• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KERAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA - ITS Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KERAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA - ITS Repository"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KERAPATAN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

TANAMAN TEMBAKAU (

Nicot iana t abacum

)

VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA

BARI AKBAR NRP. 1507100013

DOSEN PEMBIMBING

Mukhammad Muryono S. Si M. Si Febri Hendrayana S. P M. P

PROGRAM STUDI BIOLOGI

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(2)

FINAL PROJECT - SB 091358

DENSITY EFFECT ON GROWTH AND

PRODUCTIVITY TOBACCO (

Nicot iana

t abacum

) VARIETIES OF SEMBOJA AND

SERUMPUNG

BARI AKBAR NRP. 1507100013

ADVISOR LECTURER

Mukhammad Muryono S. Si M. Si Febri Hendrayana S. P M. P

DEPARTEMENT OF BIOLOGY

Faculty of Mathematic and Natural Science Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(3)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK………... iii

ABSTRACT………. iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….. 1.2 Permasalahan……… 1.3 Tujuan………... 1.4 Batasan Masalah………... 1.5 Manfaat………... BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 3

2.1

Deskripsi Tanaman Tembakau (

Nicotiana

tabacum

) Varietas Lokal Weleri Serumpung

dan Semboja

………...

2.1.1

Taksonomi dan Morfologi Tembakau

Serumpung

………...

2.1.2

Taksonomi dan Morfologi Tembakau

Semboja...

2.2

Periode pertumbuhan Tembakau

………...

2.3

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Tembakau

………... 2.4

Populasi dan Kerapatan

……...

(4)

viii

BAB III METODOLOGI………. 11

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian………... 3.2 Alat dan Bahan………... 3.2.1 Alat…………... 3.2.2 Bahan………... 3.3 Langkah Kerja………...

3.3.1 Pembibitan…………..

3.3.2

Persiapan Lahan dan Pertanaman

………... 3.3.3

Pengamatan dan Pengukuran

Parameter...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 19 4.1 Tinggi Tanaman……... 4.2 Jumlah Daun……... 4.3 Panjang Daun……… 4.4 Lebar Daun... 4.5 Luas Daun... 4.6

Berat Basah Daun (kg/ha)...

4.7

Berat Kering Daun (kg/ha)...

4.8

Diameter Kanopi...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 35 5.1 Kesimpulan………... 5.2 Saran………...

35 35

(5)

Halaman Tabel 1.

Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Tinggi Tanaman dan

Jumlah Daun

…………... 17

Tabel 2.

Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Panjang, Lebar dan

Luas Daun

………... 17

Tabel 3.

Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Berat Basah dan Berat

Kering pada masing-masing bagian

tanaman (daun, batang dan akar) serta

Diameter Kanopi

………... 18

Tabel 4.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi

Tanaman

………... 19

Tabel 5.

Analisis Varian Tinggi Tanaman

... 20

Tabel 6.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah

Daun

...… 21

Tabel 7.

Analisis Varian Jumlah Daun

………….... 22

Tabel 8.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang

Daun

………... 23

Tabel 9.

Analisis Varian Panjang Daun

………... 24

Tabel 10.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun

………... 25

Tabel 11.

Analisis Varian Lebar Daun

…………... 25

Tabel 12.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun

………... 26

Tabel 13.

Analisis Varian Luas Daun

……… 27

Tabel 14.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah

Daun (kg/ha)

………...…. 28

(6)

x

Tabel 15.

Analisis Varian Berat Basah Daun

(kg/ha)

………... 29

Tabel 16.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat

Kering Daun (kg/ha)

……… 30

Tabel 17.

Analisis Varian Berat Kering Daun

(kg/ha)

………... 31

Tabel 18.

Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter

Kanopi

………... 32

(7)

Halaman Gambar 1.

Tembakau Serumpung

…………... 3

Gambar 2.

Tembakau Semboja

... 4

Gambar 3.

Lahan Perkebunan

Agronomi Center

PT.

HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan

Jawa Timur

………... 11

Gambar 4.

Sistem penanaman

Single Row

………... 13

Gambar 5.

Layout Rancangan Penelitian

………….... 14

Gambar 6.

Pengukuran tinggi tanaman

…... 14

Gambar 7.

Pengukuran panjang dan lebar daun

………... 15

Gambar 8.

Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman

………... 16

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tabel Pengamatan dan Hasil Uji Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate ……... 43

Lampiran 2 Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja………... 59

(9)

Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : “Pengaruh Kerapatan Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Serumpung Dan Semboja”. Sholawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuknya menuju ke jalan yang benar.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si selaku ketua Jurusan Biologi FMIPA ITS, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. dan Bapak Febri Hendrayana S.P M.P selaku dosen pembimbing tugas akhir, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. selaku koordinator tugas akhir, Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si dan Ibu Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji proposal tugas akhir, Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si., selaku dosen wali penulis di Jurusan Biologi FMIPA ITS.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada PT. HM Sampoerna, Tbk atas kesempatan yang diberikannya, Bapak Febri Hendrayana, Bapak Bakti Kurniawan, Bapak Asta Darmawan, Bapak Munir, Bapak Yeri, Bapak Rofik, Bapak Jumingan, Mas Rohman serta Para Manager, Koordinator dan Staf PT. HM Sampoerna Tbk.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan Ayah atas curahan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang selalu diberikan selama ini serta Adik yang selalu memberi kritik dan bantuannya, Saudari Hermi Ria Harmonis atas kesabaran, dukungan dan perhatianya, Saudara dan saudari mahasiswa Biologi ITS angkatan 2007 atas bantuan, dukungan, dan informasinya, serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(10)

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya bagi para pembaca.

