HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
AGRESIVITAS PADA REMAJA PUTRA YANG BERSTATUS SEBAGAI MAHASISWA STRATA I DI MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Yulita Patasik
069114036
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Dalam Sgala Perkara Tuhan Punya Rencana
Yang lebih Besar Dari Semua yang terpikirkan Apapun yang Kau Perbuat
Tak Ada Maksud Jahat
Sbab itu Kulakukan Semua denganMu Tuhan
Ku tak akan Menyerah Pada Apapun Juga
Sebelum Kucoba Semua yang Kubisa Tetapi Kuberserah kepada KehendakMu Hatiku Percaya Tuhan Punya Rencana
(Jeffry S. Tjandra)
Ia Membuat Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya
v Dedicated to… :
o My Lord Jesus Christ.. I’m nothing without U’r LOVE & BLESS
o My Parents : Simon Patasik & Adolvina Rombe… I Love you and i’ll do
my best to make you proud and be grateful to be my parents
o My Lovely brothers and sister : Novianto Rante Patasik, Veryanto
Rombe, & Aryati Eva Rombe… thank you for all u’r supports
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Bapa atas segala berkat, tuntunan, dan kasih-Nya yang tercurah selama proses penulisan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Titik Kristiyani M.Psi selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Heri Widodo, .Psi.,M.Psi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan dan saran dalam penulisan skripsi ini. Trima kasih juga untuk kesabarannya membimbing penulis.
4. Dosen penguji skripsi saya, ibu Titik Kristiyani M.Psi dan bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi yang sudah memberikan kritik dan saran yang sangat berarti untuk isi dari skripsi ini.
5. Bapak A. Supratiknya., Ph.D dan Bapak H. wahyudi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
6. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.
7. Dosen Penguji selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.
8. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Bu Nanik, dan Pak Gie yang sudah membantu penulis selama di Fakultas Psikologi.
9. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, terima kasih untuk setiap pengorbanan dan cara kalian menyayangiku hingga menjadi “seseorang” seperti saat ini. Aku sangat ingin membahagiakan kalian walaupun tak cukup untuk membalas kasih kalian.
10.Saudaraku Vivi, Rante, Very, dan Eva...karakter yang sangat berbeda satu sama lain. Aku mengasihi kalian
11.Kak Ady Toflin yang sudah menjadi kekasih, teman, dan kakak (komplit ya…. ☺) dalam susah dan senang. Trima kasih untuk segala bentuk dukungannya selama proses penyelesaian skripsiku. Sungguh suatu anugrah bisa bersamamu.
12.Anny, Ratna, Yanto Bailao, Dinar, Agnes, Ike… Trima kasih untuk setiap dukungan yang kalian berikan ☺. Suatu kebahagian bisa mengenal dan menjadi teman kalian.
13.Vin, Monmon Dorayaki (hehehehehe…), Gina Peonk… We are Angsa’s Girls… persahabatan dan persaudaraan dengan kalian sangat memberkatiku. Semoga tali persaudaraan kita tetap terjalin sampai nenek-nenek (tetap cantik pastinya…jadi nenek cantik ☺)
14.Ririn, Ely, Jina, Yanti, Mutia (Psikologi 08) dan Ita Ambarura yang sering menjadi teman curhat, teman jalan dan selalu menemani dalam berbagai situasi. I love u all girls…
15.Teman-teman komselku : Litha, Riri, Heny, Cik Ratih, Sari, Rini, Jessica… senang menjadi bagian dari kalian. Trima kasih untuk telinga, hati, dan dukungan doanya.
16.Teman-teman cell group di Joy Fellowship (kak Anto, kak Erni, kak Trisno, kak Astrid, mas Jajak, kak Oce, kak Ririd, Liston, Ety, Anton). Senang bisa bertumbuh bersama dalam iman dengan kalian. Aku mengasihi kalian
17.Anggota ministry drama Joy Fellowship… Kak Ibeth, Fanny Aussie, Yesti, Devita, Flare, Nedi, Yanto “pak camat”, Retno, Ayu, Dodo, Raymond, Yani, kak Will, kak Tary, Nita Netnot, Jacky…(ada yang kurang ga ya…?). Trima kasih untuk kebersamaan selama 3 tahun. Seru, senang, gila, sebal, mangkel…all in drama ministry ☺
18.Ledo, Yoil, Ade Saturday, Riska, dan adek-adek tingkat di Makassar yang ikut membantu peneliti dalam mengedarkan skala.
19.Liem, Putu (angkatan 2007), dan Rona yang sudah bersedia menjadi mentor SPSS buatku. Tanpa kerelaan kalian mengajariku, skripsi ini tidak akan berjalan. Semoga kesuksesan mengiringi setiap langkah kalian.
20.Teman-teman Psikologi angkatan 2006, tidak terasa ya kita sudah mulai terpisah. Senang bisa mengenal kalian selama pendidikan kita di Psikologi.
21.Teman-teman bimbingan (Jesi, yanti, Lusi, Vivi, Novi, Krisna, Hayu, mbak Citra, mbak Andin, mbak Sherly, Adit, dll….banyak banget soalnya..) yang seru-seru kalau lagi ngumpul sambil ngantri bimbingan depan ruangan Pak Heri.
22.Rekan-rekan di ADT (Asisten Divisi training) periode I : Yaya, Herman, Noni, Jenny, Vivi, Agnes, dll… pengalaman yang tidak terlupakan saat bisa bekerjasama dengan kalian dalam beberapa training.
23.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungan, doa, dan kerjasamanya selama ini.
