra UKM, Klaster, Perkampungan Industri Kecil (PIK), Lingkungan Industri Kecil (LIK), Enclave, Agropolitan dan lain sebagainya. Kementerian Negara Koperasi dan UKM secara intensif melaksanakan pengembangan UKM melalui pendekatan kelompok ini sejak akhir tahun 2000 dengan didirikannya BPS-KPKM dan dilaksanakannya program Sentra UKM pada tahun 2001.

Seiring perkembangan industri yang ada maka pemerintahan Kabupaten Bantul kemudian mulai menetapkan beberapa daerah menjadi sentra industri. Diharapkan dengan adanya sentra industri dapat berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha, mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha kecil.

(27)
(28)

Di wilayah ini terdapat 125 penjual jamu yang sampai saat ini masih menjajakan jamu peresan setiap pagi sampai dengan sore. Kegiatan meracik jamu ini sudah menjadi warisan dari leluhurnya, sehingga akan sangat terasa ketika kita memasuki wilayah ini saat pagi menjelang, kita akan disuguhi oleh berbagai aroma bau-bau bahan-bahan tradisional yang sedang dihaluskan. Selain sebagai produsen dalam pembuatan jamu gendong, para penjual jamu juga langsung bertindak sebagai pihak distributor jamu-jamu mereka. Bahkan di desa ini, terdapat perkumpulan bagi para penjual jamu yang dinamakan Koperasi “SERUNI PUTIH” perkumpulan Perempuan Pengrajin Jamu Gendhong Dampingan “MITRA PRANATA”PROVINSI DIY.

(29)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan jumlah pendapatan keluarga masyarakat Kampung Kiringan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ?

2. Apakah ada perbedaan curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang pertanian sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ?

3. Apakah ada perbedaan curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang non pertanian pertanian sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ?

4. Apakah ada perbedaan tingkat pengangguran masyarakat Kampung Kiringan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ?

5. Apakah ada perubahan jumlah keluarga miskin di Kampung Kiringan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri?

C. Batasan Masalah

(30)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini setara dengan hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian yaitu :

1. Untuk mengungkapkan dan menganalisis jumlah pendapatan keluarga masyarakat Kampung Kiringan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri.

2. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang pertanian sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri.

3. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang non-pertanian sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri.

4. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya tingkat pengangguran masyarakat Kampung Kiringan sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri.

(31)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kampung Kiringan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan dorongan bagi kampung kampung yang berpotensi untuk menjadi sentra industri sehingga dapat mengembangakan industri mikro yang ada.

2. Bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbagan bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bantul untuk terus memberikan dukungan bagi pengembangan sentra industri. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi dan salah satu referensi bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

4. Bagi peneliti

(32)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Kecil Jamu Tradisional

1. Pengertian Industri/ Usaha Kecil

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Industri menurut ensiklopedi Indonesia adalah bagian dari proses produksi yang tidak secara langsung atau mendapatkan barang-barang atau bahan dasar secara kimiawi sehingga menjadikan lebih berharga untuk dipakai manusia. Untuk memberikan batasan yang jelas pada industri, selain dibedakan pengubahan dan pengolahan bahan, juga diperhitungkan suatu kriteria lain; kompleksitas dari peralatan yang dipakai perusahaan yang mengambil bahan dasar dari alam, kemudian langsung mengolahnya melalui peralatan mekanis yang komplek disebut industri (Ensiklopedi Indonesia, 1982 : 121).

(33)

perusahaan yang menyelenggarakan jasa-jasa (Ensiklopedi Ekonomi, 1996 : 117).

Industri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996 :121)

Pengertian usaha kecil menurut UU no 20 ( pasal 1 ) tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

(34)

2. Klasifikasi Industri Kecil

Menurut UU UMKM no 20 tahun 2008 usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Yang memiliki beberapa kriteria antara lain :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil

Beberapa tujuan dari adanya pengembangan industri antara lain sebagai berikut :

a. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin bertambah.

(35)

c. Menunjang pembangunan daerah, dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB turut serta meningkat dimana ha ini dapat menyebabkan dana untuk pembangunan daerah bertambah.

d. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada, dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun SDM yang ada dapat lebih memiliki nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.

Selain itu UU no 20 ( pasal 4 ) Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan

(36)

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;dan e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

secara terpadu.

Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan

b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. 4. Wilayah Sentra Industri

(37)

B. Perkembangan Industri Jamu

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan berarti suatu perubahan dari tingkat rendah ketingkat yang lebih tinggi, atau maju, terutama diletakkan atas perkembangan ekonomi, sehingga unsur-unsur yang diperhatikan adalah faktor-faktor yang memperlancar maupun menghambat perkembangan itu sendiri, termasuk perhatian terhadap faktor-faktor non ekonomi. Apabila perkembangan ekonomi dianggap sebagai pemupukan kapital dan penerapan teknologi modern serta spesialisasi produksi yang skalanya berubah atau bertambah besar, maka ini mengandung implikasi bahwa ada struktur sosio-politik dimana faktor-faktor itu berperan (Schrool, 1981 : 4). Jadi perkembangan industri yang dimaksud disini adalah adanya kemajuan maupun kemunduran dari industri itu sendiri.

2. Perkembangan Jamu Tradisional

(38)

tablet, kapsul, serbuk, cairan, krim, salep, param, pilis, tapal, rajangan untuk diseduh.

Pengertian obat tradisional atau jamu tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

(39)

3. Industri Berbasis Tradisional

Keberadaan jamu tradisional sudah tidak aneh bagi masyarakat Indonesia. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku alam perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Di Indonesia, industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonesia yaitu Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu). Anggota GP Jamu terdiri dari produsen, penyalur dan pengecer. Hingga saat ini GP Jamu menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar (Industri Obat bahan alam/IOT) dan 833 industri kecil yang sering disebut dengan Industri Kecil Obat Bahan Alam (IKOT). www.bi.go.id/NR/rdonlyres/.../IndustriJamuTradisionalSyariah1.pdf

(40)

pendapatan daerah terutama untuk Desa Kiringan pada khususnya dan Kabupaen Bantul pada umumnya. Namun tidak dapat dielakan memang banyak sekali kendala-kendala dalam menghadapi perkembangan jaman yang begitu cepat ini. Para pengusaha jamu gendong yang tergolong industri kecil ini harus berlomba-lomba dengan perusahaan sejenis yang lebih besar agar mampu tetap hidup.

Dalam bukunya Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil (Sjaifudian, 1995) memaparkan beberapa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh industri kecil seperti jamu gendong ini antara lain :

Tabel II.1

Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil

Faktor Kekuatan Kelemahan

Sumber daya

Manusia • Motivasi yang kuat untuk

mempertahankan usahanya

• Suplai tenaga kerja yang melimpah

• Kemampuan melihat

pengembangan usaha terbatas

Ekonomi • Mengandalkan sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh

• Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi

permintaanya

• Nilai tambah yang diperoleh relatif rendah

• Pengelolaan uang untuk konsumsi dan produksi belum terpisah • Tergantung pada

(41)

mengalangkan

Program dan intervensi

Permodalan • Membantu kelancaran pengembangan usaha

• Kebutuhan modal berbeda-beda pada usaha yang tingkat pengembangannya juga berbeda • Industri kecil

menghadapi kendala administrative Pemasaran • Pola keterkaitan

membuka peluang

meningkatkan akses ke sumber daya

• Posisi tawar yang rendah cenderung menyudutkan pengusaha kecil • Meningkatkan

persaingan melalui proses tiru meniru, akumulasi menjadi terbatas

Kinerja

Padat karya • Jaringan pengaman masalah kelangkaan

• Sering mengandalkan tenaga kerja tak dibayar

(42)

terhadap tenaga kerja

• Efisiensi dalam penggunaan bahan baku

• Proses akumulasi sulit terjadi

Lentur dan luwes

• Daya tahan hidupnya tinggi terutama dalam hal situasi ekonomi yang kurang

menguntungkan

• Spesialisasi dan akumulasi terbatas

Strategi usaha jangka pendek

• Proses pengembalian modal dapat cepat tercapai

• Usaha bersifat sementara (ad hoc) • Kurang antisipatif

terhadap dinamika ekonomi makro Sumber : sjaifudian, 1995

C. Indikator-Indikator Sosial Ekonomi

1. Pendapatan

Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi atas pengorbannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah /gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Sadono Sukirno, 1995).

(43)

kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income).

Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh karenan itu dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (ProductionApproach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

Penghasilan keluarga menurut Gilarso (1992:41) dapat bersumber pada :

a. Usaha sendiri (wiraswasta) misalnya berdagang, mengerjakan sawah, atau menjalankan perusahaan sendiri.

(44)

c. Hasil dari milik misalnya mempunyai sawah yang disewakan, mempunyai rumah disewakan, dan meminjamkan uang dengan bunga tertentu

Gilarso juga mengungkapkan bahwa penghasilan keluarga adalah sebagai bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atau sumbagan seseorang terhadap proses produksi. Penghasilan keluarga juga dapat diterima dalam bentuk barang, misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah ddan pekarangan atau fasilitas seperti rumah dinas dan pengobatan gratis.

