PENGARUH KERAPATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN TEMBAKAU (
Nicot iana t abacum
)
VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA
BARI AKBAR NRP. 1507100013
DOSEN PEMBIMBING
Mukhammad Muryono S. Si M. Si Febri Hendrayana S. P M. P
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
FINAL PROJECT - SB 091358
DENSITY EFFECT ON GROWTH AND
PRODUCTIVITY TOBACCO (
Nicot iana
t abacum
) VARIETIES OF SEMBOJA AND
SERUMPUNG
BARI AKBAR NRP. 1507100013
ADVISOR LECTURER
Mukhammad Muryono S. Si M. Si Febri Hendrayana S. P M. P
DEPARTEMENT OF BIOLOGY
Faculty of Mathematic and Natural Science Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN……….. ii
ABSTRAK………... iii
ABSTRACT………. iv
KATA PENGANTAR……….. v
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR……… xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1 Latar Belakang……….. 1.2 Permasalahan……… 1.3 Tujuan………... 1.4 Batasan Masalah………... 1.5 Manfaat………... BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 3
2.1
Deskripsi Tanaman Tembakau (
Nicotiana
tabacum
) Varietas Lokal Weleri Serumpung
dan Semboja
………...2.1.1
Taksonomi dan Morfologi Tembakau
Serumpung
………...2.1.2
Taksonomi dan Morfologi Tembakau
Semboja...
2.2
Periode pertumbuhan Tembakau
………...
2.3
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Tembakau
………... 2.4Populasi dan Kerapatan
……...viii
BAB III METODOLOGI………. 11
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian………... 3.2 Alat dan Bahan………... 3.2.1 Alat…………... 3.2.2 Bahan………... 3.3 Langkah Kerja………...
3.3.1 Pembibitan…………..
3.3.2
Persiapan Lahan dan Pertanaman
………... 3.3.3Pengamatan dan Pengukuran
Parameter...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 19 4.1 Tinggi Tanaman……... 4.2 Jumlah Daun……... 4.3 Panjang Daun……… 4.4 Lebar Daun... 4.5 Luas Daun... 4.6
Berat Basah Daun (kg/ha)...
4.7Berat Kering Daun (kg/ha)...
4.8Diameter Kanopi...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 35 5.1 Kesimpulan………... 5.2 Saran………...
35 35
Halaman Tabel 1.
Tabel Rancangan Penelitian untuk
Variabel Respon Tinggi Tanaman dan
Jumlah Daun
…………... 17Tabel 2.
Tabel Rancangan Penelitian untuk
Variabel Respon Panjang, Lebar dan
Luas Daun
………... 17Tabel 3.
Tabel Rancangan Penelitian untuk
Variabel Respon Berat Basah dan Berat
Kering pada masing-masing bagian
tanaman (daun, batang dan akar) serta
Diameter Kanopi
………... 18Tabel 4.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi
Tanaman
………... 19Tabel 5.
Analisis Varian Tinggi Tanaman
... 20Tabel 6.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah
Daun
...… 21Tabel 7.
Analisis Varian Jumlah Daun
………….... 22Tabel 8.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang
Daun
………... 23Tabel 9.
Analisis Varian Panjang Daun
………... 24Tabel 10.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun
………... 25Tabel 11.
Analisis Varian Lebar Daun
…………... 25Tabel 12.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun
………... 26Tabel 13.
Analisis Varian Luas Daun
……… 27Tabel 14.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah
Daun (kg/ha)
………...…. 28x
Tabel 15.
Analisis Varian Berat Basah Daun
(kg/ha)
………... 29Tabel 16.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat
Kering Daun (kg/ha)
……… 30Tabel 17.
Analisis Varian Berat Kering Daun
(kg/ha)
………... 31Tabel 18.
Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter
Kanopi
………... 32Halaman Gambar 1.
Tembakau Serumpung
…………... 3Gambar 2.
Tembakau Semboja
... 4Gambar 3.
Lahan Perkebunan
Agronomi Center
PT.
HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan
Jawa Timur
………... 11Gambar 4.
Sistem penanaman
Single Row
………... 13Gambar 5.
Layout Rancangan Penelitian
………….... 14Gambar 6.
Pengukuran tinggi tanaman
…... 14Gambar 7.
Pengukuran panjang dan lebar daun
………... 15Gambar 8.
Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman
………... 16DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel Pengamatan dan Hasil Uji Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate ……... 43
Lampiran 2 Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja………... 59
Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : “Pengaruh Kerapatan Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Serumpung Dan Semboja”. Sholawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuknya menuju ke jalan yang benar.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si selaku ketua Jurusan Biologi FMIPA ITS, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. dan Bapak Febri Hendrayana S.P M.P selaku dosen pembimbing tugas akhir, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. selaku koordinator tugas akhir, Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si dan Ibu Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji proposal tugas akhir, Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si., selaku dosen wali penulis di Jurusan Biologi FMIPA ITS.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada PT. HM Sampoerna, Tbk atas kesempatan yang diberikannya, Bapak Febri Hendrayana, Bapak Bakti Kurniawan, Bapak Asta Darmawan, Bapak Munir, Bapak Yeri, Bapak Rofik, Bapak Jumingan, Mas Rohman serta Para Manager, Koordinator dan Staf PT. HM Sampoerna Tbk.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan Ayah atas curahan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang selalu diberikan selama ini serta Adik yang selalu memberi kritik dan bantuannya, Saudari Hermi Ria Harmonis atas kesabaran, dukungan dan perhatianya, Saudara dan saudari mahasiswa Biologi ITS angkatan 2007 atas bantuan, dukungan, dan informasinya, serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya bagi para pembaca.