Penulis percaya bahwa kasih dan karunia Tuhan selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari jika skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Yogyakarta, ………2011 Penulis
Yulita Patasik
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN MOTTO ………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi
ABSTRAK ……… vii
ABSTRACT……… viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ……… ix
KATA PENGANTAR ………. x
DAFTAR ISI ……… xiv
DAFTAR TABEL ……… xviii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xix
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Permasalahan ………. 8
C. Tujuan Penelitian ……… 8
D. Manfaat Penelitian ……….. 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ……… 10
A. Agresivitas ……… 10
1. Pengertian ……… 10
2. Jenis-jenis Agresi ………. 11
3. Teori-teori Agresi ……… 13
4. Faktor-faktor Penyebab Munculnya agresi ………. 17
5. Agresivitas Remaja Putra ……… 22
B. Kecerdasan Emosional ……… 24
1. Pengertian ……… 24
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ……… 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional … 26 4. Kecerdasan Emosional Pada Remaja Putra ………. 27
C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Agresivitas … 29 D. Hipotesis ……… 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 33
A. Jenis Penelitian ……… 33
B. Identifikasi Variabel Penelitian ……….. 33
C. Definisi Operasional Penelitian ……….. 34
1. Agresivitas ……… 34
2. Kecerdasan Emosional ………. 37
D. Subjek Penelitian ……… 38
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ……… 38
1. Skala Agresivitas ………. 39
2. Skala Kecerdasan Emosional ………... 42
F. Uji Skala ………... 44
1. Uji Validitas ………. 44
2. Uji Reliabilitas ……….. 44
3. Uji Daya Beda Item ……….. 45
G. Teknik Analisis Data ………. 55
1. Uji Asumsi ………. 55
2. Uji Hipotesis ……….. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57
A. Pelaksanaan Penelitian ………. 57
B. Data Demografi Subjek ……… 58
1. Berdasarkan Usia ……….. 58
2. Berdasarkan Asal universitas ……… 59
C. Hasil penelitian ………. 60
1. Uji Asumsi ……… 60
a. Uji Normalitas ……… 60
b. Uji Linearitas ……….. 60
2. Uji Hipotesis ………. 61
3. Uji Tambahan ……… 62
D. Pembahasan ……….. 65
BAB V PENUTUP ……….. 67
A. Kesimpulan ……… 67
B. Saran ……….. 67
DAFTAR PUSTAKA ………. 69
LAMPIRAN ………. 71
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Spesifikasi Skala Agresivitas Untuk Uji Coba ………...40 Tabel 2 Skor Untuk Agresivitas………41 Tabel 3 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Untuk Uji Coba ………….42 Tabel 4 Skor Untuk Item Favorable dan
Unfavorable Skala Kecerdasan Emosional ……….43
Tabel 5 Spesifikasi Item-item Baik dan
Tidak Baik Skala Agresivitas Sesudah Uji Coba ………47 Tabel 6 Spesifikasi Item-item Skala Agresivitas Sesudah Uji Coba ………...48 Tabel 7 Spesifikasi Skala Agresivitas untuk Penelitian ………...50 Tabel 8 Spesifikasi Item-item Baik dan Tidak Baik
Skala Kecerdasan Emosional Sesudah Uji Coba ………52 Tabel 9 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Sesudah Uji Coba .……....53 Tabel 10 Spesifikasi Item-Item Kecerdasan Emosional untuk Penelitian …….54 Tabel 11 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ………58 Tabel 12 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Asal Universitas ….59 Tabel 13 Data Mean Empiris dan Standar Deviasi Empiris
Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Agresivitas………..62 Tabel 14 Kriteria Kategorisasi Tingkat
Kecerdasan Emosional dan Agresivitas Subjek ………63 Tabel 15 Spesifikasi Jumlah Subjek Untuk Setiap Kategorisasi ………..63
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I Uji Reliabilitas dan Uji Daya beda Item
Skala Agresivitas dan Skala Kecerdasan emosional ………71 LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Hipotesis …………89 LAMPIRAN III Uji Tambahan dan Interpretasi Skor Subjek ………92 LAMPIRAN IV Skala Agresivitas dan Kecerdasan Emosional
(uji coba)...101 LAMPIRAN V Skala Agresivitas dan Kecerdasan Emosional
(penelitian) ……….124
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap hari berbagai media massa Indonesia memberitakan tindakan-tindakan kekerasan yang terjadi di masyarakat. Peristiwa seperti peperangan antar suku, perampokan yang disertai dengan tindak kekerasan, pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak, serta bentrokan yang melibatkan pelajar merupakan bentuk-bentuk dari tindak kekerasan yang sering terjadi dalam masyarakat kita dan sering menjadi topik pemberitaan di media-media massa.
Berita mengenai bentrokan di kota Makassar yang melibatkan mahasiswa merupakan salah satu berita tindak kekerasan yang sering muncul di media massa. Ada berita tentang bentrokan antara mahasiswa antar fakultas di universitas yang sama, bentrokan mahasiswa antar universitas, dan bentrokan antara mahasiswa dengan pihak keamanan universitasnya maupun dengan polisi.
Koran Tribun-timur yang merupakan salah satu koran di Makassar beberapa kali memberitakan dalam situsnya tentang bentrokan-bentrokan yang melibatkan mahasiswa di kota tersebut. Pada tanggal 29 Oktober 2009, terjadi bentrokan antar sesama mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), yaitu antara fakultas teknik melawan gabungan mahasiswa fakultas bahasa-sastra (FBS)
dan fakultas seni desain. Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian menyebutkan bahwa penyebab bentrokan yang diwarnai saling lempar batu dan tembakan dari senjata rakitan tersebut belum diketahui pasti. Beredar isu jika hal itu dipicu oleh pembakaran replika manusia beberapa bulan sebelumnya (Bentrok sesama mahasiswa UNM, 1 ditikam, 2009, Oktober 30).
Bentrokan antar mahasiswa juga terjadi pada tanggal 20 april 2010. Bentrokan tersebut melibatkan mahasiswa pencinta alam dan anggota BEM STMIK Dipanegara. Peristiwa tersebut terjadi di dalam kampus mereka. Mahasiswa saling serang dengan menggunakan batu dan kayu disertai teriakan-teriakan berisi hujatan dan umpatan. Tawuran dipicu oleh pemukulan seorang mahasiswa yang bergabung dalam BEM STMIK Dipanegara terhadap mahasiswa lain yang merupakan anggota mahasiswa pencinta alam di kampus yang sama. Pemukulan tersebut dipicu oleh suara motor salah satu pihak yang sangat keras sehingga pihak lain merasa terganggu (Tawuran STIMIK Dipanegara, dua mahasiswa terluka, 2010, April 21).
Bentrokan antara mahasiswa dengan aparat keamanan di kota Makassar juga beberapa kali diberitakan, salah satunya adalah bentrokan antara mahasiswa yang bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) cabang Makassar dengan polisi. Menurut keterangan polisi, permasalahan ini merupakan masalah pribadi antara seorang anggota polisi dan salah satu mahasiswa yang kemudian lari bersembunyi ke HMI cabang Makassar. Pada sisi lain, ketua Cabang HMI Makassar menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan akibat dari aksi unjuk rasa mengenai kasus Bank Century (Penyebab bentrokan mahasiswa Makassar masih simpang siur, 2010, Maret 7).
Pada tanggal 10 Mei 2010, mahasiswa universitas Hasanuddin yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Anti Kriminalisasi Akademik (SOMASI) terlibat bentrok dengan pihak keamanan kampus. Bentrokan terjadi saat mahasiswa melakukan demonstrasi terkait skorsing 3 mahasiswa geologi dan 178 mahasiswa yang tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan. Suasana menjadi menjadi tidak terkontrol saat seorang oknum berseragam satpam diduga memukul bagian kepala salah seorang mahasiswa yang berunjuk rasa dengan tabung pemadam kebakaran. Pemukulan tersebut diduga memicu kemarahan mahasiswa lainnya yang ikut berdemo sehingga terjadi bentrokan (Mahasiswa dan sekuriti UNHAS bentrok, 2010, Mei 12).
Makassar merupakan bentuk dari perilaku agresif. Meningkatnya kecenderungan ke arah agresi menurut beberapa ahli ilmu sosial disebabkan oleh semakin banyak orang yang merasa berhak membalas dendam kepada orang lain yang dianggap telah berbuat salah kepada mereka (Berkowitz, 1995). Bentrokan-bentrokan yang melibatkan mahasiswa di kota Makassar sebagian besar dilatarbelakangi oleh keinginan untuk balas dendam karena perlakuan yang dianggap salah terhadap rekannya.
Pada tanggal 26 Juni 2010, situs koran Tribun-timur menampilkan tulisan yang membahas mengenai seringnya terjadi bentokan antara mahasiswa fakultas teknik (FT) dan fakultas seni-desain (FSD) universitas Negeri Makassar (UNM). Bentrokan kedua fakultas tersebut sering menyebabkan kerusakan fasilitas kampus yang pada akhirnya mengganggu aktivitas perkuliahan mahasiswa lain yang tidak terlibat di dalam bentrokan. Bentrokan atau tawuran kedua fakultas ini terus diwariskan ke generasi berikutnya sehingga amarah, teriakan, dan dendam selalu menyertai permusuhan di kalangan tertentu mahasiswa UNM. Penulis artikel yang merupakan mahasiswa jurusan biologi di UNM menyatakan demikian (Arnaelis, 2010, Juni 26):
Seorang penulis lain dalam artikelnya di situs yang sama juga membahas tentang seringnya mahasiswa di kota Makassar terlibat bentrokan. Penulis menyajikan beberapa peristiwa bentrokan mahasiswa di beberapa universitas, salah satunya adalah bentrokan antara mahasiswa peternakan dan mahasiswa teknik universitas Hasanuddin (UNHAS). Bentrokan bermula ketika seorang mahasiswi teknik diganggu oleh seorang mahasiswa dari fakultas pertanian (Memahami agresivitas mahasiswa Makassar, 2010, Juni 26).