2. Curahan Kerja

a. Pengertian Curahan Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Setyawan, 2006:19) jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan bagi pegawai dan sebagainya untuk bekerja, sedangkan dalam Kamus Istilah Ekonomi (Setyawan, 2006: 19) jam kerja adalah ukuran menghitung lamanya karyawan melaksanakan pekerjaannya.

b. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Curahan Kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi curahan waktu atau jam kerja menurut suroto (dalam setyawan, 2006:20) antara lain :

(45)

3) Tingkat pendapatan yang telah diterima

c. Pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan masyarakat Jam kerja memiliki pengaruh terhadap pendapatan seperti yang dikemukakan oleh simanjutak (Setyawan, 1998:20) bahwa pendapatan keluarga yang bersangkutan sebanding dengan waktu yang disediakan untuk bekerja. Jadi dapat disimpulkan jika waktu/jam kerja bertambah maka pendapatan seseorang akan bertambah pula dengan demikian curahan kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan.

3. Tingkat Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat merosot.

Menurut pemerintah orang-orang yang punya pekerjaan adalah tergolong bekerja sedangkan orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang dalam usaha mencari pekerjaan tergolong pengangguran, orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi tidak bermaksud untuk mecari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kelompok angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja.

(46)

a. Pengangguran siklis adalah pengangguran yang terjadi akibat perekonomian yang mengalami resesi sehingga output berada dibawah level full employment. Full employment adalah kondisi pada jangka panjang saat seluruh output yang diproduksi merupakan output yang optimal yang dapat diproduksi, yang berarti seluruh faktor produksi diberdayakan.

b. Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi akibat ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan kapabilitas tenaga kerja. Contoh; masa revolusi industri dimana kebutuhan tenaga kerja beralih ke tenaga kerja yang membutuhkan skill untuk menjalankan mesin. Akibatnya tenaga kerja yang tidak mampu menjalankan mesin menganggur.

c. Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang pasti ada, meskipun dalam kondisi full employment. Pengangguran ini terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga sebagai pekerja yang keluar dari tempat kerjanya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.

(47)

Tingkat pengangguran = X 100%

(Irawan:1992) 4. Tingkat Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan ( poverty line ) merupakan masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah orang miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya di tanah air, misalnya inpres desa tertinggal (IDT), pengembangan industri kecil dan rumah tangga, khususnya di daerah pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi.

(48)

menurut fiedman (bayo, 1991:89) ada 6 peluang strategis atau basis kekuasaan yang dapat dikategorikan kedalam kedua kelompok yaitu primer dan sekunder , dengan penjelasan sebagi berikut :

1) Basis kekuasaan sosial primer a) Pengetahuan dan keterampilan b) Organisasi sosial dan politik c) Harta produksi

2) Basis kekuasaan sosial sekunder a) Sumber-sumber keuangan b) Jaringan sosial

c) Informasi sosial

Sedangkan dalam Soedarno (1988:149) kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif.

(49)

b. Kriteria Kemiskinan

Ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum dan dikenal antara lain :

1) Kemiskinan Absolut

Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :

a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.

b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 2) Kemiskinan Relatif

Semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin. Sehingga Bank Dunia (world bank) membagi aspek tersebut dalam tiga bagian antara lain :

a) Jika 40 % jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang 12 % dari GNP, maka dapat disebut kepincangan mencolok.

(50)

c) Jika 40 % jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari 17 % dari GNP, maka dapat disebut kepincangan normal

Sedangkan tolok ukur untuk kriteria rumah tangga miskin di Indonesia yang bersumber pada BPS hasil susenas adalah sebagi berikut :

Tabel II.2

Kriteria Batas Kemiskinan dari BPS Tahun 1996-2010 (Pendapatan per Kapita/bulan) Tahun Batas Miskin (Rp/Kapita/Bulan)

Kota (Rp) Desa (Rp) Sumber: Statistik Indonesia, BPS

Source: Statistical Yearbook of Indonesia, BPS

Menurut kuncoro ( 2007:107) yang mengutip Sharp, penyebab kemiskinan adalah:

(51)

pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upah juga rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.

(52)

Tabel II.3

Gambar lingkaran setan kemiskinan( the vicious circle of poverty)

Sumber : kuncoro (2000:107)

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi keluarga Berencana Nasional (1996:11) ada beberapa faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam kategori prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang tergolong miskin, antara lain :

a) Faktor internal i. Kesakitan ii. Kebodohan iii. Ketidaktahuan iv. Ketidakterampilan

v. Ketertinggalan teknologi vi. Ketidakpunyaan modal

Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan

Ketertinggalan

Kekurangan Modal

Investasi Produktivitas

Rendah

(53)

b) Faktor eksternal

i. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan meningkatkan pendapatan

ii. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya penimgkatan kualitas keluarga

iii. Kurangnya aksses untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembangunan.