Surabaya, 7 Februari 2012
TANAMAN TEMBAKAU (
Nicotiana tabacum
)
VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA
Nama Mahasiswa : Bari Akbar NRP : 1507100013
Program Studi : Biologi FMIPA- ITS
Dosen Pembimbing : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Petak Utama merupakan perbedaan populasi tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row
yang terdiri dari : P0: 20.000 tanaman (50cm x 100cm), P1: 30.000 tanaman (A x B) (40cm x 80cm) dan P2: 40.000 tanaman (A x B) (30cm x 80cm), sedangkan Anak Petak terdiri dari tanaman Tembakau varietas Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) dan tanaman tembakau varietas Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Berdasarkan pengolahan data statistik GLM (General Linier Model) Univariate didapatkan hasil bahwa kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun, dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon.
Kata Kunci: Kerapatan, Pertumbuhan, Produktivitas, Tembakau Serumpung dan Semboja
DENSITY EFFECT ON GROWTH AND
PRODUCTIVITY TOBACCO (
Nicotiana tabacum
)
VARIETIES OF SEMBOJA AND SERUMPUNG
Name : Bari Akbar
NRP : 1507100013
Departement : Biologi FMIPA- ITS
Advisor Lecturer : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P
Abstract
This study aims to determine the effect of density on growth and productivity of tobacco (Nicotiana tabacum) variesties Serumpung and Serumpung. The research was conducted in May to November 2011 at the Agronomy Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan East Java by using Group Randomimized Factorial Design. Main plot is the difference in the population with a spacing with a single row system consisting of: P0: 20,000 plants (A x B) (50cm x 100cm), P1: 30,000 plants (A x B) (40cm x 80cm) and P2: 40,000 plants (a x B) (30cm x 80cm), while the Second Plots consisted of varieties Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) and Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Based on statistical data processing GLM (General Linier Model) univariate showed that the density or spacing influence on the response variable leaf width, leaf area, leaf wet weight (kg/ha), leaf dry weight (kg/ha), while the varieties do not have effect on all response variables.
Key word : Density, Growth, Productivity, Tobacco Serumpung and Semboja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok (Susilowati, 2006). Tembakau varietas lokal Weleri merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada lahan sawah. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis. Tembakau Serumpung dan Semboja merupakan salah satu contoh varietas lokal dari tembakau Weleri (Rachman, 1990). Berdasarkan data penelitian Project Report Son of Jack 2009 PT. HM Sampoerna, Tbk produktivitas Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja hanya mencapai 1,200 kg/ha dari jumlah populasi yang ditanam sebanyak 20.000 tanaman/ha sedangkan produktivitas optimum yang seharusnya bisa di dapatkan yaitu sebanyak 2,294 kg/ha dengan jumlah populasi yang ditanam sebanyak 31.000 tanaman/ha (Anonim, 2009).
Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi dan jarak antar tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas lahan. Jumlah tanaman dan pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sistem perakaran dapat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal. Demikian pula kanopi tanaman sedapat mungkin menutupi tanah, agar mampu menangkap energi matahari yang cukup (Flower, 1999). Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid
yang rendah (Anderson et al., 1985). Selain itu varietas tertentu dari tanaman tembakau memiliki masing-masing keunggulan tersendiri, baik dari segi laju pertumbuhan, tingkat produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit (Listyanto, 2010).
Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal diantara kedua varietas tersebut.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja.
1.3 Batasan Masalah
Suhu, pH dan kelembaban mengikuti kondisi di lahan serta pemupukan mengikuti aplikasi yang dilakukan Petani Tembakau di lahan penelitian yaitu pupuk ZA (200 kg/ha), Urea (50 kg/ha), SP36 (200 kg/ha) dan ZK (100 kg/ha).
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja.
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja.
Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada tanah berjenis aluvial atau tanah yang berlumpur. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis dengan tipe tanah aluvial dengan tekstur fine/clay
serta curah hujan rata-rata pertahun 2.000 mm (Rachman, 1990). Berikut deskripsi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja:
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Serumpung
Gambar 1. Tembakau Serumpung Nama Aksesi : Serumpung
No. Aksesi : 2430
Tipe : Weleri/Kendal
(Balittas, 2011).
a. Taksonomi Tembakau Serumpung Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum
(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Serumpung
(Balittas, 2011) b. Morfologi
Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung merupakan tanaman berakar tunggang yang merupakan tanaman dari suku terung-terungan. Memiliki tinggi hampir 1,5 meter dengan habitus piramid. Memiliki daun yang berwarna hijau, ujungnya meruncing, tepi daun yang licin, permukaan daun yang rata, tebal dan berbentuk lonjong. Tembakau Serumpung memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 19-30 daun perpohon (Balittas, 2011).
2.1.2 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Semboja
Gambar 2. Tembakau Semboja Nama Aksesi : Semboja
No. Aksesi : 0933
Tipe : Kendal/Weleri
5
a. Taksonomi Tembakau Semboja Kingdom : Plantae
Spesies : Nicotiana tabacum
(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Semboja
(Balittas, 2011) b. Morfologi
Tembakau varietas lokal Weleri Semboja biasa ditanam di Kendal. Tembakau Semboja merupakan tanaman dikotil dengan akar tunggang. Memiliki tinggi tanaman kira- kira 1,2 meter dengan habitus silindris. Pada daun dan batangnya terdapat bulu dan getah yang merupakan ciri dari tanaman ini. Ujung daunya meruncing, tepi daun berombak, permukaan daun berbendol serta bentuk yang lonjong. Tembakau Semboja memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 18-25 daun perpohon (Balittas, 2011).