Secara tersirat dalam kedua artikel di atas menunjukkan jika mahasiswa yang terlibat dalam bentrokan-bentrokan di Makassar adalah mahasiswa laki-laki. Hal tersebut juga terlihat dalam tayangan-tayangan berita di televisi yang menampilkan berita mengenai bentrokan mahasiswa di kota ini.
Tindakan agresif dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain : fustrasi, adanya provokasi, pengaruh menonton tayangan kekerasan di televisi, pola perilaku tipe A, pengaruh suhu udara yang tinggi, pengaruh alkohol, dan faktor budaya tertentu (Baron, Branscom, dan Byrne, 2006). Tindakan agresif juga berkaitan dengan ketidakmampuan individu mengelola tekanan emosi yang dirasakannya sehingga melakukan tindakan destruktif untuk mengelola emosinya (Safaria dan Saputra, 2009).
Koeswara (dalam Budiyani, 2003) mengemukakan bahwa seseorang yang sedang berada dalam keadaan emosional yang tidak menyenangkan, akan selalu berusaha untuk mengatasi atau menghindarinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan bertindak agresif. Keadaan emosional yang tidak menyenangkan oleh Goleman (2007) disebut sebagai emosi negatif. Emosi negatif seperti ketidakpuasan terhadap orang atau objek tertentu, serta keinginan untuk balas dendam yang dapat menimbulkan bentrokan apabila tidak dikelola dengan baik.
Seseorang yang mampu mengendalikan emosi negatifnya terhadap orang atau suatu objek tertentu, memberi kesempatan bagi dirinya untuk mengembangkan emosi yang lebih positif sehingga emosi negatif yang akan timbul dapat segera digantikan dengan emosi yang lebih positif (Goleman, 2007). Kemampuan untuk mengembangkan emosi yang positif dapat diperoleh dengan memiliki kepekaan terhadap emosi yang sedang dirasakan, mampu mengelola emosi yang akan dimunculkan atau yang tidak ingin dimunculkan, memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mampu mengenali emosi orang lain, serta mampu membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan tersebut, oleh Salovey (dalam Goleman, 2007) disebut sebagai kecerdasan emosional.
Penelitian Djuwarijah (2002) terhadap 150 siswa SMP di Yogyakarta menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara kecerdasan emosional dan agresivitas. Kecerdasan emosional pada penelitian ini memberikan sumbangan efektif sebesar 18,4 % dalam menurunkan tingkat agresivitas pada remaja.
mendorong munculnya perilaku agresif menggantinya dengan emosi yang lebih positif sehingga perilaku agresif dapat segera dihindari (Goleman, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti “Hubungan antara Kecerdasan emosional dan Agresivitas pada Remaja putra yang Berstatus Sebagai Mahasiswa Stata I di kota Makassar”.
B. Rumusan Permasalahan
Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan agresivitas pada remaja putra yang berstatus sebagai mahasiswa Strata I di Makassar?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Menambah wacana yang bermanfaat dalam bidang psikologi, khususnya mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan agresivitas pada mahasiswa.
b. Praktis
1. Bagi pihak universitas di Makassar :
10 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Agresivitas 1. Pengertian
Buss (dalam Berkowitz, 1995) mendefinisikan agresi sebagai pengiriman stimulus berbahaya kepada orang lain. Pendapat tersebut mirip dengan yang dikemukakan Baron (dalam Berkowitz, 1995) bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang sebenarnya tidak menginginkan perlakuan tersebut.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, peneliti merumuskan agresivitas sebagai kecenderungan untuk menyakiti atau melukai secara fisik maupun secara verbal individu yang sebenarnya tidak menginginkan perlakuan tersebut.
2. Jenis-jenis Agresi
Buss (dalam Baron & Richardson, 2004) mengemukakan 3 klasifikasi besar perilaku agresif yaitu agresi fisik-verbal, agresi aktif-pasif, dan agresi langsung-tidak langsung. Klasifikasi-klasifikasi tersebut berinteraksi membentuk 8 jenis tingkah laku agresif, yaitu :
a. Agresi fisik aktif langsung, adalah perilaku yang ditujukan untuk membahayakan dan melukai orang lain secara aktif dan agresornya mudah dikenali oleh korban, misalnya : menusuk, menembak, memukul, menampar.
b. Agresi fisik aktif tidak langsung, adalah perilaku yang ditujukan untuk membahayakan dan melukai orang lain secara aktif dan agresornya tidak mudah dikenali oleh korban, misalnya : membuat jebakan untuk mencelakakan orang lain.
mudah dikenali oleh korban, misalnya : seperti menghalangi jalan orang lain.
d. Agresi fisik pasif tidak langsung, adalah perilaku yang ditujukan untuk membahayakan dan melukai orang lain secara pasif dan agresornya tidak mudah dikenali oleh korban, misalnya : menolak melakukan sesuatu atau menolak mengerjakan perintah orang lain. e. Agresi verbal aktif langsung, adalah perilaku berbahaya yang
stimulusnya berupa kata-kata secara aktif dan agresornya mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : memaki atau mengumpat orang lain.
f. Agresi verbal aktif tidak langsung, adalah perilaku berbahaya yang stimulusnya berupa kata-kata secara aktif dan agresornya tidak mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : seperti menyebar gosip tentang orang lain.
g. Agresi verbal pasif langsung, adalah perilaku berbahaya yang stimulusnya berupa kata-kata secara pasif dan agresornya mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : menolak berbicara dengan orang lain atau menolak untuk menjawab pertanyaan orang lain.
Berkowitz (1995) membedakan agresi berdasarkan tujuan perilakunya menjadi dua jenis, yaitu :
a. Agresi instrumental, adalah tindakan agresif yang bertujuan untuk mencapai tujuan lainnya selain untuk menyakiti atau melukai. Misalnya seorang tentara yang memiliki keinginan untuk membunuh musuhnya, tetapi keinginan yang sebenarnya adalah untuk melindungi dirinya sendiri dan merupakan cara untuk menunjukkan patriotismenya. Begitu juga dengan anggota geng jalanan yang menyerang sekelompok orang asing yang memasuki lingkungan mereka karena mereka ingin menunjukkan pada orang-orang tersebut bahwa mereka kuat dan tidak bisa diremehkan. b. Agresi emosional, adalah tindakan agresif yang tujuan utamanya
adalah menyakiti orang lain. Orang cenderung melakukan jenis agresi ini ketika mengalami ganguan emosional, terutama jika sedang marah. Agresor yang terpancing secara emosional tidak mempertimbangkan akibat jangka panjang dari tindakannya.
3. Teori-teori Agresi
a. Teori Insting (Instict Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan yang diturunkan untuk bersikap agresif satu sama lain. Freud (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006) yang merupakan tokoh paling terkenal dalam teori ini mengatakan bahwa agresi timbul dari keinginan untuk mati (death wish/thanatos) yang kuat yang dimiliki oleh semua orang. Menurut Freud, insting ini awalnya memiliki tujuan self destruction tetapi arahnya diubah ke orang lain.