Surabaya, 7 Februari 2012

(11)

TANAMAN TEMBAKAU (

Nicotiana tabacum

)

VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA

Nama Mahasiswa : Bari Akbar NRP : 1507100013

Program Studi : Biologi FMIPA- ITS

Dosen Pembimbing : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Petak Utama merupakan perbedaan populasi tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row

yang terdiri dari : P0: 20.000 tanaman (50cm x 100cm), P1: 30.000 tanaman (A x B) (40cm x 80cm) dan P2: 40.000 tanaman (A x B) (30cm x 80cm), sedangkan Anak Petak terdiri dari tanaman Tembakau varietas Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) dan tanaman tembakau varietas Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Berdasarkan pengolahan data statistik GLM (General Linier Model) Univariate didapatkan hasil bahwa kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun, dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon.

Kata Kunci: Kerapatan, Pertumbuhan, Produktivitas, Tembakau Serumpung dan Semboja

(12)

DENSITY EFFECT ON GROWTH AND

PRODUCTIVITY TOBACCO (

Nicotiana tabacum

)

VARIETIES OF SEMBOJA AND SERUMPUNG

Name : Bari Akbar

NRP : 1507100013

Departement : Biologi FMIPA- ITS

Advisor Lecturer : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

Abstract

This study aims to determine the effect of density on growth and productivity of tobacco (Nicotiana tabacum) variesties Serumpung and Serumpung. The research was conducted in May to November 2011 at the Agronomy Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan East Java by using Group Randomimized Factorial Design. Main plot is the difference in the population with a spacing with a single row system consisting of: P0: 20,000 plants (A x B) (50cm x 100cm), P1: 30,000 plants (A x B) (40cm x 80cm) and P2: 40,000 plants (a x B) (30cm x 80cm), while the Second Plots consisted of varieties Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) and Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Based on statistical data processing GLM (General Linier Model) univariate showed that the density or spacing influence on the response variable leaf width, leaf area, leaf wet weight (kg/ha), leaf dry weight (kg/ha), while the varieties do not have effect on all response variables.

Key word : Density, Growth, Productivity, Tobacco Serumpung and Semboja

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok (Susilowati, 2006). Tembakau varietas lokal Weleri merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada lahan sawah. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis. Tembakau Serumpung dan Semboja merupakan salah satu contoh varietas lokal dari tembakau Weleri (Rachman, 1990). Berdasarkan data penelitian Project Report Son of Jack 2009 PT. HM Sampoerna, Tbk produktivitas Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja hanya mencapai 1,200 kg/ha dari jumlah populasi yang ditanam sebanyak 20.000 tanaman/ha sedangkan produktivitas optimum yang seharusnya bisa di dapatkan yaitu sebanyak 2,294 kg/ha dengan jumlah populasi yang ditanam sebanyak 31.000 tanaman/ha (Anonim, 2009).

Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi dan jarak antar tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas lahan. Jumlah tanaman dan pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sistem perakaran dapat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal. Demikian pula kanopi tanaman sedapat mungkin menutupi tanah, agar mampu menangkap energi matahari yang cukup (Flower, 1999). Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid

(15)

yang rendah (Anderson et al., 1985). Selain itu varietas tertentu dari tanaman tembakau memiliki masing-masing keunggulan tersendiri, baik dari segi laju pertumbuhan, tingkat produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit (Listyanto, 2010).

Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal diantara kedua varietas tersebut.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja.

1.3 Batasan Masalah

Suhu, pH dan kelembaban mengikuti kondisi di lahan serta pemupukan mengikuti aplikasi yang dilakukan Petani Tembakau di lahan penelitian yaitu pupuk ZA (200 kg/ha), Urea (50 kg/ha), SP36 (200 kg/ha) dan ZK (100 kg/ha).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja.

1.5 Manfaat Penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja.

Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada tanah berjenis aluvial atau tanah yang berlumpur. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis dengan tipe tanah aluvial dengan tekstur fine/clay

serta curah hujan rata-rata pertahun 2.000 mm (Rachman, 1990). Berikut deskripsi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja:

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Serumpung

Gambar 1. Tembakau Serumpung Nama Aksesi : Serumpung

No. Aksesi : 2430

Tipe : Weleri/Kendal

(Balittas, 2011).

(17)

a. Taksonomi Tembakau Serumpung Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum

(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Serumpung

(Balittas, 2011) b. Morfologi

Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung merupakan tanaman berakar tunggang yang merupakan tanaman dari suku terung-terungan. Memiliki tinggi hampir 1,5 meter dengan habitus piramid. Memiliki daun yang berwarna hijau, ujungnya meruncing, tepi daun yang licin, permukaan daun yang rata, tebal dan berbentuk lonjong. Tembakau Serumpung memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 19-30 daun perpohon (Balittas, 2011).

2.1.2 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Semboja

Gambar 2. Tembakau Semboja Nama Aksesi : Semboja

No. Aksesi : 0933

Tipe : Kendal/Weleri

(18)

5

a. Taksonomi Tembakau Semboja Kingdom : Plantae

Spesies : Nicotiana tabacum

(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Semboja

(Balittas, 2011) b. Morfologi

Tembakau varietas lokal Weleri Semboja biasa ditanam di Kendal. Tembakau Semboja merupakan tanaman dikotil dengan akar tunggang. Memiliki tinggi tanaman kira- kira 1,2 meter dengan habitus silindris. Pada daun dan batangnya terdapat bulu dan getah yang merupakan ciri dari tanaman ini. Ujung daunya meruncing, tepi daun berombak, permukaan daun berbendol serta bentuk yang lonjong. Tembakau Semboja memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 18-25 daun perpohon (Balittas, 2011).

2.2 Periode pertumbuhan Tembakau

Tanaman Tembakau pada umumnya memiliki tiga tahapan atau periode pertumbuhan. Mulai dari pembibitan sampai panen yaitu:

1. Periode pertama. Pada umur tanaman sekitar 3-4 minggu terjadi sedikit kenaikan massa melalui pertambahan sejumlah unsur yaitu: asam organik, karbohidrat dan nitrogen

(19)

pada tanaman dan juga terjadi peningkatan aktivitas metabolisme nitrogen.