2.2 Periode pertumbuhan Tembakau
Tanaman Tembakau pada umumnya memiliki tiga tahapan atau periode pertumbuhan. Mulai dari pembibitan sampai panen yaitu:
1. Periode pertama. Pada umur tanaman sekitar 3-4 minggu terjadi sedikit kenaikan massa melalui pertambahan sejumlah unsur yaitu: asam organik, karbohidrat dan nitrogen
pada tanaman dan juga terjadi peningkatan aktivitas metabolisme nitrogen.
3. Periode ketiga (60-75 HST). Terjadi penurunan berat basah dan berat kering karena menurunnya aktivitas metabolisme pada tanaman tembakau. Biasanya pada periode ini akan muncul bunga atau bakal buah (kantong benih).
( Tso, 1972).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tembakau
Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai lokasi sama yaitu lahan sawah, lahan ladang dan lahan pekarangan atau disebut dengan lahan kering. Pada masa dahulu, lahan yang digunakan untuk tembakau lebih banyak di lahan sawah dan ladang. Adanya kebutuhan pangan mengakibatkan tergesernya lahan tembakau (Listyanto, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tembakau, diantarannya:
a. Varietas tanaman
Varietas tanaman tembakau menentukan kualitas ini bukan dikarenakan kualitas tanamannya jelek. Namun lebih banyak kepada kandungan, selera dan rasa dari tanamannya itu sendiri. Terdapat varietas-varietas tertentu yang mempunyai kualitas unggul dibandingkan dengan kualitas varietas lainnya. Dengan demikian sebelum menanam tembakau sebaiknya mengetahui varietas dan tujuan serta distribusi penjualan setelah panen nantinya (Listyanto, 2010). Setiap varietas juga memiliki kapasitas optimal produksi pada suatu lahan. Oleh karena itu berbeda varietas berbeda pula jumlah populasi yang ditanam.
b. Kondisi lahan
7
Kemerosotan ini dimungkinkan besar karena kandungan tanah dan unsur hara tanaman yang mulai berubah dengan adanya penambahan sarana produksi berupa bahan anorganik seperti pupuk maupun pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba. Akibatnya terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah (Listyanto, 2010).
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus secara intensif telah menurunkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Contohnya, pengolahan tanah yang dilakukan lebih dari sekali sampai tiga kali meningkatkan aliran permukaan, dan menurunkan kadar C organik tanah dan stabilitas agregat tanah pasir. (Packer et al., 1992).
kimia dan biologi tanah. Dalam kesuburan fisik tanah, C organik merupakan salah satu komponen terpenting sebagai penyusun makro-agregat tanah (Bronick dan Lal, 2005). Bila ketersediaannya terdapat dalam konsentrasi rendah maka menyebabkan agregat tanah mudah terurai, sehingga partikel-partikel tanah penyusun agregat menyumbat pori-pori tanah, yang akhirnya dapat menyebabkan pengerasan ter-hadap tanah pada saat kering (Djajadi, 2006).
c. Iklim
9
2.4 Populasi dan Kerapatan
Populasi merupakan sekelompok individu sejenis yang dapat melakukan interbreeding dalam waktu dan daerah tertentu. Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kerapatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kerapatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963). Kerapatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas “leibig”, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan kerapatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman (Odum, 1959).
2.5 Kompetisi
Apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies atau varietas maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama (Ewusie, 1990). Kompetisi akan menghasilkan adanya saling bermusuhan diantara organisme yang menggunakan sumber alam yang sama tetapi jumlahnya terbatas (Kartawinata,1986).
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur.
Gambar 3. Lahan Perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, kertas timbang, wadah takaran, thermometer, oven, neraca analitik, meteran jahit, tabel pengamatan, sling meter/hygrometer, kertas label, kamera, pH meter, plastik penutup naungan, peralatan pertanian dan alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah bibit tanaman tembakau varietas lokal Weleri Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung), Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja), pupuk Urea, pupuk ZA dan pupuk SP-36.
3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Pembibitan
Proses awal pembibitan yaitu persiapan bedengan, pemupukan dasar, penyiraman bedengan dan pembuatan
plengkung dan cover penutup bedengan. Setelah itu Penyebaran benih pada bedengan setelah direndam dan ditiriskan selama 3 hari. Kemudian di siram dan pengaturan buka tutup cover bedengan. Sedangkan untuk proses akhirnya yaitu perhitungan populasi pada bedengan dan setelah 45 hari bibit di cabut.
3.3.2 Persiapan Lahan dan Pertanaman
Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan tanah dan penjemuran tanah selama 3 minggu. Setelah itu pembutan guludan dan penanaman tanaman tembakau disesuaikan dengan jarak tanam dan rancangan penelitian ini. Kemudian dilakukan penyulaman dan pemupukan. Lalu diberi perlakuan Strees Periode sampai 20 HST (Hari Setelah Tanam) yang berfungsi untuk pemanjangan akar agar cepat tumbuh. Perlakuan Strees Periode dilakukan dengan tidak melakukan penyiraman setelah tembakau tumbuh selama 20 HST.