Pandangan yang berkaitan diungkapkan oleh Konrad Lorenz. Menurut Lorenz (dalam Baron, Branscombe, and Byrne, 2006), agresi muncul karena adanya insting berkelahi (fighting insting) bawaan yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya. Lorenz berasumsi bahwa insting tersebut berkembang selama terjadinya evolusi karena membantu untuk memastikan bahwa hanya individu yang terkuat dan terhebatlah yang akan menurunkan gen mereka pada keturunan berikutnya.
b. Teori Dorongan (Drive Theory)
Teori dorongan atas agresi yang paling terkenal adalah hipotesis frustasi-agresi yang dikemukakan oleh John Dollard dan Neal Miller (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006). Hipotesis frustasi-agresi beranggapan bahwa frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu dorongan yang tujuan utamanya adalah menyakiti orang atau objek terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi.
c. Teori Model Umum Afektif Agresi (General Affective Aggression Model)
Model umum afektif agresi (dikenal dengan singkatan GAAM) merupakan pendekatan teori modern atas agresi yang tidak berfokus pada satu faktor tunggal sebagai penyebab utama agresi (Baron, Branscom, dan Byrne, 2006). Menurut teori ini, agresi disebabkan oleh banyak variabel (Anderson dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006). Variabel dalam kategori pertama meliputi frustasi, bentuk serangan tertentu dari orang lain (misalnya, penghinaan), suhu udara yang tidak nyaman, dan hampir semua hal yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada individu.
yang terkait pada agresi seperti pengetahuan tentang cara berkelahi dan cara menggunakan senjata (Baron, Branscom, dan Byrne, 2006).
Menurut GAAM, variabel-variabel situasional dan individual tersebut dapat menimbulkan agresi terbuka melalui pengaruh masing-masing terhadap tiga proses dasar (Baron, Branscom, dan Byrne, 2006). Proses-proses dasar tersebut adalah keterangsangan (arousal), keadaan afektif (affective states), dan kognisi. Pada proses keterangsangan
(arousal), variabel-variabel tersebut dapat meningkatkan
4. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Agresi
Baron, Branscom, dan Byrne (2006) mengelompokkan faktor-faktor penyebab agresi menjadi tiga, yaitu :
a. Faktor Sosial 1) Frustasi
Dollard dkk (dalam Berkowitz, 1995) mendefinisikan frustasi sebagai suatu kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak dapat memperoleh kesenangan yang diharapkannya. Folger dan Baron (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006) juga berpendapat bahwa frustasi dapat menjadi determinan kuat dari agresi pada kondisi tertentu, terutama ketika penyebabnya dipandang tidak adil atau tidak legal, misalnya ketika seorang karyawan merasa layak mendapat kenaikan gaji yang besar dan ternyata hanya memperoleh jumlah yang lebih sedikit tanpa diberi penjelasan, dapat menyimpulkan bahwa dirinya diperlakukan dengan tidak adil dan hak-haknya yang sah sudah diabaikan. Karyawan tersebut dapat memiliki pikiran-pikiran hostile, merasa marah, dan mencari cara untuk balas dendam pada sumber yang dipersepsikan sebagai sumber penyebab frustasinya.
2) Provokasi Langsung
memicu seseorang menjadi agresif bisa berupa kritik yang dianggap tidak adil, ungkapan sarkastis, dan kekerasan fisik. Jarang ada orang yang mengalah ketika dirinya menerima suatu bentuk agresi dari orang lain. Sebaliknya, ada kecenderungan untuk membalasnya, baik itu lebih sedikit, sama besar, dan bahkan terkadang melebihi dari perlakuan yang diterima terutama jika ada keyakinan bahwa orang tersebut bermaksud menyakiti.
3) Tayangan Kekerasan di Media Massa
Melalui tayangan-tayangan/program-program yang mengandung kekerasan di televisi, ada kemungkinan individu mengetahui cara baru untuk melakukan agresi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Hal tersebut dikenal dengan istilah copycat crimes. Kejahatan yang dilaporkan di media kemudian ditiru oleh orang lain di lokasi yang jauh menunjukkan jika dampak seperti itu nyata.
munculnya pikiran-pikiran hostile yang dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi.
4) Keterangsangan yang Meningkat
Keterangsangan dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya provokasi, frustasi, dan faktor-faktor lain. Keterangsangan yang meningkat memunculkan agresi sebagai responnya. Dalam hal keterangsangan seksual, kondisi dengan keterangsangan seksual yang ringan akan mengurangi agresi, sedangkan keterangsangan seksual yang lebih tinggi akan meningkatkan agresi.
b. Karakteristik Pribadi 1) Pola Perilaku Tipe A
2) Bias Atribusional Hostile
Istilah bias atribusional hostile mengacu pada kecenderungan untuk mempersepsikan tindakan hostile orang lain sebagai kesengajaan, namun segera mengasumsikan tindakan provokasi dalam bentuk apapun tersebut disengaja sehingga memberikan respon melawan atau membalasnya, misalnya dengan memarahi orang tersebut. Seseorang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempersepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan. Bias atribusional hostile merupakan salah satu faktor pribadi (perbedaan individual) yang penting dalam terjadinya agresi.
3) Perbedaan Jenis Kelamin
Betancourt dan Miller (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006) mengemukakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam agresi sangat besar ketika tidak ada provokasi daripada saat ada provokasi. Laki-laki secara signifikan lebih cenderung melakukan agresi daripada perempuan ketika orang lain tersebut tidak memprovokasi mereka dengan cara apapun. Pada situasi dimana ada provokasi, terutama jika provokasinya intens maka perempuan sama agresifnya dengan laki-laki.
cenderung terlibat dalam bentuk agresi langsung daripada perempuan. Sementara perempuan lebih sering terlibat dalam bentuk agresi tidak langsung.
c. Faktor Situasional 1) Suhu Udara Tinggi
Robert Baron (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006) mengemukakan jika suhu panas dapat meningkatkan perilaku agresif, tetapi hanya sampai pada titik tertentu. Pada tingkat tertentu, orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan energi untuk terlibat dalam agresi.
2) Alkohol
Pada beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang mengkonsumsi alkohol dengan kadar yang cukup untuk membuat mereka mabuk, bertindak lebih agresif dan merespon provokasi secara lebih kuat daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi alkohol (Bushman dan Cooper, 1990; Gustafson, 1990 dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006).
3) Belief budaya
tinggi terhadap penggunaan kekerasan untuk mempertahankan diri atau merespon provokasi sebagai cara untuk mempertahankan diri.
5. Agresivitas Remaja Putra
Penelitian BjorkQvist, Osterman, dan Hjelt Back (dalam Baron, Branscom, dan Byrne, 2006) menemukan bahwa laki-laki lebih cenderung terlibat dalam bentuk agresi langsung daripada perempuan. Sementara perempuan lebih sering terlibat dalam bentuk agresi tidak langsung. Frekuensi munculnya perilaku agresif yang lebih tinggi pada laki-laki merupakan perbedaan jenis kelamin yang paling konsisten (Maccoby dan Jaklyn dalam Freedman, Peplau, dan Sears, 1985).
menciptakan rasa takut kepada orang lain dan bila perlu, mampu menyebabkan luka atau sakit hati. Whiting dan Pope mengemukakan bahwa laki-laki lebih agresif dari perempuan merupakan realitas universal.