3. Periode ketiga (60-75 HST). Terjadi penurunan berat basah dan berat kering karena menurunnya aktivitas metabolisme pada tanaman tembakau. Biasanya pada periode ini akan muncul bunga atau bakal buah (kantong benih).

( Tso, 1972).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tembakau

Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai lokasi sama yaitu lahan sawah, lahan ladang dan lahan pekarangan atau disebut dengan lahan kering. Pada masa dahulu, lahan yang digunakan untuk tembakau lebih banyak di lahan sawah dan ladang. Adanya kebutuhan pangan mengakibatkan tergesernya lahan tembakau (Listyanto, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tembakau, diantarannya:

a. Varietas tanaman

Varietas tanaman tembakau menentukan kualitas ini bukan dikarenakan kualitas tanamannya jelek. Namun lebih banyak kepada kandungan, selera dan rasa dari tanamannya itu sendiri. Terdapat varietas-varietas tertentu yang mempunyai kualitas unggul dibandingkan dengan kualitas varietas lainnya. Dengan demikian sebelum menanam tembakau sebaiknya mengetahui varietas dan tujuan serta distribusi penjualan setelah panen nantinya (Listyanto, 2010). Setiap varietas juga memiliki kapasitas optimal produksi pada suatu lahan. Oleh karena itu berbeda varietas berbeda pula jumlah populasi yang ditanam.

b. Kondisi lahan

(20)

7

Kemerosotan ini dimungkinkan besar karena kandungan tanah dan unsur hara tanaman yang mulai berubah dengan adanya penambahan sarana produksi berupa bahan anorganik seperti pupuk maupun pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba. Akibatnya terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah (Listyanto, 2010).

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus secara intensif telah menurunkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Contohnya, pengolahan tanah yang dilakukan lebih dari sekali sampai tiga kali meningkatkan aliran permukaan, dan menurunkan kadar C organik tanah dan stabilitas agregat tanah pasir. (Packer et al., 1992).

(21)

kimia dan biologi tanah. Dalam kesuburan fisik tanah, C organik merupakan salah satu komponen terpenting sebagai penyusun makro-agregat tanah (Bronick dan Lal, 2005). Bila ketersediaannya terdapat dalam konsentrasi rendah maka menyebabkan agregat tanah mudah terurai, sehingga partikel-partikel tanah penyusun agregat menyumbat pori-pori tanah, yang akhirnya dapat menyebabkan pengerasan ter-hadap tanah pada saat kering (Djajadi, 2006).

c. Iklim

(22)

9

2.4 Populasi dan Kerapatan

Populasi merupakan sekelompok individu sejenis yang dapat melakukan interbreeding dalam waktu dan daerah tertentu. Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kerapatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kerapatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963). Kerapatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas “leibig”, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan kerapatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman (Odum, 1959).

(23)

2.5 Kompetisi

Apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies atau varietas maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama (Ewusie, 1990). Kompetisi akan menghasilkan adanya saling bermusuhan diantara organisme yang menggunakan sumber alam yang sama tetapi jumlahnya terbatas (Kartawinata,1986).

(24)

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur.

Gambar 3. Lahan Perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, kertas timbang, wadah takaran, thermometer, oven, neraca analitik, meteran jahit, tabel pengamatan, sling meter/hygrometer, kertas label, kamera, pH meter, plastik penutup naungan, peralatan pertanian dan alat tulis.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah bibit tanaman tembakau varietas lokal Weleri Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung), Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja), pupuk Urea, pupuk ZA dan pupuk SP-36.

3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Pembibitan

Proses awal pembibitan yaitu persiapan bedengan, pemupukan dasar, penyiraman bedengan dan pembuatan

(25)

plengkung dan cover penutup bedengan. Setelah itu Penyebaran benih pada bedengan setelah direndam dan ditiriskan selama 3 hari. Kemudian di siram dan pengaturan buka tutup cover bedengan. Sedangkan untuk proses akhirnya yaitu perhitungan populasi pada bedengan dan setelah 45 hari bibit di cabut.

3.3.2 Persiapan Lahan dan Pertanaman

Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan tanah dan penjemuran tanah selama 3 minggu. Setelah itu pembutan guludan dan penanaman tanaman tembakau disesuaikan dengan jarak tanam dan rancangan penelitian ini. Kemudian dilakukan penyulaman dan pemupukan. Lalu diberi perlakuan Strees Periode sampai 20 HST (Hari Setelah Tanam) yang berfungsi untuk pemanjangan akar agar cepat tumbuh. Perlakuan Strees Periode dilakukan dengan tidak melakukan penyiraman setelah tembakau tumbuh selama 20 HST.

3.3.3 Pengamatan dan Pengukuran Parameter

Pengamatan dan pengukuran Parameter dilakukan setiap minggu mulai pada 19 HST selama 9 minggu atau sampai 75 HST. Pengukuran pada 19 HST dilakukan agar tanaman tembakau memiliki akar yang kuat, panjang dan banyak karena selama stress periode akar tembakau akan mencari sumber air ke dalam tanah.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Cara pengacakan perlakuan unit-unit percobaan dilakukan bertahap yaitu faktor yang ditempatkan sebagai petak Utama diacak terlebih dahulu terdadap unit percobaan baru selanjutnya faktor yang ditempatkan sebagai anak petak diacak pada setiap petak utama. Petak Utama merupakan perbedaan populasi yang terdiri dari :

P0: 20.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row

(A x B) (50cm x 100cm)

P1: 30.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row

(26)

13

P2: 40.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row

(A x B) (30cm x 80cm)

Berikut gambar sistem single row dengan jarak tanam (A x B) :

Gambar 4. Sistem penanaman Single Row

Sistem penanaman Single Row merupakan Sistem penanaman Tembakau dengan satu baris guludan. Jarak tanam pada Sistem Single Row merupakan perkalian antara jarak antar tanaman pada guludan yang sama (A) dengan jarak antar tanaman pada guludan disebelah kanan-kirinya (B).