3.3.3 Pengamatan dan Pengukuran Parameter
Pengamatan dan pengukuran Parameter dilakukan setiap minggu mulai pada 19 HST selama 9 minggu atau sampai 75 HST. Pengukuran pada 19 HST dilakukan agar tanaman tembakau memiliki akar yang kuat, panjang dan banyak karena selama stress periode akar tembakau akan mencari sumber air ke dalam tanah.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Cara pengacakan perlakuan unit-unit percobaan dilakukan bertahap yaitu faktor yang ditempatkan sebagai petak Utama diacak terlebih dahulu terdadap unit percobaan baru selanjutnya faktor yang ditempatkan sebagai anak petak diacak pada setiap petak utama. Petak Utama merupakan perbedaan populasi yang terdiri dari :
P0: 20.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row
(A x B) (50cm x 100cm)
P1: 30.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row
13
P2: 40.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row
(A x B) (30cm x 80cm)
Berikut gambar sistem single row dengan jarak tanam (A x B) :
Gambar 4. Sistem penanaman Single Row
Sistem penanaman Single Row merupakan Sistem penanaman Tembakau dengan satu baris guludan. Jarak tanam pada Sistem Single Row merupakan perkalian antara jarak antar tanaman pada guludan yang sama (A) dengan jarak antar tanaman pada guludan disebelah kanan-kirinya (B).
Gambar 5. Layout Rancangan Penelitian V 1: Tembakau Serumpung
V 2: Tembakau Semboja
Total kombinasi perlakuan adalah 2 x 3 = 6 dan di ulang 3 kali maka total unit percobaan 18 unit percobaan.
Variabel Respon yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif diamati dari 10 sampel tanaman per unit percobaan di pilih secara acak. Pengamatan pengukuran dimulai pada 19 HST setelah itu setiap minggu sampai masa vegetatif berakhir (munculnya bunga). Variabel Respon yang diamati yaitu :
a. Tinggi tanaman; di ukur mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi.
15
b. Jumlah daun; di hitung banyak daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun).
c. lebar daun; Panjang dan lebar daun yang diukur adalah pada daun yang sudah berkembang secara sempurna. Panjang diukur mulai pangkal daun hingga ujung. Lebar daun diukur tegak lurus dengan pengukuran panjang daun pada daun yang terlebar.
Panjang dan
Gambar 7. Pengukuran panjang dan lebar daun d. Luas
itentukan dengan metode Gravimetri. Luas daun di
plika Daun
luas daun sebelum panen dilakukan dengan
daun; Luas daun d
ketahui pada saat daun dipanen dengan cara :
Luas daun (Ld) = Bd x (Lk/Bk)
menggunakan konstanta k (konstanta k diperoleh dari perbandingan antara panjang kali lebar daun dengan luas daun yang diperoleh dari metode Gravimetri pada saat panen).
Konstanta k = Bd x (Lk/Bk) (p x l)
Diameter canopi; Diameter kanopi diukur dua kali secara tegak lurus dan dirata-rata hasil kedua pengukuran tersebut. Diameter kanopi diukur pada waktu masa vegetatif berakhir.
Gambar 8. Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman Kemudian untuk variabel respon Berat Basah (daun, batang dan akar) dan Berat Kering (daun, batang dan akar) di ukur setelah masa vegetatif berakhir. Pengukuran Berat basah yaitu tanaman dibersihkan kemudian dikering anginkan. Ditimbang berapa berat utuh semua bagian tanaman; daun, batang dan akar. Kemudian untuk Pengukuran Berat kering tanaman yaitu semua bagian tanaman di bungkus kertas koran kemudian di oven sampai beratnya konstan.
3.5 Analisa Data
17
Tabel 1. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
Varietas :
Tabel 2. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Panjang, Lebar dan Luas Daun
Tabel 3. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Berat Basah dan Berat Kering pada masing-masing bagian tanaman (daun, batang dan akar) serta Diameter Kanopi
Tanggal Panen (HST = Hari Setelah Tanam) : Varietas :
Jarak Tanam :
Tanaman Ke - Berat Basah (gram) Berat Kering (gram) Diameter Kanopi daun batang Akar Daun batang akar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan tinggi tanaman :
Tabel 4. Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman (Cm)
Jarak Tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 95,05
Semboja 101,45
80x40 Serumpung 95,25
Semboja 109,39
100x50 Serumpung 95,18
Semboja 106,77
Berdasarkan pengolahan data statistik dengan menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Tinggi Tanaman dengan nilai Sig. masing-masing 0,429 dan 0,059. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Tinggi Tanaman :
Tabel 5. Analisis Varian Tinggi Tanaman
Intercept 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000
Ulangan 110.380 2 55.190 2.250 .221
jarak_tanam 51.599 2 25.800 1.052.429
jarak_tanam * ulangan
98.103 4 24.526 .257 .895
Varietas 516.168 1 516.168 5.419.059
jarak_tanam * varietas
46.673 2 23.337 .245 .790
571.529 6 95.255c
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Haryadi (1984) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang lebih renggang atau populasi yang lebih jarang memungkinkan penetrasi cahaya matahari lebih besar sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis sehingga memiliki tanaman tembakau yang lebih tinggi. Sastrosupadi dan Oesman (1977) juga mengemukakan bahwa jarak tanam yang lebih rapat atau populasi yang lebih padat dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman tembakau, karena hara, air, cahaya dan CO2 yang diperoleh masing-masing individu berkurang.