Untuk mengukur keberadaan keluarga menurut tingkat kesejahteraannya telah dikembangkan 23 indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan sosial-psikologis dan kebutuhan pengembangan. Tahap Keluarga menurut tingkat kesejahteraannya adalah sebagai berikut. 1) Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic-needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, dan kesehatan.

2) Keluarga Sejahtera 1, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

(54)

memenuhi kebutuhan sosial- psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4) Keluarga Sejahtera 3, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberi sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

5) Keluarga Sejahtera 3 Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembanganya serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan .

Menurut konsep BKKBN sebuah keluarga disebut miskin atau kurang sejahtera apabila masuk kategori Pra Sejahtera dan Sejahtera 1. Adapun indikator – indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah sebagai berikut:

(55)

a) Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya; b) Makan minimal 2 kali per hari;

c) Pakaian lebih dari satu pasang;

d) Sebagian besar lantai rumahnya tidak dari tanah; dan e) Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan;

2) Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu dari indikator sebagai berikut: a) Menjalankan ibadah secara teratur;

b) Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan; c) Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun; d) Luas lantai rumah rata2 8 m2 per anggota keluarga;

e) Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun yang buta huruf latin;

f) Semua anak berusia 5 s.d 15 tahun bersekolah;

g) Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap; dan h) Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat

(56)

D. Penelitian Terdahulu

Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang meneiliti mengenai dampak sosial ekonomi mengenai suatu perkembangan dari sebuah kegiatan adalah Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Objek Wisata Ketep Pass Bagi Masyarakat Sekitar yang diteliti oleh Martinus Irka Puji Setyawan (2006). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Hasil dari penelitian ini bahwa pembangunan objek wisata ketep pass memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data yang diperoleh yaitu:

1. Dalam hal curahan kerja, masyarakat di bidang non pertanian lebih meningkat setelah pembangunan objek wisata ketep pass

2. Dalam hal jenis pekerjaan, masyarakat sebagian beralih dari pertanian ke non pertanian

3. Dalam hal jumlah pendapatan, masyarakat mengalami peningkatan pendapatan setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass 4. Dalam hal jumlah keluarga miskin, masyarakat mengalami penurunan

(57)

E. Kerangka Teori

Setiap Negara dalam pelaksanaan pembangunan pasti ingin mencapai sebuah perkembangan dimana perkembangan tersebut dapat mensejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan sebuah daerah, dengan adanya peningkatan pendapatan misalnya maka akan menyumbangkan banyak peningkatan dalam hal sosial ekonomi. Oleh karena itu, setiap pronvinsi berlomba-lomba untuk meningkatkan daerah mereka agar semakin maju. Salah satu cara untuk meningkatkan daerahnya khususnya dalam hal sosial ekonomi adalah dengan memperhatikan industri-industri yang ada di daerah tersebut. Tidak terkecuali industri kecil yang ada di dalamnya. Industri kecil atau sering dikenal dengan UMKM. Pasalnya industri kecil menegah ini mampu juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat dipastikan pengangguran akan semakin berkurang apabila industri-industri ini terperhatikan. Salah satu cara untuk mengembangkan usaha industri kecil ini adalah dengan membuat sebuah sentra/klaster industri. Memang tidak semua industri dapat dibuat menjadi sentra/klaster industri karena ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi sentra industri antara lain :

(58)

Sekurang-kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis

2. Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit Rp 500 juta,-/bulan.

3. Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di bidang pertanian adalah produktivitas/tenaga kerja hanya kurang dari 3% produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5% dari produktivitas usaha menengah.

4. Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar, ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat tambahan yang menyediakan daya tarik klaster/sentra bersangkutan melalui jaringan informasi.

(59)

mampu menjangkau kelompok UMKM yang lebih luas. Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lainlain. Disamping itu, sentra-sentra UMKM akan menjadi pusat pertumbuhan (growth pool) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor . hal ini tertera dalam struktur Kementerian Koperasi dan UMKM RI Keppres Nomor 103/2001.

Dari penyataan tersebut, maka dibentuklah sentra-sentra industri guna memperkuat daya saing industri kecil yang ada. Termasuk di wilayah Kabupaten Bantul guna mendorong pembangunan sosial ekonomi daerah sehingga akan tercapai masyarakat yang sejahtera dan makmur.

Sejalan dengan pembentukan sentra-sentra industri tersebut, sentra industri di kampung Kiringan menjadi sentra industri jamu gendong juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat setempat antara lain :

1. Dengan adanya pembentukan sentra industri maka akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan juga meningkat

(60)

informasi bahan baku yang berkualitas bagus dan harga-harga bahan baku sehingga akan meningkatkan efisiensi kerja.