B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain (Salovey dalam Goleman, 2007). Goleman (2007) mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan dari frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, serta berempati dan berdoa.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey (dalam Goleman, 2007), kecerdasan emosional terdiri dari lima aspek, yaitu :
a. Mengenali Emosi Diri, merupakan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan tesebut terjadi. Hal ini merupakan dasar dalam kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk mengenali perasaan kita yang sesungguhnya dapat membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
b. Mengelola Emosi, merupakan kemampuan untuk mengatasi rasa cemas, rasa sedih, mengatasi rasa tersinggung, dan mampu menghibur diri sendiri. Individu yang mampu mengelola emosinya cepat bangkit dari kegagalannya dan tidak mudah menyerah.
c. Memotivasi Diri Sendiri, merupakan kemampuan dalam mengontrol emosi, menunda kesenangan dan dorongan hati. Individu yang mampu memotivasi dirinya sendiri cenderung memiliki pandangan positif dalam menilai hal-hal yang terjadi pada dirinya serta mampu bekerja secara efektif dan produktif. d. Mengenali Emosi Orang Lain, kemampuan ini lebih dikenal
lain yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan dan dikehendaki orang tersebut.
e. Membina Relasi, kemampuan ini merupakan kemampuan mengelola emosi orang lain. Keterampilan tersebut menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Individu-individu yang hebat dalam keterampilan ini cenderung sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan mulus dengan orang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Pada masa remaja, sering terjadi fluktuasi (naik dan turun) emosi (Rosenblum dan Lewis dalam Santrock, 2007). Remaja dapat merajuk tanpa mengetahui cara mengekspresikan perasaan mereka secara cukup (Santrock, 2007). Dengan sedikit atau tanpa provokasi sama sekali, mereka dapat menjadi sangat marah pada orang tuanya, memproyeksikan emosi-emosi negatif mereka pada orang lain.
a. Faktor hormonal
Para peneliti menemukan bahwa perubaan pubertas berkaitan dengan meningkatnya emosi-emosi negatif (Archibald, Graber, dan Brooks-Gunn ; Brooks-Gun, Graber, dan Paikoff; Dorn, Williamson, dan Ryan dalam Santrock, 2007).
b. Faktor pengalaman lingkungan
4. Kecerdasan Emosional pada Remaja Putra
Goleman (2007) mengungkapkan ciri-ciri laki-laki yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sebagai berikut :
a. Mudah bergaul dan jenaka
b. Tidak mudah merasa takut dan gelisah
c. Mampu melibatkan diri dengan orang lain atau permasalahan
d. Mampu memikul tanggung jawab
e. Memiliki pandangan moral
f. Simpatik dan hangat dalam hubungan-hubungannya
g. Kehidupan emosionalnya kaya namun wajar
C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Agresivitas
Amarah, rasa tersinggung, merasa harga dirinya terancam, dan frustrasi merupakan emosi-emosi negatif atau perasaan tidak menyenangkan sehingga individu akan berusaha untuk mengatasinya, salah satunya adalah dengan bertindak agresif (Berkowitz, 1995). Tindak kekerasan yang disebabkan oleh emosi-emosi negatif dapat dihindari apabila individu mampu menangani emosi negatif tersebut. Kemampuan untuk menangani emosi oleh Salovey disebut sebagai kecerdasan emosional, yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
mengarah ke perilaku agresi, misalnya marah, bersikap sarkastik, dan mencemooh orang lain (Goleman, 2007).
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu memotivasi dirinya untuk tidak berlarut-larut dalam perasaan sedih atau kecewa karena suatu kegagalan yang dialaminya. Berlarut-larut dalam kekecewaan atau kesedihan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap orang lain, misalnya menjadi mudah marah terhadap orang lain.
Empati memungkinkan individu untuk mengenali dan memahami perasaan orang lain lewat sinyal-sinyal yang ditangkap dari orang tersebut (Salovey dalam Goleman, 2007). Hal tersebut menyebabkan seseorang dapat mentoleransi ketika orang lain melakukan sesuatu yang dapat memancing munculnya emosi negatif sehingga perilaku agresif dapat dihindari karena kita mencoba memahami situasinya dan apa yang sebenarnya dirasakan orang tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan agresivitas pada mahasiswa laki-laki strata I di Makassar.
D. HIPOTESIS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian korelasional.
Penelitian korelasional adalah metode penelitian yang dirancang untuk
mengetahui kecenderungan pola pada satu variabel berdasarkan kecenderungan
pola pada variabel lain (Santoso, 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan agresivitas pada mahasiswa
laki-laki strata I di Makassar.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel yang diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Variabel Tergantung : agresivitas
2. Variabel Bebas : kecerdasan emosional
C. Definisi Operasional Penelitian
1. Agresivitas
Agresivitas merupakan kecenderungan untuk menyakiti atau melukai
secara fisik maupun secara verbal individu yang sebenarnya tidak
menginginkan perlakuan tersebut. Agresivitas dalam penelitian ini diukur
berdasarkan frekuensi subjek melakukan perilaku agresif dengan
menggunakan Skala Agresivitas. Skala agresivitas disusun berdasarkan 3
klasifikasi besar perilaku agresif yang dikemukakan oleh Buss (dalam Baron
& Richardson, 1994), yaitu agresi fisik-verbal, agresi aktif-pasif, dan agresi
langsung-tidak langsung. Klasifikasi-klasifikasi tersebut berinteraksi
membentuk 8 jenis tingkah laku agresif, yaitu :
a. Agresi fisik aktif langsung : perilaku ditujukan untuk membahayakan
dan melukai orang lain secara aktif dan agresornya mudah dikenali oleh
korban, misalnya : menusuk, menembak, memukul, menampar.
b. Agresi fisik aktif tidak langsung : perilaku ditujukan untuk
membahayakan dan melukai orang lain secara aktif dan agresornya tidak
mudah dikenali oleh korban, misalnya : membuat jebakan untuk
c. Agresi fisik pasif langsung : perilaku ditujukan untuk membahayakan
dan melukai orang lain secara pasif dan agresornya mudah dikenali oleh
korban, misalnya : seperti menghalangi jalan orang lain.
d. Agresi fisik pasif tidak langsung : perilaku ditujukan untuk
membahayakan dan melukai orang lain secara pasif dan agresornya tidak
mudah dikenali oleh korban, misalnya : menolak melakukan sesuatu atau
menolak mengerjakan perintah orang lain.
e. Agresi verbal aktif langsung : stimulusnya berupa kata-kata secara aktif
dan agresornya mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : memaki atau
mengumpat orang lain.
f. Agresi verbal aktif tidak langsung : stimulusnya berupa kata-kata secara
aktif dan agresornya tidak mudah dikenali oleh korbannya, misalnya :
seperti menyebar gosip tentang orang lain.
g. Agresi verbal pasif langsung : stimulusnya berupa kata-kata secara pasif
dan agresornya mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : menolak
berbicara dengan orang lain atau menolak untuk menjawab pertanyaan
orang lain.
h. Agresi verbal pasif tidak langsung : stimulusnya berupa kata-kata secara
pasif dan agresornya mudah dikenali oleh korbannya, misalnya : tidak
setuju (memboikot) pendapat orang lain tetapi tidak mau menyampaikan
Skor yang tinggi menunjukkan bahwa subjek memiliki agresivitas
yang tinggi, sebaliknya skor rendah menunjukkan bahwa subjek memiliki
2. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki individu
dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan membina relasi dengan orang lain (Salovey
dalam Goleman, 2007). Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan
Skala Kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan lima aspek, yaitu :
a. Mengenali emosi diri : mengenali perasaan sewaktu perasaan tesebut
terjadi.
b. Mengelola emosi : mampu mengatasi emosi negatif yang dirasakan,
misalnya rasa cemas, sedih, tersinggung, dan mampu menghibur diri
sendiri.
c. Memotivasi diri sendiri : mampu mengontrol emosi, menunda
kesenangan dan dorongan hati.
d. Mengenali emosi orang lain (empati) : mampu mengenali dan
memahami perasaan orang lain
e. Kemampuan membina relasi yang baik dengan orang lain
Skor yang tinggi menunjukkan bahwa subjek memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi, sebaliknya skor rendah menunjukkan bahwa subjek
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki strata I Makassar
yang berjumlah 120 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Pada metode ini, pemilihan subjek didasarkan atas
ciri atau karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya. Karakteristik sampel
adalah sebagai berikut :
1. Laki-laki
2. Usia 17 – 21 yang merupakan rentang usia remaja di perguruan tinggi
(Monks, 2002).