21
4.2 Jumlah Daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung banyaknya daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun). Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan jumlah daun :
Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun Jumlah Daun (lembar/tanaman)
Jarak tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 21,27
Semboja 19,60
80x40 Serumpung 19,63
Semboja 20,37
100x50 Serumpung 21,20
Semboja 20,80
Tabel 7. Analisis Varian Jumlah Daun
Intercept 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000
Ulangan 4.324 2 2.162 1.200 .391
jarak_tanam 3.018 2 1.509 .837.497
jarak_tanam * ulangan
7.209 4 1.802 4.813 .044
Varietas .889 1 .889 2.374.174
jarak_tanam * varietas
4.324 2 2.162 5.774 .040
2.247 6 .374c
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Guinn (1976) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang rapat akan menyebabkan banyak kompetisi cahaya matahari, nutrisi dan air sehingga menurunkan jumlah daun tembakau dan meningkatkan kemungkinan daun menjadi krosok. Penurunan jumlah daun tembakau juga mengakibatkan penurunan efektivitas tanaman dalam melakukan fotosintesis karena spectrum cahaya yang diterima menjadi lebih sedikit terutama daun bawah sehingga kemungkinan daun menjadi krosok menjadi lebih besar. Biasanya daun krosok akan gugur sebelum waktu panen tiba.
23
4.3 Panjang Daun
Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari mulai pangkal hingga ujung daun yang telah berkembang secara sempurna. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan panjang daun :
Tabel 8. Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang Daun Panjang Daun (cm)
Jarak Tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 41,08
Semboja 40,82
80x40 Serumpung 41,38
Semboja 40,78
100x50 Serumpung 41,74
Semboja 41,56
Tabel 9. Analisis Varian Panjang Daun
Intercept 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000
Ulangan 8.804 2 4.402 8.298 .038
jarak_tanam 1.647 2 .823 1.552.317
jarak_tanam * ulangan
2.122 4 .531 .138 .962
Varietas .537 1 .537 .140.721
jarak_tanam * varietas
.146 2 .073 .019 .981
22.990 6 3.832c
Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo (2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Gilchist (1999) menyatakan bahwa populasi tanaman tembakau yang padat dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada ukuran panjang daun tanaman karena terjadinya persaingan perolehan sinar matahari. Pada populasi yang jarang, daun akan memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal dengan lebih sedikit naungan sehingga menghasilkan daun yang lebih panjang.
4.4 Lebar Daun
25
Tabel 10. Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun Lebar Daun (cm)
Jarak tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 21,53
Berdasarkan pengolahan data statistik dengan menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasilbahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,002, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,918. Berikut Tabel Analisis Varian Lebar Daun :
Tabel 11. Analisis Varian Lebar Daun Source
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000
Ulangan 1.229 2 .614 3.150 .151
jarak_tanam 18.205 2 9.103 46.666.002
Varietas .019 1 .019 .012.918
jarak_tanam * varietas
.279 2 .139 .083 .921
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo (2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Jarak Tanam yang rapat memungkinkan adanya mutual shading
sehingga setiap individu lebih sedikit menerima sinar matahari untuk keperluan fotosintesis. Mutual shading pada populasi padat menyebabkan tanaman kurang efektif dalam menangkap spectrum cahaya merah sinar matahari yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan terutama bagian daun.
4.5 Luas Daun
Pengukuran Luas Daun dilakukan dengan mengkalikan antara panjang daun dengan lebar daun serta konstanta sebesar 0,71. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Luas Daun :
Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun Luas Daun (cm2)
Jarak Tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 888,06
Semboja 893,57
80x40 Serumpung 931,92
Semboja 923,19 100x50 Serumpung 1017,19* Semboja 1003,02*
27
Tabel 13. Analisis Varian Luas Daun Source
Type III Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000
Ulangan 13079.496 2 6539.748 6.427 .056
jarak_tanam 44784.832 2 22392.416 22.005.007
jarak_tanam * ulangan
4070.402 4 1017.600 .124 .968
Varietas 151.206 1 151.206 .018.896
jarak_tanam * varietas
309.979 2 154.990 .019 .981
49156.914 6 8192.819c
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rahman (1997) bahwa semakin padat populasi tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Luas daun sama halnya dengan panjang dan lebar, dipengaruhi oleh spectrum cahaya matahari yang mana bila populasi terlalu padat maka akan semakin banyak daun yang ternaungi dan semakin sedikit spectrum cahaya matahari yang diterima oleh daun tembakau sehingga menghambat pertumbuhan luas daun tembakau.
4.6 Berat Basah Daun (kg/ha)
Pengukuran Berat Basah Daun dilakukan saat panen. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha) :
Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha)
Berat Basah Daun (kg/ha)
Jarak Tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 8422,08 Semboja 6436,37
80x40 Serumpung 11564,19* Semboja 9491,37* 100x50 Serumpung 6569,14
Semboja 6248,46
29
Tabel 15. Analisis Varian Berat Basah Daun (kg/ha) Source
Type III Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Intercept 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003
Ulangan 7036999.392 23518499.696 1.998 .250
jarak_tanam 5.522E7 2 2.761E7 15.675.013
jarak_tanam * ulangan
7045316.285 41761329.071 .430 .783
Varietas 9588769.307 19588769.307 2.340.177
jarak_tanam * varietas
2924930.164 21462465.082 .357 .714
2.459E7 6 4.098E6
Hal ini sesuai dengan penelitian Moch. Sahid (1986) bahwa populasi yang padat akan menurunkan produktivitas dikarenakan tanaman kerdil dan banyaknya tanaman yang mati. Hawks (1970) menyatakan bahwa populasi tanaman sangat mempengaruhi produktivitas sehingga apabila populasi terlalu padat menyebabkan penurunan produktivitas walaupun jumlah tanaman banyak tetapi sangat rentan terhadap kematian akibat penyakit, virus dan hama. Populasi yang lebih renggang dapat meningkatkan produktivitas karena daun yang dihasilkan akan lebih tebal dan lebih besar.
tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963).