3. Ketika sentra industri sudah maju pesat diharapkan mampu menyerap tenaga kerja , membuka lapangan pekerjaan dan dapat menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan.

4. Selain itu, diharapkan sentra industri dapat menjadi pendorong perekonomian pemerintah daerah guna pembangunan dan kemajuan daerah.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti kemudian beranggapan bahwa perkembangan industri jamu gendong menjadi sentra industri di wilayah Kabupaten Bantul memberi pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat seperti :

1. Dalam hal jumlah pendapatan keluarga masyarakat Kampung Kiringan meningkat sesudah menjadi daerah sentra industri.

2. Dalam hal jumlah curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam bidang pertanian menurun sesudah menjadi daerah sentra industri. 3. Dalam hal jumlah curahan kerja masyarakat Kampung Kiringan dalam

(61)

4. Dalam hal tingkat pengangguran masyarakat Kampung Kiringan mengalami penurunan sesudah menjadi daerah sentra industri.

(62)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Metode penelitian deskriptif komparatif adalah metode yang bersifat ex post facto atrinya data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung. Penelitian ini dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang ada. Jenis penelitian deskriptif komparatif dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu : Januari 2011 sampai dengan Mei 2011 Lokasi : Kampung Kiringan, Canden Jetis Bantul

(63)

mencukupi kehidupan mereka dengan aktivitas yang sudah lama dilakoni tersebut.

Perkembangan industri jamu menjadi sentra industri yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas daya saing usaha, mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha kecil. Sehingga dengan kondisi yang demikian dapat berpengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kampung Kiringan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh masyarakat di Kampung Kiringan, Canden, Jetis, Bantul yang berjumlah 255 Kepala Keluarga yang terdiri dari beberapa Rukun tetangga dengan daftar table sebagai berikut :

Tabel III.1 Populasi Masyarakat Kiringan Tahun 2011

(64)

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil berdasarkan daftar tabel pengambilan sampel yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992), maka akan diambil sebanyak 155 sampel. Dalam tabel tersebut sampel sebanyak 155 mewakili populasi sebanyak 260. Dengan pengambilan sampel melebihi populasi yang ada di Kampung Kiringan diharapkan hasil penelitian nanti akan semakin mengambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik dalam penarikan sampel menggunakan sampel acak proposional yaitu sampel dipilih secara random atau acak dari semua populasi dengan cara diundi. Dalam menentukan jumlah sampel maka dapat menggunakan jumlah sampel proposional dimana jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut maka sampel yang diambil dari setiap Rukun Tetangga berjumlah sebagai berikut :

Tabel III.2 Jumlah Populasi dan Sampel Masyarakat Kiringan Tahun 2011

(65)

D. Subyek dan Obyek

1. Subjek

Subyek penelitian ini adalah masyarakat Kampung Kiringan yang diwakili oleh para pelaku penjual jamu gendong di Desa Kiringan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.

2. Objek

Dalam melakukan suatu penelitian harus menentukan obyek penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah perkembangan jamu gendong dan perubahan struktur kondisi sosial ekonomi masyarakat kiringan. Seperti jumlah pendapatan keluarga, Jumlah curahan kerja, tingkat pengangguran dan jumlah keluarga miskin masyarakat di Kampung Kiringan.

E. Variabel Indikator dan Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam penelitian maka perlu dijelaskan identifikasi antara masing-masing variabel dalam penelitian yaitu :

(66)

2. Curahan kerja,yaitu besarnya waku yang dicurahkan sseorang untuk melakukan aktivitas pekerjaannya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk jam kerja selama satu bulan

3. Tingkat penggangguran, yaitu jumlah orang yang tidak bekerja ataub sedang mencari pekerjaan. Variabel ini dinyatakan dengan jumlah jiwa yang tidak memiliki pekerjaan dalam berbagai lapangan pekerjaan yang ada.

4. Jumlah keluarga miskin di Kampung Kiringan, yaitu jumlah keluarga miskin dengan pendapatan per kapita dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan dari hasil susenas oleh BPS berdasarkan pengolongan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1.