3. Berstatus sebagai mahasiswa strata I di salah satu perguruan tinggi di
Makassar.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan dengan menggunakan Skala Agresivitas dan Skala Kecerdasan
Emosional. Model skala yang digunakan adalah model Likert. Pernyataan yang
dan subjek hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek
(Azwar, 2003).
1. Skala Agresivitas
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur agresivitas dalam
penelitian ini adalah Skala Agresivitas. Penulis menyusun alat ukur ini
berdasarkan klasifikasi jenis-jenis perilaku agresif yang dikemukakan oleh
Buss. Berdasarkan klasifikasi jenis perilaku agresif tersebut, peneliti
menyusun 80 item pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat
Tabel 1
Spesifikasi Skala Agresivitas untuk Uji Coba
No Klasifikasi Perilaku Nomor Item Jumlah
1 Agresi fisik aktif langsung 1, 4, 5, 10, 17, 25, 32,
40, 48, 56 10
2 Agresi fisik aktif tidak langsung
4 Agresi fisik pasif tidak langsung
2, 12, 20, 27, 35, 43, 51,
59, 67, 77 10
5 Agresi verbal aktif langsung
13, 21, 28, 36, 44, 52, 60,
70, 72, 76 10
6 Agresi verbal aktif tidak langsung
7, 14, 22, 29, 30, 37, 45,
53, 61, 74 10
7 Agresi verbal pasif langsung
9, 15, 23, 38, 46, 54, 62,
69, 73, 75 10
8 Agresi verbal pasif tidak langsung
8, 16, 24, 31, 39, 47, 55,
63, 65, 68 10
Seluruh klasifikasi jenis agresi fisik dan verbal dalam penelitian ini
diukur karena kedua jenis perilaku agresif tersebut muncul dalam
bentrokan-bentrokan yang melibatkan mahasiswa laki-laki di Makassar.
Skala Agresivitas berisi pernyataan-pernyataan dengan empat
alternatif jawaban, yaitu “Sangat Sering”, “Sering”, “Jarang”, dan “Tidak
pernah”. Subjek diminta memilih salah satu dari empat alternatif jawaban
tersebut. Penilaian untuk pernyataan yang dipilih subjek adalah sebagai
berikut :
Tabel 2
Skor untuk Skala Agresivitas
Respon Skor
Sangat Sering (SS) 4
Sering (S) 3
Jarang (J) 2
Tidak pernah (TP) 1
Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi agresivitas subjek.
Sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka semakin rendah
2. Skala Kecerdasan Emosional
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional
adalah skala kecerdasan emosional. Skala ini digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosional seseorang yang didasarkan pada 5 aspek kecerdasan
emosional yang dikemukakan oleh Salovey.
Berdasarkan kelima aspek tersebut, penulis menyusun 75 butir
pernyataan yang terdiri dari 40 butir pernyataan favorable dan 35 butir
pernyataan unfavorable yang akan digunakan dalam skala uji coba.
Spesifikasi pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional untuk Uji Coba
No Aspek No Item
4 Mengenali emosi orang lain (empati)
Skala ini berisi pernyataan-pernyataan dengan empat alternatif
jawaban, yaitu “Sangat Sering”, “Sering”, “Jarang”, dan “Tidak pernah”.
Subjek diminta memilih salah satu dari empat alternatif jawaban tersebut.
Penilaian untuk pernyataan yang dipilih subjek adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Skor Item-item Favorable dan Unfavorable Skala Kecerdasan Emosional
Skor Alternatif Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi kecerdasan
emosional subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka semakin
F. Uji Skala
1. Uji Validitas
Jenis validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi ditunjukkan untuk melihat sejauh mana item-item dapat
mewakili komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang ingin diukur
dan sejauh mana item-item mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.
Validitas yang diukur dengan pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis
rasional atau profesional judgement oleh dosen pembimbing, yaitu dengan
mengadakan evaluasi untuk memeriksa kualitas item sebagai dasar untuk
seleksi (Azwar, 2007).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil ukur. Taraf reliabilitas
dapat diartikan sebagai taraf sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan
konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam ketepatan dan
ketelitian hasil. Reliabilitas dicari dengan menggunakan koefisien alpha
cronbach. Pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi
karena hanya dilakukan satu kali percobaan pada satu kelompok subjek
(Azwar, 2007). Nilai reliabilitas dianggap memuaskan apabila mendekati
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS for
windows seri 17, Skala Kecerdasan Emosional memiliki koefisien alpha
cronbach sebesar 0,919. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala tersebut
reliabel. Skala Agresivitas memiliki koefisien alpha cronbach sebesar 0,975
yang berarti skala ini juga reliabel.
3. Uji Daya Beda Item
Uji daya beda item dilakukan untuk melihat sejauh mana item-item
tes dapat membedakan antara individu dengan individu lainnya yang memiliki
maupun tidak memiliki atribut yang ingin diukur (Azwar, 2007). Pengujian
daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara
distribusi skor item dengan distribusi skor skala yang menghasilkan korelasi
item total. Semua item yang mencapai 0,3 (≥ 0,3) dianggap memiliki daya
beda item yang memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara
item dengan skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item dan skala
secara keseluruhan.
Peneliti melakukan uji coba Skala Kecerdasan Emosional dan Skala
Agresivitas pada 50 mahasiswa laki-laki strata I Makassar. Setelah data
terkumpul, data 17 subjek tidak memenuhi persyaratan untuk diproses
Emosional dan Skala Agresivitas dari ke 33 subjek kemudian diproses dengan
menggunakan SPSS for windows seri 17.