4.7 Berat Kering Daun (kg/ha)
Setelah berat basah daun di timbang lalu di jemur di bawah sinar matahari mulai pagi sampai sore hingga daun menjadi krosok. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha) :
Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha)
Berat Kering Daun (kg/ha)
Jarak Tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 1722,07 Semboja 1414,59 80x40 Serumpung 2278,87*
Semboja 1829,08* 100x50 Serumpung 1186,69 Semboja 1409,53
31
Tabel 17. Analisis Varian Berat Kering Daun (kg/ha) Source
Type III Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002
ulangan 212939.907 2 106469.954 5.727 .067
jarak_tanam 1760395.349 2 880197.674 47.347.002
jarak_tanam * ulangan
74361.194 4 18590.299 .083 .985
varietas 142807.712 1 142807.712 .640.454
jarak_tanam * varietas
376966.581 2 188483.290 .844 .475
1339543.561 6 223257.260c
Hal ini sesuai dengan pendapat Papenfus dan Quin (1981) bahwa populasi yang padat dapat menurunkan berat kering tanaman dikarenakan banyaknya daun kering dan tipis. Pada keadaan populasi yang lebih renggang, daun akan menerima lebih banyak sinar merah dari cahaya matahari sampai daun bawah sehingga daun akan lebih tebal dan meningkatkan prduktivitas tanaman (Kasperbauer, 1971).
Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid yang rendah (Anderson et al., 1985).
4.8 Diameter Kanopi
Tabel 18. Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter Kanopi Diameter Kanopi (cm)
Jarak tanam Varietas Rata-rata
80x30 Serumpung 81,06
Semboja 81,38
80x40 Serumpung 81,52
Semboja 80,98
100x50 Serumpung 82,49
Semboja 82,10
33
Tabel 19. Analisis Varian Diameter Kanopi Source
Type III Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000
Ulangan 28.358 2 14.179 4.254 .102
jarak_tanam 4.490 2 2.245 .673.560
jarak_tanam * ulangan
13.333 4 3.333 .363 .827
Varietas .176 1 .176 .019.894
jarak_tanam * varietas
.628 2 .314 .034 .967
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon pertumbuhan maupun produktivitas.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu di adakannya penelitian lebih lanjut mengenai kerapatan dengan interval jarak tanam kurang dari 80 cm x 30 cm dan lebih dari 100 cm x 50 cm dengan varietas Serumpung dan Semboja.
LAMPIRAN 1
Tabel Pengamatan dan Hasil Uji Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate
Tinggi Tanaman (cm)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 97,06 88,94 99,15 285,15 95,05
semboja 98,43 108,60 97,32 304,35 101,45
80x40 serumpung 92,50 107,25 86,00 285,75 95,25
semboja 103,60 104,28 120,29 328,17 109,39
100x50 serumpung 85,95 99,12 100,47 285,54 95,18
semboja 105,18 100,62 114,51 320,31 106,77
∑ 582,72 608,81 617,74 1809,27
Rata-rata 97,12 101,47 102,96
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:tinggi_tanaman
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000
Error 110.380 2 55.190a
ulangan Hypothesis 110.380 2 55.190 2.250 .221
Error 98.103 4 24.526b
jarak_tanam Hypothesis 51.599 2 25.800 1.052 .429
Error 98.103 4 24.526b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 98.103 4 24.526 .257 .895
Error 571.529 6 95.255c
varietas Hypothesis 516.168 1 516.168 5.419 .059
Error 571.529 6 95.255c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis 46.673 2 23.337 .245 .790
Error 571.529 6 95.255c
a. MS(ulangan)
b. MS(jarak_tanam * ulangan)
45
Jumlah Daun (lembar/tanaman)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 21,6 21,8 20,4 63,80 21,27
semboja 20,5 19,8 18,5 58,80 19,60
80x40 serumpung 21,6 18,6 18,7 58,90 19,63
semboja 21 20,2 19,9 61,10 20,37
100x50 serumpung 21,5 20,5 21,6 63,60 21,20
semboja 20,8 19,5 22,1 62,40 20,80
∑ 127,00 120,40 121,20 368,60
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:jumlah_daun
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000
Error 4.324 2 2.162a
ulangan Hypothesis 4.324 2 2.162 1.200 .391
Error 7.209 4 1.802b
jarak_tanam Hypothesis 3.018 2 1.509 .837 .497
Error 7.209 4 1.802b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 7.209 4 1.802 4.813 .044
Error 2.247 6 .374c
varietas Hypothesis .889 1 .889 2.374 .174
Error 2.247 6 .374c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis 4.324 2 2.162 5.774 .040
Error 2.247 6 .374c
a. MS(ulangan)
47
Panjang Daun (cm)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 41,32 40,37 41,55 123,24 41,08
semboja 40,24 42,33 39,90 122,47 40,82
80x40 serumpung 42,30 42,00 39,84 124,14 41,38
semboja 37,45 42,40 42,50 122,35 40,78
100x50 serumpung 39,55 43,45 42,22 125,22 41,74
semboja 41,77 42,28 40,62 124,67 41,56
∑ 242,63 252,83 246,63 742,09
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:panjang_daun
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000
Error 8.804 2 4.402a
ulangan Hypothesis 8.804 2 4.402 8.298 .038
Error 2.122 4 .531b
jarak_tanam Hypothesis 1.647 2 .823 1.552 .317
Error 2.122 4 .531b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 2.122 4 .531 .138 .962
Error 22.990 6 3.832c
varietas Hypothesis .537 1 .537 .140 .721
Error 22.990 6 3.832c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis .146 2 .073 .019 .981
Error 22.990 6 3.832c
a. MS(ulangan)
49
Lebar Daun (cm)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 21,42 21,23 21,93 64,58 21,53
semboja 21,64 22,29 21,49 65,42 21,81
80x40 serumpung 22,91 22,71 21,44 67,06 22,35
semboja 21,69 22,56 23,41 67,66 22,55
100x50 serumpung 22,32 24,75 25,60 72,67 24,22
semboja 24,49 24,77 22,56 71,82 23,94
∑ 134,47 138,31 136,43 409,21
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:lebar_daun
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000
Error 1.229 2 .614a
ulangan Hypothesis 1.229 2 .614 3.150 .151
Error .780 4 .195b