F. Data Penelitian

1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan meliputi data dari responden dalam bentuk wawancara yaitu mengenai :

1) Jumlah pendapatan keluarga sebelum dan sesudah menjadi sentra industri

(67)

3) Jumlah Curahan kerja masyarakat di bidang non pertanian sebelum dan sesudah menjadi sentra industri

2. Data Sekunder

Data sekunder diperlukan bagi peneliti sebagai pendukung kelengkapan teori terhadap hasil penelitian. Sumber data ini diperoleh dari berbagai sumber informasi yang telah dipublikasikan misalnya berupa data monograf desa Kiringan. Data sekunder ini meliputi

1) Jumlah penduduk sebelum dan sesudah menjadi sentra industri 2) Jumlah keluarga miskin sebelum dan sesudah menjadi sentra

industri

3) Tingkat pengangguran di masyarakat sebelum dan sesudah menjadi sentra industri

4) Letak geografis Kampung Kiringan

5) Kondisi fisik daerah penelitian sebelum dan sesudah menjadi sentra industri

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

(68)

kondisi setempat serta individual. Bila responden tidak jelas dengan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara maka dapat diganti dengan kata-kata yang lebih sederhana.

2. Dokumentasi

Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi laporan dan atau berbagai artikel dari majalah, koran atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Dokumen- dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

H. Teknik Analisis Data

(69)

1. Untuk hipotesis yang menyatakan dalam hal jumlah pendapatan keluarga masyarakat kampung kiringan saat sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ada perkembangan pendapatan yang lebih besar. Maka teknik analisis uji beda Z untuk uji tanda sampel besar menggunakan uji wilcoxon , dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut :

Z =

Keterangan :

Z = Nilai Z hitung R = Jumlah tanda +

n = Jumlah sampel yang relevan

Pengujian signifikan 5 % uji beda Z dengan hipotesis adalah sebagai berikut : pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :

Ho ditolak jika probabilitas < 0,005 H1 diterima jika probabilitas > 0,005

Dengan hipotesa dirumuskan sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan jumlah pendapatan sebelum dan sesudah menjadi sentra industri jamu gendong

H1 : terdapat perbedaan jumlah pendapatan sebelum dan sesudah menjadi

(70)

2. Untuk hipotesis yang menyatakan curahan kerja masyarakat kampung kiringan dalam bidang pertanian saat sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong mengalami penurunan. Maka teknik analisis uji beda Z untuk uji tanda sampel besar menggunakan uji wilcoxon , dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut :

Z =

Keterangan :

Z = Nilai Z hitung R = Jumlah tanda +

n = Jumlah sampel yang relevan

Pengujian signifikan 5 % uji beda Z dengan hipotesis adalah sebagai berikut : pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :

Ho ditolak jika probabilitas < 0,005 H1 diterima jika probabilitas > 0,005

Dengan hipotesa dirumuskan sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan jumlah curahan kerja di bidang pertanian sebelum dan sesudah menjadi sentra industri jamu gendong

H1 : terdapat perbedaan jumlah jumlah curahan kerja di bidang pertanian

(71)

3. Untuk hipotesis yang menyatakan curahan kerja masyarakat kampung kiringan dalam non-pertanian saat sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong ada perkembangan menjadi lebih besar. Maka teknik analisis uji beda Z untuk uji tanda sampel besar menggunakan uji wilcoxon , dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut :

Z =

Keterangan :

Z = Nilai Z hitung R = Jumlah tanda +

n = Jumlah sampel yang relevan

Pengujian signifikan 5 % uji beda Z dengan hipotesis adalah sebagai berikut : pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :

Ho ditolak jika probabilitas < 0,005 H1 diterima jika probabilitas > 0,005

Dengan hipotesa dirumuskan sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan jumlah curahan kerja di bidang non-pertanian sebelum dan sesudah menjadi sentra industri jamu gendong H1 : terdapat perbedaan jumlah curahan kerja di bidang non-pertanian

sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri jamu gendong

(72)

sentra industri jamu gendong menjadi berkurang. Maka digunakan dokumentasi dari wilayah setempat yaitu dokumentasi pencatatan perkembangan Kampung kiringan, Desa Canden.

5. Untuk hipotesis yang menyatakan dalam hal jumlah keluarga miskin di kampung kiringan antara sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri menjadi berkurang, maka dapat digunakan kriteria batas kemiskinan yang bersumber dari BKKBN yang meliputi beberapa kategori keluarga yang masuk ke dalam keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1.

(73)

51 

 

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Perkembangan Desa-Desa di Kabupaten Bantul Sebagai Desa

Sentra Industri

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selain terkenal sebagai kota pelajar dan kota wisata, juga terkenal dengan keanekaragaman makanan dan minuman khas yang ada. Mulai dari gudeg manggar, brongkos, nasi kucing, wedang uwuh, wedang bajigur dan juga jamu jawanya. Keanekaragaman ini merupakan potensi yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Khusus jamu jawa, Kabupaten Bantul memiliki beberapa kawasan yang telah disebut sebagai sentra industri jamu tradisional. Beberapa sentra industri jamu tradisional jawa diantaranya di Kecamatan Imogiri, Kecamatan Sedayu dan kecamatan Jetis, Desa Canden, lebih tepatnya di Kampung Kiringan. Ide untuk menjadikan beberapa daerah di Kabupaten Bantul ini memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai. Melalui wawancara secara langsung yang dilakukan dengan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan dapat dipaparkan bahwa beberapa tujuan yang hendak dicapai dengan adanya sentra industri antara lain :