(27)

Gambar 5. Layout Rancangan Penelitian V 1: Tembakau Serumpung

V 2: Tembakau Semboja

Total kombinasi perlakuan adalah 2 x 3 = 6 dan di ulang 3 kali maka total unit percobaan 18 unit percobaan.

Variabel Respon yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif diamati dari 10 sampel tanaman per unit percobaan di pilih secara acak. Pengamatan pengukuran dimulai pada 19 HST setelah itu setiap minggu sampai masa vegetatif berakhir (munculnya bunga). Variabel Respon yang diamati yaitu :

a. Tinggi tanaman; di ukur mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi.

(28)

15

b. Jumlah daun; di hitung banyak daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun).

c. lebar daun; Panjang dan lebar daun yang diukur adalah pada daun yang sudah berkembang secara sempurna. Panjang diukur mulai pangkal daun hingga ujung. Lebar daun diukur tegak lurus dengan pengukuran panjang daun pada daun yang terlebar.

Panjang dan

Gambar 7. Pengukuran panjang dan lebar daun d. Luas

itentukan dengan metode Gravimetri. Luas daun di

plika Daun

luas daun sebelum panen dilakukan dengan

daun; Luas daun d

ketahui pada saat daun dipanen dengan cara :

Luas daun (Ld) = Bd x (Lk/Bk)

menggunakan konstanta k (konstanta k diperoleh dari perbandingan antara panjang kali lebar daun dengan luas daun yang diperoleh dari metode Gravimetri pada saat panen).

Konstanta k = Bd x (Lk/Bk) (p x l)

(29)

Diameter canopi; Diameter kanopi diukur dua kali secara tegak lurus dan dirata-rata hasil kedua pengukuran tersebut. Diameter kanopi diukur pada waktu masa vegetatif berakhir.

Gambar 8. Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman Kemudian untuk variabel respon Berat Basah (daun, batang dan akar) dan Berat Kering (daun, batang dan akar) di ukur setelah masa vegetatif berakhir. Pengukuran Berat basah yaitu tanaman dibersihkan kemudian dikering anginkan. Ditimbang berapa berat utuh semua bagian tanaman; daun, batang dan akar. Kemudian untuk Pengukuran Berat kering tanaman yaitu semua bagian tanaman di bungkus kertas koran kemudian di oven sampai beratnya konstan.

3.5 Analisa Data

(30)

17

Tabel 1. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Varietas :

Tabel 2. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Panjang, Lebar dan Luas Daun

(31)

Tabel 3. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Berat Basah dan Berat Kering pada masing-masing bagian tanaman (daun, batang dan akar) serta Diameter Kanopi

Tanggal Panen (HST = Hari Setelah Tanam) : Varietas :

Jarak Tanam :

Tanaman Ke - Berat Basah (gram) Berat Kering (gram) Diameter Kanopi daun batang Akar Daun batang akar

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan tinggi tanaman :

Tabel 4. Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman (Cm)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 95,05

Semboja 101,45

80x40 Serumpung 95,25

Semboja 109,39

100x50 Serumpung 95,18

Semboja 106,77

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Tinggi Tanaman dengan nilai Sig. masing-masing 0,429 dan 0,059. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Tinggi Tanaman :

(33)

Tabel 5. Analisis Varian Tinggi Tanaman

Intercept 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000

Ulangan 110.380 2 55.190 2.250 .221

jarak_tanam 51.599 2 25.800 1.052.429

jarak_tanam * ulangan

98.103 4 24.526 .257 .895

Varietas 516.168 1 516.168 5.419.059

jarak_tanam * varietas

46.673 2 23.337 .245 .790

571.529 6 95.255c

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Haryadi (1984) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang lebih renggang atau populasi yang lebih jarang memungkinkan penetrasi cahaya matahari lebih besar sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis sehingga memiliki tanaman tembakau yang lebih tinggi. Sastrosupadi dan Oesman (1977) juga mengemukakan bahwa jarak tanam yang lebih rapat atau populasi yang lebih padat dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman tembakau, karena hara, air, cahaya dan CO2 yang diperoleh masing-masing individu berkurang.

(34)

21

4.2 Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan dengan menghitung banyaknya daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun). Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan jumlah daun :

Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun Jumlah Daun (lembar/tanaman)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 21,27

Semboja 19,60

80x40 Serumpung 19,63

Semboja 20,37

100x50 Serumpung 21,20

Semboja 20,80

(35)

Tabel 7. Analisis Varian Jumlah Daun

Intercept 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000

Ulangan 4.324 2 2.162 1.200 .391

jarak_tanam 3.018 2 1.509 .837.497

jarak_tanam * ulangan

7.209 4 1.802 4.813 .044

Varietas .889 1 .889 2.374.174

jarak_tanam * varietas

4.324 2 2.162 5.774 .040

2.247 6 .374c

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Guinn (1976) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang rapat akan menyebabkan banyak kompetisi cahaya matahari, nutrisi dan air sehingga menurunkan jumlah daun tembakau dan meningkatkan kemungkinan daun menjadi krosok. Penurunan jumlah daun tembakau juga mengakibatkan penurunan efektivitas tanaman dalam melakukan fotosintesis karena spectrum cahaya yang diterima menjadi lebih sedikit terutama daun bawah sehingga kemungkinan daun menjadi krosok menjadi lebih besar. Biasanya daun krosok akan gugur sebelum waktu panen tiba.