jarak_tanam Hypothesis 18.205 2 9.103 46.666.002
Error .780 4 .195b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis .780 4 .195 .116 .972
Error 10.056 6 1.676c
varietas Hypothesis .019 1 .019 .012 .918
Error 10.056 6 1.676c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis .279 2 .139 .083 .921
Error 10.056 6 1.676c
a. MS(ulangan)
51
Luas Daun (cm2)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 888,21 859,74 916,23 2664,18 888,06
semboja 876,44 945,25 859,03 2680,72 893,57
80x40 serumpung 972,19 962,11 861,47 2795,77 931,92
semboja 812,58 958,85 998,14 2769,57 923,19
100x50 serumpung 886,84 1079,46 1085,26 3051,56 1017,19
semboja 1026,28 1053,11 929,66 3009,05 1003,02
∑ 5462,54 5858,52 5649,79 16970,84
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:luas_daun
Source
Type III Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000
Error 13079.496 2 6539.748a
ulangan Hypothesis 13079.496 2 6539.748 6.427 .056
Error 4070.402 4 1017.600b
jarak_tanam Hypothesis 44784.832 2 22392.416 22.005 .007
Error 4070.402 4 1017.600b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 4070.402 4 1017.600 .124 .968
Error 49156.914 6 8192.819c
varietas Hypothesis 151.206 1 151.206 .018 .896
Error 49156.914 6 8192.819c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis 309.979 2 154.990 .019 .981
Error 49156.914 6 8192.819c
a. MS(ulangan)
53
Berat Basah Daun (kg/ha)
jarak
tanam varietas
ulangan
g 5559,51 6364,76 7783,17 19707,43 6569,14
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:berat_basah_daun
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003
Error 7036999.392 2 3.518E6
ulangan Hypothesis 7036999.392 2 3518499.696 1.998 .250
Error 7045316.285 4 1.761E6
jarak_tanam Hypothesis 5.522E7 2 2.761E7 15.675.013
Error 7045316.285 4 1.761E6
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 7045316.285 4 1761329.071 .430 .783
Error 2.459E7 6 4.098E6
varietas Hypothesis 9588769.307 1 9588769.307 2.340 .177
Error 2.459E7 6 4.098E6
jarak_tanam * varietas
Hypothesis 2924930.164 2 1462465.082 .357 .714
Error 2.459E7 6 4.098E6
a. MS(ulangan)
55
Berat Kering Daun (kg/ha)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
atas tengah bawah
80x30 serumpung 1693,86 1498,84 1973,51 5166,21 1722,07
semboja 1258,07 1993,67 992,02 4243,76 1414,59
80x40 serumpung 2212,65 2873,13 1750,82 6836,60 2278,87
semboja 1573,43 1674,37 2239,43 5487,23 1829,08
100x50 serumpung 1062,34 1329,91 1167,81 3560,06 1186,69
semboja 1318,01 1329,48 1581,10 4228,59 1409,53
∑ 9118,35 10699,39 9704,69 29522,44
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:berat_kering_daun
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002
Error 212939.907 2 106469.954a
ulangan Hypothesis 212939.907 2 106469.954 5.727 .067
Error 74361.194 4 18590.299b
jarak_tanam Hypothesis 1760395.349 2 880197.674 47.347.002
Error 74361.194 4 18590.299b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 74361.194 4 18590.299 .083 .985
Error 1339543.561 6 223257.260c
varietas Hypothesis 142807.712 1 142807.712 .640 .454
Error 1339543.561 6 223257.260c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis 376966.581 2 188483.290 .844 .475
Error 1339543.561 6 223257.260c
a. MS(ulangan)
57
Diameter Kanopi (cm)
jarak tanam varietas
ulangan
∑ Rata-rata
1 2 3
80x30 serumpung 80,48 80,36 82,34 243,18 81,06
semboja 82,43 82,78 78,94 244,15 81,38
80x40 serumpung 82,86 82,84 78,85 244,55 81,52
semboja 76,20 83,69 83,06 242,95 80,98
100x50 serumpung 78,09 85,88 83,49 247,46 82,49
semboja 81,86 84,24 80,21 246,31 82,10
∑ 481,92 499,79 486,89 1468,60
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:diameter_kanopi
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Intercept Hypothesis 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000
Error 28.358 2 14.179a
ulangan Hypothesis 28.358 2 14.179 4.254 .102
Error 13.333 4 3.333b
jarak_tanam Hypothesis 4.490 2 2.245 .673 .560
Error 13.333 4 3.333b
jarak_tanam * ulangan
Hypothesis 13.333 4 3.333 .363 .827
Error 55.037 6 9.173c
varietas Hypothesis .176 1 .176 .019 .894
Error 55.037 6 9.173c
jarak_tanam * varietas
Hypothesis .628 2 .314 .034 .967
Error 55.037 6 9.173c
a. MS(ulangan)
59
LAMPIRAN 2
Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung
Tinggi tanaman : 132,2 cm
Habitus : Piramid
Kerapatan : Rapat
Panjang Ruas : Panjang Bertambah (> 4,42 cm) Warna Batang : Hijau
Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o)
Jumlah Daun : Sedang (19-30 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing
Tepi Daun : Licin Permukaan Daun : Rata Tebal Daun : Tebal Warna Daun : Hijau Phylotaksi : 3/8 kanan Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 53 cm Lebar Daun : 30,5 cm
Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm)
Getah : Bergetah
Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda
(Balittas, 2011)
Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Semboja
Tinggi tanaman : 117,7 cm
Habitus : Silindris
Kerapatan : Jarang
Panjang Ruas : - Warna Batang : Hijau Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o)
Jumlah Daun : Sedang (18-25 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing
61
Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 40,5 cm Lebar Daun : 23,5 cm
Sayap Daun : Lebar berploi (> 2,57 cm) Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm)
Getah : Bergetah
Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L.K., Murphy, D.V. 2003. What is soil biological fertility? In: Abbott, L.K., Murphy, D.V. (Eds.) A key to Sustainable Land Use in Agriculture: Kluwer Academic Publishers, The Netherlands. p. 1-15
Alexander, K.G., Miller, M.H. 1991. The effects of soil aggregate size on early growth and shoot-root ratio.