(74)

2. Dengan dikenalnya wilayah tersebut sebagai sentra industri diharapkan masyarakat pekerja di sentra industri lebih mudah menangkap pangsa pasar dan dapat menambah luas area pemasaran

3. Jika area pemasaran semakin luas maka diharapkan masyarakat di wilayah sentra industri tersebut semakin bertambah tingkat pendapatannya, semakin banyak penyerapan tenaga kerja dan alhasil semakin sejahtera masyarakatnya.

(75)

pada awal berdirinya koperasi ini memiliki 27 anggota koperasi. Seiring perkembangan jaman, maka koperasi wanita “Seruni Putih” ini kemudian mendapatkan perhatian dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi di Kabupaten Bantul untuk dibina. Pembinaan ini dalam upaya memperbaiki sistem pembiayaan yang ada dan sistem pelaporan keuangan secara sistematis. Menurut badan hukum no 046/BH/XIV/XI/2007, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi di Kabupaten Bantul mulai meresmikan koperasi ini sebagai koperasi peminjaman modal usaha pada tahun 2007. Sampai saat ini koperasi wanita “Seruni Putih” sudah memiliki 121 anggota koperasi. Melihat buku pelaporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tutup buku tahun 2010 koperasi wanita”Seruni Putih” maka dapat dilihat terdapat 10 pengurus dalam koperasi tersebut. Koperasi yang diketuai oleh ibu umi muslimah ini memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan koperasi “Seruni Putih ”di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Meminjamkan modal usaha kepada para pengrajin jamu gendong di wilayah kiringan

2. Mengadakan rapat secara periodik

3. Melakukan penagihan kepada peminjaman yang macet

(76)

B. Pengembangan Desa-Desa Sentra Industri di Kecamatan Jetis

Dewasa ini, masyarakat mulai melirik produk-produk yang terbuat dari alam. Hal ini didasarkan pada keyakinan masyarakat bahwa produk-produk alami yang bahan-bahannya diambil langsung dari alam itu lebih sehat dan segar. Keyakinan ini membuat sebagian besar produsen berbondong-bondong menciptakan produk yang terbuat dari alam. Potensi kedaerahan ini tidak disia-siakan oleh pemerintah Kabupaten Bantul khususnya Kecamatan Jetis. Dengan bermunculan UMKM yang baru maka pemerintah Kabupaten Bantul mulai menyusun beberapa program guna pengembangan UMKM. Salah satu program pengembangan tersebut adalah menjadikan beberapa UMKM sejenis yang ada di satu daerah sebagai daerah sentra industri UMKM.

Tabel IV.1

Wilayah sentra industri di Kecamatan Jetis Tahun 2011

No Nama Wilayah Jenis Sentra

1 Desa Trimulyo Kerajinan payet

2 Desa Sumberagung Kerajinan bambu/ gedhek

Kerajinan pengolahan limbah/sampah plastic

3 Desa canden Minuman Jamu Gendong Makanan Gatot-tiwul Makanan Onde-Onde Sumber :Kantor Kecamatan Jetis, 2011.

(77)

Gatot-Tiwul ada di Dusun Wonolopo dan untuk sentra industri onde-onde terdapat di Dusun Gaduhan.

C. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kampung Kiringan merupakan salah satu kampung yang berada di dalam Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Kampung Kiringan jarak ke Ibu Kota Kecamatan adalah 7 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, jarak ke Ibu Kota Kabupaten adalah 20 km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit, sedangkan jarak ke Desa Canden adalah 5 km. berdasarkan buku profil Kampung Kiringan, luas wilayah kampung kiringan adalah 40. 132 ha. Secara administratif, Kampung Kiringan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Batas sebelah utara adalah Dusun Ngibikan, Canden. b. Batas sebelah selatan adalah Dusun Paten, Srihardono. c. Batas sebelah timur adalah sungai opak

d. Batas sebelah barat adalah Dusun Wonolopo, Canden.