(36)

23

4.3 Panjang Daun

Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari mulai pangkal hingga ujung daun yang telah berkembang secara sempurna. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan panjang daun :

Tabel 8. Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang Daun Panjang Daun (cm)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 41,08

Semboja 40,82

80x40 Serumpung 41,38

Semboja 40,78

100x50 Serumpung 41,74

Semboja 41,56

(37)

Tabel 9. Analisis Varian Panjang Daun

Intercept 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000

Ulangan 8.804 2 4.402 8.298 .038

jarak_tanam 1.647 2 .823 1.552.317

jarak_tanam * ulangan

2.122 4 .531 .138 .962

Varietas .537 1 .537 .140.721

jarak_tanam * varietas

.146 2 .073 .019 .981

22.990 6 3.832c

Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo (2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Gilchist (1999) menyatakan bahwa populasi tanaman tembakau yang padat dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada ukuran panjang daun tanaman karena terjadinya persaingan perolehan sinar matahari. Pada populasi yang jarang, daun akan memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal dengan lebih sedikit naungan sehingga menghasilkan daun yang lebih panjang.

4.4 Lebar Daun

(38)

25

Tabel 10. Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun Lebar Daun (cm)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 21,53

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasilbahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,002, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,918. Berikut Tabel Analisis Varian Lebar Daun :

Tabel 11. Analisis Varian Lebar Daun Source

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000

Ulangan 1.229 2 .614 3.150 .151

jarak_tanam 18.205 2 9.103 46.666.002

Varietas .019 1 .019 .012.918

jarak_tanam * varietas

.279 2 .139 .083 .921

(39)

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo (2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Jarak Tanam yang rapat memungkinkan adanya mutual shading

sehingga setiap individu lebih sedikit menerima sinar matahari untuk keperluan fotosintesis. Mutual shading pada populasi padat menyebabkan tanaman kurang efektif dalam menangkap spectrum cahaya merah sinar matahari yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan terutama bagian daun.

4.5 Luas Daun

Pengukuran Luas Daun dilakukan dengan mengkalikan antara panjang daun dengan lebar daun serta konstanta sebesar 0,71. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Luas Daun :

Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun Luas Daun (cm2)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 888,06

Semboja 893,57

80x40 Serumpung 931,92

Semboja 923,19 100x50 Serumpung 1017,19* Semboja 1003,02*

(40)

27

Tabel 13. Analisis Varian Luas Daun Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000

Ulangan 13079.496 2 6539.748 6.427 .056

jarak_tanam 44784.832 2 22392.416 22.005.007

jarak_tanam * ulangan

4070.402 4 1017.600 .124 .968

Varietas 151.206 1 151.206 .018.896

jarak_tanam * varietas

309.979 2 154.990 .019 .981

49156.914 6 8192.819c

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rahman (1997) bahwa semakin padat populasi tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Luas daun sama halnya dengan panjang dan lebar, dipengaruhi oleh spectrum cahaya matahari yang mana bila populasi terlalu padat maka akan semakin banyak daun yang ternaungi dan semakin sedikit spectrum cahaya matahari yang diterima oleh daun tembakau sehingga menghambat pertumbuhan luas daun tembakau.

(41)

4.6 Berat Basah Daun (kg/ha)

Pengukuran Berat Basah Daun dilakukan saat panen. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha) :

Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha)

Berat Basah Daun (kg/ha)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 8422,08 Semboja 6436,37

80x40 Serumpung 11564,19* Semboja 9491,37* 100x50 Serumpung 6569,14

Semboja 6248,46

(42)

29

Tabel 15. Analisis Varian Berat Basah Daun (kg/ha) Source

Type III Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Intercept 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003

Ulangan 7036999.392 23518499.696 1.998 .250

jarak_tanam 5.522E7 2 2.761E7 15.675.013

jarak_tanam * ulangan

7045316.285 41761329.071 .430 .783

Varietas 9588769.307 19588769.307 2.340.177

jarak_tanam * varietas

2924930.164 21462465.082 .357 .714

2.459E7 6 4.098E6

Hal ini sesuai dengan penelitian Moch. Sahid (1986) bahwa populasi yang padat akan menurunkan produktivitas dikarenakan tanaman kerdil dan banyaknya tanaman yang mati. Hawks (1970) menyatakan bahwa populasi tanaman sangat mempengaruhi produktivitas sehingga apabila populasi terlalu padat menyebabkan penurunan produktivitas walaupun jumlah tanaman banyak tetapi sangat rentan terhadap kematian akibat penyakit, virus dan hama. Populasi yang lebih renggang dapat meningkatkan produktivitas karena daun yang dihasilkan akan lebih tebal dan lebih besar.

(43)

tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963).

4.7 Berat Kering Daun (kg/ha)

Setelah berat basah daun di timbang lalu di jemur di bawah sinar matahari mulai pagi sampai sore hingga daun menjadi krosok. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha) :

Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha)

Berat Kering Daun (kg/ha)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 1722,07 Semboja 1414,59 80x40 Serumpung 2278,87*

Semboja 1829,08* 100x50 Serumpung 1186,69 Semboja 1409,53

(44)

31

Tabel 17. Analisis Varian Berat Kering Daun (kg/ha) Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002

ulangan 212939.907 2 106469.954 5.727 .067

jarak_tanam 1760395.349 2 880197.674 47.347.002

jarak_tanam * ulangan

74361.194 4 18590.299 .083 .985

varietas 142807.712 1 142807.712 .640.454

jarak_tanam * varietas

376966.581 2 188483.290 .844 .475

1339543.561 6 223257.260c

Hal ini sesuai dengan pendapat Papenfus dan Quin (1981) bahwa populasi yang padat dapat menurunkan berat kering tanaman dikarenakan banyaknya daun kering dan tipis. Pada keadaan populasi yang lebih renggang, daun akan menerima lebih banyak sinar merah dari cahaya matahari sampai daun bawah sehingga daun akan lebih tebal dan meningkatkan prduktivitas tanaman (Kasperbauer, 1971).

Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid yang rendah (Anderson et al., 1985).