Plant and Soil 138: 189-194
Anderson, R. A. , M. J. Kasperbauer, and H. R. Burton. 1985. Shade during growth : effects on chemical composition and leaf color of air cured burley tobacco. Agron. J.77 : 543-546
Anonim, 2009. Project Report Son of Jack 2009 PT. HM Sampoerna, Tbk. Pasuruan
Balittas, 2011. Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja. Balittas. Malang
Bronick, C.J., Lal, R. 2005. Soil structure and management: a review. Geoderma 124: 3-22
Collins, W. K., dan S. N. Hawks. 1993. Principles of fluecured tobacco production. N. C.27695. (316 p)
Djajadi. 2006. The roles of added clay and organic matter in stabilizing aggregates in sandy soils. PhD Thesis. The University of Western Australia. 156 pp
Donald, C. M. 1963. Competition among Crop and Pasture Plant. Adv. Agron 15 : 1-118
Ewusie, J.Yanney .1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung
Flower, K. C. 1999. Field practices. Tobacco : Production, Chemistry, and Technology, D. L. Davis and M. T. Nielsen eds. Blackwell Sci. pp.76-103
Fowler, J. L. and L.L Ray. 1979. Respon Of Two Cotton Genotypes To Equidestence Spacing Of Cotton. Agron. J 69 : 734-738
Gardner, F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan pertama. Universitas Indonesia. Jakarta
Gilchrist, S.N. 1999. Oriental Tobacco, Production, Chemistry And Technology. D.I. Davis and M. T. Nielsen, Eds Coresta- Blackwell Sci. Ltd. Pp 154-163
Guinn, G. 1976. Nutritional Stress And Ethylene Evolution Tobacco. Crop Sci.(16) : 89-91
Haryadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Jakarta : 91
Hawks, S.N. 1970. Principles Of Flue-Cured Tobacco Production. NCSU. Raleigh. 239p.
Hawks, S.N. dan Collins, W.K., 1989. Principles of Flue-cured Tobacco Production. N.C State University. 358 pp
39
Kasperbauer, M. 1971. Spectral Distribution Of Light In Tobacco Canopy And Effects On End Of Day Light Quality On Growth And Development Plant Physiol. 47 775-778
Listyanto. 2010. Budidaya tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z.
Alami Press Seri Perkebunan. Jakarta
Mullins, C.E., MacLeod, D.A, Northcote, K.H., Tisdall, J.M., Young, I.M. 1990. Hardsetting soils: Behaviour, occurrence, and management. Advances in Soil Science
11: 37-108
Nurhayati, 2008. Correlation between Climate with Growth and Production of Tobbaco. Jurnal Ilmiah pendidikan tinggi
vol.1 no.2. Fakultas Pertanian UISU. Medan
Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders Co. London
Packer, I.J., Hamilton, G.J., Koen, T.B. 1992. Run off, soil loss and soil physical property changes of light textured surface soils from long-tern tillage treatments.
Australian Journal of Soil Research 30:789-806
Papenfus, H. D., dan F. M. Quin. 1984. Tobacco. The Physiology of Tropic al Field Crops. P. R. Goldworthy and N. M. Fisher eds. John Willy and Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636
Rachman, 1990. Report on Cooperative Research. Balittas dan PT HM Sampoerna, Tbk. Malang
Rahman, A. Mahfuz, A. Kartamidjaja., Soewardjiman. 1997.
Sahid, M. 1986. Pengaruh Populasi Tanaman Dan Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Berbagai Tanaman Serat Dan Tembakau. Balittas : Malang
Sastro supadi, A., Oesman. 1977. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau.
Pemberitaan LPTI No. 25. Bogor : 353
Sholeh, M. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Serat. Ballitas. Malang
Sudibyo, N., Lestari, dan Djumadi. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Jarak Pagar Terhadap Pertumbuhan Kenaf Dan Tembakau. Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pekebunan. Bogor. P. 314-322
Susilowati, Eka Yuni 2006. Identifikasi Nikotin Dari Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) Kering Dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). UNS . Semarang
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.
UGM Press. Yogyakarta
Tso, TC. 1972. Physiology and Biochemistry of Tobacco Plants.
Plant Science Research Division U.S Department of Agriculture Beltsville. Maryland
White, G.A., W.C. Adamson., J.J. Higgins. 1971. Effects Of Population Levels On Growth Factors Tobacco Varieties.
41
63
BIODATA PENULIS