(78)

2. Keadaan Penduduk

(79)

rencana pembangunan, data komposisi penduduk ini memiliki andil yang berarti dalam memutuskan sebuah rencana.

a. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Kesejahteraan

Kampung Kiringan terdiri dari 5 RT, yang dihuni oleh 255 KK atau 795 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebesar 456 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 339 jiwa. Mayoritas penduduk Kampung Kiringan bermata pencaharian sebagai pekerja swasta dan penjual jamu tradisional. Berdasarkan data dalam buku profil desa tahun 2010, kondisi ekonomi masyarakat Kampung Kiringan dapat dilihat melalui dua (2) hal yaitu tingkat pengangguran dan tingkat kesejahteraan keluarga dengan rincian sebagai berikut :

Tabel IV.2

Komposisi Tingkat Pengangguran di Kampung Kiringan Tahun 2010

No Kriteria Jumlah

(Jiwa)

1 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun 642

2 Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 455 3 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja 338 3 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu

rumah tangga

23 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang belum

bekerja atau tidak bekerja

14 5 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja

tidak tentu

186 6 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan

tidak bekerja

3 7 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan

bekerja

(80)

Pada tabel di atas, sebanyak 186 orang pada usia 18-56 tahun bekerja tidak tentu, yang dimaksudkan disini adalah para buruh serabutan, seperti misalnya seorang petani ketika musim bercocok tanam maka mereka menjadi petani, ketika tidak musim bercocok tanam maka mereka kemudian beralih menjadi buruh bangunan, tukang kayu, memelihara lembu dan kambing atau bahkan tidak bekerja sama sekali. Berikut ini juga akan disajikan komposisi jumlah keluarga sejahtera di Kampung Kiringan sebagai salah satu tolok ukur keadaan penduduk dilihat dari tingkat kesejahteraannya.

Tabel IV.3

Jumlah Keluarga Sejahtera di Kampung Kiringan Tahun 1999 dan 2010

No Kriteria Tahun (Keluarga)

1999 2010 1 Jumlah keluarga prasejahtera 56 34

2 Jumlah keluarga sejahtera 1 117 115 3 Jumlah keluarga sejahtera 2 67 94 4 Jumlah keluarga sejahtera 3 3 7 5 Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 4 5 6 Total jumlah kepala keluarga 247 255 Sumber : kantor Kepala Desa Kiringan, 1999 dan 2010.

(81)

penurunan. Berikut ini akan disajikan jumlah penurunan keluarga miskin sebanyak 24 KK :

1) Dari jumlah 24 KK yang ada, sebanyak 7 KK terbantu karena bekerja di perusahaan swasta

2) Dari 24 KK yang ada, sebanyak 2 KK sudah tidak dipakai karena pemilik sudah meninggal dunia

3) Dari 24 KK miskin, sebanyak 15 KK tertolong kondisi ekonominya karena ibu rumah tangga berperan sebagai penjual jamu

b. Keadaan Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kampung kiringan pada tahun 2010/2011 berjumlah 795 jiwa yang terdiri dari 456 jiwa laki-laki dan 339 jiwa perempuan. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel IV.4

Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Pada tahun 1999 dan 2010

(82)

12 61-75 tahun 48 27 53 34 75 87 13 > 76 tahun 52 42 35 44 94 79

Jumlah 438 317 456 339 755 795

Sumber : kantor kepala desa kiringan,tahun 1999 dan 2010 c. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di kampung kiringan masih tergolong rendah, menduduki persentase terbanyak tidak tamat SD sebanyak 107 orang. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk tua lebih banyak daripada yang muda, dan kebanyakan orang tua di Kampung Kiringan tidak tamat SD bahkan ada sebagian besar lainnya yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Berikut ini disajikan tabel komposisi penduduk Kampung Kiringan berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel IV.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2010 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 107 42,0 d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Gambar

Tabel V.18 Perkembangan usaha mandiri
Tabel II.1
Tabel II.2
gambar :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedang pengaruh nilai minPts terhadap hasil cluster adalah dengan semakin besar nilai minPts maka akan semakin sulit suatu obyek yang meskipun jaraknya saling

Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menerapkan metode pemodelan pada jalan provinsi dengan memanfaatkan minimnya data untuk dibuat model lalu lintas yang

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling di Pusat Terapi Autisme ‘A-Plus’ Dharma Wanita PUMN Kotamadya Malang dengan instrumen penelitian berupa

Pada bulan November sebaran konsentrasi klorofil-a memiliki nilai yang rendah sebesar 0.1074 mg/m 3 sampai 0.2109 mg/m 3 saat musim peralihan II (Tabel 8), hal ini

Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas (Nordi- awan, 2010). Semakin baik

Hasil menunjukkan bahwa hubungan antara utilitarian value, hedonic value , dan social value dengan perceived value memiliki nilai p-value kurang dari 0.05

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Kepala Daerah terhadap Rancangan

Jika pada saat itu kepentingan nasional itu memang menghendaki dikenakan Bea Masuk Anti Dumping, namun setelah 2 tahun kemudian saat KADI memutuskan untuk mengakhiri