4.8 Diameter Kanopi

(45)

Tabel 18. Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter Kanopi Diameter Kanopi (cm)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 81,06

Semboja 81,38

80x40 Serumpung 81,52

Semboja 80,98

100x50 Serumpung 82,49

Semboja 82,10

(46)

33

Tabel 19. Analisis Varian Diameter Kanopi Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000

Ulangan 28.358 2 14.179 4.254 .102

jarak_tanam 4.490 2 2.245 .673.560

jarak_tanam * ulangan

13.333 4 3.333 .363 .827

Varietas .176 1 .176 .019.894

jarak_tanam * varietas

.628 2 .314 .034 .967

(47)
(48)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari Penelitian ini adalah kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon pertumbuhan maupun produktivitas.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu di adakannya penelitian lebih lanjut mengenai kerapatan dengan interval jarak tanam kurang dari 80 cm x 30 cm dan lebih dari 100 cm x 50 cm dengan varietas Serumpung dan Semboja.

(49)
(50)

LAMPIRAN 1

Tabel Pengamatan dan Hasil Uji Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate

Tinggi Tanaman (cm)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 97,06 88,94 99,15 285,15 95,05

semboja 98,43 108,60 97,32 304,35 101,45

80x40 serumpung 92,50 107,25 86,00 285,75 95,25

semboja 103,60 104,28 120,29 328,17 109,39

100x50 serumpung 85,95 99,12 100,47 285,54 95,18

semboja 105,18 100,62 114,51 320,31 106,77

∑ 582,72 608,81 617,74 1809,27

Rata-rata 97,12 101,47 102,96

(51)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:tinggi_tanaman

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000

Error 110.380 2 55.190a

ulangan Hypothesis 110.380 2 55.190 2.250 .221

Error 98.103 4 24.526b

jarak_tanam Hypothesis 51.599 2 25.800 1.052 .429

Error 98.103 4 24.526b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 98.103 4 24.526 .257 .895

Error 571.529 6 95.255c

varietas Hypothesis 516.168 1 516.168 5.419 .059

Error 571.529 6 95.255c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 46.673 2 23.337 .245 .790

Error 571.529 6 95.255c

a. MS(ulangan)

b. MS(jarak_tanam * ulangan)

(52)

45

Jumlah Daun (lembar/tanaman)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 21,6 21,8 20,4 63,80 21,27

semboja 20,5 19,8 18,5 58,80 19,60

80x40 serumpung 21,6 18,6 18,7 58,90 19,63

semboja 21 20,2 19,9 61,10 20,37

100x50 serumpung 21,5 20,5 21,6 63,60 21,20

semboja 20,8 19,5 22,1 62,40 20,80

∑ 127,00 120,40 121,20 368,60

(53)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:jumlah_daun

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000

Error 4.324 2 2.162a

ulangan Hypothesis 4.324 2 2.162 1.200 .391

Error 7.209 4 1.802b

jarak_tanam Hypothesis 3.018 2 1.509 .837 .497

Error 7.209 4 1.802b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 7.209 4 1.802 4.813 .044

Error 2.247 6 .374c

varietas Hypothesis .889 1 .889 2.374 .174

Error 2.247 6 .374c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 4.324 2 2.162 5.774 .040

Error 2.247 6 .374c

a. MS(ulangan)

(54)

47

Panjang Daun (cm)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 41,32 40,37 41,55 123,24 41,08

semboja 40,24 42,33 39,90 122,47 40,82

80x40 serumpung 42,30 42,00 39,84 124,14 41,38

semboja 37,45 42,40 42,50 122,35 40,78

100x50 serumpung 39,55 43,45 42,22 125,22 41,74

semboja 41,77 42,28 40,62 124,67 41,56

∑ 242,63 252,83 246,63 742,09

(55)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:panjang_daun

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000

Error 8.804 2 4.402a

ulangan Hypothesis 8.804 2 4.402 8.298 .038

Error 2.122 4 .531b

jarak_tanam Hypothesis 1.647 2 .823 1.552 .317

Error 2.122 4 .531b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 2.122 4 .531 .138 .962

Error 22.990 6 3.832c

varietas Hypothesis .537 1 .537 .140 .721

Error 22.990 6 3.832c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .146 2 .073 .019 .981

Error 22.990 6 3.832c

a. MS(ulangan)

(56)

49

Lebar Daun (cm)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 21,42 21,23 21,93 64,58 21,53

semboja 21,64 22,29 21,49 65,42 21,81

80x40 serumpung 22,91 22,71 21,44 67,06 22,35

semboja 21,69 22,56 23,41 67,66 22,55

100x50 serumpung 22,32 24,75 25,60 72,67 24,22

semboja 24,49 24,77 22,56 71,82 23,94

∑ 134,47 138,31 136,43 409,21

(57)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:lebar_daun

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000

Error 1.229 2 .614a

ulangan Hypothesis 1.229 2 .614 3.150 .151

Error .780 4 .195b

jarak_tanam Hypothesis 18.205 2 9.103 46.666.002

Error .780 4 .195b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis .780 4 .195 .116 .972

Error 10.056 6 1.676c

varietas Hypothesis .019 1 .019 .012 .918

Error 10.056 6 1.676c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .279 2 .139 .083 .921

Error 10.056 6 1.676c

a. MS(ulangan)

(58)

51

Luas Daun (cm2)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 888,21 859,74 916,23 2664,18 888,06

semboja 876,44 945,25 859,03 2680,72 893,57

80x40 serumpung 972,19 962,11 861,47 2795,77 931,92

semboja 812,58 958,85 998,14 2769,57 923,19

100x50 serumpung 886,84 1079,46 1085,26 3051,56 1017,19

semboja 1026,28 1053,11 929,66 3009,05 1003,02

∑ 5462,54 5858,52 5649,79 16970,84

(59)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:luas_daun

Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000

Error 13079.496 2 6539.748a

ulangan Hypothesis 13079.496 2 6539.748 6.427 .056

Error 4070.402 4 1017.600b

jarak_tanam Hypothesis 44784.832 2 22392.416 22.005 .007

Error 4070.402 4 1017.600b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 4070.402 4 1017.600 .124 .968