a. Uji Daya Beda Item Skala agresivitas
Hasil analisis pengukuran Skala Agresivitas menunjukkan bahwa
dari 80 item yang diujikan, terdapat 79 item yang baik dan 1 item yang
tidak baik. Besarnya koefisien korelasi bergerak pada kisaran 0,247 sampai
Tabel 5
Spesifikasi Item-item Baik dan Tidak baik Skala Agresivitas Sesudah Uji coba
No Klasifikasi Perilaku Nomor Item Baik Nomor Item Tidak Baik
5 Agresi verbal aktif langsung
13, 21, 28, 36, 44,
52, 60, 70, 72, 76 -
6 Agresi verbal aktif tidak langsung
7, 14, 22, 29, 30,
37, 45, 53, 61, 74 7
7 Agresi verbal pasif langsung
9, 15, 23, 38, 46,
54, 62, 69, 73, 75 -
8 Agresi verbal pasif tidak langsung
8, 16, 24, 31, 39,
Tabel berikut ini menunjukkan spesifikasi item setelah dilakukan
penelitian uji coba :
Tabel 6
Spesifikasi Item-item Skala Agresivitas Sesudah Uji Coba
No Klasifikasi Perilaku Nomor Item Jumlah
1 Agresi fisik aktif langsung
1, 4, 5, 10, 17, 25, 32,
40, 48, 56 10
2 Agresi fisik aktif tidak langsung
4 Agresi fisik pasif tidak langsung
2, 12, 20, 27, 35, 43, 51,
59, 67, 77 10
5 Agresi verbal aktif langsung
13, 21, 28, 36, 44, 52, 60,
70, 72, 76 10
6 Agresi verbal aktif tidak langsung
14, 22, 29, 30, 37, 45,
53, 61, 74 9
7 Agresi verbal pasif langsung
9, 15, 23, 38, 46, 54, 62,
69, 73, 75 10
8 Agresi verbal pasif tidak langsung
8, 16, 24, 31, 39, 47, 55,
63, 65, 68 10
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi item pada
masing-masing klasifikasi kurang seimbang, untuk itu peneliti melakukan
pengguguran 1 item dari klasifikasi lainnya. Item-item yang digugurkan
adalah item yang memiliki nilai koefisien korelasi paling kecil pada setiap
klasifikasi. Item-item tersebut adalah item nomor 1 pada jenis agresi fisik
aktif langsung, nomor 18 pada jenis agresi fisik aktif tidak langsung, nomor
66 pada jenis agresi fisik pasif langsung, nomor 2 pada jenis agresi fisik
pasif tidak langsung, nomor 70 pada jenis agresi verbal aktif langsung,
nomor 73 pada jenis agresi verbal pasif langsung, dan nomor 16 pada jenis
agresi verbal pasif tidak langsung. Jumlah item Skala Agresivitas yang
Tabel 7
Spesifikasi Skala Agresivitas untuk Penelitian
Klasifikasi Perilaku Nomor Item Jumlah
Agresi fisik aktif langsung 4, 5, 10, 17, 25, 32,
40, 48, 56 9
Agresi fisik aktif tidak
langsung
11, 26, 33, 41, 49, 57, 64,
78, 80 9
Agresi fisik pasif langsung 3, 6, 19, 34, 42, 50, 58,
71, 79 9
Agresi fisik pasif tidak
langsung
12, 20, 27, 35, 43, 51,
59, 67, 77 9
Agresi verbal aktif
langsung
13, 21, 28, 36, 44, 52, 60,
72, 76 9
Agresi verbal aktif tidak
langsung
14, 22, 29, 30, 37, 45,
53, 61, 74 9
Agresi verbal pasif
langsung
9, 15, 23, 38, 46, 54, 62,
69, 75 9
Agresi verbal pasif tidak
langsung
8, 24, 31, 39, 47, 55, 63,
65, 68 9
b. Uji Daya Beda Item Skala Kecerdasan Emosional
Hasil analisis pengukuran Skala Kecerdasan Emosional
menunjukkan bahwa dari 75 item yang diujikan, terdapat 35 item yang baik
dan 40 item yang tidak baik. Meskipun proporsi item yang tidak baik lebih
besar dibandingkan dengan proporsi item yang baik, jumlah item-item baik
yang tersisa pada setiap aspek dianggap masih dapat mewakili aspek
tersebut. Besarnya koefisien korelasi bergerak pada kisaran – 0,261 sampai
Tabel 8
Spesifikasi Item-item Baik dan Tidak baik Skala Kecerdasan Emosional Sesudah Uji
Coba
Nomor Item Baik Nomor Item Tidak baik
Aspek
Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable
Mengenali emosi
orang lain (empati)
Tabel berikut ini menunjukkan spesifikasi item setelah dilakukan
penelitian uji coba :
Tabel 9
Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Sesudah Uji Coba
Aspek No Item
Mengenali emosi orang
lain (empati) 34, 54 9, 19, 49, 59, 69 7
Membina relasi 55, 65, 75 20, 40, 50, 60 7
Jumlah 15 20 33
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi item pada
masing-masing aspek kurang seimbang, untuk itu peneliti melakukan pengguguran
5 item pada aspek memotivasi diri, 1 item pada aspek mengenali emosi
orang lain (empati), dan 1 item pada aspek membina relasi. Item-item yang
pada setiap aspek. Item-item tersebut adalah item nomor 3, 8, 13, 18, dan
43 pada aspek memotivasi diri; item nomor 69 pada aspek mengenali
emosi orang lain (empati); item nomor 55 pada aspek membina relasi.
Jumlah item yang tersisa adalah 26 item. Berikut adalah tabel spesifikasi
untuk Skala Kecerdasan Emosional yang akan dipakai dalam penelitian :
Tabel 10
Spesifikasi Item-item Skala Kecerdasan Emosional Untuk Penelitian
Aspek
No Item
Favorable
No Item
Unfavorable
Jumlah
Mengenali emosi 31 16, 46, 66 4
Mengelola emosi 22, 32 57, 67 4
Memotivasi diri 53, 73 38, 48, 58, 68 6
Mengenali emosi
orang lain (empati)
34, 54 9, 19, 49, 59 6
Membina relasi 65, 75 20, 40, 50, 60 6
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan metode
korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada.
Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran
data penelitian yang dilakukan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan
uji one Sample Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai p > 0,05 maka data
tersebut dikatakan terdistribusi secara normal dan jika p< 0,05 maka data
terdistribusi secara tidak normal
b. Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel yang diuji berhubungan secara linear. Uji linearitas ini
dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS
seri 17.0 for Windows. Data dikatakan linear apabila kedua variabel yang
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
negatif antara kecerdasan emosional dan agresivitas pada mahasiswa laki-laki
strata I di Makassar. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 - 8 Desember 2010 dengan
melibatkan 120 subjek yang merupakan mahasiswa-mahasiswa Universitas
Hasanuddin (UNHAS), STIMIK Dipanegara, STIM Bongaya, Universitas
Negeri Makassar (UNEM), Universitas Muslim Indonesia (UMI), dan STIEM
Nitro. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dengan cara meminta subjek
memberikan jawaban pada kuisioner yang terdiri dari Skala Kecerdasan
Emosional dan Skala Agresivitas.
Peneliti membagikan 120 eksemplar pada subjek dan semua skala kembali
dengan jumlah yang sama pada peneliti. Ada 20 subjek yang tidak bisa diolah
datanya karena faktor tidak mengisi skala secara lengkap dan umur melampaui
kriteria umur yang sudah ditentukan oleh peneliti sehingga tersisa 100 subjek
yang dapat diolah datanya.
B. Data Demografi Subjek Penelitian
1. Berdasarkan Usia
Usia subjek dalam penelitian ini berkisar antara 18 – 21 tahun. Berikut
ini merupakan tabel data demografi subyek berdasarkan usia.
Tabel 11
Data Demografi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia
USIA JUMLAH PERSENTASE
18 tahun 27 27 %
19 tahun 21 21 %
20 tahun 26 26 %
21 tahun 26 26 %
2. Berdasarkan Asal Universitas
Tabel 12
Data Demografi Subyek Penelitian Berdasarkan Asal Universitas
Universitas JUMLAH PERSENTASE
Universitas Hasanuddin 68 68 %
STIEM Bongaya 15 15 %
STIM Nitro 9 9 %
STIMIK Dipanegara 4 4 %
Universitas Negeri Makassar 3 3 %
Universitas Muslim Indonesia 1 1%
C. Hasil penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows
seri 17 dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Nilai probabilitas (p) variabel agresivitas adalah 0,584 (p>0,05).
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel agresivitas
terdistribusi secara normal karena memiliki nilai p>0,05
2) Nilai probabilitas (p) pada variabel kecerdasan emosional adalah
0,926 (p>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel
kecerdasan emosional terdistribusi secara normal karena memiliki
nilai p > 0,05.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows seri
17. Uji linearitas dalam penelitian ini menghasilkan nilai linearitas
sebesar 0,005 (p < 0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel
kecerdasan emosional dan variabel agresivitas memiliki hubungan yang
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode
korelasi pearson product moment pada taraf signifikansi 5% (p < 0,05)
dengan menggunakan SPSS for windows seri 17. Uji hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah one tailed (satu ekor) karena hipotesis
dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah negatif.
Hasil hipotesis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel
kecerdasan emosional dan agresivitas adalah – 0,256 dengan probabilitas
0.005 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan negatif dan sangat
signifikan antara variabel kecerdasan emosional dan variabel agresivitas.
Jadi, semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa laki-laki, maka
semakin rendah agresivitasnya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
emosional subjek, maka semakin tinggi agresivitasnya.