Error 49156.914 6 8192.819c

varietas Hypothesis 151.206 1 151.206 .018 .896

Error 49156.914 6 8192.819c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 309.979 2 154.990 .019 .981

Error 49156.914 6 8192.819c

a. MS(ulangan)

(60)

53

Berat Basah Daun (kg/ha)

jarak

tanam varietas

ulangan

g 5559,51 6364,76 7783,17 19707,43 6569,14

(61)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:berat_basah_daun

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003

Error 7036999.392 2 3.518E6

ulangan Hypothesis 7036999.392 2 3518499.696 1.998 .250

Error 7045316.285 4 1.761E6

jarak_tanam Hypothesis 5.522E7 2 2.761E7 15.675.013

Error 7045316.285 4 1.761E6

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 7045316.285 4 1761329.071 .430 .783

Error 2.459E7 6 4.098E6

varietas Hypothesis 9588769.307 1 9588769.307 2.340 .177

Error 2.459E7 6 4.098E6

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 2924930.164 2 1462465.082 .357 .714

Error 2.459E7 6 4.098E6

a. MS(ulangan)

(62)

55

Berat Kering Daun (kg/ha)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

atas tengah bawah

80x30 serumpung 1693,86 1498,84 1973,51 5166,21 1722,07

semboja 1258,07 1993,67 992,02 4243,76 1414,59

80x40 serumpung 2212,65 2873,13 1750,82 6836,60 2278,87

semboja 1573,43 1674,37 2239,43 5487,23 1829,08

100x50 serumpung 1062,34 1329,91 1167,81 3560,06 1186,69

semboja 1318,01 1329,48 1581,10 4228,59 1409,53

∑ 9118,35 10699,39 9704,69 29522,44

(63)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:berat_kering_daun

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002

Error 212939.907 2 106469.954a

ulangan Hypothesis 212939.907 2 106469.954 5.727 .067

Error 74361.194 4 18590.299b

jarak_tanam Hypothesis 1760395.349 2 880197.674 47.347.002

Error 74361.194 4 18590.299b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 74361.194 4 18590.299 .083 .985

Error 1339543.561 6 223257.260c

varietas Hypothesis 142807.712 1 142807.712 .640 .454

Error 1339543.561 6 223257.260c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 376966.581 2 188483.290 .844 .475

Error 1339543.561 6 223257.260c

a. MS(ulangan)

(64)

57

Diameter Kanopi (cm)

jarak tanam varietas

ulangan

∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 80,48 80,36 82,34 243,18 81,06

semboja 82,43 82,78 78,94 244,15 81,38

80x40 serumpung 82,86 82,84 78,85 244,55 81,52

semboja 76,20 83,69 83,06 242,95 80,98

100x50 serumpung 78,09 85,88 83,49 247,46 82,49

semboja 81,86 84,24 80,21 246,31 82,10

∑ 481,92 499,79 486,89 1468,60

(65)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:diameter_kanopi

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000

Error 28.358 2 14.179a

ulangan Hypothesis 28.358 2 14.179 4.254 .102

Error 13.333 4 3.333b

jarak_tanam Hypothesis 4.490 2 2.245 .673 .560

Error 13.333 4 3.333b

jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 13.333 4 3.333 .363 .827

Error 55.037 6 9.173c

varietas Hypothesis .176 1 .176 .019 .894

Error 55.037 6 9.173c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .628 2 .314 .034 .967

Error 55.037 6 9.173c

a. MS(ulangan)

(66)

59

LAMPIRAN 2

Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung

Tinggi tanaman : 132,2 cm

Habitus : Piramid

Kerapatan : Rapat

Panjang Ruas : Panjang Bertambah (> 4,42 cm) Warna Batang : Hijau

Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o)

Jumlah Daun : Sedang (19-30 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing

Tepi Daun : Licin Permukaan Daun : Rata Tebal Daun : Tebal Warna Daun : Hijau Phylotaksi : 3/8 kanan Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 53 cm Lebar Daun : 30,5 cm

(67)

Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm)

Getah : Bergetah

Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda

(Balittas, 2011)

Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Semboja

Tinggi tanaman : 117,7 cm

Habitus : Silindris

Kerapatan : Jarang

Panjang Ruas : - Warna Batang : Hijau Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o)

Jumlah Daun : Sedang (18-25 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing

(68)

61

Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 40,5 cm Lebar Daun : 23,5 cm

Sayap Daun : Lebar berploi (> 2,57 cm) Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm)

Getah : Bergetah

Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda

(69)
(70)

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, L.K., Murphy, D.V. 2003. What is soil biological fertility? In: Abbott, L.K., Murphy, D.V. (Eds.) A key to Sustainable Land Use in Agriculture: Kluwer Academic Publishers, The Netherlands. p. 1-15

Alexander, K.G., Miller, M.H. 1991. The effects of soil aggregate size on early growth and shoot-root ratio.

Plant and Soil 138: 189-194

Anderson, R. A. , M. J. Kasperbauer, and H. R. Burton. 1985. Shade during growth : effects on chemical composition and leaf color of air cured burley tobacco. Agron. J.77 : 543-546

Anonim, 2009. Project Report Son of Jack 2009 PT. HM Sampoerna, Tbk. Pasuruan

Balittas, 2011. Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja. Balittas. Malang

Bronick, C.J., Lal, R. 2005. Soil structure and management: a review. Geoderma 124: 3-22

Collins, W. K., dan S. N. Hawks. 1993. Principles of fluecured tobacco production. N. C.27695. (316 p)

Djajadi. 2006. The roles of added clay and organic matter in stabilizing aggregates in sandy soils. PhD Thesis. The University of Western Australia. 156 pp

Donald, C. M. 1963. Competition among Crop and Pasture Plant. Adv. Agron 15 : 1-118

(71)

Ewusie, J.Yanney .1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung

Flower, K. C. 1999. Field practices. Tobacco : Production, Chemistry, and Technology, D. L. Davis and M. T. Nielsen eds. Blackwell Sci. pp.76-103

Fowler, J. L. and L.L Ray. 1979. Respon Of Two Cotton Genotypes To Equidestence Spacing Of Cotton. Agron. J 69 : 734-738

Gardner, F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan pertama. Universitas Indonesia. Jakarta

Gilchrist, S.N. 1999. Oriental Tobacco, Production, Chemistry And Technology. D.I. Davis and M. T. Nielsen, Eds Coresta- Blackwell Sci. Ltd. Pp 154-163

Guinn, G. 1976. Nutritional Stress And Ethylene Evolution Tobacco. Crop Sci.(16) : 89-91

Haryadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Jakarta : 91

Hawks, S.N. 1970. Principles Of Flue-Cured Tobacco Production. NCSU. Raleigh. 239p.