Dari penelitian ini, diketahui bahwa r = -0,256 dan koefisien
determinan (r²) sebesar 7%. Hal ini berarti kecerdasan emosional memiliki
sumbangan efektif sebesar 7% terhadap agresivitas mahasiswa laki-laki strata
3. Uji Tambahan
Uji Tambahan dilakukan untuk mengetahui deskripsi kecerdasan
emosonal dan agresivitas pada kelompok subjek. Tabel berikut ini
menyajikan data empiris Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Agresivitas:
Tabel 13
Data Mean Empiris dan Standar Deviasi Empiris
Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Agresivitas
Variabel Mean Empiris SD
Kecerdasan emosional 74,18 8,571
Agresivitas 132,52 33,306
Tingkat kecerdasan emosional dan agresivitas subjek akan
dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan menggunakan norma sebagai
berikut :
X < (µ - 1,0 σ) : rendah
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) : sedang
µ + 1,0 σ) ≤ X : tinggi
Keterangan :
Tabel 14
Kriteria Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosional dan Agresivitas Subjek
Kategori Kecerdasan emosional (rentang skor)
Agresivitas
(rentang skor skor)
Rendah X < 66 X < 99
Sedang 66 ≤ X < 83 99 ≤ X < 166
Tinggi 83 ≤ X 166 ≤ X
Berdasarkan rentang skor tersebut, jumlah subjek pada setiap kategorisasi
adalah sebagai berikut :
Tabel 15
Spesifikasi Jumlah Subjek Untuk Setiap Kategorisasi
Kecerdasan Emosional Agresivitas Kategori
Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%)
Rendah 20 20 % 13 13 %
Sedang 70 70 % 74 74 %
Tinggi 10 10 % 13 13 %
Jumlah 100 100 % 100 100 %
Pada tabel tampak jika 70 % subjek memiliki kecerdasan emosional
rendah, dan 10 % subjek memiliki kecerdasan emosional yang tergolong
tinggi. Terlihat juga pada tabel jika 74 % subjek memiliki agresivitas yang
tergolong sedang, 13 % subjek agresivitasnya tergolong rendah, dan 13 %
subjek memiliki agresivitas yang tergolong tinggi
Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa subjek penelitian
cenderung memiliki kecerdasan emosional dan agresivitas yang tergolong
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan
emosional dan agresivitas pada remaja putra yang berstatus sebagai mahasiswa
strata I di Makassar, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara
kecerdasan emosional dan agresivitas pada remaja putra yang berstatus sebagai
mahasiswa strata I di Makassar. Mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya
tinggi, memiliki agresivitas yang rendah.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu
mengenali emosi negatif yang dirasakannya. Mengenali emosi negatif yang
dirasakan saat perasaan itu terjadi, membantu individu untuk berusaha
mengelolanya secara lebih positif (Safaria dan Saputra, 2009). Mengelola emosi
negatif tersebut menjadi emosi positif dapat mencegah terjadinya perilaku agresif
yang ditujukan kepada orang yang dianggap sebagai penyebab emosi negatif
tersebut.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu
memotivasi dirinya untuk bangkit dari kegagalan sehingga ia akan lebih berfokus
pada upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut daripada berfokus pada rasa
marah maupun keinginan untuk balas dendam kepada orang yang dianggap
Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi memiliki empati
terhadap orang lain yang memungkinkan individu tersebut mengenali dan
memahami perasaan orang lain lewat sinyal-sinyal yang ditangkap dari orang
tersebut (Salovey dalam Goleman, 2007). Empati akan memunculkan toleransi
terhadap perilaku orang lain yang menimbulkan emosi negatif karena kita
mencoba memahami situasi dan apa yang sebenarnya yang dirasakan orang
tersebut sehingga perilaku agresif tidak terjadi sebagai reaksi dari emosi negatif
yang kita rasakan.
Kemampuan dalam menangani emosi ketika berhubungan dengan orang
lain membantu individu membina relasi yang baik dengan orang lain. Individu
yang memiliki kemampuan membina relasi yang baik akan menjaga agar
perilakunya tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain karena hal tersebut
dapat merusak relasinya dengan orang tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan agresivitas pada mahasiswa laki-laki strata I di Makassar.
B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya
Variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini memiliki sumbangan yang relatif kecil karena nilai r = -0,256 dan koefisien determinan (r²) sebesar 7%. Hal ini berarti kecerdasan emosional memiliki sumbangan efektif sebesar 7% terhadap agresivitas mahasiswa laki-laki strata I Makassar, sedangkan 93% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
Variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini memiliki sumbangan yang relatif kecil karena nilai r = -0,256 dan koefisien determinan (r²) sebesar 7%. Hal ini berarti kecerdasan emosional memiliki sumbangan
efektif sebesar 7% terhadap agresivitas mahasiswa laki-laki strata I Makassar, sedangkan 93% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arnaelis, I. (2010, Juni 26). Dendam kesumat membawa maut di UNM. Tribun Timur. Dipungut 1 Oktober, 2010. dari http://makassar.tribunnews.com.
Ancok, D., & Apollo. (2003). Hubungan antara intensitas menonton tayangan televisi berisi kekerasan, persepsi terhadap keharmonisan keluarga, jenis kelamin, dan tahap perkembangan dengan kecenderungan agresivitas remaja. Sosiohumanika, 16A(3). Hal. 529 – 544.
Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Baron, A., & Richardson, D.R (1994). Human Agression. Dipungut 8 November, 2010. dari http : // books. google. co. id /books? Id = MOljg8xXI1oC & printsec = frontcover#v = onepage & q & f = false.
Baron, R.A., Branscome, N. R., & Byrne, D. (2006). Social Pshycology (ed. Ke-8). USA : Pearson education Inc.
Bentrok sesama mahasiswa UNM, 1 ditikam. (2009, Oktober 30). Tribun Timur. Dipungut 19 Juli, 2010. dari http://makassar.tribunnews.com.
Berkowitz, L. (1995). Agresi 1. Sebab dan Akibatnya. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.
Budiyani, K. (2003). Hubungan pemanfaatan waktu luang dengan tingkah laku agresif remaja. Insight, Tahun 1, No. 2. Hal. 74 – 85.
Chaplin, J.P. (2000). Kamus lengkap Psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Djuwarijah. (2002). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas remaja. Psikologika, No.13 tahun VII. Hal. 69-77.
Goleman, D. (2007). Kecerdasan emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hujan batu 4 jam di UNHAS. (2010, Mei 26). Tribun Timur. Dipungut 19 Juli, 2010. dari http://makassar.tribunnews.com.
Kamus besar bahasa Indonesia. (1990). Jakarta : Balai Pustaka
Memahami agresivitas mahasiswa Makassar. (2010, Juni 26). Tribun Timur. Dipungut 2 Oktober, 2010. dari http://makassar.tribunnews.com.
Monks, F.J., Knoers, AMP. & Hadinoto, S.R. (2002). Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Penyebab bentrokan mahasiswa Makassar masih simpang siur. (2010, Maret 7). Tribun Timur. Dipungut 19 Juli, 2010. dari http: //makassar. tribunnews. com.
Safaria, T., & Saputra, N.K. (2009). Manajemen emosi : Sebuah panduan cerdas bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup anda. Jakarta : PT Bumi Aksara. Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi : Dari blog menjadi buku. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J.W. 2007. Remaja edisi kesebelas jilid 1. Jakarta : Erlangga. Sarwono, S.W. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Radja Grafindo Persada.
Tawuran STIMIK Dipanegara, dua mahasiswa terluka. (2010, April 21). Tribun Timur. Dipungut 19 Juli, 2010. dari http://makassar.tribunnews.com.
LAMPIRAN I
Uji Reliabilitas dan Uji Daya Beda Item
UJI RELIABILITAS SKALA AGRESIVITAS
Case Processing Summary
N %
Valid 33 100.0
Excludeda 0 .0 Cases
Total 33 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
UJI RELIABILITAS SKALA KECERDASAN EMOSIONAL
Case Processing Summary
N %
Valid 33 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 33 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items