Hawks, S.N. dan Collins, W.K., 1989. Principles of Flue-cured Tobacco Production. N.C State University. 358 pp

(72)

39

Kasperbauer, M. 1971. Spectral Distribution Of Light In Tobacco Canopy And Effects On End Of Day Light Quality On Growth And Development Plant Physiol. 47 775-778

Listyanto. 2010. Budidaya tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z.

Alami Press Seri Perkebunan. Jakarta

Mullins, C.E., MacLeod, D.A, Northcote, K.H., Tisdall, J.M., Young, I.M. 1990. Hardsetting soils: Behaviour, occurrence, and management. Advances in Soil Science

11: 37-108

Nurhayati, 2008. Correlation between Climate with Growth and Production of Tobbaco. Jurnal Ilmiah pendidikan tinggi

vol.1 no.2. Fakultas Pertanian UISU. Medan

Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders Co. London

Packer, I.J., Hamilton, G.J., Koen, T.B. 1992. Run off, soil loss and soil physical property changes of light textured surface soils from long-tern tillage treatments.

Australian Journal of Soil Research 30:789-806

Papenfus, H. D., dan F. M. Quin. 1984. Tobacco. The Physiology of Tropic al Field Crops. P. R. Goldworthy and N. M. Fisher eds. John Willy and Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636

Rachman, 1990. Report on Cooperative Research. Balittas dan PT HM Sampoerna, Tbk. Malang

Rahman, A. Mahfuz, A. Kartamidjaja., Soewardjiman. 1997.

(73)

Sahid, M. 1986. Pengaruh Populasi Tanaman Dan Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Berbagai Tanaman Serat Dan Tembakau. Balittas : Malang

Sastro supadi, A., Oesman. 1977. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau.

Pemberitaan LPTI No. 25. Bogor : 353

Sholeh, M. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Serat. Ballitas. Malang

Sudibyo, N., Lestari, dan Djumadi. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Jarak Pagar Terhadap Pertumbuhan Kenaf Dan Tembakau. Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pekebunan. Bogor. P. 314-322

Susilowati, Eka Yuni 2006. Identifikasi Nikotin Dari Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) Kering Dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). UNS . Semarang

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.

UGM Press. Yogyakarta

Tso, TC. 1972. Physiology and Biochemistry of Tobacco Plants.

Plant Science Research Division U.S Department of Agriculture Beltsville. Maryland

White, G.A., W.C. Adamson., J.J. Higgins. 1971. Effects Of Population Levels On Growth Factors Tobacco Varieties.

(74)

41

(75)
(76)

63

BIODATA PENULIS

Penulis merupakan seorang

mahasiswa Jurusan Biologi

FMIPA ITS Angkatan 2007.

Penulis lahir pada tanggal 5

Maret 1989 di Kota Jakarta.

Sebelumnya, penulis telah

menyelesaikan pendidikannya

di SDN 06 Setia Darma,

SMPN 1 Tambun Selatan,

dan SMAN 31Jakarta. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa

Jurusan Biologi ITS melalui jalur SNPTN dengan NRP

1507 100 013. Selama menempuh masa perkuliahan penulis

aktif di dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Biologi ITS

sebagai staff di Departement Riset dan Teknologi. Penulis

juga pernah melakukan kerja praktek di JAWA POS

GROUP, PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

dan PT. HM Sampoerna, Tbk.. Jika ingin berdiskusi

mengenai tugas akhir ini, dapat menghubungi penulis

melalui email : bariakbar@gmail.com

Gambar

Tabel 15. Analisis Varian Berat Basah Daun
Gambar 1. Tembakau Serumpung …………................ 3
Tabel Pengamatan
Gambar 1. Tembakau Serumpung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan kasus-kasus lintas batas dimana pelaku kejahatan perdagangan orang dapat dikenakan tuntutan hukum oleh dua negara atau lebih, maka dapat dipertimbangkan

Ulangi langkah 4 sesuai dengan kombinasi logika lain seperti yang tertera dalam Tabel 4.3 untuk baris 2 dan seterusnya... Rakitlah rangkaian seperti Gambar 1.7 pada

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah- Nya penelitian ini dapat terselasaikan dengan judul “ Mengukur Kinerja Koperasi dengan menggunakan Metode

Perumusan masalah yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi kadar bioetanol yang dihasilkan dari variasi campuran bahan baku eceng gondok dan jerami padi

Momentum yang baik dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung dengan komitmen yang kuat untuk pembangunan infrastruktur baik oleh Pemerintah maupun BUMN dan

Kegiatan anak muda kreatif adalah selain mengatur dan mempersiapkan acara seni di ruang pamer sekunder juga taman seni serta amphitheater (jika dibutuhkan) yang akan

4.4 Efisiensi Sintesis Protein Mikroba Hasil dari analisis ragam yang terdapat pada Lampiran 12 dan 13 menunjukkan bahwa penggunaan sumber hijauan yang berbeda dalam pakan

Baik WT Ill dan PRRBN dapat didudukkan sebagai sumber sekunder dalam &#34;penulisan sejarah&#34; (khususnya raja-raja Mataram Kuna), yakni ada keterpisahan antara